plagiat merupakan tindakan tidak terpuji1].pdf · fakultas psikologi universitas sanata dharma...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA CULTURE SHOCK DAN PRESTASI AKADEMIK
PADA MAHASISWA ASAL PAPUA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Maria Fransiska Ansiga
089114020
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HUBUNGAN ANTARA CULTURE SHOCK DAN PRESTASI AKADEMIK
PADA MAHASISWA ASAL PAPUA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Maria Fransiska Ansiga
089114020
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Motto:
Manusia hanya berusaha dan berdoa,
Hasil akhirnya, kita pasrahkan kepada Tuhan
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu
-1 Tesalonika 5 : 18-
Dengan perilaku dan hati yang baik, kita tidak harus
menjadi jiwa yang harus meminta. Karena seluruh hidup
kita sudah merupakan doa dan ikhlas setelah itu tutup
doa kita dengan kata AMIN.
-Mario Teguh-
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan
mengatasi setiap kegagalan, tanpa kehilangan semangat.
-Winston Chuchill-
Pendidikan memunyai akar yang pahit, tetapi buahnya
manis
-Aristoteless-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
SKRIPSI ini kupersembahkan untuk,
Tuhan Yesus Kristus,
yang selalu setia menemani dan menjadi penolongku yang
terbaik.
Juga bagi orang-orang yang sangat berharga dan motivator
utama dalam hidupku,
(Alm.) Papaku, Mamaku
Serta kedua orang adikku, Vinsen dan Victor Ansiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA CULTURE SHOCK DAN PRESTASI AKADEMIK
PADA MAHASISWA ASAL PAPUA
Maria Fransiska Ansiga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara culture shock dan prestasi
akademik pada mahasiswa asal Papua. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan
negatif antara culture shock dan prestasi akademik. Artinya, semakin tinggi nilai culture shocknya
maka nilai prestasi akademiknya akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Subyek dalam
penelitian ini adalah mahasiswa asli asal Papua angkatan 2010 yang berjumlah 70 orang.
Penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment, untuk mengetahui hubungan antara
kedua variabel. Data culture shock diperoleh dengan mengedarkan skala dan prestasi akademik
dilihat dari nilai Indeks Prestasi (IP) semester 3. Nilai koefisien reliabilitas dalam penelitian ini
adalah 0.875. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara culture shock
dan prestasi akademik. Hal ini terjadi karena data yang diperoleh tidak linear (p = 0.691).
Akibatnya, hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
Kata Kunci: Culture shock, Prestasi akademik, Mahasiswa asal Papua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CORRELATION BETWEEN CULTURE SHOCK AND ACADEMIC
ACHIVEMENT ON STUDENT FROM PAPUA
Maria Fransiska Ansiga
ABSTRACT
This research is to know about relation between culture shock and academic achievement
on student from Papua. Hypothesis from this research is there are negative relation between
culture shock and academic achievement. Thats mean as higher as culture shock values that make
reduction from academic achievement‟s values and otherwise. The subject from this research is 70
Papuans student from 2010 class. This research use „product moment‟ correlation technic to know
about relation between two variables. Culture shock‟s data is gotten from spreading the
questionnaire and academic achievement is looked from performance index (IP) from third
semester. Reliability coefisien values in this research is 0,875. This research show that there isn‟t
relation between culture shock and academic achievement. This things is because data from this
research is not linear (p = 0.691). That‟s make hypotesis from this research is rejected.
Key word: Culture shock, academic achievement, Papuans student
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan ucapan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas segala
rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Hubungan antara Culture Shock dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa
Asal Papua” dengan sangat baik.
Dalam proses mengerjakan Skripsi ini, hadir banyak orang yang
membantu penulis dengan cara yang berbeda-beda, sehingga Skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan kepada:
1. Dr. Christina Siwi., H., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Akademik.
2. Ibu Titik Kristiyani., S. Psi., M. Psi., selaku Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. H. Wahyudi., M. Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Terima kasih atas segala bantuan yang telah bapak berikan dan
kesediaan membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini sampai
akhir.
4. Bapak Y. Agung Santosa., M.A., dan Bapak Y. Heri Widodo., S. Psi.,
M. Psi., terima kasih untuk masukan-masukan statistiknya.
5. Seluruh dosen-dosen yang ada di Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma. Terima kasih telah membagikan ilmu-limunya selama
kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Staf sekretariat Fakultas Psikologi, Ibu Nanik, Pak Gie dan Mas
Gandung. Terima kasih untuk kebersamaannya, selama menjalani
aktivitas perkuliahan dan pada saat menjadi pengawas ujian.
7. Staf laboratorium Fakultas Psikologi, Mas Muji dan Mas Doni. Terima
kasih untuk bantuannya dan keramahannya.
8. Kedua orang tuaku yang selalu ada dan menjadi motivator buatku.
Untuk (Alm.) Papa, meskipun ragamu tidak bersamaku, tetapi kutahu
kau selalu ada di dekatku memberikan bantuan, doa dan semangat.
Untuk Mamaku, terima kasih, ma. Usaha, pengorbanan dan doamu
adalah hal yang paling berharga dalam hidupku. You‟re is a miracle in
my life. Love you so much.
9. Kedua orang adikku tersayang, Vinsen Ansiga dan Victor Ansiga.
Kehadiran kalian selalu membuatku untuk berusaha menjadi seseorang
yang lebih baik. Dan mengajarkanku untuk bisa menjadi kakak dan
sahabat yang baik.
10. Teman dekat dan terbaikku, Ditya. Terima kasih atas semua bantuan,
semangat dan masukan-masukannya buatku selama mengerjakan
skripsi ini.
11. Sahabat seperjuangan dan terbaikku, Katharina Wineke Rumlus,
Sefriana Ermelinda, Anik Sulistyowati dan Eka Tandhi Lembang.
Terima kasih untuk kebersamaannya. Ayo kita selesaikan tugas ini.
Sukses!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Temen-temen terbaikku, Nita, Martha, Desi, Nindi, Agnes, Nopai dan
Rina. Terima kasih untuk kebersamaan dan bantuannya selama 4 tahun
ini ya….
13. Teman-teman yang membantu mengedarkan angket, Agus (P-Mat
‟10), Hengki (APMD ‟08), Amos (APMD „08), Alan (UPN „08),
Carolina (IPPAK ‟08), Kak Sammy (Asrama Fak-Fak) dan Yosepina
(UTY ‟08). Terima kasih ya….
14. Temen-temen Psikologi, Paulin, Meili, Skolas, Kika, Anis, Anggun,
Risa, Ines, Vicke, Budi, Henri, Vinsen, Putri, Mitha, Dian, Ayu, Dewi,
Mila, Wawan, Aik, Agung, Puput, Chelly, Adit dan seluruh teman-
teman angkatan 2008. Terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya.
15. Teman-teman seperjuangan dan senasibku, Tiwi dan Stanley. Tetap
semangat ya, teman. Kita pasti bisa!!
16. Teman-teman KKNku (yang terbaik deh), Putri (Psi), Novi (Farm),
Vinsen (Psi), Ria (Farm), Tiwi (Farm), Pandu (Farm), Dewi (Farm)
dan Vita (SaSing). Pengalaman tinggal bersama kalian selama 1 bulan,
akan selalu jadi kenangan manis buatku. Hidup Brayut-Dungsari!
17. Teman-teman Kos Griya Amada, Elya, Mbak Kia, Eki dan Sepen.
Tidak lupa untuk Bapak dan Ibu kos, terima kasih atas kebaikannya
selama 4 tahun tinggal bersama kalian.
18. Temen-temenku yang terpisah jarak, Priskila, Putri, Ira dan Mario.
Ayo kita kumpul-kumpul bareng lagi….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
19. Semua pihak yang telah ikut membantu dan tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Dengan penuh kesadaran diri, penulis menyadari bahwa Skripsi ini bisa
berjalan berkat bantuan kalian. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya untuk semua bantuannya. Kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan Skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga Skripsi sederhana ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Yogyakarta, Agustus 2012
Penulis
(Maria Fransiska Ansiga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………… ............... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 9
A. Culture Shock ....................................................................................... 9
1. Pengertian Culture Shock ............................................................... 9
2. Tahap Terjadinya Culture Shock.................................................... 17
3. Gejala Culture Shock ..................................................................... 21
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Culture Shock ....................... 28
B. Prestasi Akademik ............................................................................... 31
1. Pengertian Prestasi Akademik ....................................................... 31
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ................. 32
C. Mahasiswa ............................................................................................ 36
1. Pengertian Mahasiswa ................................................................... 36
2. Pengertian Mahasiswa Asal Papua ................................................ 37
3. Kebiasaan Mahasiswa Papua ......................................................... 38
D. Dinamika Hubungan Antara Culture Shock dan Prestasi Akademik
Pada Mahasiswa Asal Papua ............................................................... 39
E. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 46
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 47
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 47
B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................ 47
C. Definisi Operasional ............................................................................ 47
1. Prestasi Akademik ......................................................................... 47
2. Culture Shock ................................................................................. 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
D. Sampel dan Subyek Penelitian ............................................................. 48
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 50
F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................... 52
1. Validitas ......................................................................................... 52
2. Seleksi Item .................................................................................... 52
3. Reliabilitas ..................................................................................... 57
G. Metode Analisis Data ........................................................................... 58
1. Uji Asumsi ..................................................................................... 58
a. Uji Normalitas .......................................................................... 58
b. Uji Linearitas ........................................................................... 59
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 60
A. Pelaksanaan Tryout .............................................................................. 60
B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 60
C. Analisis Data ........................................................................................ 60
1. Uji Normalitas ................................................................................ 61
2. Uji Linearitas ................................................................................. 62
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 63
D. Deskripsi Subyek Penelitian ................................................................ 64
1. Indeks Prestasi Semester ................................................................ 64
2. Tempat Tinggal .............................................................................. 65
3. Lingkungan Tempat Tinggal .......................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
4. Kelengkapan Orang Tua ................................................................ 66
5. Jenis Kelamin ................................................................................. 66
E. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 66
F. Pembahasan .......................................................................................... 68
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 73
A. Kesimpulan .......................................................................................... 73
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 73
C. Saran .................................................................................................... 74
1. Bagi Subyek Penelitian .................................................................. 74
2. Bagi Bidang Ilmu Pengetahuan ..................................................... 74
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN ..................................................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian hasil belajar mahasiswa per semester ................................ 32
Tabel 2. Blueprint skala “culture shock” ......................................................... 51
Tabel 3. Blueprint skala “culture shock” sebelum uji coba ............................. 54
Tabel 4. Blueprint skala “culture shock” setelah uji coba ............................... 55
Tabel 5. Blueprint skala “culture shock” setelah dilakukan penyusunan ulang. 57
Tabel 6. Hasil uji normalitas ............................................................................ 61
Tabel 7. Hasil uji linearitas .............................................................................. 62
Tabel 8. Deskripsi perolehan indeks prestasi semester .................................... 64
Tabel 9. Deskripsi berdasarkan tempat tinggal ................................................ 65
Tabel 10. Deskripsi berdasarkan kelompok lingkungan tempat tinggal .......... 65
Tabel 11. Deskripsi berdasarkan kelengkapan orang tua ................................. 66
Tabel 12. Deskripsi berdasarkan jenis kelamin ............................................... 66
Tabel 13. Mean teoritik dan mean empiris ...................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ............................................................... 45
Gambar 2. Scatter plot ..................................................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala culture shock ...................................................................... 82
Lampiran 2. Reliabilitas skala uji coba culture shock ..................................... 87
Lampiran 3. Reliabilitas skala culture shock setelah dilakukan seleksi item .. 90
Lampiran 4. Uji Normalitas ............................................................................. 92
Lampiran 5. Uji Linearitas ............................................................................... 92
Lampiran 6. Uji T ............................................................................................ 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas,
banyak remaja yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan mereka ke
jenjang yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi. Para remaja tersebut
berusaha untuk memilih perguruan tinggi dengan kualitas yang baik untuk
menunjang masa depan mereka. Di Indonesia sendiri, perguruan tinggi yang
memiliki kualifikasi tersebut paling banyak berada di Pulau Jawa (Hidajat,
dkk dalam Niam, 2008).
Keadaan tersebut membuat remaja dari daerah lain, salah satunya dari
Papua, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan mereka ke Pulau Jawa.
Remaja asal Papua dipilih karena cukup banyak remaja asal timur Indonesia
ini, yang memilih pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikan mereka. Terlihat
dari jumlah mahasiswa asal Papua yang ada di Yogyakarta saja, mencapai
kurang lebih 7.500 orang. Jumlah ini terdiri atas mahasiswa yang sedang
menempuh pendidikan di jenjang S1, S2 dan S3 (Aliansi Mahasiswa Papua
Jogja, 2011). Jumlah ini jika dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal
dari daerah lain tergolong banyak. Misalnya, dibandingkan dengan jumlah
mahasiswa dari daerah Sulawesi Selatan berjumlah sekitar 200 orang
(http://kampsjogja.wordpress.com/).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Keadaan tersebut didukung oleh suatu studi survei yang dilakukan
Boveington (2007), kepada 26 orang mahasiswa asal Papua yang kuliah di
beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur. Berdasarkan survei tersebut,
diketahui alasan mereka kuliah di Pulau Jawa, karena mereka merasa mutu
pendidikan di Papua masih kurang baik. Selain itu, para mahasiswa lebih
percaya akan mendapatkan manfaat yang lebih besar jika melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi di Pulau Jawa.
Berdasarkan penelitian Boveington (2007) tersebut, ditemukan
beberapa hal yang menunjukkan bahwa pendidikan yang ada di Papua masih
kurang baik, antara lain kemampuan yang dosen miliki kurang seimbang
dengan materi perkuliahan yang diberikan. Sarana dan prasarana untuk
mendukung kegiatan belajar juga masih kurang lengkap. Mutu dari jurusan-
jurusan yang adapun masih mereka anggap kurang baik. Tidak hanya itu,
berdasarkan wawancara dengan seorang mahasiswa dari Papua, diketahui
bahwa nilai yang diperoleh selama studi dapat dinegosiasikan.
Keputusan mahasiswa asal Papua tersebut dikarenakan mereka ingin
memperoleh pendidikan yang lebih baik. Ini dilakukan sebab mereka ingin
membangun Papua. Hal tersebut sesuai dengan cita-cita yang dimiliki oleh
para mahasiswa. Bagi mahasiswa asal Papua dengan mendapatkan pendidikan
yang lebih baik, mahasiswa tersebut ingin memperbaiki ketertinggalan dan
mengembangkan sumber daya manusia yang ada di Papua. Mereka ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
membagikan ilmu yang mereka miliki. Mereka menyebutkan ingin “Papua
yang maju” sebagai impian mereka (Boveington, 2007).
Perilaku mahasiswa asal Papua yang belajar ke Pulau Jawa dan setelah
selesai studi kembali ke kampung halaman, membuat mereka dapat
digolongkan ke dalam sojourner. Menurut Ady, Klineberg & Hull (dalam
Ward, Bochner & Furnham, 2001) sojourner adalah orang-orang yang datang
sementara waktu di tempat yang baru dan setelah tujuan tercapai akan kembali
ke tempat asal. Keadaan tersebut membuat mahasiswa asal Papua yang ada di
Pulau Jawa rentan mengalami culture shock.
Hal tersebut didukung oleh Irwin (2007) yang mengatakan bahwa
menjadi seorang sojourner merupakan aspek penting dalam kehidupan
seorang antropologi. Oleh karena itu, antropolog beresiko mengalami culture
shock. Penelitian Pyvis & Chapman (2005) juga menunjukkan bahwa
meskipun mahasiswa belajar di negerinya sendiri, tetapi diajar oleh pengajar
dari budaya yang berbeda juga dapat mengalami culture shock.
Culture shock merupakan suatu gejala yang dialami oleh seseorang
sebagai bagian dari pengalamannya setelah pindah ke lingkungan budaya yang
berbeda. Hal ini muncul akibat ketidakmampuan orang tersebut menggunakan
pengetahuan dan referensi budaya yang dimiliki untuk hidup di tempat baru
(Cameron & Kirkman, 2010). Keadaan tersebut memunculkan perasaan cemas
dan ketidaktahuan untuk melakukan sesuatu hal yang dinilai pantas atau tidak
pantas (Guanipa, 1998). Culture shock merupakan suatu keadaan yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hampir setiap orang saat berada dalam lingkungan budaya yang baru
(Lysgaard dalam Martin & Nakayama, 2004).
Bagi mahasiswa asal Papua yang memutuskan untuk belajar di Pulau
jawa, rentan mengalami culture shock. Hal ini disebabkan mahasiswa yang
datang dari Papua masih memiliki pola pikir yang primitif. Mahasiswa yang
berasal dari Papua masih dibesarkan dengan cara-cara yang konvensional oleh
orang tua mereka. Misalnya, ada beberapa orang tua yang mengajarkan
kepada anak mereka bahwa pendidikan itu tidak penting, sebab belajar di
rumah saja sudah cukup. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang mahasiswa
asal Papua.
Dampak culture shock paling rentan dan kuat terjadi pada kalangan
mahasiswa, sebab mahasiswa sedang berada pada proses pengembangan diri
dan masa peralihan dari remaja menuju dewasa awal. Selain itu, mahasiswa
juga harus menghadapi masa transisi untuk memasuki perguruan tinggi
(Furnham & Bochner dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). Keadaan
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Thomson, Rosenthal &
Russell (2006) yang menunjukkan bahwa remaja mudah digoncang oleh
perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Apalagi perubahan yang berkaitan
dengan adanya perubahan budaya yang mudah menimbulkan culture shock.
Biasanya orang yang mengalami culture shock akan menunjukkan
gejala-gejala, seperti keenganan berinteraksi dengan orang lain, mudah
tersinggung, mudah marah dan kesepian (Guanipa, 1998). Selain itu, orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang mengalami gejala culture shock merasa kerinduan yang sangat kuat
kepada orang-orang terdekatnya, seperti teman dan keluarga (Lysgaard dalam
Heine, 2008).
Bagi mahasiswa asal Papua yang belajar di Pulau Jawa, memiliki
peluang untuk mengalami culture shock berkaitan dengan pendidikan yang
sedang dijalani. Hal ini dikarenakan ada perbedaan budaya antara lingkungan
di Papua dan Jawa. Adanya perbedaan budaya tersebut perlu diperhatikan
karena budaya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan. Pendidikan dipengaruhi oleh budaya. Cara seseorang dalam
belajar akan ditentukan dari budaya yang membesarkan orang tersebut. Tidak
hanya itu, perbedaan budaya juga berpengaruh pada tujuan, harapan dan gaya
berkomunikasi di dalam kelas (Powell & Anderson, dalam Ward, Bochner &
Furnham, 2001; Samovar, Porter & McDaniel, 2010).
Hal tersebut didukung dengan penelitian Novera (2004) kepada 25
orang mahasiswa Indonesia di Australia. Diketahui bahwa persoalan beda
budaya mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri untuk
berinteraksi di dalam kelas dan menjalin hubungan dengan pengajar atau
dosen. Perbedaan gaya belajar berpengaruh pada kemajuan pendidikan
mahasiswa. Penelitian Poedjiastutie (tanpa tahun) kepada 10 orang mahasiswa
luar negeri yang belajar di Malang, ditemukan bahwa culture shock yang
dialami oleh mahasiswa mempengaruhi akademik mereka selama belajar.
Didukung pula oleh penelitian Christopher (2010) kepada mahasiswa perantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang belajar di sebuah universitas di Australia, menunjukkan bahwa
mahasiswa yang mengalami culture shock mengalami masalah dengan metode
pengajaran yang mempengaruhi gaya belajar mereka.
Keadaan tersebut didukung oleh pendapat Lese & Robbins (dalam
Ward, Bochner & Furnham, 2001) yang mengatakan bahwa culture shock
mempengaruhi kemampuan mahasiswa berkaitan dengan perolehan prestasi
akademik dan penyesuaian sekolah. Chataway & Berry (dalam Ward, Bochner
& Furnham, 2001) juga mendukung pendapat tersebut. Mereka mengatakan
bahwa masalah akademik merupakan masalah yang paling menonjol dirasakan
oleh mahasiswa perantau.
Penelitian yang dilakukan oleh Amponsah (2010) kepada 329
mahasiswa non UK yang sedang menempuh gelar sarjana di UK juga
menunjukkan bahwa akademik merupakan masalah yang paling membuat
stres. Mahasiswa non UK mengalami tuntutan yang lebih dalam pekerjaannya
dan cemas menghadapi rencana masa depan akademik mereka. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Petrides, Chamorro-Premuzic, Frederickson dan Furnham
(2005) kepada 901 pelajar di Inggris, menemukan hal yang sama. Dalam
penelitian tersebut ditemukan bahwa pelajar yang memiliki kepribadian (1)
extraversion: sikap pendiam, tidak ramah dan suka menyendiri; (2) psycotism:
agresif, bermusuhan, mengalami gangguan kejiwaan; dan (3) neuroticism:
cemas, emosional, suka murung dan mudah tersinggung, berpengaruh negatif
pada kinerja akademik mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Prestasi akademik merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa,
karena mencerminkan pengetahuan yang dimiliki selama mengikuti kegiatan
belajar (Kauseri & Suprananto, 2012). Prestasi yang diperoleh mahasiswa
dapat menunjukkan tingkat keberhasilan individu tersebut dalam belajarnya
(Buku Peraturan Akademik Universitas Sanata Dharma, 2010). Prestasi yang
diperoleh akan membantu mahasiswa dalam menggapai cita-citanya dan masa
depan yang lebih baik.
Mahasiswa juga diharapkan mampu bekerja lebih keras dari
sebelumnya untuk menghadapi tugas akademik. Hal ini terjadi karena pada
saat masuk dan belajar di perguruan tinggi, mahasiswa akan menghadapi
suasana persaingan yang relatif lebih ketat dibanding di masa SMA. Tugas-
tugasnya juga relatif lebih berat dan bervariasi dan mahasiswa juga dituntut
untuk mampu belajar secara mandiri (Shohib, 2005). Tidak hanya itu,
kemampuan mahasiswa dalam bekerja sama dan motivasi yang dimiliki dalam
belajar turut mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam memperoleh
prestasi (Chen, Irvine & York, Shade & New, Thomas dalam Ward, Bochner
& Furnham, 2001). Keadaan ini mampu mengakibatkan mahasiswa merasa
stress dengan akademiknya (Furnham & Bochner dalam Furnham, 2004).
Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka peneliti ingin mengetahui
lebih dalam mengenai hubungan antara culture shock dan prestasi akademik
pada mahasiswa asal Papua yang ada di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara culture shock dan prestasi akademik pada
mahasiswa asal Papua?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
hubungan antara culture shock dan prestasi akademik pada mahasiswa asal
Papua.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik:
Penelitian ini dapat menambah literatur pengetahuan dan riset
penelitian di Indonesia mengenai culture shock, sebab penelitian mengenai
culture shock di Indonesia masih sangat minim. Mengingat Indonesia
merupakan negara yang kaya akan ragam budaya. Selain itu, penelitian ini
juga ingin memberikan sumbangan pengetahuan di bidang antropologi dan
psikologi, khususnya psikologi budaya.
2. Manfaat Praktis:
Bagi subyek penelitian, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk mengevaluasi diri dari pengalaman culture shock dan
pengaruhnya terhadap prestasi akademik yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Culture shock
1. Pengertian Culture Shock
Istilah culture shock diperkenalkan pertama kali pada tahun 1960
oleh seorang antopolog bernama Kalvero Oberg dalam sebuah artikel. Dia
menggambarkan culture shock sebagai reaksi orang setelah menyadari
bahwa dirinya berada pada suatu tempat baru, aneh dan tidak dikenal
(Bochner dalam Lonner & Malpass, 1994). Reaksi yang muncul ketika
seseorang mengalami culture shock adalah respon-respon yang negatif,
seperti perasaan depresi, frustrasi dan disorientasi karena berada dalam
lingkungan yang baru dan berbeda budaya (Oberg dalam Smith & Bond,
1993).
Oberg (dalam Yusuf, 1991) menjelaskan beberapa aspek yang
terdapat dalam culture shock, yaitu:
a. Ketegangan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan adaptasi
psikologis.
Budaya merupakan hal yang berkaitan dengan cara hidup
seseorang, seperti berpikir, merasa dan berperilaku (Porter &
Samovar (dalam Samovar & Porter, 1982) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Selain itu, budaya juga mempengaruhi kondisi
psikologis seseorang, seperti penyesuaian diri, pemecahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
masalah, belajar dan kebiasaan yang dimiliki (Kroeber &
Kluckhohn dalam Berry, Poortinga, Segall & Dasen, 1999).
Ketika seseorang masuk dalam lingkungan budaya yang
baru, orang tersebut berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Dalam proses menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru, orang harus beradaptasi secara fisik dan juga
psikologis. Secara fisik, orang mungkin akan jauh lebih mudah
beradaptasi, misalnya dengan makanan, pemandangan di
lingkungan sekitar atau iklim (Ariestanty & Andri, 2007).
Sedangkan secara psikologis, orang terkadang lebih sulit
untuk beradaptasi. Hal ini dikarenakan orang tersebut telah
memiliki sifat dasar bawaan sebagai hasil bentukan budayanya
(Yusuf, 1991). Oleh karena itu, ketika seseorang yang berada
dalam lingkungan budaya yang baru, sering mengalami ketegangan
dalam dirinya sebagai usaha untuk beradaptasi secara psikologis.
b. Merasa kehilangan dan adanya perampasan perhatian yang didapat
dari teman-teman, status, profesi dan hak milik.
Pada saat seseorang menyadari keberadaannya dalam suatu
lingkungan budaya yang berbeda, akan mulai muncul respon
negatif, seperti rasa cemas dan tidak berdaya di dalam dirinya
(Church dalam Heine, 2008). Perasaan tersebut muncul disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
orang tersebut merasa sendirian di dalam lingkungannya yang
baru. Keadaan ini muncul karena orang tersebut mulai hidup
terpisah dengan orang-orang terdekatnya dan mulai merasa
kehilangan dukungan (Sandhu & Asrabadi dalam Furnham, 2004).
Selain itu, muncul perasaan bahwa orang-orang yang ada di
sekitarnya, seperti teman barunya tidak menunjukkan sikap sensitif
kepada mereka (Pujiriyani & Rianty, 2010).
Pada saat orang tersebut mulai berinteraksi dengan orang-
orang baru yang ada di lingkungannya, orang tersebut juga akan
memiliki status yang baru sebagai hasilnya. Keadaan ini muncul
karena hubungan dengan orang-orang tertentu akan memunculkan
label tertentu yang kemudian dijadikan status mereka dalam
lingkungan tersebut (Santrock, 2002).
c. Merasa ditolak dan, atau dibuang oleh anggota-anggota
kebudayaan baru.
Cara orang dalam berkomunikasi, kondisi yang dialami
dalam berkomunikasi, bahasa dan gaya bahasa yang digunakan,
serta perilaku-perilaku nonverbal yang muncul, semuanya itu
merupakan respon seseorang terhadap budayanya dan fungsi
budayanya. Hal tersebut berdampak pada kemampuan seseorang
dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dalam berkomunikasi dengan orang lain sangat penting.
Komunikasi membuat orang dapat saling mengerti, memahami dan
menerima keberadaan orang lain (Porter & Samovar (dalam
Samovar & Porter, 1982) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Pada saat seseorang berada dalam lingkungan budaya yang
baru, orang tersebut harus bisa beradaptasi dengan cara
berkomunikasi dalam kebudayaan tersebut. Hal ini harus dilakukan
karena ketika seseorang tidak mampu berkomunikasi dengan baik,
maka akan muncul kesalahpahaman dalam memaknai informasi
yang disampaikan (Porter & Samovar (dalam Samovar & Porter,
1982) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Berdampak pula pada
perasaan diterima dalam lingkungan tersebut.
Selain itu, perbedaan struktur makna budaya yang dimiliki
oleh masing-masing orang juga turut mempengaruhi kemampuan
dalam menerima. Jika terjadi kesalahpahaman dalam
berkomunikasi, maka akan timbul perasaan tidak diterima
(Noesjirwan (dalam Zainnu‟ddin, 1986) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
d. Bingung dalam peran, harapan peran, nilai-nilai, rasa, dan identitas
diri.
Setiap budaya memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda-
beda satu sama lain. Dimana, sistem nilai yang ada tersebut
digunakan untuk mengatur perilaku anggotanya. Selain itu, setiap
budaya juga memiliki bahasa, aturan dan norma yang berbeda-beda
dan berpengaruh pada cara seseorang dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Tidak hanya itu, setiap budaya juga memiliki harapan
yang berbeda untuk setiap anggotanya (Mulyana dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009).
Perbedaan-perbedaan yang ada tersebut, akhirnya
berdampak pada kebingungan yang dialami oleh orang yang masuk
ke lingkungan budaya yang baru. Dimana, orang tersebut harus
berperilaku sesuai dengan budaya yang ada di lingkungannya yang
baru. Padahal orang tersebut sudah terbiasa hidup dengan
budayanya yang lama. Hal ini tentunya akan mengganggu orang
tersebut untuk bisa menjalankan perannya dengan baik (Mulyana
dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Di samping itu, perbedaan tersebut juga berpengaruh pada
identitas diri seseorang. Dimana, saat seseorang mengalami suatu
pengalaman yang baru, maka identitas dirinya juga akan ikut
berubah (Samovar, Porter & McDaniel, 2007). Tidak hanya itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pada saat berinteraksi dengan orang baru, identitas diri seseorang
juga akan ikut berubah. Hal tersebut disebabkan karena orang
tersebut harus menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan sosial
tempat interaksi terjadi (Kluckholn dalam Samovar, Porter &
McDaniel, 2007). Keadaan seperti itu tentu juga dialami oleh orang
yang berada dalam lingkungan budaya yang baru dan berbeda.
e. Terkejut, cemas, bahkan benci dan marah setelah menyadari
perbedaan kebudayaan.
Pada saat seseorang menyadari bahwa dirinya berada dalam
lingkungan budaya yang berbeda, akan mulai muncul respon-
respon negatif dalam diri orang tersebut. Respon-respon negatif
tersebut biasanya muncul dalam bentuk perasaan cemas, tidak
berdaya dan mudah marah (Church dalam Heine, 2008). Perasaan
tersebut muncul karena setiap budaya memiliki pola-pola bahasa
dan bentuk-bentuk kegiatan serta perilaku yang dilakukan. Hal
tersebut berfungsi sebagai model bagi tindakan penyesuaian diri
dan gaya komunikasi yang memungkinkan seseorang tinggal
dalam suatu lingkungan tertentu (Porter & Samovar (dalam Porter
& Samovar) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Keadaan ini pada akhirnya membuat orang yang berada
dalam lingkungan yang baru akan merasa tidak nyaman karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
merasa berbeda dengan lingkungannya. Selain itu, kecenderungan
orang yang menggunakan budaya yang dimiliki sebagai suatu hal
yang harus diikuti, juga dapat memunculkan masalah. Dimana,
ketika seseorang ada yang tidak mengikuti, maka akan muncul
ketidakharmonisan dalam hubungan (Mulyana dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009).
Hal ini dapat memunculkan perasaan marah dan benci
karena merasa budaya yang ada di lingkungannya yang baru aneh
dan tidak masuk akal (Oberg (dalam Irwin); Guanipa dalam
Prasetya, 2008).
f. Merasa memiliki ketidakmampuan untuk menanggulangi sesuatu
dengan kebudayaan yang baru.
Setiap budaya memiliki aturannya masing-masing dan
berbeda satu sama lain. Hal tersebut mempengaruhi cara orang
dalam bertindak, berkomunikasi dan merespon hal-hal yang
dialami dalam hidup (Porter & Samovar (dalam Samovar & Porter,
1982) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Selain itu, perbedaan
budaya juga mempengaruhi timbulnya perbedaan dalam struktur
makna budaya, yaitu aturan dan nilai yang dimiliki dalam
mengatasi masalah yang muncul akibat interaksi beda budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(Noesjirwan (dalam Zainnu‟ddin, 1986) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009).
Setiap budaya memiliki aturan dan nilai tersendiri dalam
bertindak dan mengatasi situasi-situasi yang sulit dan
menegangkan. Aturan dan nilai yang dimiliki suatu budaya, belum
tentu cocok jika digunakan dalam budaya yang lain (Noesjirwan
(dalam Zainnu‟ddin, 1986) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Oleh karena itu, pada saat seseorang berada di lingkungan
budaya yang baru, orang tersebut harus mampu menyesuaikan diri
dengan aturan dan nilai setempat. Hal tersebut perlu dilakukan
karena dapat mempengaruhi kemampuan orang tersebut untuk
menyelesaikan masalahnya di lingkungan yang baru. Pada saat
orang tersebut mengalami masalah dan tetap menggunakan struktur
makna budayanya, tanpa memperhatikan struktur makna budaya
setempat, maka yang terjadi masalah itu semakin besar
(Noesjirwan (dalam Zainnu‟ddin, 1986) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Pada akhirnya, orang tersebut merasa tidak
mampu untuk mengatasi masalahnya sendiri. Meskipun masalah
yang dihadapi tersebut, baginya hanya masalah yang sederhana.
Culture shock merupakan suatu keadaan yang dihadapi oleh hampir
semua orang yang berada di lingkungan budaya yang baru (Lysgaard
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dalam Martin & Nakayama, 2004). Meskipun orang tersebut hanya tinggal
dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini terjadi karena orang tersebut
merasa tidak nyaman dan mengalami disorientasi saat berada di
lingkungan yang baru, ditambah petunjuk-petunjuk yang ada di
lingkungan baru tersebut tidak dapat dikenali (Martin & Nakayama, 2004).
Petunjuk-petunjuk tersebut merupakan tanda-tanda yang berkaitan
dengan seribu satu cara yang dimiliki oleh seseorang, untuk
mengendalikan diri dalam hidup sehari-hari. Selain itu, tanda-tanda
tersebut juga digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain (Oberg
(dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Seseorang yang
kehilangan petunjuk dalam hidup dan merasakan suatu ketidaknyamanan
saat berada di lingkungan yang baru, juga dapat menimbulkan perasaan
negatif dalam dirinya. Biasanya orang tersebut akan mengalami perasaan
cemas, tidak berdaya dan lekas marah. Orang tersebut juga merasakan
rindu pada lingkungannya yang lama (Church dalam Heine, 2008).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
culture shock merupakan reaksi negatif yang dialami oleh seseorang, yang
muncul pada saat memasuki lingkungan yang baru dan asing.
2. Tahap Terjadinya Culture Shock
Terdapat menjelaskan empat tahap-tahap reaksi emosional yang
dihubungkan dengan seseorang yang pergi lintas budaya, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
a. Tahap Honeymoon
Tahap ini lebih ditekankan pada reaksi-reaksi senang dan
bahagia pada awal kedatangan. Muncul juga perasaan terpesona,
daya tarik yang kuat dan memiliki semangat yang besar (Oberg
dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). Selain itu, muncul juga
perasaan yang positif karena memiliki pengalaman yang baru, bisa
bertemu dengan orang-orang baru dan dapat mencoba makanan-
makanan baru.
Pada tahap ini, individu menikmati kemampuannya dapat
berkomunikasi dengan bahasa setempat dan gembira dapat
berpartisipasi dengan lingkungannya yang baru dan asing
(Lysgaard dalam Heine, 2008). Tahap ini terjadi selama beberapa
hari atau minggu hingga enam bulan, bergantung pada kegiatan
yang akan dihabiskan oleh orang tersebut selama berada di
lingkungan yang baru (Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Ada pula individu yang menjalaninya selama satu
tahun. Selama bulan-bulan pertama ini, biasanya merupakan waktu
yang sangat baik. Sebab waktu tersebut merupakan proses pertama
mengenal hal-hal baru dapat dilakukan dengan baik (Pujiriyani &
Rianty, 2010).
Di tahap ini, individu sedang berusaha untuk bisa
beradaptasi dengan keadaan di lingkungan barunya. Individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sedang belajar untuk mengenali lingkungannya. Baginya seluruh
keadaan baru yang dialami merupakan suatu hal yang unik dan
masih menyenangkan. Dalam melewati tahap honeymoon ini, ada
individu yang kurang mampu untuk mengenali lingkungannya
dengan baik. Individu yang kurang mampu tersebut akan
memasuki tahap yang selanjutnya, yaitu crisis atau culture shock
(Pujiriyani & Rianty, 2010).
b. Tahap Crisis atau Culture Shock
Tahap ini dikarakteristikan dengan munculnya perasaan
ketidakcakapan, merasa kecewa, cemas dan marah (Oberg dalam
Ward, Bochner & Furnham, 2001). Muncul juga perasaan tidak
puas, tidak sabar, sedih, khawatir dan tidak mampu. Perasaan
tersebut muncul karena pengalaman-pengalaman negatif yang
dirasakan oleh individu dan keinginan untuk mencoba beradaptasi
dengan budaya yang baru. Pengalaman menggetarkan yang
individu rasakan di awal kedatangan karena memiliki pengalaman
yang baru dan asing hilang.
Pada tahap ini, individu seringkali menyadari bahwa
kemampuan berbahasa individu tidak cukup baik untuk
membantunya di lingkungan yang baru. Selain itu, individu mulai
merindukan tentang kampung halamannya, seperti cuaca, jenis-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
jenis olahraga yang populer, atau makanan aneh yang mereka
makan pada waktu libur festival. Tahap ini berlangsung selama 6
sampai 18 bulan setelah melewati tahap honeymoon (Lysgaard
dalam Heine, 2008).
c. Tahap Recovery
Tahap ini meliputi kemampuan individu memecahkan krisis
yang dimiliki dan mempelajari budaya yang ada di lingkungan
barunya (Oberg dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001).
d. Tahap Adjustment
Tahap ini menggambarkan perasaan senang dan telah
memiliki kemampuan fungsional yang baik dalam lingkungan
barunya (Oberg dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). Dimana,
individu mulai merasa terbiasa dan mulai menikmati pengalaman
yang dimiliki. Kemampuan berbahasa individu juga mulai
meningkat dan dapat mengikuti pola kehidupan sehari-hari.
Individu juga lebih mampu untuk bersahabat dengan orang-orang
lokal dan dapat beradaptasi dengan hal-hal di lingkungan yang
baru. Individu sudah tidak merasa aneh di lingkungan barunya.
Kemampuan individu dalam berpikir juga sudah bisa
menyesuaikan dengan orang-orang di lingkungan barunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Keadaan ini dapat bertahan selama beberapa tahun lamanya
(Lysgaard dalam Heine, 2008).
3. Gejala Culture Shock
Untuk bisa menghadapi culture shock yang dialami oleh seseorang,
maka perlu dikenali gejala-gejalanya. Gejala yang ditunjukkan antara lain
orang akan merasa memiliki masalah dalam berhubungan dengan orang-
orang di lingkungan budaya yang baru. Hal tersebut ditunjukkan dengan
menghindari kontak dengan orang-orang yang berasal dari lingkungannya
yang baru dan enggan berbicara dengan orang lain. Orang terlihat lebih
suka sendirian dan merasa takut untuk berinteraksi dengan berbagai alasan
(Pujiriyani & Rianty, 2010; Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Hal ini terjadi karena orang tersebut merasa tidak
nyaman untuk berinteraksi dengan orang lain. Orang tersebut merasa
kehilangan petunjuk untuk bisa digunakan dalam lingkungan pergaulannya
(Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Orang yang mengalami culture shock juga menunjukkan gejala
merasa tidak diperhatikan, diasingkan dan sendirian (Pujiriyani & Rianty,
2010). Keadaan ini muncul karena orang tersebut merasa hidup sendirian
di lingkungan barunya. Dirinya harus hidup terpisah dari orang-orang
terdekatnya dan mulai merasa kehilangan dukungan (Sandhu & Asrabadi
dalam Furnham, 2004). Keadaan ini juga turut memunculkan gejala bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
orang-orang dari budaya baru tidak sensitif (Gudykunst & Kim dalam
Samovar, Porter & McDaniel, 2010).
Gejala culture shock yang selanjutnya adalah mulai mengalami
gangguan makan, minum dan tidur yang berlebihan (Pujiriyani & Rianty,
2010; Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Selain
itu, orang tersebut juga mengalami gangguan waktu tidur dan kebiasaan
buang air kecil yang berlebihan (Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Hal tersebut terjadi karena dalam budaya, kebiasaan
makan juga diatur (Porter & Samovar (dalam Porter & Samovar) dalam
Mulyana & Rakhmat, 2009).
Jadi, ketika seseorang memasuki budaya yang baru, orang tersebut
juga akan dihadapkan pada kebiasaan makan yang berbeda. Selain itu,
budaya juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup. Hal ini berkaitan
dengan pekerjaan yang dimiliki, kondisi kehidupan, aktivitas sosial yang
diikuti dan perubahan tempat tinggal (Furnham & Bochner dalam Ward,
Bochner & Furnham, 2001). Perubahan yang dialami orang tersebut,
akhirnya mengganggu gaya hidup yang sudah dimiliki dalam budaya yang
sebelumnya.
Selanjutnya adalah mulai muncul perasaan tidak berdaya dalam
melakukan suatu hal, termasuk masalah yang sederhana (Pujiriyani &
Rianty, 2010; Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Muncul juga keinginan untuk terus bergantung pada orang yang berasal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dari tempat yang sama (Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009).
Pertemuan antara budaya yang berbeda, dapat memunculkan suatu
persoalan. Dan terkadang persoalan tersebut belum pernah dialami
sebelumnya. Dalam penyelesaiannya, setiap orang akan bernegosiasi
dengan caranya masing-masing (Ward, Bochner & Furnham, 2001). Oleh
karena itu, saat seseorang menghadapi masalah di lingkungan budayanya
yang baru dan masih menggunakan model pemecahan masalah dari
budaya yang lama, maka masalah tersebut dirasa berat dan tidak dapat
diselesaikan.
Keadaan seperti ini pada akhirnya membuat orang tersebut ingin
tetap dekat dan bergantung pada orang dari budaya yang sama. Sebab
mereka saling memiliki pandangan yang sama dan dapat diajak
berkomunikasi dengan lebih dekat (Oberg (dalam Irwin); Guanipa dalam
Prasetya, 2008). Orang tersebut juga lebih suka bersahabat dengan orang
yang berasal dari budaya yang sama (Bochner et al. dalam Ward, Bochner
& Furnham, 2001).
Kesulitan untuk berkonsentrasi atau tidak bisa bekerja secara
efektif juga menjadi gejala culture shock (Pujiriyani & Rianty, 2010).
Seseorang yang mengalami gejala culture shock biasanya akan mengalami
gangguan pada kemampuannya dalam melakukan sesuatu hal. Dimana,
orang tersebut tidak dapat bekerja se-efektif atau sebaik mungkin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Keadaan tersebut muncul dikarenakan dalam diri orang tersebut sudah
muncul perasaan tidak berdaya atau tidak mampu melakukan sesuatu
(Pujiriyani & Rianty, 2010; Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Hal ini membuat pekerjaan yang sedang atau telah
dilakukan oleh orang tersebut kurang memuaskan.
Orang yang mengalami culture shock akan mengalami gejala
bermasalah dengan tempramen yang dimiliki. Ditunjukkan mudah marah,
tersinggung dan kesal. Selain itu, orang tersebut juga mudah merasa
lemah, depresi dan merasa menderita (Pujiriyani & Rianty, 2010; Oberg
(dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Tidak hanya itu,
orang juga mulai kehilangan selera humor yang dimiliki (Pujiriyani &
Rianty, 2010). Hal tersebut terjadi karena dalam diri orang tersebut diliputi
oleh respon-respon yang negatif akibat keberadaannya di lingkungan yang
baru (Oberg dalam Bochner, 1994; dalam Smith & Bond, 1993).
Keadaan ini membuat orang tersebut menjadi mudah marah untuk
menghadapi hal-hal yang dialaminya (Church dalam Heine, 2008).
Perasaan tersebut juga muncul karena seseorang mencoba untuk bisa
beradaptasi dengan budaya yang baru yang sangat berbeda. Padahal proses
transisi tersebut membutuhkan waktu dan tidak mudah untuk dilakukan
(Pujiriyani & Rianty, 2010). Didukung dengan penelitian bahwa orang
yang mengalami culture shock rentan mengalami kecemasan, depresi dan
stress (Thomson, Rosenthal & Russell, 2006). Hal ini semakin menambah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mudahnya tempramen seseorang berubah-ubah pada saat mengalami suatu
hal.
Orang-orang yang mengalami culture shock juga akan mudah
bermasalah dengan kesehatan dan berlebihan dalam menghadapi penyakit-
penyakit yang dialami. Meskipun penyakit yang dialami termasuk
penyakit yang sepele (Pujiriyani & Rianty, 2010; Oberg (dalam Hooves)
dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Orang tersebut juga mulai mengalami
sakit kepala dan sakit perut (Gudykunst & Kim dalam Samovar, Porter &
McDaniel, 2010).
Hal ini terjadi karena pada saat seseorang berada pada lingkungan
budaya yang berbeda, orang tersebut akan lebih banyak mengalami
distress dan membutuhkan konsultasi medis (Babiker, Cox & Miller dalam
Heine, 2008). Hal tersebut dilakukan karena orang tersebut merasa butuh
bantuan seseorang yang memahami tentang penyakit yang dialami. Oleh
karena itu, pada saat mengalami suatu penyakit yang ringan, orang
tersebut akan langsung melakukan pemeriksaan medis. Keadaan tersebut
juga mendukung munculnya gejala lain, yaitu obsesi terhadap kebersihan
diri dan lingkungannya yang menjadi berlebihan (Pujiriyani & Rianty,
2010).
Orang yang mengalami culture shock akan menunjukkan gejala
kehilangan identitas diri (Pujiriyani & Rianty, 2010). Hal tersebut terjadi
karena ketika terdapat perubahan dalam konteks budaya tertentu, kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tersebut mampu mengubah identitas diri seseorang. Keadaan ini
disebabkan karena identitas dibentuk dan dipertahankan berdasarkan
konteks budaya, pengalaman dalam konteks budaya yang baru seringkali
memunculkan pertanyaan tentang identitas (Lysgaard dalam Martin &
Nakayama, 2004).
Perubahan identitas diri karena adanya perubahan pengalaman,
juga turut mempengaruhi rasa percaya diri seseorang (Pujiriyani & Rianty,
2010). Hal tersebut terjadi karena ketika seseorang masuk dalam
lingkungan budaya yang baru, orang tersebut akan berinteraksi dengan
keadaan yang ada di dalamnya. Pengalaman yang didapatkannya, mampu
membuat dirinya merasa identitas dirinya yang selama ini tidak sesuai
dengannya. Keadaan tersebut juga pada akhirnya mempengaruhi rasa
percaya diri orang tersebut. Dimana, orang tersebut mengalami
kekurangan rasa percaya diri (Pujiriyani & Rianty, 2010).
Gejala yang lain adalah perilaku seseorang yang
mengidentifikasikan budaya lama dan menganggapnya sebagai budaya
yang paling baik dan ideal (Pujiriyani & Rianty, 2010). Orang tersebut
seperti bermusuhan dengan lingkungan barunya (Gudykunst & Kim dalam
Samovar, Porter & McDaniel, 2010). Hal tersebut terjadi karena dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku orang dengan budaya yang
berbeda, seseorang menggunakan budaya yang dimiliki sebagai standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
ukurnya. Ini merupakan suatu kemestian yang harus diikuti (Mulyana
dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Perilaku tersebut akhirnya berdampak pada penciptaan stereotype,
yaitu suatu generalisasi atau sekelompok orang, obyek atau peristiwa yang
secara luas dianut oleh suatu budaya terhadap budaya baru yang dimasuki
(Pujiriyani & Rianty, 2010; Mulyana dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Hal ini terjadi karena orang yang ada di lingkungan budaya yang baru
melakukan sesuatu hal yang dirasa tidak sesuai dengan budaya yang orang
itu miliki. Oleh karena itu, orang itu memberikan gambaran yang negatif
terhadap orang di lingkungan yang baru tersebut.
Orang-orang yang mengalami culture shock juga akan merasakan
kerinduan yang sangat kuat terhadap orang-orang terdekat, seperti teman,
keluarga dan rumah (Pujiriyani & Rianty, 2010; Lysgaard dalam Heine,
2008). Hal ini terjadi karena orang tersebut merasa tidak nyaman dengan
lingkungan baru dan membuatnya merindukan lingkungan lamanya
(Church dalam Heine, 2008).
Orang yang mengalami culture shock menunjukkan juga gejala
terlalu berusaha untuk menyerap dan memahami segala hal yang ada di
budaya barunya (Pujiriyani & Rianty, 2010). Hal ini disebabkan individu
berada di tempat yang baru dan tidak dikenalnya (Oberg dalam Bochner,
1994). Keadaan ini membuat orang tersebut berusaha keras untuk bisa
memahami hal-hal baru yang ada di lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
gejala-gejala yang dialami oleh seseorang yang mengalami culture shock
adalah memiliki masalah dalam berhubungan dengan orang-orang di
lingkungan yang baru, antara lain menghindar dan suka sendirian. Muncul
juga perasaan tidak mendapat perhatian dan orang di lingkungan yang baru
tidak sensitif dan mengalami gangguan gaya hidup, seperti makan, minum
dan tidur. Selain itu, muncul perasaan tidak berdaya dalam melakukan
sesuatu dan sulit untuk berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu.
Seseorang juga bermasalah dengan tempramen dan kesehatan yang
dimiliki, serta berlebihan dalam menghadapi penyakit-penyakit yang
dialami. Mulai merasa kehilangan identitas diri dan berkurangnya rasa
percaya diri. Lebih suka mengidentifikasikan budaya yang dimiliki
sebagai budaya yang paling baik dan ideal. Seseorang yang mengalami
culture shock juga merasakan kerinduan yang sangat kuat terhadap orang-
orang terdekatnya dan berusaha terlalu keras untuk mnyerap serta
memahami segala hal yang ada di budaya yang baru.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Culture Shock
Culture shock (gegar budaya) disebabkan adanya kecemasan akibat
kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang yang dimiliki dalam
pergaulan di dunia sosial, meliputi seribu satu cara yang digunakan untuk
mengendalikan diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mengenai kapan harus berjabat tangan dan kalimat apa yang harus
dikatakan, serta kapan harus menerima atau menolak undangan seseorang.
Selain itu, kapan seseorang harus bisa berbicara dengan serius dan
bercanda (Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Menurut Bochner (dalam Lonner & Malpass, 1994) ada beberapa
faktor yang mendorong terjadinya culture shock pada individu, antara lain:
a. Berpindah dari hal yang umum ke hal yang spesifik, yang
berhubungan dengan fisik dan lingkungan baru yang tidak dikenal.
Seseorang harus berusaha keras untuk memahami semua arti dan
memikirkan tentang serangan yang mungkin datang. Harus
berusaha memberikan umpan balik kepada orang lain, serta
ketidapahaman mengenai apakah hal yang dikerjakan sudah benar
atau belum.
b. Merasa butuh pertolongan dan keraguan terhadap diri mengenai
apakah mereka mampu menguasai sesuatu hal dengan baik atau
tidak.
c. Lebih khusus, kebingungan terhadap peran, mengenai apa yang
dapat orang lain lakukan untukmu dan dirimu untuk mereka,
profesionalisme dan kehidupan sosial dalam hidup individu.
d. Mempelajari lebih banyak tentang budaya, perbedaan antara nilai-
nilai pribadi, praktek-praktek dan kepercayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Selain itu, Sandhu dan Asrabadi (dalam Furnham, 2004) juga
menjelaskan bahwa munculnya culture shock dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor interpersonal dan intrapersonal. Yang pertama adalah faktor
interpersonal, meliputi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi,
seperti kecakapan bahasa dan kemampuan sosial. Ada pula kesulitan
seseorang untuk membentuk pertemanan dan membangun dukungan sosial
dengan orang-orang di lingkungan pergaulan yang baru. Perasaan
seseorang yang kehilangan dukungan sosial dari orang-orang terdekat,
terutama keluarga. Selain itu, adanya perbedaan harapan dan norma-norma
sosial antara lingkungan lama dan baru. Lalu muncul pula masalah dalam
pendidikan yang sedang dijalani dan kesulitan imigrasi.
Yang kedua adalah faktor intrapersonal, meliputi munculnya
perasaan kehilangan yang mendalam terhadap keluarga dan teman. Selain
itu, muncul pula perasaan inferioritas dan ketidaktentuan karena seseorang
berada dalam lingkungan pergaulan yang baru.
Berdasarkan penjelasan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi culture shock yang dialami oleh seseorang yang berada
dalam lingkungan yang baru, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
paling mempengaruhi culture shock adalah kemampuan seseorang untuk
bisa memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya yang
baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
B. Prestasi Akademik
1. Pengertian Prestasi Akademik
Prestasi akademik merupakan hasil yang dicapai oleh mahasiswa
selama mereka belajar di perguruan tinggi atau universitas. Di perguruan
tinggi, prestasi akademik mahasiswa dilihat dari IP (Indeks Prestasi), yaitu
tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dengan bilangan dan
ditulis sampai dengan dua angka di belakang koma (Buku Peraturan
Akademik Universitas Sanata Dharma (Pasal 27), 2010). Prestasi yang
didapatkan oleh mahasiswa tersebut, merupakan cerminan dari
pengetahuan yang didapatkan setelah melalui proses belajar (Kauseri &
Suprananta, 2012).
Tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dalam suatu semester
dinyatakan dengan menggunakan bilangan yang disebut Indeks Prestasi
Semester (IPS), yang ditulis sampai dengan dua angka di belakang koma.
Nilai-nilai keberhasilan mahasiswa dinyatakan dengan huruf (disebut
Huruf Mutu): A, B, C, D atau E, yang bobotnya dikuantitatifkannya
(disebut Angka Mutu) berturut-turut adalah: 4, 3, 2, 1 atau 0. Arti huruf
mutu tersebut (Buku Pedoman Program Studi Psikologi: Fakultas
Psikologi, 2008) adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel 1. Penilaian hasil belajar mahasiswa per semester
IPS Huruf Arti
3,00 – 4,00 A Amat baik
2,50 – 2,99 B Baik
2,00 – 2,49 C Cukup
1,50 – 1,99 D Kurang
1,00 – 1,49 E Jelek
Kurang dari 1,00 F Kosong
Keterangan: Diadaptasi dari Buku Pedoman Program Studi Psikologi: Fakultas
Psikologi, 2008.
Simbol-simbol angka tersebut digunakan untuk menunjukkan
perolehan nilai yang didapat oleh mahasiswa selama belajar. Dengan skala
interval yang lebih pendek untuk menetapkan indeks prestasi (IP)
mahasiswa, baik untuk setiap semester maupun akhir menyelesaikan studi
(Syah, 2002).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Prestasi akademik akan menunjukkan hasil yang baik, apabila
proses belajar yang dilakukan juga baik. Syah (2002) membedakan faktor-
faktor tersebut dalam tiga macam, yaitu:
a. Faktor Internal
1) Aspek fisiologis, meliputi kondisi jasmaniah orang tersebut.
Aspek ini berkaitan dengan kondisi umum jasmani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tegangan otot yang menandai kebugaran organ-organ dan
sendi-sendi tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi semangat
dan intensitas seseorang dalam mengikuti proses belajar.
Selain itu, berkaitan juga dengan kondisi khusus orang
tersebut. Meliputi tingkat kesehatan panca indera, terutama
indera pendengar dan penglihat yang mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya saat belajar di kelas.
2) Aspek psikologis, dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
intelektif dan non intelektif (Ahmadi & Supriyono, 1991).
Faktor intelektif berkaitan dengan kemampuan intelektual,
meliputi potensi dan kecakapan nyata. Potensi berkaitan
dengan kecerdasan/ intelegensi dan bakat yang dimiliki.
Kecerdasan/ intelegensi meliputi kemampuan psiko-fisik
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat (Reber dalam Syah, 2002). Bakat meliputi
kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang yang
dalam mengerjakan sesuatu tidak terlalu banyak bergantung
pada belajar. Bakat berpengaruh pada tinggi-rendahnya
prestasi seseorang untuk bidang tertentu. Lalu, kecakapan
nyata berkaitan dengan prestasi yang telah dimiliki oleh
seseorang (Ahmadi & Supriyono, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Sedangkan faktor non intelektif berkaitan dengan
unsur-unsur kepribadian seseorang. Unsur-unsur tersebut
meliputi sikap, minat dan motivasi seseorang dalam belajar.
Tidak hanya itu, kebiasaan dan kebutuhan juga termasuk di
dalamnya (Ahmadi & Supriyono, 1991). Sikap berkaitan
dengan kecenderungan seseorang untuk merespon sesuatu
hal dengan cara yang relatif tetap. Lalu, minat berkaitan
dengan keinginan seseorang yang relatif besar akan sesuatu
hal. Motivasi berkaitan dengan keadaan dari dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Motivasi dibagi
menjadi dua macam, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik
adalah motivasi yang berasal dari dalam diri orang tersebut
yang dapat mendorongnya untuk belajar. Ekstrinsik adalah
motivasi yang datang dari luar orang tersebut.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terbagi atas dua macam, yaitu
lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial, terbagi atas lingkungan sosial sekolah,
sosial pelajar/ mahasiswa serta orang tua dan keluarga.
Lingkungan sosial sekolah berkaitan dengan guru, teman
dan staf administrasi. Dimana, guru yang selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menunjukkan sikap yang baik dan rajin, dapat mendorong
seseorang untuk belajar. Lingkungan sosial pelajar/
mahasiswa berkaitan dengan masyarakat dan tetangga serta
teman sepermainan. Kondisi lingkungan sosial yang baik,
akan memberikan dampak yang baik pula bagi seseorang
untuk bisa belajar dengan baik. Sedangkan lingkungan
orang tua dan keluarga yang berkaitan dengan keadaan
keluarga, sifat orang tua dan kondisi tempat tinggal.
2) Lingkungan nonsosial, berkaitan dengan kondisi fisik,
seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
pelajar/ mahasiswa dan letaknya, dan alat pendukung
belajar. Selain itu, ada pula cuaca dan waktu belajar yang
digunakan. Semakin baik fasilitas dan waktu yang
digunakan, akan membantu seseorang untuk bisa belajar
dengan baik dan mendapatkan prestasi yang baik.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dipahami sebagai cara atau strategi
yang digunakan seseorang untuk menunjang efektivitas dan
efisiensi proses belajar untuk hal tertentu. Strategi dipahami
sebagai langkah-langkah operasional yang dirancang untuk bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu
(Lawson dalam Syah, 2002).
Berdasarkan penjelasan yang dijabarkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi prestasi
akademik mahasiswa, yaitu faktor internal (kondisi fisik dan psikologis
mahasiswa), faktor eksternal (lingkungan sosial dan lingkungan non sosial
mahasiswa) dan faktor pendekatan belajar (strategi dalam belajar).
C. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa merupakan sebuah status yang diberikan kepada
seseorang yang belajar di perguruan tinggi. Dalam bahasa Inggris, orang
yang belajar di perguruan tinggi juga disebut sebagai student, yang artinya
“seseorang yang berusaha keras”. Julukan tersebut memang sangat cocok
diberikan kepada mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa bukan
hanya merupakan status, melainkan orang yang memiliki tugas untuk
bekerja keras dalam studinya (Bertens, 2005).
Mahasiswa digambarkan sebagai orang muda, berpendidikan,
memiliki motivasi yang tinggi, memiliki kemampuan beradaptasi dan
lebih baik daripada banyak teman sebayanya (Furnham, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Mahasiswa termasuk dalam kalangan orang yang berada pada masa
transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Dimana, pada masa
tersebut kehidupan ekonomi dan pribadinya masih bersifat sementara.
Biasanya digunakan istilah youth untuk menjelaskannya (Kenniston dalam
Santrock, 2007). Untuk memasuki masa dewasanya, yaitu untuk
memasuki dunia kerja, mahasiswa memilih untuk belajar terlebih dahulu
di institut atau pendidikan sarjana/ professional. Sebab dunia kerja yang
kompleks menuntut persiapan karir yang spesifik (Santrock, 2007).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa adalah orang muda yang memilih untuk belajar di institut atau
pendidikan sarjana dan memiliki motivasi yang tinggi, sehingga orang
tersebut akan berusaha dengan keras untuk studinya. Selain itu, orang
tersebut juga memiliki kemampuan beradaptasi yang baik.
2. Pengertian Mahasiswa Asal Papua
Orang Papua adalah mereka yang berasal dari suku asli Papua,
yaitu mereka yang berasal dari salah satu kelompok Suku Melanesia,
seperti suku Aitinyono, Aefak, Asmat, Agast, Dani, Ayamatu, Mandaca,
Biak dan Serui (Albarra dalam Kompasiana, 2011). Orang-orang muda
tersebut memiliki ciri-ciri fisik, seperti berambut keriting, berkulit hitam
dan berhidung mancung (Soemantri, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berdasarkan penjelasan mahasiswa di atas, diketahui mahasiswa
asal Papua merupakan status yang dimiliki oleh orang muda yang berasal
dari suku asli Papua. Dimana orang muda tersebut memilih untuk belajar
terlebih dahulu di sebuah institut atau pendidikan sarjana/ professional,
sebelum memasuki dunia kerja yang kompleks yang menuntut persiapan
karir yang spesifik.
3. Kebiasaan Mahasiswa Papua
Setiap daerah di wilayah Indonesia memiliki kebudayaannya
masing-masing dan terdiri dari suku bangsa serta ras yang berbeda-beda
pula (Mulyana dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Budaya yang berbeda-
beda tersebut menyebabkan munculnya perbedaan cara hidup yang
berkaitan dengan kebiasaan yang dimiliki setiap anggotanya (Porter &
Samovar (dalam Porter & Samovar) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
Mahasiswa asal Papua memiliki kebiasaan yang berbeda dengan
mahasiswa dari budaya lain di Indonesia, yaitu kebiasaan untuk memakan
pinang dan sirih. Selain itu, ada juga perilaku mahasiswa asal Papua yang
suka minum minuman keras lalu membuat keributan dan melakukan seks
bebas (Albarra dalam Kompasiana, 2011).
Seorang pelajar asal Papua membenarkan keadaan tersebut. Dia
mengatakan bahwa kebiasaan mahasiswa asal Papua yang suka minum
minuman keras dan membuat keributan, memunculkan pandangan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
orang Papua itu kasar dan keras kepala. Hal ini pada akhirnya membuat
mahasiswa Papua kurang dapat diterima dengan baik dan membuat
mereka merasa tidak nyaman berada di wilayah orang lain.
Kebiasaan lain yang dimiliki oleh beberapa mahasiswa asal Papua
yang dapat menyebabkan mereka mengalami culture shock adalah sikap
individualitas yang tinggi, khusunya mereka yang berasal dari daerah
Pantai Utara, Papua. Hal ini menyebabkan mereka tidak mampu untuk bisa
bekerja sama dan menerima kehadiran orang lain (Koentjaraningrat,
2002). Sedangkan pada saat memasuki bangku kuliah, mahasiswa juga
diharapkan mampu untuk bekerja sama dengan mahasiswa yang lainnya
(Chen, Irvine & York, Shade & New, Thomas dalam Ward, Bochner &
Furnham, 2001).
D. Dinamika Hubungan Antara Culture Shock dan Prestasi Akademik Pada
Mahasiswa Asal Papua
Pada saat seseorang berada dalam suatu lingkungan budaya yang baru,
orang tersebut akan mengalami culture shock karena merasa tidak nyaman dan
mengalami perasaan disorientasi. Hal tersebut didukung karena seseorang
tidak dapat mengenali petunjuk-petunjuk yang ada (Martin & Nakayama,
2004). Dimana, petunjuk-petunjuk tersebut berkaitan dengan seribu satu cara
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengendalikan dirinya dalam hidup
sehari-hari (Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Mahasiswa asal Papua yang mengalami culture shock dapat
mempengaruhi proses belajar yang sedang dijalani. Keadaan tersebut
berdampak pada kemampuan mahasiswa untuk memperoleh prestasi
akademik yang diharapkan. Prestasi akademik yang dimiliki oleh mahasiswa
yang mengalami culture shock tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek.
Aspek yang pertama adalah ketegangan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan adaptasi psikologis. Menurut Kroeber & Kluckhohn (dalam Berry,
Poortinga, Segall & Dasen, 1999), budaya mempengaruhi kondisi psikologis
seseorang, seperti proses menyesuaikan diri, memecahkan masalah, proses
belajar dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki. Seseorang yang mengalami
gejala culture shock akan mengalami masalah dengan prestasi akademiknya,
bila tidak mampu untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu, ketegangan
yang dialami dapat mengganggu strategi belajar yang telah dimiliki oleh orang
tersebut untuk mendapatkan prestasi yang bagus (Lawson dalam Syah, 2002).
Aspek yang selanjutnya yang mempengaruhi prestasi akademik adalah
merasa kehilangan dan adanya kekurangan perhatian yang didapat dari teman-
teman, status, profesi dan hak milik. Ketika seseorang menyadari dirinya
berada dalam lingkungan yang berbeda, orang itu akan mulai merasa cemas
dan tidak berdaya (Church dalam Heine, 2008). Perasaan yang muncul karena
mulai hidup terpisah dan merasa kehilangan dukungan, terutama dari orang-
orang terdekat seperti teman (Sandhu & Asrabadi dalam Furnham, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tidak hanya itu, perasaan bahwa teman barunya tidak menunjukkan
perasaan yang peduli kepada dirinya juga menambah perasaan kehilangan
(Pujiriani & Rianty, 2010). Selain itu, interaksi orang tersebut dengan orang-
orang baru di lingkungan yang baru, menyebabkan orang tersebut memiliki
status yang baru sebagai hasilnya (Santrock, 2002). Keadaan-keadaan tersebut
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bisa mendapatkan prestasi
yang diinginkan. Dimana, dalam kehidupan belajar di lingkungan sekolah atau
kampus, kemampuan untuk bisa bekerja sama dengan orang lain
mempengaruhi pencapaian prestasi yang dimiliki (Chen, Irvine & York, Shade
& New, Thomas dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001).
Adanya perubahan status yang dimiliki, juga mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berprestasi. Sebab seseorang yang memiliki
status yang kurang baik, akan mengganggunya dalam beradaptasi dengan
lingkungannya (Ward, Bochner & Furnham, 2001). Dan bagi mahasiswa ini
akan berpengaruh pada kemampuannya dalam mengerjakan tugas
akademiknya. Hal ini berkaitan dengan kemampuannya dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekolah atau kampus (Lese & Robbins dalam Ward,
Bochner & Furnham, 2001)
Selain itu, aspek lainnya adalah perasaan ditolak dan, atau dibuang
oleh anggota-anggota kebudayaan yang baru. Menurut Porter & Samovar
(dalam Mulyana & Rakhmat, 2009), kemampuan seseorang untuk
berkomunikasi dengan orang lain sangat penting untuk bisa saling mengerti,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
memahami dan menerima keberadaan orang lain. Apalagi pada saat seseorang
berada dalam lingkungan budaya yang baru. Apabila hal tersebut tidak dapat
berjalan dengan baik, maka akan muncul perasan tidak diterima. Sebab
muncul kesalahpahaman dalam menanggapi hal-hal yang dilakukan oleh
orang lain (Noesjirwan (dalam Zainnu‟ddin, 1986) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Hal ini berdampak pada kemampuan seseorang dalam
mencapai prestasi akademik yang baik. Sebab seseorang membutuhkan orang
lain untuk bisa memberikan dorongan dan motivasi untuk belajar (Syah,
2002).
Aspek culture shock lainnya yang mempengaruhi prestasi akademik
adalah kebingungan dalam peran, harapan peran, nilai-nilai, rasa dan identitas
diri. Pada saat seseorang berpindah ke lingkungan budaya yang baru, orang
tersebut akan mengalami pengalaman yang baru dalam hidupnya sehari-hari.
Perubahan tersebut mulai mengganggu peran dan harapan peran yang dimiliki
oleh orang tersebut. Tidak hanya itu, orang tersebut juga mengalami
perbedaan nilai-nilai dalam hidup dan rasa (Mulyana dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Identitas diri yang dimiliki juga ikut berubah seiring
perubahan pengalaman hidup (Samovar, Porter & McDaniel, 2007). Keadaan
seperti ini pada akhirnya mengganggu kemampuan seseorang dalam mencapai
prestasi akademik yang baik. Sebab kebingungan yang terjadi tersebut,
berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam menilai kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
akademiknya sendiri. Jika orang tersebut mampu memiliki pemikiran yang
positif, hasilnya termasuk prestasi akademiknya juga akan positif.
Selanjutnya prestasi akademik dipengaruhi oleh perasaan terkejut,
cemas bahkan benci dan marah setelah menyadari perbedaan budaya. Menurut
Oberg, pada saat seseorang menyadari dirinya berada dalam lingkungan
budaya yang berbeda dengan dirinya, akan mulai muncul respon-respon
negatif (dalam Smith & Bond, 1993). Respon-respon negatif tersebut dapat
mengganggu pencapaian prestasi akademik yang baik. Sebab respon negatif
yang ada, dapat membuat orang tersebut merasa tidak nyaman untuk belajar
dan membuatnya merasa tidak mendapat dukungan dari orang-orang di
lingkungan barunya tersebut.
Aspek yang terakhir mempengaruhi prestasi akademik adalah perasaan
tidak memiliki kemampuan untuk menanggulangi sesuatu dengan kebudayaan
yang baru. Menurut Noesjirwan, setiap budaya memiliki aturan dan nilai
sendiri dalam bertindak dan mengatasi situasi-situasi yang sulit dan
menegangkan, yang belum tentu cocok jika digunakan di luar lingkungan
budaya tersebut ((dalam Zainnu‟ddin) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Hal
ini juga berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam mendapatkan prestasi
akademik yang baik. Sebab orang tersebut akan memasuki lingkungan yang
baru, yaitu universitas dengan persaingan akademik dan stress yang berbeda
(Lese & Robbins dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001). Apabila seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut, maka prestasi
yang diperoleh tidak akan seperti yang diharapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Cara belajar individu
1. Mengganggu strategi belajar
yang dimiliki.
2. Mempengaruhi kemampuan
untuk bisa beradaptasi dengan
lingkungan belajar yang baru dan
kemampuan bekerja sama
dengan orang lain untuk
membantu belajar.
3. Merasa tidak mendapatkan
dorongan dan motivasi dari
orang lain dalam melaksanakan
tugas belajarnya.
4. Pengaruhi pola pikir seseorang
dalam menilai kemampuan yang
dimiliki untuk bisa belajar
dengan baik.
5. Merasa lingkungan tidak nyaman
dan mendukung seseorang untuk
bisa belajar dengan baik.
6. Menyulitkan seseorang untuk
menyelesaikan masalah atau
kendala dalam menjalankan
kegiatan belajarnya.
Kondisi individu dengan culture shock
1. Mempengaruhi kondisi psikologis
seseorang, seperti proses
menyesuaikan diri, memecahkan
masalah, proses belajar dan
kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki.
2. Munculnya perasaan cemas dan tidak
berdaya sebab harus hidup sendirian.
Perasaan tersebut kurang dapat
dikendalikan.
3. Kemampuan untuk berkomunikasi
dengan orang lain sangat penting.
Jika tidak dilakukan dengan baik,
maka akan muncul salah paham dan
merasa tidak diterima.
4. Perbedaan kebudayaan
mempengaruhi perbedaan pedoman
hidup. Tidak hanya itu, berpengaruh
juga pada pola pikir, tindakan serta
identitas diri yang dimiliki.
5. Menguasai atau mengontrol respon-
respon negatif yang dialami
lingkungan budaya yang baru.
6. Perbedaan budaya menyebabkan
perbedaan dalam cara menyelesaikan
masalah.
Aspek-aspek culture shock
1. Ketegangan sebagai usaha
untuk memenuhi kebutuhan
adaptasi psikologis.
2. Merasa kehilangan dan
adanya perampasan perhatian
yang didapat dari teman-
teman, status, profesi dan hak
milik.
3. Merasa ditolak dan atau
dibuang oleh anggota
kebudayaan baru.
4. Bingung dalam peran,
harapan peran, nilai-nilai,
rasa dan identitas diri.
5. Terkejut, cemas bahkan
benci dan marah setelah
menyadari perbedaan
kebudayaan.
6. Merasa memiliki
ketidakmampuan untuk
menanggulangi sesuatu
dengan kebudayaan baru.
Prestasi
akademik
rendah
Culture
shock
tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah adanya hubungan yang negatif antara culture shock dan prestasi
akademik yang dialami oleh mahasiswa asal Papua. Dimana, semakin tinggi
culture shock yang dialami, berhubungan dengan rendahnya prestasi
akademik. Dan sebaliknya, semakin rendah culture shock yang dialami, akan
berhubungan dengan tingginya prestasi akademik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, dimana dalam
penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel
yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan
antara prestasi akademik dengan culture shock pada mahasiswa asal Papua
yang ada di Yogyakarta.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Culture shock
2. Variabel tergantung : Prestasi akademik
C. Definisi Operasional
1. Prestasi akademik
Prestasi akademik merupakan hasil yang dicapai oleh mahasiswa
selama proses belajar di universitas dan ditunjukkan dengan perolehan
Indeks Prestasi Semester (IPS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Culture shock
Culture shock merupakan suatu gangguan yang dialami oleh
seseorang ketika orang tersebut harus berada dalam lingkungan budaya
yang baru dan dapat dilihat melalui aspek-aspek berikut:
a. Ketegangan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan adaptasi
psikologis.
b. Merasa kehilangan dan adanya perampasan perhatian yang didapat
dari teman-teman, status, profesi dan hak milik.
c. Merasa ditolak dan, atau dibuang oleh anggota-anggota
kebudayaan baru.
d. Bingung dalam peran, harapan peran, nilai-nilai, rasa, dan identitas
diri.
e. Terkejut, cemas, bahkan benci dan marah setelah menyadari
perbedaan kebudayaan.
f. Merasa memiliki ketidakmampuan untuk menanggulangi sesuatu
dengan kebudayaan yang baru.
D. Sampel dan Subyek Penelitian
Dalam penelilitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling untuk mengumpulkan sampel. Teknik ini digunakan karena
pemilihan kelompok subyek untuk penelitian didasarkan atas ciri-ciri atau
kriteria yang memiliki hubungan erat dengan ciri-ciri atau kriteria populasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti (Hadi, 2004). Ciri-ciri atau
kriteria yang dimaksud adalah:
1. Mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta dan berasal dari suku asli
Papua yang lahir serta dibesarkan di Papua.
2. Mahasiswa asal Papua angkatan 2010. Kurun waktu itu dipilih oleh
peneliti, karena kurun waktu tersebut merupakan masa yang sesuai
untuk melihat apakah seseorang mengalami gejala culture shock.
Sebab mahasiswa diasumsikan sedang berada pada tahap krisis
atau culture shock. Dimana, masa culture shock terjadi setelah 6
bulan masa kedatangan (Oberg (dalam Hooves) dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009) dan berlangsung selama 6-18 bulan (Lysgaard
dalam Heine, 2008)
3. Mahasiswa asal Papua yang dimaksud adalah mereka dengan ciri-
ciri fisik berambut keriting, berkulit hitam dan berhidung mancung
(Soemantri, 2008). Mahasiswa tersebut memiliki kedua orang tua
yang berasal dari suku asli Papua yang lahir serta dibesarkan di
Papua. Selain itu, mereka memiliki perilaku yang cenderung kasar
dan bertempramen tinggi.
Jumlah subyek yang digunakan dalam tryout penelitian ini berjumlah
61 orang. Sedangkan untuk subyek yang digunakan dalam penelitian
berjumlah 70 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala yang berisi serangkaian pernyataan-pernyataan dan harus diberikan
respon. Skala yang digunakan berupa skala psikologis yang berisi stimulus
berupa pernyataan atau pertanyaan yang mengungkap indikator perilaku dari
atribut yang ingin diukur. Stimulus tersebut tidak langsung mengungkap
atribut yang ingin diukur, sehingga respon yang subyek berikan tergantung
pada hasil interprestasinya (Azwar, 2009).
Skala culture shock yang digunakan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan skala Likert. Dimana, respon-respon terhadap pernyataan-
pernyataan dalam skala tersebut terdiri atas 4 macam, yaitu SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).
(Supratiknya, 1998).
Item-item yang digunakan menggunakan dua jenis, yaitu favorable dan
unfavorable. Item yang favorable merupakan item yang isinya mendukung,
memihak atau menunjukkan ciri hal yang ingin diukur. Sedangkan item yang
unfavorable merupakan item yang isinya tidak mendukung, memihak atau
menunjukkan ciri dari hal yang ingin diukur. Pemberian skor untuk item yang
favorable adalah 1 untuk respon yang negatif sampai 4 untuk respon yang
positif. Sedangkan untuk item yang unfavorable adalah 1 untuk respon yang
positif sampai 4 untuk respon yang negatif. Skala yang dibuat akan diisi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
subyek dan tidak akan diberikan penilaian untuk menentukan jawaban tersebut
benar atau salah (Azwar, 2009).
Berikut ini adalah blue print untuk skala culture shock yang digunakan
dalam penelitian ini, mengacu pada aspek-aspek yang dijelaskan oleh Oberg
(Yusuf, 1991):
Tabel 2. Blueprint skala “culture shock”
No Aspek Jumlah
Soal
Bobot
(%)
1. Ketegangan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan adaptasi psikologis 10 16,7
2.
Merasa kehilangan dan adanya perampasan
perhatian yang didapat dari teman-teman,
status, profesi dan hak milik.
10 16,7
3. Merasa ditolak dan, atau dibuang oleh
anggota-anggota kebudayaan baru. 10 16,7
4. Bingung dalam peran, harapan peran, nilai-
nilai, rasa, dan identitas diri. 10 16,7
5. Terkejut, cemas, bahkan benci dan marah
setelah menyadari perbedaan kebudayaan. 10 16,7
6.
Merasa memiliki ketidakmampuan untuk
menanggulangi sesuatu dengan kebudayaan
yang baru
10 16,7
Total 60 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengetahui apakah skala yang digunakan sudah mampu menghasilkan
suatu data yang akurat yang sesuai dengan yang ingin diukur (Azwar,
2009). Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut mampu mengukur apa
yang ingin diukur (Reksoatmodjo, 2009)
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi,
yaitu dilakukan penyelidikan melalui analisis rasional terhadap isi tes serta
penilaian yang bersifat subyektif. Validitas ini dilakukan dengan meminta
pendapat “ahli” untuk memeriksa isi tes dengan membandingkan tes
dengan sifat yang ingin diukur (Supratiknya, 1998). Dalam penelitian ini,
“ahli” yang dimaksud adalah dosen pembimbing skripsi.
2. Seleksi Item
Kualitas suatu skala ditentukan juga oleh kualitas item-item yang
ada di dalamnya. Untuk mengetahui item-item yang ada di dalam skala
sudah berfungsi dengan baik dan mendukung validitas skala tersebut,
maka dilakukan seleksi item untuk menemukan item-item yang baik
(Azwar, 2009).
Dalam melakukan seleksi terhadap item-item yang akan digunakan,
terdapat dua cara yang dapat digunakan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
a. Melakukan evaluasi evaluatif, yaitu analisis dan seleksi item
berdasarkan kesesuaian dengan blue print dan indikator
perilaku yang ingin dilihat. Selain itu, dilakukan juga evaluasi
berdasarkan kaidah penulisan yang benar dan social
desirability yang ada dalam item-item. Evaluasi ini dilakukan
dengan bantuan “ahli”, yaitu dosen pembimbing skripsi.
b. Seleksi item juga dilakukan dengan menggunakan data empiris
yang diperoleh berdasarkan data hasil uji coba item. Uji coba
item ini dilakukan pada kelompok sampel yang memiliki
kriteria yang sama dengan subyek penelitian. Pada tahap ini,
seleksi item dilakukan dengan melihat daya diskriminasi item.
Dengan melihat korelasi item-total (rix) adalah ≥ 0.30. Setiap
item yang memiliki korelasi minimal 0.30 berarti daya
pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 3. Blueprint skala “culture shock” sebelum uji coba
Aspek Item Total
Ketegangan sebagai usaha untuk
memenuhi adaptasi psikologis
F 19, 24, 29, 34, 54 5
U 7, 9, 20, 40, 57 5
Merasa kehilangan dan adanya
perampasan perhatian yang
didapat dari teman-teman,
status, profesi dan hak milik
F 8, 10, 27, 48, 53 5
U 15, 21, 28, 33, 58 5
Merasa ditolak dan atau dibuang
oleh anggota kebudayaan baru
F 1, 25, 35, 46,55 5
U 13, 18, 23, 41, 47 5
Bingung dalam peran, harapan
peran, nilai-nilai, rasa dan
identitas diri
F 2, 3, 37, 56, 59 5
U 17, 22, 30, 36, 51 5
Terkejut, cemas bahkan benci
dan marah setelah menyadari
perbedaan kebudayaan
F 5, 6, 31, 32, 52 5
U 38, 44, 45, 50, 60 5
Merasa memiliki
ketidakmampuan untuk
menanggulangi sesuatu dengan
kebudayaan yang baru
F 4, 11, 42, 43, 49 5
U 12, 14, 16, 26, 39 5
Total 60 60
Jumlah total item pada setiap indikator memiliki jumlah yang
sama, karena setiap indikator memiliki kontribusi yang sama besar. Tidak
ada indikator yang memiliki kontribusi lebih besar daripada indikator-
indikator yang lainnya pada aspek skala culture shock yang ingin diukur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Setelah dilakukan uji coba, terdapat 28 item yang gugur dari 60
item yang diuji cobakan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 32 item
yang baik.
Tabel 4. Blueprint skala “culture shock” setelah uji coba
Aspek Item Total
Ketegangan sebagai usaha untuk
memenuhi adaptasi psikologis
F 19, (24), 29, (34), 54 5
U 7, 9, (20), (40), 57 5
Merasa kehilangan dan adanya
perampasan perhatian yang
didapat dari teman-teman,
status, profesi dan hak milik
F 8, 10, (27), 48, (53) 5
U (15), 21, 28, 33, (58) 5
Merasa ditolak dan atau dibuang
oleh anggota kebudayaan baru
F 1, 25, (35), 46, (55) 5
U (13), 18, (23), 41, 47 5
Bingung dalam peran, harapan
peran, nilai-nilai, rasa dan
identitas diri
F 2, 3, 37, 56, 59 5
U 17, 22, 30, 36, 51 5
Terkejut, cemas bahkan benci
dan marah setelah menyadari
perbedaan kebudayaan
F 5, 6, 31, 32, 52 5
U 38, 44, 45, 50, 60 5
Merasa memiliki
ketidakmampuan untuk
menanggulangi sesuatu dengan
kebudayaan yang baru
F 4, 11, 42, 43, 49 5
U 12, 14, 16, 26, 39 5
Total 60 60
Keterangan: Item yang diberi tanda kurung ( ) merupakan item yang gugur
dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Berdasarkan seleksi terhadap item-item yang telah diuji cobakan,
item yang paling banyak diberikan jawaban setuju adalah item nomor 28,
dengan nilai korelasi sebesar 0.534. Dan item yang paling sedikit
diberikan jawaban setuju adalah item nomor 19, dengan nilai korelasi
sebesar 0.242
Setelah dilakukan seleksi terhadap item-item yang ada, peneliti
menyusun kembali item-item baik yang ada berdasarkan aspek-aspek yang
hendak diukur. Berikut ini adalah skala culture shock setelah dilakukan
penyusunan ulang yang akan digunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 5. Blue print skala “culture shock” setelah dilakukan penyusunan
ulang
Aspek Item Total
Ketegangan sebagai usaha untuk
memenuhi adaptasi psikologis
F 13, 20, 29 3
U 7, 15 2
Merasa kehilangan dan adanya
perampasan perhatian yang
didapat dari teman-teman,
status, profesi dan hak milik
F 6, 12, 23 3
U 11, 17, 32 3
Merasa ditolak dan atau dibuang
oleh anggota kebudayaan baru
F 3, 5, 31 3
U 8, 19,24 3
Bingung dalam peran, harapan
peran, nilai-nilai, rasa dan
identitas diri
F 2, 9, 25, 30 4
U 10, 26,28 3
Terkejut, cemas bahkan benci
dan marah setelah menyadari
perbedaan kebudayaan
F 4, 1 2
U 16, 18,21 3
Merasa memiliki
ketidakmampuan untuk
menanggulangi sesuatu dengan
kebudayaan yang baru
F - -
U 14, 22, 27 3
Total 32 32
3. Reliabilitas
Reliabilitas tes mengacu pada sejauhmana hasil tes yang diperoleh
dapat dipercaya atau hasilnya konsisten. Koefisien reliabilitas berada
dalam rentang angka 0 sampai 1.00. Dimana, reabilitas suatu tes dikatakan
tinggi jika angka koefisien reliabilitasnya juga tinggi, yaitu mendekati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
angka 1.00. Sedangkan reliabilitas dikatakan rendah jika angka koefisien
reliabilitasnya juga rendah, yaitu mendekati angka 0 (Azwar, 2009).
Nilai koefisien reliabilitas skala culture shock setelah dilakukan uji
coba adalah 0.875.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui apakah distribusi kelompok data yang diperoleh
membentuk kurva normal atau tidak (Yusri, 2009). Hal ini perlu
dilakukan sebab semua perhitungan statistik parametrik memiliki
asumsi sebaran yang normal. Data yang normal memiliki kekhasan
nilai mean, median dan modusnya sama (Santoso, 2010).
Jika distribusi kelompok data yang diperoleh memiliki taraf
signifikansi lebih dari 5% atau 0.05 (p > 0.05), maka dapat membentuk
kurva normal (Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki, 2009).
Untuk melakukan uji normalitas dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan perhitungan dengan model Lilliefors (Kolmogorov-
Smirnov), yaitu uji normalitas dengan menggunakan program SPSS
for windows versi 16 (Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
b. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung
memiliki suatu garis lurus atau tidak. Hal ini berarti apabila ada
peningkatan atau penurunan dari kuantitas di satu variabel, akan diikuti
secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel
lainnya (Santoso, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan program SPSS for windows versi 16.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian korelasional ini menggunakan
korelasi (r) product moment dengan menggunakan program SPSS for
windows versi 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Tryout
Sebelum peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya, peneliti
melakukan tryout. Tryout ini dilakukan pada tanggal 14 Mei – 9 Juni 2012.
Tryout diberikan kepada sejumlah subyek yang memiliki kriteria yang kurang
lebih sama dengan kriteria subyek yang ingin diukur. Subyek dalam penelitian
ini berjumlah 61 orang. Subyek yang digunakan merupakan mahasiswa asli
Papua yang kuliah di beberapa universitas di Yogyakarta. Seluruh subyek
yang digunakan dalam penelitian ini, mampu memenuhi seluruh kriteria
penelitian.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 18 Juni 2012 sampai 14 Juli
2012. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket kepada 70 orang
subyek dengan kriteria merupakan mahasiswa asli Papua. Sama seperti kriteria
yang digunakan dalam melakukan try out. Seluruh angket yang diedarkan
yang kembali berjumlah sekitar 70 buah.
C. Analisis Data
Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis, peneliti melakukan
uji asumsi, yaitu uji normalitas dan uji linearitas terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
kelompok data yang diperoleh membentuk kurva normal atau tidak
(Yusri, 2009). Untuk melakukan uji normalitas dalam penelitian ini,
digunakan model Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan
menggunakan program SPSS for windows versi 16.
Tabel 6. Hasil uji normalitas
Culture shock Prestasi Akademik
Kolmogrov-Smirnov (K-S) .691 .603
Asymp. Sig. (2-tailed) .726 .860
Keterangan Normal Normal
Dari hasil perhitungan untuk variabel culture shock, diperoleh
angka Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.691 dengan nilai p sebesar
0.726. Hal ini menunjukkan bahwa variabel culture shock memiliki
sebaran yang normal. Sedangkan untuk variabel indeks prestasi (IP)
diketahui angka Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.603 dengan nilai p
sebesar 0.860. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran untuk variabel
prestasi akademik termasuk normal.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapatkan bahwa
sebaran variabel culture shock dan prestasi akademik memiliki sebaran
yang normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan tergantung berbentuk garis lurus atau tidak. Jika
nilai p < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel
tersebut berbentuk kurva normal. Dengan menggunakan bantuan
program SPSS versi 16 diperoleh hasil bahwa hubungan antara kedua
variabel tersebut
Tabel 7. Hasil uji linearitas
F Sig. (p)
Prestasi
akademik*
culture shock
Between
group
(Combined) 1.289 .230
Linearity .161 .691
Deviation
from
Linearity
1.323 .210
Dari hasil perhitungan, diketahui hubungan uji linearitas antara
culture shock dengan prestasi akademik pada mahasiswa asal Papua
bernilai 0.691 lebih besar dari 0.05 (0.691 > 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang
tidak linear.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 2. Scatter plot
Berdasarkan gambar scatter plot di atas, terlihat bahwa antara
kedua variabel yang ada tidak mengikuti suatu garis lurus.
3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji hipotesis, sebab data
yang diperoleh tidak linear. Sedangkan apabila ingin dilakukan uji
hipotesis, data yang ada harus linear. Hal ini dilakukan karena teknik
korelasi product moment mengasumsikan hubungan antar variabel
bersifat linear. Sehingga jika dilakukan teknik korelasi product
moment dengan menggunakan data yang tidak linear tersebut, akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
terjadi underestimate terhadap kekuatan hubungan kedua variabel
(Santoso, 2010).
D. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini sekitar 70 orang. Subyejk
adalah mahasiswa asli yang berasal dari Papua dari angkatan 2010.
1. Indeks Prestasi Semester
Tabel 8. Deskripsi perolehan indeks prestasi semester
IPS Jumlah Presentase (%)
3,00 – 4,00 25 35.71
2,50 – 2,99 23 32.86
2,00 – 2,49 17 24.29
1,50 – 1,99 5 7.14
1,00 – 1,49 0 0
Total 70 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa subyek memiliki IPS yang
tergolong baik. Dimana, 35.71% subyek memiliki IPS yang tergolong
amat baik. Lalu, 32.86% subyek memiliki IPS yang tergolong baik. Ada
juga 24.29% subyek yang memiliki IPS yang tergolong cukup. Dan hanya
7.14% subyek yang memiliki IPS kurang dan tidak ada subyek yang
memiliki IPS jelek, yaitu 0%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Tempat Tinggal
Tabel 9. Deskripsi berdasarkan tempat tinggal
Tempat Tinggal Jumlah Presentase (%)
Rumah Kos 60 85.71
Asrama 9 12.86
Rumah 1 1.43
Total 70 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas subyek penelitian
tinggal di rumah kos, yaitu 85.71%.
3. Lingkungan Tempat Tinggal
Tabel 10. Deskripsi berdasarkan kelompok lingkungan tempat tinggal
Kelompok Jumlah Presentase (%)
Mahasiswa Papua lebih
banyak 21 30
Mahasiswa Papua
seimbang 13 18.57
Mahasiswa Papua lebih
sedikit 36 51.43
Total 70 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas subyek penelitian
tinggal dengan mahasiswa asal daerah lain, yaitu 51.43%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4. Kelengkapan Orang Tua
Tabel 11. Deskripsi berdasarkan kelengkapan orang tua
Orang Tua Jumlah Presentase (%)
Lengkap 53 75.71
Hanya satu 15 21.43
Tidak punya 2 2.86
Total 70 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas subyek penelitian
masih memiliki orang tua yang lengkap, yaitu 75.71%.
5. Jenis Kelamin
Tabel 12. Deskripsi berdasarkan jenis kelamin
Orang Tua Jumlah Presentase (%)
Laki-laki 57 81.43
Perempuan 13 18.57
Total 70 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas subyek penelitian
berjenis kelamin laki-laki, yaitu 75.71%.
E. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh deskripsi data yang
menunjukkan nilai mean teoritik dan mean empiris subyek. Jika nilai mean
empiris variabel culture shock lebih besar daripada mean teoritiknya, berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
subyek memiliki culture shock yang tergolong tinggi. Sebaliknya, bila nilai
mean teoritiknya lebih besar dari nilai mean empirisnya, berarti subyek
memiliki culture shock yang tergolong rendah.
Perhitungan untuk nilai mean teoritik dilakukan secara manual.
Sedangkan perhitungan untuk nilai mean empiris dilakukan dengan bantuan
SPSS for windows versi 16.
Tabel 13. Mean teoritik dan mean empiris
Mean Teoritik Mean Empiris
Culture shock 80 66.6429
Dari hasil di atas, terlihat bahwa nilai mean teoritik culture shock
adalah 80. Sedangkan nilai mean empirisnya adalah 66.6429. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai mean teoritik culture shock lebih besar daripada
nilai empirisnya. Berarti culture shock yang dimiliki oleh subyek tergolong
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
F. Pembahasan
Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa data yang ada tidak linear.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel culture shock dan prestasi akademik
tidak membentuk suatu garis lurus. Artinya antara culture shock yang dialami
oleh mahasiswa asal Papua, tidak mempengaruhi prestasi akademik yang
dimiliki. Keadaan ini disebabkan karena nilai culture shock yang dimiliki oleh
mahasiswa asal Papua tergolong rendah.
Dari hasil penelitian ini, terdapat faktor-faktor lain yang lebih kuat
berpengaruh pada prestasi akademik mahasiswa, antara lain: kondisi tempat
tinggal dan lingkungan subyek. Dalam penelitian ini, jumlah subyek yang
tinggal di rumah kos bersama mahasiswa dari daerah lain, ternyata lebih
banyak. Hal ini memunculkan peluang yang besar bagi subyek untuk
berinteraksi dengan orang-orang dari budaya lain dan setempat. Keadaan
semacam ini diasosiasikan dengan berkurangnya masalah akademik dan
kesulitan sosial (Pruit; Ward & Kennedy dalam Ward, Bocnher & Furnham,
2001).
Hal tersebut juga membantu mahasiswa Papua untuk meningkatkan
kompetensi dalam berkomunikasi dan membantunya untuk bisa hidup di
daerah lain dengan baik (Ward & Kennedy; Zimmerman dalam Ward,
Bochner & Furnham, 2001). Ini menyebabkan culture shock mereka dengan
lingkungan yang baru tidak berpengaruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hal tersebut didukung oleh penelitian DeNotaris, McAllister,
Motarstefano, Panasci & Shoemaker (2008), yang menyatakan bahwa
mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
mahasiswa dari budaya lain, tidak akan terlalu menganggap bahwa budayanya
merupakan hal yang paling unggul. Hal ini membantu untuk bisa membangun
hubungan yang baik dengan mahasiswa dari budaya lain.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dekovic, Engels, Shirai, de Kort
dan Anker (2002) kepada 253 remaja Belanda dan 308 remaja Jepang, juga
mendukung hal tersebut. Mahasiswa yang lebih puas dengan hubungan
sebayanya, lebih percaya diri dengan kemampuan kompetensi mereka.
Mahasiswa juga merasa sejahtera kaitannya dengan kehidupan sosial secara
umum dan lebih dewasa. Keadaan tersebut membantu mahasiswa agar tidak
mengalami masalah dalam berperilaku dan mencapai prestasi akademik.
Dalam penelitian ini, diketahui juga bahwa mayoritas subyek masih
memiliki orang tua yang lengkap. Kehadiran orang tua turut mempengaruhi
keadaan subyek untuk bisa mendapatkan prestasi yang baik. Dorongan, pujian
dan kasih sayang dari orang terdekat dapat menambah harga diri dan rasa
percaya diri sehingga berpengaruh positif pada prestasi akademik (Utami
dalam Mukodim, Ritandiyono dan Sita, 2004). Selain itu, orang tua yang
lengkap dapat membantu mengembangkan perilaku yang positif bagi anak-
anaknya (Biller dalam Santrock, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Sedangkan, bagi mahasiswa dengan orang tua yang kurang lengkap
dengan berbagai alasan, seperti perceraian atau meninggal dunia akan
mempengaruhi perkembangan mahasiswa tersebut. Dimana, mahasiswa akan
mengalami stress yang cukup besar dan mengalami masalah perilaku, seperti
burnout (Santrock, 2003). Oleh karena itu, kehadiran dan dukungan yang
didapat dari orang tua turut berpengaruh pada kemampuan mahasiswa untuk
bisa mendapatkan prestasi yang baik.
Selain itu, dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas subyeknya
berjenis kelamin laki-laki. Hal ini juga turut mempengaruhi culture shock
yang dialami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amponsah (2010)
kepada 329 mahasiswa non UK yang kuliah di UK, diketahui bahwa
mahasiswa laki-laki memiliki tingkat distress yang lebih rendah dibanding
perempuan. Ada juga penelitian Dekovic, Engels, Shirai, de Kort dan Anker
(2002) kepada 253 remaja Belanda dan 308 remaja Jepang dengan rentang
usia 15 sampai 18 tahun, yang menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih
sejahtera dibanding mahasiswa perempuan.
Disamping faktor-faktor di atas, ternyata ada sisi positif dari
mahasiswa yang memutuskan untuk masuk ke perguruan tinggi. Dimana,
mahasiswa menjadi pribadi yang lebih dewasa. Dalam hal materi atau mata
pelajaran, mahasiswa memiliki diberikan kebebasan untuk memilih sendiri.
Mahasiswa juga memiliki lebih banyak waktu luang untuk bisa bersama
dengan teman sebaya dan kesempatan untuk mengeksplorasi gaya hidup serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
nilai yang berbeda-beda. Mahasiswa juga menjadi lebih tertantang
intelektualnya dengan tugas-tugas akademik yang didapat (Santrock, 2003).
Hal ini yang juga mempengaruhi prestasi akademik yang dimiliki oleh subyek,
sehingga culture shock yang ada tidak mempengaruhi prestasi akademik
subyek.
Kepribadian dewasa yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut, juga
mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menghadapi masalah culture
shock yang dimiliki. Fan (2010) dalam penelitian yang dilakukan kepada
mahasiswa Asia yang berasal dari 4 bahasa berbeda (Cina, Vietnam, Malaysia
dan Korea) di Australia, mendukung hal tersebut. Dalam penelitiannya
dijelaskan bahwa seseorang yang mengalami “shock” akibat adanya perbedaan
budaya dan bahasa akan membuat dirinya termotivasi untuk bisa lebih banyak
belajar.
Selain itu, remaja yang memasuki masa transisi menuju ke perguruan
tinggi, ternyata menunjukkan tingkat depresi dan kenakalan yang lebih rendah
dibandingkan masa dua tahun terakhir saat di sekolah menengah atas
(Santrock, 2003). Hal ini terjadi karena pada masa transisi tersebut,
mahasiswa sedang memasuki masa tumbuh dan bukan masa menderita
(Aseltine & Gore dalam Santrock, 2003). Tidak hanya itu, mahasiswa yang
memutuskan untuk keluar dari rumah untuk melanjutkan pendidikan, ternyata
memiliki hubungan yang lebih berkualitas dengan orang tua. Dimana,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mahasiswa menjadi lebih dekat dengan orang tuanya dan belajar untuk bisa
hidup lebih mandiri. (Sullivan & Sullivan dalam Santrock, 2003).
Dengan adanya faktor-faktor tersebut yang ternyata lebih kuat
mempengaruhi perolehan prestasi akademik mahasiswa, maka hipotesis dalam
penelitian ini tidak terbukti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara culture shock dan prestasi akademik pada mahasiswa asal Papua. Hal
ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya suatu garis yang linear atau lurus
antara kedua variabel tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa antara culture
shock dan prestasi akademik tidak memiliki hubungan satu sama lain. Dimana,
terdapat faktor-faktor lain yang mungkin memiliki pengaruh yang lebih kuat,
seperti tempat tinggal dan lingkungannya, serta kelengkapan orang tua. Ada
pula, nilai positif dari masuk ke perguruan tinggi.
B. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, hasilnya menunjukkan bahwa antara variabel
culture shock dan variabel prestasi akademik tidak linear. Artinya kedua
variabel tersebut tidak membentuk suatu garis lurus. Dalam penelitian ini, juga
kurang memperhatikan faktor-faktor lain di luar culture shock yang turut
mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
C. Saran
1. Bagi subyek penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan agar subyek
penelitian mempertahankan nilai culture shock yang rendah. Dengan
demikian, dalam berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitar
menjadi lebih mudah. Dengan nilai culture shock yang rendah pula,
peluang untuk bisa berprestasi dalam tugas akademiknya semakin besar.
2. Bagi bidang ilmu pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa bukan hanya
budaya yang berpengaruh. Ada beberapa faktor yang kuat berpengaruh
pada prestasi mahasiswa, seperti keadaan tempat tinggal, kehadiran orang
tua, dan jenis kelamin. Oleh karena itu, disarankan untuk bisa memahami
laatar belakang dari mahasiswa, baik secara budaya maupun kehidupan
pribadinya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan antara culture shock dengan prestasi akademik. Oleh karena itu,
disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memperhatikan faktor lain
yang turut mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Albarra, Abdun. 2011. Papua negeri impian. Dipungut 30 Juni 2012 dari
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/01/23/papua-negeri-
impian/
Amponsah, Owusu Mark. 2010. Non UK University students stress levels and
their coping strategies. Educational Research Vol. 1 (4) pp. 088-098.
Dipungut 29 September 2011 dari
http://interesjournals.org/ER/pdf/2010/May/Amponsah.pdf
Ariestanty, Windy., Andri, Maurin. 2007. Studying abroad: Belajar sambil
berpetualangan di negeri orang. Cetakan 1. Jakarta: Gagas Media
Azwar, Saifuddin. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset
Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., Dasen, Pierre R. 1999.
Psikologi lintas budaya: Riset dan aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Utama
Bertens, K. 2005. Metode belajar untuk mahasiswa: Beberapa petunjuk bagi
mahasiswa baru. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Boveington, Tristram Frederick. 2006/ 2007. Sebuah Survei Tentang Para Pelajar
Papua yang Kuliah di Jawa Timur; Latar Belakang, Unsur-Unsur dan Cita-
Citanya. Skripsi (Diterbitkan). Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang. Dipungut 7 April 2012 dari http://research-
report.umm.ac.id/index.php/research-
report/article/viewFile/163/196_umm_research_report_fulltext.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Cameron, Helen., Kirkman, Catherine. 2010. Managing Culture Shock for First
Year International Students Entering Australian Universities. Dipungut 16
September 2011 dari
http://www.fyhe.com.au/past_papers/papers10/content/pdf/12E.pdf,
Christopher, Elizabeth. 2010. The management of uncertainty and culture shock
by graduate overseas students in Australia. International Journal of Arts
and Sciences 3 (11): 35-53.
DeNotaris, Linda., McAllister, Christhoper., Notarstefano, Robyn., Panasci,
Emily., Shoemaker, Sarah. Tanpa tahun. Running head: Pack your
perception, it‟s time to fly: Changes in cultural superiority based on direct
intercultural experiences. Dipungut 29 September 2011 dari
http://www.hkmj.org/article_pdfs/hkm1006p240.pdf
Dekovic, Maja., Engels, Rutger C. M. E., Shirai, Toshiaki., de Kort, Gerard,
Anker, Arjen L. 2002. The role of peer relations in adolescent in two
cultures: the Netherlands and Japan. Journal of cross-cultural psychology
Vol. 33, No. 6, 577-595.
Fan, Si. 2010. Language shock: a challenge to language learning. The
International Journal-Language Society and Culture. Hal. 42-51.
Dipungut 1 Oktober 2011 dari
http://www.educ.utas.edu.au/users/tle/JOURNAL/issues/2010/31-6.pdf
Furnham, Adrian. 2004. Foreign Student: Education and Culture Shock. Dipungut
13 September 2011 dari
http://www.aaa.uni-
augsburg.de/ausland/downloads_vz/furnham_foreign_students.pdf
Guanipa, Carmen. 1998. Culture Shock and The Problem of Adjustment to New
Cultural Environment. Dipungut 30 April 2012 dari
http://edweb.sdsu.edu/people/cguanipa/cultshok.htm
Hadi, Sutrisno. 2004. Statistika Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Heine, Steven J. 2008. Cultural psychology. www. Norton & Company, Inc.
Howay, Julian. 2011. Jejak 10 tahun otonomi khusus di tanah Papua. Dipungut
30 Juni 2012 dari http://politik.kompasiana.com/2011/04/19/jejak-10-
tahun-otonomi-khusus-di-tanah-papua/
Irwin, Rachel. 2007. Culture shock: negotiating feelings in the field. Anthropology
Matters Journal. Vol. 9 (1). Dipungut 30 April 2012 dari
http://www.anthropologymatters.com/index.php?journal=anth_matters&pa
ge=article&op=view&path[]=64&path[]=124
Kauseri., Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Graha Ilmu:
Yogyakarta
Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Penerbit:
Djambatan
Lonner, Walter J., Malpass, Roy S. 1994. Psychology and culture. USA: by Allyn
& Bacon. A division of Simon & Schuster, Inc. 160 Gould Street.
Needham Heights, MA 02194
Martin, Judith N., Nakayama, Thomas K. 2004. Intercultural communication in
context. Ed.3. New York: The McGraw – Hill Companies, Inc
Mukodim, Didin., Ritandiyono. Sita., Harumi, Ratna. 2004. Peranan kesepian dan
kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar
mahasiswa Universitas Gunadarma. Jurusan Psikologi: Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma. Dipungut 3 Maret 2012 dari
http://repository.gunadarma.ac.id/264/1/Didin_111-120.pdf
Mulyana, Deddy., Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Komunikasi antarbudaya: Panduan
berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Niam, Erni Khoirun. 2008. Koping Terhadap Stress Pada Mahasiswa Luar Jawa
yang Mengalami “Culture Shock” di Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Skripsi Thesis (Diterbitkan). Solo: Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Dipungut 13 Septermber 2011 dari
http://etd.eprints.ums.ac.id/8948/.
Novera, Isvet Amri. 2004. Indonesian postgraduate students studying in Australia:
An examination of their academic, socal and cultural experiences.
International Education Journal. Vol 5, No. 4. Dipungut 21 September
2011 dari
http://ehlt.flinders.edu.au/education/iej/articles/v5n4/novera/paper.pdf
Nurgiyantoro, Burhan., Gunawan. Marzuki. 2009. Statistik Terapan: untuk
Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Petride, K. V., Chamorro-Premuzic, Thomas., Frederickson, Norah., Furnham,
Adrian. 2005. Explaining individual differences in scholastic dan
achievement. British Journal of Educational Psychology, 75. 239-255
Poedjiastutie, Dwi. Tanpa tahun. Culture Shock Experienced by Foreign Students
Studying at Indonesian University. Dipungut 16 Maret 2012 dari
http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-
report/article/viewFile/163/196_umm_research_report_fulltext.pdf
Prasetya, Berta Esti Ari. 2010. Fenomena Culture Shock. Fakultas Psikologi:
Universitas Kristen Satya Wacana. Dipungut 19 Oktober 2011 dari
http://bertapsychologycorner.blogspot.com/2010/12/fenomena-culture-
shock.html
Pujiriyani, Dwi Wulan., Rianty, Almira. 2010. Kiat-Kiat Mengantisipasi Culture
Shock. Yogyakarta: PSAP UGM bekerja sama dengan Ford Foundation
Pyvis, David., Chapman, Anne. 2005. Culture shock and the international student
„offshore‟. Journal of Research in International Education. Vol. 4 (1);
23-42. Dipungut 30 April 2012 dari
http://www.auqa.edu.au/files/publications/pyvis_chapman_report.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Reksoatmodjo, Tedjo N. 2009. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan.
Bandung: PT. Refika Aditama
Samovar, Larry A., Porter, Richard E. McDaniel, Edwin R. 2007. Communication
between cultures 6th
. USA: Thomson Wadsworth.
Samovar, Larry A., Porter, Richard E. McDaniel, Edwin R. 2010. Komunikasi
lintas budaya: Communication between cultures. Ed. 7. Jakarta: Salemba
Humanika
Santoso, Agung. 2010. Statistik untuk psikologi: Dari blog menjadi buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Santrock, John W. 2002. Life-span development: Perkembangan masa hidup 5 ed.
Jilid II. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. 2003. Adolesence: Perkembangan remaja 6th
ed. Jakarta:
Erlangga
Shohib, Muhammad, S.Psi, M.Si (2005). Pengaruh Self Efficacy Terhadap
Kecemasan Dalam Menghadapi Lingkungan Baru pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2005-
2006. Penelitian Bidang Ilmu. Lembaga Penelitian Universitas
Muhammadiyah Malang. Dipungut 8 April 2012 dari
mshohib.staff.umm.ac.id/files/2010/03/Abstraksi-PBI-3.doc
Smith, Peter B., Bond, Michael Harris. 1993. Social psychology across cultures:
analysis and perspectives. USA: Harvester Wheatsheaf
Somantri, Lili. 2008. Mengenal suku bangsa di pegunungan Papua. Dipungut
30 Juni 2012 dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541-
LILI_SOMANTRI/papua.pdf/
Supratiknya, A. 1998. Psikometri. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi pendidikan dan pendekatan baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Thomson, Gary., Rosenthal, Doreen., Russell, Jean. 2006. Cultural Stress among
International Students at An Australian University. Dipungut
16 September 2011 dari
http://www.aiec.idp.com/pdf/Thomson%20(Paper)%20Fri%201050%20M
R5.pdf
Yusuf, Yusmar. 1991. Psikologi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Yusri. 2009. Statistika Sosial: Aplikasi dan Interpretasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ward, Collen., Bochner, Stephen., Furnham, Adrian. 2001. The psychology of
culture shock 2nd
ed. London: Routledge.
Aliansi Mahasiswa Papua Jogja. 2011. Dipungut 13 Juni 2012 dari
http://ampjogja.blogspot.com/2011/11/ribuan-mahasiswa-papua-yang-
berada-di.html
Buku Pedoman Program Studi Psikologi. 2008. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Buku Peraturan Akademik. 2010 Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
http://kampsjogja.wordpress.com/2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 1. Skala Culture Shock
SKALA PENELITIAN
“CULTURE SHOCK”
Nama : Maria Fransiska Ansiga
NIM : 089114020
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Yogyakarta, Juni 2012
Yth. Teman-teman yang turut berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Dengan hormat, dengan ini saya :
Nama : Maria Fransiska Ansiga
NIM : 089114020
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, memohon kepada teman-
teman untuk memberikan tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang
telah tersusun dalam skala ini guna membantu dalam menyelesaikan skripsi
saya. Identitas diri dan seluruh tanggapan yang teman-teman berikan akan
dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, teman-teman diharapkan dapat
menjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sebelumnya, saya
mengucapkan terimakasih atas kesediaannya untuk mengisi skala penelitian
ini.
Hormat Saya,
Maria Fransiska Ansiga
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya mengisi skala ini tidak
dibawah paksaan atau tekanan dari pihak tertentu akan tetapi dengan suka
rela demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini.
Semua jawaban yang saya berikan merupakan murni dari apa yang
saya alami bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada
umumnya dan saya mengijinkan jawaban saya tersebut dipergunakan
sebagai data untuk penelitian ilmiah ini.
Menyetujui,
(………………………….)
Yogyakarta, Juni 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa kurang nyaman dengan
keadaan yang ada di Yogya karena
berbeda dengan keadaan yang ada di
Papua.
√
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa kurang nyaman dengan
keadaan yang ada di Yogya karena
berbeda dengan keadaan yang ada di
Papua.
√
√
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya tidak menyukai kebiasaan-kebiasaan
hidup yang ada di Yogya karena tidak
sesuai dengan diri saya.
2. Saya merasa bingung dan ragu-ragu
dalam mengambil keputusan.
3. Saya sulit menemukan teman baru yang
dapat diajak bergaul saat berada di
Yogya.
4. Saya merasa tidak nyaman untuk
berinteraksi dengan orang-orang baru di
lingkungan sosial saya sekarang.
5. Saya merasa orang-orang yang ada di
lingkungan pergaulan saya, secara diam-
diam suka membicarakan kejelekan saya
di belakang.
6. Saya merasa tidak aman setelah saya
pindah dan tinggal di Yogya sekarang.
IDENTITAS (MOHON DIISI DENGAN JELAS DAN LENGKAP)
Universitas/ Perguruan Tinggi :
Tempat tinggal : Kos / Asrama / Rumah *)
( ) Lebih banyak mahasiswa asal Papua
( ) Seimbang antara mahasiswa asal Papua dan asal daerah lain
( ) Lebih banyak mahasiswa asal daerah lain
IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) :
Anggota keluarga :
Uang saku per bulan :
( ) < Rp. 500.000
( ) Rp. 500.000 - Rp. 999.999
( ) Rp. 1.000.000 - Rp. 1.999.999
( ) Rp. 2.000.000 - Rp. 5.000.000
Status Pernikahan : Nikah / Belum Nikah *)
*) Lingkari jawaban yang menjadi pilihan Anda
PETUNJUK
Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai keadaan yang
teman-teman alami. Setiap jawaban yang diberikan tidak akan diberikan
penilaian, sehingga tidak ada jawaban yang benar atau salah. Nyatakanlah
jawaban teman-teman tersebut pada kolom yang telah disediakan dengan
memberikan tanda centang ( √ ). Adapun pilihan-pilihan jawabannya, yaitu:
SS :apabila teman-teman Sangat Setuju
S :apabila teman-teman Setuju
TS :apabila teman-teman Tidak Setuju
STS :apabila teman-teman Sangat Tidak Setuju
Bacalah setiap pernyataan yang ada dengan cermat. Dan silahkan
memberikan jawaban yang teman-teman anggap paling menunjukkan keadaan
diri teman-teman.
Berikut contoh cara menjawab pernyataan :
SKALA
Ketika ada kesalahan, dapat mengganti jawaban dan memberi tanda =
pada jawaban sebelumnya, berikut contoh cara mengganti jawaban :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No. Pernyataan SS S TS STS
7. Saya merasa jauh lebih kuat dan mampu untuk
menyelesaikan masalah dalam kegiatan perkuliahan dan
masalah lainnya.
8. Saya senang berinteraksi dengan orang-orang baru yang
ada di lingkungan sosial sekitar saya sekarang.
9. Saya merasa kemampuan belajar saya di kampus sekarang
mulai menurun dibandingkan dengan kemampuan belajar
saya ketika mengikuti kuliah di semester-semester pertama.
10. Saya adalah orang yang tegas ketika harus menentukan
suatu pilihan dalam hidup saya, baik yang berkaitan
dengan perkuliahan atau kehidupan sehari-hari.
11. Lingkungan tempat tinggal saya di Yogya sekarang
mampu membuat saya merasa tenang dan aman.
12. Saya merasa kehilangan status dan pengaruh saya dalam
lingkungan pergaulan saya yang sekarang.
13 Saya sering merasa kesepian setelah pindah dan tinggal
di lingkungan tempat tinggal saya sekarang.
14. Saya termasuk orang yang memiliki kemampuan adaptasi
yang baik, sehingga mampu beradaptasi dengan cepat
ketika berada di Yogya.
15. Saya merasa keadaan di lingkungan tempat tinggal
sekitar saya mampu memberikan perasaan nyaman dan
tenang.
16. Perbedaan budaya yang ada antara budaya di tempat
tinggal saya sebelumnya di Papua dengan yang di
Yogya, saya rasakan sebagai sesuatu hal yang
menyenangkan.
No. Pernyataan SS S TS STS
17. Setiap orang yang ada di lingkungan pergaulan
saya, dapat menghargai kehadiran dan hak saya.
18. Saya dapat mengikuti seluruh kebiasaan-kebiasaan
yang ada di Yogya, meskipun kebiasaan-kebiasaan
tersebut berbeda dengan yang ada di Papua.
19. Teman-teman saya bukan orang yang humoris,
sehingga meskipun saya mence- ritakan hal-hal
lucu, mereka tidak akan merespon dengan baik.
20. Saya merasa bosan dengan keadaan di lingkungan
tempat tinggal saya sekarang, karena saya sudah
menelusuri banyak tempat di Yogya.
21. Orang-orang baru yang ada di lingkungan tempat
tinggal saya sekarang merupakan orang-orang baik
dan menyenangkan, sehingga mampu membuat
saya merasa nyaman dan senang.
22. Saya adalah orang yang memiliki ketahanan
tubuh yang baik, meskipun lingkungan tempat
tinggal saya sekarang berbeda dengan lingkungan
tempat tinggal saya di Papua.
23. Saya suka membentuk dan menjalin persahabatan
dengan orang-orang baru yang ada di lingkungan
tempat tinggal saya sekarang.
24. Saya mampu untuk mencintai dan menyukai budaya
Jawa selama saya tinggal di Yogya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
No. Pernyataan SS S TS
STS
25. Saya termasuk mahasiswa yang aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan organisasi di dalam dan luar
kampus untuk menambah teman dan pengalaman.
26. Saya sering menghadiri dan ikut ambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh komunitas mahasiswa
Papua yang saya ikuti.
27. Saya adalah orang yang pintar dalam mengatur
seluruh aktivitas dan tugas kampus, sehingga saya
mampu menjalankan semuanya dengan baik.
28. Jika dibandingkan dengan teman-teman saya di
kampus, saya termasuk anak yang mampu untuk
bersaing dengan mereka, karena saya memiliki
kemampuan yang tidak kalah dengan mereka.
29. Saya merasa emosi saya lebih cepat naik ketika saya
mengalami sesuatu hal, bahkan untuk hal-hal yang
sepele.
30. Saya merasa tidak percaya diri ketika harus
berhadapan dengan orang-orang baru yang ada di
lingkungan pergaulan saya.
31. Saya merasa kehadiran saya sering diabaikan oleh
orang-orang di lingkungan sosial saya.
32. Saya suka memberikan waktu luang untuk bisa
bergaul dengan teman-teman baru saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 2. Reliabilitas Skala Uji Coba Culture Shock
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.839 60
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 134.5902 235.313 .354 .835
VAR00002 134.3279 235.224 .392 .834
VAR00003 133.4590 249.619 -.233 .845
VAR00004 134.0000 244.867 -.022 .842
VAR00005 134.3770 236.372 .267 .837
VAR00006 134.7377 233.063 .406 .834
VAR00007 135.0328 247.099 -.106 .844
VAR00008 134.7377 233.730 .462 .833
VAR00009 135.0328 237.466 .329 .836
VAR00010 134.5410 235.752 .307 .836
VAR00011 133.9180 236.110 .265 .837
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
VAR00012 134.8033 237.127 .289 .836
VAR00013 134.8525 238.961 .192 .838
VAR00014 134.9016 236.190 .334 .835
VAR00015 134.7377 240.397 .159 .839
VAR00016 134.9180 234.643 .382 .834
VAR00017 135.1967 236.694 .301 .836
VAR00018 134.5902 233.046 .394 .834
VAR00019 134.3115 235.218 .309 .836
VAR00020 134.7213 239.038 .194 .838
VAR00021 135.0328 232.832 .411 .834
VAR00022 134.9672 232.732 .393 .834
VAR00023 135.0820 239.077 .243 .837
VAR00024 134.3770 241.372 .099 .840
VAR00025 134.3934 231.243 .449 .833
VAR00026 135.0820 240.643 .179 .838
VAR00027 133.5246 248.454 -.153 .845
VAR00028 134.9672 230.166 .544 .831
VAR00029 134.4426 235.384 .351 .835
VAR00030 135.0656 241.629 .135 .839
VAR00031 134.5902 237.613 .288 .836
VAR00032 134.4098 238.579 .169 .839
VAR00033 134.9016 232.723 .453 .833
VAR00034 134.0492 241.081 .138 .839
VAR00035 133.5902 253.146 -.302 .849
VAR00036 134.9672 239.866 .152 .839
VAR00037 134.2787 232.338 .389 .834
VAR00038 135.0000 233.367 .443 .833
VAR00039 135.2295 234.213 .463 .833
VAR00040 134.7049 238.311 .256 .837
VAR00041 134.7541 236.055 .322 .836
VAR00042 134.3607 243.801 .018 .841
VAR00043 134.2131 239.037 .227 .837
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
VAR00044 135.0656 233.096 .461 .833
VAR00045 134.8852 230.903 .473 .832
VAR00046 134.2787 233.904 .316 .836
VAR00047 135.0984 233.790 .498 .833
VAR00048 135.0656 234.262 .487 .833
VAR00049 133.7213 245.771 -.056 .843
VAR00050 134.7705 240.846 .145 .839
VAR00051 135.0492 234.148 .398 .834
VAR00052 134.4918 233.221 .408 .834
VAR00053 134.3115 238.818 .198 .838
VAR00054 134.3770 234.339 .355 .835
VAR00055 134.6230 237.572 .284 .836
VAR00056 134.6230 235.772 .313 .836
VAR00057 134.9672 236.799 .331 .836
VAR00058 134.6721 240.457 .156 .839
VAR00059 134.9508 235.048 .366 .835
VAR00060 134.4754 243.954 .002 .843
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 3. Reliabilitas Skala Uji Coba Culture Shock Setelah Dilakukan
Seleksi Item
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 61 100.0
Excludeda 0 .0
Total 61 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.875 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 65.8361 143.606 .360 .872
VAR00002 65.5738 142.482 .459 .870
VAR00006 65.9836 142.583 .375 .872
VAR00008 65.9836 142.850 .443 .871
VAR00009 66.2787 144.304 .398 .872
VAR00010 65.7869 144.937 .264 .875
VAR00014 66.1475 145.161 .294 .874
VAR00016 66.1639 142.506 .418 .871
VAR00017 66.4426 143.784 .353 .873
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
VAR00018 65.8361 140.373 .467 .870
VAR00019 65.5574 145.084 .242 .875
VAR00021 66.2787 141.938 .403 .871
VAR00022 66.2131 142.237 .367 .872
VAR00025 65.6393 139.968 .474 .870
VAR00028 66.2131 139.904 .534 .868
VAR00029 65.6885 143.785 .350 .873
VAR00033 66.1475 142.361 .419 .871
VAR00037 65.5246 140.520 .425 .871
VAR00038 66.2459 140.855 .515 .869
VAR00039 66.4754 142.887 .463 .870
VAR00041 66.0000 143.333 .371 .872
VAR00044 66.3115 141.751 .475 .870
VAR00045 66.1311 140.649 .454 .870
VAR00046 65.5246 142.787 .306 .874
VAR00047 66.3443 142.463 .505 .870
VAR00048 66.3115 142.918 .489 .870
VAR00051 66.2951 142.778 .399 .872
VAR00052 65.7377 142.830 .371 .872
VAR00054 65.6230 143.505 .327 .873
VAR00056 65.8689 143.549 .338 .873
VAR00057 66.2131 144.737 .340 .873
VAR00059 66.1967 142.461 .421 .871
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 4. Uji Normalitas
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
prestasi_akadem
ik culture_shock
N 70 70
Normal Parametersa Mean 2.7100 66.6429
Std. Deviation .51514 12.15961
Most Extreme Differences Absolute .072 .083
Positive .069 .069
Negative -.072 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .603 .691
Asymp. Sig. (2-tailed) .860 .726
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 5. Uji Linearitas
Means
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
IP_ikt_dep *
CS_bbs_inde
Between
Groups
(Combined) 10.443 35 .298 1.289 .230
Linearity .037 1 .037 .161 .691
Deviation
from Linearity 10.406 34 .306 1.323 .210
Within Groups 7.868 34 .231
Total 18.311 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 6. Uji T
T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
culture_shock 70 66.6429 12.15961 1.45335
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI