pitiriasis versikolor

28
PRESENTASI KASUS I. IDENTIFIKASI PASIEN Nama : Tn. W Jenis kelamin : laki-laki Tempat Tanggal Lahir: Jogjakarta, 06 Desember 1991 (usia 21 tahun) Alamat : Jalan Palbatu Raya No. 21, Tebet Pekerjaan : Mahasiswa Semester 8 Agama : Islam Status Pernikahan : belum menikah Suku : Jawa Bangsa : Indonesia Tanggal Periksa : 26 Agustus 2013 II. ANAMNESIS Diperoleh secara autoanamnesis pada tanggal 26 Agustus 2013, pukul 09.30 WIB A. Keluhan Utama Pasien mengeluh munculnya bercak-bercak berwarna cokelat pada dada, punggung dan lengan sejak 6 bulan SMRS. B. Keluhan Tambahan Tidak ada C. Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Kepolisian POLRI R.S. Sukanto dengan keluhan muncul bercak-bercak kecokelatan di 1

Upload: nerissaarlyana

Post on 15-Apr-2016

245 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

preskas kulkel

TRANSCRIPT

Page 1: Pitiriasis Versikolor

PRESENTASI KASUS

I. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : Tn. W

Jenis kelamin : laki-laki

Tempat Tanggal Lahir: Jogjakarta, 06 Desember 1991 (usia 21 tahun)

Alamat : Jalan Palbatu Raya No. 21, Tebet

Pekerjaan : Mahasiswa Semester 8

Agama : Islam

Status Pernikahan : belum menikah

Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia

Tanggal Periksa : 26 Agustus 2013

II. ANAMNESIS

Diperoleh secara autoanamnesis pada tanggal 26 Agustus 2013, pukul 09.30 WIB

A. Keluhan Utama

Pasien mengeluh munculnya bercak-bercak berwarna cokelat pada dada,

punggung dan lengan sejak 6 bulan SMRS.

B. Keluhan Tambahan

Tidak ada

C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Kepolisian

POLRI R.S. Sukanto dengan keluhan muncul bercak-bercak kecokelatan di

punggung, dada, dan kedua lengan pasien sejak 6 bulan SMRS. Bercak

kecokelatan bersisik halus tersebut mulai muncul di bagian pundak lalu makin

lama makin bertambah banyak, menyebar di kedua lengan, punggung, serta

dada. Pasien mengaku tidak terasa gatal hanya mengeluh tidak enak dilihat.

Pasien menyangkal adanya keluhan lain. Selama 6 bulan ini pasien

tidak pernah berobat baik ke dokter umum maupun rumah sakit. Pasien

mengaku mencoba mengobati sendiri dengan membeli salep daktarin yang

dijual bebas, namun tidak ada perbaikan. Karena keluhan sama sekali tidak

1

Page 2: Pitiriasis Versikolor

berkurang dan pasien merasa bercak-bercak tersebut tidak enak dilihat, pasien

akhirnya memutuskan untuk datang berobat ke RS Polri.

Pasien mengaku kulit agak berminyak walaupun tidak banyak, cukup

sering berkeringat tetapi mengaku sering mandi secara teratur, 2 kali setiap

hari. Pasien aktif fisik, suka berolahraga seperti sepak bola. Pasien jarang

berbagi alat mandi maupun baju dengan orang lain.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat keluhan serupa saat pasien kelas III SMA (tahun 2010), berobat ke

RS Polri juga dan menurut pasien sembuh total (bercak-bercak menghilang)

- Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan, debu, udara dingin.

- Riwayat penyakit asma disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada yang pernah mengalami keluhan serupa dengan pasien

- Tidak ada riwayat penyakit asma, sinusitis, ataupun alergi.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan Umum :Baik

Kesadaran :Kompos mentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 68 kali/menit, kuat teratur penuh

Laju nafas : 20 kali/menit

Suhu :Afebris

Berat badan: 60 kg

Tinggi badan : 160 cm

BMI : 23.4 kg/m2

Hasil Pemeriksaan Status Generalisata:

Kepala : normocephali, deformitas -

Wajah : simetris

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil isokor ø 3mm/3mm

Hidung : septum nasi di tengah, sekret -/-, mukosa hidung lembab

2

Page 3: Pitiriasis Versikolor

Mulut : mukosa oral lembab, gigi-geligi tidak lengkap, oral hygiene baik

Telinga : MAE +/+, serumen+/+

Leher :

I : Trakea di tengah

P : Trakea ditengah, KGB tidak teraba membesar

A : Bruit carotis -/-

Toraks Paru :

I : Simetris pada keadaan statis dan dinamis

P : Simetris pada pergerakannya, Stem fremitus kanan = kiri

P : Sonor pada kedua lapang paru

A : Vesikular +/+, Tidak ada bunyi nafas tambahan

Abdomen :

I : Datar, tidak terdapat lesi kulit atau kelainan lain

A : Bising usus (+) 6-7 x/menit, Bising tambahan -

P : Supel, Nyeri tekan -, Nyeri lepas -, Hepar tidak teraba

membesar, Limpa tidak teraba

P : Timpani pada 4 kuadran

Punggung :

I : Simetris pada keadaan statis dan dinamis

P : Simetris pada pergerakannya, Stem fremitus kanan=kiri

P : Sonor pada kedua lapang paru

A : Bruit renalis -

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

Deformitas -

Motorik baik pada 4 ekstremitas, tidak ada gerak involunter

Sensorik baik pada 4 ekstremitas.

B. Status Dermatologis

Regio/Letak lesi : generalisata

Gambaran umum lesi

a) Efloresensi:

Primer → makula-makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dengan

ukuran dari lentikular, numularis sampai plakat, jumlahnya banyak,

3

Page 4: Pitiriasis Versikolor

berbatas tegas dengan skuama halus, ada bagian yang eritema, ada

bagian yang terdapat papul perifolikular berukuran diameter 2-3 mm.

Sekunder→ tidak ada

b) Bentuk lesi : tidak teratur, ada yang bulat, lonjong, memanjang.

c) Susunan : menyebar

d) Distribusi : sirkumskrip, punggung, dada dan kedua lengan,

bilateral

e) Palpasi : terasa hangat, tidak nyeri

Foto Lesi

Gambar 1. Foto Punggung

4

Page 5: Pitiriasis Versikolor

Gambar 2. Foto Dada

Gambar 3. Pundak Kiri

5

Page 6: Pitiriasis Versikolor

Gambar 4. Pundak dan Lengan Kanan

C. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Anjuran

- Lampu Wood

- Tes KOH 20%

IV. RESUME

Pasien laki-laki, usia 21 tahun, datang dengan keluhan muncul bercak-

bercak berwarna kecokelatan bersisik halus di dada, punggung dan kedua

lengan sejak 6 bulan SMRS. Bercak tersebut tidak menimbulkan rasa gatal dan

keluhan lain, hanya tidak enak dilihat. Pasien belum ke dokter, namun

mengobati sendiri dengan salep daktarin. Keluhan tidak membaik.

Keluhan serupa sebelumnya pada saat pasien kelas III SMA, keluhan

serupa pada keluarga disangkal. Riwayat alergi dan asma pada pasien serta

keluarga pasien disangkal. Kulit agak berminyak, sering berkeringat, aktifitas

fisik rutin dilakukan.

Pada status generalis, keadaan umum baik. Pada status dermatologis,

didapatkan lesi di dada, punggung dan kedua lengan, efloresensi primer

berupa makula-makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi, berskuama halus,

dengan berbagai ukuran dari lentikuler sampai plakat, jumlahnya banyak,

6

Page 7: Pitiriasis Versikolor

distibusi bilateral dan menyebar, batas jelas, bentuk tidak teratur, ada bagian

yang eritema, terdapat papul perifolikuler dengan diameter 2-3 mm. Palpasi:

teraba hangat dan tidak nyeri.

V. DIAGNOSIS

Diagnosis banding

1. Dermatitis Numularis

2. Pitiriasis Alba

Diagnosis kerja

Pitiriasis Versicolor

VI. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana umum :

o Edukasi pasien untuk selalu menjaga kebersihan tubuh, bila berkeringat

langsung ganti baju, sering mand terutama setelah melakukan aktivitas

fisik.

o Menjaga imunitas tubuh pasien.

o Kontrol kembali jika tidak ada perbaikan.

Tatalaksana khusus :

o Ketokonazol 1 x 200 mg selama 10 hari PO

o Suspensi Selenium Sulfide 2-3 kali seminggu, digosokkan pada lesi

dan didiamkan 15-30 menit sebelum mandi

o Ketokonazol Cream dioleskan setelah mandi.

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

7

Page 8: Pitiriasis Versikolor

TINJAUAN PUSTAKA

PITIRIASIS VERSICOLOR

I. PENDAHULUAN

Penyakit jamur atau mikosis dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu mikosis

profunda dan mikosis superfisialis. Kebanyakan infeksi mikotik terletak superfisial

dan terbatas pada stratum korneum, rambut, dan kuku. Berlawaan dengan hal itu,

kebanyakan mikosis profunda dapat menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus

intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, dan lain-lainnya.

Mikosis superfisialis dibagi menjadi dua golongan lagi yaitu dermatofitosis

dan nondermatofitosis. Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang

mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku

yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Sementara untuk nondermatofitosis

terdiri dari berbagai penyakit seperti pitiriasis versikolor, piedra hitam, piedra putih,

8

Page 9: Pitiriasis Versikolor

tinea nigra Palmaris, otomikosis dan keratomikosis. Pitiriasis versikolor yang akan

dibahas termasuk mikosis superfisialis non dermatofitosis.

Pitiriasis versikolor ditemukan sebagai penyakit jamur oleh Eichsedt pada

tahun 1846. Pada tahun 1853, Robin menemukan fungus pada skuama yang

dinamakan Microsporum furfur. Pada tahun 1889, Baillon menggunakan nama

Malassezia furfur.

II. DEFINISI

Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur Robin adalah penyakit

jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif berupa

bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi

badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas,

leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Nama lainnya adalah panu, kromofitosis,

tinea versikolor, tinea flava, dermatomikosis, liver spots, dan pitiriasis versikolor

flava.

Pitiriasis (tinea) versikolor (PV) merupakan epidermomikosis berskuama yang

asimptomatik dan kronik berhubungan dengan pertumbuhan berlebihan dari bentuk

hifa Malassezia furfur superfisial, dikarakteristikkan dengan bercak berskuama

berbatas tegas dengan pigmentasi bervariasi, terjadi paling umum di batang tubuh.

III. EPIDEMIOLOGI

Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di

daerah tropis.

Umur onset biasanya dewasa muda. Puncaknya pada awal duapuluhan. Baik

laki-laki dan perempuan sama-sama terkena. Kurang umum terjadi ketika produksi

sebum berkurang atau tidak ada, menurun selama dekade kelima dan keenam.

Kebanyakan terjadi pada musim panas, mengenai populasi sekitar 2%, dapat

menurun pada bulan-bulan yang lebih dingin. Pada individu yang aktif fisik dapat

menetap selama setahun penuh.

IV. ETIOLOGI

M. furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum ovale, P. orbiculare)

merupakan jamur lipofilik yang normalnya terdapat di keratin kulit dan folikel rambut

pada individu yang menginjak pubertas. Jamur tersebut merupakan organisme

oportunistik yang menyebabkan pitiriasis versikolor dan Malassezia folikulitis dan

9

Page 10: Pitiriasis Versikolor

juga terlibat dalam patogenesis dermatitis seboroik. Infeksi Malassezia tidak menular,

melainkan, pertumbuhan berlebihan dari flora normal kutaneus terjadi pada beberapa

kondisi tertentu.

V. PATOGENESIS

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis

versikolor, yaitu Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum

ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat

berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembapan.

Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi

menjadi pathogen (perubahan Malassezia dari bentuk blastospora menjaid bentuk

miselial) dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di antaranya oleh

defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembapan udara, dan keringat.

Asam dikarbosiklik yang dibentuk oleh oksidasi enzimatik dari asam lemak di

lemak permukaan kulit menghambat tirosinase pada melanosit epidermal sehingga

menyebabkan hipomelanosis, efek sitotoksik langsung terpadah melanosit hiperaktif.

Enzim ini terdapat pada organisme. Pada lesi hiperpigmentasi, ditemukan melanosom

yang besar-besar, sementara pada lesi hipopigmentasi ditemukan melanosom yang

lebih kecil dari normal.

Pitiriasis versikolor terjadi karena faktor lingkungan dan faktor kerentanan

hospes itu sendiri. Faktor predisposisinya adalah suhu yang tinggi atau kelembapan

relatif tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, dan pengobatan

glukokortikoid. Aplikasi minyak seperti minyak cokelat dapat mempredisposisikan

anak-anak terkena pitiriasis versikolor. Pada musim dimana suhu lebih hangat,

terdapat lebih banyak hifa yang berkaitan dengan jamur Malassezia pada kulit normal.

Faktor predisposisi lain adalah antibiotik kortikosteroid lokal/sistemuk, sitostatik dan

penyakit tertentu, misalnya diabetes melitus, keganasan, keadaan imunokompromais,

malnutrisi, dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Kehamilan dan

kontrasepsi oral mungkin memiliki pengaruh terhadap peningkatan resiko, namun

bukti-bukti masih kurang.

Riwayat keluarga yang positif sering ditemukan sehingga diduga terkait

dengan pitiriasis versikolor, namun apakah disebabkan faktor genetik mempengaruhi

10

Page 11: Pitiriasis Versikolor

faktor kerentanan individu atau kesempatan yang lebih besar untuk kolonisasi banyak

dari spesies Malassezia masih belum diketahui. Ada kemungkinan bahwa pada

beberapa keadaan infeksi tidak berasal dari perubahan keseimbangan flora di

tubuhnya tetapi transmisi dari individu lain.

VI. MANIFESTASI KLINIS

Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama

di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni sesuai dengan

namanya versikolor (beberapa warna), bentuk tidak teratur sampai teratur, dapat oval

atau bulat, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat

dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang.

Skuama halus biasanya dapat diambil dengan menggunakan pisau scalpel no. 15

secara lembut dan perlahan atau dapat dengan menggunakan kaca obyek. Bila skuama

tidak jelas, dapat menggunakan kain basah atau digosok untuk pemeriksaan yang akan

menghasilkan sejumlah keratin berwarna cokelat yang kotor.

Pada kulit yang tidak terbakar matahari, lesi kulit berwarna cokelat muda.

Pada kulit yang terbakar matahari, lesi kulit berwarna putih. Pada individu dengan

kulit gelap/cokelat, lesi kulit berwarna makula cokelat gelap. Kadang beberapa lesi

pitiriasis versikolor dapat berwarna kemerahan. Bila dibiarkan, lesinya akan makin

membesar, menyatu, membentuk area geografik yang luas. Distribusi lesi sangat luas.

Selain itu dapat terdapat varian lesi berwarna pink, atrofik, dan trikom. Kelainan

biasanya asimptomatik sehingga kadang penderita tidak mengetahui bahwa penderita

berpenyakit tersebut.

Gambar 5. Gambaran Klinis Pitiriasis Versikolor

11

Page 12: Pitiriasis Versikolor

Sumber: James WD, Berger TD, Elsdton D. Andrew’s Clinical Dermatology. 10th

Edition. 2006. Canada: Saunders Elsevier

Pada pitiriasis versikolor yang hipopigmentasi, melanosom dihasilkan secara

abnormal sedikit dan kurang dan tidak dibawa ke keratinosit dengan baik. Hal ini

terlihat jelas pada orang berkulit gelap. Hipopigmentasi ini dapat menetap berminggu-

minggu sampai bertahun-tahun setelah penyakit jamur disembuhkan kecuali terdapat

usaha untuk mendapatkan kembali pigmentasi yang hilang melalui paparan sinar

matahari.

Gambar 6. Pitiriasis Versikolor Trikom

Sumber: James WD, Berger TD, Elsdton D. Andrew’s Clinical Dermatology.

10th Edition. 2006. Canada: Saunders Elsevier

Durasi lesi biasanya berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Individu dengan

pitiriasis versikolor biasanya datang berobat karena masalah kosmetik akibat

pigmentasi kulit yang tidak enak untuk dilihat. Tempat predileksi adalah region

sternal dan sisi dada, abdomen, punggung, pubis, leher, dan area intertiginosa. Pada

beberapa keadaan, dapat terdapat papul-papul folikular. Klinis morfologi terlihat

papul dberukuran 2-3 mm diameter, dengan peradangan minimal. Tempat predileksi

adalah dada, punggung, dan lengan atas. Kadang terdapat di leher dan jarang di muka

untuk papul folikular.

12

Page 13: Pitiriasis Versikolor

Gambar 7. Lesi Perifolikular pada Pitiriasis Versikolor

Sumber: El-Gothany Z. M. G. A Review of Pityriasis Versicolor. J Egypyt Wom

Dermatol Soc. Vol. 1 No. 2, 2004

Pada pitiriasis versikolor wajah dan kulit kepala dapat terkena. Lesi wajah

hanya muncul pada bayi dan pasien imunokompromais. Bila dibiarkan, lesi di penis

dapat muncul juga. Penyakit ini bahkan bisa terjadi pada telapak tangan dan telapak

kaki.

Kadang pederita dapat merasakan gatal ringan yang merupakan alasan

berobat. Pseudoakromia akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan

pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.

Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang tua

juga dapat terkena infeksi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu

faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid

dan malnutrisi.

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi, lesi

kulit dengan lampu Wood, dan sediaan langsung.

Gambaran klinis dapat dilihat di gejala klinis, fluoresensi lesi kulit pada

pemeriksaan lampu Wood berwarna kuning keemasan atau biru kehijauan atau kuning

kehijauan. Untuk lampu Wood pemeriksaan bisa negatif pada individu yang baru saja

mandi karena bahan kimia fluoresensinya larut air.

Pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat

campuran hifa pendek dan spora-spora bulat tebal yang dapat berkelompok dengan

13

Page 14: Pitiriasis Versikolor

diameter 2-8µm, ukuran filament-filamen lebar 2-5µm dan panjang sampai 25 µm

karakteristik diagnostik adalah ditemukannya miselium dan kadang dapat ditemukan

beberapa bentuk ragi.

Gambar 8. Gambaran Pitiriasis Versikolor dalam KOH Iluminasi Ultraviolet

Sumber: Tony Burns, Stephen Breathnach, Neil Cox, Christopher Grifittis. Rook’s

Textbook of Dermatology. 7th Edition. 2004. UK : Blackwell

Untuk gambaran dermatopatologinya, dapat ditemukkan budding yeast dan

bentuk hifa pada layar paling superfisial dari stratum korneum, dapat dilihat paling

baik dengan pewarnaan PAS. Dapat ditemukan hiperkeratosis, hiperplasia psoriaform,

dan inflamasi kronik dengan dilatasi pembuluh darah. Pada variasi yang atrofik,

kolonisasi epidermal dengan hifa dan spora diikuti dengan penipisan dari rete ridges,

fibroplasias subepidermal, pigmen yang tidak berkelanjutan dan elastolisis.

Skuama bisa diambil dengan kedua kaca obyek, satu sebagai tempat menaruh

skuama dan satu lagi untuk menggosok skuama. Lalu diteteskan KOH 15-20%

kemudian dapat dilihat hifa filamentosa dan bentuk ragi, istilahnya spaghetti and meat

balls atau bisa juga banana and grapes.

Identifikasi dengan kultur membutuhkan media yang kaya akan lipid dan

jarang digunakan untuk menegakkan diagnosis.

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Penyakit ini untuk hipopigmentasi harus dibedakan dari pitiriasis alba, vitiligo,

hipopigmentasi post inflamasi, dan tuberkuloid lepra. Untuk lesi berskuama harus

dibedakan dengan tinea korporis, dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, psoriasis gutata

dan dermatitis numularis. Selain itu, juga dibedakan dari harus dibedakan dengan

14

Page 15: Pitiriasis Versikolor

eritrasma, sifilis II, achromia parasitic dari Pardo-Castello dan Dominiquez, morbus

Hansen.

Pada varian atrofik, harus dibedakan dengan parapsoriasis, fungioides mikosis,

anetoderma, lupus eritematosa, atau atrofi karena steroid.

Diagnosa pitiriasis versikolor dapat ditegakkan dengan pemeriksaan KOH.

Pada dermatitis seboroik, bercak berwarna eritematosa kekuning-kuningan dan

skuama lembut, berminyak. Pada sifilis macular, makula terdiri dari lesi pink pucat,

dengan diameter kurang dari 1 cm, bulat atau oval iregularm yang terdistribusi pada

sisi tubuh, dan aspek fleksor dari ekstremitas, agak sedikit indurasi dengan skuama

perifer dan dapat berwarna tembaga, bisa ada adenopati generalisata. Tes serologik

pada sifilis positif. Vitiligo dapat dibedakan karena tidak ada skuama sama sekali

pada penyakit vitiligo. Dermatitis seboroik, pitiriasis rosea, sifilis sekunder, dan tinea

corporis menunjukkan perubahan inflamasi lebih banyak dibandingkan pitiriasis

versikolor. Eritrasma dapat mirip dengan pitiriasis versikolor dengan perubahan

pigmentasi dan skuama, tetapi lesi satelit kurang umum dan fluoresensi berwarna pink

pada lampu Wood sering terdapat. Eritrasma dan pitiriasis versikolor dapat terjadi

bersamaan.

IX. TATALAKSANA

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan

dapat diberikan secara topikal maupun oral.

Obat-obatan yang dapat dipakai misalnya topikal antifungal azol. Waktu

penyembuhan dengan menggunakan antifungal azol topikal biasanya 2-3 minggu.

Masalah utama dari pengobatan topikal seperti antifungal topikal adalah kesulitan

mengaplikasikan krim pada area tubuh yang luas. Solusi yang mungkin adalah dengan

menggunakan versi sampo. Dengan penggunaan sampo sekitar 2-3 kali, dapat

membersihkan hampir seluruh infeksi.

Pendekatan kedua adalah dengan suspensi selenium sulfide (selsun) dapat

dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu. Obat ini sangat efektif, lebih murah, bisa

efektif pada satu kali pemakaian, bisa diulang per bulan sebagai profilaksis. Obat

digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit sebelum mandi atau dipakai di area

yang terkena lalu dibiarkan semalaman. Cairannya berwarna pink kekuningan dan

diberikan paling baik saat malam hari dan harus dicuci besok paginya. Pada banyak

kasus dibutuhkan aplikasi secara teratur (setiap malam selama 2 minggu) namun pada

beberapa pasien penggunaan satu atau dua kali sudah cukup. Keuntungannya adalah

15

Page 16: Pitiriasis Versikolor

harganya lebih murah dan kenyaman untuk aplikasi. Kekurangannya adalah iritasi

bila diaplikasikan pada muka atau genitalia, mewarnai baju dan sprei tempat tidur.

Alternatifnya adalah cairan sodium hiposulfit 20% dan 50:50 propilen glikol dalam

air.

Obat-obatan lain yang berkhasiat terhadap penyakit ini adalah salisil spiritus

10%, sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%, tolsiklat, tolnaftat, ciclopirox

olamine, zinc pyrithione, preparat asam salisilat , benzoil peroksida, dan haloprogin.

Selain selenium sulfide bisa digunakan sebagai sampo untuk mengurangi kolonisasi di

kulit kepala, dapat juga digunakan sabun zinc pyrithione yang juga efektif dan

ditoleransi baik untuk pengobatan dan pencegahan. Walaupun terbinafin terbukti

tidak efektif lewat oral, ternyata efektif secara topikal. Aplikasi 2 kali sehari lebih

baik dibandingkan 1 kali sehari. Terbinafin yang dapat digunakan dalam bentuk krim

terbinafin 1%.

Untuk anak-anak, terdapat tabel yang menjelaskan pengobatan topikal yang

diperbolehkan untuk pitiriasis versikolor.

Tabel 1. Terapi Topikal Antifungal untuk Dermatofitosis dan Pitiriasis Versikolor

Sumber: Kelly P. B. Superficial Fungal Infections. American Academy of Pediatrics.

Pediatrics in Review Vol. 33 No. 4 April 2012.

Jika sulit disembuhkan, dapat dipertimbangkan pengobatan oral dengan

ketokonazol dosis 1 x 200 mg sehari selama 10 hari. Ketokonazol dosis 400 mg dapat

16

Page 17: Pitiriasis Versikolor

diulang dengan interval 1 bulan cukup efektif. Alternatif lain adalah Itrakonazol oral

200 mg 1 kali sehari selama 7 hari juga efektif dan dapat diikuti dengan pengobatan

profilaksis dengan itrakonazol 200 mg 2 kali sehari dalam 1 hari dari sebulan.

Baik ketokonazol oral maupun itrakonazol oral sama-sama efektif untuk

pitiriasis versikolor. Namun, biasanya itrakonazol oral disimpan untuk kasus yang

resisten atau sulit sembuh atau sering kambuh.

Pada penelitian dengan 50 pasien, itrakonazol dosis tunggal 400 mg sama

efektifnya dengan itrakonazol 200 mg sehari selama 7 hari. Flukonazol 1x400 mg

juga efektif dan dapat diulang dengan interval per bulan. Pada penelitian dengan 128

pasien, dosis per minggu dengan 2 kapsul flukonazol 150 mg selama 2 minggu sama

efektifnya dengan dosis per minggu dua tablet ketokonazol 200 mg selama 2 minggu.

Selain itu, flukonazol 450 mg dosis tunggal juga ditemukan efektif untuk pengobatan

pitiriasis versikolor dan ditoleransi dengan baik walaupun masih membutuhkan

penelitian sebagai pengobatan dosis tunggal.

Pasien harus diberitahu bahwa hipopigmentasi dan hiperpigmentasi akan

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh dan bukan merupakan tanda

kegagalan pengobatan. Kekambuhan cukup sering bila dosis profilaktif tidak

diberikan, namun ada banyak pilihan untuk terapi profilaksis. Setelah terapi awal,

pasien dapat memilih untuk mandi dengan sabun zinc pyrithione per minggu, atau

aplikasi tunggal selenium sulfide, atau sampo ketokonazol, ekonazol, atau bifonazol

tiap 30-60 hari, atau terapi oral per bulan. Selain itu, sebenarnya lebih sederhana

untuk mengobati episode berulang yang kambuh dibandingkan mempertahankan

terapi profilaksis jangka panjang.

X. PROGNOSIS

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.

Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan

pemeriksaan kampu Wood dan sediaan langsung negatif.

17

Page 18: Pitiriasis Versikolor

ANALISA KASUS

Berdasarkan epidemiologi, pitiriasis versikolor ini banyak mengenai dewasa muda,

sesuai dengan umur pasien yaitu 21 tahun. Faktor predisposisinya adalah kulit berminyak,

sering berkeringat, dan bila aktif secara fisik penyakit ini dapat menetap selama setahun

penuh, pada pasien ini pasien mengaku kulit agak berminyak walaupun tidak banyak, sering

berkeringat namun pasien juga mengaku sering mandi secara teratur 2 kali sehari dan pasien

aktif secara fisik karena menyukai olahraga seperti sepak bola.

Berdasarkan gejala klinis, dari teori dikatakan kelainan kulit pitiriasis versikolor

dapat terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, dengan bentuk tidak teratur sampai

teratur, batas jelas sampai difus, jarang gatal, bila ada gatal ringan, dan sering pasien datang

berobat karena kelainan kulit tersebut tidak enak dilihat, selain itu tempat predileksinya

adalah di region sternal, di sisi dada, kedua lengan bagian atas, dan punggung, lesi dapat

makin membesar dan meluas dan menyatu membtuk area geografis. Hal tersebut sesuai pada

pasien ini dimana pada pasien mengalami keluhan bercak-bercak berwarna cokelat muda dan

ada yang berwarna lebih putih dari warna kulit yang biasa, dengan berbagai ukuran, berbatas

tegas dan menyebar di kedua lengan atas, punggung, dan dada, selain itu selama 6 bulan dari

18

Page 19: Pitiriasis Versikolor

munculnya lesi, lesi bertambah luas dan ada yang menyatu membentuk gambaran seperti

pulau.

Pada status dermatologis, didapatkan lesi berupa makula-makula hipopigmentasi dan

hiperpigmentasi dengan ukuran dari lentikular, numularis sampai plakat, jumlahnya banyak,

berbatas tegas dengan skuama halus, ada bagian yang eritema, ada bagian yang terdapat

papul perifolikular berukuran diameter 2-3 mm. Hal ini sesuai dengan gambaran teori klinis

dari pitiriasis versikolor dimana selain terdapat lesi klasik juga terdapat varian papul folikular

yang ditemukan pada pasien ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A., Djuanda S., Hamzah M., Aisah S., editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin, Edisi Keempat, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

2. James WD, Berger TD, Elsdton D. Andrew’s Clinical Dermatology. 10th Edition.

2006. Canada: Saunders Elsevier

3. Wolff K, et al. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 5th

Edition. 2007. New York. McGrawhill.

4. Tony Burns, Stephen Breathnach, Neil Cox, Christopher Grifittis. Rook’s Textbook of

Dermatology. 7th Edition. 2004. UK : Blackwell

5. Rai M. K., Wankhade S. Tinea versicolor – An Epidemiology. Journal of Microbial

and Biochemical Technology Vol 1: 051-056 (2009)-051.

6. Hunter J., Savin J., Dahl M. Clinical Dermatology 3rd Edition. 2002. Massachusetts:

Blackwell.

7. Ellis D. Management of Cutaneus Fungal Infections. Women and Children’s Hospital

Mycology Unit. Adelaide. Available from: http: www.mycology.adelaide.edu.au

19

Page 20: Pitiriasis Versikolor

8. Crespo-Erchiga V., Gomez-Moyano E., Crespo M. Pityriasis Versicolor and the

Yeasts of Genus Malassezia. Actas Dermosifiliogr 2008;99:764-71.

9. Kelly P. B. Superficial Fungal Infections. American Academy of Pediatrics. Pediatrics

in Review Vol. 33 No. 4 April 2012.

10. El-Gothany Z. M. G. A Review of Pityriasis Versicolor. J Egypyt Wom Dermatol

Soc. Vol. 1 No. 2, 2004.

11. Khan M. M., Noor S. M., Nawaz K. Single Dose Fluconazole in the Treatment of

Pityriasis Versicolor. Journa of Pakistan Association of Dermatologist 2007; 17: 28-

31.

20