plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/16992/2/058114054_full.pdf · ix 6....
TRANSCRIPT
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETAATAN
PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI
BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU KEBUMEN
PERIODE OKTOBER 2008 - MARET 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dwi Arunningtyas
NIM. 058114054
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETAATAN
PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI
BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU KEBUMEN
PERIODE OKTOBER 2008 - MARET 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dwi Arunningtyas
NIM. 058114054
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Kupersembahkan karya ini untuk:
Yesus Kristus yang selalu menyayangiku dan memberi nafas kehidupan bagiku,
Bapak dan ibu yang tak pernah berhenti mangasihi dan menyayangiku,
Teman-temanku yang kukasihi,
Serta almamaterku.
Allah adalah terang dan didalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan
(1 Yoh 1: 5)
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan
(Yer 17:7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang telah senantiasa memberikan berkat, kasih, dan karuniaNya kepada
penulis sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor Risiko Terhadap
Ketaatan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Rawat Jalan di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru Kebumen Periode Oktober 2008-Maret 2009” ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan
tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, saran, dan ide dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. Drs. P. Sunu Hardiyanta, S.J., M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, saran, dan ide dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan saran
yang diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan saran yang
diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
6. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kabupaten Kebumen yang
telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian ini.
7. Kesbangpolinmas Kebumen c.q. Bappeda Kebumen yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di BP4
Kebumen.
8. Seluruh petugas BP4 Kebumen yang telah banyak membantu penulis
dalam menjalankan penelitian.
9. Para pasien di BP4 Kebumen yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini. Terima kasih atas waktu dan jawaban kuesionernya.
10. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang,
semangat, doa, dan pengorbanan dalam membesarkan penulis sehingga
dapat menjadi seperti sekarang ini.
11. Keluarga besar di Gombong, Kebumen, dan Yogyakarta yang telah
banyak membantu dan memberikan dorongan kepada penulis.
12. Sahabat-sahabatku Olivia Ganeswati, Theresia Elvira, Christina Santi, Ade
Entyna, dan Aloysia Dona yang selalu memberikan dukungan, keceriaan,
serta semangat dalam persahabatan yang telah diberikan kepada penulis
sejak awal kuliah hingga sekarang ini.
13. Teman-teman Wisma Rosari Vivi, Agnes, Esti, Jean, Della, dek’Susi,
Fetri, Angel, Lina, Mela, Yesia, Sifa, Yeni, mbak Tina, Mbak Uci, Mbak
Nice, Mbak Tika yang telah memberikan persahabatan, persaudaraan,
dukungan dan keceriaan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
14. Sahabat sekaligus sodaraku Widy yang selalu memberiku semangat, doa,
dan kekuatan untuk tetap berkarya.
15. Teman-teman farmasi, khususnya FKK angkatan 2005 yang telah
memberi warna kehidupan bagi penulis. Terima kasih atas kerja sama dan
kekompakan yang diberikan selama kuliah.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi
ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Agustus 2009
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
INTISARI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyerang semua bagian tubuh manusia dan yang paling sering terkena adalah paru (90%). Banyaknya obat yang digunakan dan waktu pengobatan yang lama seringkali menyebabkan kegagalan konversi penderita karena adanya masalah ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam pengobatan, seperti pengetahuan, keadaan sosial ekonomi, banyaknya obat yang harus diminum serta efek samping yang dirasakan. Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan tuberkulosis disebabkan oleh pengetahuan penderita, peran penyuluhan, ketersediaan obat, peran Pengawas Menelan Obat (PMO), dan efek samping obat.
Penelitan ini bertujuan melihat pengaruh beberapa faktor risiko terhadap ketaatan penderita tuberkulosis dalam menggunakan obat. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan menyebarkan lembar kuesioner kepada sejumlah responden yang menjalani pengobatan tuberkulosis paru di BP4 Kebumen. Data diolah dengan menghubungkan tingkat pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat pada pasien, PMO, dan efek samping obat dengan nilai ketaatan pengobatan responden. Data diolah dengan menggunakan metode statistik Z-test.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara tingkat pengetahuan, penyuluhan, PMO terhadap ketaatan pengobatan responden; pengaruh negatif antara ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pengobatan responden; dan tidak adanya pengaruh efek samping obat terhadap ketaatan pengobatan responden. Kata kunci : Tuberkulosis, faktor risiko, ketaatan pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT Tuberculosis is a disease which caused by Mycobacterium tuberculosis.
This organism can infect all part of human’s body, and mostly infects pulmonary (90%). The number of tablets and long treatment are the reason of patient’s convertion default, because there are patient’s adherence problems. World Health Organization (WHO) says, there are many factors that influence patient’s adherence in tuberculosis treatment, such as patient’s knowledge about tuberculosis, economic and social factors, the number of tablets that need to be taken by patient (regimen complexity), and drugs side effect. Some research says that risk factors that influence non-adherence to tuberculosis treatment are patient’s knowledge, health promotion, availability of drugs, supervised agents (PMO), and drugs side effect.
The aims of the research to examine some risk factors that influence adherence to tuberculosis treatment. This research done by interviewing and distributing questionnaire to respondents that taking TB treatment in BP4 Kebumen. The data proccessed by examining the influence of knowledge, health promotion, availability of drugs, supervised agents (PMO), and drugs side effect with the adherence score of respondents. The process is done using Z-test statistic method.
The results of this research show that there is a positive influence of level knowledge, health promotion, and supervised agents (PMO) to respondents adherence; a negative influence of availability of drugs in patients to respondents adherence; and there is no influence of drugs side effect to respondents adherence.
Keywords : Tuberculosis, risk factors, adherence to treatment
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………...
HALAMAN JUDUL………………………………………………..……….
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………….………
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..……...
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………….……………
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………
PRAKATA ………………………….............................................…………
INTISARI…………………………………………………………………...
ABSTRACT……………………………………...…………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………...………
DAFTAR TABEL…………………………………………………..……….
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….…….
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
BAB I. PENGANTAR……………………………………………….……...
A. Latar Belakang……………………………………………….……...
1. Permasalahan……………………………………………….…...
2. Keaslian penelitian………………………………………….…...
3. Manfaat penelitian………………………………………….……
B. Tujuan Penelitian……………………………………………….…...
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………….…...
A. Tuberkulosis…………………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xii
xiii
xvii
xix
xx
1
1
4
4
6
6
8
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Definisi………………………………………………………......
2. Macam-macam tuberkulosis…………………………………….
3. Epidemiologi…………………………………………………….
4. Etiologi…………………………………………………………..
5. Gejala klinis……………………………………………………..
6. Diagnosis………………………………………………………...
B. Terapi Tuberkulosis..…..……………………………………………
1. Tujuan pengobatan........................................................................
2. Prinsip pengobatan........................................................................
3. Rejimen pengobatan......................................................................
4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT).....................................................
5. Hasil pengobatan tuberkulosis......................................................
C. Ketaatan Pengobatan………………………………………………...
D. Pengetahuan…………………………………………………………
E. Penyuluhan…………………………………………………………..
F. Pengawas Menelan Obat (PMO)…………………………………….
G. Ketersediaan Obat…………………………………………………...
H. Efek Samping Obat………………………………………………….
I. Landasan Teori………………………………………………………
J. Hipotesis.............................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................
8
9
11
12
14
14
17
17
18
19
24
28
30
31
33
34
35
35
37
38
39
39
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Variabel penelitian........................................................................
2. Definisi operasional……………………………………………..
C. Waktu Penelitian…………………………………………………….
D. Tempat Penelitian…………………………………………………...
E. Subyek Penelitian…………………..……………………………….
F. Bahan Penelitian…………………………………………………….
1. Populasi penelitian……………………………………………....
2. Sampel dan teknik sampling…………………………………….
3. Besar sampel…………………………………………………….
G. Instrumen Penelitian…….…………………………………………..
H. Tata Cara Penelitian…………………………………………………
1. Perijinan…………………………………………………………
2. Penetapan besar sampel…………………………………………
3. Pembuatan kuesioner……………………………………………
4. Validasi kuesioner……………………………………………….
5. Uji reliabilitas……………………………………………………
6. Pengambilan data………………………………………………..
7. Pengolahan data…………………………………………………
a. Manajemen data……………………………………………..
b. Analisis data…………………………………………………
1) Analisis kualitatif…………..……………………………
2) Karakteristik responden…………………………………
3) Analisis hasil kuesioner…………………………………
40
40
42
42
42
43
41
43
44
44
45
45
45
46
47
50
50
50
50
51
51
51
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
I. Kesulitan Penelitian…………………………………………………
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...
A. Karakteristik Responden…………………………………………….
1. Jenis kelamin responden………………………………………...
2. Umur responden…………………………………………………
3. Tingkat pendidikan responden…………………………………..
4. Pekerjaan responden…………………………………………….
5. Lamanya responden menjalani pengobatan……………………..
B. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Ketaatan………………………….
C. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Ketaatan………………..…………
D. Pengaruh Ketersediaan Obat Terhadap Ketaatan…………………....
E. Pengaruh PMO Terhadap Ketaatan.....................................................
F. Pengaruh Efek Samping Obat Terhadap Ketaatan..............................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN…………………………………………………………………
BIOGRAFI PENULIS…………………………..………………………......
53
54
54
54
56
57
58
60
61
64
69
73
77
82
82
83
84
86
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Tabel II.
Tabel III.
Tabel IV.
Tabel V.
Tabel VI.
Tabel VII.
Tabel VIII.
Tabel IX.
Tabel X.
Tabel XI.
Tabel XII.
Tabel XIII.
Tabel XIV.
Tabel XV.
Tabel XVI.
Tabel XVII.
Obat Anti Tuberkulosis ..................................................................
Paduan Pengobatan Standar yang Direkomendasikan Oleh
WHO dan IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease): Paduan OAT yang
Digunakan di Indonesia..............................................................
Dosis Paduan OAT KDT (Kombinasi Dosis Tepat) Kategori 1.....
Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1...........................
Dosis Paduan OAT KDT (Kombinasi Dosis Tepat) Kategori 2.....
Dosis Paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2...........................
Paduan OAT Kategori 3 Dalam Paket Kombipak untuk
Penderita dengan Berat Badan Antara 33 – 55 kg .......................
Dosis Paduan KDT (Kombinasi Dosis Tepat) OAT Sisipan..........
Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan.............................................
Efek Samping Berat OAT ..............................................................
Efek Samping Ringan OAT............................................................
Penilaian Item Jawaban..................................................................
Pembagian Pernyataan Favourable dan Unfavourable……………
Uji Validitas....................................................................................
Pembagian Nilai Skor Pengetahuan dan Nilai Skor Ketaatan...….
Pembagian Nilai Skor Penyuluhan dan Nilai Skor Ketaatan……..
Pembagian Nilai Skor Ketersediaan Obat Anti-tuberkulosis dan
Nilai Skor Ketaatan.......................................................................
19
20
21
21
22
22
23
23
23
36
37
47
47
49
62
65
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel XVIII.
Tabel XIX.
Pembagian Nilai Skor PMO dan Nilai Skor Ketaatan..................
Pembagian Nilai Skor ESO dan Nilai Skor Ketaatan...................
74
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Alur Diagnosis TB Paru………………………………………
Presentase Jenis Kelamin Repsonden Pasien Tuberkulosis……
Presentase Umur Repsonden Pasien Tuberkulosis……………
Presentase Tingkat Pendidikan Responden Pasien
Tuberkulosis………………………………………………....
Presentase Pekerjaan Responden Pasien Tuberkulosis………
Presentase Lama Pengobatan Responden Pasien
Tuberkulosis………………………………………………
16
55
56
58
59
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lembar Kuesioner…........…………………………………..
Hasil Uji Validitas...........................………………………..
Hasil Uji Reliabilitas.………………………………………
Nilai Median Skor Kuesioner.....…………………………...
Nilai Kuesioner....………………………………………….
Pembagian Nilai Ketaatan, Pengetahuan, Penyuluhan,
Ketersediaan Obat, PMO, dan ESO.....................................
Perhitungan Statistik Uji Z-Test……………………………
Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas..........................
Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA.....................................
Alur Pemilihan Uji Statistik Z-Test…………………………
86
90
91
92
93
97
99
104
105
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang
semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru
(90%). Indonesia adalah negara ke-3 di dunia yang mempunyai penderita
tuberkulosis terbanyak setelah Cina dan India dengan jumlah penderita 583.000
orang (Hiswani, 2004). Tuberkulosis di Indonesia merupakan penyakit penyebab
kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran pernafasan,
serta merupakan penyakit nomor satu terbesar dalam kelompok infeksi (Anonim,
2006).
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah
yang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi hingga 2.901/km2.
Masalah kepadatan penduduk yang tinggi ini dapat menimbulkan dampak negatif
bagi kesehatan penduduknya, apalagi ditunjang dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan penduduknya yang masih rendah. Tercatat dari data statistik
kabupaten tahun 2007, jumlah penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 341.660
jiwa. Salah satu masalah kesehatan pada masyarakat adalah adanya penyakit
tuberkulosis. Tercatat pada tahun 2008 jumlah penderita tuberkulosis di kabupaten
ini sebanyak 2.612 jiwa. Tingginya angka kejadian ini tidak didukung dengan
angka konversi dan angka kesembuhan yang tinggi pula. Tercatat angka konversi
dan angka kesembuhan pada tahun 2008 adalah 73% dan 75%, dimana angka ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
belum mencapai target angka konversi dan angka kesembuhan di Jawa Tengah
(80% dan 85%) (Anonim, 2008).
Secara umum, kejadian kasus tuberkulosis paru ini paling banyak terjadi
pada kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi lemah (Hiswani, 2004). Kasus
tuberkulosis terutama terjadi pada usia produktif kerja, yaitu kelompok umur 15
sampai 55 tahun yang berdampak pada Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga
bisa mengganggu perekonomian keluarga, masyarakat dan negara (Syafei 2002).
Obat antituberkulosis (OAT) yang utama adalah isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, streptomisin dan etambutol. Pengobatannya secara keseluruhannya
dapat mencapai 12 bulan. Agar dapat disembuhkan, penderita harus minum obat
teratur sesuai petunjuk, menghabiskan obat sesuai waktu yang ditentukan (6-12
bulan) berturut-turut tanpa terputus, serta makan makanan bergizi dan melibatkan
petugas kesehatan atau anggota keluarga untuk mengawasi dan memastikan
penderita tuberkulosis minum obat dengan teratur dan benar (Nova, 2008).
Banyaknya obat yang digunakan dan waktu pengobatan yang cukup lama
seringkali menyebabkan kegagalan konversi penderita tuberkulosis karena adanya
masalah dengan ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Padahal keberhasilan
pengobatan tuberkulosis sangat bergantung pada ketaatan pasien dalam
mengkonsumsi obat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003,
banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam pengobatan
tuberkulosis, seperti misalnya pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap
penyakitnya, keadaan sosial ekonomi pasien seperti kemiskinan dan
pengangguran, banyaknya obat yang harus diminum oleh pasien dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kompleksitas rejimen pengobatan, efek samping yang dirasakan dari pengobatan,
serta sistem pelayanan kesehatan di unit pelayanan kesehatan terkait. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan
tuberkulosis disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pengetahuan dan tingkat
pendidikan penderita, peran penyuluhan kesehatan, ketersediaan obat, Pengawas
Menelan Obat (PMO), dan efek samping obat (Anonim, 2000a).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa paling
banyak hanya 1/3 dari pasien yang melakukan pengobatan persis seperti yang
dianjurkan. Pada beberapa penelitian, masalah ketidaktaatan ini sangat tinggi,
bahkan mencapai 92%. Perhatian terhadap masalah ketidaktaatan perlu diberikan
lebih kepada kondisi berikut, seperti: pasien dengan usia sangat muda maupun
sangat lanjut; pasien yang memerlukan pengobatan jangka lama, sehingga
kepatuhan minum obat tidak bisa diharapkan tanpa bantuan orang lain; kurangnya
pengertian pasien bahwa pengobatan memang diperlukan atau penyakitnya
berbahaya; pemberian terlalu banyak obat dengan aturan pakai yang berbeda-
beda; efek samping yang terlalu mengganggu tanpa disertai informasi mengenai
hal tersebut; rasa ketidakpercayaaan pasien terhadap cara pengobatan; biaya obat
terlalu mahal (Suryawati, 2008).
Dengan adanya permasalahan pada ketaatan pasien tuberkulosis, maka
penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam proses pengobatan tuberkulosis, serta
dapat digunakan sebagai referensi dalam memonitoring keberhasilan program
DOTS yang berdampak pada peningkatan angka kesembuhan tuberkulosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah yang timbul
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. bagaimana karakteristik responden pasien tuberkulosis yang menjalani rawat
jalan di BP4 Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009?
b. apakah pengetahuan tentang tuberkulosis berpengaruh terhadap ketaatan
pasien dalam menggunakan OAT?
c. apakah penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam
menggunakan OAT?
d. apakah ketersediaan obat pada pasien berpengaruh terhadap ketaatan pasien
dalam menggunakan OAT?
e. apakah adanya PMO berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam
menggunakan OAT?
f. apakah adanya efek samping obat yang tidak diinginkan berpengaruh
terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan OAT?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai
pengaruh faktor risiko yang mempengaruhi ketaatan pengobatan pada pasien
tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)
Kabupaten Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 belum pernah dilakukan
di lingkup Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian tentang masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang terkait dengan penyakit tuberkulosis pernah dilakukan peneliti lain dengan
judul sebagai berikut :
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat pada Penderita
Tuberkulosis Paru yang Mengalami Konversi di Kota Jambi oleh K. Mukhsin
(2006)
b. Faktor Risiko Kegagalan Konversi Pada Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif
Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku Tahun 2006 oleh Ridwan Amiruddin (2006)
c. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO) oleh Keluarga dan Petugas
Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Perilaku Pencegahan dan Kepatuhan Klien
Tuberkulosis Dalam Konteks Keperawatan Komunitas di Kabupaten
Wonosobo oleh Rochani Istiawan (2007)
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Penderita
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok oleh Felly Philipus Senewe (1997)
e. Pengaruh Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Tuberkulosis dan Efek
Samping OAT Terhadap Kepatuhan Pengobatan: Studi Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Siti Khadijah Sidoarjo oleh
Ella Wahyu Febriana (2008)
f. Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan Dengan PMO dan
Penderita Dengan Ketaatan Minum Obat Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Giriwoyo Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 oleh Suharto (2009)
g. Hubungan Antara Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat (PMO)
Dengan Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Puskesmas Grabag
Purworejo oleh Pratomo (2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan menambah referensi bagi tenaga kesehatan terkait
dan pasien tuberkulosis untuk mendeskripsikan faktor-faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kataatan pengobatan pasien tuberkulosis.
b. Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi
tenaga kesehatan terkait dan penderita tuberkulosis untuk mengarahkan
ketaatan dalam pengobatan tuberkulosis yang nantinya diharapkan dapat
meningkatkan angka konversi dan angka kesembuhan penyakit
tuberkulosis. Selain itu, dapat digunakan juga sebagai referensi dalam
kegiatan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) terhadap penyakit
tuberkulosis dan menambah wawasan di lingkup farmasi klinis komunitas.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-
faktor risiko terhadap ketaatan penderita tuberkulosis dalam menggunakan
obat anti tuberkulosis, dimana nantinya ketaatan dalam penggunaan OAT ini
akan berdampak pada keberhasilan program Directly Observed Treatment
Shortcourse (DOTS) dan membantu meningkatkan angka konversi dan angka
kesembuhan penyakit tuberkulosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. karakteristik responden pasien tuberkulosis yang menjalani rawat jalan di
BP4 Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009
b. pengaruh pengetahuan tentang tuberkulosis terhadap ketaatan pasien
dalam menggunakan OAT
c. pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap ketaatan pasien dalam
menggunakan OAT
d. pengaruh ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pasien dalam
menggunakan OAT
e. pengaruh adanya PMO terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan
OAT
f. pengaruh adanya efek samping obat yang tidak diinginkan terhadap
ketaatan pasien dalam menggunakan OAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Definisi
Tuberkulosis merupakan salah satu bentuk penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang disebut
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis dapat menyerang manusia dan hewan
dengan ditandai adanya pembentukan tuberkel dan nekrosis pada jaringan setiap
organ. Pada manusia, paru-paru merupakan tempat utama terjadinya infeksi dan
biasanya merupakan awal terjadinya infeksi sebelum mencapai organ lainnya
(DiPiro, 2005).
Bakteri tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) termasuk basil gram
positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida
serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Bakteri ini mempunyai sifat
khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan (hal ini dipakai untuk
identifikasi dahak secara mikroskopis), sehingga disebut sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh, bakteri dapat tertidur sampai beberapa tahun (dormant). Tuberkulosis
timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel
fagosit (DiPiro, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pada umumnya penyakit tuberkulosis ditandai dengan gejala seperti
menurunnya berat badan, batuk selama lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, rasa
sakit pada dada disertai dengan demam atau berkeringat (Crofton et al, 2002).
2. Macam-macam tuberkulosis
Berdasarkan tempat atau organ yang diserang oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, maka tuberkulosis dibedakan menjadi 2 yaitu
tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru (Anonim, 2007).
a. Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, tuberkulosis paru dibagi dalam :
1) tuberkulosis paru BTA positif
Seseorang yang dinyatakan menderita tuberkulosis paru dengan BTA
positif adalah yang memiliki sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
foto toraks dada yang menunjukkan gambaran tuberkulosis. 1 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman tuberkulosis positif. 1 atau lebih
spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT (Anonim, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2) tuberkulosis paru BTA negatif
Seseorang yang dinyatakan menderita tuberkulosis paru dengan BTA
negatif ditunjukkan dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Tuberkulosis paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas (misalnya proses far advanced atau millier), dan atau keadaan umum
penderita buruk (Anonim, 2005).
b. Tuberkulosis ekstra-paru.
Tuberkulosis ekstra-paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain (Anonim, 2007). Tuberkulosis ekstra-paru
dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) tuberkulosis ekstra paru ringan, misalnya: tuberkulosis kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar
adrenal (Anonim, 2005).
2) tuberkulosis ekstra-paru berat, misalnya : meningitis, millier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, tuberkulosis tulang belakang,
tuberkulosis usus, tuberkulosis saluran kencing dan alat kelamin (Anonim,
2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
3. Epidemiologi
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan
global penyakit tuberkulosis, karena pada sebagian besar negara di dunia,
penyakit tuberkulosis tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang
tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif). Pada
tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien tuberkulosis baru dan 3 juta kasus
kematian terjadi akibat tuberkulosis diseluruh dunia. Sekitar 95% kasus
tuberkulosis dan 98% kematian akibat tuberkulosis di dunia, terjadi pada negara-
negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat tuberkulosis lebih
banyak karena kehamilan, persalinan dan nifas. Di negara-negara berkembang,
kematian akibat tuberkulosis merupakan 25% dari seluruh kematian, yang
sebenarnya dapat dicegah. Sekitar 75% pasien tuberkulosis adalah kelompok usia
yang paling produktif secara ekonomis (15-55 tahun) (Anonim, 2006).
Di Indonesia, tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995
menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor
tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua
kelompok usia, dan penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit
infeksi. Di Indonesia tahun 2001 diperkirakan 582 ribu penderita baru atau 271
per 100 ribu penduduk, sedangkan yang ditemukan BTA positif sebanyak 261
ribu penduduk atau 122 per 100 ribu penduduk, dengan keberhasilan pengobatan
diatas 86% dan kematian sebanyak 140 ribu (Anonim, 2005). Jumlah pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tuberkulosis di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan
Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberkulosis di
dunia. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru
tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis sekitar 140.000. Secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru
tuberkulosis paru BTA positif. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada
539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus tuberkulosis
BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Penyakit tuberkulosis menyerang
sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah, dan
berpendidikan rendah (Anonim, 2006).
4. Etiologi
Riwayat terjadinya penyakit tuberkulosis adalah melalui infeksi primer
dan tuberkulosis pasca primer.
a. Infeksi primer.
Pada waktu bersin atau batuk, penderita tuberkulosis menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet. Droplet yang sangat kecil ukurannya
terhidup orang sehat, masuk ke saluran pernafasan dan melewati sistem
pertahanan mukosilier bronkus, masuk dan tinggal di alveolus. Infeksi terjadi saat
kuman mulai membelah diri dan kemudian membentuk luka kecil pada saluran
pernafasan bagian bawah dan mengakibatkan radang pada paru. Saluran limfe
akan membawa kuman tuberkulosis ke kelenjar limfe sekitar hilus paru dan
membentuk komplek primer (Tjay & Rahardja, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Luka sembuh dan membentuk tuberkel kecil atau bintil, sebagai respon
kekebalan tubuh terhadap organisme ini. Basil tuberkulosis akan menempati
tuberkel sampai batas waktu yang tidak terbatas. Dalam beberapa kasus, tuberkel
dapat membesar, menimbulkan abses besar yang seringkali menimbulkan nanah
dan menyebarkan basil tersebut atau tuberkel menebal dan terbatasi serta
mengalami pengapuran pada luka yang menyembuh dan mengandung basil hidup
(Crofton et al, 2002).
Waktu mulai infeksi sampai pembentukan komplek primer sekitar 4-6
minggu. Perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif menunjukkan
adanya infeksi tersebut. Terjadinya infeksi tuberkulosis dipengaruhi oleh
konsentrasi droplet tuberkulosis dalam udara dan lamanya penderita menghirup
udara tersebut (Anonim, 2002). Infeksi primer akan berkembang menjadi penyakit
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya daya tubuh penderita.
Pada umumnya pertahanan tubuh dapat menghentikan pertumbuhan kuman,
tetapi ada beberapa kuman akan tinggal sebagai kuman tidur (dormant). Bila daya
tahan tubuh tidak dapat menghentikan pertumbuhan kuman, orang tersebut akan
menderita tuberkulosis dalam beberapa bulan. Waktu yang diperlukan dari saat
mulainya infeksi sampai terjadinya penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan
(Anonim, 2002).
b. Tuberkulosis pasca primer (post primary tuberculosis).
Daya tahan tubuh yang menurun, misalnya pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) atau status gizi yang buruk akan mempengaruhi
terjadinya tuberkulosis pasca primer yang muncul beberapa bulan atau tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
setelah infeksi primer. Ciri tuberkulosis fase ini adalah kerusakan jaringan paru
yang luas dengan adanya kavitas atau efusi pleura (Anonim, 2002).
5. Gejala klinis
Onset penyakit tuberkulosis dapat terjadi secara bertahap dan penyakit
ini tidak dapat didiagnosis sebelum dilakukannya radiografi pada rongga dada.
Biasanya penderita tuberkulosis memperlihatkan lubang atau lesi yang besar pada
rongga paru yang terisi oleh Mycobacterium tuberculosis (DiPiro, 2005).
Penderita tuberkulosis memperlihatkan gejala utama yaitu batuk terus
menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih dan gejala tambahan
yang sering dijumpai, meliputi: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas
dan rasa nyeri pada dada. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari satu bulan juga dapat dijumpai pada penderita
tuberkulosis (Anonim, 2000a). Hasil pemeriksaan laboratorium penderita
tuberkulosis memperlihatkan nilai leukosit atau sel darah putih (white blood cell)
diatas normal dengan jumlah limfosit yang dominan. Sedangkan hasil
pemeriksaan radiografi pada rongga dada mempelihatkan adanya nodul pada
rongga paru dan lubang pada rongga paru yang memperlihatkan perkembangan
infeksi (DiPiro, 2005).
6. Diagnosis
a. Diagnosis tuberkulosis paru.
Semua suspek tuberkulosis diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2
hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis tuberkulosis paru pada orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkulosis (BTA). Pada
program tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada tuberkulosis paru, sehingga sering terjadi salah
diagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek
tuberkulosis paru.
Pada sebagian besar tuberkulosis paru, diagnosis terutama ditegakkan
dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai
dengan indikasi sebagai berikut:
1) hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis
tuberkulosis paru BTA positif (lihat bagan alur)
2) ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT (lihat bagan alur)
3) pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma)(Anonim, 2006).
Gambar 1. Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru (Anonim, 2007)
b. Diagnosis tuberkulosis ekstra paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada meningitis tuberkulosis, nyeri dada pada tuberkulosis pleura (pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis tuberkulosis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis tuberkulosis, dll. Diagnosis
pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis tuberkulosis yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain
(Anonim, 2005).
B. Terapi Tuberkulosis
1. Tujuan pengobatan
Pengendalian atau penanggulangan tuberkulosis yang terbaik adalah
mencegah agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan tuberkulosis
pada dasarnya adalah mencegah penularan kuman dari penderita yang terinfeksi
dan menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
penularan. Tindakan mencegah terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai
cara, yang utama adalah memberikan OAT yang benar dan cukup, serta dipakai
dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan obat (Anonim, 2005).
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Anonim, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung oleh seorang PMO
c. Pengobatan penyakit tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif
dan lanjutan (Anonim, 2004).
1) Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan (Anonim, 2004).
2) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
(Anonim, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Rejimen pengobatan
Penggunaan OAT yang dipakai dalam pengobatan tuberkulosis adalah
antibiotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium.
Aktifitas OAT didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri,
aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah
isoniazid, etambutol, rifampisin, pirazinamid, dan streptomisin. Kelompok obat
ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah OAT yang paling poten dalam
hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan streptomisin.
Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme membunuh bakteri
(Anonim, 2006).
Tabel I. Obat Anti Tuberkulosis (Anonim, 2004)
OAT Rekomendasi Dosis
(Rentang Dosis) dalam mg/kg Harian 3 kali seminggu
Isoniazid (H) 5 (4-6)
10 (8-12)
Rifampisin (R) 10 (8-12)
10 (8-12)
Pirazinamida (Z) 25 (20-30)
35 (30-40)
Streptomisin (S) 15 (12-18)
15 (12-18)
Etambutol (E) 15 (15-20)
30 (20-35)
Rejimen pengobatan tuberkulosis mempunyai kode standar yang
menunjukkan tahap dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau
selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh: 2HRZE/4H3R3 atau
2HRZES/5HRE. Kode huruf tersebut adalah singkatan dari nama obat yang
dipakai, yakni : H = Isoniazid, R = Rifampisin, Z = Pirazinamid, E = Etambutol, S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
= Streptomisin. Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau
frekuensi. Angka 2 didepan seperti pada 2HRZE, artinya digunakan selama 2
bulan, tiap 26 hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang
huruf, seperti pada 4H3R3 artinya dipakai 3 kali seminggu (selama 4 bulan).
Sebagai contoh untuk tuberkulosis kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya:
tahap awal/intensif adalah 2HRZE: lama pengobatan 2 bulan, masing masing
OAT (HRZE) diberikan setiap hari. Tahap lanjutan adalah 4H3R3: lama
pengobatan 4 bulan, masing masing OAT (HR) diberikan 3 kali seminggu
(Anonim, 2007).
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia meliputi kategori 1 (2HRZE/4H3R3), kategori 2
(2HRZES/HRZE/5H3R3E3), kategori-3 (2HRZ/4H3R3), dan ketegori sisipan
(HRZE) (Anonim, 2006).
Tabel II. Paduan Pengobatan Standar yang Direkomendasikan Oleh WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases): Paduan OAT yang Digunakan di Indonesia (Anonim, 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3).
Obat anti tuberkulosis kategori 1 diberikan untuk pasien baru
tuberkulosis paru BTA positif, pasien tuberkulosis baru BTA negatif foto toraks
positif, pasien tuberkulosis ekstra-paru. Tahap awal diberikan HRZE setiap hari
selama 2 bulan (2HZRE), kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan dengan
pemberian HR tiga kali seminggu selama 4 bulan (4H3R3) (Anonim, 2008).
Tabel III. Dosis Paduan OAT-KDT (Kombinasi Dosis Tetap) Kategori 1 (Anonim, 2006)
Tabel IV. Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1(Anonim, 2007)
b. Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3).
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk penderita tuberkulosis paru BTA
positif yang sebelumnya pernah diobati, yaitu: penderita kambuh (relaps),
Tahap Pengobatan
Lama Pengobatan
Dosis per hari/kali Jumlah hari/kali menelan
obat
Tablet Isoniasid
@ 300 mg
Tablet Rifampisin @ 450 mg
Tablet Pirazinamid @ 500 mg
Tablet Etambutol @ 250 mg
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56 Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
penderita gagal (failure), penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
(Anonim, 2005).
Tabel V. Dosis Paduan OAT-KDT (Kombinasi Dosis Tetap) Kategori 2 (Anonim, 2006)
Tabel VI. Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 2 (Anonim, 2007)
Tahap Pengobatan
Lama Pengobatan
Tablet Isoniasid @ 300
mg
Tablet Rifampisin@ 450 mg
Tablet Pirazinamid @ 500 mg
Etambutol Streptomisin
injeksi
Jumlah hari/kali menelan
obat
Tablet @
250 mg
Tablet @
400 mg
Tahap Intensif (dosis
lanjutan)
2 bulan 1 bulan
1 1
1 1
3 3
3 3
- -
0,75 g -
56 28
Tahap Lanjutan (dosis 3x
seminggu) 4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
c. Kategori-3 (2HRZ/4H3R3).
Obat kategori 3 diberikan pada pasien tuberkulosis paru BTA negatif dan
pasien tuberkulosis ekstra paru ringan. Tahap awal diberikan HRZ diberikan
setiap hari selama 2 bulan (2HRZ). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan
dengan pemberian HR 3 kali seminggu selama 4 bulan (Anonim, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel VII. Paduan OAT Kategori 3 Dalam Paket Kombipak untuk Penderita dengan Berat Badan Antara 33 – 55 kg (Anonim, 2006)
d. OAT sisipan (HRZE).
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori
2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)
setiap hari selama 1 bulan (Anonim, 2005).
Tabel VIII. Dosis Paduan-KDT (Kombinasi Dosis Tetap) OAT Sisipan (Anonim, 2006)
Tabel IX. Dosis OAT-Kombipak untuk Sisipan (Anonim, 2007)
Tahap Pengobatan
Lamanya Pengobatan
Tablet Isoniasid
@ 300 mg
Tablet Rifampisisn @ 450 mg
Tablet Pirazinamid @ 500 mg
Tablet Etambutol @ 250 mg
Jumlah hari/kali menelan
obat Tahap intensif (dosis harian) 1 bulan 1 1 3 3 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) terdiri dari isoniazid (H), rifampisin (R),
pirazinamida (Z), etambutol (E), dan streptomisin (S) (Anonim, 2004).
a. Isoniazid (H).
Isoniazid merupakan OAT yang bersifat bakterisid dan dapat membunuh
90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Metabolisme obat
ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Sebagian besar penduduk Indonesia termasuk
asetilator lambat. Individu yang termasuk asetilator lambat lebih mudah terkena
efek samping yaitu neuropati perifer dikarenakan kekurangan vitamin B6
(Anonim, 2008). Dosis untuk pencegahan tuberkulosis pada dewasa 300 mg satu
kali sehari, anak anak 10 mg/kg berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari.
Untuk pengobatan tuberkulosis bagi orang dewasa sesuai dengan petunjuk
dokter/petugas kesehatan lainnya. Umumnya dipakai bersama dengan obat anti
tuberkulosis lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau
15 mg/kg berat badan sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali
seminggu. Untuk anak dengan dosis 10-20 mg/ kg berat badan. Atau 20-40 mg
per kg berat badan sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu (Anonim, 2006).
Isoniazid diindikasikan dalam terapi tuberkulosis baik infeksi maupun
tuberkulosis laten. Mekanisme aksi obat ini adalah menghambat sintesis myocolic
acid dalam pembentukan dinding bakteri. Isoniazid dapat digunakan tunggal atau
bersama-sama dengan antituberkulosis lain. Dikontraindikasikan bagi orang yang
hipersensitivitas terhadap isoniazid, penyakit liver akut, serta pernah mengalami
kerusakan hati (Lacy, 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Diperingatkan hati-hati jika menggunakan isoniazid pada pasien yang
mempunyai sakit liver kronik dan kerusakan ginjal sebab dapat mengakibatkan
terjadinya hepatitis fatal. Hati-hati dalam penggunaan pada wanita hamil (faktor
risiko kehamilan C). oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring bagi peminum
alkohol karena menyebabkan hepatitis, penderita yang mengalami penyakit hati
kronis aktif dan gagal ginjal, kehamilan. Disarankan menggunakan piridoksin 10-
50 mg/hari bila mulai terlihat tanda-tanda terjadinya neuropati periferal (Lacy,
2006).
b. Rifampisin (R).
Rifampisin merupakan derivat semisintetis dari rifamisin B yang
dihasilkan oleh jamur Streptomyces mediterranei. Rifampisin merupakan OAT
yang menginduksi enzim hepar yaitu cytochrome P-450 isoenzymes, sehingga
dapat meningkatkan laju metabolisme obat lain sehingga kadar plasma obat lain
menurun dan efeknya menurun. Rifampisin harus diberikan bersama dengan obat
anti tuberkulosis lain. Dosis obat ini untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa
600 mg satu kali sehari, atau 600 mg 2-3 kali seminggu. Bayi dan anak anak,
dosis diberikan dokter/tenaga kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang
diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5-15
mg/ kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah 75 mg
untuk anak < 10 kg, 150 mg untuk 10-20 kg, dan 300 mg untuk 20-33 kg
(Anonim, 2006).
Diindikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan dengan
antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang. Obat ini bersifat bakterisid,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.
Perhatian keamanan penggunaan selama kehamilan, dan pada anak anak usia
kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan pada penyakit hati,
riwayat penggunaan alkohol, penggunaan bersamaan dengan obat hepatotoksik
lain (Anonim, 2005).
c. Pirazinamid (Z).
Dosis pemberian pirazinamid untuk dewasa dan anak sebanyak 15-30
mg/kg berat badan, satu kali sehari. Atau 50-70 mg/kg berat badan 2-3 kali
seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
Pirazinamid digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain. Mempunyai kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah,
porfiria, hipersensitivitas (Anonim, 2004).
Obat ini bersifat bakterisid, dengan mekanisme kerja berubah menjadi
pyrainoic acid bila berinteraksi dengan basil tuberkulosis. Hanya dipakai pada
terapi kombinasi anti tuberkulosis dengan pirazinamid, namun dapat dipakai
secara tunggal mengobati penderita yang telah resisten terhadap obat kombinasi.
Hati-hati bila digunakan pada pasien dengan kerusakan ginjal, gout kronis,
diabetes mellitus, porifiria. Perlu dilakukan monitoring pada tes fungsi liver, asam
urat, biakan dahak, dan foto toraks. Obat ini dapat menghambat ekskresi asam urat
dari ginjal sehingga menimbulkan hiperurikemia (Lacy, 2006).
d. Etambutol (E).
Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat
lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Dosis pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
etambutol untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15-25 mg/kg berat
badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg/kg berat badan,
dan pengobatan lanjutan 25 mg/kg berat badan. Kadang kadang dokter juga
memberikan 50 mg/kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu. Obat
ini harus diberikan bersama dengan OAT lainnya. Tidak diberikan untuk anak
dibawah 13 tahun dan bayi. Jika risiko resistensi rendah, obat ini dapat tidak
digunakan. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak usia kurang 6 tahun,
neuritis optik, gangguan visual. Kontraindikasi dengan orang yang
hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis optik (Anonim, 2007).
Obat ini bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman
tuberkulosis yang telah resisten terhadap isoniazid dan streptomisin. Mekanisme
kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang
membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel. Jika
etambutol dipakai, maka diperlukan pemeriksaan fungsi mata sebelum
pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; usia lanjut; kehamilan;
ingatkan penderita untuk melaporkan gangguan penglihatan. Etambutol tidak
diberikan kepada penderita anak berumur dibawah umur 6 tahun, karena tidak
dapat menyampaikan reaksi yang mungkin timbul seperti gangguan penglihatan
(Anonim, 2006).
e. Streptomisin (S).
Streptomisin merupakan golongan aminoglikosida yang bersifat
bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram positif maupun negatif (Anonim,
2000b). Dosis obat ini hanya digunakan melalui suntikan intramuskular, setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dilakukan uji sensitivitas. Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 15
mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25-30 mg/kg berat
badan, maksimum 1,5 gram 2-3 kali seminggu. Untuk anak 20-40 mg/kg berat
badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25-30 mg/kg berat badan 2-3 kali
seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih dari 120 gram. Indikasi
streptomisin adalah sebagai kombinasi pada pengobatan tuberkulosis bersama
isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontraindikasi
dengan 2 atau lebih obat kombinasi tersebut. Obat ini mempunyai kontraindikasi
terhadap orang hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida
lainnya (Anonim, 2006).
Kerja streptomisin bersifat bakterisidal, dapat membunuh kuman yang
sedang membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein
kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal. Hati-hati pada penderita
gangguan ginjal, lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam, hentikan obat jika
sudah negatif setelah beberapa bulan. Dalam penggunaan intramuskuler perlu
diawasi kadar obat dalam plasma terutama untuk penderita dengan gangguan
fungsi ginjal (Anonim, 2006).
5. Hasil pengobatan tuberkulosis
Dari hasil pengobatan tuberkulosis dapat dikelompokkan menjadi 6
kelompok, yaitu: penderita yang sudah sembuh, pengobatan lengkap, meninggal,
pindah, defaulted atau drop out, serta penderita gagal (Anonim, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
a. Penderita yang sudah sembuh.
Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan
pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) paling
sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif (yaitu pada Akhir Pengobatan
(AP) dan/atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow-up
sebelumnya). Sebaiknya penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali
supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap (Anonim, 2007).
b. Pengobatan lengkap.
Dikatakan pengobatan lengkap apabila penderita telah menyelesaikan
pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada hasil dan pemeriksaan ulang dahak 2
kali berturut-turut negatif. Sebaiknya penderita diberitahu apabila gejala muncul
kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap. Seharusnya
terhadap semua penderita BTA positif harus dilakukan pemeriksaan ulang dahak
sesuai dengan petunjuk (Anonim, 2006).
c. Meninggal.
Penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena
sebab apapun.
d. Pindah.
Apabila penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota
lain.Tindak lanjut: penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat pindah (Formulir
TB.09) dan bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan
penderita dikirim kembali ke UPK asal, dengan formulir TB.10 (Anonim, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
e. Defaulted atau drop out.
Dikatakan penderita defaulted atau drop out apabila penderita yang tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya
selesai. Tindak lanjut dengan melacak penderita tersebut dan memberi penyuluhan
pentingnya berobat secara teratur. Apabila penderita akan melanjutkan
pengobatan, lakukan pemeriksaan dahak. Bila positif mulai pengobatan dengan
kategori 2 ; bila negatif sisa pengobatan kategori 1 dilanjutkan (Anonim, 2004).
f. Gagal.
Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada
akhir pengobatan. Tindak lanjut: penderita BTA positif baru dengan kategori 1
diberikan kategori 2 mulai dari awal.
Penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 dirujuk ke
UPK spesialistik atau berikan INH seumur hidup. Penderita BTA negatif yang
hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke-2 menjadi positif. Tindak lanjut:
berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal (Anonim, 2004).
C. Ketaatan Pengobatan
Ketaatan (adherence) adalah keterlibatan penuh pasien dalam
penyembuhan dirinya baik melalui kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk
terapi, maupun dalam ketaatan melaksanakan anjuran lain dalam mendukung
terapi. Salah satu kunci keberhasilan pengobatan tuberkulosis adalah ketaatan
penderita terhadap pengobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Kemungkinan penderita tuberkulosis yang tidak taat terhadap
pengobatan sangat besar. Hal ini disebabkan karena pemakaian jangka panjang,
jumlah obat yang diminum per hari, efek samping yang mungkin timbul dan
kurangnya kesadaran penderita akan penyakitnya. Oleh karena itu, peran apoteker
dalam meningkatkan ketaatan akan minum obat sangat diperlukan. Apoteker
dapat berperan dalam berbagai kegiatan, diantaranya: mengidentifikasi faktor
penyebab ketidaktaatan, memberikan konseling, dan merekomendasikan strategi
untuk taat minum obat sesuai kebutuhan penderita. Dengan meningkatnya
ketaatan penderita dalam minum obat, diharapkan tidak timbul resistensi obat
yang dapat merugikan penderita itu sendiri maupun lingkungan, kambuh maupun
kematian (Anonim, 2005).
Bentuk-bentuk ketidaktaatan terhadap pengobatan bagi penderita
tuberkulosis diantaranya: tidak mengambil obatnya, minum obat dengan dosis
yang salah, minum obat pada waktu yang salah, lupa minum obat, berhenti minum
obat sebelum waktunya, dll. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan
dalam pengobatan tuberkulosis, meliputi: faktor ekonomi dan struktural, faktor
dari pasien, pengobatan yang kompleks, dan hubungan antara petugas kesehatan
dengan pasien (Anonim, 2007).
D. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
melalu panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
memalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Temasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secata benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diaartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponnen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.
(Notoadmodjo, 2003)
E. Penyuluhan
Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit
tuberkulosis yang merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu rangkaian
kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan
dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat
dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya.
Penyuluhan tuberkulosis perlu dilakukan karena masalah tuberkulosis banyak
berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan
penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis. Penyuluhan tuberkulosis dapat
dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun
menggunakan media (Anonim, 2005).
Penyuluhan ditujukan kepada penderita yang diperkirakan penderita
tuberkulosis (suspek), penderita dan keluarganya, supaya penderita menjalani
pengobatan secara teratur sampai sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari
penularan tuberkulosis (Anonim, 2005).
F. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pengawas menelan obat merupakan salah satu komponen DOTS untuk
menjamin keteraturan minum obat penderita tuberkulosis paru. Persyaratan yang
harus dipenuhi oleh seorang PMO adalah seseorang yang dikenal, dipercaya, dan
disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita dan disegani oleh
penderita, tinggal dekat penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela,
bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama penderita (Anonim, 2006).
Orang yang biasa menjadi PMO adalah petugas kesehatan, anggota
keluarga, kader kesehatan, guru, anggota Perhimpunan Pemberantasan
Tuberkulosis Indonesia (PPTI), atau tokoh masyarakat lainnya yang mempunyai
tugas mengawasi penderita tuberkulosis agar menelan obat secara teratur sampai
selesai pengobatan, memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat secara
teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu
yang telah ditentukan, memberi penyuluhan kepada anggota keluarga penderita
tuberkulosis yang mempunyai gejala-gejala tersangka tuberkulosis untuk
memeriksakan diri kepada petugas kesehatan (Anonim, 2007).
G. Ketersediaan Obat
Menurut Berman et al. (1994), keputusan rumah tangga mencari
pelayanan kesehatan, bukan hanya uang namun barang-barang dan waktu tempuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
atau jarak dapat dianggap biaya yang perlu diperhatikan. Ketersediaan dan
kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan
transportasi, merupakan salah satu pertimbangan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Semakin jauh jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan,
pemanfaatannya akan semakin rendah. Hasil penelitian Berman et al. (1994) juga
mengatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan barang ekonomi yang dalam
hal ini pelayanan sangat tergantung pada harga yang ditawarkan dan tingkat
pendapatan masyarakat, normalnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan akan
meningkat sesuai peningkatan pendapatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan
sangat tergantung tingkat pendapatan keluarga.
H. Efek Samping Obat
Sebagian besar penderita tuberkulosis dapat menyelesaikan pengobatan
tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh
karena itu pemantuan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting
dilakukan selama pengobatan. Berdasarkan derajat keseriusannya, efek samping
OAT dibagi menjadi 2, yaitu efek samping berat dan efek samping ringan. Efek
samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius. Dalam kasus
ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus segera dirujuk ke
Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) spesialistik. Sedangkan efek samping ringan
hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak. Gejala-gejala ini sering
dapat ditanggulangi dengan obat-obat simptomatik atau obat sederhana, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kadang-kadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini,
pemberian OAT dapat diteruskan (Anonim, 2006).
Tabel X. Efek Samping Berat OAT (Anonim, 2007)
Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal-gatal
singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu antihistamin, sambil
meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian
pasien hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit.
Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit
tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk
(Anonim, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel XI. Efek Samping Ringan OAT (Anonim, 2006)
I. Landasan Teori
Struktur bakteri tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) yang
mempunyai dinding tebal dan sifatnya yang tahan asam menjadikan pengobatan
tuberkulosis membutuhkan rejimen pengobatan yang cukup. Rejimen pengobatan
penyakit tuberkulosis meliputi: dosis obat yang tepat, frekuensi pemakaian obat
yang harus diminum oleh pasien dalam satu hari, serta lamanya masa pengobatan
yang dijalani pasien. Adanya kompleksitas rejimen pengobatan ini seringkali
menimbulkan masalah pada ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat yang
nantinya dapat menyebabkan gagalnya konversi pada penderita tuberkulosis.
Salah satu kunci keberhasilan pengobatan tuberkulosis adalah ketaatan pasien
terhadap pengobatan.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi ketaatan pasien dalam minum
obat, seperti misalnya pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya,
keadaan sosial ekonomi pasien seperti kemiskinan dan pengangguran, banyaknya
obat yang harus diminum oleh pasien dengan kompleksitas rejimen pengobatan,
efek samping yang dirasakan dari pengobatan, serta sistem pelayanan kesehatan di
unit pelayanan kesehatan terkait (Anonim, 2003). Beberapa penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
menyebutkan bahwa faktor risiko terjadinya ketidaktaatan pengobatan
tuberkulosis dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pengetahuan dan
tingkat pendidikan penderita, peran penyuluhan kesehatan, ketersediaan obat,
PMO, dan efek samping obat (Anonim, 2000a). Hal ini yang mendorong peneliti
untuk melihat apakah ada pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat,
PMO, dan efek samping yang terjadi terhadap ketaatan pasien tuberkulosis di BP4
Kebumen dalam minum OAT.
J. Hipotesis
Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang tuberkulosis berpengaruh terhadap ketaatan dalam
menggunakan OAT
2. Penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam
menggunakan OAT
3. Keberadaan PMO berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam menggunakan
OAT
4. Ketersediaan obat pada pasien berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam
menggunakan OAT.
5. Adanya efek samping obat yang tidak diinginkan berpengaruh terhadap
ketaatan pasien dalam menggunakan OAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh faktor risiko yang mempengaruhi ketaatan
pengobatan pada pasien tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru Kabupaten Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 termasuk
penelitian non eksperimental yang bersifat analitik. Termasuk penelitian non
eksperimental sebab peneliti tidak memberikan intervensi kepada subyek uji,
namun hanya membagikan kuesioner kepada subyek uji untuk diisi (Praktiknya,
2001). Sedangkan penelitian analitik disini dimaksudkan karena peneliti mencoba
mencari hubungan antar variabel yang terdapat yaitu pengetahuan tentang
tuberkulosis, penyuluhan kesehatan terkait penyakit tuberkulosis dan
pengobatannya, ketersediaan OAT pada pasien, keberadaan PMO, dan adanya
efek samping obat terhadap ketaatan pasien tuberkulosis dalam minum obat. Oleh
karena itu, dalam penelitian analitik perlu dibuat hipotesis (Sastroasmoro, 1995).
Jenis rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan efek samping
obat terhadap kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis dan observasi
terhadap subyek hanya dilakukan satu kali saja (Pratiknya, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas (independent) mencakup lima hal yaitu pengetahuan tentang
tuberkulosis, penyuluhan kesehatan terkait penyakit tuberkulosis dan
pengobatannya, ketersediaan OAT pada pasien, keberadaan PMO, dan adanya
efek samping pada obat yang tidak diinginkan oleh penderita tuberkulosis
yang berobat jalan di BP4 Kabupaten Kebumen pada bulan Oktober 2008
hingga Maret 2009.
b. Variabel tergantung (dependent) adalah ketaatan pasien tuberkulosis yang
berobat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Kebumen pada
bulan Oktober 2008 hingga Maret 2009 dalam mengkonsumsi OAT yang
diberikan.
2. Definisi operasional
a. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru,
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini
ditandai dengan batuk berdahak selama lebih dari 2 minggu, nyeri pada dada,
rasa sesak sewaktu bernafas.
b. Faktor risiko di sini yang dimaksud adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi ketaatan pasien tuberkulosis dalam mengkonsumsi obat anti-
tuberkulosis. Faktor risiko dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan pasien
tentang tuberkulosis, peran penyuluhan kesehatan terkait dengan tuberkulosis,
ketersediaan OAT pada pasien, keberadaan PMO, serta adanya efek samping
OAT yang digunakan oleh pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
c. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman dari pasien mengenai tuberkulosis
yang meliputi definisi dan makna pengobatan tuberkulosis.
d. Penyuluhan kesehatan terkait dengan tuberkulosis adalah rangkaian kegiatan
menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun menggunakan media
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan dan pengobatan
tuberkulosis
e. Ketersediaan OAT pada pasien meliputi harga OAT, ada tidaknya OAT yang
dimiliki pasien, serta hal-hal terkait dengan transportasi dan jarak tempat
tinggal pasien ke BP4 yang memungkinkan terjadinya keterlambatan dalam
menebus OAT.
f. Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah seseorang yang dapat membantu
pasien dalam pengobatan, berperan dalam mengingatkan dan mengawasi
pasien untuk patuh dan taat meminum obat. Biasanya PMO merupakan
anggota keluarga terdekat dari penderita tuberkulosis atau petugas kesehatan
terkait.
g. Efek samping obat yang digunakan adalah efek yang tidak diinginkan yang
timbul akibat penggunaan OAT setelah obat dikonsumsi dalam dosis yang
dianjurkan.
h. Ketaatan adalah keterlibatan penuh pasien dalam penyembuhan dirinya baik
melalui kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk terapi, maupun dalam
ketaatan melaksanakan anjuran lain dalam mendukung terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
i. Subyek penelitian adalah penderita tuberkulosis dalam usia produktif (15–55
tahun) baik pria maupun wanita dengan BTA negatif maupun positif yang
menjalani pengobatan rawat jalan di BP4 Kabupaten Kebumen pada bulan
Oktober 2008 hingga Maret 2009.
C. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari hingga pada bulan Mei
2009. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April 2009.
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BP4 Kabupaten Kebumen yang beralamat di
Jalan Rumah Sakit Kebumen. Pengisian kuesioner juga dilakukan di tempat yang
sama, yaitu di BP4 Kabupaten Kebumen.
E. Subyek Penelitan
Subyek penelitian yang digunakan adalah penderita tuberkulosis paru
dalam usia produktif (15–55 tahun) yang sedang menjalani pengobatan rawat
jalan di BP4 Kabupaten Kebumen pada bulan Oktober 2008-Maret 2009. Subyek
yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah penderita tuberkulosis
yang:
1. menjalani rawat jalan di BP4 Kebumen pada bulan Oktober 2008 hingga
Maret 2009
2. berada dalam rentang usia produktif (15-55 tahun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3. tidak mempunyai penyakit penyerta lain
4. sedikitnya telah menjalani pemeriksaan (kontrol) sebanyak tiga kali
F. Bahan Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru yang
menjalani rawat jalan dalam usia produktif (15-55 tahun) yang masih menjalani
pengobatan di BP4 Kebumen pada bulan Oktober 2008-Maret 2009.
2. Sampling dan teknik sampling
Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini adalah pasien
tuberkulosis paru yang menjalani rawat jalan pada bulan Oktober 2008 hingga
Maret 2009, dalam usia produktif (15-55 tahun), tidak mempunyai penyakit
penyerta lain, dan sedikitnya telah menjalani pemeriksaan (kontrol) sebanyak tiga
kali.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental
sampling, yaitu mengambil responden yang kebetulan datang ke BP4 untuk
memeriksakan diri (Notoatmodjo, 2005). Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu
jumlah pasien yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Responden
dibatasi pada pasien yang menderita tuberkulosis paru dalam usia produktif, tidak
mempunyai penyakit penyerta lain, sedikitnya telah menjalani pemeriksaan
(kontrol) sebanyak tiga kali, dan bersedia diajak bekerja sama dalam pengisian
kuesioner maupun wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3. Besar sampel
Jumlah responden yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus :
n = ( ) qpZNdqpZN
××+−××××α
α22
2
1 (Pujirahardjo,1993)
Keterangan : n = jumlah sampel N = besar populasi (391 pasien tuberkulosis usia produktif yang
menjalani rawat jalan) p = estimator proporsi populasi (0,5) dan q = (1-p) = 0,5 Zα = harga standar normal (1,96), karena menggunakan harga α = 5% d = penyimpangan yang ditolerir (10%)
Perhitungan :
n = ( ) 5,05,096,113911,05,05,096,1391
22
2
××+−××××
≈ 73 responden
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang sudah tersusun dengan
baik, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan
tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2005). Kuesioner yang disebarkan terdiri dari
6 bagian yang meliputi bagian ketaatan, bagian pengetahuan, bagian adanya
penyuluhan terkait tuberkulosis, bagian PMO, bagian ketersediaan obat, dan
bagian efek samping obat. Kuesioner ini memuat 40 pernyataan yang dibagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
menjadi 6 pernyataan untuk penilaian bagian ketaatan, 6 pernyataan untuk bagian
pengetahuan, 7 pernyataan untuk aspek adanya penyuluhan terhadap pasien, 6
pernyataan untuk aspek PMO, 8 bagian untuk bagian ketersediaan obat, dan 6
pernyataan untuk bagian efek samping obat. Pada bagian awal kuesioner,
dicantumkan kolom untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi
nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan lamanya menjalani
pengobatan.
H. Tata Cara Penelitian
1. Perijinan
Tahap perijinan ini dilakukan dari Kesbangpolinmas Kebupaten
Kebumen dan diteruskan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Kebumen. Kemudian ijin penelitian yang diperoleh dari
BAPPEDA Kabupaten Kebumen diteruskan ke BP4 Kebumen untuk diperoleh
ijin melakukan penelitian di tempat tersebut.
2. Penetapan besar sampel
Perhitungan besar sampel ditetapkan dilakukan berdasarkan data total
jumlah pasien tuberkulosis paru usia produktif yang menjalani pengobatan rawat
jalan di BP4 Kebumen pada bulan Oktober 2008 hingga Maret 2009 dengan
menggunakan rumus dari Pujirahardjo (1993) dengan taraf kepercayaan 95%.
Dari data diketahui jumlah pasien tuberkulosis paru usia produktif yang menjalani
pengobatan rawat jalan di BP4 Kebumen selama Oktober 2008 hingga Maret 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
adalah 391 pasien. Maka jumlah sampel dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut.
n = ( ) qpZNdqpZN
××+−××××α
α22
2
1
Keterangan : n = jumlah sampel N = besar populasi (391 pasien tuberkulosis usia produktif yang
menjalani rawat jalan) p = estimator proporsi populasi (0,5) dan q = (1-p) = 0,5 Zα = harga standar normal (1,96), karena menggunakan harga α = 5% d = penyimpangan yang ditolerir (10%)
Perhitungan :
n = ( ) 5,05,096,113911,05,05,096,1391
22
2
××+−×××× ≈ 73 responden
3. Pembuatan kuesioner
Pernyataan dalam kuesioner dibagi dalam 6 kelompok variabel
penelitian yang ingin diketahui seperti pengetahuan dan pemahaman tentang
penyakit tuberkulosis dan pengobatannya, peran penyuluhan terhadap ketaatan
responden dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis, ketersediaan obat anti
tuberkulosis di BP4, keberadaan PMO, serta adanya efek samping obat yang dapat
mempengaruhi ketidaktaatan dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis.
Pernyataan dalam kuesioner disusun dengan menggunakan skala Likert
yang terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel XII. Penilaian Item Jawaban Jawaban Favourable Unfavourable
Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Pernyataan dalam kuesioner ini dibuat dalam dua sifat, yaitu favourable
dan unfavourable. Hal ini bertujuan untuk menghindari stereotype jawaban dan
dapat juga digunakan untuk melihat kekonsistenan jawaban dari responden
(Azwar, 1999). Dalam item favourable, jawaban respon positif akan diberi skor
yang lebih tinggi. Sebaliknya, dalam item unfavourable jawaban respon positif
akan diberi skor yang lebih rendah, atau dengan kata lain jawaban respon negatif
akan diberi skor yang lebih tinggi (Azwar, 2005). Penilaian item favourable dan
unfavourable dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel XIII. Pembagian Pernyataan Favourable dan Unfavourable
Variabel No Pernyataan Pernyataan Favourable Unfavourable
Kepatuhan 1, 2, 3, 4, 5, 6 2, 3, 4, 5, 6 1 Pengetahuan 7, 8, 9, 10, 11, 12 7, 9, 10, 11 8, 12
Penyuluhan 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 13, 16, 17, 18 14, 15, 19
Ketersediaan Obat 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 21, 22, 24, 27 20, 23, 25, 26
Pengawas Menelan Obat (PMO)
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 28, 30, 32 29, 31, 33, 34
Efek samping obat 35, 36, 37, 38, 39, 40 35, 36 37, 38, 39, 40
4. Validasi kuesioner
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, terlebih dahulu
kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya kepada responden yang tidak termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dalam subyek penelitian. (Notoadmodjo, 2005). Uji validitas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah skala yang dibuat mampu menghasilkan data yang akurat
sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 1999).
Uji validitas tiap item pernyataan dalam kuesioner ini diukur dengan
menggunakan Pearson Product Moment Correlation pada tingkat kepercayaan
95% yang terdapat dalam program SPSS versi 12.0. Analisis ini menunjukkan
validitas hubungan antar tiap butir pernyataaan. Hubungan antar tiap butir
pernyataan dinyatakan dengan koefisien korelasi (r). Butir pernyataan dikatakan
valid apabila nilai koefisien korelasi (r) bernilai positif atau ≥ 0,3 (Azwar, 1999).
Uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan pada sedikitnya 20
responden (Sastroasmoro, 1995). Oleh karena itu, uji validitas dalam penelitian ini
dilakukan pada 20 responden pasien tuberkulosis rawat jalan di BP4 Kebumen.
Diperoleh kuesioner yang valid setelah 2 kali uji validitas. Dari hasil uji validitas
terdapat 2 item pernyataan yang tidak valid. Oleh karena itu, kedua pernyataan
tersebut tidak digunakan dalam perhitungan skor kuesioner sehingga dari 40
pernyataan hanya 38 pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini juga dilakukan pendampingan kepada responden satu per satu oleh
peneliti. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya ketidakpahaman
responden dalam mengisi jawaban di lembar kuesioner. Jadi bila responden
mengalami kesulitan dalam pengisian kuesioner, responden dapat langsung
dibantu dalam mengisi lembar kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel XIV. Uji Validitas Item Pernyataan Korelasi Keterangan
1 0.319 valid 2 0.632(**) valid 3 0.493(*) valid 4 0.631(**) valid 5 0.741(**) valid 6 0.652(**) valid 7 0.690(**) valid 8 0.722(**) valid 9 0.741(**) valid 10 0.602(**) valid 11 0.700(**) valid 12 0.763(**) valid 13 0.582(**) valid 14 0.752(**) valid 15 0.619(**) valid 16 0.662(**) valid 17 0.768(**) valid 18 0.543(*) valid 19 0.579(**) valid 20 0.416 valid 21 0.659(**) valid 22 0.727(**) valid 23 0.408 valid 24 0.636(**) valid 25 0.721(**) valid 26 0.728(**) valid 27 0.293 tidak valid 28 0.531(*) valid 29 0.371 valid 30 0.631(**) valid 31 0.596(**) valid 32 0.844(**) valid 33 0.576(**) valid 34 0.656(**) valid 35 0.414 valid 36 0.451(*) valid 37 0.340 valid 38 0.755(**) valid 39 0.693(**) valid 40 0.256 tidak valid
Keterangan : (**) = valid untuk taraf kepercayaan 99% (*) = valid untuk taraf kepercayaan 95%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
5. Uji reliabilitas
Menurut Notoadmodjo (2005) kuesioner sebagai alat ukur harus
mempunyai reliabilitas yang tinggi dan sebelum digunakan untuk penelitian harus
diuji coba. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi keterpercayaan hasil ukur.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam
rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien
yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas (Azwar,
2005). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan program SPSS versi
12.0 dimana koefisien reliabilitas dinyatakan dalam koefisien Alpha Cronbach.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan secara bersama-sama
terhadap seluruh pertanyaan. Suatu skala dikatakan reliabel jika nilai Alpha > 0,60
(Mario, 2006). Dalam penelitian didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,946
yang berarti penelitian memiliki reliabilitas yang tinggi.
6. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan teknik pengisian kuesioner pada
responden yang datang ke BP4 Kebumen, tentunya berdasarkan kriteria inklusi
yang sudah ditentukan
7. Pengolahan data
a. Manajemen data
Proses manajemen data dilakukan dengan tujuan untuk menjamin
keakuratan data. Dalam proses ini dilakukan pengecekan ulang lengkap tidaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
jawaban kuesioner yang telah disebarkan kepada responden. Setelah itu, dilakukan
scoring terhadap item pernyataan kuesioner.
b. Analisis data
1) Analisis kualitatif
Analisis ini dilakukan untuk mendukung data kuantitatif. Metode
analisis ini dilakukan dengan wawancara kepada 7 responden. Materi wawancara
meliputi efek samping yang dialami responden dan cara pengatasannya, manfaat
yang diperoleh responden dengan adanya penyuluhan dan PMO, serta frekuensi
seberapa sering responden terlambat minum obat (bila pernah) dan alasannya.
2) Karakteristik responden (Analisis kuantitatif)
Analisis karakterstik responden ini dilakukan untuk mengetahui
gambaran deskriptif karakteristik pasien tuberkulosis yang meliputi jenis kelamin
responden, usia responden, pekerjaan responden, tingkat pendidikan responden,
serta lamanya responden menjalani pengobatan.
a) Jenis kelamin responden
Pengelompokan jenis kelamin responden dilakukan dengan perhitungan
frekuensi dan perhitungan persentase. Pengelompokan ini dilakukan untuk
mengetahui jumlah perbandingan pasien wanita dan laki-laki dalam penelitian ini.
b) Usia responden
Pengelompokan umur responden dilakukan dengan mengacu pada
pengelompokan umur yang terdapat di kartu TB-07. Pengelompokan ini dilakukan
untuk mengetahui kelompok umur manakah yang mempunyai jumlah pasien
terbanyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
c) Pekerjaan responden
Pengelompokan pekerjaan responden dilakukan dengan perhitungan
frekuensi dan perhitungan persentase.
d) Tingkat pendidikan responden
Dalam kuesioner terdapat empat tingkatan pendidikan yakni tamat SD,
tamat SMP, tamat SMA, dan tamat perguruan tinggi/akademi. Pengelompokan
dilakukan dengan perhitungan frekuensi dan presentase masing-masing tingkat
pendidikan.
e) Lamanya responden menjalani pengobatan
Dalam kuesioner ini terdapat dua kelompok yakni masa pengobatan awal
(0-3 bulan pertama) dan masa pengobatan lanjutan (4-6 bulan).
3) Analisis hasil kuesioner
Analisis hasil kuesioner pertama-tama dilakukan dengan memberikan
skor pada jawaban kuesioner. Kemudian, dihitung dengan menjumlahkan tiap
skor jawaban pada tiap bagian untuk memperoleh nilai bagian. Setiap nilai bagian
dihitung nilai tengahnya (median). Nilai median tiap-tiap bagian ini akan
digunakan untuk membagi nilai rendah dan tinggi. Nilai yang berada dibawah
nilai median akan digolongkan menjadi nilai rendah, dan nilai yang berada diatas
atau sama dengan nilai median akan digolongkan menjadi nilai tinggi. Analisis
ada tidaknya pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan
efek samping obat anti-tuberkulosis terhadap ketaatan dalam mengkonsumsi obat
anti-tuberkulosis dilakukan dengan menggunakan uji statistik Z-test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan efek
samping obat anti-tuberkulosis terhadap ketaatan dalam mengkonsumsi obat anti-
tuberkulosis ditentukan oleh nilai z. Apabila nilai z yang terhitung terletak
diantara critical value (-1,96 - 1,96) maka H null diterima. Sedangkan jika nilai z
yang terhitung terletak lebih kecil dari critical value (-1,96) atau lebih besar dari
critical value (1,96) maka H null ditolak dan H1 diterima (DeMuth, 1999).
I. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang dijumpai dalam penelitian ini adalah :
1. Sulitnya mengurus ijin penelitian di Kesbangpolinmas dan BAPPEDA
2. Sulitnya memperoleh informasi akurat yang menyangkut jumlah pasien yang
berkunjung ke BP4 tiap bulannya.
3. Ada beberapa pasien yang buta huruf atau tidak tamat pendidikan dasar
sehingga peneliti harus membacakan dan menerangkan satu per satu item
pernyataan yang terdapat dalam kuesioner.
Untuk mengatasi kesulitan yang terjadi dalam penelitian ini dilakukan
beberapa upaya, diantaranya :
1. Mencari informasi secara mandiri tentang jumlah pasien yang datang
berkunjung dari buku registrasi TB-03
2. Membacakan setiap item pernyataan yang terdapat dalam kuesioner terutama
pada pasien yang buta huruf dan mendampingi responden dalam pengisian
kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan pada pendahuluan,
maka pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam 6 bagian yaitu penggambaran
tentang karakteristik responden pasien tuberkulosis, pemaparan pengaruh antara
pengetahuan pasien tuberkulosis dengan ketaatan minum obat, pemaparan
pengaruh antara penyuluhan pada pasien tuberkulosis dengan ketaatan minum
obat, pemaparan pengaruh antara ketersediaan obat pada pasien tuberkulosis
dengan ketaatan minum obat, pemaparan pengaruh antara ada tidaknya PMO pada
pasien tuberkulosis dengan ketaatan minum obat, serta pemaparan pengaruh
antara kejadian efek samping obat yang dikonsumsi pasien tuberkulosis dengan
ketaatan minum obat.
A. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin responden
Dalam penelitian ini, pengelompokan jenis kelamin responden dilakukan
dengan menghitung frekuensi dan presentase yang terjadi. Berdasarkan hasil
kuesioner, responden pasien tuberkulosis yang berjenis kelamin laki-laki didapat
sebanyak 37 orang (51 %), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 36
orang (49 %).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Jenis Kelamin Responden
Laki-laki51%
Perempuan49%
Laki-laki Perempuan
Gambar 2. Presentase Jenis Kelamin Responden Pasien Tuberkulosis
Dalam penelitian ini, diperoleh bahwa angka kejadian pada laki-laki lebih
banyak daripada angka kejadian pada perempuan. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan Crofton et al. (2002) bahwa angka kejadian tuberkulosis lebih
banyak terjadi pada laki-laki daripada terjadi pada perempuan dalam semua usia.
Hal ini disebabkan karena laki-laki pada umumnya merokok, sedangkan wanita
pada umumnya tidak merokok. Faktor toksis seperti rokok dapat menurunkan
daya tahan tubuh, sehingga angka kejadian tuberkulosis lebih banyak terjadi pada
laki-laki daripada terjadi pada perempuan. Selain itu, Kabupaten Kebumen juga
memiliki jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar daripada penduduk
perempuan sehingga risiko prevalensi angka kejadian tuberkulosis pada pria juga
lebih besar dibandingkan pada perempuan. Dalam penelitian ini tidak dilakukan
analisis lanjutan terhadap usia responden, karena data ini merupakan data
pelengkap dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Umur responden
Dalam penelitian ini, umur responden dikelompokkan berdasarkan
pengelompokkan umur yang terdapat dalam kartu TB-07. Kartu TB-07 adalah
kartu catatan kasus tuberkulosis yang terjadi yang dimiliki setiap kabupaten untuk
mencatat laporan kasus baru dan kasus kambuh selama satu triwulan. Dalam kartu
TB-07 terdapat 4 kelompok umur untuk golongan usia produktif. Umur responden
diketahui dengan menghitung frekuensi umur responden. Dari gambar dapat
dilihat pengelompokan umur responden menurut kartu TB-07.
Pengelompokan Umur Responden
15-2416%
25-3433%
35-4422%
45-5529%
15-2425-3435-4445-55
Gambar 3. Presentase Umur Responden Pasien Tuberkulosis
Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 73 responden diperoleh
responden terbanyak dari kelompok umur 25-34 tahun (33%), 45-55 tahun (29%),
35-44 tahun (22%), dan 15-24 tahun (16%). Menurut Crofton et al. (2002)
dikatakan angka kejadian tuberkulosis paru akan meningkat seiring dengan
peningkatan usia. Pada wanita prevalensi mencapai maksimum pada usia 40-50
tahun. Sedangkan pada pria prevalensi meningkat sampai mencapai usia 60 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Bila disesuaikan dengan teori Crofton et al. (2002), dalam penelitian ini
seharusnya angka prevalensi tertinggi dicapai oleh kelompok umur 45-55 tahun,
tetapi dari data yang diperoleh didapat angka prevalensi tertinggi dimiliki oleh
kelompok umur 25-34 tahun. Hal ini disebabkan karena pada rentang umur
tersebut merupakan usia dimana seseorang dalam keadaan yang amat produktif.
Manusia cenderung paling giat bekerja dan banyak berinteraksi dengan orang lain
pada umur tersebut. Karena adanya faktor lingkungan seperti diatas serta
ditunjang dengan faktor fisik yang kurang memungkinkan (kondisi lelah bekerja),
sehingga dapat mengurangi daya tahan seseorang terhadap penyakit tuberkulosis
dan mempermudah terjadinya infeksi oleh Mycobacterium pada rentang umur
tersebut. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lanjutan terhadap usia
responden, karena data ini merupakan data pelengkap dalam penelitian ini.
3. Tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4
kelompok dan dihitung berdasarkan jumlah frekuensi dan presentase yang terjadi.
Tingkat pendidikan seseorang nantinya akan mempengaruhi pengetahuan dan
tingkat pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal. Orang yang mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung memperoleh cakupan informasi dan
pengetahuan yang lebih mudah daripada orang yang memiliki pendidikan yang
lebih rendah. Diharapkan orang yang mempunyai pendidikan tinggi dapat
menunjukkan semakin banyaknya informasi yang dimilikinya, yang nantinya akan
memberikan pengaruh positif pada perilaku ketaatan dalam mengkonsumsi obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
anti-tuberkulosis. Tingkat pendidikan pada responden pasien tuberkulosis
digunakan sebagai data pelengkap karakteristik responden saja dalam penelitian
ini, jadi tidak dilakukan analisis lebih lanjut lagi.
Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 73 responden, didapat
presentase tingkat pendidikan responden pasien tuberkulosis dari yang tertinggi
hingga yang terendah adalah tamat SD sebesar 48 % (35 orang), tamat SLTP 26%
(19 orang), tamat SLTA 22 % (16 orang), dan tamat perguruan tinggi/akademi
sebesar 4 % (3 orang).
Tingkat Pendidikan Responden
SD48%
SLTP26%
SLTA22%
Akademi / Perguruan
tinggi4%
SD
SLTP
SLTA
Akademi /Perguruan tinggi
Gambar 4. Presentase Tingkat Pendidikan Responden Pasien Tuberkulosis
4. Pekerjaan responden
Pekerjaan seseorang merupakan salah satu aspek sosial yang mendukung
manusia dalam pemenuhan dan pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan
yang dimiliki seseorang akan menentukan tingkat ekonomi dan status sosial
seseorang di masyarakat. Pekerjaan tidak berhubungan langsung dengan ketaatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dalam mengkonsumsi OAT, tapi dalam penelitian ini data pekerjaan digunakan
sebagai data pelengkap karakteristik saja. Karena susahnya mengelompokkan
jenis pekerjaan responden, maka dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
frekuensi dan presentase yang diperoleh.
Pekerjaan Responden
Tani21%
Buruh14%Swasta
21%PNS5%
Dagang5%
Pelajar/Mahasiswa8%
Tidak bekerja26% Tani
Buruh
Swasta
PNS
Dagang
Pelajar/Mahasiswa
Tidak bekerja
Gambar 5. Presentase Pekerjaan Responden Pasien Tuberkulosis
Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 73 responden, didapat jenis
pekerjaan pada responden pasien tuberkulosis yang meliputi : tani 21 % (15
orang), swasta 21 % (15 orang), buruh 14 % (10 orang), dagang 5 % (4 orang),
PNS 5 % (4 orang). Sedangkan responden yang tidak bekerja sebesar 26 % (19
orang) dan responden yang merupakan pelajar atau mahasiswa sebesar 8 % (6
orang). Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menderita
tuberkulosis merupakan seseorang yang tidak bekerja. Seseorang yang tidak
mempunyai pekerjaan cenderung akan mempunyai kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan ekonomi. Mereka akan cenderung memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan seadanya saja dan cenderung kurang memperhatikan kebutuhan kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dan gizi. Menurut Crofton et al. (2002), kemiskinan (kondisi kerja yang buruk)
dan status gizi yang buruk akan mengurangi daya tahan seseorang terhadap
penyakit tuberkulosis dan mempermudah terjadinya infeksi oleh Mycobacterium.
5. Lamanya responden menjalani pengobatan
Lama tidaknya pasien menjalani pengobatan juga termasuk dalam data
karakteristik responden. Disini peneliti hanya ingin mengetahui presentase pasien
yang menjalani masa pengobatan intensif (0-3 bulan) dan masa pengobatan
lanjutan ( >3 bulan). Dari hasil kuesioner diperoleh jumlah pasien yang menjalani
masa pengobatan intensif adalah 25 orang (34 %) dan pasien yang menjalani masa
pengobatan lanjutan adalah 48 orang (66 %). Dapat disimpulkan bahwa lama
pengobatan responden terbanyak adalah 4-6 bulan (masa pengobatan lanjutan).
Lama Pengobatan Responden
0-3 bulan34%
4-6 bulan66%
0-3 bulan 4-6 bulan
Gambar 6. Presentase Lama Pengobatan Responden Pasien Tuberkulosis
Sedikitnya responden yang menjalani pengobatan awal (0-3 bulan) di
BP4 dapat disebabkan karena adanya pasien baru (menjalani masa pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
awal) yang merujuk untuk pindah ke unit pelayanan kesehatan lain yang lokasinya
lebih dekat dari tempat tinggal pasien, seperti misalnya puskesmas, rumah sakit
lain, maupun dokter praktek. Pada umumnya pasien tuberkulosis baru mengalami
rasa yang tidak enak seperti lemah, lesu, keringat dingin, pusing, demam, batuk,
sakit dada, sehingga kurang memungkinkan bila menjalani pengobatan di BP4
yang lokasinya jauh dari tempat tinggal pasien. Jadi jumlah kunjungan pasien baru
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kunjungan pasien yang menjalani masa
pengobatan lanjutan sebab pada masa pengobatan lanjutan biasanya pasien sudah
merasa sehat sehingga memungkinkan untuk memeriksakan diri ke BP4 yang
lokasinya jauh dari tempat tinggal pasien.
B. Pengaruh Pengetahuan Pasien terhadap Ketaatan Minum OAT
Tingkat pengetahuan pasien diduga mempunyai pengaruh terhadap
ketaatan pengobatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang diharapkan
semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan penyakitnya sehingga
akan semakin teratur proses pengobatan dan penyembuhan. Pengujian pengaruh
pengetahuan pasien terhadap ketaatan minum OAT ini dilakukan menggunakan
uji statistik Z-Test dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Tingkat pengetahuan
responden dalam penelitian ini menjadi variabel bebas (independent variable).
Sedangkan variabel tergantungnya (dependent variable) berupa ketaatan pasien
dalam minum obat anti-tuberkulosis. Pengujian ini dilakukan untuk mencari ada
tidaknya pengaruh pengetahuan responden terhadap ketaatan minum OAT. Dalam
analisis ini variabel bebas yang berupa pengetahuan responden akan dibagi dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh pengetahuan rendah dan
pengetahuan tinggi. Pertama, dihitung nilai total bagian ketaatan dan nilai total
bagian pengetahuan dari masing-masing responden. Dari nilai total kemudian
dihitung nilai skor rata-rata tiap responden. Dari rata-rata nilai skor bagian
pengetahuan tiap responden dicari nilai median atau nilai tengahnya. Dalam
penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-rata tiap reponden yang berada sama
dengan atau lebih tinggi dari nilai median dikelompokkan dalam kelompok
pengetahuan tinggi. Nilai skor rata-rata tiap reponden yang kurang dari nilai
median dikelompokkan dalam kelompok pengetahuan rendah. Untuk nilai bagian
ketaatan hanya terdapat satu nilai saja yang menunjukkan ketaatan rendah (skor 2)
sehingga ditetapkan nilai skor 2 tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan
pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4 dan kelompok ketaatan rendah yang
terdiri dari nilai skor 3.
Dari perhitungan didapat nilai median kelompok pengetahuan sebesar
3,00. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai pengetahuan tinggi sebanyak 44
orang dan nilai pengetahuan rendah dimiliki 29 orang.
Tabel XV. Pembagian Nilai Skor Pengetahuan dan Nilai Skor Ketaatan Pengetahuan tinggi
(44 orang) Ketaatan tinggi 23 orang Ketaatan rendah 21 orang
Pengetahuan rendah (29 orang)
Ketaatan tinggi 6 orang Ketaatan rendah 23 orang
Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar
2,701. Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada critical value (1,96),
sehingga H null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya perbedaan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki pengetahuan
tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang
memiliki pengetahuan rendah, sehingga dapat dikatakan tingkat pengetahuan yang
dimiliki penderita tuberkulosis dapat mempengaruhi ketaatan minum obat pada
penderita tuberkulosis.
Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan semakin tinggi tingkat
pengetahuan responden, maka ketaatan minum obat yang dimiliki responden juga
semakin tinggi. Dari tabel XV dapat dilihat kecenderungan responden dalam
menjawab setiap item pernyataan. Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi
cenderung mempunyai nilai ketaatan yang tinggi pula. Sedangkan responden
dengan tingkat pengetahuan rendah yang memiliki nilai ketaatan tinggi jumlahnya
lebih sedikit daripada responden dengan tingkat pengetahuan rendah yang
memiliki nilai ketaatan rendah. Sebagai contoh, dari hasil kuesioner bagian
pengetahuan item no.8 yang menyebutkan bahwa tuberkulosis dapat sembuh
dengan sendirinya walaupun pasien tidak minum obat secara rutin, ternyata
hampir semua responden (93%) dengan tingkat pengetahuan tinggi memberikan
jawaban benar (skor 3) maupun jawaban sempurna (skor 4). Sedangkan responden
dengan tingkat pengetahuan rendah hanya 4 responden yang memberikan jawaban
sempurna (skor 4) dan ada beberapa responden yang memberikan jawaban salah
(skor 1-2). Adanya pengaruh tingkat pengetahuan terhadap ketaatan dapat
disebabkan karena semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang
terhadap sesuatu hal maka semakin banyak cakupan informasi yang diperoleh
responden terutama tentang penyakit tuberkulosis dan pengobatannya. Banyaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
cakupan informasi yang diperoleh responden diharapkan sikap dan tindakan
responden untuk taat dalam mengkonsumsi OAT juga semakin baik.
C. Pengaruh Penyuluhan Tuberkulosis terhadap Ketaatan Minum OAT
Penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit
tuberkulosis yang merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu rangkaian
kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan
dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat
dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya.
Penyuluhan tuberkulosis perlu dilakukan karena masalah tuberkulosis banyak
berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Dalam penelitian
ini, pengujian dilakukan menggunakan uji statistik Z-Test dengan taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05). Ada tidaknya dan frekuensi penyuluhan terkait
masalah tuberkulosis terhadap responden dalam penelitian ini menjadi variabel
bebas (independent variable). Sedangkan variabel tergantungnya (dependent
variable) berupa ketaatan pasien dalam minum OAT. Pengujian ini dilakukan
untuk mencari ada tidaknya pengaruh penyuluhan terkait tuberkulosis pada
responden terhadap ketaatan minum OAT. Dalam analisis ini variabel bebas yang
berupa ada tidaknya dan frekuensi penyuluhan terkait masalah tuberkulosis
terhadap responden akan dibagi dua dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh
kelompok nilai penyuluhan rendah dan kelompok nilai penyuluhan tinggi.
Pertama, dihitung nilai total bagian ketaatan dan nilai total bagian penyuluhan dari
masing-masing responden. Dari nilai total kemudian dihitung nilai skor rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tiap responden. Dari rata-rata nilai skor bagian penyuluhan tiap responden dicari
nilai median atau nilai tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-
rata tiap reponden yang berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai median
dikelompokkan dalam kelompok penyuluhan tinggi. Nilai skor rata-rata tiap
reponden yang kurang dari nilai median dikelompokkan dalam kelompok
penyuluhan rendah. Untuk nilai bagian ketaatan hanya terdapat satu nilai saja
yang menunjukkan ketaatan rendah (skor 2) sehingga ditetapkan nilai skor 2
tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4
dan kelompok ketaatan rendah yang terdiri dari nilai skor 3.
Dari perhitungan didapat nilai median kelompok penyuluhan sebesar
3,14. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai penyuluhan tinggi sebanyak 46
orang dan nilai penyuluhan rendah dimiliki 27 orang.
Tabel XVI. Pembagian Nilai Skor Penyuluhan dan Nilai Skor Ketaatan Penyuluhan tinggi
(48 orang) Ketaatan tinggi 27 orang Ketaatan rendah 21 orang
Penyuluhan rendah (25 orang)
Ketaatan tinggi 6 orang Ketaatan rendah 19 orang
Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar
2,373. Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada critical value (1,96),
sehingga H null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya perbedaan tingkat
ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki nilai penyuluhan
tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang
memiliki nilai penyuluhan rendah, sehingga dapat dikatakan ada tidaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
penyuluhan terkait tuberkulosis yang didapat oleh penderita tuberkulosis dapat
mempengaruhi ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis.
Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan adanya penyuluhan
terkait dengan tuberkulosis kepada responden dengan frekuensi yang semakin
meningkat, maka ketaatan minum obat yang dimiliki responden juga semakin
tinggi. Dari tabel XVI dapat dilihat kecenderungan responden dalam menjawab
setiap item pernyataan. Responden dengan nilai penyuluhan tinggi cenderung
mempunyai nilai ketaatan yang tinggi pula. Sedangkan responden dengan nilai
penyuluhan rendah yang memiliki nilai ketaatan tinggi jumlahnya lebih sedikit
daripada responden dengan nilai penyuluhan rendah yang memiliki nilai ketaatan
rendah. Sebagai contoh, dari hasil kuesioner bagian penyuluhan item no.18 yang
menyebutkan bahwa saya menjadi lebih taat minum obat anti tuberkulosis kerena
dberi penyuluhan tentang tuberkulosis oleh petugas, ternyata semua responden
(100%) yang memiliki nilai penyuluhan tinggi memberikan jawaban benar (skor
3) atau jawaban sempurna (skor 4). Sedangkan responden yang memiliki nilai
penyuluhan rendah hanya 1 responden saja yang memberikan jawaban sempurna
(skor 4) dan selebihnya memberikan jawaban benar (skor3) maupun jawaban
salah (skor 1-2).
Dari hasil wawancara kepada 7 responden, seluruh responden mengaku
pernah mendapat penyuluhan tentang tuberkulosis dan pengobatannya. 5
diantaranya menyebutkan bahwa mereka mendapat penyuluhan hanya sebanyak
satu l kali saja yaitu pada awal masa pengobatan. Sedangkan 2 responden sisanya
mengaku mendapat penyuluhan sebanyak 2 kali, yaitu pada awal masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pengobatan dan pada waktu dimana mereka pernah terlambat kontrol/menebus
obat. Seluruh responden mengaku bahwa penyuluhan memberikan manfaat nyata.
Dengan adanya penyuluhan, responden umumnya jadi lebih mengerti tentang
seluk beluk penyakit tuberkulosis dan tahu bahwa tuberkulosis dapat
disembuhkan dan bukanlah penyakit yang memalukan. Mereka juga jadi lebih
mengerti bahwa tuberkulosis membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
sembuh dan harus minum obat secara rutin.
Adanya pengaruh penyuluhan terkait tuberkulosis terhadap ketaatan
pengobatan pasien dapat disebabkan karena dengan adanya penyuluhan yang
diberikan oleh petugas kesehatan terhadap pasien tuberkulosis akan menambah
informasi tentang tuberkulosis dan pengobatannya bagi pasien. Pasien jadi lebih
mengerti perihal pentingnya berobat secara teratur untuk jangka waktu tertentu.
Selain itu, penyuluhan yang diberikan kepada pasien dapat secara langsung
memotivasi pasien agar taat minum obat. Adapun tujuan diberikannya penyuluhan
terkait masalah tuberkulosis adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
peran serta masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis (Anonim, 2005).
Penyuluhan yang diberikan juga dapat bermanfaat dalam memberikan informasi
terkait tuberkulosis kepada pasien maupun anggota keluarganya sehingga pasien
dan anggota keluarganya semakin tahu tentang seluk beluk penyakit tuberkulosis
serta diharapkan penderita dapat menjalani pengobatan secara teratur sampai
sembuh dan anggota keluarga yang sehat dapat menjaga, melindungi dan
meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan tuberkulosis.
Sebaiknya penyuluhan terhadap pasien dilakukan secara perorangan, sebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan cara ini kemungkinan untuk berhasil dalam pengobatan lebih besar. Untuk
lebih dapat dimengerti dan diterima oleh pasien, penyuluhan sebaiknya dilakukan
dalam bahasa yang sederhana dan kalau perlu disertakan media yang dapat
menunjang pemahaman pasien, seperti misalnya poster, leaflet, maupun gambar.
Sebaiknya penyuluhan tentang masalah tuberkulosis selain diberikan
kepada pasien juga perlu diberikan kepada PMO maupun anggota keluarga pasien.
Hal ini penting bagi keluarga pasien agar anggota keluarga pasien dapat juga
menjaga, melindungi, meningkatkan kesehatan, dan mengubah pola hidup agar
terhindar dari penularan tuberkulosis. Selain itu, agar anggota keluarga pasien
dapat mendukung dan memotivasi pasien untuk menjalankan pengobatan dan
sembuh. Pada waktu penyuluhan pertama kali hal yang biasa dilakukan adalah
menjelaskan apa itu tuberkulosis, bagaimana penularannya, bagaimana
pengobatan tuberkulosis dan efek samping yang mungkin terjadi, serta pentingnya
dilakukan pengawasan langsung terhadap pasien ketika minum obat. Pada
penyuluhan berikutnya perlu dilakukan pengecekan ulang tentang pemahaman
pasien terhadap penyakitnya. Juga perlu dilakukan monitoring terhadap ketaatan
pasien dalam minum obat. Menurut Anonim (2005) penyuluhan dikatakan
berhasil apabila penderita datang berobat secara teratur sesuai jadwal pengobatan
dan anggota keluarga penderita dapat menjaga dan melindungi kesehatannya.
Dalam penelitian ini, penyuluhan yang diberikan kepada pasien belum
sepenuhnya berhasil sebab tidak semua pasien yang menjalani pengobatan
mempunyai ketaatan dalam minum obat dan masih ada beberapa dari anggota
keluarga pasien yang tertular tuberkulosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Ketidaktahuan pasien akan penyebab tuberkulosis dan cara
penyembuhannya, rasa takut yang berlebihan terhadap tuberkulosis, serta reaksi
penolakan oleh pasien dalam pengobatan maupun konseling merupakan faktor-
faktor yang dapat menghambat keberhasilan terapi tuberkulosis. Oleh karena itu,
sangatlah diperlukan adanya penyuluhan, konseling dan pendampingan terhadap
pasien mengenai tuberkulosis dan pengobatannya. Jadi, dapat disimpulkan
penyuluhan terkait tuberkulosis dan pengobatannya berpengaruh secara langsung
terhadap ketaatan pasien dalam mengkonsumsi OAT.
D. Pengaruh Ketersediaan OAT pada Pasien terhadap Ketaatan Minum OAT
Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat pelayanan, akses
terhadap sarana kesehatan dan transportasi, merupakan salah satu pertimbangan
ketaatan dalam pengobatan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diteliti ada
tidaknya pengaruh antara ketersediaan obat pada pasien terhadap ketaatan pasien
dalam minum OAT. Pengujian ini dilakukan menggunakan uji statistik Z-Test
dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ketersediaan OAT pada responden
dalam penelitian ini menjadi variabel bebas (independent variable). Sedangkan
variabel tergantungnya (dependent variable) berupa ketaatan pasien dalam minum
obat anti-tuberkulosis. Dalam analisis ini variabel bebas yang berupa ketersediaan
obat anti-tuberkulosis pada responden akan dibagi dua dalam dua tingkatan
sehingga akan diperoleh kelompok nilai ketersediaan OAT rendah dan kelompok
nilai ketersediaan OAT tinggi. Pertama, dihitung nilai total bagian ketaatan dan
nilai total bagian ketersediaan OAT dari masing-masing responden. Dari nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
total kemudian dihitung nilai skor rata-rata tiap responden. Dari rata-rata nilai
skor bagian ketersediaan OAT tiap responden dicari nilai median atau nilai
tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-rata tiap reponden yang
berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai median dikelompokkan dalam
kelompok ketersediaan OAT tinggi. Nilai skor rata-rata tiap reponden yang
kurang dari nilai median dikelompokkan dalam kelompok ketersediaan OAT
rendah. Untuk nilai bagian ketaatan hanya terdapat satu nilai saja yang
menunjukkan ketaatan rendah (skor 2) sehingga ditetapkan nilai skor 2 tersebut
dianggap menjadi nilai 3 dan pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan menjadi 2
kelompok yaitu kelompok ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4 dan
kelompok ketaatan rendah yang terdiri dari nilai skor 3.
Dari perhitungan didapat nilai median kelompok ketersediaan OAT
sebesar 3,00. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai ketersediaan obat tinggi
sebanyak 46 orang dan nilai ketersediaan obat rendah dimiliki 27 orang.
Tabel XVII. Pembagian Nilai Skor Ketersediaan OAT dan Nilai Skor Ketaatan
Ketersediaan OAT tinggi (46 orang)
Ketaatan tinggi 21 orang Ketaatan rendah 25 orang
Ketersediaan OAT rendah (27 orang)
Ketaatan tinggi 8 orang Ketaatan rendah 19 orang
Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar 11,5.
Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada critical value (1,96), sehingga H
null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya perbedaan tingkat ketaatan minum
obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki nilai ketersediaan OAT tinggi
dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
nilai ketersediaan OAT rendah, sehingga dapat dikatakan ada tidaknya
ketersediaan OAT pada penderita tuberkulosis dapat mempengaruhi ketaatan
minum obat pada penderita tuberkulosis.
Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan semakin tinggi
ketersediaan OAT pada responden, maka ketaatan minum obat yang dimiliki
responden juga semakin tinggi. Dari tabel XVII dapat dilihat kecenderungan
responden dalam menjawab setiap item pernyataan. Responden dengan nilai
ketersediaan OAT rendah memiliki nilai ketaatan yang rendah pula. Namun, dari
data dapat dilihat responden dengan nilai ketersediaan OAT tinggi cenderung
mempunyai nilai ketaatan yang rendah. Wajar bila ketersediaan obat yang rendah
pada pasien menyebabkan masalah ketidaktaatan pada pasien dalam minum obat.
Pasien yang mengalami masalah dengan ketersediaan obat dapat terlambat atau
tidak minum obat sama sekali dikarenakan tidak tersedianya obat yang dibutuhkan
pasien di tempat pemeriksaan, jarak antara tempat tinggal pasien dengan tempat
pemeriksaan yang terlalu jauh atau sulitnya memperoleh transportasi ke tempat
pemeriksaan sehingga sangat dimungkinkan terjadi keterlambatan dalam menebus
obat atau kontrol. Jadi ada saat dimana pasien tidak minum obat dikarenakan obat
habis. Selain itu faktor biaya juga berpengaruh terhadap ketaatan minum obat
pada pasien. Sebagai contoh, dari hasil kuesioner bagian ketersediaan obat item
no.20 yang menyebutkan bahwa alasan biaya membuat saya tidak bisa menebus
obat anti-tuberkulosis pada waktu yang ditentukan, ternyata baik responden yang
memiliki nilai ketersediaan obat tinggi maupun rendah ada yang memberikan
jawaban sempurna (skor 4) maupun jawaban salah (skor 1). Tidak adanya biaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
yang digunakan untuk menebus obat di tempat pemeriksaan menyebabkan pasien
tidak dapat menebus obat secara utuh bahkan tidak dapat menebus obat sama
sekali. Akibatnya pasien tidak minum obat dan menghentikan pengobatan.
Padahal pengobatan tuberkulosis harus dilaksanakan secara tuntas agar pasien
dapat mencapai angka kesembuhan. Alasan-alasan ini berpengaruh secara
langsung terhadap ketaatan pasien dalam minum obat dan nantinya dapat
mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.
Tetapi pada data yang menyebutkan angka ketersediaan obat tinggi
menyebutkan presentase jumlah pasien yang tidak taat minum obat (ketaatan
minum obat rendah) lebih banyak daripada pasien yang taat minum obat.
Seharusnya tingkat ketaatan pasien dalam minum obat sebanding dengan
ketersediaan obat pada pasien. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena
kurangnya kesadaran pasien untuk minum obat secara teratur, tidak adanya
seseorang yang mengingatkan pasien ketika lupa minum obat, pasien mengalami
efek samping/rasa yang tidak enak sehingga enggan untuk minum obat. Faktor-
faktor lain ini juga mempengaruhi ketaatan pasien dalam minum obat. Selain
didukung orang lain, seharusnya pasien sendiri juga meningkatkan kesadaran dan
kemauannya untuk minum obat dan sembuh. Hendaknya pasien juga mempunyai
seorang PMO yang dapat mengingatkan bila waktu minum obat tiba, sehingga
masalah ketidaktaatan dan keterlambatan minum obat dapat terhindari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
E. Pengaruh PMO terhadap Ketaatan Minum OAT
Pengawas Menelan Obat (PMO) merupakan salah satu komponen DOTS
untuk menjamin keteraturan minum obat penderita tuberkulosis. Diduga pasien
yang mempunyai PMO memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi teratur
dalam minum OAT dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai PMO.
Oleh karena itu, pengujian ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya pengaruh
PMO pada responden terhadap ketaatan minum OAT.
Pengujian ini dilakukan menggunakan uji statistik Z-Test dengan taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05). Ada tidaknya PMO pada responden dalam penelitian
ini menjadi variabel bebas (independent variable). Sedangkan variabel
tergantungnya (dependent variable) berupa ketaatan pasien dalam minum obat
anti-tuberkulosis. Dalam analisis ini variabel bebas yang berupa keberadaan PMO
pada responden akan dibagi dua dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh
kelompok nilai PMO rendah dan kelompok nilai PMO tinggi. Pertama, dihitung
nilai total bagian ketaatan dan nilai total bagian PMO dari masing-masing
responden. Dari nilai total kemudian dihitung nilai skor rata-rata tiap responden.
Dari rata-rata nilai skor bagian PMO tiap responden dicari nilai median atau nilai
tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor rata-rata tiap reponden yang
berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai median dikelompokkan dalam
kelompok nilai PMO tinggi. Nilai skor rata-rata tiap reponden yang kurang dari
nilai median dikelompokkan dalam kelompok nilai PMO rendah. Untuk nilai
bagian ketaatan hanya terdapat satu nilai saja yang menunjukkan ketaatan rendah
(skor 2) sehingga ditetapkan nilai skor 2 tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pengelompokkan nilai ketaatan ditetapkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
ketaatan tinggi yang terdiri dari nilai skor 4 dan kelompok ketaatan rendah yang
terdiri dari nilai skor 3.
Tabel XVIII. Pembagian Nilai Skor PMO dan Nilai Skor Ketaatan PMO tinggi (43 orang)
Ketaatan tinggi 25 orang Ketaatan rendah 18 orang
PMO rendah (30 orang)
Ketaatan tinggi 4 orang Ketaatan rendah 26 orang
Dari perhitungan didapat nilai median kelompok PMO sebesar 3,14. Dari
73 responden, yang mempunyai nilai PMO tinggi sebanyak 43 orang dan nilai
PMO rendah dimiliki 30 orang. Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test,
didapatkan nilai Z sebesar 3,862. Nilai Z yang terhitung ini lebih besar daripada
critical value (1,96), sehingga H null ditolak dan H1 diterima. Terlihat adanya
perbedaan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki
nilai PMO tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis
yang memiliki nilai PMO rendah, sehingga dapat dikatakan keberadaan PMO
pada penderita tuberkulosis dapat mempengaruhi ketaatan minum obat pada
penderita tuberkulosis.
Berdasarkan hasil uji hipotesis ini, dapat dikatakan adanya PMO pada
responden, maka ketaatan minum obat yang dimiliki responden juga semakin
tinggi. Dari tabel XVIII dapat dilihat kecenderungan responden dalam menjawab
setiap item pernyataan. Responden dengan nilai PMO tinggi cenderung
mempunyai nilai ketaatan yang tinggi pula. Sedangkan responden dengan nilai
PMO rendah yang memiliki nilai ketaatan tinggi jumlahnya lebih sedikit daripada
responden dengan nilai PMO rendah yang memiliki nilai ketaatan rendah. Sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
contoh, dari hasil kuesioner bagian PMO item no.30 yang menyebutkan bahwa
PMO mengingatkan saya untuk minum obat bila waktu minum obat tiba, ternyata
semua responden (100%) yang memiliki nilai PMO tinggi memberikan jawaban
benar (skor 3) atau jawaban sempurna (skor 4). Beberapa responden yang
memiliki nilai PMO rendah juga ada yang memberikan jawaban sempurna (skor
4) maupun jawaban benar (skor 3), tetapi masih ada yang memberikan jawaban
salah (skor 1-2).
Dari hasil wawancara kepada 7 responden, semua responden memiliki
PMO. Pengawas Menelan Obat (PMO) kebanyakan berupa anggota keluarga dari
responden. Tetapi ada juga PMO yang bukan berasal dari keluarga responden,
misalnya tetangga. Menurut Anonim (2005), tetangga dapat menjadi PMO bagi
penderita tuberkulosis sebab tetangga termasuk seseorang yang tinggal dekat
dengan pasien. Diharapkan PMO tinggal didekat pasien adalah agar PMO dapat
mengawasi, memberi dorongan, dan mengingatkan pasien secara rutin dalam
menjalani pengobatan tuberkulosis. Umumnya PMO mengingatkan responden
untuk minum obat pada jam-jam tertentu dimana responden terlihat belum
meminum obatnya. Semua responden mengaku bahwa mereka mendapat manfaat
dengan adanya PMO. Responden merasakan bahwa dirinya jadi tidak lupa minum
obat, selain itu responden juga merasa bersemangat sebab PMO juga seringkali
memberi semangat kepada responden untuk sembuh.
Pengawas Menelan Obat (PMO) merupakan salah satu bagian dari
program DOTS yang dibentuk oleh pemerintah dimana dalam program DOTS
tersebut mewajibkan adanya seseorang yang dipercaya untuk mengawasi jalannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
pengobatan pada penderita tuberkulosis. Seorang PMO dapat berupa anggota
keluarga pasien, orang yang sudah dikenal dekat oleh pasien, maupun petugas
kesehatan yang dekat dengan pasien. Adanya PMO berpengaruh secara langsung
terhadap ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat dalam pengobatan
tuberkulosis, sebab dengan adanya PMO terjadi pengawasan dari orang lain
terhadap pasien dalam mengkonsumsi OAT. Pengawas Menelan Obat (PMO)
juga bertugas untuk mengawasi penderita tuberkulosis agar menelan obat secara
teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada penderita agar mau
berobat teratur, mengingatkan penderita untuk memeriksakan diri dan meminum
obat jika lupa meminum obat, serta mengingatkan penderita untuk periksa ulang
dahak pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Diharapkan seorang PMO selalu
ada dan mengawasi pasien ketika minum obat, untuk menjamin bahwa pasien
benar-benar telah minum obatnya secara benar. Bila tidak ada PMO, kelalaian
pasien dalam minum obat sangatlah mungkin terjadi. Dapat juga terjadi salah
dosis ketika pasien minum obat. Sebab seperti yang telah diketahui, obat anti-
tuberkulosis jumlahnya lebih dari satu dan diminum dengan dosis yang berbeda-
beda. Kebanyakan dari penderita tuberkulosis merupakan masyarakat
berpendidikan rendah dimana masyarakat berpendidikan rendah biasanya tidak
mudah mengingat dan memahami sesuatu hal. Oleh karena itu, sangatlah
dibutuhkan PMO untuk membantu mengingatkan dan mengawasi pasien dalam
pengobatan sehingga diharapkan tidak terjadi kelalaian minum obat yang dapat
menyebabkan kegagalan konversi pada pasien tuberkulosis dan angka
kesembuhan pun dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
F. Pengaruh Efek Samping Obat terhadap Ketaatan Minum OAT
Efek samping yang terjadi pada pasien dapat mempengaruhi ketaatan
suatu pengobatan. Terjadinya efek samping dapat mengakibatkan ketidaktaatan
pasien dalam minum obatnya. Diduga adanya efek samping yang terjadi akan
membuat pasien menjadi tidak taat dalam minum obat. Oleh karena itu, pengujian
ini dilakukan untuk mencari ada tidaknya pengaruh efek samping OAT yang
terjadi pada responden terhadap ketaatan minum OAT. Pengujian ini dilakukan
menggunakan uji statistik Z-Test dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ada
tidaknya efek samping OAT yang terjadi pada responden dalam penelitian ini
menjadi variabel bebas (independent variable). Sedangkan variabel tergantungnya
(dependent variable) berupa ketaatan pasien dalam minum OAT. Dalam analisis
ini variabel bebas yang berupa efek samping OAT yang terjadi pada responden
akan dibagi dua dalam dua tingkatan sehingga akan diperoleh kelompok nilai efek
samping obat rendah dan kelompok nilai efek samping obat tinggi. Pertama,
dihitung nilai total bagian ketaatan dan nilai total bagian efek samping obat dari
masing-masing responden. Dari nilai total kemudian dihitung nilai skor rata-rata
tiap responden. Dari rata-rata nilai skor bagian efek samping obat tiap responden
dicari nilai median atau nilai tengahnya. Dalam penelitian ini ditetapkan nilai skor
rata-rata tiap reponden yang berada sama dengan atau lebih tinggi dari nilai
median dikelompokkan dalam kelompok efek samping obat tinggi. Nilai skor
rata-rata tiap reponden yang kurang dari nilai median dikelompokkan dalam
kelompok efek samping obat rendah. Untuk nilai bagian ketaatan hanya terdapat
satu nilai saja yang menunjukkan ketaatan rendah (skor 2) sehingga ditetapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
nilai skor 2 tersebut dianggap menjadi nilai 3 dan pengelompokkan nilai ketaatan
ditetapkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ketaatan tinggi yang terdiri dari
nilai skor 4 dan kelompok ketaatan rendah yang terdiri dari nilai skor 3.
Dari perhitungan didapat nilai median kelompok efek samping obat
sebesar 2,80. Dari 73 responden, yang mempunyai nilai efek samping obat tinggi
sebanyak 45 orang dan nilai efek samping obat rendah dimiliki 28 orang.
Tabel XIX. Pembagian Nilai Skor Efek Samping Obat dan Nilai Skor Ketaatan
ESO tinggi (45 orang)
Ketaatan tinggi 18 orang Ketaatan rendah 27 orang
ESO rendah (28 orang)
Ketaatan tinggi 10 orang Ketaatan rendah 18 orang
Dari hasil perhitungan uji statistik Z-Test, didapatkan nilai Z sebesar
0,364. Nilai Z yang terhitung ini lebih kecil daripada critical value (1,96),
sehingga H1 ditolak dan H null diterima. Terlihat tidak adanya perbedaan tingkat
ketaatan minum obat pada penderita tuberkulosis yang memiliki nilai efek
samping obat tinggi dengan tingkat ketaatan minum obat pada penderita
tuberkulosis yang memiliki nilai efek samping obat rendah, sehingga dapat
dikatakan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan oleh penderita
tuberkulosis tidak mempengaruhi ketaatan minum obat pada penderita
tuberkulosis.
Dari tabel XIX dapat dilihat kecenderungan responden dalam menjawab
setiap item pernyataan. Responden dengan nilai efek samping obat tinggi
cenderung mempunyai nilai ketaatan yang rendah, sebab bila responden
mengalami efek samping obat seperti misalnya pusing, mual, muntah, gatal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
kemerahan, hingga nyeri sendi responden mempunyai kecenderungan akan
merasa malas dan enggan untuk minum obat. responden akan merasa takut dan
khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akibat dari obat yang diminumnya.
Selain itu, efek samping ini dikhawatirkan dapat mengganggu aktivitas keseharian
para responden. Sedangkan teori yang diungkap Anonim (2003) menyebutkan
bahwa pengobatan tidak perlu dihentikan apabila terjadi keluhan efek samping
yang ditimbulkan OAT. Sebab pada umumnya keluhan yang timbul berupa
keluhan efek samping yang minor atau ringan bukan merupakan gejala efek
samping berat (mayor) dan hanya berlangsung sementara, dimana gejala-gejala ini
dapat ditanggulangi dengan obat-obat simtomatik atau obat sederhana. Perbedaan
antara teori yang telah ada dengan hasil penelitian yang didapat mungkin dapat
disebabkan karena kurangnya pemberian informasi tentang efek samping obat dari
petugas kesehatan terkait kepada responden maupun PMO-nya. Disarankan agar
petugas kesehatan terkait juga lebih memperhatikan pemberian informasi tentang
efek samping obat ini agar pasien maupun PMO dapat memahami efek samping
obat yang mungkin dapat terjadi setelah mengkonsumsi obat anti tuberkulosis.
Pada hasil kuesioner bagian efek samping obat item no.35 yang
menyebutkan bahwa saya tetap minum semua obat antituberkulosis, walaupun
saya merasakan efek samping dari obat tersebut, ternyata responden baik yang
mempunyai nilai efek samping obat tinggi maupun yang mempunyai nilai efek
samping obat rendah banyak yang memberikan jawaban salah (skor 1-2).
Responden memberikan jawaban tidak setuju/sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut. Dapat dikatakan, ketika responden mengalami efek samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dari obat yang diberikan, responden akan bertindak tidak minum obat. Padahal
pengobatan tuberkulosis sangat memerlukan ketaatan dalam minum obat. Bila
pasien menghentikan minum obat karena efek samping obat yang ditimbulkan,
kemungkinan angka kesembuhan tidak tercapai (pengobatan gagal). Bahkan
dimungkinkan dapat terjadi resistensi obat, sebab pengobatan tidak dilakukan
secara tuntas. Pasien yang gagal konversi, biasanya dianjurkan untuk mengulang
pengobatan dari awal lagi. Tentunya hal ini dapat menambah biaya pengobatan
bagi pasien. Dari hasil wawancara diketahui ada responden yang
mengkonsultasikan ke dokter terkait dengan efek samping yang dialaminya.
Tetapi ada juga yang tidak mengkonsultasikan kepada dokter. Sebaiknya ketika
merasakan efek samping yang ditimbulkan dari obat anti-tuberkulosis pasien
langsung mengkonsultasikan kepada dokter atau petugas kesehatan terkait agar
cepat ditindaklanjuti. Memang tidak akan terjadi pengurangan dosis pemberian
obat oleh dokter, namun biasanya dokter memberikan antihistamin untuk
meringankan gatal kulit yang dialami pasien dan memberikan aspirin bila pasien
mengalami nyeri sendi (obat simptomatik).
Dari hasil wawancara dengan 7 responden, 4 diantaranya mengalami
efek samping setelah minum obat anti-tuberkulosis. Efek samping yang mereka
alami berbeda-beda. Umumnya adalah gatal-gatal pada kulit dan nyeri sendi yang
dirasakan pada masa awal pengobatan. Dari hasil wawancara tidak didapati
responden yang mengalami efek samping berat (mayor) yang berarti seperti tuli
maupun gangguan keseimbangan. Kejadian efek samping yang berbeda-beda pada
setiap pasien ini dikarenakan karena kondisi fisiologis pasien yang berbeda satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sama lain, sehingga respon tubuh terhadap penerimaan obat yang masuk juga
berbeda. Efek samping yang timbul biasanya akan hilang setelah beberapa hari
pemakaian OAT, sebab keadaan fisiologis pasien sudah bisa beradaptasi dengan
obat yang masuk ke dalam tubuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini didapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil karakteristik responden pasien tuberkulosis rawat jalan di BP4 Kebumen
periode Oktober 2008-Maret 2009 menggambarkan responden terbanyak
berjenis kelamin laki-laki (51%), berumur antara 25-34 tahun (33%), memiliki
latar belakang pendidikan tamat SD (48%), tidak bekerja (26%), dan sedang
menjalani masa pengobatan lanjutan 4-6 bulan (66%).
2. Pengetahuan responden memberikan pengaruh positif terhadap ketaatan
responden dalam minum OAT.
3. Penyuluhan tuberkulosis yang diberikan kepada responden memberikan
pengaruh positif terhadap ketaatan responden dalam minum OAT. Kegiatan
penyuluhan kepada responden dilakukan pada kunjungan awal masa
pengobatan.
4. Ketersediaan obat pada responden memberikan pengaruh negatif terhadap
ketaatan responden dalam minum OAT.
5. Pengawas Menelan Obat (PMO) yang dimiliki responden memberikan
pengaruh positif terhadap ketaatan responden dalam minum OAT. Pengawas
Menelan Obat (PMO) yang dimiliki responden memberikan manfaat dalam
mengingatkan responden ketika waktu minum obat telah tiba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
6. Efek samping OAT yang dialami responden tidak mempengaruhi ketaatan
responden dalam minum OAT. Efek samping yang dialami responden berupa
gatal dan kemerahan pada kulit serta nyeri sendi yang biasanya dirasakan pada
awal masa pengobatan tuberkulosis.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian serupa namun
dengan responden dan lokasi yang berbeda sehingga dapat diketahui juga
pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan efek
samping OAT terhadap ketaatan pasien dalam pengobatan tuberkulosis di
daerah lain. Apakah terdapat kesamaan hasil atau perbedaan hasil pada
responden dengan lokasi penelitian yang berbeda.
2. Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut dan lebih spesifik untuk menentukan
faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap ketaatan pasien dalam
pengobatan tuberkulosis paru di BP4 Kebumen.
3. Perlu adanya tenaga farmasis / apoteker di BP4 Kebumen untuk menjalankan
kegiatan pharmaceutical care di BP4 Kebumen dalam rangka meningkatkan
ketaatan pasien dalam pengobatan tuberkulosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000a, Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2000b, Informatorium Obat nasional Indonesia 2000, 219, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2002, Indonesia Peringkat Ketiga TBC, http://www.kompas.com/
kompas-cetak/0209/24/Jateng/indo26.htm., diakses pada 28 Desember 2008.
Anonim, 2003, Adherence to Long Term Therapies: Evidence for Action,
http://www.who.org/adh.200x260.pdf. diakses pada 21 Februari 2009. Anonim, 2004, Treatment of Tuberculosis : Guidelines for National Programmes,
http://www.verem.org.tr/pdf/DSOhaziran2004Ingilizce.pdf. diakses pada 26 Juni 2009.
Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penanggulangan Penyakit
Tuberkulosis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2006, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2007, Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2, Cetakan
pertama, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2008, Standard Category I and III Treatment Regimens for Active
Tuberculosis Disease in Adults and Children for the Caribbean Nations. www.cdc.gov/tuberkulosis/tuberkulosis_hiv_Drugs/default.htm., diakses pada 26 Juni 2009.
Azwar, S., 1999, Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 1, Cetakan pertama, 29-35,
83-103, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Azwar, S., 2000, Validitas dan Reliabilitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Berman, P, et al., 1994, The Household Production of Health: Integrating Social
Science Perspectives or Micro Level Health Determinants, Soc Sei Med 38 (2): 205-215, http://lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.3_Saimi_01_06.pdf., diakses pada 30 mei 2009.
Crofton, John, et al., 2002, Tuberkulosis Klinis, 1-27, Diterjemahkan oleh
Muherman Harun, dkk., Edisi 2, Widya Medika, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Dahlan, Sopiyudin M., 2004, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Cetakan 1, 46-60, Arkans, Jakarta.
De Muth, J. E., 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical
Applications, 368-370, Dekker Inc., New York. DiPiro, Joseph T, et al.l, 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,
Sixth Edition, 2015-2034, Appleton & Lange, USA. Hiswani, 2004, Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi
Masalah Kesehatan Masyarakat, www.usulibrary.ac.id., diakses pada 14 Agustus 2008.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance L.L., 2006, Drug Information
Handbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio. McGraw-Hill Co., New York.
Mario, T. M., 2006, SPSS Untuk Paramedis, 55-111, Ardana Media, Jakarta. Notoadmodjo, S., 2003, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 79,116, PT Rineka
Cipta, Jakarta. Nova, 2008, Sekilas Layang Tentang TBC (Tuberkulosis),
www.dinkes.go.id/index/php ., diakses pada 7 September 2008. Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 11-15, 164-168, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Pujirahardjo, W. J., 1993, Penetapan Sampel Dalam Metode Penelitian dan
Statistik Terapan, Airlangga University Press, Surabaya. Sastroasmoro, S., 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, 52-56,
Binarupa Aksara, Jakarta. Suryawati, 2008, Ketaatan Pasien Terhadap Petunjuk Pengobatan, http://lrc-
kmpk.ugm.ac.id/, diakses pada 2 Mei 2009. Tjay, T. H., Rahardja K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi 5, Cetakan ke-1, 145-153, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kuesioner
Nama (dapat tidak diisi) : Jenis kelamin : L / P Alamat : Pekerjaan : Lama menjalani pengobatan : a. 0-3 bulan b. 3-6 bulan c. Lainnya : ...... Umur (lingkari yang sesuai) : a. 15-24 b. 25-34 c. 35-44 d. 45-55 Pendidikan terakhir : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Akademi/Perguruan tinggi e. Lainnya : ...... Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai tuberculosis. Baca dan pahami setiap pernyataan tersebut, kemudian silanglah (X) huruf dibelakang masing-masing pernyataan, sesuai dengan pendapat Anda. STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju SS : Sangat Setuju Setiap orang dapat mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut Anda sendiri karena tidak ada pilihan yang dianggap salah. Selamat mengisi.
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya pernah terlambat untuk menebus obat antituberkulosis saya pada petugas kesehatan / apotek
2 Saya mematuhi aturan minum obat yang dianjurkan petugas kesehatan / dokter
3 Saya memeriksakan diri (kontrol) tepat waktu
4 Saya menghabiskan semua obat antituberculosis yang diberikan tepat waktu
5 Bila saya diberi persediaan obat untuk 2 minggu, maka saya akan menghabiskan obat tersebut dalam waktu 2 minggu
6 Saya akan minum obat antituberkulosis pada waktu yang telah dianjurkan oleh petugas kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
No Pernyataan STS TS S SS
7 Saya masih dapat terserang TBC meskipun sudah minum obat secara teratur
8 TBC tetap dapat sembuh dengan sendirinya walaupun pasien tidak minum obat secara rutin
9 TBC mengancam hidup saya 10 Penyakit TBC membutuhkan ketaatan dalam minum obat
11 TBC saya dapat sembuh bila saya mengkonsumsi obat secara teratur
12 TBC bukan penyakit menular
13 Penyuluhan kesehatan tentang TBC membuat saya semakin tahu bahwa TBC dapat disembuhkan dengan meminum obat secara teratur
14 Penyuluhan tentang TBC tidak memberikan manfaat apa-apa bagi saya
15 Dari penyuluhan kesehatan tentang TBC, saya tahu bahwa TBC dapat sembuh dengan sendirinya walaupun pasien tidak minum obat secara rutin
16 Saya lebih mengerti tentang TBC dan pengobatannya karena adanya penyuluhan kesehatan tentang TBC yang diberikan oleh petugas
17 Saya mendapat manfaat nyata dari penyuluhan mengenai TBC.
18 Saya menjadi lebih taat minum obat antituberkulosis karena diberi penyuluhan tentang TBC oleh petugas
19 Acara penyuluhan kesehatan tentang TBC hanya menyia-nyiakan waktu saya
20 Alasan biaya membuat saya tidak bisa menebus obat antituberkulosis pada waktu yang ditentukan
21 Saya akan mendahulukan kontrol dan menebus obat walaupun saya disibukan oleh pekerjaan saya
22 Bila obat antituberculosis saya habis, saya langsung ke rumah sakit tempat saya memeriksakan diri walaupun waktu kontrol belum tiba
23 Transportasi yang sulit dijangkau membuat saya terlambat menebus obat antituberkulosis di apotek/rumah sakit
24 Saya akan tetap menebus obat antituberkulosis meskipun saya harus membayar mahal obat tersebut
25 Saya akan berhenti minum obat karena persediaan obat saya sudah habis, meskipun penyakit saya belum sembuh,
26 Transportasi yang sulit dijangkau membuat saya tidak bisa menebus obat antituberkulosis di apotek/rumah sakit.
27 Bila obat yang saya butuhkan tidak tersedia di BP4, saya akan mencari obat tersebut di apotek / tempat lain.
28 PMO menyemangati saya untuk terus minum obat
29 PMO tidak mengingatkan saya untuk minum obat ketika saya lupa minum obat
30 PMO mengingatkan saya untuk minum obat bila waktu minum obat tiba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
- Terima kasih atas partisipasinya -
Keterangan :
1-6 : Bagian ketaatan
7-12 : Bagian pengetahuan
13-19 : Bagian penyuluhan
20-27 : Bagian ketersediaan obat
28-34 : Bagian PMO
35-40 : Bagian efek samping obat
No Pernyataan STS TS S SS
31 Saya tidak menginginkan adanya PMO 32 Adanya PMO membuat saya lebih taat untuk minum obat 33 PMO tidak bermanfaat apa-apa bagi saya dan penyakit saya
34 PMO hanya mempersulit saya untuk tidak mengkonsumsi obat antituberkulosis
35 Saya tetap minum semua obat antituberkulosis, walaupun saya merasakan efek samping dari obat tersebut (misalnya: pusing, mual, gatal)
36 Saya akan tetap menghabiskan semua obat antituberculosis yang diberikan meskipun saya mengalami efek samping yang dari obat tersebut (misalnya: pusing, mual, gatal)
37 Saya lebih baik tidak minum obat daripada mengalami efek samping dari obat tersebut yang mengganggu saya
38 Saya tidak menghabiskan semua obat antituberculosis karena efek samping yang ditimbulkan mengganggu saya
39 Saya berhenti minum obat antituberculosis karena efek samping yang ditimbulkan mengganggu saya
40 Saya malas minum obat antituberculosis karena efek samping (misalnya: pusing, mual, gatal) yang ditimbulkan mengganggu saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Pembagian Pernyataan Favourable dan Unfavourable
Variabel No Pernyataan Pernyataan
Favourable Unfavourable
Kepatuhan 1, 2, 3, 4, 5, 6 2, 3, 4, 5, 6 1
Pengetahuan 7, 8, 9, 10, 11, 12 7, 9, 10, 11 8, 12
Penyuluhan 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19 13, 16, 17, 18 14, 15, 19
Ketersediaan Obat 20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27 21, 22, 24, 27 20, 23, 25, 26
Pengawas Menelan
Obat (PMO)
28, 29, 30, 31, 32,
33, 34 28, 30, 32 29, 31, 33, 34
Efek samping obat 35, 36, 37, 38, 39,
40 35, 36 37, 38, 39, 40
Penilaian Item Jawaban
Jawaban Favourable Unfavourable Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Kuesioner diatas dilengkapi dengan panduan wawancara yang meliputi
efek samping yang dialami responden dan cara pengatasannya, manfaat yang
diperoleh responden dengan adanya penyuluhan dan PMO, serta frekuensi
responden diberi penyuluhan oleh petugas dan seberapa sering responden
terlambat minum obat (bila pernah) berikut alasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas
Item Pernyataan Korelasi Keterangan 1 0.319 valid 2 0.632(**) valid 3 0.493(*) valid 4 0.631(**) valid 5 0.741(**) valid 6 0.652(**) valid 7 0.690(**) valid 8 0.722(**) valid 9 0.741(**) valid 10 0.602(**) valid 11 0.700(**) valid 12 0.763(**) valid 13 0.582(**) valid 14 0.752(**) valid 15 0.619(**) valid 16 0.662(**) valid 17 0.768(**) valid 18 0.543(*) valid 19 0.579(**) valid 20 0.416 valid 21 0.659(**) valid 22 0.727(**) valid 23 0.408 valid 24 0.636(**) valid 25 0.721(**) valid 26 0.728(**) valid 27 0.293 tidak valid 28 0.531(*) valid 29 0.371 valid 30 0.631(**) valid 31 0.596(**) valid 32 0.844(**) valid 33 0.576(**) valid 34 0.656(**) valid 35 0.414 valid 36 0.451(*) valid 37 0.340 valid 38 0.755(**) valid 39 0.693(**) valid 40 0.256 tidak valid
(**) = valid untuk taraf kepercayaan 99% (*) = valid untuk taraf kepercayaan 95%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas
Case Processing Summary N % Cases Valid 20 100.0
Excluded(a) 0 .0
Total 20 100.0a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.903 40 Scale Statistics
Mean Variance Std.
Deviation N of Items
129.5000 190.053 13.78596 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
but_1 126.4000 181.832 .261 .904but_2 126.1500 183.292 .492 .901but_3 126.1500 183.082 .359 .902but_4 126.1500 179.818 .628 .899but_5 126.2000 182.274 .595 .900but_6 126.2000 182.168 .604 .900but_7 126.8500 179.292 .396 .902but_8 126.4500 180.576 .364 .902but_9 126.5500 176.787 .529 .899but_10 126.1000 182.200 .464 .901
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
but_11 126.2000 185.537 .199 .904but_12 126.4000 178.568 .437 .901but_13 126.1500 183.292 .404 .901but_14 126.0000 182.947 .356 .902but_15 126.3000 176.537 .634 .898but_16 126.3500 184.029 .270 .903but_17 126.3000 180.432 .341 .903but_18 126.1500 181.924 .598 .900but_19 126.0000 181.474 .602 .900but_20 126.0500 179.313 .500 .900but_21 126.2000 175.326 .611 .898but_22 126.2500 179.461 .525 .900but_23 126.5000 184.579 .186 .905but_24 126.2000 179.958 .486 .900but_25 125.9000 182.516 .444 .901but_26 125.9500 181.208 .405 .901but_27 126.9000 184.305 .164 .906but_28 126.1000 184.095 .345 .902but_29 126.3000 186.537 .111 .906but_30 125.9500 182.787 .508 .901but_31 126.2500 179.039 .621 .899but_32 126.1000 178.411 .615 .899but_33 126.1500 177.713 .496 .900but_34 126.1000 181.779 .592 .900but_35 126.7000 176.642 .438 .901but_36 126.6000 178.358 .349 .903but_37 126.2500 180.092 .557 .900but_38 126.3500 176.555 .654 .898but_39 126.2500 181.145 .494 .900but_40 126.4000 188.779 .064 .905
Lampiran 4. Nilai Median Skor Kuesioner
Variabel Nilai Median Jumlah Rata-Rata Skor Kuesioner
Dibawah Median Diatas Median Ketaatan 3.167 25 48 Pengetahuan 3,000 29 44 Penyuluhan 3,143 27 46 Ketersediaan obat 3,000 27 46 PMO 3,143 30 43 ESO 2,800 28 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 5. Nilai Kuesioner
Skor Ketaatan (KT), Pengetahuan (PT), Penyuluhan (PY) R 1 2 3 4 5 6 KT 7 8 9 10 11 12 PT 13 14 15 16 17 18 19 PY 1 4 4 4 4 4 4 24 2 3 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 2 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 3 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 4 3 3 3 3 3 3 18 2 3 2 3 3 3 16 3 3 2 3 3 3 3 20 5 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 3 4 18 3 3 4 3 3 3 4 23 6 3 3 3 2 3 3 17 3 2 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 217 3 3 4 3 3 3 19 2 4 3 3 4 3 19 3 3 3 3 3 3 3 21 8 4 3 3 3 3 3 19 1 4 3 3 3 3 17 4 4 3 3 3 4 4 25 9 2 3 3 3 3 3 17 3 1 3 3 3 2 15 3 4 3 3 3 3 3 22 10 3 4 3 3 3 3 19 3 3 2 3 3 3 17 4 3 3 3 3 3 3 22 11 4 4 4 4 3 3 22 2 2 2 2 3 2 13 3 3 3 4 4 3 3 23 12 1 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 13 4 4 4 4 4 4 24 2 3 2 4 3 1 15 4 4 1 4 4 4 4 25 14 2 3 3 3 3 3 17 2 4 3 3 4 4 20 3 4 3 3 1 3 3 20 15 2 3 4 3 4 3 19 1 3 2 4 1 3 14 4 4 4 1 1 4 4 22 16 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 3 3 3 2017 4 3 4 4 3 4 22 4 2 4 4 3 2 19 2 2 3 2 2 3 3 17 18 4 3 2 3 3 3 18 3 3 4 4 4 4 22 3 4 3 3 4 3 3 23 19 3 3 3 3 3 3 18 2 4 4 4 4 4 22 3 2 4 3 3 3 4 22 20 1 3 2 3 3 3 15 2 3 1 4 4 2 16 3 4 3 3 4 3 4 24 21 4 3 3 4 3 3 20 3 4 3 3 3 4 20 3 4 4 3 4 3 4 25 22 3 4 3 3 3 3 19 3 3 3 4 4 2 19 3 3 4 3 3 3 3 22 23 2 3 2 3 4 4 18 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 3 4 4 2 24 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 25 4 4 4 4 4 4 24 4 1 4 4 4 1 18 4 1 1 4 4 4 1 19 26 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 27 2 4 3 3 3 3 18 1 3 2 3 4 2 15 4 3 3 3 3 4 3 23 28 2 3 4 3 4 4 20 3 4 3 4 3 3 20 4 4 4 4 3 3 4 26 29 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 30 3 4 4 4 4 4 23 2 4 4 4 4 4 22 4 4 4 3 4 4 4 27 31 3 3 3 3 3 4 19 3 2 2 3 3 2 15 3 3 3 3 3 3 3 21 32 4 3 4 4 3 3 21 3 3 1 4 3 3 17 4 3 3 2 3 4 3 22 33 4 4 4 4 4 4 24 2 4 4 3 3 3 19 4 3 3 3 3 4 3 23 34 3 4 4 4 4 4 23 2 3 3 3 3 3 17 3 4 4 3 3 3 3 23 35 3 3 3 3 3 3 18 2 2 2 3 3 3 15 3 3 2 3 3 3 3 20 36 4 4 4 4 4 4 24 2 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 21 37 4 4 4 4 4 4 24 3 3 3 4 4 2 19 4 3 3 3 3 4 3 23 38 4 1 4 4 4 4 21 1 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 39 3 3 4 3 3 3 19 1 4 1 3 4 3 16 3 3 3 3 3 3 4 2240 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 2 17 3 3 3 3 3 3 3 21 41 3 4 3 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 42 3 3 3 4 4 3 20 2 4 2 3 4 3 18 3 3 3 2 2 3 2 18 43 4 4 4 4 4 4 24 1 3 4 4 4 4 20 3 3 3 3 4 3 3 22 44 2 3 3 3 3 3 17 2 3 3 3 3 3 17 3 2 3 3 3 2 2 18 45 3 4 4 3 3 4 21 3 4 3 4 3 4 21 4 4 3 3 3 3 3 23 46 3 4 4 4 4 4 23 1 4 4 4 4 1 18 3 3 3 3 3 4 3 22 47 3 3 3 3 3 3 18 2 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 21 48 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 4 4 23 4 4 3 4 4 3 4 26 19 3 3 4 4 3 3 20 2 3 2 3 3 3 16 1 2 3 4 4 4 4 2250 4 3 4 3 3 4 21 3 4 4 3 4 3 21 3 3 3 3 4 4 3 23 51 3 3 3 3 3 3 18 2 3 3 2 3 3 16 3 3 3 3 3 3 3 21 52 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 53 2 3 4 2 2 3 16 4 4 4 4 3 1 20 3 3 3 4 4 3 4 24 54 3 3 3 3 4 3 19 1 4 2 3 4 2 16 3 3 4 3 3 3 3 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
55 3 4 4 4 4 2 21 2 4 2 4 2 1 15 1 1 3 4 4 2 3 18 56 2 4 3 3 2 3 17 2 3 2 3 3 3 16 3 3 2 3 4 4 3 2257 2 4 3 3 3 4 19 3 4 3 3 3 3 19 3 4 4 3 3 3 3 23 58 3 3 4 4 3 3 20 1 3 1 3 4 4 16 3 3 3 3 3 3 2 20 59 3 4 4 4 4 4 23 2 4 3 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 60 2 3 3 3 3 3 17 3 3 4 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 21 61 4 4 4 4 3 4 23 2 3 3 4 3 3 18 3 3 3 3 2 3 3 20 62 4 3 3 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 2 3 3 19 63 3 2 2 3 2 3 15 2 3 2 2 2 3 14 2 3 3 2 2 2 3 17 64 4 3 3 3 3 3 19 3 4 4 3 3 4 21 4 4 3 1 3 3 4 22 65 3 4 4 3 4 3 21 4 3 4 3 4 4 22 3 3 3 3 3 4 4 23 66 3 3 3 4 3 3 19 2 2 4 3 3 4 18 4 3 3 3 3 3 3 22 67 2 3 3 3 3 3 17 2 4 1 3 3 3 16 4 3 3 3 3 3 3 22 68 4 4 4 4 4 4 24 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 21 69 4 1 1 1 1 1 9 4 1 1 1 1 1 9 1 1 1 4 1 1 1 1070 2 4 4 4 4 4 22 1 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 28 71 4 4 4 4 4 3 23 3 2 3 2 4 2 16 3 4 2 3 3 4 4 23 72 2 3 3 3 3 3 17 4 3 4 3 4 4 22 3 4 4 3 3 3 3 23 73 3 3 3 3 3 3 18 3 4 4 4 4 4 23 4 3 3 3 3 3 3 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Skor Ketersediaan Obat (KO), PMO, Efek Samping Obat (ESO)
R 20 21 22 23 24 25 26 KO 28 29 30 31 32 33 34 P 35 36 37 38 39 E 1 4 4 4 4 3 4 4 27 2 3 3 3 4 4 3 22 1 1 3 3 3 11 2 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 3 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 2 3 3 20 2 2 2 2 3 11 5 3 3 3 3 3 4 3 22 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 4 4 4 18 6 3 2 3 3 3 3 4 21 3 3 4 4 3 4 3 24 2 2 3 2 4 13 7 3 3 2 2 3 4 3 20 3 3 3 3 3 3 3 21 1 4 3 2 2 12 8 3 3 3 3 4 3 3 22 3 4 3 4 3 4 4 25 3 4 4 4 4 19 9 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 3 2 3 20 3 3 3 3 3 15 10 3 3 3 3 2 4 4 22 3 4 3 3 2 2 3 20 3 3 4 3 3 16 11 4 4 3 3 4 3 4 25 4 3 4 3 4 4 3 25 4 4 3 3 3 17 12 4 4 4 3 3 4 4 26 4 3 4 4 4 4 4 27 2 2 3 3 3 13 13 1 1 4 3 4 2 1 16 4 1 4 3 4 1 3 20 3 1 3 3 3 13 14 4 3 3 4 3 4 4 25 3 4 3 2 3 4 4 23 1 1 2 2 2 8 15 4 4 4 1 4 4 4 25 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 16 3 2 3 2 3 3 3 19 3 3 3 2 3 3 3 20 2 2 3 3 3 13 17 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 3 3 4 4 26 4 3 3 4 3 17 18 4 4 2 4 4 4 4 26 4 3 4 3 4 3 3 24 3 4 3 3 3 16 19 4 4 3 3 3 3 3 23 3 3 3 4 3 4 4 24 1 1 3 2 1 8 20 4 4 2 3 4 4 4 25 4 3 4 3 4 3 3 24 3 3 3 3 3 15 21 4 4 4 1 3 4 4 24 3 1 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 22 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 3 4 3 22 2 2 2 2 3 11 23 4 4 3 3 4 3 4 25 4 3 4 3 4 4 2 24 3 3 3 3 3 15 24 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 25 1 4 4 1 4 1 1 16 4 1 4 1 4 1 1 16 4 4 1 1 1 11 26 1 4 4 3 2 4 3 21 4 4 4 4 4 4 4 28 1 1 1 3 4 10 27 3 3 3 2 3 3 2 19 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 15 28 3 4 1 3 3 1 4 19 4 1 3 1 4 3 4 20 1 2 3 4 4 14 29 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 15 30 1 4 4 2 4 4 1 20 4 4 4 4 4 4 4 28 3 2 3 2 2 12 31 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 2 2 13 32 3 4 2 3 3 3 3 21 4 3 4 4 3 4 3 25 2 2 2 2 2 10 33 3 3 3 3 3 4 3 22 3 3 3 3 4 3 4 23 3 3 3 3 3 15 34 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 4 3 4 3 23 3 4 4 3 3 17 35 3 3 2 3 2 3 3 19 3 2 3 2 3 3 3 19 3 3 3 3 2 14 36 3 2 3 3 3 3 3 20 3 4 3 3 3 3 3 22 3 3 3 2 3 14 37 4 3 3 4 4 3 4 25 4 4 4 3 4 3 3 25 4 4 3 3 3 17 38 4 4 4 1 1 4 4 22 4 2 4 4 4 4 4 26 1 1 4 4 4 14 39 4 4 3 4 3 4 3 25 4 4 3 4 4 4 4 27 3 3 3 3 3 15 40 3 3 3 2 3 3 3 20 2 3 2 3 2 3 2 17 2 2 2 3 3 12 41 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 15 42 2 3 3 3 2 3 3 19 3 3 3 2 3 3 3 20 3 3 3 3 3 15 43 3 3 3 2 4 3 2 20 4 4 4 3 4 3 3 25 4 4 3 4 3 18 44 3 3 3 3 4 3 2 21 3 2 3 3 2 1 3 17 1 3 2 3 1 10 45 3 2 3 3 2 4 3 20 4 4 3 4 4 3 3 25 2 2 3 3 3 13 46 3 3 4 3 4 4 4 25 3 3 4 3 4 4 3 24 3 3 4 3 4 17 47 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 2 2 2 3 3 12 48 4 4 3 4 4 4 3 26 4 4 3 3 4 3 4 25 3 4 1 3 4 15 19 4 3 3 3 3 4 3 23 3 3 3 3 3 3 3 21 3 2 3 3 2 13 50 4 4 4 3 4 4 4 27 3 3 3 3 4 4 3 23 4 4 2 4 4 18 51 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 2 3 14 52 4 4 3 4 2 4 3 24 3 4 1 4 4 4 4 24 3 3 3 3 3 15 53 2 4 3 4 2 2 4 21 3 3 3 2 3 3 3 20 3 3 4 2 4 16 54 2 3 3 3 3 4 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 2 2 4 3 3 14 55 4 4 4 4 2 3 4 25 4 4 4 4 2 3 4 25 1 1 3 1 1 7 56 4 3 3 4 4 4 4 26 4 4 3 4 3 2 3 23 3 4 3 4 4 18 57 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 3 3 3 21 3 3 3 3 4 16 58 3 3 3 2 3 3 2 19 3 1 3 1 4 4 3 19 2 2 3 4 3 14 59 4 4 3 3 4 4 3 25 3 3 3 3 3 4 4 23 3 3 4 3 3 16 60 3 3 3 2 2 3 2 18 2 4 3 2 3 2 2 18 3 3 2 3 3 14 61 2 3 2 3 2 3 3 18 3 3 4 3 3 3 3 22 3 3 2 3 3 14 62 2 3 3 2 3 3 2 18 3 3 3 3 3 4 3 22 3 2 2 3 3 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
63 3 2 2 3 2 2 2 16 3 2 3 2 3 2 2 17 3 3 2 2 2 12 64 3 4 3 2 2 4 2 20 3 2 3 3 3 3 4 21 2 2 2 2 3 11 65 4 4 4 3 3 3 3 24 1 4 3 3 3 3 3 20 3 2 2 3 3 13 66 3 3 4 3 3 3 3 22 3 3 3 4 3 3 3 22 3 3 3 3 4 16 67 3 3 2 3 3 3 3 20 3 3 3 3 4 4 4 24 2 2 2 2 2 10 68 2 3 3 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 21 2 2 3 3 3 13 69 4 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 4 4 13 1 1 1 1 1 5 70 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 71 4 4 4 4 4 2 4 26 4 4 4 3 4 4 3 26 3 3 2 4 4 16 72 4 4 3 3 4 4 3 25 3 4 1 4 4 4 4 24 3 3 3 3 4 16 73 3 4 3 2 2 4 2 20 1 1 1 1 1 4 4 13 3 3 4 3 3 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 6. Pembagian Nilai Ketaatan, Pengetahuan, Penyuluhan, Ketersediaan Obat, PMO, dan ESO
Responden
Ketaatan Pengetahuan Penyuluhan Ketersediaan Obat
PMO ESO
1 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 2 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 3 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 4 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 5 rendah tinggi tinggi rendah tinggi tinggi 6 rendah rendah rendah tinggi tinggi rendah 7 rendah tinggi rendah rendah rendah rendah 8 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 9 rendah rendah tinggi rendah rendah tinggi 10 rendah rendah tinggi tinggi rendah tinggi 11 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 12 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 13 tinggi rendah tinggi rendah rendah rendah 14 rendah tinggi rendah tinggi tinggi rendah 15 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 16 rendah tinggi rendah rendah rendah rendah 17 tinggi tinggi rendah tinggi tinggi tinggi 18 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 19 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 20 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 21 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 22 rendah tinggi tinggi rendah tinggi rendah 23 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 24 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 25 tinggi tinggi rendah rendah rendah rendah 26 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi rendah 27 rendah rendah tinggi rendah rendah tinggi 28 rendah tinggi tinggi rendah rendah tinggi 29 rendah tinggi rendah rendah rendah tinggi 30 tinggi tinggi tinggi rendah tinggi rendah 31 rendah rendah rendah tinggi rendah rendah 32 tinggi rendah tinggi tinggi tinggi rendah 33 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 34 tinggi rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 35 rendah rendah rendah rendah rendah tinggi 36 tinggi rendah rendah rendah tinggi tinggi 37 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 38 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 39 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 40 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 41 rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi 42 rendah tinggi rendah rendah rendah tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
43 tinggi tinggi tinggi rendah tinggi tinggi 44 rendah rendah rendah tinggi rendah rendah 45 tinggi tinggi tinggi rendah tinggi rendah 46 tinggi tinggi rendah tinggi tinggi tinggi 47 rendah rendah rendah tinggi rendah rendah 48 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 49 rendah rendah tinggi tinggi rendah rendah 50 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 51 rendah rendah rendah tinggi rendah tinggi 52 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 53 rendah tinggi tinggi tinggi rendah tinggi 54 rendah rendah tinggi tinggi rendah tinggi 55 tinggi rendah rendah tinggi tinggi rendah 56 rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 57 rendah tinggi tinggi tinggi rendah tinggi 58 rendah rendah rendah rendah rendah tinggi 59 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 60 rendah tinggi rendah rendah rendah tinggi61 tinggi tinggi rendah rendah tinggi tinggi 62 rendah tinggi rendah rendah tinggi rendah 63 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 64 rendah tinggi tinggi rendah rendah rendah 65 tinggi tinggi tinggi tinggi rendah rendah 66 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 67 rendah rendah tinggi rendah tinggi rendah 68 tinggi tinggi rendah rendah rendah rendah 69 rendah rendah rendah rendah rendah rendah 70 tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 71 tinggi rendah tinggi tinggi tinggi tinggi 72 rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi 73 rendah tinggi tinggi rendah rendah tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 7. Perhitungan Statistik Uji Z-Test
1. Pengetahuan-Kepatuhan
∧
Po = 21
2211
nnPnPn
++
∧∧
= 2944
296.2944
23.44
+
+
= 7329
= 0,397
Z=
21
21
11
n
PoPo
n
PoPo
PP
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
+⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
−∧∧∧∧
∧∧
= ( ) ( )
29603,0.397,0
44603,0.397,0
296
4423
+
−
=117,0316,0 = 2,701
H0 = tingkat kepatuhan pasien TB dengan pengetahuan tinggi tidak
berbeda dengan kepatuhan pasien TB pengetahuan rendah
H1 = tingkat kepatuhan pasien TB dengan pengetahuan tinggi berbeda
dengan kepatuhan pasien TB pengetahuan rendah
Nilai Z (2,701) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya
adalah tingkat kepatuhan pasien TB dengan pengetahuan tinggi berbeda
dengan tingkat kepatuhan pasien TB pengetahuan rendah (H0 ditolak, H1
diterima).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
2. Penyuluhan-Kepatuhan
∧
Po = 21
2211
nnPnPn
++
∧∧
= 2746
276.2746
23.46
+
+
= 7329
= 0,397
Z=
21
21
11
n
PoPo
n
PoPo
PP
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
+⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
−∧∧∧∧
∧∧
= ( ) ( )
27603,0.397,0
46603,0.397,0
276
4623
+
−
=118,0280,0 = 2,373
H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang diberi penyuluhan tidak
berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang tidak diberi penyuluhan
H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang diberi penyuluhan berbeda
dengan kepatuhan pasien TB yang tidak diberi penyuluhan
Nilai Z (2,373) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya
adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang diberi penyuluhan berbeda dengan
tingkat kepatuhan pasien TB yang tidak diberi penyuluhan (H0 ditolak, H1
diterima).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3. Ketersediaan obat-Kepatuhan
∧
Po = 21
2211
nnPnPn
++
∧∧
= 2746
278.2746
21.46
+
+
= 7329
= 0,397
Z=
21
21
11
n
PoPo
n
PoPo
PP
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
+⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
−∧∧∧∧
∧∧
= ( ) ( )
27603,0.397,0
46603,0.397,0
278
4621
+
−
=014,0161,0 = 11,5
H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya tinggi
tidak berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang ketersediaan
obatnya rendah
H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya tinggi
berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya
rendah
Nilai Z (11,5) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya
adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya tinggi
berbeda dengan tingkat kepatuhan pasien TB yang ketersediaan obatnya
rendah (H0 ditolak, H1 diterima).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4. PMO-Kepatuhan
∧
Po = 21
2211
nnPnPn
++
∧∧
= 3043
304.3043
25.43
+
+
= 7329
= 0,397
Z=
21
21
11
n
PoPo
n
PoPo
PP
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
+⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
−∧∧∧∧
∧∧
= ( ) ( )
30603,0.397,0
43603,0.397,0
304
4325
+
−
=116,0448,0 = 3,862
H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang memiliki PMO tidak berbeda
dengan kepatuhan pasien TB yang tidak memiliki PMO
H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang memiliki PMO berbeda
dengan kepatuhan pasien TB yang tidak memiliki PMO
Nilai Z (3,862) lebih besar dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya
adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang memiliki PMO berbeda dengan
tingkat kepatuhan pasien TB yang tidak memiliki PMO (H0 ditolak, H1
diterima).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
5. Efek samping obat-Kepatuhan
∧
Po = 21
2211
nnPnPn
++
∧∧
= 2845
2810.2845
18.45
+
+
= 7328
= 0,383
Z=
21
21
11
n
PoPo
n
PoPo
PP
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
+⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
−∧∧∧∧
∧∧
= ( ) ( )
28603,0.397,0
45603,0.397,0
2810
4518
+
−
=118,0043,0 = 0,364
H0 = tingkat kepatuhan pasien TB yang mengalami efek samping obat
tidak berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang tidak mengalami
efek samping obat
H1 = tingkat kepatuhan pasien TB yang mengalami efek samping obat
berbeda dengan kepatuhan pasien TB yang tidak mengalami efek
samping obat
Nilai Z (0,364) lebih kecil dari critical value (1,96). Maka kesimpulannya
adalah tingkat kepatuhan pasien TB yang mengalami efek samping obat
tidak berbeda dengan tingkat kepatuhan pasien TB yang tidak mengalami
efek samping obat (H1 ditolak, H0 diterima).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpolinmas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 10. Alur Pemilihan Uji Statistik Z-Test
PANEL A
No Discrete Yes Continuous Continuous Discrete one or two Z-test of Proportions Yes No more than two Chi Square test of independent Continuous Discrete
Is there an Independent variable
Primary Variable D/C
Go to Panel C
IndependentVariable D/C
Go to Panel D
Data Reported as Percent of Proportions?
Number of Discrete Independent Variables
Independent Variable D/C
Go to Panel B
Go to Panel C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BIOGRAFI PENULIS
Dwi Arunningtyas dilahirkan di Lhokseumawe pada
tanggal 20 September 1987. Anak kedua pasangan Djoko
Pranyoto dan Elly Habsah menempuh pendidikan di TK
Pius Bakti Utama Gombong tahun 1991-1993, SD Pius
Bakti Utama Gombong tahun 1993-1999, SLTP Negeri 2
Gombong tahun 1999-2002, SMU Negeri 1 Gombong
tahun 2002-2005. Pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan UKF Paduan Suara Fakultas “Veronica” tahun 2005-2008 dan
UKM Kerohanian JKMK tahun 2005-2007. Penulis juga pernah mengikuti
kegiatan kepanitiaan, antara lain: Kegiatan Bakti Sosial 5 Agama Pasca Gempa di
Mlese, Klaten tahun 2006, Panitia Perayaan Minggu Palma di CM Paingan tahun
2007, Panitia Bakti Sosial dan Relaunching Apotek Sanata Dharma tahun 2008,
dan ikut serta dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat tahun 2008 dan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan dalam rangka memperingati
Dies Natalis ke-53 Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI