pk novi
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 PK novi
1/9
BAB I
PENDAHULUAN
1. Judul PraktikumPemeriksaan Protein Urin denganAsam Sulfosalisilat 20%
2. Tanggal PraktikumSenin, 10 Oktober 2012
3. Tujuan PraktikumMenjelaskan cara Pemeriksaan Protein Urin denganAsam Sulfosalisilatdan
interpretasinya
-
7/29/2019 PK novi
2/9
BAB II
DASAR TEORI
Secara fisiologis urin yang normal adalah bebas dari protein dimana urin
dihasilkan oleh nefron ginjal. Selama 24 jam komposisi dan konsentrasi urin dapat
berubah secara terus menerus dimana variasi konsentrasi urin dapat ditentukan
oleh waktu pengambilan dan aktivitas sebelum pengambilan urin (Mauliddina,
2011).
Urin normal mengandung 40% albumin, 40% tamm-horsfall protein, 15%
imunoglobulin dan 5% adalah jenis protein plasma lainnya.8-11 Urin anak normal
dapat mengandung protein dan hampir 60% protein dalam urin berasal dari
protein plasma, sedangkan sisanya 40% berasal dari sekresi saluran kemih
(Jeanida, 2011).
Pemeriksaan proteinuria yang akurat dan cepat sangat diperlukan untuk
diagnosis maupun untuk mengetahui prognosis penyakit. Selain itu juga
diperlukan dalam tatalaksana penyakit ginjal dan penyakit lainnya (Mauliddina,
2011).
Asam sulfosalisilat 20% dianggap sensitif dalam mendeteksi proteinuria
disamping harganya lebih murah dan dapat dilakukan dengan cepat. Metode ini
dapat menggunakan urin sewaktu dan hanya memerlukan 2 ml urin serta 8 tetes
asam sulfosalisilat 20% kemudian dinilai berdasarkan kekeruhan urin dan dicatatberdasarkan inspeksi manual (Jeanida, 2011).
-
7/29/2019 PK novi
3/9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Pemeriksaan protein urin dengan asam sulfosalisilat 20 %
1. Alat dan bahan :1. Tabung reaksi2. Pipet tetes3.
Pemanas
4. Penjepit tabung5. Reagen Sulfosalisilat 20%
2. Cara pemeriksaan :1. Masukkan masing-masing 2 ml urin ke dalam tabung reaksi2. Teteskan 8 tetes asam Sulfosalisilat 20% ke dalam salah satu
tabung, kemudian dikocok. Tabung kedua sebagai kontrol
3. Bandingkan tabung pertama dengan kedua, jika tetap samajernihnya hasil tes dianggap negatif
4. Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panaskantabung pertama sampai mendidih, kemudian dinginkan.
i. Jika kekeruhan tetap ada setelah tabung pertama dipanaskandan didinginkan, maka hasil tes protein positif
ii. 4.2 Jika kekeruhan di tabung pertama hilang saat dipanaskannamun muncul lagi setelah didinginkan, mungkin urin
mengandung protein Bence Jones dan perlu pemeriksaan
lebih lanjut
-
7/29/2019 PK novi
4/9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HasilHasil yang didapatkan setelah melakukan pemeriksaan protein urin dengan
asam sulfosalisilat 20% adalah urin berwarna keruh saat dipanaskan dan di
dinginkan.
B. PembahasanDalam melakukan pemeriksaan proteinuria yang akurat dan cepat sangat
diperlukan untuk diagnosis maupun untuk mengetahui prognosis penyakit. Asam
sulfosalisilat 20% yang digunakan pada praktikum kali ini, disamping harganya
lebih murah dan dapat dilakukan dengan cepat. Metode ini dapat menggunakan
urin sewaktu dan hanya memerlukan 2 ml urin serta 8 tetes asam sulfosalisilat
20% kemudian dinilai berdasarkan kekeruhan urin dan dicatat berdasarkan
inspeksi manual.
Hasil yang didapat dari pemeriksaan protein urin pada praktikum ini
adalah urin berwarna keruh saat dipanaskan dan di dinginkan, maka hasil tes
protein positif.
C. Aplikasi Klinis1. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah suatu penyakit/sindrom yang mengenai
glomerulus yang ditandai oleh adanya proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan
oedem, serta dengan atau tanpa hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia (Alatas
H, 2004).
Sindrom nefrotik yang tidak menyertai penyakit sistemik disebut sindrom
nefrotik primer. Penyakit ini ditemukan 90% pada kasus anak. Apabila penyakit
-
7/29/2019 PK novi
5/9
ini timbul sebagai bagian dari penyakit sistemik atau berhubungan dengan obat
atau toksin maka disebut sindrom nefrotik sekunder. Berdasarkan etiologi,
sindrom nefrotik pada anak dibagi (Alatas H, 2004):
i. Sindrom nefrotik primer : menunjukkan dimana penyakit terbatashanya didalam ginjal/glomerulus dan etiologinya tidak diketahui
(idiopatik) diduga ada hubangannya dengan genetik, imunologi dan
alergi.
ii. Sindrom nefrotik sekunder : menunjukkan dimana penyakit tidakterbatas hanya di dalam ginjal/glomerulus, akan tetapi penyakit berasal
dari ekstra renal atau dengan perkataan lain, mempunyai etiologikhusus, merupakan bentuk yang jarang dijumpai.
2. Gagal GinjalGagal ginjal adalah keadaan dimana kedua ginjal tidak bisa menjalankan
fungsinya. Gagal ginjal dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (Ningsih, 2011):
i. Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yangdisebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif yang akhirnya akan mencapai gagal ginjal
terminal.
ii. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakanmetabolic atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa
minggu dengan atau tanpa oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya
kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeotasis tubuh
Sekalipun GGA sudah terjadi (menetap), setiap faktor prarenal harus
dikoreksi dengan maksud memperbaiki sirkulasi dan mencegah keterlambatan
penyembuhan faal ginjal. Defisit volume sirkulasi oleh sebab apapun harus segera
diatasi. Sebagai parameter dapat digunakan pengukuran tekanan vena sentralis
jika fasilitas ada, dengan demikian over hidrasi bisa dicegah (Ningsih, 2011).
-
7/29/2019 PK novi
6/9
Infeksi sebagai penyakit dasar harus diberikan pengobatan yang spesifik
sesuai dengan penyebabnya, jika obat-obatan, misalnya antibiotika diduga
menjadi penyebabnya, maka pemakaian obat-obatan ini harus segera dihentikan.
Jika terhadap GGA akibat nefrotoksin harus segera diberikan antidotumnya,
sedangkan zat-zat yang dapat dialisis harus dilakukan dialisis
secepatnya (Ningsih, 2011).
3. Diabetes MelitusDicurigai adanya diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah atau
plasma yang diambil tanpa memandang kapan saat makan terakhir jelas
meningkat yaitu sekitar >200 mg/dl. Terutama pada penderita yang
memperlihatkan tanda dan gejala klasik dari hiperkronik (polidipsi, poliuri,
penglihatan kabur, nyeri kepala, penurunan berat badan secara drastic, kadang
disertai mual dan muntah). Untuk memastikan diagnosis tersebut penderita harus
berpuasa satu malam (10-16 jam), dan pengukuran gula darah harus diulang. Nilai
yang kurang dari 115 mg/dl dianggap normal. Nilai yang lebih besar dari 140
mg/dl mengisyaratkan diabetes mellitus (Marks, 2000).
Kadar glukosa darah meningkat seiringan dengan pencernaan dan
penyerapan glukosa dari makanan. Pada individu sehat dan normal, kadar tersebut
tidak melebihi sekitar 140 mg/dl karena jaringan akan menyerap glukosa dari
darah, menyimpanya untuk digunakan kemudian mengoksidasinya untuk
menghasilkan energy. Setelah makanan dicerna dan diserap, kadar glukosa darah
menurun karena sel terus memetabolis glukosa. Apabila kadar glukosa terus
meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa yang tinggi dapat menyebabkankeluarnya air dari jaringan akibat efek osmotic glukosa. Jaringan akan mengalami
dehidrasi dan fungsinya akan terganggu. Dehidrasi otak dapat menyebabkan
hiperosmolar. Keadaan seperti ini bisa terus berlanjut hingga otak tidak mampu
mebuat ATP dalam jumlah memadai akan timbul pusing dan terasa ringan diikuti
mengantuk dan akhirnya koma (Marks, 2000).
Pada saat diagnosis diabetes mellitus ditegakkan biasanya pancreas sudah
tidak atau sedikit dalam mengeluarkan insulin, dan lebih dari 80% sel pancreas
-
7/29/2019 PK novi
7/9
telah dihancurkan. Kadar glukosa darah meningkat karena tanpa insulin glukosa
tidak dapat masuk ke sel. Pada saat yang sama hati mulai melakukan
glukoneogenesis (sintesis glukosa baru) menggunakan substrat yang tersedia
berupa asam amino, asam lemak, dan glikogen. Substrat ini mempunyai
konsentrasi tinggi dalam sirkulasi karena efek katabolic glucagon tidak dilawan
oleh insulin. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun kadar
glukosa darah sangat tinggi. Hanya sel otak dan sel darah merah yang tidak
kekurangan glukosa karena keduanya tidak memerlukan insulin untuk memasukan
glukosa (Corwin, 2009).
-
7/29/2019 PK novi
8/9
BAB V
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan protein urin menggunakan asam sulfosalisilat 20%
didapatkan hasil yaitu urin sangat keruh saat dipanaskan dan dinginkan. Hasil
tersebut mengindikasikan adanya kelainan pada probandus.
-
7/29/2019 PK novi
9/9
Referensi :
Alatas H, T. T. (2004). Sindrom Nefrotik. InBuku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Pankreas dan Diabetes Melitus. Buku Saku
Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta. EGC ; 621
Jeanida, M. (2011, 06 22). Retrieved 10 16, 2012, from Usu Institutional
Repository:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26337/5/Chapter%20I.pdf
Marks, Dawn B. 2000.Biokima Kedokteran Dasar. Jakarta. EGC ;463
Mauliddina, J. (2011, 06 22). Retrieved 10 16, 2012, from Usu Institutional
Repository:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26337/4/Chapter%20II.pdf
Ningsih, L. W. (2011). Retrieved 10 16, 2012, from Usu Institutional Repository:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16742/4/Chapter%20II.pdf