plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/18207/2/108114165_full.pdf · data...

158
PENGARUH PERBANDINGAN SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN PEG 400 DALAM FORMULASI SEDIAAN MIKROEMULSI ASKORBIL PALMITAT DAN ALFA TOKOFEROL UNTUK ANTIAGING SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Elizabeth Sita Permata Sari Sucipto Putri NIM : 108114165 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PERBANDINGAN SURFAKTAN TWEEN 80 DAN

    KOSURFAKTAN PEG 400 DALAM FORMULASI SEDIAAN

    MIKROEMULSI ASKORBIL PALMITAT DAN ALFA

    TOKOFEROL UNTUK ANTIAGING

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh:

    Elizabeth Sita Permata Sari Sucipto Putri

    NIM : 108114165

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PENGARUH PERBANDINGAN SURFAKTAN TWEEN 80 DAN

    KOSURFAKTAN PEG 400 DALAM FORMULASI SEDIAAN

    MIKROEMULSI ASKORBIL PALMITAT DAN ALFA

    TOKOFEROL UNTUK ANTIAGING

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh:

    Elizabeth Sita Permata Sari Sucipto Putri

    NIM : 108114165

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Jangan mencari apa yang kamu takutkan melainkan carilah harapan dan impianmu. Jangan

    berpikir tentang frustasimu, tetapi tentang potensi yang belum kamu kembangkan.

    Perhatikan dirimu bukan pada apa yang telah kamu coba dan ternyata gagal, tetapi pada

    segala sesuatu yang masih mungkin bagimu untuk melalukannya.

    ~ Paus Yohanes XXIII ~

    Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah

    firman Tuhan.

    ~ Yesaya 55:8 ~

    Karya ini kupersembahkan untuk :

    Tuhan Yesus Kristus,

    Bapak dan Ibu tercinta,

    Kedua Kakakku, Tia dan Vera

    Kedua Keponakanku tersayang, Nathan dan Nolan

    Sahabat-sahabatku,

    dan Almamaterku.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan

    penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    “Pengaruh Perbandingan Surfaktan Tween 80 dan Kosurfaktan PEG 400 dalam

    Formulasi Sediaan Mikroemulsi Askorbil Palmitat dan Alfa Tokoferol untuk

    Antiaging” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta.

    Selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan dan penyelesaian

    skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan doa, dukungan, semangat, saran

    dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Orang tua atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian, kebersamaan, kesabaran,

    inspirasi, motivasi, saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis.

    2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Bapak Dr. T. N. Saifullah S., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang

    telah banyak memberikan waktu, bimbingan, diskusi, kritik, dan saran kepada

    penulis mulai dari proposal, penelitian, penyusunan hingga penyelesaian

    skripsi ini.

    4. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., selaku dosen penguji atas

    kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta

    memberikan pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    5. Ibu Melania Perwitasari, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya

    meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta memberikan

    pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis.

    6. Segenap Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

    mengajar dan membimbing Penulis selama perkuliahan.

    7. Fransisca Kristi Astuti, dan Agrifina Akardias Mahalalita sebagai teman satu

    tim penelitian atas kerja sama, bantuan, dan kebersamaan selama proses

    skripsi ini.

    8. Hendrika Putra Hastama atas perhatian, semangat, dukungan, saran dan kritik

    yang diberikan kepada penulis.

    9. Sahabat-sahabatku : Astuti Malyawati Susesanto, Marcelina Widani Amanda

    Rompas, Rosalia Suryaningtyas, Eva Cristiana, Ayu Listiana, Rizki

    Nugrahanto dan Candra Widiantoro atas semangat, dukungan, dan doa yang

    diberikan kepada penulis.

    10. Puspita Sari, Cindy Tiara Sari, Nita Rahayu dan teman-teman seperjuangan

    atas kebersamaan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama proses

    skripsi ini.

    11. Pak Musrifin, Pak Suparlan, Mas Agung, Mas Kunto, Pak Wagiran, Mas

    Ottok, Bapak-bapak satpam dan seluruh laboran serta karyawan lain di

    Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu

    penulis selama penelitian.

    12. Teman-teman FST 2010 atas kebersamaannya baik selama proses perkuliahan

    maupun praktikum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    13. Semua pihak yang telah banyak membantu selama proses skripsi ini yang

    tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis sadar bahwa memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

    pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

    yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di

    bidang farmasi.

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... v

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vi

    PRAKATA ....................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

    INTISARI ......................................................................................................... xix

    ABSTRACT ....................................................................................................... xx

    BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

    B. Perumusan masalah ................................................................................ 4

    C. Keaslian penelitian.................................................................................. 4

    D. Manfaat penelitian .................................................................................. 5

    E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

    BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 7

    A. Penuaan .................................................................................................. 7

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    B. Antioksidan ............................................................................................ 11

    1. Definisi Antioksidan ......................................................................... 11

    2. Askorbil Palmitat Sebagai Antioksidan ............................................ 12

    3. Alfa Tokoferol Sebagai Antioksidan ................................................ 14

    4. Interaksi Askorbil palmitat dan Alfa tokoferol sebagai Antioksidan 15

    C. Mikroemulsi ............................................................................................ 16

    1. Definisi Mikroemulsi ........................................................................ 16

    2. Teori Pembentukan Mikroemulsi ..................................................... 17

    3. Komponen Penyusun Mikroemulsi ................................................... 19

    4. Kontrol Kualitas Mikroemulsi .......................................................... 21

    D. Uji DPPH ................................................................................................ 24

    E. Uji Iritasi ................................................................................................. 26

    F. Pemerian Bahan ...................................................................................... 27

    1. Askorbil Palmitat ............................................................................... 27

    2. Dl- alfa Tokoferol ............................................................................. 28

    3. Minyak Zaitun ................................................................................... 28

    4. Tween 80 ........................................................................................... 29

    5. PEG 400 ............................................................................................ 30

    6. Aquadest ............................................................................................ 30

    G. Landasan Teori ....................................................................................... 31

    H. Hipotesis ................................................................................................. 32

    BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 33

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 33

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 33

    1. Variabel penelitian ............................................................................. 33

    2. Definisi operasional ........................................................................... 34

    C. Bahan Penelitian ..................................................................................... 35

    D. Alat Penelitian ........................................................................................ 35

    E. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 35

    1. Formula Acuan Mikroemulsi ............................................................ 35

    2. Percobaan Pendahuluan .................................................................... 36

    3. Percobaan Utama .............................................................................. 39

    4. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Hasil Percobaan Utama .. 41

    5. Uji Stabilitas Fisik ............................................................................. 44

    6. Uji Aktivitas Antioksidan .................................................................. 45

    7. Uji Iritasi ............................................................................................ 50

    F. Analisis Hasil .......................................................................................... 51

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 52

    A. Percobaan Pendahuluan Basis Mikroemulsi ........................................... 52

    B. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Hasil Percobaan Utama ...... 54

    1. Pemeriksaan Organoleptis dan pH .................................................... 55

    2. Pemeriksaan Tipe Mikroemulsi ......................................................... 57

    3. Pengukuran Indeks Bias ..................................................................... 58

    4. Pengukuran Bobot Jenis ..................................................................... 59

    5. Pengukuran Persen Transmitansi ...................................................... 60

    6. Pengukuran Viskositas ...................................................................... 61

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    7. Pengukuran Ukuran Droplet ............................................................. 62

    C. Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi ..................................................... 63

    1. Stabilitas Organoleptis Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw .. 64

    2. Stabilitas pH Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw.................. 65

    3. Stabilitas Transmitansi Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw.. 66

    4. Stabilitas Viskositas sediaan mikroemulsi setelah freeze thaw ......... 66

    5. Stabilitas Ukuran Droplet Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw 67

    D. Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi .......................................... 68

    1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ..................................... 68

    2. Penentuan Operating Time (OT) ...................................................... 69

    3. Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi .................................... 71

    E. Uji Iritasi Sediaan Mikroemulsi ............................................................ 74

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 76

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 76

    B. Saran ....................................................................................................... 76

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 82

    BIOGRAFI ...................................................................................................... 137

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Tingkat kekuatan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH .. 26

    Tabel II. Hubungan iritation score dengan kategori iritasi ....................... 27

    Tabel III. Formula acuan mikroemulsi ....................................................... 36

    Tabel IV. Formula orientasi basis mikroemulsi .......................................... 36

    Tabel V. Formula sediaan mikroemulsi ..................................................... 40

    Tabel VI. Hasil uji pendahuluan ................................................................. 52

    Tabel VII. Hasil pengamatan setelah uji heating and cooling .................... 53

    Tabel VIII. Hasil pengamatan organoleptis dan pH sediaan mikroemulsi .... 55

    Tabel IX. Hasil pengamatan indeks bias sediaan mikroemulsi ................... 58

    Tabel X. Hasil pengukuran ukuran droplet mikroemulsi formula A pada

    siklus ke-0 ................................................................................... 63

    Tabel XI. Hasil pengukuran ukuran droplet mikroemulsi formula A pada

    siklus ke-0 dan siklus ke-3 .......................................................... 68

    Tabel XII. Hasil uji aktivitas antioksidan ..................................................... 72

    Tabel XIII. Hasil uji iritasi sampel mikroemulsi ........................................... 74

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Tipe sistem dispersi mikroemulsi ............................................... 16

    Gambar 2. Struktur DPPH radikal (1), struktur DPPH non radikal ............. 25

    Gambar 3. Struktur Ascorbyl Palmitate ........................................................ 27

    Gambar 4. Struktur Alpha Tocopherol ......................................................... 28

    Gambar 5. Struktur Polysorbate 80 (tween 80) ............................................ 29

    Gambar 6. Struktur PEG 400 ........................................................................ 30

    Gambar 7. Hasil uji viskositas uji pendahuluan ........................................... 54

    Gambar 8. a) Mikroemulsi yang dilarutkan dalam aquadest, (b) Mikroemulsi

    yang dilarutkan dalam minyak zaitun ......................................... 57

    Gambar 9. Hasil uji bobot jenis sediaan mikroemulsi .................................. 59

    Gambar 10. Hasil uji persen transmitansi sediaan mikroemulsi ..................... 60

    Gambar 11. Hasil uji viskositas sediaan mikroemulsi .................................... 61

    Gambar 12. Grafik distribusi ukuran droplet sediaan mikroemulsi formula A 63

    Gambar 13. Penampilan fisik seluruh formula sediaan mikroemulsi sesudah

    dan sebelum uji sentrifugasi ....................................................... 64

    Gambar 14. Profil kurva pH sediaan mikroemulsi tiap siklus freeze thaw .... 65

    Gambar 15. Profil kurva persen transmitansi sediaan mikroemulsi tiap siklus

    freeze thaw .................................................................................. 66

    Gambar 16. Profil kurva viskositas sediaan mikroemulsi tiap siklus freeze

    thaw ............................................................................................. 67

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Gambar 17. Grafik distribusi ukuran droplet sediaan mikroemulsi formula A

    pada siklus ke-3 ......................................................................... 68

    Gambar 18. Profil kurva operating time askorbil palmitat, alfa tokoferol

    serta campuran Askorbil Palmitat dan Alfa Tokoferol ............... 70

    Gambar 19. Profil kurva operating time formula A, formula B, formula C,

    formula D, dan formula E ........................................................... 71

    Gambar 20. Profil kurva operating time basis A, basis B, basis C, basis D,

    dan basis E .................................................................................. 71

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Sertifikat analisis Askorbil Palmitat dari CV.Privat Equipment 83

    Lampiran 2. Sertifikat analisis Alfa Tokoferol dari CV. Cipta Anugerah .... 84

    Lampiran 3. Sertifikat analisis Minyak zaitun dari CV. Sofa Mediteranian . 85

    Lampiran 4. Sertifikat analisis Tween 80 dari PT. Brataco Chemika ........... 86

    Lampiran 5. Sertifikat analisis PEG 400 dari PT. Brataco Chemika ............ 87

    Lampiran 6. Data Pengamatan Organoleptis Sediaan Mikroemulsi ............. 88

    Lampiran 7. Dokumentasi Pengamatan Organoleptis Sediaan Mikroemulsi 89

    Lampiran 8. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi ...... 90

    Lampiran 9. Hasil Pengamatan Ukuran Droplet Formula A ........................ 92

    Lampiran 10. Analisis Statistika Sifat Fisik Mikroemulsi Menggunakan

    Program R. 3.0.1 ....................................................................... 94

    Lampiran 11. Analisis Statistika Stabilitas Fisik Mikroemulsi Menggunakan

    Program R. 3.0.1 ....................................................................... 97

    Lampiran 12. Perhitungan Irritation Score (IS).............................................. 102

    Lampiran 13. Pengamatan Uji Iritasi Mikroemulsi Menggunakan Metode

    HET-CAM ................................................................................ 103

    Lampiran 14. Pengujian Aktivitas Antioksidan standar Askorbil palmitat .... 104

    Lampiran 15. Pengujian Aktivitas Antioksidan standar Alfa tokoferol .......... 107

    Lampiran 16. Pengujian Aktivitas Antioksidan Campuran Askorbil palmitat

    dan Alfa tokoferol .................................................................... 109

    Lampiran 17. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula A ...... 112

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    Lampiran 18. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula B ...... 114

    Lampiran 19. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula C ...... 117

    Lampiran 20. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula D ...... 120

    Lampiran 21. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula E ...... 122

    Lampiran 22. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula A ............. 125

    Lampiran 23. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula B ............. 127

    Lampiran 24. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula C ............. 130

    Lampiran 25. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula D ............. 132

    Lampiran 26. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula E.............. 134

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    INTISARI

    Sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi dipengaruhi oleh surfaktan dan

    kosurfaktan sebagai penyusunnya serta komposisi keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perbandingan komposisi surfaktan dan kosurfaktan terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol, serta daya antioksidan dan potensi iritasinya.

    Pada penelitian ini dibuat lima formula tengan perbandingan antara tween 80 : PEG 400 yaitu : 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, dan 6:1. Seluruh formula diuji sifat fisik meliputi organoleptis, tipe mikroemulsi, bobot jenis, indeks bias, pH, transmitansi, viskositas, dan ukuran droplet. Stabilitas fisik diuji dengan metode sentrifugasi dan freeze thaw, mengamati perubahan organoleptis, pH, transmitansi, viskositas, dan ukuran droplet sebelum dan sesudah freeze thaw. Data dianalisis secara statistik menggunakan menggunakan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dengan software R3.0.1.. Sediaan diuji HET-CAM untuk mengamati potensi iritasi, sementara aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan tween 80 dan PEG 400 berpengaruh signifikan pada viskositas dan pH, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap organoleptis, bobot jenis, transmitansi, dan indeks bias sediaan mikroemulsi yang dihasilkan. Seluruh formula menghasilkan mikroemulsi yang stabil dan tidak mengiritasi. Sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat. Kata kunci : mikroemulsi, askorbil palmitat, alfa tokoferol, surfaktan,

    kosurfaktan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    ABSTRACT

    Physical properties and physical stability of microemulsion can be

    affected by the surfactant and the cosurfactant constituent and composition of both of them. This study aimed to investigate the effect of surfactant and cosurfactant ratio on the physical properties and physical stability of the microemulsion ascorbyl palmitate and alpha tocopherol. It also aimed to observe the antioxidants activity and irritation risk of the microemulsion.

    In this study a comparison was made of five formulas between tween 80: PEG 400, the comparison are : 2: 1, 3: 1, 4: 1, 5: 1 and 6: 1. All formula were tested in terms of physical properties including organoleptic observation, microemulsion type, specific gravity, refractive index, pH, transmittance, viscosity, and droplet size. Physical stability was tested by using centrifugation and freeze thaw method, observing the changes in organoleptic parameter, pH, transmittance, viscosity, and droplet size before and after freeze thaw treatment. Data were statistically analyzed by one-way ANOVA with 95% level of confidence using the software of R3.0.1.. Irritation potential was tested by using HET-CAM method, while antioxidant activity by DPPH method.

    The results showed that the increase of the ratio of tween 80 and PEG 400 increased the viscosity and pH, but gave no significant effect on the organoleptic, specific gravity, transmittance, and the refractive index of the resulting microemulsion preparation. All formulas produce stable microemulsion without any irritation risk. Moreover the microemulsion of ascorbyl palmitate and alpha tocopherol showed very strong antioxidant activity.

    Key words : microemulsion, ascorbyl palmitate, alpha tocopherol, surfactant,

    cosurfactant

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Penuaan atau aging merupakan suatu proses fisiologis yang pasti akan

    dialami oleh setiap makhluk hidup dengan kecepatan yang berbeda, dikarenakan

    oleh faktor fisiologis tiap individu yang berbeda. Namun, hal ini dapat dipicu oleh

    hal-hal yang berasal dari luar yang dapat menyebabkan penuaan berjalan lebih

    cepat, salah satunya radikal bebas. Untuk melawan radikal bebas ini diperlukan

    suatu senyawa yang memiliki daya antioksidan, seperti askorbil palmitat and alfa

    tokoferol.

    Vitamin E atau alfa tokoferol merupakan salah satu antioksidan utama

    yang bekerja dengan memecah rantai radikal bebas di dalam membran sehingga

    mengakibatkan inaktivasi radikal peroksil di sekitar membran dan dengan

    demikian menghambat peroksidasi lipid. Vitamin E memiliki fungsi lain, yaitu

    fotoproteksi dan melembabkan kulit (Baumann, 2009). Askorbil palmitat

    memiliki aktivitas sama seperti asam askorbat yaitu merupakan antioksidan kuat

    karena dapat menyumbangkan atom hidrogen dan sebagai scavenger ROS dan

    RNS, efektif melawan ion radikal superoksida, dan hidrogen peroksida (Padayatty

    et al., 2003). Selain itu, juga berfungsi sebagai ko-faktor biosintesis kolagen

    sehingga dapat mengembalikan elastisitas kulit dan menyamarkan keriput. Kedua

    vitamin tersebut memiliki kerja yang saling mendukung dalam melawan radikal

    bebas. Namun menurut Bisset (2006), formulasi kedua vitamin dalam sediaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    topikal memiliki masalah kestabilan dan penetrasinya menembus barier kulit,

    serta kelarutannya yang sedikit berbeda.

    Sediaan yang sesuai untuk memformulasikan keduanya ialah sediaan

    emulsi. Namun, emulsi memiliki beberapa kelemahan diantaranya kurang mampu

    untuk menghantarkan zat aktif masuk kedalam lapisan kulit karena ukuran

    dropletnya yang cukup besar, hal ini kurang efektif bila digunakan untuk sediaan

    kosmetik yang ditujukan untuk anti penuaan dini serta sifatnya yang tidak stabil

    secara termodinamika. Perkembangan ilmu pengetahuan telah didapat suatu

    bentuk sediaan yang merupakan pengembangan dari bentuk emulsi itu sendiri

    yaitu mikroemulsi.

    Mikroemulsi memiliki sistem isotropik yang stabil secara

    termodinamika, yang terdiri dari dua fase cairan air dan minyak membentuk fase

    tunggal. Mikroemulsi memiliki kelebihan diantaranya adalah dapat meningkatkan

    kelarutan suatu senyawa karena dapat berperan sebagai super solven, stabil secara

    termodinamika, jernih dan dapat meningkatkan penetrasi suatu senyawa.

    Mikroemulsi dapat mencapai kestabilannya dengan bantuan surfaktan dan

    kosurfaktan. Surfaktan dalam mikroemulsi berperan dalam menurunkan tegangan

    antar muka hingga sangat rendah dan membuat energi bebas permukaan

    mendekati nol. Namun, dalam kebanyakan formulasi mikroemulsi, surfaktan saja

    belum mampu untuk membentuk suatu sistem mikroemulsi sehingga perlu

    ditambahkan suatu kosurfaktan. Kosurfaktan berperan membantu kerja surfaktan

    dalam mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan entropi dari sistem

    yang mengarah ke stabilitas termodinamika (Pathan et al., 2012). Surfaktan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    kosurfaktan yang sering dipakai adalah tween, span, PEG, propilen glikol, dan

    alkohol rantai pendek.

    Surfaktan dan kosurfaktan yang dipilih dalam penelitian ini adalah tween

    80 dan PEG 400. Tween 80 merupakan surfaktan yang paling sering digunakan,

    selain itu, tween 80 juga memiliki nilai toksisitas yang lebih rendah dari surfaktan

    lain serta tidak bersifat iritatif terhadap kulit. Selain itu, tween 80 memiliki

    kandungan asam oleat sama seperti minyak zaitun yang mengandung lebih dari

    50% asam oleat, persamaan kandungan asam oleat ini membuat tween 80 dapat

    membentuk sistem mikroemulsi (Mahdi et al., 2011). PEG 400 dipilih sebagai

    kosurfakan karena senyawa ini mampu mengurangi teganggan permukaan,

    meningkatkan entropi sistem serta dapat meningkatkan kelarutan zat yang sukar

    larut dalam air. Kedua bahan tersebut sering digabungkan untuk membentuk suatu

    sediaan mikroemulsi yang baik dan stabil.

    Mikroemulsi sangatlah kompleks dengan sistem mikrostruktur yang

    dapat berubah bila terjadi sedikit penyimpangan dari formulasi yang sesuai untuk

    pembentukan mikroemulsi dapat menyebabkan perubahan yang drastis dari

    karakteristik fisiknya (Pathan et al., 2012). Proporsi antara surfaktan, kosurfaktan,

    minyak dan air dalam sediaan mikroemulsi sangat menentukan terbentuknya

    mikroemulsi yang stabil. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk

    mengetahui pengaruh komposisi tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai

    kosurfaktan terutama terhadap formulasi sediaan mikroemulsi untuk

    menghasilkan sediaan mikroemulsi yang baik dan stabil. Penelitian pengaruh

    surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dalam formulasi sediaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol untuk antiaging diharapkan

    dapat diketahui pengaruh dari perbandingan surfaktan (tween 80) dan kosurfaktan

    (PEG 400) dalam menghasilkan sediaan mikroemulsi yang memenuhi syarat sifat

    fisik dan stabilitas fisik dalam kondisi ekstrim penyimpanan yang baik.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan

    dalam penelitian sebagai berikut :

    1) Apakah perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai

    kosurfaktan berpengaruh terhadap sifat fisik sediaan mikroemulsi askorbil

    palmitat dan alfa tokoferol serta bagaimanakah pengaruhnya ?

    2) Apakah perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai

    kosurfaktan berpengaruh terhadap stabilitas fisik sediaan mikroemulsi

    askorbil palmitat dan alfa tokoferol dalam kondisi ekstrim penyimpanan

    serta bagaimanakah pengaruhnya ?

    3) Apakah sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki

    aktivitas antioksidan ?

    4) Apakah sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki

    potensi mengiritasi ?

    C. Keaslian Penelitian

    Sejauh penelusuran pustaka dari beberapa sumber yang dilakukan

    oleh peneliti, penelitian mengenai “pengaruh perbandingan surfaktan tween

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    80 dan kosurfaktan PEG 400 dalam formulasi sediaan mikroemulsi askorbil

    palmitat dan alfa tokoferol untuk angiaging “ belum pernah dilakukan.

    Penelitian terkait mengenai vitamin C dan vitamin E yang

    diformulasikan sebagai sediaan mikroemulsi yang pernah dilakukan dengan :

    Temperature-Sensitive Microemulsion Gel: An Effective Topical Delivery

    System for Simultaneous Delivery of Vitamins C and E (Rozman et al., 2008),

    serta Simultaneous absorption of vitamins C and E from topical

    microemulsions using reconstructed human epidermis as a skin model

    (Rozman et al., 2009).

    Penelitian terkait formulasi sediaan mikroemulsi dengan minyak

    zaitun, tween 80 dan PEG 400 yang pernah dilakukan adalah Design and

    Characterization of Self Emulsifying Drug Delivery System of Repaglinide

    (Kundarapu et al, 2013), serta Formulation Development & Characterization

    of Microemulsion Drug delivery systems Containing Antiulcer drug (Jha et al,

    2010).

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat teoritis.

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap

    ilmu pengetahuan terutama mengenai pengaruh perbandingan tween 80

    sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan terhadap formulasi

    dan evaluasi sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol

    untuk anti aging.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    2. Manfaat praktis.

    Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan mikroemulsi anti

    aging dengan zat aktif askorbil palmitat dan alfa tokoferol yang memiliki

    sifat fisik dan stabilitas yang baik serta memiliki kemampuan antioksidan

    dan tidak bersifat iritatif yang bermanfaat bagi masyarakat.

    E. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan

    PEG 400 sebagai kosurfaktan terhadap sifat fisik sediaan mikroemulsi

    askorbil palmitat dan alfa tokoferol.

    2. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan

    PEG 400 sebagai kosurfaktan terhadap stabilitas fisik sediaan mikroemulsi

    askorbil palmitat dan alfa tokoferol dalam kondisi ekstrim penyimpanan.

    3. Untuk mengetahui kemampuan antioksidan dalam bentuk IC50 dari sediaan

    mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol.

    4. Untuk mengetahui sifat iritatif sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa

    tokoferol.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Penuaan (Aging)

    Penuaan adalah suatu proses menjadi tua, yang merupakan proses

    fisiologis yang pasti akan terjadi pada semua makhluk hidup dengan kecepatan

    yang berbeda, dan terjadi setelah masa pertumbuhan berhenti. Pada orang tertentu

    penuaan terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain datangnya lebih

    cepat, keadaan ini disebut penuaan dini (premature aging) (Jusuf, 2005).

    Cunnningham (2003) menjabarkan proses penuaan pada kulit terjadi

    dengan dua macam proses yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu :

    a. Proses intrinsik (true aging, chronological aging)

    Proses ini merupakan proses fisiologis yang berjalan alami seiring

    dengan pertambahan usia seseorang yang disebabkan dan dipicu oleh

    faktor-faktor dari dalam tubuh, seperti faktor genetik dan hormonal.

    b. Proses ekstrinsik (entrinsic aging)

    Merupakan proses penuaan yang berjalan lebih cepat dan

    menjadikannya tidak sesuai dengan usia yang dipengaruhi oleh faktor dari

    luar tubuh, seperti sinar matahari, kelembaban udara dan radikal bebas.

    Proses serta mekanisme pasti terjadinya penuaan belum diketahui hingga

    saat ini. Namun, para ahli mengemukakan beberapa teori yang dapat menjelaskan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    proses penuaan. Banyak teori penuaan yang berkembang seperti teori kerusakan

    DNA, teori endokrin, teori telomer, dan teori radikal bebas.

    a. Teori Kerusakan DNA

    Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat

    akumulasi kesalahan pada replikasi DNA, sehingga mengakibatkan kematian

    sel (Jusuf, 2005). Mitokondrial DNA (mtDNA) yang berperan dalam

    mekanisme perbaikan DNA yang rusak banyak mengalami mutasi sehingga

    mekanisme perbaikan DNA yang rusak menjadi berkurang. Paparan kronis

    dari UVA dapat menyebabkan delesi pada mtDNA pada fibroblast dermis

    yang merupakan salah satu penyebab photoaging (Murina et al., 2012).

    b. Teori Telomer

    Telomer membentuk ujung kromosom dan melindungi kromosom

    serta membentuk cap dari protein. Pemendekan telomer pada setiap siklus

    pembelahan sel menstimulasi respon perbaikan DNA dan menyebabkan

    apoptosis. Radiasi UV meningkatkan gangguan telomer yang mengakibatkan

    telomer tidak dapat mengalami pemendekan sehingga proses perbaikan DNA

    dan apoptosis pada sel yang rusak terganggu seperti yang terjadi pada sel

    kanker (Makrantonaki et al., 2010). Namun, Murina et al., (2012)

    menyatakan bahwa hilangnya kemampuan telomer bukan faktor dominan

    dalam penuaan kulit.

    c. Teori Endokrin

    Teori ini mengatakan bahwa bertambahnya usia menyebabkan

    perubahan keseimbangan sistem hormonal atau penurunan produksi hormon-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    hormon tertentu yang bertugas untuk meregenerasi sel-sel, seperti hormon

    pertumbuhan, hormon estrogen serta hormon progesteron (Jusuf, 2005).

    d. Teori Radikal Bebas

    Teori ini merupakan teori yang paling banyak diterima sebagai

    penyebab penuaan dini, karena akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam

    sel. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang

    tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri. Bahan

    radikal bebas dalam tubuh paling banyak berasal dari oksigen yang disebut

    sebagai senyawa oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS). Sebagian

    diantaranya berbentuk radikal seperti radikal hidroksil (●OH), radikal

    peroksil (●OOH), dan ion superoksida (O2-●). Sebagian yang lain bukan

    radikal, seperti singlet oksigen (1O2), hidrogen peroksida (H2O2) dan ion

    hipoklorit (ClO-) (Clarkson et al., 2000).

    Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi dan dapat merubah

    molekul menjadi suatu radikal, sehingga menyebabkan kerusakan sel,

    gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Radikal bebas ini akan merusak

    enzim superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan fungsi

    sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak (Cunnningham, 2003).

    tekanan oksidatif (oxidative stress) merupakan suatu keadaan dimana tingkat

    oksigen reaktif yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen.

    Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi

    dengan lemak, protein, asam nukleat dan transduksi sinyal. Lipid merupakan

    biomolekul yang paling rentan diserang oleh radikal bebas karena kandungan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    poly unsaturated fatty acid (PUFA) (Birben et al., 2012). Proses peroksidasi

    lipid dapat menghasilkan produk yang bersifat toksik, seperti 4-HNE (4-

    hidroksi -2- nonenal) yang mampu menyerang dan merubah molekul biologis

    penting seperti protein dan basa DNA yang dapat mengakibatkan berbagai

    gangguan dan penyakit (Nikki, 2010).

    Teori radikal bebas pada penuaan menunjukkan bahwa ROS

    mengaktifkan sejumlah phosphorylase-mediated kinases, yang

    mengakibatkan aktivasi jalur transduksi sinyal di seluruh epidermis. Jalur

    transduksi sinyal ini salah satunya adalah mitogen-activated protein kinases,

    seperti p38; c-jun N-terminal kinase; dan extracellular signal-regulated

    kinases, yang mengakibatkan pengaktifan kompleks activator protein 1 (AP-

    1) nuklear transkripsi, yang merupakan heterodimer yang terdiri dari protein

    c-jun dan c-fos. AP 1 bertanggung jawab dalam aktivasi gen

    metalloproteinase matriks (MMP) (Murina et al., 2012).

    Matriks metalloproteinase (MMP) adalah suatu zinc-dependent

    endopeptidase yang terlibat dalam proses penyembuhan luka, turn over

    matriks ekstraseluler, angiogenesis, dan kanker. Sejumlah MMP mampu

    menimbulkan degradasi kolagen tipe I dan III, antara lain MMP-1, MMP-8,

    MMP13, MMP-14, MMP-15, dan MMP-16. Namun, pada kulit hanya MMP-

    1 yang paling banyak dipicu pembentukannya oleh pajanan sinar UV dan

    yang paling bertanggung jawab terhadap pemecahan kolagen akibat paparan

    sinar matahari. Kolagenase ini memicu kejadian proteolitik yang

    menyebabkan degradasi kolagen dan pergantian matriks ekstraseluler secara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    keseluruhan. Matriks metalloproteinase dapat dengan segera timbul hanya

    dengan dosis minimal sinar UV. Ada suatu hubungan dosis dan respon yang

    ditimbulkan antara paparan UV dan induksi MMP (Murina et al., 2012).

    Sinar ultra violet juga mengaktifkan nuclear factor kappa B (NF -

    kB), yaitu faktor transkripsi yang mempengaruhi ekspresi berbagai protein

    serta memperburuk degradasi matriks kulit dengan cara meningkatkan kadar

    MMP-1 dan MMP-9. Degradasi matriks diperburuk dengan masuknya MMP-

    8 (kolagenase) dari sumber neutrofil ke dalam kulit yang terpapar sinar UV

    setelah infiltrasi neutrofil (Brennan, 2003).

    Selain itu, radiasi sinar UV juga menganggu ekspresi gen dari

    prokolagen jenis I dan III dalam dermal fibroblas dengan 2 mekanisme.

    Pertama, radiasi UV menginduksi AP-1, sehingga menghambat transforming

    growth factor β (TGF-β), suatu sitokin profibrotik yang meningkatkan

    transkripsi gen-gen kolagen. Mekanisme kedua adalah membuat reseptor

    TGF-β tidak dapat menanggapi TGF-β dengan demikian menghasilkan lebih

    sedikit prokollagen tipe I (Murina et al., 2012).

    B. Antioksidan

    1. Definisi antioksidan

    Antioksidan adalah zat yang dapat menetralkan radikal bebas dengan

    mendonorkan elektron, dengan demikian dapat memperlambat atau bahkan

    menghambat oksidasi dan melindungi tubuh dari beragam penyakit serta

    penuaan dini (Nikki, 2010). Antioksidan dapat digolongkan menjadi 2

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    kelompok, yaitu antioksidan enzimatik dan non-enzimatik. Antioksidan

    enzimatik berperan untuk pertahanan tubuh terhadap radikal bebas dengan

    menstabilkan atau deaktifasi radikal bebas, contoh dari antioksidan enzimatik

    adalah superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase, glutation

    reduktase, dan thioredoxin. Antioksidan non-enzimatik yang merupakan

    scavangers ROS dan RNS, contoh dari antioksidan non enzimatik adalah

    glutathione, vitamin A, C dan E (Birben et al., 2012).

    Menurut Noori (2012), berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan

    dalam tubuh dikelompokkan menjadi 3 yakni:

    1. Antioksidan primer, antioksidan ini bekerja untuk mencegah

    pembentukan senyawa radikal baru, sebelum radikal bebas ini sempat

    bereaksi. Contohnya: enzim SOD

    2. Antioksidan sekunder, antioksidan ini bekerja menangkap senyawa serta

    mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh: vitamin E, vitamin C,

    betakaroten.

    3. Antioksidan tersier, antioksidan ini berkerja memperbaiki kerusakan sel-

    sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh: enzim metionin

    sulfoksidan reduktase untuk memperbaiki DNA pada inti sel.

    2. Askorbil palmitat sebagai antioksidan

    Aktivitas antioksidan dari askorbil palmitat merupakan aktivitas dari

    asam askorbat itu sendiri, karena askorbil palmitat akan dimetabolisme tubuh

    dan mengalami hidrolisis sehingga akan kembali menjadi bentuk semula yaitu

    asam askorbat dan asam linoleat (United States Department of Agriculture,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    2012). Asam askorbat memiliki fungsi sebagai kofaktor enzim klasik

    (hydroxylating enzymes), agen protektif (sebagai hidroksilase pada biosintesis

    kolagen), dan sebagai radikal askorbil dalam reaksi dengan metal ion transisi

    (Padayatty et al., 2003). Asam askorbat juga sebagai kofaktor untuk aktivitas

    enzimatik hidroksilase prolyl, sebuah enzim yang menghidrolisis residu prolyl

    di prokolagen, elastin, dan protein lain sebelum pembentukan triple helix,

    yang diperlukan untuk sintesis kolagen (Baumann, 2009).

    Asam askorbat mampu bereaksi dengan radikal bebas, mengalami

    oksidasi dengan kehilangan satu elektronnya. Oksidasi yang pertama

    menghasilkan radikal bebas askorbil dan kemudian membentuk asam dehidro-

    L-askorbid. Hidrolisis asam dehidroaskorbat menghasilkan asam 2,3-diketo-L-

    glukonat dimana akan mengalami dekarboksilasi menjadi CO2. Asam

    askorbat dapat bereaksi dengan zat toksik, ROS anion superoksida (O2-) dan

    radikal hidroksil (OH-). Reaksi inilah yang merupakan dasar dari sebagian

    besar fungsi biologis esensial asam askorbat (Thiele et al., 2007). Radikal

    askorbil dapat diregenerasi dengan beberapa jalur enzimatik dan NADPH

    sebagai sumber energi. Tetapi, di dalam tubuh manusia, reduksinya hanya

    terjadi secara parsial, sehingga asam askorbat yang terlah teroksidasi tidak

    seluruhnya kembali (Padayatti, 2003).

    Asam askorbat dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan

    DNA, dengan cara : (1) Untuk lipid, misalnya Low-Density Lipoprotein

    (LDL), akan beraksi dengan oksigen sehingga menjadi lipid peroksida. Reaksi

    berikutnya akan menghasilkan lipid hidroperoksida, yang akan menghasilkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    proses radikal bebas. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen sehingga

    tidak terjadi interaksi antara lipid dan oksigen, dan akan mencegah terjadinya

    pembentukan lipid hidroperoksida. (2) Untuk protein, asam askorbat

    mencegah reaksi oksigen dan asam amino pembentuk peptida, atau reaksi

    oksigen dan peptida pembentuk protein. (3) Untuk DNA, asam askorbat akan

    mencegah reaksi DNA dengan oksigen akan menyebabkan kerusakan pada

    DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi (Padayatti, 2003).

    3. Alfa tokoferol sebagai antioksidan

    Vitamin E terdiri dari 2 jenis yaitu tokoferol dan tokotrineol.

    Terdapat enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ

    (zeta) yang memiliki aktivitas bervariasi. Tokoferol yang memiliki aktifitas

    terbesar adalah tokoferol alfa. Secara kimia, vitamin E (tokoferol) merupakan

    turunan chromanol. Rantai hidrokarbon pada tokoferol berfungsi untuk

    orientasi tokoferol di tempat aksinya, sedangkan bagian chromanol

    memberikan sifat antioksidan dari tokoferol (Kretz et al., 2001).

    Alfa tokoferol memiliki fungsi utama adalah sebagai antioksidan

    alami pemecah rantai radikal bebas dan mencegah peroksidasi membran asam

    lemak tak jenuh (PUFAs), karena alfa tokoferol dapat bersaing dengan radikal

    peroksil lebih cepat dibanding PUFAs. Alfa tokoferol banyak digunakan untuk

    mengatasi kulit kering, serta sebagai produk tabir surya (Baumann, 2009).

    Riset membuktikan bahwa alfa tokoferol memberikan perlawanan terhadap

    kekeringan pada kulit dengan menjadi pelembab natural pada kulit, namun

    belum diketahui mekanisme secara pasti. Para ahli memperkirakan mekanisme

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    melembabkan dari vitamin E adalah dengan meningkatkan hidrasi pada kulit

    atau sebagai humektan serta dengan membentuk barier lipid (Alencastre et al.,

    2006).

    Vitamin E dalam menjalankan fungsinya sebagai antioksidan

    berubah bentuk menjadi suatu bentuk radikal semistabil, radikal tocopheroxyl.

    Tidak seperti radikal bebas yang dibentuk dari PUFAs, radikal tocopheroxyl

    relatif tidak reaktif sehingga dapat menghentikan proses penyebarluasan

    perusakan oleh peroksidasi lipid (Fennema et al., 2004). Tocopheroxyl radikal

    dapat mengalami beberapa kemungkinan reaksi, diantaranya : (1) radikal

    tocopheroxyl dapat diubah kembali menjadi tokoferol melalui reaksi redoks

    yang diperantarai oleh antioksidan lain seperti asam askorbat dan ubiquinon.

    (2) Bereaksi dengan yang radikal tocopheroxyl lain untuk membentuk produk

    non-reaktif seperti tokoferol dimer, (3) mengalami oksidasi lebih lanjut untuk

    membentuk tocopherylquinone yang dapat tereduksi menjadi α-

    tocopherylhydroquinone, yang dapat terkonjugasi dengan asam glukoronat

    disekresikan dalam empedu, dan kemudian diekskresikan dalam feses

    (eliminasi vitamin E), dan (4) bertindak sebagai prooksidan dan mengoksidasi

    lipid lainnya (Rigel et al., 2004)

    4. Interaksi askorbil palmitat dan alfa tokoferol sebagai antioksidan

    Interaksi antar antioksidan bersifat sinergis dan mempunyai efek

    saling memberi dimana satu antioksidan melindungi yang lain melawan

    destruksi oksidatif. Askorbil palmitat mempunyai peran meregenerasi efek

    proteksi antioksidan alfa tokoferol pada area sel yang hidrofobik dengan cara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    mendonorkan atom hidrogen pada radikal tocopheroxyl yang akan membentuk

    kembali bentuk aktif alfa tokoferol setelah berinteraksi dengan radikal bebas

    (Fennema et al., 2004)

    C. Mikroemulsi

    1. Definisi Mikroemulsi

    Mikroemulsi adalah sistem dispersi minyak dan air yang secara

    termodinamika stabil, transparan atau jernih yang distabilkan oleh lapisan

    antarmuka dari molekul surfaktan (Pathan et al., 2012). Mikroemulsi terdiri dari

    empat komponen yaitu minyak, air, surfaktan dan kosurfaktan. Terdapat tiga tipe

    sistem dispersi yang dibentuk oleh mikroemulsi yaitu tipe minyak dalam air (M/A

    atau O/W), tipe air dalam minyak (A/M atau W/O) dan tipe bikontinu. Tipe sistem

    dispersi mikroemulsi tersebut terbentuk dipengaruhi oleh komposisi dari

    komponen mikroemulsi itu sendiri (Lawrence et al., 2000). Mikroemulsi memiliki

    banyak kelebihan bila dibandingkan dengan emulsi, antara lain stabil secara

    termodinamika (stabil dalam jangka waktu yang lama), jernih dan transparan,

    dapat disterilkan secara filtrasi, biaya pembuatan murah, mempunyai kelarutan

    yang tinggi serta dapat berpenetrasi dengan baik (Pathan et al., 2012).

    Gambar 1. Tipe sistem dispersi mikroemulsi (Wankhade et al.,2012).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Menurut Muzaffar et al. (2013) pembentukan mikroemulsi harus

    memperhatikan tiga kondisi penting, yaitu :

    a. Pemilihan surfaktan adalah hal yang sangat penting dalam mencapai tegangan

    antar muka yang sangat rendah antara minyak dan air yang merupakan syarat

    utama untuk menghasilkan mikroemulsi.

    b. Konsentrasi surfaktan harus cukup tinggi untuk menyediakan jumlah molekul

    surfaktan yang diperlukan untuk menstabilkan tetesan mikro yang akan

    diproduksi oleh sistem mikroemulsi.

    c. Sistem antarmuka harus cukup fleksibel untuk pembentukan mikroemulsi

    2. Teori Pembentukan Mikroemulsi

    Menurut Singh et al. (2014) terdapat tiga teori pembentukan

    mikroemulsi, antara lain:

    a. Teori bauran lapisan (Mixed film)

    Teori ini menyatakan bahwa pembentukan mikroemulsi dapat

    terjadi dengan penurunan tegangan lapisan antar muka hingga sangat

    rendah (mendekati nol atau negatif). Pembentukan partikel mikroemulsi

    yang spontan berhubungan dengan pembentukan suatu lapisan yang

    kompleks pada antar muka minyak-air oleh surfaktan dan kosurfaktan. Hal

    ini menyebabkan penurunan tegangan antar permukaan minyak-air hingga

    nilai yang sangat rendah.

    b. Teori kelarutan (solubilisasi)

    Kelompok Shinoda dan Friberg menganggap mikroemulsi

    merupakan larutan monofase yang stabil secara termodinamika yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    terbentuk dari misel speris, air dan minyak. Karena surfaktan memiliki

    kecenderungan untuk berkelompok membentuk misel dan konsentrasi

    yang ditambahkan saat terbentuk kelompok misel yang disebut Criticall

    Micell Concentration (CMC). Sifat terpenting misel adalah

    kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar

    larut atau sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut

    solubilisasi yang terbentuk antara molekul zat yang larut berasosiasi

    dengan misel dari surfaktan membentuk larutan yang jernih dan stabil

    secara termodinamika.

    c. Teori termodinamika

    Pembentukan Mikroemulsi bergantung kepada kemampuan

    surfaktan dalam menurunkan tegangan antar muka antara tetesan minyak

    dan perubahan entropi dari sistem. Teori termodinamika ini dapat dilihat

    dari persamaan berikut :

    ∆�� = � ∆� − � ∆�

    Dimana, Gf adalah energi bebas pada pembentukan mikroemulsi, γ adalah

    tegangan permukaan antarmuka minyak-air, ΔA adalah perubahan luas

    antarmuka pada mikroemulsifikasi, ΔS adalah perubahan entropi dari

    sistem yang efektif dalam dispersi, dan T adalah temperatur.

    Pada makroemulsi energi antarmuka lebih besar dari entropi

    sistem dan proses pembentukannya tidak spontan, dibutuhkan energi

    dalam pembentukannya yang didapat dari mixer dengan kecepatan tinggi.

    Pada pembentukan sistem mikroemulsi, dispersi droplet pada fase kontinu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    meningkatkan entropi sistem dan menghasilkan nilai negatif pada energi

    bebas permukaan.

    3. Komponen Penyusun Mikroemulsi

    a. Fase Minyak

    Komponen minyak berpengaruh pada kemampuannya untuk

    menembus wilayah ekor dari surfaktan. Kriteria utama untuk pemilihan

    minyak adalah bahwa obat harus memiliki kelarutan yang tinggi di dalamnya

    (Pathan et al., 2012).

    b. Surfaktan

    Surfaktan memiliki struktur bagian kepala bersifat hidrofilik dan

    bagian ekor bersifat hidrofobik, menyebabkan surfaktan cenderung berada

    pada antarmuka antara fase yang berbeda derajat polaritas dan membentuk

    ikatan hidrogen dengan minyak dan air. Peran surfaktan dalam formulasi

    mikroemulsi adalah untuk menurunkan tegangan antar muka yang akhirnya

    akan memfasilitasi proses dispersi selama persiapan mikroemulsi.

    Pembentukan suatu mikroemulsi dibutuhkan surfaktan dalam jumlah banyak

    untuk dapat membentuk suatu mikroemulsi yang stabil, yaitu lebih dari 40%

    dari total formula (Pathan et al., 2012).

    Terdapat empat jenis surfaktan berdasarkan ionisasi dalam larutan

    air yaitu anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik (Nielloud et al, 2000).

    1) Surfaktan Anionik

    Surfaktan ini membawa muatan negatif pada bagian hidrofilik.

    Secara luas, surfaktan ini banyak digunakan karena harganya yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    murah. Namun, surfaktan ini dapat menyebabkan iritasi dan toksik

    sehingga hanya digunakan untuk sediaan luar. Surfaktan ini hanya

    menghasilkan emulsi A/M. Contoh surfaktan ionik yaitu: Sodium lauril

    sulfat; Triethanolamine; Sodium dioctylsulphosuccinate; dan sebagainya.

    2) Surfaktan Kationik

    Surfaktan ini mengandung muatan positif pada bagian hidrofilik.

    Gugus terpenting pada surfaktan ini terdiri atas senyawa ammonium

    kuartener. Surfaktan ini bersifat toksik sehingga cenderung digunakan

    untuk formula krim antiseptik. Surfaktan kationik tidak dapat bercampur

    dengan surfaktan anionik dan anion polivalen, serta tidak stabil pada pH

    tinggi. Contoh surfaktan kationik yaitu: Cetrimide; Cetrimonium

    bromida; Benzalkonium chlorida; dan Cetylpyridinium chlorida.

    3) Surfaktan Amfoterik

    Surfaktan ini memiliki dua sifat pada bagian hidrofiliknya,

    tergantung pH sistem. Surfaktan ini bersifat kationik jika pH rendah dan

    bersifat anionik jika pH tinggi. Contoh surfaktan amfoterik yaitu:

    Lecithin.

    4) Surfaktan Nonionik

    Surfaktan nonionik tidak memiliki muatan pada bagian

    hidrofiliknya. Surfaktan nonionik mempunyai kemampuan melarutkan

    senyawa yang kurang larut dan memiliki toksisitas rendah. Contoh

    surfaktan nonionik yaitu: Glikol dan gliserol ester; Sorbitan ester;

    Polisorbat; PEG; dan Poloxalkol.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    c. Kosurfaktan

    Dalam kebanyakan kasus, surfaktan sendiri belum dapat

    menurunkan tegangan antarmuka air-minyak hingga sangat rendah untuk

    menghasilkan sebuah mikroemulsi. Dibutuhkan penambahan korsurfaktan

    yang dapat berupa senyawa dengan molekul ampifiilik rantai pendek (seperti

    etanol) ataupun surfaktan kedua (seperti polietilen glikol) untuk membuat

    tegangan antarmuka mendekati nol. Kosurfaktan meningkatkan fluiditas

    rantai hidrokarbon surfaktan primer, membantu untuk mengurangi tegangan

    permukaan, yang meningkatkan entropi dari sistem yang mengarah ke

    stabilitas termodinamika (Pathan et al., 2012). Secara luas molekul yang

    dapat berfungsi sebagai kosurfaktan meliputi surfaktan nonionik, alkohol,

    asam alkanoat, alkanediol dan alkil amina, etanol, butanol (Lawrence et al.,

    2000).

    4. Kontrol kualitas mikroemulsi

    a. Karakteristik mikroemulsi

    Menurut Muzaffar et al. (2013) terdapat beberapa uji untuk

    mengetahui karakteristik mikroemulsi, antara lain:

    1) Organoleptis : uji ini dilakukan untuk melihat fisik mikroemulsi secara

    visual. Dalam uji ini yang diamati adalah warna, bau, pemisahan fase

    dan kejernihan mikroemulsi.

    2) Tipe mikroemulsi dapat diketahui dengan melakukan uji pengenceran

    menggunakan fase minyak dan air yang digunakan, serta dapat

    dilakukan dengan cara pewarnaan fase.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    3) Ukuran droplet : pengukuran ini dilakukan untuk melihat apakah

    ukuran droplet dari sediaan sudah memenuhi ukuran droplet

    mikroemulsi sesuai dengan pustaka yang ada, yaitu kurang dari 100 nm.

    4) Pengukuran pH : pengukuran pH dilakukan untuk melihat perubahan

    pH saat awal dan akhir uji stabilitas. Pengujian ini juga dilakukan untuk

    melihat apakah pH sediaan sesuai untuk kulit. Suatu sediaan topikal

    harus didesain agar memiliki pH yang mirip dengan pH kulit yaitu 4,5 –

    6,5, apabila melebihi batas tersebut sediaan dapat membuat kulit kering,

    bila kurang dari rentang tersebut akan menimbulkan iritasi pada kulit.

    5) Persen transmitansi : pengukuran persen transmitansi dilakukan untuk

    mengukur kejernihan suatu mikroemulsi. Pengujian dilakukan dengan

    spektrofotometer UV-Vis.

    6) Indeks bias merupakan suatu nilai yang menunjukkan sifat isotropik

    suatu cairan. Pengujiannya menggunakan refraktometer dan

    dibandingkan dengan indeks bias aquadest (1,333).

    7) Viskositas adalah suatu sifat dari fluida untuk mengalir serta dapat

    untuk mengetahui jenis misel yang terbentuk. Makin kental suatu

    cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan untuk digunakan supaya

    cairan tersebut mengalir dengan laju tertentu.

    8) Potensial zeta berguna untuk menilai flokulasi yang terjadi karena

    adanya muatan listrik pada partikel yang mempengaruhi laju flokulasi.

    Nilai potensial zeta yang baik adalah netral, yang mengindikasikan

    bahwa tetesan mikro emulsi tidak memiliki muatan yang membuat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    sistem tersebut stabil. Potensial zeta ditentukan dengan menggunakan

    Zetasizer.

    9) Bobot jenis berguna untuk mengetahui kerapatan partikel atau droplet

    pada suatu sediaan mikroemulsi.

    b. Stabilitas termodinamik

    Uji stablitas adalah proses yang memakan waktu relatif lama,

    sehingga uji stabilitas dipercepat lebih banyak dilakukan. Uji stabilitas

    dipercepat pada mikroemulsi dapat dilakukan dengan uji sentrifugasi dan uji

    freeze thaw seperti yang diungkapkan oleh Dawaba et al.(2010).

    1) Uji sentrifugasi

    Metode sentrifugasi digunakan untuk menginduksi dan

    mempercepat ketidakstabilan yang disebabkan oleh gaya gravitasi.

    kondisi penyimpanan normal dapat diprediksi dengan cepat dengan

    mengamati pemisahan fase dispersi ketika mikroemulsi dikenakan

    sentrifugasi. Uji sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 5000 rpm

    selama 15 menit (Darole, et al., 2008).

    2) Uji Heating-cooling

    Uji Heating-cooling menginduksi stres dalam sistem

    mikroemulsi dengan kondisi ekstrim suhu tinggi penyimpanan. Uji ini

    dilakukan untuk mengamati perubahan dalam stabilitas seperti

    pemisahan fase, inversi, agregasi, creaming dan cracking dari sampel

    mikroemulsi. Mikroemulsi disimpan pada 4°C selama 24 jam dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    diikuti oleh 24 jam pada 40°C, siklus diulang tiga kali dan perubahan

    yang terjadi dicatat.

    3) Uji Freeze Thraw

    Uji freeze thaw menginduksi stres dalam sistem mikroemulsi

    dengan kondisi ekstrim suhu penyimpanan rendah. Uji ini dilakukan

    untuk mengamati perubahan dalam stabilitas seperti pemisahan fase,

    inversi, agregasi, creaming dan cracking dari sampel mikroemulsi.

    Mikroemulsi disimpan pada -20°C selama 24 jam dan diikuti oleh 24

    jam pada 25°C, siklus diulang tiga kali dan perubahan yang terjadi

    dicatat.

    D. Uji DPPH

    Metode DPPH merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam

    mengevaluasi aktivitas antioksidan suatu senyawa. Metode ini mudah, cepat,

    akurat dan murah untuk pengujian aktivitas antioksidan suatu senyawa. Metode

    DPPH menggunakan 2,2difenil-1-pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas,

    yang dapat mendonorkan atom hidrogen (Marinova et al., 2011).

    DPPH merupakan radikal bebas nitrogen organik yang memiliki sifat

    sangat stabil, bereaksi dengan senyawa yang dapat menyumbangkan hidrogen

    atom dan memiliki penyerapan maksimum UV-Vis pada 515 - 517nm. Metode ini

    didasarkan pada penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan melalui reaksi

    reduksi, dan dekolorisasi dari larutan DPPH dalam metanol atau etanol (Ndhlala

    et al., 2010). Ketika larutan DPPH dicampur dengan suatu zat yang dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    menyumbangkan atom hidrogen, maka akan membuat warna violet pada larutan

    DPPH berkurang atau hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri

    sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul

    DPPH akibat adanya zat antioksidan dengan menggunakan spektrofotometer UV-

    Vis (Molyneux, 2004).

    Spektrofotometer UV-Vis memiliki prinsip kerja penyerapan radiasi

    elektromagnetik pada panjang geombang UV-Vis oleh suatu molekul yang yang

    dapat menyebabkan eksitasi elektron dalam orbital molekul tersebut dari tingkat

    energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Syarat senyawa yang dapat diukur

    menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah mempunyai gugus kromofor dan

    auksokrom dan memiliki serapan pada panjang gelombang UV-Vis

    (Sastroamidjojo, 2001).

    Gambar 2. Struktur DPPH radikal (1), struktur DPPH non radikal (Molyneux, 2004)

    Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa untuk

    menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan persen penghambatan.

    Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga

    konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition

    Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat

    menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat

    antioksidan yang memberikan %penghambatan 50%. Zat yang mempunyai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah

    (Molyneux, 2004).

    Tabel I. Tingkat kekuatan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Arianyo, 2006).

    Nilai IC50 Aktivitas antioksidan < 50 µg/mL Sangat Kuat

    50-100 µg/mL Kuat 101-150µg/mL Sedang > 150 µg/mL Lemah

    E. Uji Iritasi

    Iritasi kulit adalah proses peradangan pada kulit yang tidak dimediasi

    oleh sistem imun dan bersifat reversibel. Pada iritasi akan terjadi perubahan kulit

    yang dapat berupa eritema dan endema, dan disertai keluahan seperti gatal dan

    rasa kulit seperti terbakar. Produk yang dapat mengiritasi kulit salah satunya

    adalah kosmetik, dikarenakan kandungan bahan didalamnya. Uji iritasi menjadi

    penting untuk menghindari terjadinya kemungkinan iritasi dari penggunaan

    produk tersebut. Uji iritasi yang biasa digunakan menggunakan binatang sebagai

    hewan uji, namun banyak pihak yang mengkritik dan menolaknya sehingga perlu

    digunakan uji iritasi selain menggunakan hewan uji (Robinson et al., 2001).

    Metode Hen’s Egg Test-Chroallontoic (HET-CAM) merupakan salah

    satu uji iritasi alternatif yang mulai banyak digunakan sebagai penganti uji iritasi

    dengan menggunakan binatang sebagai hewan uji. Uji HET-CAM biasa

    digunakan dalam uji iritasi pada mata, namun uji ini dapat juga digunakan untuk

    iritasi pada kulit pada beberapa kasus seperti penggunaan surfaktan pada kosmetik

    (Bernardi et al., 2011). Kelebihan dari uji ini adalah mudah, dan dapat

    menggurangi waktu dan biaya dibanding iritasi lain (Cazedey et al., 2009).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    CAM merupakan jaringan yang terdiri dari arteri, vena dan kapiler darah.

    CAM akan memberikan respon berupa perdarahan, lisis atau koagulasi bila

    terpapar bahan yang bersifat iritatif (Cazedey, et al., 2009).

    Iritation Score dihitung menggunakan persamaan :

    IS = ����������� ����������

    ���� x 5 + �

    ��������� �����

    ���� x7 + �

    ��������� ���������

    ���� x9� (1)

    (Cazedey, et al., 2009).

    Keterangan :

    Waktu perdarahan : waktu pertama kali terjadi perdarahan (detik)

    Waktu lisis : waktu pertama kali terjadi lisis pembuluh darah (detik)

    Waktu koagulasi : waktu pertama kali terjadi koagulasi protein (detik)

    Tabel II. Hubungan Iritation Score dengan kategori iritasi (Cazedey et al., 2009).

    Iritation Score kategori

    0 – 0,9 tidak mengiritasi 1 – 4,9 iritasi lemah

    5 – 8,9 atau 5 – 9,9 iritasi sedang 9 -21 atau 10 - 21 iritasi kuat

    F. Pemerian Bahan

    1. Askorbil Palmitat

    Gambar 3. Struktur Ascorbyl Palmitate (Rowe et al., 2009)

    Pemerian askorbil palmitat adalah sebagai berikut rumus molekul :

    C22H38O7, askorbil palmitat praktis tidak berbau, merupakan serbuk berwarna

    putih hingga kuning. Kelarutan dalam aseton 1 dalam 15 bagian, dalam etanol

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    1 dalam 8 bagian, dalam minyak zaitun 1 dalam 3300 bagain (Rowe et al.,

    2009). Sangat sukar larut dalam air (≤ 1.8 g/L at 20oC) (Aquilina et al., 2013).

    Asam askorbat sangat tidak stabil dan kurang diserap ke dalam kulit, askorbil

    palmitat merupakan turunan dari asam askorbat dengan sifat lebih lipofilik,

    lebih stabil serta lebih mudah diserap kulit karena memiliki bagian yang

    hidrofil di satu sisi dan lipofil di sisi lain (Baumann, 2009).

    2. Dl-alfa Tokoferol

    Gambar 4. Struktur Alpha tocopherol (Rowe et al., 2009)

    Pemerian alfa tokoferol adalah sebagai berikut rumus molekul :

    C29H50O2, bobot molekul 430,72, alfa tokoferol merupakan larutan berminyak

    berwarna kuning jernih, kental. Alfa tokoferol larut dalam etanol 95%,

    miscible dengan aseton, kloroform, eter, dan minyak natural. Praktis tidak

    larut dalam air. Alfa tokoferol dapat digunakan dalam formulasi sediaan oral

    maupun topikal (Rowe et al., 2009).

    3. Minyak Zaitun (Olea europaea)

    Minyak zaitun adalah minyak yang diambil dari buah pohon Olea

    europaea. Kandungan asam lemak dalam minyak zaitun berupa asam oleat 56-

    85%, asam palmitat 7,5-20%, asam linoleat 3,5-20%, asam palmitooleat

  • 29

    vitamin A dan E sehingga dapat menstabilkan sediaan dan minyak zaitun

    sendiri terhadap oksidasi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya

    (Waterman et al, 2007).

    Minyak zaitun mengandung sejumlah besar asam oleat yang

    merupakan asam lemak kuat yang dapat meningkatkan penetrasi. Asam oleat

    juga berpengaruh terhadap proses metabolisme dalam kulit, meningkatkan

    aktivitas vitamin A dan E dan memulihkan sifat perlindungan dari stratum

    korneum serta memulihkan kondisi kulit yang kering. Minyak zaitun banyak

    digunakan sebagai shampo dan kondisioner untuk rambut, produk pembersih,

    serta krim dan lotion dalam bidang kosmetik (Alvarez et al., 2000).

    4. Tween 80

    Gambar 5. Struktur Polysorbate 80 (tween 80) (Mahdi et al., 2011)

    Polysorbate merupakan surfaktan non-ionik hidrofilik yang

    mengandung 20 unit oksietilena dan digunakan sebagai emulsifying agent pada

    emulsi tipe minyak dalam air. Nama kimia untuk tween 80 adalah

    polyoxyethylene 20 sorbitan monooleate dengan rumus kimia C64H124O26,

    berbentuk cairan berminyak berwarna kuning. Tween 80 memiliki toksisitas

    rendah sehingga dapat digunakan untuk penggunaan oral dan parenteral.

    Tween 80 berbentuk cairan berwarna kuning dengan bau khas lemah. Tween

    80 memiliki bobot jenis 1,08 g/cm3 dan nilai HLB 15. Tween 80 larut dalam

    etanol dan air. Selain itu, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Dalam farmasetik tween 80 digunakan sebagai agen pengemulsi, solubilisator,

    pembasah, dan agen pensuspensi atau pendispersi (Rowe et al., 2009).

    5. PEG 400

    Gambar 6. Struktur PEG 400 (Rowe et al., 2009)

    Polietilenglikol 400 adalah polietilenglikol H(O-CH2-CH2)n OH

    dimana harga n antara 8,2 dan 9,1. Pemerian : cairan kental jernih, tidak

    berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik.

    Kelarutan : larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam

    glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter P

    dan dalam hidrokarbon alifatik. Bobot molekul rata-rata : 380-420,

    kandungan lembab : sangat higroskopis (sifat higroskopis turun dengan

    meningkatnya bobot molekul), titik beku 4-80C (Raymond, 2006).

    PEG merupakan salah satu jenis bahan pembawa yang sering

    digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi untuk meningkatkan

    pelarutan obat yang sukar larut. Bahan ini merupakan salah satu jenis polimer

    yang dapat membentuk komplek polimer pada molekul organik apabila

    ditambahkan dalam formulasi untuk meningkatkan kecepatan pelarutan yang

    dapat membentuk kompleks dengan berbagai obat (Sinko, 2006).

    6. Aquadest

    Menurut Farmakope Indonesia III, aquadest yaitu cairan jernih, tidak

    berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Nama lain aquadest adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    air suling. Aquadest dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Fungsi

    aquadest sebagai pelarut. Rumus kimia dari aquadest adalah H2O dengan berat

    molekul 18,02 (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).

    G. Landasan Teori

    Askorbil palmitat dapat berfungsi sebagai antioksidan, kofaktor dalam

    sintesis kolagen, dan bersifat fotoprotektif. Askorbil palmitat merupakan asam

    askorbat dengan penambahan ester yang menjadikannya lebih stabil terhadap

    oksidasi dan lebih mudah terabsorbsi. Alfa tokoferol dapat berperan sebagai

    antioksidan yang bekerja dengan memecah rantai pada radikal bebas dan

    melembabkan kulit. Kedua vitamin dapat bekerja secara sinergis menangkap

    radikal bebas sebagai antioksidan.

    Mikroemulsi merupakan sediaan yang sesuai untuk memformulasikan

    askorbil palmitat dan alfa tokoferol dalam suatu sediaan topikal, karena dalam

    sediaan ini dapat dicampurkan antara fase air dan fase minyak, menjadi satu fase

    yang stabil secara termodinamika. Mikroemulsi memiliki bebeberapa kelebihan

    dibandingkan dengan emulsi, antara lain stabil secara termodinamika, dapat

    meningkatkan kelarutan dan penetrasi suatu senyawa karena ukurannya yang

    sangat kecil. Sistem mikroemulsi terdiri dari fase air, fase minyak, surfaktan dan

    kosurfaktan. Surfaktan berperan untuk menurunkan teggangan permukaan,

    sedangkan kosurfaktan berfungsi untuk membantu kerja surfaktan agar dapat

    membentuk sediaan mikroemulsi dengan menurunkan teganggan permukaan

    hingga nol atau mendekati nol.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Dalam sistem mikroemulsi jumlah surfaktan dan kosurfaktan sangat

    berperan dalam pembentukan sediaan mikroemulsi yang memiliki sifat fisik dan

    stabilitas yang baik, sehingga jumlahnya harus cukup tinggi untuk memfasilitasi

    terbentuknya sistem mikroemulsi yaitu lebih dari 40% dalam sistem mikroemulsi

    tersebut. Tween 80 merupakan surfaktan non ionik sehingga cenderung akan

    membentuk mikroemulsi M/A. Tween 80 dan PEG 400 bersifat tidak toksik dan

    tidak iritatif sehingga aman digunakan sebagai sediaan topikal.

    H. Hipotesis

    1. Peningkatan perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400

    sebagai kosurfaktan akan mempengaruhi sifat fisik sediaan mikroemulsi

    askorbil palmitat dan alfa tokoferol.

    2. Semakin tinggi perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400

    sebagai kosurfaktan maka stabilitas fisik sediaan mikroemulsi askorbil

    palmitat dan alfa tokoferol akan semakin baik.

    3. Sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki

    kemampuan antioksidan kuat.

    4. Sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol tidak memiliki

    potensi iritasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan

    rancangan acak pola searah.

    B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    1. Variabel penelitian

    a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi

    perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai

    kosurfaktan.

    b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah sifat

    fisik dan stabilitas sediaan mikroemulsi, serta sifat iritatif (irritation

    score) dan kemuampuan antioksidan sediaan mikroemulsi askorbil

    palmitat dan alfa tokoferol (IC50).

    c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada

    penelitian ini adalah lama dan kecepatan pengadukan pada saat

    pembuatan mikroemulsi serta suhu dan lama penyimpanan.

    d. Variabel pengacau tidak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali

    pada penelitian ini adalah kualitas bahan yang digunakan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    2. Definisi operasional

    a. Sediaan mikroemulsi adalah suatu sediaan mikroemulsi dengan

    kandungan zat aktif askorbil palmitat dan dl-alfa-tokoferol yang dibuat

    sesuai dengan formula yang tertera dalam penelitian ini.

    b. Sifat fisik merupakan parameter yang digunakan untuk melihat kualitas

    sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol yang meliputi

    organoleptis, tipe mikroemulsi, pH, ukuran droplet, viskositas, indeks

    bias, bobot jenis, dan persen transmitansi.

    c. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan utuk mengetahui tingkat

    kestabilan sediaan mikroemulsi dengan melihat perubahan pH, ukuran

    droplet, viskositas dan persen transmitansi yang diamati setelah sediaan

    melewati setiap siklus dalam uji freeze thaw.

    d. Surfactan Mix (Smix) adalah campuran tween 80 sebagai surfaktan dan

    PEG 400 sebagai kosurfaktan dengan rasio perbandingan sesuai dengan

    formula yang tertera dalam penelitian ini.

    e. Inhibition Concentration 50 (IC50) adalah nilai konsentrasi larutan uji

    yang menghasilkan penangkapan radikal DPPH hingga 50%. IC50

    diperoleh dari persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan

    antara konsentrasi larutan uji (sumbu x) dengan persen penangkapan

    radikal atau %IC (sumbu y).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    C. Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan adalah askorbil palmitat (CV. Privat Equipment

    Pharmacy), dl-alfa-tokoferol (CV. Cipta anugrah), minyak zaitun (CV. Sofa

    Mediteranean), Tween 80 (PT. Brataco Chemika), PEG 400 (PT. Brataco

    Chemika), aquadestilata (PT. Brataco Chemika), Etanol p.a. (Merck Milipore),

    (DPPH) (Laboratorium Chemix Pratama).

    D. Alat Penelitian

    Peralatan yang digunakan adalah alat – alat gelas (Pyrex), botol kaca,

    cawan porselen, mortir dan stemper, timbangan analitik (OHAUS), magnetic

    stirrer, pH meter (Hanna Instrument HI 9042 C), Piknometer, Hot plate

    (Heidolph), Hand refractometer (Atago), Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu

    1600), Viscotester Brookfield LVDV-II+P, Particle Size Analyzer Delta Nano C

    Beckman Coulter, Sentrifugator (Benchtop Centrifuge PLC-05), Freezer

    (Toshiba), Lemari Pendingin (Sanken Logic Cool), Oven (Memmert)

    (Laboratorium Teknologi Semisolid-liquid).

    E. Tata Cara Penelitian

    1. Formula Acuan Mikroemulsi

    Formula acuan yang digunakan dalam pembuatan mikroemulsi

    askorbil palmitat dan dl-alfa-tokoferol dapat dilihat pada tabel III. Formula

    dimodifikasi pada fase minyak, serta surfaktan dan kosurfaktan. Fase minyak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    yang digunakan adalah minyak zaitun, dengan surfaktan tween 80 dan

    kosurfaktan PEG 400.

    Tabel III. Formula acuan mikroemulsi (Rozman et al., 2008) Bahan Komposisi

    Tween 40 14,79 Imwitor 308 14,79

    Isopropyl myristate 24,65 Purified water 44,37

    Vitamin E 1,00 Vitamin C 0,40

    2. Percobaan Pendahuluan

    a. Formula Orientasi Basis Mikroemulsi

    Formula orientasi basis mikroemulsi yang digunakan dapat dilihat

    pada tabel IV.

    Tabel IV. Formula Orientasi Basis Mikroemulsi Rasio Smix : 1:1

    Sampel Berat

    minyak (g)

    Berat Smix (g)

    Berat air (g)

    Berat total (g)

    % minyak

    % Smix % air

    1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9

    Rasio Smix : 2:1

    Sampel Berat

    minyak (g)

    Berat Smix (g)

    Berat air (g)

    Berat total (g)

    % minyak

    % Smix % air

    1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Rasio Smix : 3:1

    Sampel Berat

    minyak (g)

    Berat Smix (g)

    Berat air (g)

    Berat total (g)

    % minyak

    % Smix % air

    1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9

    Rasio Smix : 4:1

    Sampel Berat

    minyak (g)

    Berat Smix (g)

    Berat air (g)

    Berat total (g)

    % minyak

    % Smix % air

    1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9

    Rasio Smix : 5:1

    Sampel Berat

    minyak (g)

    Berat Smix (g)

    Berat air (g)

    Berat total (g)

    % minyak

    % Smix % air

    1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Rasio Smix : 6:1

    Sampel Berat

    minyak (g)

    Berat Smix (g)

    Berat air (g)

    Berat total (g)

    % minyak

    % Smix % air

    1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9

    b. Pembuatan Basis Mikroemulsi

    Minyak zaitun dan Smix pada setiap rasio perbandingan ditimbang

    secara terpisah, dicampur dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan

    kecepatan 500 rpm hingga tercampur homogen. Campuran minyak-Smix

    tiap rasio perlahan-lahan dititrasi dengan aquadest dengan peningkatan

    jumlah aquadest antar formula bervariasi 9% sampai 11%. Penambahan

    aquadest dilakukan dengan kecepatan pengadukan konstan, dan campuran

    akhir diaduk dengan kecepatan pengadukan konstan selama 15 menit pada

    suhu kamar.

    c. Evaluasi Basis Mikroemulsi pada Percobaan Pendahuluan

    1) Uji Organoleptis

    Uji Organoleptis dilakukan dengan mengamati karekteristik

    fisik dari sediaan yang terbentuk. Sediaan dikategorikan sebagai

    mikroemulsi apabila memiliki karakteristik transparan dan dapat

    mengalir dengan baik. Sediaan dikategorikan sebagai gel apabila

    memiliki karakteristik berkabut atau keruh dan tidak dapat mengalir

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    pada sudut 90O. Sediaan dikategorikan sebagai emulsi apabila

    memiliki karakteristik berkabut atau keruh serta dapat mengalir

    dengan baik.

    2) Heating-Cooling Cycle

    Mikroemulsi masing-masing formula disimpan pada suhu -

    4oC selama 24 jam, dan suhu 40o C selama 24 jam yang merupakan

    satu siklus. Uji ini dilakukan dalam 3 siklus. Diamati perubahan fisik

    sediaan mikroemulsi secara organoleptis setiap siklusnya.

    3) Uji sentrifugasi

    Mikroemulsi masing-masing formula di sentrifugasi dengan

    kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Setelah selesai, diamati

    perubahan yang terjadi pada sediaan mikroemulsi.

    4) Pengukuran Viskositas

    Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan

    Viscotester Rion RT-04. Mikroemulsi yang akan diuji dimasukkan ke

    dalam cup viscotester hingga hampir memenuhi wadah. Rotor yang

    sudah terpasang pada alat dibenamkan ke dalam sediaan sampai batas

    tertentu, viscotester dihidupkan, rotor akan berputar, jarum penunjuk

    skala akan bergerak dan menunjukkan besaran nilai viskositas.

    3. Percobaan Utama

    a. Formula Mikroemulsi

    Formula mikroemulsi hasil percobaan pendahuluan yang digunakan

    dapat dilihat pada tabel V.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Tabel V. Formula Mikroemulsi (100 g)

    Formula rasio Smix

    Bahan (g) Tween

    80 PEG 400

    Minyak zaitun

    alfa tokoferol

    askorbil palmitat

    Aquadest

    A 2 : 1 54,53 27,37 9,1 1,00 0,40 9,1 B 3 : 1 61,35 20,45 9,1 1,00 0,40 9,1 C 4 : 1 65,44 16,36 9,1 1,00 0,40 9,1 D 5 : 1 68,17 13,63 9,1 1,00 0,40 9,1 E 6 : 1 70,11 11,69 9,1 1,00 0,40 9,1

    b. Pembuatan mikroemulsi

    Pembuatan mikroemulsi dilakukan dengan semua bahan

    ditimbang sesuai dengan formula yang telah dimodifikasi. Surfaktan

    (tween 80) dan kosurfaktan (PEG 400) dimasukkan dalam beaker glass,

    kedua bahan dicampur untuk memberikan campuran surfaktan dengan

    diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit hingga homogen

    dengan kecepatan 500 rpm. Minyak zai