plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · pdf filerasional berdasarkan kriteria etik promosi...
TRANSCRIPT
EVALUASI KERASIONALAN IKLAN OBAT TANPA RESEP PADA
TAYANGAN ACARA UNTUK IBU-IBU DI EMPAT STASIUN
TELEVISI SWASTA NASIONAL INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Kartikaningtyas Yunari
NIM : 998114029
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
( QS : 58 : 11)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS : 94 : 5)
Hidup tidak akan pernah bebas dari tantangan, tetapi kemampuan kita untuk menghadapi tantangan akan terus berkembang.
(John Gray) Kusadari bahwa Allah membuat segala sesuatunya indah tepat pada waktunya. Kumengerti bahwa aku dan segala sesuatu yang melekat dalam diriku, hidupku dan semua peristiwa dalam perjalanan menuju masa sekarang, adalah yang terbaik dari Allah. Aku selalu berbahagia untuk keberhasilan dalam hidup orang lain, dan aku tidak perlu iri dengan diri dan hidup orang lain, karena aku menyukai diri dan pribadiku, juga menyukai hidup dan kisah hidupku, yang kuyakini unik, indah, dan penuh makna.
(Kartika, terinspirasi dari beberapa karya)
Kupersembahkan untuk:
Bapak – Ibuku sebagai tanda hormat dan baktiku,
Kakak – kakakku yang selalu kusayang,
Almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Penelitian ini bertujuan mengetahui profil dan kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi. Penelitian non eksperimental (observasional) ini dikerjakan dengan rancangan deskriptif non analitik.
Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung iklan selama dua minggu meliputi jenis acara, waktu tayang, jenis produk, jenis iklan, frekuensi, serta kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep. Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988) digunakan sebagai dasar evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan, sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/1994 untuk kerasionalan kelengkapan informasi iklan dan kerasionalan klaim indikasi iklan bersama mekanisme kerja zat aktif. Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6,4% iklan obat tanpa resep yang paling banyak ditayangkan pada acara sinetron (64,7%). Iklan tersebut lebih banyak terdiri dari golongan obat bebas terbatas (78,8%), kelas terapi obat analgesik (sakit kepala, demam) (23,6%), jenis obat Mixagrip Flu & Batuk® (8,6%), obat untuk konsumen dewasa (92,5%), dan obat produksi Konimex (16,5%). Dari 53 jenis obat, tidak ada yang kelengkapan informasi iklannya rasional berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988), tetapi 18,9% rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/1994. Semua iklan mencantumkan nama dagang dan indikasi, zat aktif (22,6%), peringatan-perhatian (92,4%), nama industri farmasi (88,7%), efek samping (20,8%), tetapi tidak ada yang mencantumkan kontraindikasi dan alamat industri farmasi. Iklan yang klaim indikasinya rasional sebanyak 58,5%.
Kata kunci : kerasionalan, iklan, obat tanpa resep, televisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This research aims to identify the profile and the rationality of non-prescription drug advertisement on ladies’ program broadcast in four television stations. This non-experimental (observational) research is conducted by using non-analytical descriptive design.
Data collection is conducted by using direct observation on the advertisement for two weeks, including the types of program, product, advertisement, presentation time, frequency, as well as information completeness and indication claim of non-prescription drug advertisement. The WHO Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion (1988) is used as the base of evaluating the rationality of advertisement information completeness, while the Decree of Health Minister No. 386/1994 is used to evaluate the rationality of advertisement indication claim as well as working mechanism of active substance. Data is analyzed by using a descriptive statistic method.
The results of research show that there are 6.4% non-prescription drug advertisement mostly broadcasted in electronic cinema (64.7%). That advertisement more consisted of limited over-the-counter drugs (78.8%), the therapeutic class of analgesic drugs (headache, fever) (23.6%), drug of Mixagrip Flu & Batuk® (8.6%), drug to adult consumers (92.5%), and drug produced by Konimex (16.5%). Among 53 non-prescription drugs, there is no drug whose advertisement information completeness is rational based on the WHO Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion (1988), but 18.9% of it are rational according to the Decree of Health Minister No. 386/1994. All the advertisements include trademark and indication, an active substance (22.6%), precaution-warning (92.4%), the name of pharmaceutical industry (88.6%), side effect (20.8%), but there is no advertisement including contraindication and the address of pharmaceutical industry. Advertisements whose indication claims rational are 58.5%.
Keywords : rationality, advertisement, non-prescription drugs, television
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Evaluasi Kerasionalan Iklan Obat Tanpa Resep pada Tayangan Acara
untuk Ibu-ibu di Empat Stasiun Televisi Swasta Nasional Indonesia”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
semangat, bimbingan, arahan, dan petunjuk selama penulisan skripsi.
2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama penulisan skripsi.
3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk skripsi ini.
4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk skripsi ini.
5. Seluruh dosen pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang
telah membimbing penulis selama kuliah, dan seluruh karyawan terkait atas
bantuan yang diberikan untuk kelancaran penyelesaian skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………….
INTISARI……………………………………………………………………
ABSTRACT ………………………………………………………………….
PRAKATA…………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………........
A. Latar Belakang…………………………………………………………..
B. Permasalahan……………………………………………………………
C. Keaslian Penelitian………………………………………………………
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………
1. Manfaat teoritis……………………………………………………...
2. Manfaat praktis………………………………………………………
E. Tujuan…………………………………………………………………...
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xiii
xviii
xx
1
1
5
5
6
6
7
7
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Pengobatan Sendiri dan Masalah Informasi Obat Tanpa Resep………...
B. Pengobatan Rasional dengan Obat Tanpa Resep………………………..
C. Obat Tanpa Resep……………………………………………………….
D. Televisi Sebagai Salah Satu Media Iklan………………………………..
E. Tinjauan tentang Iklan dan Promosi…………………………………….
1. Perbedaan iklan dengan promosi……………………………………
2. Promosi menurut WHO……………………………………………..
3. Definisi iklan………………………………………………………...
4. Media iklan………………………………………………………….
5. Tujuan iklan…………………………………………………………
6. Fungsi iklan………………………………………………………….
F. Peraturan Periklanan Bidang Obat………………………………………
G. Perilaku Konsumen terhadap Iklan……………………………………...
H. Wanita sebagai Penanggung Jawab Pemilihan Obat untuk Keluarga…...
I. Keterangan Empiris……………………………………………………...
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………..
A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………………
B. Definisi Operasional…………………………………………………….
C. Subyek Penelitian………………………………………………………..
D. Tata Cara Penelitian……………………………………………………..
1. Tahap perencanaan…………………………………………………..
2. Tahap pengambilan data…………………………………………….
3. Tahap penyelesaian data…………………………………………….
8
11
13
17
19
19
19
20
20
21
21
21
26
27
28
29
29
29
32
33
33
33
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Tata Cara Analisis Hasil………………………………………………...
F. Kesulitan Penelitian……………………………………………………..
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...
A. Profil Jenis Iklan………………………………………………………...
1. Distribusi frekuensi jenis iklan pada masing-masing stasiun televisi
2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada keempat stasiun televisi………
B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep…………………………………………..
1. Jenis acara…………………………………………………………...
2. Kelas terapi………………………………………………………….
3. Golongan obat……………………………………………………….
4. Jenis obat…………………………………………………………….
5. Sasaran konsumen obat……………………………………………...
6. Produsen……………………………………………………………..
C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep
D. Evaluasi Kerasionalan Klaim Indikasi Iklan Obat Tanpa Resep………..
E. Rangkuman Pembahasan………………………………………………..
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………...
B. Saran……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN…………………………………………………………………
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………
34
36
37
37
37
38
40
41
43
45
46
50
51
54
72
88
94
94
95
96
101
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A,
B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan
jenis acara…………………………………………………...
Tabel II. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A,
B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan
kelas terapi…………………………………………………..
Tabel III. Distribusi frekuensi iklan obat bebas pada tayangan acara
untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C,
D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis
obat………………………………………………………….
Tabel IV. Distribusi frekuensi iklan obat bebas terbatas pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A,
B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan
jenis obat…………………………………………………….
Tabel V. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C,
D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis
obat………………………………………………………….
Tabel VI. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama
dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan produsen……..
Tabel VII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
analgesik (nyeri otot dan tulang) tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama
dua minggu (periode Juli 2006)……………………………..
Tabel VIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
analgesik (sakit kepala, demam) tanpa resep pada tayangan
41
43
47
48
49
53
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama
dua minggu (periode Juli 2006)……………………………..
Tabel IX. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat gizi
dan darah tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di
stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli
2006)………………………………………………………...
Tabel X. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
saluran cerna (diare) tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XI. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
saluran cerna (maag) tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
saluran nafas (asma) tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XIV. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara
untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………………
Tabel XV. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
saluran nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XVI. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
57
58
59
59
59
60
60
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara
untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………………
Tabel XVII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama
dua minggu (periode Juli 2006)……………………………..
Tabel XVIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
topikal mata tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode
Juli 2006)……………………………………………………
Tabel XIX. Persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep
pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B,
C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)……………….
Tabel XX. Persentase kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat
tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun
televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)...
Tabel XXI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik
(nyeri otot dan tulang) tanpa resep pada tayangan acara
untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………………
Tabel XXII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik
(sakit kepala, demam) tanpa resep pada tayangan acara
untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………………
Tabel XXIII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat gizi dan
darah tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di
stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli
2006)………………………………………………………...
Tabel XXIV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran
cerna (diare) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
62
63
63
69
70
73
74
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode
Juli 2006)……………………………………………………
Tabel XXV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran
cerna (maag) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode
Juli 2006)……………………………………………………
Tabel XXVI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran
nafas (asma) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode
Juli 2006)……………………………………………………
Tabel XXVII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran
nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode
Juli 2006)................................................................................
Tabel XXVIII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran
nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XXIX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran
nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di
stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli
2006)………………………………………………………...
Tabel XXX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran
nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XXXI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat topikal kulit
(infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-
ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu
(periode Juli 2006)…………………………………………..
Tabel XXXII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat topikal
78
78
79
80
81
82
84
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mata tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di
stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli
2006).......................................................................................
Tabel XXXIII. Persentase kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa
resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi
A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)………...
Tabel XXXIV. Kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara
untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua
minggu (periode Juli 2006)………………………………..
86
87
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Prinsip-prinsip kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat
tanpa resep……………………………………………………..
Gambar 2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu-
ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama
dua minggu (periode Juli 2006)……………………………….
Gambar 3. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu-
ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua
minggu (periode Juli 2006)……………………………………
Gambar 4. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D
selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis
acara…………………………………………………………...
Gambar 5. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D
selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan kelas
terapi…………………………………………………………...
Gambar 6. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B,
C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan
golongan obat………………………………………………….
Gambar 7. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
12
38
39
42
44
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D
selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan
obat…………………………………………….........................
Gambar 8. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B,
C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan
sasaran konsumen……………………………………………...
Gambar 9. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D
selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan sasaran
konsumen……………………………………………...............
46
50
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A
selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........
Lampiran 2. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi B
selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........
Lampiran 3. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi C
selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........
Lampiran 4. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi D
selama dua minggu (periode Juli 2006)…………………........
Lampiran 5. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli
2006)………………………………………………….............
Lampiran 6. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli
2006)………………………………………………….............
Lampiran 7. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli
2006)………………………………………………….............
Lampiran 8. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli
2006)………………………………………………….............
Lampiran 9. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada
101
103
104
106
108
115
119
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………..............
Lampiran 10. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada
tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi B selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………..............
Lampiran 11. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada
tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi C selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………..............
Lampiran 12. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada
tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi D selama dua
minggu (periode Juli 2006)…………………………..............
Lampiran 13. Data kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat
tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun
televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006).....
Lampiran 14. Komposisi zat aktif 53 jenis obat tanpa resep..........................
131
137
140
143
148
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pengobatan sendiri didefinisikan sebagai suatu tindakan mengobati
sendiri dengan obat tanpa resep yang dilakukan secara tepat dan bertanggung
jawab (Holt dan Hall, 1990). Sekarang ini, masyarakat berusaha mengatasi sendiri
masalah kesehatannya yang bersifat sederhana dan umum diderita dengan obat
tanpa resep yang banyak tersedia di pasaran. Faktor penyebabnya karena lebih
murah dan lebih praktis, selain itu masyarakat sering merasa kondisi sakitnya
belum memerlukan pemeriksaan tenaga kesehatan (Anonim, 2005). Harga obat
yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang semakin mahal, juga
meningkatkan pengobatan sendiri di kalangan masyarakat (Anonim, 2002a).
Obat tanpa resep adalah obat-obat yang termasuk golongan obat bebas,
obat bebas terbatas , serta obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek (Anonim, 2005). Obat
wajib apotek memang dapat diserahkan tanpa resep dokter, tetapi termasuk obat
keras atau obat daftar G (gevaarlijk), oleh karena itu tidak termasuk dalam
penelitian ini. Obat tradisional yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992), oleh WHO juga dimasukkan dalam
pelayanan kesehatan umum. Obat tradisional diserahkan tanpa resep karena sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diresepkan oleh dokter, akibat selalu bersandar pada kaidah alamiah. Keberadaan
obat tradisional masih diperdebatkan akibat tidak sedikit yang keamanan dan
khasiatnya hanya berdasarkan pengalaman turun temurun tanpa dibuktikan secara
ilmiah (Marlinda, 2003a). Obat tradisional tidak termasuk obat tanpa resep dalam
penelitian ini. Iklan obat tradisional memiliki pedoman tersendiri dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, terpisah dari pedoman
periklanan obat bebas yang mengatur iklan obat bebas dan obat bebas terbatas.
Obat tanpa resep yang termasuk dalam penelitian ini adalah obat bebas
dan obat bebas terbatas. Kriteria obat dalam kategori ini antara lain adalah telah
terbukti secara ilmiah menunjukkan manfaat klinis, sangat diperlukan untuk
menanggulangi kesakitan yang banyak dijumpai di masyarakat, dan relatif aman.
Penggunaan secara benar obat-obat golongan ini seharusnya bisa sangat
membantu masyarakat dalam melakukan pengobatan sendiri yang aman dan
efektif, namun seringkali pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena
mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa
berbahaya karena penggunaan yang tidak sesuai aturan pakai. Obat bebas dan obat
bebas terbatas tidak berarti bebas efek samping, sehingga pemakaiannya harus
sesuai dengan indikasi, dosis, lama pemakaian yang benar, disertai dengan
pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan kontraindikasinya
(Suryawati, 1997).
Masyarakat perlu dibantu dengan informasi obat tanpa resep yang
obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan untuk melakukan pengobatan sendiri
secara aman dan efektif. Iklan merupakan bentuk informasi bersifat komersial dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
industri farmasi, yang paling banyak dijumpai oleh masyarakat. Perlu dilakukan
upaya-upaya untuk mengendalikan informasi komersial, agar informasi yang
disediakan benar atau dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tidak
menyembunyikan risiko pengobatan, serta tidak menyesatkan atau mengarahkan
pengguna kepada persepsi keliru yang mengakibatkan penggunaan obat secara
keliru (Suryawati,1997).
Survei oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1992
menunjukkan iklan obat melalui media televisi menduduki peringkat pertama
dalam mempengaruhi konsumen obat (Anonim,1997a). Hal ini terjadi karena
setiap hari masyarakat banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi,
yaitu 60% responden sebuah penelitian menonton televisi dalam sehari antara 1-5
jam bahkan hingga lebih dari 5 jam pada 30% responden (Widanenci, 2007). Iklan
televisi juga lebih besar pengaruhnya terhadap konsumen karena mengandung
unsur hiburan, serta gambar yang disajikan lebih menarik (Wiwik,1993). Kondisi
ini diperkuat lagi dengan sifat iklan televisi yang disajikan berulang-ulang (Ashaf,
1995). Dinyatakan oleh Anief (1985) bahwa frekuensi iklan juga berpengaruh
terhadap konsumsi obat oleh masyarakat.
Televisi swasta nasional merupakan salah satu sarana yang digunakan
produsen obat untuk mengiklankan produknya, karena memiliki jaringan pemirsa
yang sangat luas (Yulia, 1993). Berdasarkan survei Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia (PPPI) tahun 2002, pendapatan iklan televisi terbanyak
masih dipegang oleh RCTI, Indosiar, SCTV, dan TPI. Menyusul kemudian Trans
TV, Metro TV, Global TV, TV 7, ANTV, dan Lativi (Anonim, 2002b). Empat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
stasiun televisi swasta nasional Indonesia dalam penelitian ini memiliki
pendapatan iklan yang tinggi menurut data tahun 2002, program acaranya sudah
sangat dikenal oleh pemirsa karena lebih awal berdiri, dan banyak menayangkan
acara untuk ibu-ibu. Data terbaru dari Nielsen Media Research, setelah penelitian
ini dilakukan, menunjukkan bahwa selama tahun 2006 telah terjadi perubahan
besar urutan belanja iklan di televisi, dari yang paling tinggi adalah kelompok
RCTI, TPI, Global TV, kelompok Trans TV dan TV 7, kelompok ANTV dan
Lativi, diikuti stasiun-stasiun televisi yang masih berdiri sendiri yaitu SCTV,
Indosiar, serta Metro TV (Harto, Ratnasari, Saragih, dan Mudjiono, 2006).
Berdasarkan pemantauan dan evaluasi Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) tahun 2003, iklan obat di televisi dinilai banyak yang tidak
layak tayang karena memberikan informasi yang berlebihan dan menyesatkan
(Danto, 2004). Kondisi tersebut sangat disayangkan, karena tingkat pengetahuan
kaum ibu dalam pengobatan sendiri belum menunjang keamanan dan keefektifan
pengobatan, sehingga dalam pemilihan obat tanpa resep masih sangat mudah
dipengaruhi oleh informasi dari produsen obat yang disebarkan melalui iklan di
berbagai media (Marlinda, 2003b). Sehubungan dengan hal itu, idealnya wanita
(kaum ibu) yang menjadi penanggung jawab dalam pemilihan obat untuk keluarga
sebaiknya selalu menambah pengetahuan mengenai obat-obatan agar dalam
memilih obat tidak mudah terpengaruh oleh iklan (Marlinda, 1995). Apalagi
terdapat kecenderungan di masyarakat bahwa wanita lebih suka menggunakan
obat tanpa resep daripada laki-laki (Holt dan Hall, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berkaitan dengan hal- hal tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian
tentang evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia.
B. Permasalahan
1. Seperti apa profil iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun
televisi swasta nasional Indonesia yang meliputi jenis iklan dan frekuensi
iklan?
2. Seperti apa profil frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia berdasarkan
klasifikasi jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran
konsumen obat, dan produsen?
3. Bagaimana kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-
ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia yang meliputi
kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Kriteria Etik Promosi
Obat-WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994,
serta kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif
dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh informasi yang diterima penulis, telah terdapat beberapa
penelitian tentang iklan obat di televisi, seperti Penilaian Iklan Obat Flu di
Televisi dan Pengaruh terhadap Pemilihan Obat di Kalangan Siswa SMF dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SMU di Kotamadya Surakarta (Saragih, 2000), Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala
di Televisi terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa
Angkatan 1997-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(Primantana, 2001), Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi dan Peranannya
dalam Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung Apotek di Pusat Kota
Magelang (Papilaya, 2003), dan Hubungan antara Penilaian Iklan Obat Selesma di
Televisi dengan Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di
Kota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun 2004 (Sulistiyawati, 2004).
Meskipun demikian, penelitian ini belum pernah dilakukan dan berbeda
dengan penelitian-penelitian tersebut baik dalam hal subyek penelitian, metode
pengambilan data, maupun titik berat permasalahan. Subyek penelitian ini adalah
iklan obat di televisi, tidak menggunakan responden. Pengambilan data dengan
observasi langsung, tidak menggunakan kuisioner. Titik berat permasalahan
mengenai evaluasi kerasionalan iklan obat di televisi, tidak mengenai penilaian
responden terhadap iklan obat di televisi dan pengaruhnya terhadap perilaku
mereka dalam pemilihan obat. Selain itu, pengamatan iklan obat dilakukan pada
semua kelas terapi, tidak hanya pada satu kelas terapi saja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah kepustakaan bagi perkembangan ilmu farmasi, khususnya
mengenai evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep di televisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Manfaat praktis
a. Agar hasil penelitian ini dapat membantu farmasis dalam memberikan
pelayanan informasi tentang pemilihan obat tanpa resep berdasarkan evaluasi
kerasionalan iklannya di televisi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu.
b. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait untuk
meningkatkan kerasionalan iklan obat tanpa resep di televisi.
c. Agar ibu-ibu dapat lebih kritis dalam menghadapi iklan obat tanpa resep di
televisi.
E. Tujuan
1. Mengetahui profil iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun
televisi swasta nasional Indonesia yang meliputi jenis iklan dan frekuensi
iklan.
2. Mengetahui profil frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia berdasarkan
klasifikasi jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran
konsumen obat, dan produsen.
3. Mengetahui kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk
ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia yang meliputi
kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Kriteria Etik Promosi
Obat-WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994,
serta kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif
dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Sendiri dan Masalah Informasi Obat Tanpa Resep
Sakit merupakan fenomena subyektif yang ditandai dengan perasaan
tidak enak, sehingga dapat mengganggu aktivitas seseorang. Ketika seseorang
sakit, akan timbul berbagai macam perilaku menuju ke arah penyembuhan, salah
satunya dengan pengobatan sendiri (Sarwono, 2003). Dalam waktu satu tahun,
dapat diperkirakan bahwa lebih dari 65% jumlah penduduk di Indonesia yang
menderita sakit melakukan pengobatan sendiri, sedangkan yang pergi ke dokter
kurang dari 25% (Sartono, 1993).
Perilaku pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya masyarakat
untuk menjaga kesehatannya sendiri (Sukasediati, 1996). Pengobatan sendiri juga
merupakan bagian dari kebijakan pemerintah Republik Indonesia, sebagaimana
yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 5, yaitu bahwa setiap orang
berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungannya (Anonim, 1992).
Pengobatan sendiri telah ada di masyarakat seusia dengan masyarakat itu
sendiri dan menyatu dengan kehidupan mereka, dilakukan untuk mengatasi
keluhan yang dapat dikenali sendiri dan umumnya merupakan tanda atau gejala
penyakit sederhana yang dapat sembuh dalam waktu singkat, antara lain demam,
sakit kepala, dan batuk. Pengobatan sendiri dapat dilakukan dengan obat tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
resep (Sukasediati, 1996). Pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep hendaknya
dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab, biasanya untuk kasus-kasus:
1. perawatan simtomatik minor, misalnya: rasa tidak enak badan, cidera ringan
2. penyakit self-limiting atau paliatif: flu, sakit kepala
3. pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan: mabuk perjalanan, kutu air
4. penyakit kronis, yang sebelumnya sudah pernah didiagnosis dokter atau
tenaga medis profesional lainnya: arthritis, asma
5. keadaan yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan dengan segera
(Holt dan Hall, 1990).
Covington (2000) berpendapat bahwa perawatan sendiri dipengaruhi oleh
empat faktor utama, yaitu keyakinan dan sikap, karakteristik demografi, status
ekonomi, dan pendidikan atau pengetahuan konsumen. Sukasediati (1996)
menyatakan bahwa beberapa faktor penentu yang berperan pada tindakan
pengobatan sendiri antara lain adalah persepsi sakit, ketersediaan informasi
tentang obat dan pengobatan, serta ketersediaan obat di masyarakat.
Terjadinya kecenderungan masyarakat untuk melakukan pengobatan
sendiri dengan obat tanpa resep, antara lain disebabkan:
1. masyarakat merasa penyakit dengan gejala-gejala umum dan ringan belum
memerlukan bantuan tenaga medis atau dokter
2. pengatasan penyakit dengan pergi ke dokter memerlukan biaya relatif mahal
3. begitu banyaknya obat tanpa resep dengan berbagai merek yang mudah
ditemui di pasaran, baik di apotek maupun warung-warung kecil
4. harga obat tanpa resep terjangkau oleh hampir semua lapisan masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. begitu gencarnya iklan mempromosikan keampuhan obat-obat tanpa resep,
yang mudah diamati di berbagai media (televisi, radio, maupun media cetak)
(Zahir, 1996).
Penggunaan obat tanpa resep masih sering menimbulkan masalah bagi
kesehatan, karena masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tentang obat
dan permasalahannya. Hal ini mengakibatkan dasar penentuan obat tanpa resep
untuk pengobatan sendiri sering tidak rasional, yaitu umumnya bersumber pada
pengalaman menggunakan obat tertentu pada waktu lampau, karena diberitahu
orang lain (keluarga, tetangga, teman), atau bersumber dari iklan obat di media
cetak maupun media elektronik (Sudarwanto, 1996).
Diperlukan informasi-informasi mengenai pengetahuan dan ketrampilan
memilih obat, untuk dapat melakukan pengobatan sendiri secara aman dan efektif.
Informasi yang ideal adalah informasi yang obyektif, lengkap, dan tidak
menyesatkan. Kenyataannya informasi yang ideal masih jarang dijumpai.
Informasi yang paling banyak dijumpai masyarakat adalah informasi dari industri
farmasi yang bersifat komersial, dengan bentuk utamanya yaitu iklan (Suryawati,
1997). Iklan-iklan obat yang ada pada umumnya hanya memunculkan keampuhan
dan kegunaan obat, yang kadangkala terkesan berlebihan dan tidak rasional.
Pencantuman tanda peringatan pada akhir penayangan iklan hampir tidak berarti
apa-apa karena begitu cepatnya (Zahir, 1996).
Ketidakseimbangan arus informasi komersial dan non komersial
menjadi masalah kesehatan yang begitu mengkhawatirkan, karena tidak semua
masyarakat mampu menelaah informasi secara kritis (Suryawati, 1997). Sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
survei menunjukkan iklan obat dianggap 81% responden bermanfaat bagi
konsumen, dan diakui 73,5% responden berperan cukup besar dalam pemilihan
obat yang akan digunakan konsumen. Melihat betapa tergantungnya konsumen
pada iklan obat, maka produsen dan pembuat iklan obat dituntut untuk
menciptakan iklan yang baik. Khasiat obat menjadi pilihan informasi yang paling
diharapkan masyarakat dari sebuah iklan obat, juga informasi efek samping obat
apabila digunakan secara berlebihan. Peringatan dan kontraindikasi sebaiknya
juga disampaikan dalam iklan (Zahir, 1996). Secara teknis, sedikitnya terdapat
lima jenis informasi yang dibutuhkan dalam menerapkan pengobatan sendiri
dengan obat tanpa resep, yaitu: susunan zat aktif, indikasi, dosis dan aturannya,
efek samping, serta kontraindikasi (Marlinda, 2003).
Dalam Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen pasal 4c , dinyatakan bahwa konsumen mempunyai hak atas informasi
yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
(Anonim, 1999). Sangat dibutuhkan keikutsertaan pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, lembaga pendidikan tinggi, maupun produsen obat untuk
menyediakan informasi yang benar tentang obat tanpa resep dan masalahnya,
demi tercapainya keberhasilan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep
(Sudarwanto, 1996).
B. Pengobatan Rasional dengan Obat Tanpa Resep
Obat tanpa resep mempunyai batas keamanan yang cukup baik, tetapi
pemakaiannya yang tidak mendapatkan pengawasan ketat sangat memungkinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadinya kesalahan dalam penggunaan (Sudarwanto, 1996). Berkaitan dengan
hal tersebut, pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep harus tetap
memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan obat yang rasional (Anonim, 2002a).
Prinsip pengobatan rasional meliputi indikasi tepat, penilaian kondisi pasien tepat,
pemilihan obat tepat (efektif, aman, dan ekonomis) dan sesuai dengan kondisi
pasien, dosis dan cara pemberian obat secara tepat, informasi untuk pasien secara
tepat, serta evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat (Anonim, 2000).
Penilaian kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep, dapat
ditinjau dari komponen rasional dan tidak rasional di bawah ini:
Gambar 1. Prinsip-prinsip kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep
Tepat indikasi, obat yang digunakan didasarkan pada diagnosis penyakit
yang akurat. Tepat penderita yaitu tidak ada kontraindikasi. Tepat obat, pemilihan
obat didasarkan pada pertimbangan rasio keamanan-kemanjuran yang terbaik.
Tepat dosis, yaitu takaran, jalur, saat dan lama pemberian sesuai dengan kondisi
penderita. Boros, misalnya menggunakan obat yang mahal padahal tersedia obat
lebih murah dengan keamanan dan kemanjuran yang sebanding. Berlebihan,
misalnya menggunakan obat yang tidak diperlukan atau dosis yang terlalu besar.
Kurang, misalnya obat yang diperlukan tidak digunakan dalam jumlah yang cukup
RASIONAL (4 asas tepat + 1 waspada)
1. Tepat indikasi 2. Tepat penderita 3. Tepat obat 4. Tepat dosis 5. Waspada efek samping obat
TIDAK RASIONAL
1. Boros 2. Berlebihan 3. Kurang 4. Salah 5. Majemuk (polifarmasi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau dosis tidak cukup. Salah yaitu bila pilihan obat kurang tepat dengan indikasi.
Majemuk (polifarmasi), misalnya dua obat atau lebih digunakan padahal satu atau
dua obat sudah memberikan efek yang sama (Donatus, 1997).
Upaya penggunaan obat tanpa resep secara rasional tentunya harus
melibatkan peran aktif tenaga farmasi, yang terutama berfungsi untuk
memberikan informasi serinci mungkin mengenai obat-obat yang dibutuhkan oleh
masyarakat (Anonim, 2002a). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
1027/MENKES/SK/IX/2004, disebutkan bahwa dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran
leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.
C. Obat Tanpa Resep
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, pasal 1 ayat 1,
disebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
pemulihan, dan peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis.
Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa
resep, yang dapat dibeli secara bebas (tanpa resep) di apotek dan toko obat berijin.
Obat bebas terbatas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
6355/Dir.Jen/SK/1969, harus dicantumkan tanda peringatan berwarna hitam pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wadah atau kemasannya, dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm atau
disesuaikan kemasannya, dan memuat pemberitahuan dengan huruf berwarna
putih. Sesuai obatnya, pemberitahuan tersebut adalah:
P. no. 1. Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam. Contoh: Decolgen tablet, Inza® tablet P. no. 2. Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine® kumur P. no. 3. Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Betadine® untuk antiseptik lokal P. no. 4. Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: rokok anti asma P. no. 5. Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax® supositoria P. no. 6. Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol® supositoria
(Sartono, 1993)
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang
Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, pasal 3 ayat (1) dan
(2), menyatakan bahwa tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna
hijau dengan garis tepi berwarna hitam dan obat bebas terbatas lingkaran
berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993
tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep, pasal 2, obat yang
dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaanya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Obat tanpa resep memiliki perbandingan risiko dan manfaat yang
menguntungkan pemakainya. Pada umumnya, obat golongan ini mempunyai batas
keamanan cukup baik dengan indeks terapi lebar. Obat tanpa resep juga tidak
boleh bersifat adiktif, penggunaannya sederhana (tidak menggunakan injeksi) dan
tidak membutuhkan pemantauan, tidak mendorong terjadinya penyalahgunaan
obat, serta tidak menimbulkan efek samping yang terlalu membahayakan
seandainya terjadi kesalahan dalam penggunaan (Sudarwanto, 1996).
Terdapat beberapa obat tanpa resep yang sering digunakan masyarakat.
1. Obat pereda rasa sakit dan penurun demam (analgesik-antipiretik)
Obat-obat yang dapat digunakan adalah parasetamol, asetosal, dan ibuprofen
(200 mg). Contoh: Saridon® tablet, Inzana® tablet, Neo Rheumacyl® tablet
(Anonim, 1997b).
2. Obat influenza (flu)
Obat flu merupakan kombinasi dari beberapa zat berkhasiat yaitu antihistamin
untuk mengurangi rasa gatal di tenggorokan dan bersin-bersin atau reaksi
alergi lain yang menyertai influenza (misalnya klorfeniramin maleat,
deksklorfeniramin maleat), dekongestan hidung untuk mengurangi keluhan
hidung tersumbat atau berair (misalnya pseudoefedrin hidroklorida,
fenilpropanolamin hidroklorida), analgesik-antipiretik, ekspektoran, dan
antitusif. Contoh: Inza® tablet, Procold® kaplet (Anonim, 1997b).
3. Obat batuk
Obat batuk terbagi menjadi dua kelompok. Ekspektoran (pengencer dahak)
untuk batuk berdahak, misalnya gliseril guaiakolat (guaifenesin), amonium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
klorida. Antitusif (penekan batuk) untuk batuk tidak berdahak (batuk kering),
misalnya dekstrometorfan hidrobromida, difenhidramin hidroklorida. Contoh:
OBH Tropica® sirup, Vicks Formula 44® sirup (Anonim, 1997b).
4. Obat asma
Obat asma yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah bronkhodilator
(teofilin, efedrin, kombinasi teofilin-efedrin) dan beberapa ekspektoran.
Contoh: Neo Napacin® tablet (Anonim, 1997b).
5. Obat sakit perut (diare)
Obat untuk mengatasi diare mengandung obat yang dapat menyerap racun
misalnya atapulgit, kaolin. Bisa disertakan juga obat yang bekerja sebagai
protektan usus, misalnya pektin. Contoh: Neo Entrostop® tablet (Sartono,
1993).
6. Obat gangguan pencernaan (antasida)
Obat antasida menetralkan asam berlebih dalam cairan lambung, dipergunakan
dalam pengobatan penyakit tukak peptik, dan umumnya diproduksi dalam
bentuk kombinasi. Obat antasida antara lain adalah aluminium hidroksida,
magnesium hidroksida, kalsium karbonat, simetikon. Contoh: Mylanta® tablet,
Neosanmag® tablet (Sartono, 1993).
7. Obat mata (tetes mata)
Obat tetes mata umumnya mengandung obat dekongestan mata yang bekerja
sebagai vasokonstriktor (misalnya tetrahidrozolin hidroklorida), dan bahan
pengawet (misalnya benzalkonium klorida). Contoh: Insto®, Visine®
(Sartono, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Obat jamur kulit
Obat antijamur yang digunakan dalam obat jamur kulit, misalnya klotrimazol,
tolnaftat. Contoh: Canesten® krim , Neo Ultrasiline® krim (Anonim, 1997b).
D. Televisi sebagai Salah Satu Media Iklan
Hingga awal tahun 1992, diperkirakan pemilik televisi di Indonesia
sudah mencapai 60% dari total penduduk, itu artinya televisi berpotensi untuk
mencapai sasaran yang sangat luas (jaringan dan kelompok sasarannya luas).
Potensi ini dimanfaatkan para kalangan bisnis untuk mendukung peningkatan
pemasaran produk. Dalam beberapa tahun kemudian, iklan di stasiun televisi
swasta mampu merebut sebagian porsi iklan di media cetak (Puspadewi, 1993).
Iklan dengan media televisi dianggap sangat efektif untuk memacu
konsumen dalam melakukan tindakan pembelian. Anggapan tersebut tentu saja
beralasan, sebab karakteristik televisi yang bisa dinikmati secara pandang dengar
membuatnya mampu membawa pemirsa kepada realitas yang “seolah-olah ada”,
diperkuat dengan sifatnya yang disajikan berulang-ulang dan kemampuannya
menjalankan fungsi persuasi (Ashaf, 1995). Televisi menggabungkan gambar,
suara, dan gerakan, sehingga mampu merangsang indera dan menarik perhatian
tinggi dari pemirsa (Kotler, 2003b). Melalui iklan televisi, produsen dapat
mendemonstrasikan bagaimana suatu produk bekerja dan betapa produk tersebut
bermanfaat bagi konsumen, juga dapat memilih waktu beriklan yang tepat untuk
menjangkau pasar yang luas maupun khalayak sasaran tertentu (Wiwiek, 1993).
Media televisi juga memiliki jangkauan siaran (massa) dan frekuensi tayang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maksimum, serta pandai memilih demografis atau mengarahkan pesan ke segmen
pemirsa tertentu, dan biayanya relatif efisien (Gilson dan Berkman, 1993).
Berdasarkan penelitian Dwyer, sebagai media audio visual, televisi
mampu merebut 94% saluran masuknya informasi ke dalam jiwa manusia melalui
mata dan telinga. Televisi juga mampu membuat orang pada umumnya mengingat
50% dari apa yang didengar dan dilihat meskipun hanya sekali ditayangkan.
Secara umum, orang akan mengingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi
setelah tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari (Ima, 2004).
Meskipun demikian, terdapat penurunan efektivitas akibat peningkatan
kekacauan iklan (pengiklan menayangkan iklan yang lebih pendek dan lebih
sering kepada audiens), peningkatan “gerakan cepat” iklan, dan menurunnya
penonton akibat pertumbuhan TV kabel dan video. Selain itu, biaya iklan televisi
naik lebih cepat daripada biaya media lain (Kotler, 2003b).
Catatan belanja iklan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)
tahun 2002 menunjukkan bahwa televisi menduduki peringkat pertama dengan
meraup Rp 8,083 triliun (60,3%) dari belanja iklan Rp 13,406 triliun, dengan
urutan pendapatan dari yang terbanyak adalah RCTI, Indosiar, SCTV, TPI, Trans
TV, Metro TV, Global TV, TV 7, ANTV, dan Lativi (Anonim, 2002). Belanja
iklan di televisi dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Menurut data
Advertising Information Services dari Nielsen Media Research, belanja iklan di
media televisi, koran, majalah, dan tabloid pada tahun 2006 mencapai Rp 30,036
triliun. Televisi masih mendominasi perolehan dari keseluruhan belanja itu
dengan nilai belanja iklan lebih dari Rp 20 triliun atau sekitar 69%, koran 27%,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
majalah dan tabloid 4% (Anonim, 2007). RCTI, TPI, dan Global TV memperoleh
32,9% dari total belanja iklan tahun 2006, Trans TV dan TV 7 (23,2%), ANTV
dan Lativi (15,7%), sisanya adalah SCTV, Indosiar, serta Metro TV (Harto,
Ratnasari, Saragih, dan Mudjiono, 2006). Hasil survei kecil di berbagai wilayah
Jakarta menunjukkan sebesar 97% responden mengakui bahwa televisi merupakan
media paling sering ditemukannya iklan obat dibandingkan media lain (Zahir,
1996).
E. Tinjauan tentang Iklan dan Promosi
1. Perbedaan iklan dengan promosi
Periklanan (advertisement) merupakan bagian dari kegiatan bauran
promosi (promotion mix), sementara itu bauran promosi merupakan bagian dari
kegiatan bauran pemasaran (marketing mix). Iklan tidak boleh disamakan dengan
promosi, keduanya berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berbeda, yaitu
advere untuk iklan (advertising) yang artinya mengoperkan pikiran dan gagasan
kepada pihak lain, dan promovere untuk promosi (promotion) yang berarti
meningkatkan atau menaikkan sesuatu. Perbedaan lain adalah bentuk sasarannya,
yaitu iklan “mengubah jalan pikiran” (state of mind) calon konsumennya untuk
membeli, sedangkan promosi “merangsang kegiatan pembelian di tempat”
(immediately stimulating purchase) (Widyatama, 2005).
2. Promosi menurut WHO
Promosi adalah semua kegiatan informasi dan persuasi oleh produsen dan
distributor untuk menaikkan jumlah resep, suplai, pembelian, dan atau pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat. Pernyataan yang digunakan dalam promosi harus dapat diandalkan, akurat,
benar (jujur), informatif, seimbang, up to date, dapat dibuktikan klaimnya, serta
mempunyai warna dan selera yang baik. Pernyataan yang tidak diperbolehkan
dalam promosi adalah pernyataan menyesatkan, tidak dapat dibuktikan kebenaran
klaim, atau menghilangkan fakta untuk meningkatkan penggunaan obat. Ruang
lingkup promosi meliputi iklan, medical representatives, free sample obat resep
untuk promosi, free sample obat tanpa resep untuk umum, simposium dan temu
ilmiah, studi purna jual dan kontrol, kemasan dan label, informasi untuk pasien
(leaflets, booklets), serta promosi produk ekspor (Anonim, 1988).
3. Definisi iklan
Iklan menurut Komisi Periklanan Indonesia (1996) diartikan sebagai
segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media,
dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau
seluruh masyarakat. Sedangkan iklan obat adalah pesan yang disampaikan melalui
komunikasi media massa oleh perusahaan farmasi tertentu untuk meningkatkan
pemasaran (Anief, 1985).
4. Media iklan
Media yang digunakan iklan berdasarkan tipenya diklasifikasikan oleh
Gilson dan Berkman (1993) menjadi: media cetak (surat kabar dan majalah),
media siaran (radio dan televisi), media yang langsung dan khusus (katalog dan
pemberian nama barang pada amplop dan kertas surat), serta media yang
ditempatkan di tempat umum (plakat dan poster).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Tujuan iklan
WHO menyatakan bahwa tujuan iklan untuk masyarakat umum yaitu
membantu pemakai dalam membuat keputusan rasional pada penggunaan obat
yang telah ditetapkan sebagai obat tanpa resep (Anonim, 1988). Berdasarkan
sasarannya, Kotler (2003b) menggolongkan tujuan iklan menjadi empat. Iklan
informatif untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru;
iklan persuasif untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan
pembelian suatu produk atau jasa; iklan pengingat untuk merangsang pembelian
produk dan jasa kembali; serta iklan penguatan yang dimaksudkan untuk
meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat.
6. Fungsi iklan
Fungsi iklan meliputi: fungsi pemasaran (menjual produk), fungsi
komunikasi (menyampaikan pesan), fungsi pendidikan (mendidik mengenai
sesuatu), fungsi ekonomi (menjadi penggerak ekonomi) dan fungsi sosial
(menimbulkan dampak sosial psikologis) (Bovee dan Arens, 1986).
F. Peraturan Periklanan Bidang Obat
Upaya pengendalian informasi komersial untuk meningkatkan
kerasionalan pengobatan sendiri, dilakukan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO)
dengan mengeluarkan Kriteria Etik Promosi Obat (Ethical Criteria for Medicinal
Drug Promotion) sejak tahun 1988. Dicantumkan di dalamnya bahwa informasi
dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. komposisi zat aktif dengan nama INN (International Nonpropietary Names)
atau nama generik obatnya
2. merek dagang
3. indikasi utama
4. perhatian, kontraindikasi, dan peringatan
5. nama dan alamat produsen atau distributor
Diatur pula bahwa iklan obat untuk masyarakat dihimbau untuk membatasi
indikasi, dan klaim obat dapat menyembuhkan, mencegah, atau meredakan
penyakit, harus dapat dibuktikan.
Dengan mengacu pada Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion–
WHO, pemerintah juga mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
386/MENKES/SK/IV/1994, khususnya tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas.
Salah satu latar belakang dikeluarkannya pedoman ini adalah untuk melindungi
masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak
rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan. Berdasarkan Pedoman Periklanan
Obat Bebas, iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai:
a. Komposisi zat aktif obat dengan nama INN (khusus untuk media cetak); untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus dengan nama INN.
b. Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat. c. Nama dagang obat. d. Nama industri farmasi. e. Nomor pendaftaran (khusus untuk media cetak).
Dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal 41 ayat (2), dinyatakan:
Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan obyektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang
Pedoman Periklanan Obat Bebas menyatakan bahwa informasi mengenai produk
obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat
(2) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut:
1. Obyektif: harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui.
2. Lengkap: harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping.
3. Tidak menyesatkan: informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan.
Disamping itu, cara penyajian informasi harus berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada kebutuhan.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan No. HK.00.05.3.02706 tahun 2002 tentang Promosi Obat, pasal 5,
dinyatakan bahwa promosi obat melalui media audio visual dan elektronik hanya
diperbolehkan untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 386/MENKES/SK/IV/1994, tentang Pedoman Periklanan
Obat Bebas, juga dinyatakan bahwa obat yang dapat diiklankan kepada
masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
tergolong dalam obat bebas atau obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain.
Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998 pasal 32 menyatakan bahwa sediaan
farmasi yang berupa obat untuk pelayanan kesehatan yang penyerahannya
dilakukan berdasarkan resep dokter hanya dapat diiklankan pada media cetak
ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Dalam Undang-Undang RI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. 5 tahun 1997 pasal 31 (1) disebutkan psikotropika hanya dapat diiklankan
pada media cetak ilmiah kedokteran dan/atau media cetak ilmiah farmasi.
Undang-Undang RI No. 22 tahun 1997 pasal 42 menyatakan narkotika hanya
dapat dipublikasikan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah
farmasi.
Beberapa hal juga diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
386/MENKES/SK/IV/1994, khususnya tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas.
1. Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah rancangan iklan tersebut
disetujui oleh Departemen Kesehatan RI.
2. Iklan obat tidak boleh memberikan pernyataan superlatif , komparatif tentang
indikasi, kegunaan/manfaat obat.
3. Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian (BACA ATURAN
PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER), dan untuk
media televisi spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca
pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan
ditayangkan minimal selama 3 detik.
4. Iklan suatu obat hanya boleh diindikasikan sesuai batasan yang ditetapkan.
a. Vitamin
1) Iklan vitamin C
Untuk mengatasi kekurangan vitamin C seperti pada sariawan dan perdarahan
gusi; dan untuk keadaan saat kebutuhan akan vitamin C meningkat seperti
pada keadaan sesudah operasi, sakit, hamil dan menyusui, anak dalam masa
pertumbuhan, serta lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Iklan multivitamin dan mineral
Untuk pencegahan dan mengatasi kekurangan vitamin dan mineral, misalnya
sesudah operasi, sakit, wanita hamil dan menyusui, anak dalam masa
pertumbuhan, serta lansia.
b. Obat pereda sakit dan penurun panas
Untuk meringankan rasa sakit misalnya: sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot,
dan atau menurunkan panas.
c. Obat flu
Untuk meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat,
dan pilek.
d. Obat asma
Untuk meringankan gejala sesak napas karena asma.
e. Obat batuk
1) Antitusif
Untuk meredakan batuk yang tidak berdahak.
2) Ekspektoran
Untuk meredakan batuk yang berdahak.
3) Kombinasi antitusif, ekspektoran, dan antihistamin
Untuk meredakan batuk berdahak yang disertai pilek.
f. Antasida
Untuk mengatasi gejala sakit maag seperti: perih, kembung, mual.
g. Obat kulit (topikal)
Untuk mengatasi infeksi karena jamur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. Obat tetes mata
Untuk meredakan iritasi mata yang ringan.
G. Perilaku Konsumen terhadap Iklan
Perilaku konsumen dalam menilai tayangan iklan di televisi sangatlah
beragam. Masyarakat berpendidikan tinggi mempunyai pandangan yang kritis dan
tinggi terhadap iklan, sedangkan masyarakat berpendidikan rendah bersikap
kurang kritis sehingga lebih mudah menggunakan obat-obat yang diiklankan
(Anief, 1985). Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor
budaya, sosial, pribadi, dan psikologis (Kotler, 2003a).
Berdasarkan model hierarchy of effects, tahap-tahap yang dialami oleh
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian meliputi tahap awareness
(kesadaran), knowledge (pengetahuan), liking (kesukaan), preference (pilihan),
conviction (keyakinan), dan purchase (pembelian). Tahap pertama dan kedua
merupakan komponen kognitif mengenai pengumpulan informasi. Tahap ketiga
dan keempat merupakan komponen afektif yang berkaitan dengan proses
memformulasikan perasaan atau sikap. Dua tahap terakhir merupakan komponen
konatif yang berkaitan dengan motivasi atau tindakan (Poerwanto, 1999).
Menyikapi iklan yang marak disiarkan di media massa cetak dan
elektronik, konsumen seharusnya senantisa bijaksana dengan bersikap selalu
berhati-hati dan cermat dalam membaca atau mendengarkan yang diiklankan.
Konsumen tidak perlu mencoba-coba, tetapi lebih menyesuaikan keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan kebutuhan. Selain itu, konsumen hendaknya menyadari kemampuan
keuangannya (Sidabalok, 1999).
H. Wanita sebagai Penanggung Jawab Pemilihan Obat untuk Keluarga
Sebagai ibu rumah tangga, wanita memegang posisi sentral dalam
menentukan visi dan pola konsumsi keluarga. Posisi sentral inilah yang dengan
jeli dimanfaatkan kalangan produsen untuk memasarkan produknya (Laksono,
1995). Kaum hawa menjadi obyek paling potensial untuk dijadikan sasaran
beriklan, karena secara psikologis emosional perempuan jauh lebih gampang
dibidik untuk mempromosikan berbagai barang, juga karena perempuan
mempunyai peran terpenting saat berbelanja yang berpengaruh terhadap anak dan
suami serta membawa domino effect bagi ibu yang lain (Abadi, 2003).
Mayoritas kaum wanita (ibu-ibu) di negara kita juga menjadi penanggung
jawab dalam memilih obat untuk keluarga. Kondisi kesehatan keluarga di
Indonesia memang lebih banyak ditentukan oleh wanita (Marlinda, 1995). Banyak
kaum ibu yang lebih memilih menggunakan obat tanpa resep, motivasinya adalah
untuk menghemat biaya (Marlinda, 2003b). Kaum ibu sebaiknya selalu
menambah pengetahuan mengenai obat-obatan, supaya dalam memilih obat untuk
keluarga tidak mudah terpengaruh oleh iklan (Marlinda, 1995).
Hasil survei di Yogyakarta tahun 1993 menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan kaum ibu dalam pengobatan sendiri belum menunjang keamanan dan
keefektifan pengobatan. Ibu-ibu responden yang mengerti susunan zat aktif
sebanyak 4%, indikasi 45%, dosis dan aturan pakai 65%, serta efek samping dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kontraindikasi masing-masing hanya 2%. Kurangnya informasi mendasar tentang
obat menyebabkan kaum ibu memilih obat hanya berdasarkan merek obat yang
tersedia di pasaran, tentunya karena mereka sangat mudah terpengaruh informasi
dari produsen obat melalui iklan di berbagai media (Marlinda, 2003b).
I. Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kerasionalan iklan obat
tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta
nasional Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental (observasional), yaitu
penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek
menurut keadaan apa adanya (in nature) tanpa adanya manipulasi peneliti.
Rancangan penelitian deskriptif non analitik karena hanya melakukan eksplorasi
deskriptif terhadap fenomena yang terjadi (Pratiknya, 2001). Pada penelitian ini
dilakukan evaluasi, tetapi bukan mengenai bagaimana dan mengapa fenomena
tersebut terjadi. Menurut Hasan (2002), penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
pengukuran yang cermat terhadap fenomena tertentu, peneliti mengembangkan
konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.
B. Definisi Operasional
1. Iklan obat tanpa resep di televisi adalah informasi obat tanpa resep dari
produsen kepada konsumen melalui media elektronik televisi, untuk
memperkenalkan produk dan memikat konsumen agar memakai produknya.
2. Obat tanpa resep dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk obat bebas dengan
tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam dan obat bebas terbatas dengan tanda
lingkaran biru bergaris tepi hitam pada masing-masing kemasannya.
3. Evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep adalah penilaian rasional atau
tidak rasionalnya iklan obat tanpa resep khusus media elektronik (televisi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dinyatakan rasional untuk setiap kategorinya bila semua informasi yang
tercantum dalam aturan terpenuhi, dan tidak rasional bila ada yang tidak
terpenuhi. Tiga kategori kerasionalan iklan obat tanpa resep dalam penelitian
ini adalah:
a. kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Kriteria Etik Promosi
Obat-WHO (1988), yang meliputi nama zat aktif, nama dagang, indikasi,
peringatan-perhatian, kontraindikasi, nama dan alamat industri farmasi
b. kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 386 tahun 1994, yang meliputi indikasi, informasi keamanan
obat (diasumsikan meliputi peringatan-perhatian dan efek samping), nama
dagang, dan nama industri farmasi
c. kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan
menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994.
4. Zat aktif: komponen obat yang mempunyai efek farmakologis, nama dagang:
nama obat yang diberikan oleh pemilik produk untuk identitas produknya,
indikasi: petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan penyakit, kontraindikasi:
petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan karena berlawanan
dengan kondisi tubuh pemakai, dan efek samping: efek yang timbul tetapi
tidak diinginkan (dapat merugikan atau berbahaya).
5. Klaim indikasi adalah pernyataan tentang indikasi obat yang dicantumkan
dalam iklan.
6. Tayangan acara untuk ibu-ibu adalah jenis acara sinetron, infotainmen, serial
drama, film, telenovela, dan program memasak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia adalah stasiun televisi dalam
negeri dengan jangkauan siaran berskala nasional yang dikelola oleh pihak
swasta, meliputi stasiun televisi A, B, C, dan D.
8. Waktu tayang adalah setiap kurun waktu tayang acara untuk ibu-ibu yang
dipakai dalam penelitian.
9. Frekuensi iklan adalah jumlah tayang (kemunculan) iklan.
10. Jenis iklan adalah macam-macam iklan berdasarkan penggolongan jenis
produk yang diiklankan meliputi obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas
terbatas); obat tradisional (jamu), obat herbal berstandar, fitofarmaka, dan obat
quasi; vitamin, suplemen, obat wajib apotek, dan perbekalan kesehatan rumah
tangga; makanan dan minuman; kosmetika; serta lain-lain. Obat dengan
kandungan vitamin dan mineral yang terdapat tanda lingkaran hijau/biru
bergaris tepi hitam pada kemasannya termasuk jenis iklan obat tanpa resep,
sedangkan yang tidak terdapat tanda tersebut termasuk jenis iklan vitamin,
suplemen, obat wajib apotek, dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
11. Jenis produk adalah nama dagang produk yang diiklankan.
12. Klasifikasi kelas terapi adalah penggolongan obat tanpa resep yang diiklankan
di televisi berdasarkan IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000)
dan indikasi secara umum dengan memperhatikan mekanisme kerja obat,
golongan obat berdasarkan golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, jenis
obat berdasarkan nama dagang obat, sasaran konsumen obat berdasarkan
kelompok dewasa dan anak-anak, serta produsen yaitu berdasarkan nama
produsen obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah iklan obat tanpa resep pada tayangan acara
untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia (A, B, C, D).
Gay (cit., Hasan, 2002) menyatakan bahwa ukuran sampel minimum yang dapat
diterima untuk metode penelitian deskriptif minimal 10% dari populasi, dan untuk
populasi yang relatif kecil minimal 20% dari populasi. Iklan yang ada di televisi
sangat besar jumlahnya dan sulit diketahui dengan pasti berapa jumlahnya, oleh
sebab itu pengambilan sampel ditentukan melalui jumlah stasiun televisi. Dari 10
buah stasiun televisi swasta nasional yang ada di Indonesia sekarang ini,
penelitian ini menggunakan empat stasiun televisi untuk pengambilan data, yang
diharapkan sudah dapat mewakili iklan obat tanpa resep di televisi. Empat stasiun
televisi ini pendapatan iklannya tinggi menurut data tahun 2002, program
acaranya sudah sangat dikenal oleh masyarakat karena lebih awal berdiri
dibandingkan stasiun televisi swasta nasional lainnya, dan banyak menayangkan
acara untuk ibu-ibu.
Subyek penelitian diambil dengan metode purposif. Menurut Hadi
(2004), purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas
sifat-sifat tertentu yang mempunyai sangkut paut erat dengan sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam teknik ini sampel ditetapkan secara
sengaja oleh peneliti didasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu (Faisal, 1989),
atau menurut Nawawi (1998) pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Kriteria subyek penelitian adalah iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia (A, B, C,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D) pada periode Juli 2006 yang ditayangkan selama batas waktu pengamatan
setiap hari: acara pertama diambil mulai pukul 06.30 dan acara terakhir diambil
mulai pukul 21.00. Pada rentang waktu yang ditetapkan untuk pengambilan data
tersebut banyak tayangan acara untuk ibu-ibu dan jumlah iklan obat tanpa
resepnya lebih banyak, sedangkan di luar waktu tersebut tayangan acara untuk
ibu-ibu lebih sedikit dan iklan yang tampil didominasi oleh iklan rokok. Waktu
yang dipilih tersebut juga merupakan waktu pada saat banyak kaum ibu yang
masih menonton televisi, sedangkan di luar waktu tersebut sebagian besar kaum
ibu sudah beristirahat karena harus bangun pagi-pagi keesokan harinya untuk
menyiapkan kebutuhan keluarga.
D. Tata Cara Penelitian
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan dengan analisis situasi dan penentuan
masalah, yaitu melakukan pengamatan awal keseluruhan tayangan iklan di stasiun
televisi swasta nasional Indonesia. Tahap ini dilakukan untuk menentukan stasiun
televisi, jenis acara, dan waktu tayang yang digunakan dalam penelitian.
2. Tahap pengambilan data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung iklan
pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional
Indonesia (A, B, C, D) selama dua minggu (tanggal 12–19 Juli dan 26 Juli–1
Agustus 2006), dengan batas waktu pengamatan setiap hari: acara pertama
diambil mulai pukul 06.30 dan acara terakhir diambil mulai pukul 21.00. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian ini meliputi jenis acara, waktu
tayang, jenis produk, jenis iklan, dan frekuensi iklan, serta untuk iklan obat tanpa
resep diamati kelengkapan informasi dan klaim indikasinya.
3. Tahap penyelesaian data
Data yang diperoleh dari tahap pencatatan data mengalami proses
pengolahan yaitu dengan mengedit dan mengkodekan data. Kemudian dilakukan
analisis data dengan membuat tabel atau gambar sesuai dengan susunan sajian
data yang dibutuhkan dalam penelitian, dan melakukan penghitungan-
penghitungan tertentu sesuai dengan metode statistik yang digunakan dalam
penelitian. Selanjutnya data diinterpretasikan dan ditarik kesimpulannya.
E. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan metode statistik
deskriptif, yaitu sebuah pengolahan statistik yang memungkinkan peneliti untuk
melukiskan dan merangkum hasil pengamatan yang dilakukannya (Faisal, 1989).
Metode statistik ini menggunakan teknik persentase, dan ditampilkan dalam
bentuk tabel atau gambar. Data frekuensi dapat langsung dianalisis, sedangkan
data kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep, dinyatakan
dulu dalam bentuk rasional dan tidak rasional. Dari 56 jenis obat tanpa resep yang
diiklankan pada keempat stasiun televisi, evaluasi kerasionalan hanya dilakukan
untuk 53 jenis obat. Mixagrip®, Lafalos®, dan Vitamin IPI CPL® tidak dievaluasi,
karena data kerasionalan iklannya tidak dapat disajikan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel atau gambar yang dibuat dari data iklan pada tayangan acara untuk
ibu- ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia selama dua minggu,
meliputi:
1. persentase frekuensi jenis iklan pada masing-masing stasiun televisi (A, B, C,
D) dan pada keempat stasiun televisi sekaligus
2. persentase frekuensi iklan obat tanpa resep pada masing-masing stasiun
televisi (A, B, C, D) dan pada keempat stasiun televisi sekaligus, yang
meliputi klasifikasi: jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran
konsumen obat, dan produsen
3. persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep yang meliputi zat
aktif, nama dagang, indikasi, kontraindikasi, peringatan-perhatian, nama
industri farmasi, alamat industri farmasi, serta efek samping
4. evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep
berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988) dan persentasenya
5. evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 dan
persentasenya
6. evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep berdasarkan
mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun
1994 beserta persentasenya.
Mekanisme kerja zat aktif dibuat berdasarkan IONI (Informatorium Obat
Nasional Indonesia 2000), Farmakologi dan Terapi Edisi IV (dengan perbaikan),
Kompendia Obat Bebas Edisi II, DOI (Data Obat di Indonesia) Edisi X, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Medicinal Plants of East and South East Asia (1980). Mekanisme kerja zat aktif
dapat disajikan lengkap untuk semua komposisi zat aktifnya ataupun hanya
sebagian saja, hal itu berkaitan dengan klaim indikasi yang tercantum dalam iklan
obat tanpa resep tersebut.
F. Kesulitan Penelitian
Kendala yang dihadapi penulis dalam melakukan penelitian ini adalah
sulitnya melakukan pengambilan data kelengkapan informasi iklan dan klaim
indikasi untuk iklan obat tanpa resep. Hal ini terjadi karena durasi tayang iklan
yang sangat cepat, sedangkan pada waktu yang bersamaan penulis harus
melakukan pengamatan sekaligus pencatatan data. Masalah ini diatasi dengan
observasi berulang-ulang terhadap setiap penayangan kembali iklan obat tanpa
resep. Namun, ternyata terdapat kendala lain lagi karena untuk beberapa iklan
obat tanpa resep yang sudah tercatat, ada yang tidak ditayangkan lagi ataupun
baru ditayangkan kembali setelah periode waktu tertentu. Dengan demikian,
menyadari bahwa tentunya terdapat keterbatasan kemampuan penulis dalam
melakukan observasi, maka diberikan tambahan waktu khusus untuk mendapatkan
hasil yang terbaik. Kesulitan lainnya adalah jumlah data yang diperoleh dari hasil
observasi sangat banyak, sehingga menuntut ketelitian yang sangat tinggi dan
membutuhkan waktu pengolahan yang cukup lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Jenis Iklan
Frekuensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran
konsumen terhadap suatu produk (Kotler, 2003b). Semakin tinggi frekuensi iklan,
semakin besar pula perhatian konsumen terhadap produk yang diiklankan. Profil
iklan yang disajikan merupakan gambaran distribusi frekuensi iklan pada
tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu,
berdasarkan jenis iklan. Tujuannya adalah untuk mengetahui persentase jenis
iklan obat tanpa resep dari keseluruhan iklan yang ditayangkan.
1. Distribusi frekuensi jenis iklan pada masing-masing stasiun televisi
Persentase frekuensi jenis iklan di setiap stasiun televisi A, B, C, D dapat
dilihat dari grafik pada Gambar 2. Frekuensi jenis iklan obat tanpa resep di stasiun
televisi A ada 717 (8,4%), stasiun televisi B ada 193 (4,4%), stasiun televisi C ada
279 (6%), dan stasiun televisi D ada 257 (5,2%). Iklan obat tanpa resep bisa
ditemukan di semua stasiun televisi, tetapi frekuensi yang paling tinggi terdapat
pada stasiun televisi A. Hal ini menunjukkan bahwa stasiun televisi A mempunyai
banyak keunggulan sebagai media iklan, sehingga lebih dipercaya para produsen
obat tanpa resep untuk mengiklankan produk mereka kepada masyarakat. Sebuah
stasiun televisi akan cenderung dipilih sebuah produsen untuk menjadi media
iklan bila stasiun televisi tersebut dinilai paling berbiaya efektif untuk menarik
konsumen sebanyak-banyaknya (Kotler, 2003b). Pada umumnya stasiun televisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pilihan tersebut memang sudah memiliki kredibilitas yang bagus sebagai media
iklan, memiliki tayangan acara dengan rating yang tinggi, frekuensi iklannya
tinggi, jangkauan siarannya maksimum, dan sasaran pemirsanya luas.
8.4
2.56.5
35.6
13.8
33.3
4.41.53.2
26.3
31.8
32.8
6.02.06.9
33.1
16.2
35.9
5.23.23.4
21.3
22.9
44.0
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
A B C D
stasiun televisi
PERSENTASE JENIS IKLAN PADA MASING-MASING STASIUN TELEVISI
Lain-lain
Kosmetika
Makanan danminuman
Vitamin, suplemen,obat wajib apotek,dan perbekalankesehatan rumahtanggaObat tradisional(jamu), obat herbalberstandar,fitofarmaka, dan obatquasiObat tanpa resep(obat bebas dan obatbebas terbatas)
Gambar 2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing- masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) 2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada keempat stasiun televisi
Jumlah total frekuensi iklan obat tanpa resep pada keempat stasiun
televisi A, B, C, D adalah 1446 dengan persentase 6,4% (lihat Gambar 3). Memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bukan yang paling tinggi jika dibandingkan jenis iklan yang lain, tetapi
merupakan angka frekuensi yang cukup berarti untuk bisa menarik perhatian
konsumen (khususnya ibu-ibu) terhadap obat tanpa resep yang diiklankan. Telah
terbukti bahwa iklan obat melalui media televisi menduduki peringkat pertama
dalam mempengaruhi konsumen obat (Anonim,1997a). Televisi juga diakui
merupakan media dimana iklan obat paling sering ditemukan, terpaut cukup
banyak dengan media iklan lainnya (Zahir, 1996).
PERSENTASE JENIS IKLAN PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI
812236.0%
14466.4%
5262.3%
11825.2%
679530.2%
446419.8%
Obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas)Obat tradisional (jamu), obat herbal berstandar, fitofarmaka, dan obat quasiVitamin, suplemen, obat wajib apotek, dan perbekalan kesehatan rumah tanggaMakanan dan minumanKosmetikaLain-lain
Gambar 3. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Frekuensi iklan makanan dan minuman (30,2%), dan frekuensi iklan
kosmetika (19,8%), lebih tinggi daripada frekuensi iklan obat tanpa resep. Kondisi
ini terjadi karena makanan, minuman, dan kosmetika merupakan produk konsumsi
harian untuk ibu-ibu dan keluarganya, sedangkan obat tanpa resep hanya
dibutuhkan pada saat seseorang menderita sakit. Obat tanpa resep memang
sebaiknya hanya digunakan pada saat tubuh benar-benar membutuhkan bantuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat untuk meredakan rasa sakit, karena penggunaan obat tanpa resep dengan
dosis besar dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya bagi kesehatan konsumen, misalnya parasetamol dapat menyebabkan
kerusakan hepar.
Pada penelitian ini ditemukan iklan obat wajib apotek, yaitu obat dari
golongan obat keras atau obat daftar G yang seharusnya tidak boleh diiklankan di
televisi. Iklan dari satu jenis obat ini muncul di televisi dengan memanfaatkan
kelemahan pernyataan pasal 32 Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998,
bahwa sediaan farmasi yang berupa obat untuk pelayanan kesehatan yang
penyerahannya dilakukan berdasarkan resep dokter hanya dapat diiklankan pada
media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Hal ini bisa
terjadi karena obat wajib apotek memang obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker di apotek.
B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep
Frekuensi iklan ternyata mempunyai pengaruh terhadap konsumen obat
(Anief, 1985). Obat dengan frekuensi iklan yang tinggi menunjukkan tingkat
konsumsi obat yang lebih tinggi dibandingkan obat dengan frekuensi iklan yang
lebih rendah. Gambaran distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu ditampilkan
berdasarkan jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran konsumen
obat, dan produsen. Penyajian dilakukan untuk masing-masing stasiun televisi
maupun gabungan dari keempat stasiun televisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Jenis acara
Jenis acara televisi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tayangan
acara untuk ibu-ibu, yang meliputi sinetron, infotainmen, serial drama, film,
telenovela, dan program memasak. Acara-acara tersebut pada umumnya memang
sangat digemari dan dibutuhkan oleh ibu-ibu. Tayangan acara untuk ibu-ibu
dipilih karena terdapat fenomena di masyarakat bahwa sebagian besar kaum ibu di
negara kita bertanggung jawab memilih obat untuk keluarganya. Faktor
pendukung lainnya adalah wanita lebih suka menggunakan obat tanpa resep
dibandingkan laki-laki (Holt dan Hall, 1990). Wanita lebih sering menggunakan
obat tanpa resep karena wanita mempunyai ambang rasa nyeri dan
ketidaknyamanan relatif lebih rendah daripada laki-laki, dan wanita mempunyai
kepedulian lebih tinggi terhadap kesehatan. Wanita juga melakukan pengobatan
sendiri dengan obat tanpa resep untuk menghemat biaya (Marlinda, 2003b).
Tabel I. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
berdasarkan jenis acara S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D
No. Jenis Acara Σ F % Σ F % Σ F % Σ F %
1. Film 80 11,2 6 3,1 0 0 24 9,3 2. Infotainmen 114 15,9 53 27,5 97 34,8 85 33,1 3. Program memasak 4 2,1 0 0
4. Serial drama 26 13,5 3 1,1
5. Sinetron 523 72,9 104 53,9 162 58,1 147 57,2
6. Telenovela 17 6,1 1 0,4
Total 717 100 193 100 279 100 257 100
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sinetron merupakan jenis
acara yang frekuensi iklan obat tanpa resepnya paling tinggi di stasiun televisi A,
B, C, maupun D, dan frekuensi tertinggi terdapat di stasiun televisi A (72, 9%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal tersebut menunjukkan bahwa sinetron, terutama di stasiun televisi A,
merupakan jenis acara yang dinilai para produsen obat lebih efektif untuk menarik
konsumen ibu-ibu. Acara film di stasiun televisi C dan program memasak di
stasiun televisi D ditayangkan pada pagi atau siang hari yang tidak semua kaum
ibu bisa mengikutinya, oleh sebab itu para produsen obat tanpa resep menganggap
tidak efektif untuk memasang iklan pada jenis acara tersebut (0%).
PERSENTASE JENIS ACARA PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI
7.6%
24.1%
0.3%
2.0%64.7%
1.2% FilmInfotainmenProgram MemasakSerial dramaSinetronTelenovela
Gambar 4. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis acara
Pada keempat stasiun televisi, tentu saja sinetron juga menunjukkan
frekuensi iklan obat tanpa resep tertinggi yaitu sebesar 64,7%. Berdasarkan
pengamatan penulis, sinetron pada jam tayang utama paling banyak iklan obat
tanpa resepnya, khususnya yang ratingnya tinggi. Acara infotainmen juga banyak
iklan obat tanpa resepnya (24,1%). Pada umumnya ibu-ibu sangat menggemari
acara sinetron dan infotainmen, oleh karena itu para produsen meningkatkan
frekuensi iklan produknya pada kedua tayangan ini, agar dapat menarik perhatian
ibu-ibu secara maksimal. Dengan frekuensi yang tinggi, produsen berharap kaum
ibu akan mengingat dengan baik produk obat mereka, kemudian akan membelinya
pada saat ada anggota keluarganya yang membutuhkan obat tanpa resep. Program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
acara memasak paling sedikit iklan obat tanpa resepnya (0,3%), karena durasi
tayangnya relatif pendek dan lebih banyak menayangkan iklan makanan dan
minuman.
2. Kelas terapi
Obat-obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi A, B, C, D
dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas terapi. Persentase frekuensi iklan obat
tanpa resep berdasarkan kelas terapi pada masing-masing stasiun televisi disajikan
dalam Tabel II.
Tabel II. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli
2006) berdasarkan kelas terapi S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D No. Kelas Terapi Σ F % Σ F % Σ F % Σ F %
1. Obat analgesik (nyeri otot dan tulang) 29 4 12 6,2 2 0,7 12 4,7
2. Obat analgesik (sakit kepala, demam)
180 25,1 51 26,4 61 21,9 49 19,1
3. Obat gizi dan darah 60 8,4 9 3,2 6 2,3
4. Obat saluran cerna (diare) 21 2,9 5 1,8 22 8,6
5. Obat saluran cerna (maag) 37 5,2 9 3,2 16 6,2
6. Obat saluran nafas (asma) 29 4 14 5 13 5,1
7. Obat saluran nafas (batuk) 85 11,9 31 16,1 65 23,3 33 12,8
8. Obat saluran nafas (batuk, pilek) 21 2,9 3 1,6 15 5,4 1 0,4
9. Obat saluran nafas (flu) 65 9,1 15 7,8 28 10 3 1,2
10. Obat saluran nafas (flu, batuk) 65 9,1 34 17,6 42 15,1 74 28,8
11. Obat topikal kulit (infeksi jamur) 82 11,4 16 5,7 2 0,8
12. Obat topikal kulit (peredaran darah) 10 1,4
13. Obat topikal mata 33 4,6 47 24,4 13 4,7 26 10,1 Total 717 100 193 100 279 100 257 100
Terdapat 13 kelas terapi obat tanpa resep di stasiun televisi A, 7 di
stasiun televisi B, serta masing-masing 12 di stasiun televisi C dan D. Obat tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
resep yang paling banyak diiklankan di stasiun televisi A dan B adalah kelas
terapi obat analgesik (sakit kepala, demam), stasiun televisi C adalah obat saluran
nafas (batuk), dan stasiun televisi D adalah obat saluran nafas (flu, batuk). Sakit
kepala, demam, batuk, dan flu merupakan penyakit-penyakit ringan yang sering
diderita oleh masyarakat, sangat membutuhkan pengobatan dengan segera karena
mengganggu aktivitas kerja sehari-hari, sehingga obat analgesik dan obat saluran
nafas untuk penyakit-penyakit inilah yang paling banyak diiklankan oleh para
produsen.
PERSENTASE KELAS TERAPI PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI
3.8
23.6
5.2
3.34.3 3.9
14.8
2.8
14.9
6.9
0.7
8.27.7
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
kelas terapi
pers
enta
se (%
)
Obat analgesik (nyeriotot dan tulang)Obat analgesik (sakitkepala, demam)Obat gizi dan darah
Obat saluran cerna(diare)Obat saluran cerna(maag)Obat saluran nafas(asma)Obat saluran nafas(batuk)Obat saluran nafas(batuk, pilek)Obat saluran nafas(flu)Obat saluran nafas(flu, batuk)Obat topikal kulit(infeksi jamur)Obat topikal kulit(peredaran darah)Obat topikal mata
Gambar 5. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan kelas terapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada keempat stasiun televisi, seluruh obat tanpa resep terbagi menjadi
13 macam kelas terapi (lihat Gambar 5). Obat analgesik (sakit kepala, demam),
frekuensi iklannya paling tinggi (23,6%). Hal ini menunjukkan obat analgesik
dengan indikasi sakit kepala, demam adalah obat-obat yang paling banyak
dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Obat topikal kulit untuk
melancarkan peredaran darah frekuensinya paling rendah (0,7%) menunjukkan
bahwa obat-obat kelompok ini hanya dikonsumsi oleh sebagian kecil masyarakat
saja, karena untuk meningkatkan peredaran darah setempat pada nyeri lokal masih
bisa dilakukan cara lain seperti pijat (massage).
3. Golongan obat
PERSENTASE GOLONGAN OBAT PADA MASING-MASING STASIUN TELEVISI
25.4 19.712.9
19.8
74.6 80.387.1
80.2
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
A B C Dstasiun televisi
pers
enta
se (%
)
Obat bebas
Obat bebas terbatas
Gambar 6. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat
Obat tanpa resep terdiri dari golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.
Frekuensi yang paling tinggi untuk iklan obat bebas terdapat di stasiun televisi A
(25,4%), sedangkan iklan obat bebas terbatas di stasiun televisi C (87,1%). Hal
ini menunjukkan stasiun televisi A paling banyak menayangkan iklan obat bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tetapi paling sedikit menayangkan iklan obat bebas terbatas, dan kondisi ini
berkebalikan dengan stasiun televisi C.
Obat tanpa resep yang diiklankan pada keempat stasiun televisi jauh
lebih banyak golongan obat bebas terbatas (78,8%) daripada obat bebas (21,2%).
Hal ini terjadi karena pada saat penelitian ini dilakukan, obat batuk, obat flu, serta
obat flu dan batuk yang pada umumnya termasuk golongan obat bebas terbatas
banyak diiklankan di televisi, terutama obat-obat untuk mengatasi flu dan batuk
sekaligus yang merupakan produk obat baru di pasaran.
PERSENTASE GOLONGAN OBAT PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI
21.2%
78.8%
Obat bebasObat bebas terbatas
Gambar 7. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu
pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat
Berdasarkan tingkat keamanan obat, obat bebas lebih aman daripada obat
bebas terbatas. Penggunaan obat bebas terbatas memang tidak memerlukan
pengawasan dokter, tetapi terbatas sesuai dengan tanda peringatan pada
kemasannya. Fenomena bahwa lebih banyak obat bebas terbatas yang diiklankan
di televisi menuntut kecermatan lebih tinggi dari konsumen, karena penggunaan
obat bebas terbatas harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan.
4. Jenis obat
Frekuensi iklan obat tanpa resep berdasarkan jenis obat ditampilkan
untuk setiap golongan obat dalam Tabel III dan Tabel IV. Iklan obat tanpa resep di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
stasiun televisi A meliputi 43 jenis obat, stasiun televisi B meliputi 16 jenis obat,
stasiun televisi C meliputi 29 jenis obat, dan stasiun televisi D meliputi 27 jenis
obat. Jenis obat di stasiun televisi A paling banyak, menunjukkan stasiun televisi
A sebagai stasiun televisi swasta nasional Indonesia yang paling efektif untuk
menjadi media iklan obat tanpa resep, terbukti banyak produsen obat yang
mempercayakan produknya untuk diiklankan. Jenis obat di stasiun televisi B
paling sedikit, menunjukkan stasiun televisi B dinilai tidak terlalu efektif untuk
dijadikan media iklan oleh para produsen obat tanpa resep. Faktor-faktor yang
mungkin menyebabkan kondisi ini adalah biaya pemasangan iklan di stasiun
televisi B relatif lebih tinggi daripada stasiun televisi A, C, D atau jangkauan
pemirsanya dianggap kurang luas.
Tabel III. Distribusi frekuensi iklan obat bebas pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat
S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D No. Jenis Obat Σ F % Σ F % Σ F % Σ F %
1. Biogesic Anak 18 2,5 9 3,2 2. Bodrex 5 0,7 1 0,5 3 1,2 3. Bodrexin 1 0,1 2 0,7 4. Contrexyn 11 1,5 5. Inzana 30 4,2 9 3,2 6. Lafalos 10 1,4 7. Laserin 3 0,4 3 1,1 8. Mylanta 32 4,5 8 2,9 9. Neo Entrostop 21 2,9 5 1,8 22 8,6 10. Neo Ultracap 14 2 11. Obat Sakit Kepala Cap 19 4 1,6 12. Oskadon 19 2,6 14 7,3 1 0,4 13. Panadol Extra 9 1,3 23 11,9 14. Poldan Mig 9 1,3 15 5,8 15. Vitamin IPI A 1 0,4 16. Vitamin IPI B complex 1 0,4 17. Vitamin IPI B1 1 0,4 18. Vitamin IPI B12 1 0,4 19. Vitamin IPI C 1 0,4 20. Vitamin IPI CPL 1 0,4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Distribusi frekuensi iklan obat bebas terbatas pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat
S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D No. Jenis Obat Σ F % Σ F % Σ F % Σ F %
1. Actifed Ekspektoran 4 0,6 2. Anakonidin 16 2,2 11 3,9 3. Asthma soho 13 5,1 4. Bodrex Flu & Batuk 16 2,2 11 5,7 6 2,2 9 3,5 5. Bodrex Migra 27 3,8 22 7,9 6. Bodrexin Flu & Batuk 2 0,7 7. Canesten 21 2,9 15 5,4 8. Creobic 1 0,4 2 0,8 9. Decolgen 17 2,4 7 2,5
10. Fatigon 46 6,4 9 3,2 11. Fungiderm 33 4,6 12. Insto 6 0,8 47 24,4 13. Inza 11 1,5 7 2,5 14. Komix G 16 6,2 15. Mixagrip 1 0,4 2 0,8 16. Mixagrip Flu & Batuk 34 4,7 11 5,7 24 8,6 56 21,8 17. Neo Napacin 29 4 14 5 18. Neo Rheumacyl 7 1 4 2,1 4 1,6 19. Neo Rheumacyl Neuro 8 1,1 20. Neo Ultrasiline 28 3,9 21. Neosanmag Fast 5 0,7 1 0,4 16 6,2 22. Neuralgin 21 2,9 8 2,9 10 3,9 23. OBH Combi Batuk Pilek 1 0,1 3 1,6 4 1,4 1 0,4 24. OBH Tropica Plus 12 6,2 9 3,5 25. Oskadon SP 14 2 8 4,1 2 0,7 8 3,1 26. Paramex 19 2,6 7 3,6 11 3,9 16 6,2 27. Paramex Flu & Batuk 15 2,1 10 3,6 28. Procold 4 0,6 13 4,7 29. Sanaflu 3 0,4 30. Sanaflu Forte 3 0,4 31. Saridon 11 1,5 6 3,1 32. Ultraflu 27 3,8 15 7,8 1 0,4 33. Vicks Formula 44 28 3,9 15 7,8 28 10 17 6,6 34. Visine 27 3,8 13 4,7 26 10,1 35. Woods Antitusif 27 3,8 8 4,1 17 6,1 36. Woods Ekspektoran 27 3,8 8 4,1 17 6,1
Jenis obat dengan frekuensi iklan tertinggi di stasiun televisi A adalah
Fatigon® (6,4%), Insto® (24,4%) di stasiun televisi B, Vicks Formula 44® (10%)
di stasiun televisi C, serta Mixagrip Flu & Batuk® (21,8%) di stasiun televisi D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keempat obat tanpa resep dengan frekuensi iklan yang tinggi tersebut tentunya
diharapkan mampu menarik minat yang lebih tinggi pada pemirsa masing-masing
stasiun televisi.
Tabel V. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat No. Jenis Obat Σ F %
1. Actifed Ekspektoran 4 0,3
2. Anakonidin 27 1,9
3. Asthma Soho 13 0,9
4. Biogesic Anak 27 1,9
5. Bodrex 9 0,6
6. Bodrex Flu & Batuk 42 2,9
7. Bodrex Migra 49 3,4
8. Bodrexin 3 0,2
9. Bodrexin Flu & Batuk 2 0,1
10. Canesten 36 2,5
11. Contrexyn 11 0,8
12. Creobic 3 0,2
13. Decolgen 24 1,7
14. Fatigon 55 3,8
15. Fungiderm 33 2,3
16. Insto 53 3,7
17. Inza 18 1,2
18. Inzana 39 2,7
19. Komix G 16 1,1
20. Lafalos 10 0,7
21. Laserin 6 0,4
22. Mixagrip 3 0,2
23. Mixagrip Flu & Batuk 125 8,6
24. Mylanta 40 2,8
25. Neo Entrostop 48 3,3
26. Neo Napacin 43 3
27. Neo Rheumacyl 15 1
28. Neo Rheumacyl Neuro 8 0,6
29. Neo Ultracap 14 1
30. Neo Ultrasiline 28 1,9
31. Neosanmag Fast 22 1,5
32. Neuralgin 39 2,7
33. Obat Sakit Kepala Cap 19 4 0,3
34. OBH Combi Batuk Pilek 9 0,6
35. OBH Tropica Plus 21 1,5
36. Oskadon 34 2,4
37. Oskadon SP 32 2,2
38. Panadol Extra 32 2,2
39. Paramex 53 3,7
40. Paramex Flu & Batuk 25 1,7
41. Poldan Mig 24 1,7
42. Procold 17 1,2
43. Sanaflu 3 0,2
44 Sanaflu Forte 3 0,2
45. Saridon 17 1,2
46. Ultraflu 43 3
47. Vicks Formula 44 88 6,1
48. Visine 66 4,6
49. Vitamin IPI A 1 0,1
50. Vitamin IPI B complex 1 0,1
51. Vitamin IPI B1 1 0,1
52. Vitamin IPI B12 1 0,1
53 Vitamin IPI C 1 0,1
54. Vitamin IPI CPL 1 0,1
55. Woods Antitusif 52 3,6
56. Woods Ekspektoran 52 3,6
Total 1446 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara keseluruhan terdapat 56 jenis obat tanpa resep pada keempat
stasiun televisi. Persentase setiap jenis obat tanpa resep yang diiklankan pada
keempat stasiun televisi dapat dilihat pada Tabel V. Data pada tabel tersebut
menunjukkan bahwa jenis obat yang frekuensi iklannya paling tinggi adalah
Mixagrip Flu & Batuk® (8,6%), sedangkan yang paling rendah adalah Vitamin
IPI®. Berdasarkan pengamatan penulis, pada saat penelitian ini dilakukan obat
Mixagrip Flu dan Batuk® merupakan produk baru untuk mengatasi flu dan batuk
sekaligus, yang pertama kali diiklankan di televisi. Berkaitan dengan hal tersebut,
wajar jika produsen berusaha semaksimal mungkin untuk menarik perhatian
konsumen salah satunya dengan meningkatkan frekuensi iklan, sebelum muncul
iklan-iklan lain untuk produk obat sejenis.
5. Sasaran konsumen obat
PERSENTASE SASARAN KONSUMEN PADA MASING-MASING STASIUN TELEVISI
10.6 0.0 11.8 0.0
89.4 100.0 88.2 100.0
0.0
50.0
100.0
150.0
A B C D
stasiun televisi
pers
enta
se (%
)
Anak-anakDewasa
Gambar 8. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan sasaran konsumen
Sasaran konsumen obat tanpa resep meliputi konsumen dewasa dan anak-
anak. Anak-anak memerlukan dosis obat yang lebih rendah dibandingkan orang
dewasa. Pemberian obat dengan dosis untuk dewasa pada anak-anak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menimbulkan keracunan bagi tubuh, sedangkan pemberian dosis anak-anak untuk
orang dewasa menyebabkan obat tidak berkhasiat. Obat pada dasarnya merupakan
bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat
dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau
memelihara kesehatan (Anonim, 1997b).
Dari Gambar 8 diketahui obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun
televisi A, B, C, D lebih banyak ditujukan untuk konsumen dewasa. Pada stasiun
televisi B dan D bahkan tidak ditemukan iklan obat tanpa resep untuk anak-anak.
Hasil total dari keempat stasiun televisi menunjukkan frekuensi iklan obat tanpa
resep untuk dewasa (92,5%) jauh lebih besar daripada anak-anak (7,5%) (lihat
Gambar 9). Kondisi ini terjadi karena sebenarnya obat untuk konsumen dewasa
juga dapat diberikan untuk anak-anak asal diberikan dalam dosis yang sesuai.
Aturan dosis pemakaian untuk anak-anak biasanya dicantumkan juga dalam
kemasan obat-obat tanpa resep untuk dewasa yang beredar di pasaran.
PERSENTASE SASARAN KONSUMEN OBAT PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI
7.5%
92.5%
Anak-anakDewasa
Gambar 9. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-
ibu pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan sasaran konsumen 6. Produsen
Tidak semua produsen obat tanpa resep mengiklankan produknya di
semua stasiun televisi, artinya ada yang hanya memilih stasiun televisi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Produsen tentunya hanya memilih stasiun televisi yang paling tepat untuk menjadi
media iklan produk mereka. Terdapat 16 produsen yang mengiklankan produknya
di stasiun televisi A, 11 produsen di stasiun televisi B, 13 produsen di stasiun
televisi C, dan 15 produsen di stasiun televisi D. Persentase frekuensi iklan setiap
produsen obat tanpa resep dapat dilihat pada Tabel VI.
Produsen yang paling banyak iklan obat tanpa resepnya di stasiun televisi
A dan C adalah Konimex, Sterling di stasiun televisi B, dan Dankos di stasiun
televisi D. Pada keempat stasiun televisi, Konimex, Kalbe Farma, dan Dankos
adalah para produsen obat tanpa resep dalam negeri yang paling banyak
mengiklankan produknya di televisi. Hasil sebuah pengamatan menyatakan tiga
produsen dalam negeri yang mendominasi di pasar obat-obatan yang dijual bebas
adalah Konimex, Tempo Scan Pacific, dan Kalbe Farma. Dinyatakan pula bahwa
Konimex tampil mendominasi karena memiliki tiga produk andalan yaitu
Konidin®, Inza®, dan Paramex® (Herdiawan, Wicaksono, Ratnasari, Febryanto,
dan Darmawan, 2005). Dalam penelitian ini, Dankos lebih banyak iklannya
daripada Tempo Scan Pacific karena Dankos mempunyai produk andalan baru
yaitu Mixagrip Flu & Batuk® yang diiklankan secara besar-besaran pada keempat
stasiun televisi, sedangkan frekuensi iklan obat tanpa resep produksi Konimex
paling tinggi karena mempunyai produk-produk seperti Neo Napacin®, Inzana®,
Fungiderm®, Anakonidin®, serta produk barunya Paramex Flu & Batuk®.
Paramex® memang diiklankan pada keempat stasiun televisi, Inza® juga
diiklankan di dua stasiun televisi, tetapi Konidin® sedang tidak diiklankan pada
saat penelitian ini dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VI. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan produsen
S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D S. Televisi A, B, C, D No. Produsen
Σ F % Σ F % Σ F % Σ F % Σ F %
1. PT. Bayer Indonesia Tbk 21 2,9 15 5,4 36 2,5
2. PT. Bintang Toedjoe 16 6,2 16 1,1
3. PT. Combiphar Farma 1 0,1 3 1,6 4 1,4 1 0,4 9 0,6
4. PT. Dankos Laboratories Tbk 80 11,2 11 5,7 34 12,2 58 22,6 183 12,7
5. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 28 3,9 15 7,8 28 10 17 6,6 88 6,1
6. PT. Glaxo Smith Kline 4 0,6 4 0,3
7. PT. Henson Farma 69 9,6 15 7,8 1 0,4 85 5,9
8. PT. Irawan Djaja Agung 4 1,6 4 0,3
9. PT. Kalbe Farma 100 13,9 16 8,3 60 21,5 32 12,5 208 14,4
10. PT. Konimex Pharm. Laboratories 153 21,3 7 3,6 62 22,2 16 6,2 238 16,5
11. PT. Kotra Pharma 1 0,4 2 0,8 3 0,2
12. PT. Mecosin Indonesia 3 0,4 3 1,1 6 0,4
13. PT. Medifarma Laboratories 35 4,9 16 5,7 51 3,5
14. PT. Pfizer Indonesia Tbk 59 8,2 21 7,5 26 10,1 106 7,3
15. PT. Roche Indonesia 11 1,5 6 3,1 17 1,2
16. PT. Sanbe Farma 30 4,2 1 0,4 31 12,1 62 4,3
17. PT. Soho Industri Pharmasi 13 5,1 13 0,9
18. PT. Sterling Products Indonesia 15 2,1 70 36,3 85 5,9
19. PT. Supra Ferbindo Farma 44 6,1 22 11,4 2 0,7 15 5,8 83 5,7
20. PT. Tempo Scan Pacific Tbk 64 8,9 16 8,3 32 11,5 16 6,2 128 8,9
21. PT. Tropica Mas Pharmaceuticals Industry 12 6,2 9 3,5 21 1,5 Total 717 100 193 100 279 100 257 100 1446 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang
melihatnya, sehingga dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat. Konimex,
Kalbe Farma, dan Dankos sebagai para produsen yang frekuensi iklannya di
televisi paling tinggi (lebih dari 10%), terutama Konimex dengan frekuensi iklan
tertinggi, tentunya mengharapkan iklannya berdampak lebih kuat terhadap
masyarakat pemirsa televisi dibandingkan obat-obat tanpa resep dari produsen lain
dalam penelitian ini. Dengan memberikan dampak yang kuat tersebut, selanjutnya
diharapkan dapat terwujud tingkat konsumsi masyarakat yang relatif lebih tinggi
terhadap obat tanpa resep produksi mereka, sehingga biaya yang relatif besar
untuk pemasangan iklan dapat segera kembali melalui hasil penjualan obat,
bahkan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep
Iklan-iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di media televisi swasta
umumnya mempunyai durasi yang pendek, hal ini dikarenakan mahalnya biaya
pembuatan sekaligus penayangannya, bahkan menurut Kotler (2003b) biaya iklan
di televisi naik lebih cepat daripada media iklan lainnya. Sebagian besar produsen
obat tanpa resep tentunya hanya memikirkan cara untuk mendapatkan keuntungan
yang semaksimal mungkin dengan biaya pemasangan iklan yang tidak terlalu
besar, sehingga mereka tidak mau memperdulikan akibatnya bagi konsumen.
Pendeknya durasi tayangan membuat daya tangkap konsumen menjadi terbatas,
sebab informasi tentang obat yang diiklankan tidak memungkinkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditayangkan semuanya. Hal ini membuat peran iklan sebagai sarana atau sumber
informasi obat tanpa resep bagi masyarakat menjadi tidak efektif.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa 20,78% responden
mengakui bahwa kelengkapan informasilah yang membuat iklan obat televisi
menjadi menarik (Primantana, 2001). Iklan dianggap merupakan sarana informasi
awal untuk memilih suatu produk obat. Informasi awal yang dirasakan lengkap
akan menarik konsumen untuk menggunakan obat tanpa resep yang diiklankan.
Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep
dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO
(1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Iklan obat tanpa
resep dinilai rasional bila terdapat semua informasi yang harus dicantumkan, dan
tidak rasional bila ada salah satu informasi yang tidak dicantumkan.
Menurut Kriteria Etik Promosi Obat–WHO (1988), iklan obat yang
ditujukan kepada masyarakat awam harus mencantumkan informasi zat aktif,
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, serta nama dan
alamat industri farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun
1994, iklan obat di media televisi harus mencantumkan indikasi, informasi
keamanan obat, nama dagang, dan nama industri farmasi. Dijabarkan lebih lanjut
bahwa informasi obat harus lengkap, yaitu harus mencantumkan tidak hanya
informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal
yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping. Iklan
obat juga harus mencantumkan spot peringatan perhatian (BACA ATURAN
PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, salah satunya
hanya disebutkan bahwa iklan obat harus mencantumkan informasi keamanan
obat. Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai klasifikasi informasi yang harus
dicantumkan sebagai informasi keamanan obat. Pada umumnya, informasi
keamanan obat meliputi peringatan-perhatian, kontraindikasi, dan efek samping.
Dalam penelitian ini, informasi keamanan obat diasumsikan hanya meliputi
peringatan-perhatian dan efek samping. Iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini
sudah dinilai rasional meskipun tidak mencantumkan kontraindikasi, dengan
pertimbangan durasi tayang iklan obat di televisi yang relatif singkat memang
kurang memungkinkan untuk dapat mencantumkan semua informasi. Dengan
demikian, iklan obat tanpa resep dinilai rasional menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No. 386 tahun 1994 bila mencantumkan indikasi, peringatan-perhatian,
efek samping, nama dagang, dan nama industri farmasi.
Hasil evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep
berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988) maupun berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, disajikan untuk setiap kelas
terapi pada Tabel VII–XVIII.
Tabel VII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat analgesik (nyeri otot dan tulang) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi
A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Kerasionalan
No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes No. 386 /1994
1. Neo Rheumacyl nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian tidak rasional tidak rasional
2. Neo Rheumacyl Neuro
zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
3. Oskadon SP nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data pada Tabel VII menunjukkan bahwa kelengkapan informasi iklan
obat analgesik (nyeri otot dan tulang) tanpa resep dinilai tidak rasional
berdasarkan kedua kriteria iklan, sehingga tidak banyak memberikan informasi
kepada masyarakat. Iklan Neo Rheumacyl Neuro® lebih lengkap informasinya
dibandingkan Neo Rheumacyl® dan Oskadon SP®.
Tabel VIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat analgesik (sakit kepala, demam) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Biogesic Anak nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
2. Bodrex nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
3. Bodrex Migra zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
4. Bodrexin nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
5. Contrexyn nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
6. Inzana nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
7. Neuralgin nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian tidak rasional tidak rasional
8. Obat Sakit Kepala Cap 19
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
9. Oskadon nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
10. Panadol Extra nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian tidak rasional tidak rasional
11. Paramex zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
12. Poldan Mig nama dagang, indikasi, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
13. Saridon nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Semua iklan obat tanpa resep kelompok obat analgesik (sakit kepala,
demam) tanpa resep dinilai tidak rasional kelengkapan informasi iklannya
menurut Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988), tetapi berdasarkan Keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 iklan Bodrexin®, Oskadon®, dan
Paramex® dinilai rasional. Dibandingkan iklan lain dalam kelompok ini, iklan
Paramex® memberikan informasi yang paling banyak bagi pemirsa televisi
sebagai konsumen obat tanpa resep.
Dari Tabel IX, diketahui semua iklan obat gizi dan darah tanpa resep
dalam penelitian ini tidak mencantumkan dengan lengkap informasi obat
berdasarkan kedua kriteria iklan, sehingga semuanya dinyatakan tidak rasional.
Iklan Neo Ultracap® lebih lengkap informasinya dibandingkan obat gizi dan darah
tanpa resep yang lain. Apabila konsumen memilih obat berdasarkan kelengkapan
informasi iklan, maka Neo Ultracap® akan lebih banyak dikonsumsi oleh
masyarakat.
Tabel IX. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat gizi dan darah tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Fatigon nama dagang, indikasi, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
2. Neo Ultracap zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
3. Vitamin IPI A nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
4. Vitamin IPI B complex
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
5. Vitamin IPI B1 nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
6. Vitamin IPI B12 nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
7. Vitamin IPI C nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Dari Tabel X dan XI diketahui bahwa iklan Neo Entrostop®, Mylanta®,
dan Neosanmag Fast®, tidak rasional kelengkapan informasinya berdasarkan
kedua kriteria iklan. Informasi iklan obat tanpa resep Neosanmag Fast® lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lengkap dibandingkan Mylanta®. Oleh sebab itu, iklan Neosanmag Fast® bisa
memberikan informasi yang lebih banyak kepada masyarakat pengguna obat tanpa
resep untuk mengatasi gangguan penyakit maag.
Tabel X. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran cerna (diare) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Neo Entrostop nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Tabel XI. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran cerna (maag)
tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Mylanta nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
2. Neosanmag Fast zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
Tabel XII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (asma)
tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Asthma Soho nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
2. Neo Napacin nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Data Tabel XII menunjukkan iklan Asthma Soho® dan Neo Napacin®
tidak rasional kelengkapan informasinya menurut Kriteria Etik Promosi Obat-
WHO (1988) maupun Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994.
Berdasarkan hasil evaluasi ini, informasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa
resep di televisi saja belum mencukupi untuk dijadikan dasar pemilihan obat,
karena tidak banyak informasi yang bisa diberikan kepada masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Komix G nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
2. Laserin zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
3. Vicks Formula 44
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
4. Woods Antitusif nama dagang, indikasi, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
5. Woods Ekspektoran
nama dagang, indikasi, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Semua iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep yang didapatkan
dalam penelitian ini, juga dinilai tidak rasional kelengkapan informasi iklannya.
Informasi yang dicantumkan dalam iklan obat Laserin® lebih lengkap
dibandingkan obat batuk lainnya (lihat Tabel XIII). Sebuah penelitian tentang
pemilihan obat batuk menunjukkan bahwa obat batuk tanpa resep yang paling
sering digunakan responden adalah Laserin® (24,3%) (Wulandari, 2004). Hal ini
bisa jadi membuktikan bahwa kelengkapan informasi iklan cukup berpengaruh
terhadap pemilihan obat di kalangan masyarakat.
Tabel XIV. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Actifed Ekspektoran
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
2. Anakonidin nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
3. OBH Combi Batuk Pilek
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, hanya
iklan Anakonidin® yang dinilai rasional dari segi kelengkapan informasinya. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
evaluasi ini berbeda bila ditinjau dari Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988),
yang menyatakan ketiga jenis obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep dalam
penelitian ini tidak rasional. Anakonidin® merupakan obat tanpa resep untuk
konsumen anak-anak, sehingga yang berperan untuk memilih obat ini
kemungkinan besar adalah para ibu. Berkaitan dengan hal itu, maka seandainya
tingkat konsumsi obat Anakonidin® di masyarakat cukup tinggi, ada kemungkinan
bahwa kaum ibu sudah mampu memilih obat untuk keluarga berdasarkan
kerasionalan kelengkapan informasi iklan.
Tabel XV. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D
selama dua minggu (periode Juli 2006) Kerasionalan
No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes No. 386/1994
1. Decolgen nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
2. Inza nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
3. Procold zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
4. Sanaflu zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
5. Sanaflu Forte zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
6. Ultraflu nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Flu merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat, sehingga
kaum ibu diharapkan cukup terampil dalam memilih obat-obat tanpa resep untuk
mengatasi penyakit flu. Kaum ibu yang menjadikan iklan sebagai acuan dalam
pemilihan obat tanpa resep, seharusnya memperhatikan dengan teliti informasi-
informasi yang disajikan dalam iklan. Data pada Tabel XV menunjukkan tidak ada
iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep dalam penelitian ini yang kelengkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
informasinya dinilai rasional menurut Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988).
Penilaian ini berbeda menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994,
karena terdapat tiga jenis obat tanpa resep yang kelengkapan informasi iklannya
dinilai rasional.
Tabel XVI. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi
A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Kerasionalan
No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes No. 386/1994
1. Bodrex Flu & Batuk
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
2. Bodrexin Flu & Batuk
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
3. Mixagrip Flu & Batuk
zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
4. OBH Tropica Plus
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi, efek samping
tidak rasional rasional
5. Paramex Flu & Batuk
nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, efek samping tidak rasional tidak rasional
Iklan Bodrex Flu & Batuk®, Bodrexin Flu & Batuk®, serta OBH Tropica
Plus® dinilai tidak rasional kelengkapan informasi iklannya berdasarkan Kriteria
Etik Promosi Obat-WHO (1988) tetapi rasional menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No. 386 tahun 1994, sedangkan yang lain dinilai tidak rasional ditinjau
dari kedua kriteria iklan. Ketiga iklan obat tanpa resep untuk mengatasi flu dan
batuk yang sudah dinilai rasional, seharusnya memperoleh kepercayaan lebih
tinggi dari masyarakat khususnya ibu-ibu sebagai sasaran utama iklan pada
penelitian ini, karena memberikan informasi yang lebih lengkap.
Dari Tabel XVII dan XVIII diketahui iklan obat tanpa resep yang meliputi
iklan obat topikal kulit (infeksi jamur) dan iklan obat topikal mata , dinilai tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rasional kelengkapan informasi iklannya berdasarkan kedua kriteria iklan. Iklan
obat tanpa resep yang tidak rasional kelengkapan informasi iklannya tidak dapat
memberikan informasi yang cukup bagi masyarakat pengguna obat, akibatnya
dapat menyebabkan pemakaian obat yang tidak rasional. Canesten® dan Creobic®
lebih lengkap informasi iklannya dibandingkan Fungiderm® dan Neo Ultrasiline®,
sedangkan Visine® lebih lengkap informasi iklannya dibandingkan Insto®.
Berdasarkan kelengkapan informasi iklannya, Canesten®, Creobic®, dan Visine®
seharusnya lebih berpeluang untuk menjadi obat tanpa resep pilihan, selama kerja
obat tidak menimbulkan efek samping tertentu yang merugikan pemakainya.
Tabel XVII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Canesten zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
2. Creobic zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi
tidak rasional tidak rasional
3. Fungiderm nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
4. Neo Ultrasiline nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian tidak rasional tidak rasional
Tabel XVIII. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat topikal mata tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) Kep.Men.Kes
No. 386/1994
1. Insto nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian tidak rasional tidak rasional
2. Visine nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional
Secara keseluruhan, informasi-informasi yang harus dicantumkan dalam
iklan obat tanpa resep berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 terdiri dari komposisi zat aktif,
nama dagang, indikasi, kontraindikasi, peringatan-perhatian, nama industri
farmasi dan alamatnya, serta efek samping obat. Semua informasi-informasi
tersebut sangat dibutuhkan masyarakat pengguna obat tanpa resep, agar dapat
melakukan pengobatan sendiri yang aman dan efektif atau pengobatan yang
rasional. Hal itu disebabkan semakin lengkap informasi tentang obat yang
disajikan dalam sebuah iklan, konsumen semakin dapat menilai apakah obat yang
diiklankan tersebut sesuai atau tidak untuk penyakit dan kondisi kesehatan
tubuhnya. Dengan kata lain, semakin lengkap informasi sebuah iklan obat tanpa
resep, semakin besar pula manfaat iklan tersebut dalam membantu proses
pemilihan dan penggunaan obat tanpa resep di kalangan masyarakat.
Zat aktif adalah komponen obat yang mempunyai efek farmakologis atau
mempunyai khasiat pengobatan. Sebuah obat tanpa resep dapat memiliki satu atau
lebih zat aktif. Informasi komposisi zat aktif perlu dicantumkan dalam iklan obat
tanpa resep agar masyarakat dapat membuktikan kebenaran klaim indikasi yang
disajikan dalam iklan. Konsumen membutuhkan informasi zat aktif dalam iklan
obat tanpa resep agar dapat memilih obat yang tepat indikasinya, karena banyak
iklan obat tanpa resep menginformasikan indikasi sebuah obat secara berlebihan
atau tidak sesuai dengan mekanisme kerja zat aktifnya. Kurangnya informasi
mendasar tentang susunan zat aktif menyebabkan masih banyak kaum ibu
memilih obat tanpa resep hanya berdasarkan merek obat yang tersedia di pasaran
(Marlinda, 2003). Menyadari begitu pentingnya informasi zat aktif bagi
konsumen, sangat disayangkan apabila Keputusan Menteri Kesehatan No. 386
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tahun 1994 hanya mewajibkan pencantuman informasi zat aktif obat pada iklan di
media cetak saja. Dari 53 jenis obat tanpa resep yang dievaluasi kerasionalan
kelengkapan iklannya, Neo Rheumacyl Neuro®, Bodrex Migra®, Paramex®, Neo
Ultracap®, Neosanmag Fast®, Laserin®, Procold®, Sanaflu® dan Sanaflu Forte®,
Mixagrip Flu & Batuk®, Canesten®, serta Creobic® sudah mencantumkan
informasi zat aktif dalam iklannya di media televisi .
Nama dagang perlu dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep, agar
konsumen dapat mengingat dengan baik produk obat tanpa resep yang diiklankan.
Beberapa jenis obat dapat mempunyai komposisi zat aktif yang sama, karena itu
lebih mudah bagi masyarakat untuk mengingat nama dagang daripada mengingat
nama obat yang dikandungnya apalagi bila dalam sebuah obat tanpa resep
terkandung beberapa macam obat sekaligus. Nama dagang sebuah obat tanpa
resep biasanya langsung dapat mengingatkan konsumen tentang indikasi atau
khasiat obat, oleh sebab itu banyak masyarakat yang membeli obat tanpa resep
hanya berdasarkan nama dagang (merek) obatnya saja. Semua iklan obat tanpa
resep dalam penelitian ini mencantumkan informasi nama dagang.
Indikasi atau petunjuk kegunaan obat secara spesifik dalam pengobatan
penyakit merupakan informasi yang selalu dicantumkan dalam iklan obat tanpa
resep. Indikasi perlu disampaikan agar konsumen dapat memilih obat yang tepat
untuk mengatasi gangguan kesehatannya, sehingga dapat tercapai tujuan
pengobatan yang diharapkan. Konsumen harus mencermati indikasi yang
disampaikan iklan-iklan obat tanpa resep di televisi untuk menghindari
penggunaan obat di luar indikasinya, karena dapat menimbulkan keracunan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengguna obat dan menyebabkan kegagalan terapi. Penggunaan obat di luar
indikasinya dapat berupa kesalahan dalam penggunaan maupun penyalahgunaan
obat. Penggunaan yang salah suatu jenis obat masih sering dilakukan oleh
masyarakat misalnya menggunakan jenis obat tertentu untuk dimanfaatkan efek
sampingnya bukan sesuai indikasinya, padahal perilaku seperti ini keliru dan
dapat membahayakan kesehatan. Sebagai contoh adalah menggunakan obat batuk
yang berdasarkan pengalamannya dapat menyebabkan mengantuk, kemudian
selanjutnya digunakan untuk membantu memudahkan tidur.
Kontraindikasi merupakan petunjuk penggunaan obat yang tidak
diperbolehkan karena berlawanan dengan kondisi tubuh pemakai (Anief, 1995).
Kontraindikasi juga penting disampaikan dalam iklan obat tanpa resep, karena
dalam kondisi tertentu yang dialami seorang pengguna obat, penggunaan obat-
obat tertentu untuk menyembuhkan suatu penyakit ternyata justru dapat
membahayakan atau memperparah kondisinya, sehingga dengan mengetahui
kontraindikasi konsumen dapat menghindari resiko tersebut. Sebagai contoh
adalah penggunaan obat tanpa resep yang mengandung parasetamol pada
seseorang yang memiliki gangguan fungsi hepar maka akan memperparah kondisi
heparnya. Dalam penelitian ini, tidak terdapat iklan obat tanpa resep yang
mencantumkan informasi kontraindikasi. Durasi tayang iklan obat tanpa resep di
televisi yang begitu singkat menjadi faktor penyebab sulitnya menginformasikan
kontraindikasi. Faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak dicantumkannya
kontraindikasi adalah adanya kekhawatiran produsen akan munculnya ketakutan
masyarakat secara berlebihan untuk mengkonsumsi suatu obat tanpa resep bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengetahui kontraindikasinya lebih dulu, dan sebagai akibatnya produknya tidak
laku di pasaran. Bagaimanapun juga kontraindikasi perlu disampaikan dalam
iklan, dan informasi sebaiknya diberikan dalam istilah dan bahasa yang sederhana
sehingga dapat dimengerti oleh masyarakat awam.
Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian (BACA
ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER), dan
ditayangkan minimal tiga detik untuk iklan media televisi. Hampir semua iklan
obat tanpa resep dalam penelitian ini sudah mencantumkan spot peringatan
perhatian pada akhir penayangan iklan, hanya iklan Poldan Mig®, Fatigon®,
Woods Antitusif®, dan Woods Ekspektoran® yang tidak mencantumkan. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa berdasarkan pengamatan penulis penayangan
spot peringatan perhatian iklan obat tanpa resep di media televisi rata-rata kurang
dari tiga detik, sehingga hampir tidak dapat teramati oleh pemirsa. Peringatan-
perhatian perlu disampaikan dalam sebuah iklan obat tanpa resep untuk memberi
petunjuk kepada konsumen agar sebelum mengkonsumsi obat mereka harus
membaca dulu aturan pakai yang tertera pada kemasan obatnya. Peringatan-
perhatian juga mengingatkan konsumen bahwa apabila setelah pemakaian obat
tanpa resep dalam kurun waktu tertentu tidak terjadi peningkatan kondisi tubuh
atau penurunan gejala-gejala sakit seperti yang diharapkan, maka konsumen
pemakai obat harus segera pergi ke dokter untuk mendapatkan diagnosa dan
peresepan yang tepat sesuai penyakit yang dideritanya.
Pencantuman peringatan-perhatian berkaitan erat dengan perilaku
membaca aturan pakai pada kemasan obat, sebuah perilaku yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menentukan keberhasilan terapi. Aturan pakai memberikan informasi mengenai
dosis dan cara pemakaian. Setiap obat mempunyai dosis dan cara pemakaian yang
berbeda untuk mencapai efek terapi. Suatu obat yang digunakan pada dosis yang
lebih besar dari seharusnya (berlebihan) dapat mengakibatkan keracunan bagi
penggunanya, sedangkan obat yang digunakan pada dosis lebih kecil dari yang
diperlukan menyebabkan penyakit yang diderita menjadi tidak sembuh dan dapat
menimbulkan resistensi terhadap obat yang digunakan. Cara pemakaian obat juga
berbeda-beda, misalnya ada obat-obat yang harus ditelan (tablet, kapsul) dan ada
pula obat tetes yang pemakaiannya diteteskan pada mata, hidung, atau telinga.
Nama industri farmasi (produsen atau distributor) dan alamatnya juga
informasi yang penting untuk dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep karena
industri farmasi adalah pihak yang bertanggung jawab atas kualitas kerja sebuah
obat. Khasiat suatu obat memang tidak ditentukan oleh industri yang
memproduksinya, namun hasil sebuah penelitian menunjukkan 6,86% responden
menyatakan bahwa iklan obat televisi yang baik adalah yang diiklankan oleh
industri besar (Papilaya, 2003). Produsen juga bertanggung jawab atas kualitas
atau kerasionalan sebuah iklan. Dalam penelitian ini, semua iklan obat tanpa resep
tidak mencantumkan alamat industri farmasi, tetapi sebagian besar mencantumkan
nama industri farmasi kecuali iklan Neo Rheumacyl®, Neuralgin®, Panadol
Extra®, Paramex Flu & Batuk®, Neo Ultrasiline®, dan Insto®.
Informasi lain yang penting untuk dicantumkan dalam iklan obat tanpa
resep adalah efek samping yaitu efek-efek yang tidak diinginkan yang dapat
muncul seiring dengan penggunaan obat. Efek samping obat merupakan salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
faktor yang harus diperhatikan dalam upaya mewujudkan pengobatan yang
rasional. Hampir semua obat memiliki efek samping seperti mual, muntah, diare,
mengantuk, dan sebagainya. Obat-obat tanpa resep dengan zat aktif asam
asetilsalisilat misalnya mempunyai efek samping antara lain menyebabkan
perdarahan dan tukak lambung. Pengguna dalam memilih obat tanpa resep
seharusnya mencermati efek samping yang dapat muncul sehingga dapat memilih
obat yang mempunyai efek samping paling ringan. Iklan-iklan obat tanpa resep
dalam penelitian ini yang sudah menginformasikan efek samping adalah iklan
Bodrexin®, Oskadon®, Paramex®, Anakonidin®, Inza®, Sanaflu® dan Sanaflu
Forte®, Bodrex Flu & Batuk®, Bodrexin Flu & Batuk®, OBH Tropica Plus®, serta
Paramex Flu & Batuk®. Semua iklan-iklan obat tanpa resep tersebut hanya
memberikan informasi efek samping tentang menyebabkan atau tidak
menyebabkan kantuk. Obat-obat tanpa resep yang mengandung antihistamin
tertentu dapat menyebabkan mengantuk, hal itu perlu diinformasikan dalam iklan
karena berbahaya jika penggunanya melakukan aktivitas yang berisiko tinggi
seperti mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin produksi.
Tabel XIX. Persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Ada Tidak ada Total No. Informasi Iklan Σ F % Σ F % Σ F %
1. Zat aktif 12 22,6 41 77,4 53 100 2. Nama dagang 53 100 0 0 53 100 3. Indikasi 53 100 0 0 53 100 4. Kontraindikasi 0 0 53 100 53 100 5. Peringatan-perhatian 49 92,4 4 7,6 53 100 6. Nama industri farmasi 47 88,7 6 11,3 53 100 7. Alamat industri farmasi 0 0 53 100 53 100 8. Efek samping 11 20,8 42 79,2 53 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambaran persentase kelengkapan informasi dalam iklan yang
ditayangkan di stasiun televisi A, B, C, D dapat dilihat pada Tabel XIX. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa informasi zat aktif, kontraindikasi, alamat industri
farmasi, dan efek samping obat, perlu ditingkatkan lagi penayangannya dalam
iklan obat tanpa resep di televisi.
Kriteria penilaian iklan obat tanpa resep idealnya mengacu pada Kriteria
Etik Promosi Obat-WHO (1988) karena sudah ada pembagian kriteria berdasarkan
target iklan, dan klasifikasi informasi yang harus dicantumkan dalam iklan juga
jelas. Namun sayangnya, hasil evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan
justru menunjukkan bahwa iklan obat tanpa resep di televisi yang beredar saat ini,
semuanya tidak rasional (100%) berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO
(1988).
Tabel XX. Persentase kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Rasional Tidak Rasional Total No. Kriteria Iklan Jumlah Persentase
(%) Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase
(%) 1. WHO (1988) 0 0 53 100 53 100
2.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994
10 18,9 43 81,1 53 100
Pada umumnya iklan-iklan obat tanpa resep yang ada hanya
mencantumkan nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, dan nama industri
farmasi (produsen atau distributor). Hal ini menunjukkan iklan-iklan obat tanpa
resep yang ditayangkan di televisi semata, tidaklah cukup untuk dijadikan acuan
informasi agar dapat melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep
secara aman dan efektif. Informasi iklan harus disertai dengan penelusuran ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemasan obat, karena informasi yang terdapat pada kemasan obat tidak semuanya
ditampilkan dalam iklan, seperti halnya informasi tentang kontraindikasi yang
tidak dicantumkan dalam semua iklan obat tanpa resep pada penelitian ini.
Membaca informasi yang terdapat pada label kemasan obat sebelum
menggunakan obat sangat diperlukan supaya tidak terjadi kesalahan. Peran
farmasis sangat diperlukan untuk membantu konsumen terutama ibu-ibu dalam
memilihkan obat tanpa resep yang tepat dengan kondisi pemakai obat dan
memberikan penjelasan mengenai informasi pada kemasan obat yang belum
dimengerti. Penjelasan ini diperlukan karena bahasa dalam leaflet tidak jarang
menggunakan bahas medis yang tidak dapat dipahami oleh orang awam.
Secara keseluruhan dapat dikatakan iklan-iklan obat tanpa resep yang
ditayangkan di media televisi sekarang ini belum memberikan informasi yang
memadai untuk masyarakat pengguna obat. Padahal menurut Setiadji (1996),
salah satu sasaran untuk tercapainya pengunaan obat secara rasional adalah
pengguna mendapat informasi yang cukup agar dapat memutuskan sendiri
tindakan mana yang terbaik untuk dirinya. Berkaitan dengan kondisi tersebut,
perlu dilakukan tindakan tertentu terhadap ketidaklengkapan informasi yang
seharusnya dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep di media televisi. Tindakan
ini dapat berupa campur tangan dari pihak pemerintah, dalam hal ini Badan
Pengawas Obat dan Makanan serta Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan untuk selalu meninjau secara berkala iklan yang dibuat, sehingga iklan
obat tanpa resep yang ditayangkan di televisi diharapkan sungguh-sungguh berisi
informasi yang ideal. Hal ini dilakukan agar kaum ibu dan masyarakat luas dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan iklan sebagai sarana bantuan dalam pemilihan obat tanpa merasa
khawatir tersesatkan oleh iklan, juga supaya tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaan obat tanpa resep di kalangan masyarakat karena tidak semua
konsumen memiliki pengetahuan yang cukup tentang obat-obatan.
D. Evaluasi Kerasionalan Klaim Indikasi Iklan Obat Tanpa Resep
Indikasi iklan obat tanpa resep di televisi disampaikan dalam bentuk lisan
maupun tulisan, beberapa di antaranya menyampaikan dengan cara menjabarkan
gejala-gejala suatu penyakit. Informasi indikasi berpengaruh besar bagi
masyarakat pengguna obat dalam pemilihan obat. Hal ini mengakibatkan
produsen-produsen dan para pembuat iklan berlomba-lomba untuk menyampaikan
indikasi dengan cara semenarik mungkin dan kadang terlihat berlebihan, atau
bahkan tidak sesuai dengan indikasi yang sebenarnya berdasarkan mekanisme
kerja zat aktif. Pada penelitian ini, klaim indikasi iklan obat tanpa resep yang
diperoleh dievaluasi kerasionalannya berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994.
Indikasi iklan obat pereda sakit dan penurun panas menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 hanya boleh menyatakan “untuk
meringankan rasa sakit misalnya: sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan atau
menurunkan panas “. Sesuai aturan tersebut juga berdasarkan mekanisme kerja zat
aktifnya, semua iklan obat analgesik (nyeri otot dan tulang) tanpa resep dinilai
rasional klaim indikasinya (lihat Tabel XXI). Obat-obat analgesik (nyeri otot dan
tulang) tanpa resep mengandung zat aktif utama ibuprofen (200 mg) yaitu obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anti radang nonsteroid yang hanya berefek analgesik (pereda sakit) dan antipiretik
(penurun panas) pada dosis 200 mg.
Tabel XXI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik (nyeri otot dan tulang) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Neo Rheumacyl, Oskadon SP: ibuprofen (sama 200 mg) dan parasetamol (sama 350 mg) bekerja sebagai analgesik dengan meringankan nyeri ringan sampai sedang (termasuk nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi, pegal linu, terkilir) melalui kerja ibuprofen menghambat enzim siklooksigenase sehingga sintesis prostaglandin (senyawa penyebab nyeri) terganggu, dan melalui kerja parasetamol menghambat produksi senyawa penyebab nyeri serta meningkatkan ambang rasa nyeri
Neo Rheumacyl: untuk nyeri otot, nyeri sendi, pegal dan linu ( ) Oskadon SP: untuk nyeri otot pinggang, nyeri otot punggung, badan pegal linu ( )
2. Neo Rheumacyl Neuro: ibuprofen (200 mg) dengan daya analgesik bekerja meringankan nyeri ringan sampai sedang pada otot dan tulang (antara lain nyeri tulang dan sendi, pegal linu); vitamin B1 (50 mg), vitamin B6 (100 mg), vitamin B12 (100 mcg) sebagai vitamin neurotropik bekerja mengatasi berbagai neuritis melalui kerja vitamin B1 menyediakan energi untuk saraf, vitamin B6 memelihara fungsi normal saraf, dan vitamin B12 menjaga integritas jaringan saraf
untuk nyeri saraf otot dan pegal ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
Dengan kriteria kerasionalan yang sama, semua iklan obat analgesik
(sakit kepala, demam) tanpa resep dinilai rasional, kecuali iklan Bodrex® (lihat
Tabel XXII). Klaim indikasi iklan Bodrex® menyatakan “menghilangkan sakit
kepala”, kata menghilangkan tidak rasional untuk menyatakan indikasi karena
kerja obat analgesik adalah meredakan nyeri dengan menghambat produksi
senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri tetapi tidak dapat
menyembuhkan penyakit penyebab rasa sakit tersebut (Achmad, 1996). Klaim
indikasi iklan menjadi rasional bila dinyatakan dengan kata
“meredakan/meringankan”, karena pada dasarnya obat analgesik hanya bersifat
simtomatik yaitu obat bekerja mengatasi gejalanya saja. Sakit kepala masih akan
terjadi lagi selama faktor penyebabnya belum diketahui dan diatasi dengan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik (sakit kepala, demam) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Biogesic Anak, tiap 5 ml: parasetamol (160 mg) sebagai analgesik-antipiretik mampu menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus
efektif meredakan demam anak ( )
2. Bodrex, Oskadon, Panadol Extra: parasetamol (sama 500 mg) bekerja sebagai analgesik yaitu meredakan nyeri ringan sampai sedang (seperti sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri, kofein (50 mg, 35 mg, 65 mg) sebagai stimulan susunan saraf pusat mampu meningkatkan kemampuan psikis dan dapat memperkuat keefektifan absorpsi dan daya analgesik parasetamol
Bodrex: menghilangkan sakit kepala (x) Oskadon: efektif redakan sakit kepala ( ) Panadol Extra: efektif untuk sakit kepala tak tertahankan ( )
3. Bodrex Migra, Saridon: parasetamol (350 mg, 250 mg) dan propifenazon (sama 150 mg) bekerjasama menguatkan efek analgesik yaitu meredakan nyeri dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri, kofein (sama 50 mg) sebagai stimulan susunan saraf pusat mampu meningkatkan kemampuan psikis dan dapat memperkuat keefektifan absorpsi dan daya analgesik parasetamol
Bodrex Migra: untuk sakit kepala sebelah ( ) Saridon: efektif untuk sakit kepala ( )
4. Bodrexin, Contrexyn, Inzana: asam asetilsalisilat (sama 80 mg) sebagai analgesik-antipiretik bekerja cepat dan efektif menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus
Bodrexin: penurun panas anak ( ) Contrexyn: untuk panas anak ( ) Inzana: efektif turunkan panas demam anak ( )
5. Neuralgin: parasetamol (350 mg) dan ibuprofen (200 mg) dengan efek analgesik bekerja meredakan nyeri ringan sampai sedang (seperti sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri, kofein (50 mg) sebagai stimulan susunan saraf pusat mampu meningkatkan kemampuan psikis dan dapat memperkuat keefektifan absorpsi dan daya analgesik parasetamol
obat sakit kepala ( )
6. Obat Sakit Kepala Cap 19, Poldan Mig: asam asetilsalisilat (450 mg, 250 mg) dan parasetamol (351 mg, 400 mg) sebagai analgesik bekerjasama meredakan nyeri ringan sampai sedang (seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot)) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri, kofein (99 mg, 65 mg) sebagai stimulan susunan saraf pusat mampu meningkatkan kemampuan psikis dan dapat memperkuat keefektifan absorpsi dan daya analgesik parasetamol
Obat Sakit Kepala Cap 19: untuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot ( ) Poldan Mig: untuk sakit kepala sebelah akibat migrain dan sakit kepala biasa ( )
7. Paramex: parasetamol (250 mg) dan propifenazon (150 mg) bekerjasama menguatkan efek meredakan nyeri (analgesik) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri, kofein (50 mg) sebagai stimulan susunan saraf pusat mampu meningkatkan kemampuan psikis dan dapat memperkuat keefektifan absorpsi dan daya analgesik parasetamol
untuk sakit kepala ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Beberapa obat analgesik (sakit kepala, demam) tanpa resep mengandung
kofein meskipun bukan merupakan obat pereda nyeri. Kofein biasanya digunakan
dalam campuran obat analgesik untuk sakit kepala seperti migrain. Pada
perbadingan yang tepat dengan parasetamol, kofein dapat memperkuat daya kerja
parasetamol dalam meredakan rasa sakit.
Hasil evaluasi menunjukkan hampir semua klaim indikasi iklan obat
analgesik tanpa resep di televisi, baik untuk nyeri otot dan tulang maupun untuk
sakit kepala dan demam, sudah menyampaikan indikasi secara tidak berlebihan
dan tidak menyesatkan. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi konsumen,
karena itu berarti mereka dapat memilih dan menggunakan obat tanpa resep
kelompok ini dengan aman dan efektif.
Obat gizi dan darah tanpa resep mengandung vitamin dan mineral.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, indikasi iklan
obat yang mengandung multivitamin dan mineral hanya dibolehkan “untuk
pencegahan dan mengatasi kekurangan vitamin dan mineral, misalnya sesudah
operasi, sakit, wanita hamil dan menyusui, anak dalam masa pertumbuhan, serta
lansia”. Adapun aturan indikasi iklan obat yang mengandung vitamin C adalah
“untuk mengatasi kekurangan vitamin C seperti pada sariawan dan perdarahan
gusi; dan untuk keadaan saat kebutuhan akan vitamin C meningkat seperti pada
keadaan sesudah operasi, sakit, hamil dan menyusui, anak dalam masa
pertumbuhan, serta lansia“. Vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi metabolisme tubuh yang normal sebenarnya tersedia
cukup banyak dalam makanan sehari-hari yang komposisinya baik, tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan sebagai pengganti makanan, dan bukan merupakan sumber energi atau
pemelihara kebugaran.
Tabel XXIII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat gizi dan darah tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Fatigon: vitamin E (30 I.U.) sebagai antioksidan bekerja mempertahankan kesehatan tubuh secara umum; vitamin B1 (100 mg), vitamin B6 (50 mg), vitamin B12 (100 mcg) mempertahankan kesehatan sistem susunan saraf dengan kerja khusus vitamin B1 membantu melepaskan energi dari makanan, vitamin B6 membantu melepaskan energi dari makanan dan membantu pembentukan sel darah merah, vitamin B12 membantu pembentukan sel darah merah; kalium-1-aspartat (100 mg) sebagai mineral bekerja mempertahankan keseimbangan garam dan air juga kesehatan fungsi saraf dan otot; magnesium-1-aspartat (100 mg) sebagai mineral bekerja mengaktivasi banyak sistem enzim dan kofaktor penting pada fosforilasi oksidatif, pengaturan suhu tubuh, kontraktilitas otot dan kepekaan saraf
menghilangkan rasa lelah, letih, dan lesu (x)
2. Neo Ultracap: vitamin B1(100 mg), vitamin B6 (100 mg), vitamin B12 (200 mcg) mempertahankan kesehatan sistem susunan saraf dengan kerja khusus lain vitamin B1 membantu melepaskan energi dari makanan, vitamin B6 membantu melepaskan energi dari makanan dan membantu pembentukan sel darah merah, vitamin B12 membantu pembentukan sel darah merah; kofein (50 mg) bekerja meningkatkan kemampuan psikis dengan merangsang kerja susunan saraf pusat
mengatasi letih, lesu, capek, pegal-pegal (x)
3. Vitamin IPI A: vitamin A asetat (6000 I.U.) bekerja untuk pertumbuhan, pemeliharaan jari-jari epitel, pemeliharaan kesehatan mata, pertumbuhan normal tulang dan gigi, untuk pencegahan kasus kekurangan protein
menyehatkan badan (x)
4. Vitamin IPI B complex: vitamin B1 (2 mg), vitamin B6 (2 mg), dan nikotinamida atau vitamin B3 (20 mg) mempertahankan kesehatan sistem susunan saraf dengan kerja khusus lain vitamin B1 membantu melepaskan energi dari makanan, vitamin B6 membantu melepaskan energi dari makanan dan membantu pembentukan sel darah merah, nikotinamida membantu pelepasan energi makanan; vitamin B2 (2 mg) berperan dalam metabolisme asam amino; kalsium pantotenat atau vitamin B5 (10 mg) bekerja membantu pelepasan energi dari makanan
menyehatkan badan (x)
5. Vitamin IPI B1: vitamin B1(25 mg) bekerja sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dengan membantu melepaskan energi dari makanan, dan penting untuk fungsi saraf
menyehatkan badan (x)
6. Vitamin IPI B12: vitamin B12 (50 mcg) bekerja membantu pembentukan sel darah merah dan mempertahankan kesehatan sistem susunan saraf
menyehatkan badan (x)
7. Vitamin IPI C: vitamin C (50 mg) bekerja dalam pembentukan zat pengikat dalam tulang dan tulang rawan, sekitar pembuluh darah kapiler dan kolagen yang sangat diperlukan bagi jaringan
menyehatkan badan (x)
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fatigon® dan Neo Ultracap® yang terdiri dari multivitamin dan mineral
tidak rasional klaim indikasi iklannya, demikian juga iklan Vitamin IPI® (lihat
Tabel XXIII). Klaim indikasi semua iklan obat gizi dan darah tanpa resep dalam
penelitian ini dinilai tidak rasional, karena tidak satu pun indikasi iklan yang
menyatakan bahwa vitamin dan mineral tambahan (selain dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari) hanya digunakan pada saat kebutuhan vitamin dan
mineral tubuh meningkat (kondisi defisiensi spesifik), dan hanya bersifat
membantu mempertahankan fungsi metabolisme tubuh yang normal saja. Apabila
kebutuhan vitamin dan mineral tubuh sudah terpenuhi dengan makan makanan
bergizi seimbang, maka tambahan vitamin dan mineral yang bukan berasal dari
makanan sudah tidak diperlukan lagi. Bagaimanapun juga konsumsi berlebihan
vitamin dan mineral dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh
pemakai. Hasil evaluasi ini menunjukkan iklan obat gizi dan darah tanpa resep ini
masih banyak yang memberikan indikasi berlebihan yang dapat menyesatkan,
sehingga seharusnya tidak dipercaya begitu saja oleh masyarakat pengguna obat.
Dari Tabel XXIV diketahui klaim indikasi iklan Neo Entrostop® dinilai
rasional karena indikasi yang disebutkan sesuai dan tidak berlebihan dengan
mekanisme kerja zat aktif. Tidak terdapat batasan indikasi untuk iklan obat diare
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Antasida dalam iklan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 hanya
diindikasikan “untuk mengatasi gejala sakit maag seperti: perih, kembung, mual”.
Klaim indikasi iklan Mylanta® dan Neosanmag Fast® sebagai obat-obat yang
mengandung antasida, dinilai rasional ditinjau dari kedua kriteria sekaligus (lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXV). Klaim indikasi iklan obat saluran cerna (diare maupun maag) tanpa
resep yang didapatkan dalam penelitian ini sudah dapat dipercaya dan dijadikan
acuan untuk pertimbangan pemilihan obat di kalangan masyarakat.
Tabel XXIV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran cerna (diare) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Neo Entrostop: atapulgit (650 mg) dan pektin (50 mg) mengatasi diare melalui kerja atapulgit sebagai adsorben yaitu menyerap bakteri, toksin, dan gas; juga kerja pektin mengeliminasi bakteri toksin
untuk diare yang tak bisa berhenti ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional Tabel XXV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran cerna (maag) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Mylanta: aluminium hidroksida (200 mg) dan magnesium hidroksida (200 mg) sebagai antasida bekerjasama menetralkan asam lambung berlebih dengan melapisi selaput lendir lambung untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari, seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan perasaan penuh atau kembung pada lambung; simetikon (20 mg) ditambahkan sebagai antibuih untuk meringankan kembung (flatulen) juga sebagai adsorben yang menyerap bakteri, toksin, dan gas
untuk gejala maag: perih dan mual ( )
2. Neosanmag Fast: famotidin (10 mg) sebagai antitukak mengatasi tukak lambung dengan mengurangi sekresi asam lambung melalui kerja sebagai antagonis reseptor H2, kalsium karbonat (800 mg) dan magnesium hidroksida (165 mg) sebagai antasida bekerjasama menetralkan asam lambung berlebih dengan melapisi selaput lendir lambung
obat maag: menetralkan asam lambung dan mengurangi asam lambung ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
Iklan Asthma Soho® dan Neo Napacin® dinyatakan rasional klaim
indikasinya berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan batasan indikasi iklan obat
asma dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 yang dinyatakan
“untuk meringankan gejala sesak nafas karena asma” (lihat Tabel XXVI). Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
demikian klaim indikasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa resep di televisi
dapat dipercaya oleh konsumen karena tidak berlebihan dan tidak menyesatkan.
Tabel XXVI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Asthma Soho, Neo Napacin: efedrin hidroklorida (12,5 mg, 25 mg) dan teofilin (125 mg, 130 mg) sebagai antiasma bekerjasama meringankan dan mengatasi serangan asma bronkhial dengan merelaksasi otot polos pada bronkhus (bekerja sebagai bronkhodilator)
Asthma Soho: untuk sesak nafas ringan karena asma ( ) Neo Napacin: untuk sesak nafas akibat asma ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
Batasan indikasi yang boleh disampaikan dalam iklan menurut
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 untuk obat batuk antitusif
yaitu “untuk meredakan batuk yang tidak berdahak”, obat batuk ekspektoran
“untuk meredakan batuk yang berdahak”, dan obat batuk kombinasi antitusif,
ekspektoran, antihistamin “untuk meredakan batuk berdahak yang disertai pilek”.
Ditinjau dari aturan tersebut juga sesuai dengan mekanisme kerja zat aktif, klaim
indikasi iklan Woods Antitusif® dan Woods Ekspektoran® dinilai rasional,
sedangkan iklan Komix G®, Laserin®, Vicks Formula 44® dinilai tidak rasional
karena klaim indikasi yang disajikan kurang lengkap dan tidak spesifik (lihat Tabel
XXVII). Indikasi obat saluran nafas (batuk) tanpa resep dalam iklan hendaknya
disampaikan cukup spesifik sehingga memudahkan konsumen dalam
mengaitkannya dengan gejala sakit yang dirasakan. Merupakan tindakan yang
tidak rasional jika misalnya batuk berdahak diberi obat yang mengandung
antitusif yang berkhasiat menekan batuk karena hal itu justru bisa menghambat
pengeluaran dahak. Iklan Komix G® seharusnya menyatakan “untuk meredakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
batuk berdahak yang disertai pilek” karena mengandung kombinasi antitusif,
ekspektoran, dan antihistamin.
Tabel XXVII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Komix G, tiap 7 ml: gliseril guaiakolat (100 mg) bekerja sebagai ekspektoran yaitu meredakan batuk berdahak dengan mengencerkan dan mempermudah pengeluaran dahak, dekstrometorfan hidrobromida (15 mg) sebagai antitusif meredakan batuk tidak berdahak (kering) dengan bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, klorfeniramin maleat (2 mg) sebagai antihistamin bekerja meredakan gejala-gejala alergi (seperti gatal tenggorokan) dengan menghambat interaksi histamin dengan reseptor H1 sehingga sesuai untuk mengatasi batuk karena alergi
untuk mengeluarkan dahak (x)
2. Laserin, tiap 5 ml: obat dari bahan alam yang meliputi herba Euphorbia hirta (0,15 g), rhizoma Zingiber officinale (6 g), fruktus cardamom (0,15 g), caryophyllum (0,6 g), folium Piper betle (1,8 g), folium Abrus precatorius (0,3 g), folium Mentha arvensis (0,15 g), folium Hibiscus rosa-sinensis (0,15 g), oleum Mentha piperita (0,015 ml), dan succus liquiritiae (0,015 g); secara keseluruhan bekerja dengan efek ekspektoran (efek yang paling dominan), antitusif, karminatif, dan dekongestan yang bekerja mengatasi batuk berdahak dengan merangsang pengeluaran dahak dari saluran nafas juga mengatasi batuk tidak berdahak (kering) dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, sesuai juga untuk batuk yang disertai masuk angin karena mempunyai efek karminatif, serta bekerja melegakan obstruksi (penyumbatan) jalan nafas
untuk batuk (x)
3. Vicks Formula 44: dekstrometorfan hidrobromida (5 mg) sebagai antitusif meredakan batuk tidak berdahak (kering) dengan bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, doksilamin suksinat (3 mg) sebagai antihistamin mengatasi batuk karena alergi dengan meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptornya disertai efek samping sedasi-hipnotik seperti menenangkan, menyebabkan dan mempermudah tidur
meredakan batuk dan membantu istirahat (x)
4. Woods Antitusif, tiap 5 ml: dekstrometorfan hidrobromida (7,5 mg) dan difenhidramin hidroklorida (12,5 mg) sebagai kombinasi antitusif meredakan batuk tidak berdahak (kering) dengan bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, difenhidramin hidroklorida dengan efek antihistamin bekerja sebagai antagonis reseptor H1 sehingga sesuai untuk batuk karena alergi
untuk batuk tidak berdahak ( )
5. Woods Ekspektoran, tiap 5 ml: bromheksin hidroklorida (4 mg) dan gliseril guaiakolat (100 mg) sebagai ekspektoran bekerjasama meredakan batuk berdahak dengan mengencerkan lendir saluran nafas (dahak) sehingga mempermudah ekspektorasi (pengeluaran) dahak dari saluran nafas
untuk batuk berdahak ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel di bawah diketahui bahwa untuk iklan obat saluran nafas
(batuk, pilek) tanpa resep, hanya iklan Actifed Ekspektoran® yang dinilai rasional
klaim indikasinya. Iklan Anakonidin® dinilai tidak rasional karena kurang jelas
indikasinya, seharusnya menyatakan “untuk meredakan batuk berdahak yang
disertai pilek pada anak”. Iklan OBH Combi Batuk Pilek® tidak rasional karena
tidak disebutkan dengan jelas jenis batuknya, yaitu untuk batuk berdahak. Iklan
Actifed Ekspektoran® yang dapat dibuktikan kebenaran klaim indikasinya,
seharusnya mendapatkan kepercayaan lebih tinggi dari masyarakat.
Tabel XXVIII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Actifed Ekspektoran, tiap 5 ml: triprolidin hidroklorida (1,25 mg) sebagai antihistamin meredakan gejala gangguan saluran nafas bagian atas (misalnya pilek) dengan bekerja sebagai antagonis kompetitif reseptor histamin H1, pseudoefedrin hidroklorida (30 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat dengan menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah hidung, gliseril guaiakolat (100 mg) sebagai ekspektoran meredakan batuk berdahak dengan mengencerkan dahak sehingga mempermudah pengeluaran dahak dari saluran nafas
solusi yang dipercaya untuk pilek dan batuk berdahak keluarga ( )
2. Anakonidin: dekstrometorfan hidrobromida (5 mg) sebagai antitusif meredakan batuk kering dengan bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, gliseril guaiakolat (25 mg) sebagai ekspektoran meredakan batuk berdahak dengan mengencerkan dahak sehingga mempermudah pengeluaran dahak dari saluran nafas, pseudoefedrin hidroklorida (7,5 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat dengan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah hidung, klorfeniramin maleat (0,5 mg) sebagai antihistamin meredakan gejala-gejala alergi (antara lain pada hidung, tenggorokan) seperti gatal tenggorokan dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor H1
meredakan batuk, tenggorokan gatal, dan hidung tersumbat pada anak (x)
3. OBH Combi Batuk Pilek, tiap 7 ml: succus liquiritiae (167 mg) dan amonium klorida (50 mg) bekerja sebagai ekspektoran yaitu meredakan batuk berdahak dengan mengencerkan dan mempermudah pengeluaran dahak dari saluran nafas, efedrin hidroklorida (4 mg) sebagai dekongestan hidung mengatasi obstruksi jalan nafas seperti pilek, klorfeniramin maleat (2 mg) sebagai antihistamin meredakan gejala-gejala alergi (antara lain pada hidung, tenggorokan) seperti pilek dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor H1
efektif meredakan batuk dan pilek sekaligus (x)
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 mengatur indikasi
obat flu yang boleh disebutkan dalam iklan yaitu “untuk meredakan gejala flu
seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan pilek”. Kerasionalan klaim
indikasi iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep berdasarkan aturan tersebut dan
mekanisme kerja zat aktifnya disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel XXIX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Decolgen, Ultraflu: parasetamol (400 mg, 600 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, fenilpropanolamin hidroklorida (12,5 mg, 15 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat melalui vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah hidung, klorfeniramin maleat (1mg, 2 mg) sebagai antihistamin meredakan gejala-gejala alergi (misalnya pada hidung, tenggorokan) seperti bersin dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor H1
Decolgen: hajar flu dengan tiga aksi jitu: pereda bersin, pereda hidung mampet, pereda sakit kepala (x) Ultraflu: meredakan flu ( )
2. Inza, Procold: parasetamol (sama 500 mg) berefek analgesik-antipiretik yaitu meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, pseudoefedrin hidroklorida (sama 30 mg ) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat melalui vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah hidung, klorfeniramin maleat (1 mg, 2 mg) bekerja sebagai antihistamin meredakan gejala-gejala alergi (misalnya pada hidung, tenggorokan) seperti bersin dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor H1
Inza: untuk flu: bersin-bersin ( ) Procold: untuk flu: atasi hidung tersumbat ( )
3. Sanaflu, Sanaflu Forte: parasetamol (500 mg, 650 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, fenilpropanolamin hidroklorida (sama 15 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat dengan menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah hidung
Sanaflu: efektif meredakan gejala flu: sakit kepala, demam, bersin-bersin, hidung tersumbat (x) Sanaflu Forte : sama dengan Sanaflu (x)
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu) yang meliputi Ultraflu®,
Inza®, dan Procold® dinilai rasional karena pernyataannya tidak berlebihan, dan
tetap dinilai rasional meskipun gejala-gejala flu yang dapat diredakan tidak
disebutkan semua (hanya sebagian) karena klaim indikasi iklan tidak
menyebutkan jumlah efek kerja obat seperti pada iklan Decolgen®. Klaim indikasi
iklan Decolgen®, Sanaflu® dan Sanaflu Forte® dinilai tidak rasional. Iklan
Decolgen® tidak rasional karena pernyataan “hajar flu dengan tiga aksi jitu”
dalam klaim indikasi, yaitu kata “hajar” membuat obat terlihat begitu hebat
padahal yang sebenarnya hanya meredakan gejala, dan jumlah “tiga” untuk aksi
obat juga tidak tepat karena selain yang disebutkan obat juga berefek sebagai
pereda demam. Iklan Sanaflu® dan Sanaflu Forte® tidak rasional klaim
indikasinya hanya karena menyatakan “bersin-bersin” sebagai salah satu gejala flu
yang dapat diredakan, padahal kenyataanya Sanaflu® dan Sanaflu Forte® tidak
mengandung antihistamin yang dapat digunakan untuk meredakan bersin-bersin.
Semua iklan obat saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep dalam penelitian
ini dinilai tidak rasional klaim indikasinya (lihat Tabel XXX). Hal ini disebabkan
klaim indikasi iklan tidak menyebutkan dengan jelas jenis batuk yang bisa
diredakan dengan obat yang diiklankan, padahal obat-obat tanpa resep kelompok
ini mengandung obat batuk yang berbeda yaitu ada yang ekspektoran (pengencer
dahak), dan ada yang antitusif (penekan batuk). Tidak jelasnya klaim indikasi
iklan tentang jenis batuk sangat merugikan pemirsa pengguna obat, karena dapat
terjadi kesalahan dalam penggunaan yang mengakibatkan kegagalan pengobatan,
padahal sudah mengeluarkan biaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Bodrex Flu & Batuk: parasetamol (500 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, fenilpropanolamin hidroklorida (15 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat melalui vasokonstriksi/penyempitan pembuluh darah hidung, dekstrometorfan hidrobromida (10 mg) sebagai antitusif meredakan batuk dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk
untuk flu dan batuk (x)
2. Bodrexin Flu & Batuk, tiap 5 ml: parasetamol (80 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, klorfeniramin maleat (0,4 mg) meredakan gejala-gejala alergi (misalnya pada hidung, tenggorokan) seperti menghilangkan bersin, gatal pada hidung dan tenggorokan dengan bekerja sebagai antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1), fenilpropanolamin hidroklorida (2 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat dengan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah hidung, gliseril guaiakolat (20 mg) dan sodium sitrat (60 mg) sebagai ekspektoran bekerja meredakan batuk berdahak dengan mengencerkan dahak
meredakan flu dan batuk anak (x)
3. Mixagrip Flu & Batuk: parasetamol (500 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, dekstrometorfan hidrobromida (10 mg) sebagai antitusif meredakan batuk dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, pseudoefedrin hidroklorida sebagai dekongestan hidung (30 mg) mengurangi hidung tersumbat dengan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah hidung
efektif redakan flu dan batuk sekaligus (x)
4. OBH Tropica Plus, tiap 5 ml: kombinasi succus glycyrrhizae (166,70 mg), amonium klorida (50,00 mg), dan minyak anis (4,00 mg) sebagai ekspektoran meredakan batuk berdahak dengan mengencerkan dahak; parasetamol (133,30 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, efedrin hidroklorida (2,67 mg) sebagai dekongestan hidung mengatasi obstruksi jalan nafas seperti pilek, klorfeniramin maleat (0,67 mg) sebagai antihistamin meredakan gejala-gejala alergi (misalnya pada hidung, tenggorokan) dengan menghambat interaksi histamin dan reseptornya
untuk batuk, flu, demam (x)
5. Paramex Flu & Batuk: parasetamol (250 mg) dan propifenazon (150 mg) sebagai analgesik-antipiretik menguatkan efek meredakan nyeri dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, pseudoefedrin hidroklorida (30 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat melalui vasokonstriksi pembuluh darah hidung, dekstrometorfan hidrobromida (15 mg) sebagai antitusif meredakan batuk dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk
meredakan flu dan batuk sekaligus (x)
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXXI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan 1. Canesten, Fungiderm, Neo Ultrasiline:
klotrimazol 1% b/b sebagai obat antijamur dengan efek fungisida (membunuh jamur) bekerja mengatasi infeksi jamur pada kulit (misalnya panu, kadas, kurap, jamur pada sela-sela jari kaki) dengan menghambat sintesis ergosterol (yang menyebabkan permeabilitas sel jamur meningkat), atau dengan menghancurkan dinding sel jamur tersebut
Canesten: atasi gatal jamur, cabut jamur sampai ke akar (x) Fungiderm: untuk gatal jamur : kurap, kadas, panu, kutu air ( ) Neo Ultrasiline: efektif untuk panu dan kutu air ( )
2. Creobic: tolnaftat 1% b/b sebagai obat antijamur mengatasi infeksi jamur pada kulit dengan efek fungisida (membunuh jamur), mekanisme kerja belum diketahui pasti
untuk panu, kadas, kutu air ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
Indikasi obat kulit (topikal) dalam iklan menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No. 386 tahun 1994 adalah “untuk mengatasi infeksi karena jamur“.
Creobic®, Fungiderm®, dan Neo Ultrasiline® merupakan iklan obat topikal kulit
(infeksi jamur) tanpa resep yang dinilai rasional klaim indikasinya. Iklan
Canesten® dengan klaim indikasi “cabut jamur sampai ke akar” disertai ilustrasi
gambar yang mendukung pernyataan tersebut, dinilai tidak rasional karena obat
ini tidak bekerja dengan mencabut bagian akar dari jamur apalagi jamur tidak
dibedakan atas bagian akar, batang, dan daun. Mekanisme kerja klotrimazol
sebagai zat aktif obat Canesten® adalah menghancurkan dinding sel jamur. Klaim
indikasi Canesten® yang berlebihan dan cenderung mengelabui pemirsa tentunya
sangat merugikan masyarakat terutama kaum ibu.
Iklan obat tetes mata hanya boleh diindikasikan “untuk meredakan iritasi
mata yang ringan”, menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994.
Hasil evaluasi kerasionalan klaim indikasi mengacu pada aturan tersebut dan
mekanisme kerja zat aktifnya menyatakan kedua iklan obat topikal mata tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
resep pada penelitian ini rasional (lihat Tabel XXXII). Dengan demikian, iklan
Insto® dan Visine® di televisi sudah dapat dipercayai klaim indikasinya oleh kaum
ibu dan masyarakat luas.
Tabel XXXII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat topikal mata tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan
1. Insto: tetrahidrozolin hidroklorida (0,05% b/v) mengatasi mata berair, mengurangi mata merah karena iritasi ringan pada mata seperti yang disebabkan oleh alergi, debu, asap rokok, angin, berenang dan iritasi lainnya, dengan menyebabkan vasokonstriksi lokal pada mata; benzalkonium klorida (0,01% b/v) bekerja sebagai antiseptik
meredakan mata merah karena iritasi ringan ( )
2. Visine: tetrahidrozolin hidroklorida (0,05% b/v) mengatasi mata berair, mengurangi mata merah karena iritasi ringan pada mata seperti yang disebabkan oleh alergi, debu, asap rokok, angin, berenang dan iritasi lainnya, dengan menyebabkan vasokonstriksi lokal pada mata
solusi mata merah karena iritasi ringan ( )
Keterangan: = rasional, x= tidak rasional
Pernyataan sebuah obat tanpa resep ditujukan untuk anak-anak dalam
klaim indikasi iklan pada umumnya memang benar sesuai diindikasikan untuk
anak-anak. Hal ini disebabkan sebelum dipasarkan obat tanpa resep tentunya
sudah mengalami evaluasi dan pengujian oleh badan yang berwenang termasuk
tentang kesesuaian dosisnya. Sebagai contoh Inzana® yang mengandung asam
asetilsalisilat 80 mg terbukti rasional klaim indikasi iklannya yang menyatakan
“untuk anak-anak”, karena memenuhi aturan dosis obat asam asetilsalisilat
sebagai penurun panas anak-anak yaitu tidak boleh diberikan lebih dari 3,6 g per
hari.
Penyampaian indikasi secara umum (tidak spesifik) atau secara
berlebihan (tidak sesuai dengan indikasi obat yang sebenarnya berdasarkan
mekanisme kerja obat), semuanya itu dapat menyebabkan kegagalan terapi. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini terjadi karena kenyataannya lebih banyak masyarakat khususnya kaum ibu
yang masih awam akan pengetahuan bidang obat-obatan. Iklan obat tanpa resep di
televisi yang klaim indikasinya dinilai rasional sudah mampu membantu
masyarakat dalam proses pemilihan obat, sedangkan yang tidak rasional harus
diperbaiki klaim indikasi iklannya agar tidak merugikan masyarakat akibat
memberikan informasi yang menyesatkan.
Persentase kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep
berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan batasan indikasi dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel XXXIII. Persentase kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) No. Kerasionalan klaim indikasi Jumlah Persentase (%) 1. Rasional 31 58,5 2. Tidak rasional 22 41,5
Total 53 100
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan, lebih
banyak iklan obat tanpa resep yang klaim indikasinya rasional daripada yang tidak
rasional, tetapi persentase yang tidak rasional masih cukup banyak. Kondisi ini
jelas sangat merugikan masyarakat sebagai pemirsa iklan apalagi mereka yang
menjadikan indikasi dalam iklan sebagai dasar pemilihan obat tanpa resep, karena
klaim indikasi yang tidak rasional menimbulkan banyak terjadinya kesalahan
dalam penggunaan obat yang dapat membahayakan kondisi tubuh pemakai.
Pemerintah diharapkan dapat lebih ketat dalam mengawasi klaim indikasi yang
akan ditampilkan dalam iklan obat tanpa resep khususnya di media televisi, agar
pengobatan rasional yang salah satu komponennya adalah ketepatan indikasi,
dapat tercapai di kalangan masyarakat kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kerasionalan sekaligus
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari iklan obat tanpa resep pada
tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia
(A, B, C, D) selama dua minggu (periode Juli 2006). Pada penelitian ini diketahui
frekuensi iklan obat tanpa resep dari seluruh jenis iklan yang ditampilkan, yaitu
paling tinggi stasiun televisi A (8,4%), paling rendah stasiun televisi B (4,4%),
stasiun televisi C (6%), stasiun televisi D (5,2%), dan total pada keempat stasiun
televisi (6,4%).
Sinetron pada jam tayang utama khususnya yang ratingnya tinggi
terdapat paling banyak iklan obat tanpa resep, oleh karena itu sinetron merupakan
jenis acara televisi untuk ibu-ibu yang frekuensi iklan obat tanpa resepnya
tertinggi pada masing-masing stasiun televisi dengan frekuensi tertinggi di stasiun
televisi A (72,9%). Sinetron (64,7%) dan infotainment (24,1%) yang paling
sering ditonton oleh kaum ibu merupakan jenis acara dengan frekuensi iklan obat
tanpa resep tertinggi pada keempat stasiun televisi.
Iklan obat tanpa resep golongan obat bebas mempunyai frekuensi paling
tinggi di stasiun televisi A (25,4%), sedangkan untuk golongan obat bebas
terbatas di stasiun televisi C (87,1%). Frekuensi total dari keempat stasiun televisi
menunjukkan obat tanpa resep yang diiklankan jauh lebih banyak dari golongan
obat bebas terbatas (78,8%) daripada obat bebas (21,2%), hal ini menuntut
konsumen obat untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan obat agar tidak terjadi
kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Obat-obat tanpa resep yang diiklankan pada setiap stasiun televisi
meliputi jumlah dan macam kelas terapi yang berbeda. Obat tanpa resep dengan
ragam kelas terapi yang paling banyak terdapat di stasiun televisi A yaitu terdiri
dari 13 kelas terapi. Obat tanpa resep dengan frekuensi iklan tertinggi pada stasiun
televisi A juga B adalah kelas terapi obat analgesik (sakit kepala, demam) sebesar
25,1% dan 26,4%, stasiun televisi C obat saluran nafas (batuk) sebesar 23,3%, dan
stasiun televisi D obat saluran nafas (flu, batuk) sebesar 28,8%, karena sakit
kepala, demam, batuk, dan flu merupakan penyakit-penyakit ringan yang sering
diderita oleh masyarakat. Secara keseluruhan, obat analgesik (sakit kepala,
demam) merupakan obat tanpa resep yang frekuensi iklannya tertinggi (23,6%).
Jenis obat dan frekuensi iklan-iklan obat tanpa resep berbeda antar
stasiun televisi, tergantung tingkat kepercayaan produsen. Jenis obat tanpa resep
yang paling banyak terdapat pada stasiun televisi A yaitu terdiri dari 43 jenis obat,
karena jangkauan siaran dan pemirsanya lebih luas sehingga lebih dipercaya
produsen obat tanpa resep untuk mengiklankan produk-produk mereka. Secara
keseluruhan, terdapat 56 jenis obat pada iklan-iklan obat tanpa resep di keempat
stasiun televisi, dan yang tertinggi frekuesi iklannya adalah Mixagrip Flu &
Batuk® (8,6%). Adapun jenis obat dengan frekuensi iklan tertinggi di stasiun
televisi A adalah Fatigon® (6,4%), Insto® (24,4%) di stasiun televisi B, Vicks
Formula 44® (10%) di stasiun televisi C, serta Mixagrip Flu & Batuk® (21,8%) di
stasiun televisi D.
Obat tanpa resep pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D lebih
banyak ditujukan untuk konsumen dewasa, bahkan di stasiun televisi B dan D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak terdapat obat tanpa resep yang khusus ditujukan untuk anak-anak. Pada
keempat stasiun televisi, obat tanpa resep untuk konsumen dewasa (92,5%) jauh
lebih besar frekuensi iklannya daripada anak-anak (7,5%) karena sebenarnya obat
untuk konsumen dewasa juga dapat diberikan untuk anak-anak, tetapi harus
diberikan dalam dosis yang sesuai agar tidak menimbulkan keracunan bagi tubuh.
Tidak semua produsen mengiklankan produknya di semua stasiun
televisi. Stasiun televisi A paling dipercaya oleh para produsen iklan obat tanpa
resep sehingga terdapat 16 produsen yang mengiklankan produknya. Konimex
tertinggi frekuensi iklan obat tanpa resepnya di stasiun televisi A (21,3%) dan C
(22,2%), Sterling (36,3%) di stasiun televisi B, dan Dankos (22,6%) di stasiun
televisi D. Konimex (16,5%), Kalbe Farma (14,4%), dan Dankos (12,7%)
merupakan produsen-produsen obat tanpa resep dalam negeri yang frekuensi
iklannya tertinggi (di atas 10%) pada keempat stasiun televisi, dengan tujuan
produknya mendapatkan perhatian lebih tinggi dari pemirsa pengguna obat.
Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep
berdasarkan Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988) dinyatakan rasional bila
mencantumkam zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian,
kontraindikasi, nama juga alamat industri farmasi, dan semua iklan dalam
penelitian ini dinilai tidak rasional. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 386 tahun 1994, evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa
resep dinyatakan rasional bila mencantumkan indikasi, peringatan-perhatian, efek
samping, nama dagang, juga nama industri farmasi, dan hanya 18,9% yang dinilai
rasional sedangkan 81,1% masih tidak rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari 53 jenis obat tanpa resep yang dievalusi iklannya, hanya 22,6%
yang mencantumkan zat aktif agar konsumen dapat memilih obat yang tepat
indikasinya sesuai mekanisme kerja zat aktif. Semuanya sudah mencantumkan
informasi nama dagang yang memudahkan konsumen untuk mengingat suatu
produk, juga sudah mencantumkan indikasi yang diperlukan konsumen agar dapat
memilih obat yang tepat untuk mengatasi gangguan kesehatannya. Tidak satu
jenis obat pun mencantumkan kontraindikasi padahal dapat menghindarkan
konsumen dari resiko pemakaian obat yang berlawanan dengan kondisi tubuhnya.
Sebesar 92,4% mencantumkan peringatan-perhatian agar konsumen membaca
aturan pakai sebelum pemakaian obat dan pergi ke dokter untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat bila setelah pemakaian dalam kurun waktu tertentu tidak
menunjukkan peningkatan kondisi tubuh. Sejumlah 88,7% sudah
menginformasikan nama industri farmasi tetapi tidak ada yang mencantumkan
alamat industri farmasi, padahal informasi ini menunjukkan siapa dan dimana
pihak yang bertanggung jawab atas kualitas obat dan kualitas iklan. Hanya 20,8%
yang mencantumkan efek samping obat mengenai dapat atau tidaknya
menyebabkan kantuk yang perlu disampaikan karena obat-obat yang dapat
menyebabkan kantuk tidak boleh dikonsumsi oleh mereka yang sedang
menjalankan aktivitas dengan risiko tinggi.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep dinyatakan
rasional bila sudah sesuai dengan mekanisme kerja zat aktif dan tidak
menyimpang dari batasan indikasi iklan obat bebas dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 386 tahun 1994. Sebanyak 58,5% iklan obat tanpa resep dinilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rasional klaim indikasinya, tetapi 41,5% masih dinilai tidak rasional sehingga
harus diperbaiki karena pemberian informasi yang tidak tepat mengenai indikasi
suatu obat dapat mengakibatkan terjadinya pengobatan yang tidak rasional oleh
masyarakat dan keberhasilan pengobatan yang diharapkan konsumen tidak
tercapai.
Berdasarkan hasil evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan dan
klaim indikasi iklan obat tanpa resep, diketahui bahwa masih cukup banyak iklan
obat tanpa resep melalui media elektronik televisi yang tidak rasional. Hal ini
sangat merugikan masyarakat yang sering menggunakan obat tanpa resep, karena
iklan obat tanpa resep di televisi cukup berpengaruh terhadap perilaku mereka
dalam pemilihan obat, terutama bagi ibu rumah tangga yang sebagian besar
berperan sebagai pengambil keputusan dalam pemilihan obat untuk seluruh
anggota keluarga. Pemerintah, produsen obat tanpa resep, pihak pembuat iklan,
dan pihak stasiun televisi sebagai penayang iklan, diharapkan dapat bekerjasama
dengan baik untuk mewujudkan iklan obat tanpa resep di televisi yang rasional.
Tindakan ini perlu segera dilakukan agar tercapai pengobatan sendiri dengan obat
tanpa resep yang rasional di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu pengobatan
yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada terhadap
efek samping obat. Dengan demikian, dapat tercapai keberhasilan terapi dengan
obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan, meskipun hanya
mengeluarkan biaya yang relatif murah.
Berikut ini disajikan ringkasan hasil evaluasi kerasionalan iklan obat
tanpa resep untuk setiap jenis obat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXXIV. Kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006 )
Kerasionalan Kelengkapan Informasi No. Jenis Obat WHO (1988) Kep.Men.Kes No. 386 /1994
Kerasionalan Klaim
Indikasi 1. Actifed Ekspektoran tidak rasional tidak rasional rasional 2. Anakonidin tidak rasional rasional tidak rasional 3. Asthma Soho tidak rasional tidak rasional rasional 4. Biogesic Anak tidak rasional tidak rasional rasional 5. Bodrex tidak rasional tidak rasional tidak rasional 6. Bodrex Flu & Batuk tidak rasional rasional tidak rasional 7. Bodrex Migra tidak rasional tidak rasional rasional 8. Bodrexin tidak rasional rasional rasional 9. Bodrexin Flu & Batuk tidak rasional rasional tidak rasional 10. Canesten tidak rasional tidak rasional tidak rasional 11. Contrexyn tidak rasional tidak rasional rasional 12. Creobic tidak rasional tidak rasional rasional 13. Decolgen tidak rasional tidak rasional tidak rasional 14. Fatigon tidak rasional tidak rasional tidak rasional 15. Fungiderm tidak rasional tidak rasional rasional 16. Insto tidak rasional tidak rasional rasional 17. Inza tidak rasional rasional rasional 18. Inzana tidak rasional tidak rasional rasional 19. Komix G tidak rasional tidak rasional tidak rasional 20. Laserin tidak rasional tidak rasional tidak rasional 21. Mixagrip Flu & Batuk tidak rasional tidak rasional tidak rasional 22. Mylanta tidak rasional tidak rasional rasional 23. Neo Entrostop tidak rasional tidak rasional rasional 24. Neo Napacin tidak rasional tidak rasional rasional 25. Neo Rheumacyl tidak rasional tidak rasional rasional 26. Neo Rheumacyl Neuro tidak rasional tidak rasional rasional 27. Neo Ultracap tidak rasional tidak rasional tidak rasional 28. Neo Ultrasiline tidak rasional tidak rasional rasional 29. Neosanmag Fast tidak rasional tidak rasional rasional 30. Neuralgin tidak rasional tidak rasional rasional 31. Obat Sakit Kepala Cap 19 tidak rasional tidak rasional rasional 32. OBH Combi Batuk Pilek tidak rasional tidak rasional tidak rasional 33. OBH Tropica Plus tidak rasional rasional tidak rasional 34. Oskadon tidak rasional rasional rasional 35. Oskadon SP tidak rasional tidak rasional rasional 36. Panadol Extra tidak rasional tidak rasional rasional 37. Paramex tidak rasional rasional rasional 38. Paramex Flu & Batuk tidak rasional tidak rasional tidak rasional 39. Poldan Mig tidak rasional tidak rasional rasional 40. Procold tidak rasional tidak rasional rasional 41. Sanaflu tidak rasional rasional tidak rasional 42. Sanaflu Forte tidak rasional rasional tidak rasional 43. Saridon tidak rasional tidak rasional rasional 44. Ultraflu tidak rasional tidak rasional rasional 45. Vicks Formula 44 tidak rasional tidak rasional tidak rasional 46. Visine tidak rasional tidak rasional rasional 47. Vitamin IPI A tidak rasional tidak rasional tidak rasional 48. Vitamin IPI B complex tidak rasional tidak rasional tidak rasional 49. Vitamin IPI B1 tidak rasional tidak rasional tidak rasional 50. Vitamin IPI B12 tidak rasional tidak rasional tidak rasional 51. Vitamin IPI C tidak rasional tidak rasional tidak rasional 52. Woods Antitusif tidak rasional tidak rasional rasional 53. Woods Ekspektoran tidak rasional tidak rasional rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap seluruh iklan obat tanpa resep pada
tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi swasta nasional Indonesia A, B, C,
D selama dua minggu (periode Juli 2006), didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Terdapat iklan obat tanpa resep sebesar 6,4% dari seluruh iklan.
2. a. Iklan obat tanpa resep paling banyak ditayangkan pada acara sinetron
(64,7%).
b. Iklan obat tanpa resep terbagi menjadi 13 kelas terapi, dan yang paling
banyak adalah kelas terapi obat analgesik (sakit kepala, demam) sebesar
23,6%.
c. Iklan obat tanpa resep golongan obat bebas terbatas (78,8%) jauh lebih
banyak daripada obat bebas (21,2%).
d. Iklan obat tanpa resep terdiri dari 56 jenis obat, dan yang paling banyak
adalah Mixagrip Flu & Batuk (8,6%).
e. Iklan obat tanpa resep untuk konsumen dewasa (92,5%) jauh lebih banyak
daripada untuk konsumen anak-anak (7,5%).
f. Iklan obat tanpa resep diiklankan oleh 21 produsen, dan yang paling
banyak adalah Konimex (16,5%).
3. Evalusi kerasionalan iklan obat tanpa resep dilakukan untuk 53 jenis obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Tidak ada yang kelengkapan informasi iklannya rasional berdasarkan
Kriteria Etik Promosi Obat-WHO (1988), tetapi 18,9% dinyatakan rasional
menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Persentase
informasi zat aktif dalam iklan (22,6%), nama dagang (100%), indikasi
(100%), kontraindikasi (0%), peringatan-perhatian (92,4%), nama industri
farmasi (88,7%), alamat industri farmasi (0%), dan efek samping obat
(20,8%).
b. Berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 386 tahun 1994, sebesar 58,5% iklan obat tanpa resep dinyatakan
rasional klaim indikasinya.
B. Saran
1. Perlu adanya upaya peningkatan kerasionalan kelengkapan informasi dan
klaim indikasi iklan obat tanpa resep di televisi untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat terutama kaum ibu terhadap iklan obat.
2. Perlu dilakukan pembaharuan peraturan pemerintah tentang kriteria iklan obat
tanpa resep khususnya di media televisi dan agar dapat benar-benar diterapkan
dalam pelaksanaan evaluasi iklan secara berkala.
3. Bagi peneliti lain, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
hubungan frekuensi dan kerasionalan iklan obat tanpa resep di televisi
terhadap pemilihan obat di masyarakat. Dapat juga dilakukan penelitian
serupa pada stasiun televisi, tayangan acara, dan kelas terapi yang berbeda
sehingga dapat dijadikan perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, T., 2003, Media Massa, Iklan dan Konsumtivisme, Warta Konsumen, Th. XXIX, No. 11, 12.
Achmad, J., 1996, Panduan Kesehatan Keluarga, 172, 202, Medi Media, Jakarta. Anief, M., 1985, Iklan dan Pengobatan Sendiri, Medika, Th. XI, No. 6, 523, 525. Anief, M., 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, 137, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Anonim, 1983, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1988, Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion, http://www.who.int/medicinedocs/library. Diakses pada 26 Juni 2006.
Anonim, 1992, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, 5,
6,17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919/Menkes/Per/X/1993
tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 386/Menkes/SK/IV/1994
tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1996, Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia yang
Disempurnakan, 30, Komisi Periklanan Indonesia, Jakarta. Anonim, 1997a, Iklan Obat Cenderung Menyesatkan,
http://www.kompas.com/berita-terbaru/0203/06/headline/014.htm. Diakses pada 10 Juni 2006.
Anonim, 1997b, Kompendia Obat Bebas, Ed. II, Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Anonim, 1997c, Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 10, Jakarta.
Anonim, 1997d, Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika,
Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 97, Jakarta. Anonim, 1998, Peraturan Pemerintah RI No. 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Lembaran Negara RI tahun 1998 No. 138, Jakarta
Anonim, 1999, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Lembaran Negara RI Tahun 1999 No. 42, Jakarta. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2002a, Kian Banyak Masyarakat Lakukan Swamedikasi,
http://www.swara.tv/id/view_headline.php?ID=489. Diakses 8 Oktober 2006.
Anonim, 2002b, Televisi Tempat Favorit untuk Belanja Iklan, Kompas, Ed. 15
Desember,19. Anonim, 2002c, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
No.HK.00.05.3.02706 Tahun 2002 tentang Promosi Obat, www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/promosi_obat.pdf. Diakses pada 10 Juni 2006.
Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, Pengobatan Sendiri Bagian I, http://www.anugrah-
argon.com/news-detail.asp?nix=348&cix=1. Diakses pada 10 Juni 2006. Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol. 41, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim, 2007, 2006, Belanja Iklan Meningkat 17%,
http://www.suarapembaruan.com/news/2007/01/19/index.html-10k. Diakses pada 8 Februari 2007.
Ashaf, A.F., 1995, Iklan : Ketidaknyamanan dan Kaburnya Identitas Media,
Warta Konsumen, Th. XXI, No. 10, 38.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bovee, C.L., dan Arens, W.F., 1986, Contemporary Advertising, 2nd Ed., 9, Irwin Homework, Illinois.
Covington, T.R., 2000, Self Care and Nonprescription Pharmacotheraphy,
Handbook of Nonprescription Drugs, 12th Ed., 5, American Pharmaceutical Association, Washington DC.
Danto, 2004, Sebagian Besar Iklan Obat dan Makanan Menyesatkan,
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2004/01/08/brk,20040108-28,id.html. Diakses pada 10 Juni 2006.
Donatus, I.A., 1997, Kajian terhadap Kerasionalan Produk Obat Selesma yang
Beredar di Pasaran, Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, 1-3, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Faisal, S., 1989, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasinya,
67, 168, CV. Rajawali, Jakarta. Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Ed. IV (dengan perbaikan),
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Gilson, C., dan Berkman, H.W., 1993, Advertising Concepts and Strategies, 1nd
Ed., 267, 336, 337, University of Miami, New York. Hadi, S., 2004, Metodologi Research, Jilid 1, Ed. II, 91, Penerbit Andi,
Yogyakarta. Hardjasaputra, S. L. P., Budipranoto, G., Sembiring, S.U., Kamil, I., 2002, Data
Obat di Indonesia, Ed. X, Grafidian Medipress, Jakarta. Harto, P.P., Ratnasari, E., Saragih, H.P., dan Mudjiono, 2006, Raja-Raja TV: Raja
TV…..Raja Akuisisi, http://www.scylics.multiply.com/journal/item/186-19k. Diakses pada 8 Februari 2007.
Hasan, M.I., 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 60, Ghalia Indonesia,
Jakarta. Herdiawan, P., Wicaksono, D., Ratnasari, E., Febryanto, H., dan Darmawan, H.,
2005, Bisnis Farmasi: Ini Dia Para Penguasanya, Warta Ekonomi, Th. XVII, No. 08, 25.
Holt, G.A., dan Hall, E.L., 1990, The Self-Care Movement, Handbook of
Nonprescription Drugs, 9th Ed., 2, 3, 6, American Pharmaceutical Association, Washington DC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ima, 2004, Kamu Sudah Merdeka dalam Menonton Televisi?, http://infotechima.multiply.com/journal. Diakses pada 10 Juni 2006.
Kotler, P., 2003a, Marketing Management, diterjemahkan oleh Benyamin Molan,
Ed. XI, Jilid 1, 202, Prenhallindo, Jakarta. Kotler, P., 2003b, Marketing Management, diterjemahkan oleh Benyamin Molan,
Ed. XI, Jilid 2, 278, 287, 289, 290, Prenhallindo, Jakarta. Laksono, H. N., 1995, “Gila Belanja” Kodrat Wanita?, Warta Konsumen, No. 11,
33. Marlinda, I., 1995, Memilih Obat untuk Keluarga Tanggung Wanita, Benarkah?,
Warta Konsumen, No. 7, 16. Marlinda, I., 2003a, Jamu atau Obat Tradisional, Warta Konsumen, Th. XXIX,
No. 8, 25. Marlinda, I., 2003b, Mengembangkan Pengobatan Mandiri Melalui “ CBIA”,
Warta Konsumen, Th. XXIX, No. 10, 13-14. Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, 157, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Papilaya, Y., 2003, Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi dan Peranannya
dalam Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung Apotek di Pusat Kota Magelang, Skripsi, 43, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Perry, L.M., dan Metzger, J., 1980, Medicinal Plants of East and South East Asia,
MIT Press, Massachusetts, USA. Poerwanto, H. G., 1999, Mengevaluasi Efektivitas Program Periklanan, Widya
Dharma, Th. IX, No. 2, 76-77. Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 10-11, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Primantana, A., 2001, Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Angkatan 1997-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi, 43, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Puspadewi, I., 1993, Televisi dan Kita, Warta Konsumen, Th. XIX, No. 227, 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sartono, 1993, Apa yang Sebaiknya Anda Ketahui tentang Obat-Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Ed. I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sarwono, S., 2004, Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
31-32, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Setiadji, R., 1996, Pemberian Informasi Obat kepada Pasien Menuju Penggunaan
Obat Rasional, Medika, Th. XXII, No. 5, 384. Sidabalok, J., 1999, Analisis terhadap Iklan dan Praktik Periklanan Menurut
Hukum, Atma nan Jaya, Th. XII, No. 2, 108. Sudarwanto, B., 1996, Hati-hati Memilih Obat Bebas, Warta Konsumen, Th.
XXII, No. 1, 30, 31. Sukasediati, N., 1996, Peningkatan Mutu Pengobatan Sendiri Menuju Kesehatan
Untuk Semua, Buletin Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Vol.18, 21, 23.
Suryawati, S., 1997, Etika Promosi Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Simposium
Nasional Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 1, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Widanenci, M. I., 2007, Persepsi Konsumen tentang Iklan Jamu Pelangsing di
Televisi dan Pengaruhnya terhadap Motivasi Pemilihan Jamu Pelangsing di Kalangan Pengunjung Tetap 5 Pusat Kebugaran di Kota Yogyakarta Periode Maret-Juni 2005, Skripsi, 40, 41, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Widyatama, R., 2005, Pengantar Periklanan, 13, 25, 29-30, Buana Pustaka
Indonesia, Jakarta. Wiwiek, 1993, Dampak Iklan, Warta Konsumen, Th. XIX, No. 235, 43. Yulia, S. M., 1993, Berpacu di Layar Kaca, Warta Konsumen, Th. XIX, No. 227,
7. Zahir, H. G., 1996, Survei YLKI : Iklan Obat Sesatkan Konsumen?, Warta
Konsumen, Th. XXII, No. 7, 18, 19, 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006) Hari 1
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
07.30-09.00 Film India
09.00-10.00 Sinetron Kusebut Nama-Mu
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Liontin
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Bunga Malam
20.00-21.00 Mega Sinetron Aku Bukan Untukmu
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 2
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
09.00-10.00 Sinetron Kusebut Nama-Mu
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Liontin
16.00-16.30 Infotainmen Kabar-kabari
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Putri yang Terbuang
20.00-21.00 M. Sinetron Anakku Bukan Anakku
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 3
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
09.00-10.00 Sinetron Kusebut Nama-Mu
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Liontin
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Ratapan Anak Tiri
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 4
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
09.00-10.00 Sinetron Maha Kasih
11.30-12.00 Infotainmen Silet
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-21.00 Mega Sinetron Maha Kasih
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 5
06.30-07.00 Infotainmen Go Spot
11.30-12.00 Infotainmen Silet
15.00-15.30 Infotainmen Peri Gosip
16.00-16.30 Infotainmen Kabar-kabari
18.00-19.00 Mega Sinetron Kusebut Nama-Mu
19.00-20.00 Mega Sinetron Habibi & Habibah
20.00-22.00 Mega Sinetron Pintu Hidayah
Hari 6
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.00-10.00 Sinetron Pintu Hidayah
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Liontin
16.00-16.30 Infotainmen Kabar-kabari
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Impian Cinderella
20.00-21.00 Mega Sinetron Istri untuk Suamiku
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 7
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.00-10.00 Sinetron Pintu Hidayah
11.30-12.00 Infotaimen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Liontin
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 M.Sin. Bukan Salah Bunda M.
20.00-21.00 Mega Sinetron Bukan Diriku
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 8
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.00-09.00 Sinetron Air Mata Ibu
09.00-10.00 Sinetron Perkawinan Sedarah
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Pintu Hidayah
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Bunga Malam
20.00-21.00 Mega Sinetron Aku Bukan Untukmu
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 9
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.00-09.00 Sinetron Air Mata Ibu
09.00-10.00 Sinetron Perkawinan Sedarah
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Pintu Hidayah
16.00-16.30 Infotainmen Kabar-kabari
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Putri yang Terbuang
20.00-21.00 M. Sinetron Anakku Bukan Anakku
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 10
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.00-09.00 Sinetron Air Mata Ibu
09.00-10.00 Sinetron Perkawinan Sedarah
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Pintu Hidayah
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Ratapan Anak Tiri
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 11
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.30-10.30 Sinetron Pintu Hidayah
11.30-12.00 Infotainmen Silet
14.30-15.30 Infotainmen Kabar-kabari Spesial
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-21.00 Mega Sinetron Maha Kasih
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 12
06.30-07.00 Infotainmen Go Spot
11.30-12.00 Infotainmen Silet
15.00-15.30 Infotainmen Peri Gosip
16.00-16.30 Infotainmen Kabar-kabari
18.00-19.00 Mega Sinetron Kusebut Nama-Mu
19.00-20.00 Mega Sinetron Habibi & Habibah
Hari 13
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.00-09.00 Sinetron Air Mata Ibu
09.00-10.00 Sinetron Perkawinan Sedarah
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Pintu Hidayah
16.00-16.30 Infotainmen Kabar-kabari
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 Mega Sinetron Impian Cinderella
20.00-21.00 Mega Sinetron Istri untuk Suamiku
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Hari 14
07.00-07.30 Infotainmen Go Spot
08.00-09.00 Sinetron Air Mata Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
09.00-10.00 Sinetron Perkawinan Sedarah
11.30-12.00 Infotainmen Silet
13.00-15.00 Film Spesial Siang (Warkop)
15.00-16.00 Sinetron Pintu Hidayah
16.00-16.30 Infotainmen Cek & Ricek
17.00-17.30 Sinetron Komedi OB
18.00-19.00 Mega Sinetron Bintang
19.00-20.00 M.Sin. Bukan Salah Bunda M.
20.00-21.00 Mega Sinetron Bukan Diriku
21.00-22.00 Mega Sinetron Cincin
Lampiran 2. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006) Hari 1
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Princess Lulu
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-20.00 Sinetron Unggulan Pink
20.00-21.00 Sin. Unggulan Senyumku Tangisku
21.00-22.00 Sinetron Unggulan Doa
Hari 2
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Princess Lulu
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-21.00 Sinetron Unggulan Misteri Illahi
21.00-23.00 Sinema Pilihan
Hari 3
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
08.00-10.00 Sinetron Perjaka
10.00-10.30 Infotainmen Reality
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Princess Lulu
19.00-20.00 Sinetron Unggulan Orang Ketiga
Hari 4
06.30-07.00 Program Memasak Aroma
07.00-08.00 Program Memasak Iron Chef
09.30-11.00 Infotainmen KiSS Plus
13.00-15.00 Sinetron Misteri
19.00-21.00 Gelar Film Indonesia
Hari 5
11.00-12.30 Serial Drama Korea Princess Hours
13.30-15.30 Sinetron Misteri
16.00-16.30 Infotainmen Issue
Hari 6
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Rosy Life
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-21.00 Sin. Unggulan Misteri Dua Dunia
21.00-22.00 Sinetron Unggulan Kamandaka
Hari 7
07.30-08.0 Infotainmen KiSS
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Rosy Life
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-21.00 Gelar Film Indonesia
21.00-22.00 Sinetron Unggulan J
Hari 8
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Rosy Life
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-20.00 Sinetron Unggulan Pink
20.00-21.00 Sin. Unggulan Senyumku Tangisku
21.00-22.00 Sinetron Unggulan Doa
Hari 9
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Rosy Life
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-21.00 Sinetron Unggulan Misteri Illahi
21.00-23.00 Sinema Pilihan
Hari 10
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
08.00-10.00 Sinetron Perjaka
10.00-10.30 Infotainmen Reality
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Korea Rules of Love
17.00-18.00 Serial Drama Korea Rosy Life
19.00-20.00 Sinetron Unggulan Orang Ketiga
Hari 11
06.30-07.00 Program Memasak Aroma
07.00-08.00 Program Memasak Iron Chef
09.30-11.00 Infotainmen KiSS Plus
13.00-15.00 Sinetron Misteri
19.00-21.00 Gelar Film Indonesia
Hari 12
11.00-12.30 Serial Drama Korea Princess Hours
13.30-15.30 Sinetron Misteri
16.00-16.30 Infotainmen Issue
Hari 13
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Asia
17.00-18.00 Serial Drama Korea Rosy Life
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-21.00 Sin. Unggulan Misteri Dua Dunia
21.00-22.00 Sinetron Unggulan Kamandaka
Hari 14
07.30-08.00 Infotainmen KiSS
09.30-11.30 Sinetron Tawakal
13.00-15.00 Sinetron Misteri
16.00-17.00 Serial Drama Asia
17.00-18.00 Serial Drama Korea Rosy Life
18.00-19.00 Sin. Ung. Abadi untuk Selamanya
19.00-21.00 Gelar Film Indonesia
21.00-22.00 Sinetron Unggulan J
Lampiran 3. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli 2006)
Hari 1
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-09.00 Sinetron Suratan Takdir
11.00-11.30 Infotainmen Hot Shot
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Kafir
14.00-15.00 Sinetron Topeng
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
19.00-20.00 Gala Sinetron Benci Bilang Cinta
20.00-21.00 G. Sin. Jangan Berhenti Mencintaiku
21.00-23.00 Gala Bollywood
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hari 2
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-09.00 Sinetron Suratan Takdir
11.00-11.30 Infotainmen Halo Selebriti
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Kafir
14.00-15.00 Sinetron Topeng
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
19.00-20.00 Gala Sinetron Juragan Jengkol
20.00-21.00 Gala Sinetron Kuasa Illahi
Hari 3
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
09.30-10.30 Sinetron Iman
10.30-11.00 Infotainmen Sketsa Selebritis
11.00-11.30 Infotainmen Otista
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
19.00-21.00 Gala Sinetron Suratan Takdir
Hari 4
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
11.00-11.30 Infotainmen Hot Shot
15.00-15.30 Infotainmen Bibir Plus
15.30-16.00 Infotainmen Kasak-Kusuk
19.00-20.00 Gala Sinetron Iman
20.00-21.00 Gala Sinetron Mimpi Manis
Hari 5
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
11.00-11.30 Infotainmen Hot Shot
15.00-15.30 Infotainmen Bibir Plus
15.30-16.00 Infotainmen Kasak-kusuk
19.00-20.00 Gala Sinetron Si Yoyo-3
20.00-21.00 Gala Sinetron Toyib Minta Kawin
Hari 6
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-08.30 Sinetron Anak Pungut
08.30-09.30 Telenovela Paulina
08.30-09.30 Telenovela Paulina
11.00-11.30 Infotainmen Otista
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Kafir
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
20.00-21.00 Gala Sinetron Samson Betawi
21.00-22.00 Gala Sinetron Perempuan Teraniaya
Hari 7
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-08.30 Sinetron Anak Pungut
08.30-09.30 Telenovela Paulina
11.00-11.30 Infotainmen Halo Selebriti
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Kafir
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
19.00-20.00 Gala Sinetron Kau Masih Kekasihku
20.00-21.00 Gala Sinetron Malin Kundang
Hari 8
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-08.30 Sinetron Anak Pungut
08.30-09.30 Telenovela Paulina
11.00-11.30 Infotainmen Hot Shot
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Kafir
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
19.00-20.00 Gala Sinetron Benci Bilang Cinta
20.00-21.00 Gala Sinetron Perawan Desa
21.00-23.00 Gala Bollywood
Hari 9
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-08.30 Sinetron Anak Pungut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
08.30-09.30 Telenovela Paulina
11.00-11.30 Infotainmen Halo Selebriti
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Kafir
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
19.00-20.00 Gala Sinetron Juragan Jengkol
20.00-21.00 G. Sinetron Cintaku Berat di Ongkos
Hari 10
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
09.30-10.30 Sinetron Iman
10.30-11.00 Infotainmen Sketsa Selebritis
11.00-11.30 Infotainmen Otista
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
19.00-21.00 Gala Sinetron Suratan Takdir
Hari 11
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
08.30-10.30 Sinema Sabtu Pagi
11.00-11.30 Infotainmen Hot Shot
15.00-15.30 Infotainmen Bibir Plus
15.30-16.00 Infotainmen Kasak-kusuk
19.00-20.00 Gala Sinetron Iman
20.00-21.00 Gala Sinetron Mimpi Manis
Hari 12
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
11.00-11.30 Infotainmen Hot Shot
15.00-15.30 Infotainmen Bibir Plus
15.30-16.00 Infotainmen Kasak-kusuk
19.00-20.00 Gala Sinetron Si Yoyo-3
20.00-21.00 Gala Sinetron Toyib Minta Kawin
Hari 13
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-08.30 Sinetron Kafir
08.30-09.30 Telenovela Paulina
11.00-11.30 Infotainmen Otista
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Pilihlah Aku
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
20.00-21.00 Gala Sinetron Kiamat Sudah Dekat
21.00-22.00 Gala Sinetron Perempuan Teraniaya
Hari 14
07.00-07.30 Infotainmen Was-was
07.30-08.30 Sinetron Kafir
08.30-09.30 Telenovela Paulina
11.00-11.30 Infotainmen Halo Selebriti
12.30-13.00 Infotainmen Ada Gosip
13.00-14.00 Sinetron Pilihlah Aku
15.00-15.30 Infotainmen Kasak-kusuk
15.30-16.30 Serial Drama Asia Twins
16.30-17.30 Sinetron Curi Pandang Cari Perhatian
19.00-20.00 Gala Sinetron Kau Masih Kekasihku
20.00-21.00 Gala Sinetron Malin Kundang
Lampiran 4. Jadwal tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006) Hari 1
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-08.00 Telenovela Impian Arabella
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-15.30 Sinema Spesial
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.00 Sinetron Asyik Jalan Keadilan
20.00-21.00 Sinetron Asyik Rindu-rindu Asmara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hari 2
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-08.00 Telenovela Impian Arabella
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-15.30 Sinema Spesial
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.00 Sinetron Asyik Itok Kabayan Junior
20.00-21.00 Sinetron Asyik Jangan Curi Hatiku
21.00-22.00 Sinetron Asyik Yang Ada dan Tiada
Hari 3
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.30-09.00 Layar Jumat Pagi
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-15.30 Layar Jumat Siang
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.00 Sinetron Asyik Emak Gue Jagoan
20.00-21.30 Sinetron Asyik Rahmat Illahi
Hari 4
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
08.30-09.00 P. Memasak Santapan Nusantara
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-15.30 Layar Sabtu Siang
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
Hari 5
08.00-09.00 Sinetron Jalan Kemenangan
09.00-10.00 Infotainmen Go Show
11.30-13.00 Sinema Religi Terbaik
14.00-15.00 Sinetron Kehendakmu
17.30-18.00 Sinetron Tuyul & Mbak Yul
18.00-19.30 Sinetron Asyik Rahasia Illahi
19.30-21.00 Sinema Asyik
21.00-22.00 Sinetron Asyik Arti Cinta
Hari 6
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-07.30 Telenovela Impian Arabella
07.30-09.00 Sinema Religi Pilihan
09.00-10.30 Layar Pilihan
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
20.00-21.00 Sin. Asyik Jangan Panggil Aku Ibu
21.00-22.30 Sinetron Asyik Rahasia Illahi
Hari 7
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-07.30 Telenovela Impian Arabella
07.30-09.00 Sinema Religi Pilihan
09.00-10.30 Layar Pilihan
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.30 Sinema Asyik
20.30-21.30 Sinetron Asyik Hidayahmu
Hari 8
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-08.00 Telenovela Impian Arabella
08.00-09.00 Sinetron Dewi Angin-angin
09.00-10.30 Sinema Religi Pilihan
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-14.30 Sinetron Subhanallah
14.30-15.30 Sinetron Si Kembar
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.00 Sinetron Asyik Jalan Keadilan
20.00-21.00 Sinetron Asyik Rindu-rindu Asmara
Hari 9
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-08.00 Telenovela Impian Arabella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
08.00-09.00 Sinetron Dewi Angin-angin
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-14.30 Sinetron Subhanallah
14.30-15.30 Sinetron Si Kembar
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.00 Sinetron Asyik Itok Kabayan Junior
20.00-21.00 Sinetron Asyik Jangan Curi Hatiku
21.00-22.00 Sinetron Asyik Yang Ada dan Tiada
Hari 10
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.30-09.00 Layar Jumat Pagi
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-15.30 Layar Jumat Siang
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.00 Sinetron Asyik Emak Gue Jagoan
20.00-21.30 Sinetron Asyik Rahmat Illahi
Hari 11
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
08.30-09.00 P. Memasak Santapan Nusantara
09.00-10.30 Layar Pilihan
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
Hari 12
07.00-08.00 Sinetron Orang-orang Pilihan
08.00-09.00 Sinetron Jalan Kemenangan
09.00-10.00 Infotainmen Go Show
11.30-13.00 Sinema Religi Terbaik
17.30-18.00 Sinetron Tuyul & Mbak Yul
18.00-19.00 Sinetron Asyik Rahasia Illahi
21.00-22.00 Sinetron Asyik Arti Cinta
Hari 13
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-08.00 Telenovela Impian Arabella
08.00-09.00 Sinetron Dewi Angin-angin
09.00-10.30 Sinema Religi Pilihan
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-14.30 Sinetron Subhanallah
14.30-15.30 Sinetron Si Kembar
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
20.00-21.00 Sin. Asyik Jangan Panggil Aku Ibu
21.00-22.30 Sinetron Asyik Rahasia Illahi
Hari 14
06.30-07.00 Infotainmen Kassel
07.00-08.00 Telenovela Impian Arabella
08.00-09.00 Sinetron Dewi Angin-angin
09.00-10.30 Sinema Religi Pilihan
10.30-11.00 Infotainmen Go Show
12.00-13.30 Sinema Religi Terbaik
13.30-14.30 Sinetron Subhanallah
14.30-15.30 Sinetron Si Kembar
15.30-16.00 Infotainmen Blak-blakan Selebriti
17.30-18.00 Infotainmen Zig Zag
19.00-20.30 Sinema Asyik
Lampiran 5. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu- ibu di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006) Hr JA & WT JI ΣF
1 0
2 1
1. Infotainmen 07.00-07.30
3 2
4 8 5 2 6 11
Film 1 4
2 3 3 1 4 39
07.30-09.00
5 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 31 1 1 2 1 3 2 4 15 5 11
Sinetron 09.00-10.00
6 21 1 2 2 3 3 1 4 10 5 4
Infotainmen 11.30-12.00
6 11 1 6 2 0 3 5 4 28 5 19
Film 13.00-15.00
6 35 1 2 2 1 3 4 4 19 5 8
Sinetron 15.00-16.00
6 20 1 1 2 1 3 1 4 2 5 2
Infotainmen 16.00-16.30
6 8 1 0 2 0 3 0 4 2 5 0
Sinetron 17.00-17.30
6 6 1 11 2 3 3 4 4 34 5 10
Sinetron 18.00-19.00
6 17 1 0 2 0
Sinetron 19.00-20.00
3 1
4 17 5 2 6 20 1 7 2 1 3 7 4 14 5 8
Sinetron 20.00-21.00
6 19 1 2 2 2 3 9 4 19 5 12
Sinetron 21.00-22.00
6 19 1 0 2 0 3 2 4 8 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 10 1 1 2 0 3 2 4 21 5 10
Sinetron 09.00-10.00
6 24 1 2 2 3 3 6 4 7 5 7
Infotainmen 11.30-12.00
6 12 1 6 2 0 3 2 4 37 5 27
Film 13.00-15.00
6 37 1 6 2 1 3 5 4 24 5 14
Sinetron 15.00-16.00
6 15
2.
Infotainmen 1 5
2 0 3 3 4 11 5 3
16.00-16.30
6 4 1 1 2 0 3 0 4 4 5 0
Sinetron 17.00-17.30
6 9 1 10 2 3 3 2 4 39 5 9
Sinetron 18.00-19.00
6 12 1 3 2 5 3 7 4 52 5 10
Sinetron 19.00-20.00
6 26 1 2 2 0 3 1 4 14 5 2
Sinetron 20.00-21.00
6 12 1 5 2 1 3 10 4 24 5 6
Sinetron 21.00-22.00
6 19 1 0 2 0 3 0 4 11 5 4
Infotainmen 07.00-07.30
6 12 1 2 2 1 3 2 4 28
3.
Sinetron 09.00-10.00
5 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 14 1 0 2 2 3 4 4 17 5 1
Infotainmen 11.30-12.00
6 10 1 9 2 1 3 2 4 55 5 18
Film 13.00-15.00
6 33 1 5 2 3 3 5 4 14 5 14
Sinetron 15.00-16.00
6 15 1 3 2 1 3 0 4 10 5 1
Infotainmen 16.00-16.30
6 10 1 0 2 0 3 0 4 6 5 0
Sinetron 17.00-17.30
6 11 1 11 2 2 3 12 4 33 5 6
Sinetron 18.00-19.00
6 22 1 5 2 0 3 3 4 23 5 5
Sinetron 19.00-20.00
6 23 1 5 2 0
Sinetron 21.00-22.00
3 9
4 21 5 9 6 24 1 1 2 0 3 0 4 8 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 14 1 4 2 0 3 3 4 22 5 15
Sinetron 09.00-10.00
6 13 1 3 2 3 3 4 4 14 5 5
Infotainmen 11.30-12.00
6 10 1 2 2 1 3 1 4 9 5 2
Infotainmen 16.00-16.30
6 11 1 13 2 3 3 3 4 40 5 14
Sinetron 18.00-19.00
6 16 1 1 2 0 3 3 4 16 5 2
Sinetron 19.00-21.00
6 43 1 7 2 0 3 9 4 23 5 11
4.
Sinetron 21.00-22.00
6 21 5. Infotainmen 1 4
2 0 3 1 4 9 5 5
06.30-07.00
6 5 1 4 2 2 3 5 4 17 5 5
Infotainmen 11.30-12.00
6 7 1 2 2 0 3 1 4 10 5 2
Infotainmen 15.00-15.30
6 12 1 1 2 2
3 2 4 10 5 3
Infotainmen 16.00-16.30
6 7 1 7 2 3 3 0 4 7 5 3
Sinetron 18.00-19.00
6 24 1 1 2 0 3 1 4 17 5 1
Sinetron 19.00-20.00
6 16 1 12 2 0 3 15 4 42 5 16
Sinetron 20.00-22.00
6 41 1 0 2 0 3 1 4 10
6. Infotainmen 07.00-07.30
5 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 11 1 3 2 4 3 2 4 35 5 14
Sinetron 08.00-10.00
6 38 1 0 2 3 3 5 4 9 5 3
Infotainmen 11.30-12.00
6 9 1 4 2 5 3 4 4 43 5 9
Film 13.00-15.00
6 37 1 5 2 5 3 2 4 23 5 16
Sinetron 15.00-16.00
6 18 1 0 2 1 3 0 4 9 5 1
Infotainmen 16.00-16.30
6 12 1 0 2 0 3 0 4 1 5 0
Sinetron 17.00-17.30
6 7 1 12 2 3 3 5 4 42 5 4
Sinetron 18.00-19.00
6 13 1 10 2 2
Sinetron 19.00-20.00
3 7
4 43 5 16 6 22 1 12 2 2 3 6 4 57 5 17
Sinetron 20.00-21.00
6 31 1 5 2 1 3 10 4 18 5 14
Sinetron 21.00-22.00
6 23 1 0 2 1 3 0 4 4 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 13 1 7 2 4 3 4 4 38 5 8
Sinetron 08.00-10.00
6 39 1 4 2 4 3 3 4 7 5 5
Infotainmen 11.30-12.00
6 12 1 9 2 2 3 2 4 49 5 21
Film 13.00-15.00
6 52 1 2 2 5 3 1 4 27 5 14
Sinetron 15.00-16.00
6 18
7.
Infotainmen 1 4
2 1 3 0 4 3 5 1
16.00-16.30
6 18 1 1 2 1 3 0 4 7 5 0
Sinetron 17.00-17.30
6 7 1 12 2 3 3 7 4 52 5 11
Sinetron 18.00-19.00
6 20 1 0 2 1 3 0 4 23 5 4
Sinetron 19.00-20.00
6 16 1 3 2 0 3 0 4 7 5 2
Sinetron 20.00-21.00
6 22 1 9 2 3 3 7 4 33 5 11
Sinetron 21.00-22.00
6 33 1 0 2 0 3 0 4 8 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 14 1 6 2 0 3 4 4 17
8.
Sinetron 08.00-09.00
5 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 22 1 5 2 0 3 1 4 10 5 6
Sinetron 09.00-10.00
6 20 1 6 2 2 3 4 4 8 5 4
Infotainmen 11.30-12.00
6 12 1 8 2 3 3 6 4 48 5 13
Film 13.00-15.00
6 42 1 3 2 3 3 3 4 25 5 9
Sinetron 15.00-16.00
6 17 1 0 2 2 3 1 4 5 5 1
Infotainmen 16.00-16.30
6 14 1 0 2 0 3 1 4 6 5 1
Sinetron 17.00-17.30
6 4 1 11 2 4 3 4 4 38 5 14
Sinetron 18.00-19.00
6 25 1 0 2 2
Sinetron 19.00-20.00
3 1
4 20 5 1 6 16 1 8 2 1 3 5 4 25 5 7
Sinetron 20.00-21.00
6 29 1 11 2 0 3 11 4 25 5 21
Sinetron 21.00-22.00
6 33 1 1 2 0 3 1 4 11 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 12 1 8 2 1 3 6 4 15 5 20
Sinetron 08.00-09.00
6 20 1 4 2 2 3 3 4 14 5 7
Sinetron 09.00-10.00
6 22 1 6 2 0 3 7 4 12 5 4
Infotainmen 11.30-12.00
6 9 1 9 2 1 3 5 4 45 5 23
Film 13.00-15.00
6 51
9.
Sinetron 1 5
2 4 3 7 4 28 5 17
15.00-16.00
6 19 1 2 2 2 3 0 4 8 5 3
Infotainmen 16.00-.16.30
6 11 1 0 2 0 3 2 4 5 5 0
Sinetron 17.00-17.30
6 5 1 15 2 4 3 4 4 28 5 23
Sinetron 18.00-19.00
6 26 1 8 2 6 3 7 4 70 5 22
Sinetron 19.00-20.00
6 27 1 4 2 0 3 6 4 30 5 8
Sinetron 20.00-21.00
6 16 1 8 2 1 3 8 4 18 5 11
Sinetron 21.00-22.00
6 22 1 0 2 1 3 0 4 12
10. Infotainmen 07.00-07.30
5 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 13 1 8 2 1 3 5 4 21 5 23
Sinetron 08.00-09.00
6 22 1 2 2 2 3 3 4 30 5 13
Sinetron 09.00-10.00
6 22 1 4 2 1 3 3 4 14 5 1
Infotainmen 11.30-12.00
6 11 1 8 2 4 3 3 4 31 5 15
Film 13.00-15.00
6 43 1 12 2 3 3 6 4 17 5 19
Sinetron 15.00-16.00
6 27 1 2 2 2 3 0 4 13 5 2
Infotainmen 16.00-16.30
6 13 1 0 2 1 3 3 4 6 5 3
Sinetron 17.00-17.30
6 5 1 15 2 2
Sinetron 18.00-19.00
3 5
4 43 5 10 6 23 1 4 2 1 3 4 4 33 5 9
Sinetron 19.00-20.00
6 17 1 6 2 3 3 8 4 35 5 17
Sinetron 21.00-22.00
6 21 1 1 2 0 3 0 4 5 5 0
Infotainmen 07.00-07.30
6 14 1 6 2 0 3 11 4 43 5 18
Sinetron 08.30-10.30
6 40 1 5 2 4 3 8 4 15 5 1
Infotainmen 11.30-12.00
6 12 1 8 2 0 3 3 4 10 5 1
Infotainmen 14.30-15.30
6 24 1 1 2 1 3 2 4 16 5 7
Infotainmen 16.00-16.30
6 8
11.
Sinetron 1 19
2 5 3 3 4 40 5 26
18.00-19.00
6 21 1 5 2 0 3 3 4 21 5 5
Sinetron 19.00-21.00
6 46 1 8 2 10 3 7 4 36 5 13
Sinetron 21.00-22.00
6 27 1 5 2 0 3 4 4 10 5 4
Infotainmen 06.30-07.00
6 14 1 5 2 1 3 8 4 14 5 5
Infotainmen 11.30-12.00
6 11 1 6 2 0 3 2 4 14 5 7
Infotainmen 15.00-15.30
6 14 1 3 2 2 3 0 4 13 5 3
Infotainmen 16.00-16.30
6 5 1 14 2 2 3 3 4 8
12.
Sinetron 18.00-19.00
5 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 20 1 3 2 0 3 1 4 21 5 2
Sinetron 19.00-20.00
6 15 1 14 2 0 3 24 4 58 5 14
Sinetron 20.00-22.00
6 40 1 1 2 0 3 3 4 14 5 4
Infotainmen 07.00-07.30
6 13 1 2 2 1 3 2 4 20 5 14
Sinetron 08.00-09.00
6 31 1 13 2 0 3 2 4 25 5 12
Sinetron 09.00-10.00
6 17 1 2 2 2 3 6 4 15 5 4
Infotainmen 11.30-12.00
6 16 1 11 2 1 3 8 4 39 5 16
Film 13.00-15.00
6 31 1 5 2 1
13.
Sinetron 15.00-16.00
3 3
4 22 5 18 6 26 1 7 2 2 3 3 4 14 5 6
Infotainmen 16.00-16.30
6 14 1 2 2 0 3 5 4 6 5 4
Sinetron 17.00-17.30
6 6 1 12 2 2 3 10 4 46 5 4
Sinetron 18.00-19.00
6 23 1 12 2 1 3 10 4 44 5 18
Sinetron 19.00-20.00
6 17 1 18 2 2 3 17 4 53 5 24
Sinetron 20.00-21.00
6 36 1 3 2 2 3 4 4 30 5 17
Sinetron 21.00-22.00
6 21 1 0 2 1 3 0 4 7 5 1
Infotainmen 07.00-07.30
6 12
14.
Sinetron 1 7
2 0 3 2 4 19 5 16
08.00-09.00
6 26 1 3 2 0 3 2 4 9 5 3
Sinetron 09.00-10.00
6 34 1 6 2 0 3 7 4 11 5 2
Infotainmen 11.30-12.00
6 15 1 6 2 0 3 4 4 19 5 3
Film 13.00-15.00
6 64 1 4 2 0 3 4 4 12 5 13
Sinetron 15.00-16.00
6 17 1 5 2 2 3 0 4 9 5 3
Infotainmen 16.00-16.30
6 17 1 0 2 0 3 1 4 6 5 2
Sinetron 17.00-17.30
6 9 1 12 2 2 3 6 4 28
Sinetron 18.00-19.00
5 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 28 1 0 2 3 3 0 4 6 5 0
Sinetron 19.00-20.00
6 25
1 6 2 0 3 0 4 20 5 3
Sinetron 20.00-21.00
6 19 Sinetron 1 7
2 0 3 10 4 33 5 15
21.00-22.00
6 35 Total 8571
Lampiran 6. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu- ibu di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006)
Hr JA & WT JI ΣF
1 5 2 5 3 2 4 10 5 4
Infotainmen 07.30-08.00
6 5 1 3 2 0 3 0 4 20 5 29
Sinetron 09.30-11.30
6 25 1 3 2 1 3 2 4 18 5 20
Sinetron 13.00-15.00
6 37 1 0 2 0 3 0 4 5 5 8
Serial drama 16.00-17.00
6 7 1 3 2 0 3 0 4 13 5 20
Serial drama 17.00-18.00
6 13 1 4
1.
Sinetron 18.00-19.00 2 0
3 2 4 11 5 23 6 10 1 2 2 0 3 4 4 9 5 21
Sinetron 19.00-20.00
6 15 1 0 2 0 3 0 4 10 5 3
Sinetron 20.00-21.00
6 5 1 2 2 1 3 1 4 11 5 6
Sinetron 21.00-22.00
6 14 1 5 2 5 3 4 4 13 5 5
Infotainmen 07.30-08.00
6 3 1 3 2 1 3 1 4 25
2.
Sinetron 09.30-11.30
5 25
6 20 1 2 2 1 3 2 4 9 5 18
Sinetron 13.00-15.00
6 32 1 0 2 0 3 4 4 4 5 4
Serial drama 16.00-17.00
6 8 1 3 2 2 3 0 4 8 5 28
Serial drama 17.00-18.00
6 6 1 1 2 0 3 3 4 13 5 20
Sinetron 18.00-19.00
6 10 1 4 2 1 3 5 4 21 5 16
Sinetron 18.00-19.00
6 16 1 4 Sinetron
21.00-23.00 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 4 4 14 5 16 6 36 1 6 2 2 3 3 4 11 5 5
Infotainmen 07.30-08.00
6 5 1 4 2 1 3 1 4 18 5 19
Sinetron 08.00-10.00
6 40 1 3 2 0 3 2 4 14 5 6
Infotainmen 10.00-10.30
6 3 1 2 2 1 3 1 4 20 5 14
Sinetron 13.00-15.00
6 27 1 0 2 0 3 1 4 3 5 1
Serial drama 16.00-17.00
6 6 1 3 2 1 3 0 4 11 5 21
Serial drama 17.00-18.00
6 7 1 0 2 0 3 0 4 5 5 23
3.
Sinetron 19.00-20.00
6 8
1 0 2 2 3 1 4 10 5 3
P. Memasak 06.30-07.00
6 1 1 2 2 0 3 1 4 20 5 6
P. Memasak 07.00-08.00
6 7 1 3 2 1 3 0 4 13 5 16
Infotainmen 09.30-11.00
6 11 1 2 2 1 3 2 4 20 5 17
Sinetron 13.00-15.00
6 25 1 4 2 2 3 3 4 20 5 25
4.
Film 19.00-21.00
6 16 1 0 2 0 3 0 4 23 5 17
Serial drama 11.00-12.30
6 15 1 5 2 1 3 1 4 22 5 21
Sinetron 13.30-15.30
6 29 1 2 2 1 3 1
5.
Infotainmen 16.00-16.30
4 13
5 3 6 8 1 3 2 4 3 2 4 8 5 4
Infotainmen 07.30-08.00
6 3 1 1 2 0 3 1 4 21 5 16
Sinetron 09.30-11.30
6 15 1 1 2 1 3 2 4 16 5 13
Sinetron 13.00-15.00
6 24 1 2 2 0 3 1 4 5 5 4
Serial drama 16.00-17.00
6 9 1 5 2 0 3 0 4 9 5 19
Serial drama 17.00-18.00
6 7 1 1 2 1 3 0 4 8 5 14
Sinetron 18.00-19.00
6 8 1 5 2 1 3 7 4 25 5 18
Sinetron 19.00-21.00
6 18 1 0
6.
Sinetron 21.00-22.00 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 0 4 7 5 9 6 11 1 3 2 3 3 1 4 9 5 3
Infotainmen 07.30-08.00
6 7 1 1 2 1 3 1 4 21 5 22
Sinetron 09.30-11.30
6 13 1 3 2 1 3 2 4 15 5 16
Sinetron 13.00-15.00
6 31 1 0 2 0 3 0 4 2 5 5
Serial drama 16.00-17.00
6 4 1 5 2 0 3 0 4 10 5 21
Serial drama 17.00-18.00
6 12 1 4 2 0 3 2 4 8 5 14
Sinetron 18.00-19.00
6 14 1 1 2 0 3 1 4 3 5 4
7.
Film 19.00-21.00
6 21
1 1 2 2 3 0 4 13 5 14
Sinetron 21.00-22.00
6 20 1 4 2 2 3 3 4 4 5 8
Infotainmen 07.30-08.00
6 12 1 2 2 0 3 3 4 11 5 27
Sinetron 09.30-11.30
6 24 1 5 2 1 3 1 4 20 5 21
Sinetron 13.00-15.00
6 28 1 0 2 0 3 1 4 0 5 6
Serial drama 16.00-17.00
6 9 1 1 2 0 3 2 4 9 5 30
Serial drama 17.00-18.00
6 5 1 0 2 0 3 3 4 9 5 20
Sinetron 18.00-19.00
6 3 1 1 2 0 3 2
8.
Sinetron 19.00-20.00
4 11
5 22 6 16 1 0 2 0 3 0 4 3 5 5
Sinetron 20.00-21.00
6 8 1 1 2 1 3 1 4 17 5 10
Sinetron 21.00-22.00
6 12 1 2 2 5 3 5 4 10 5 8
Infotainmen 07.30-08.00
6 7 1 1 2 0 3 3 4 11 5 27
Sinetron 09.30-11.30
6 23 1 3 2 0 3 3 4 15 5 9
Sinetron 13.00-15.00
6 47 1 0 2 0 3 2 4 1 5 5
Serial drama 16.00-17.00
6 6 1 0 2 1 3 0 4 12 5 21
Serial drama 17.00-18.00
6 10 1 0
9.
Sinetron 18.00-19.00 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 0 4 10 5 21 6 9 1 1 2 0 3 6 4 28 5 19
Sinetron 19.00-21.00
6 16 1 2 2 0 3 2 4 16 5 30
Sinetron 21.00-23.00
6 20 1 4 2 4 3 2 4 12 5 7
Infotainmen 07.30-08.00
6 8 1 0 2 0 3 1 4 18 5 25
Sinetron 08.00-10.00
6 35 1 2 2 0 3 2 4 14 5 7
Infotainmen 10.00-10.30
6 9 1 1 2 0 3 1 4 14 5 15
Sinetron 13.00-15.00
6 27 1 0 2 0 3 0 4 0 5 4
10.
Serial drama 16.00-17.00
6 8
1 0 2 0 3 0 4 15 5 19
Serial drama 17.00-18.00
6 12 1 0 2 0 3 0 4 1 5 23
Sinetron 19.00-20.00
6 14 1 0 2 3 3 1 4 11 5 0
P. Memasak 06.30-07.00
6 2 1 2 2 0 3 0 4 15 5 6
P. Memasak 07.00-08.00
6 11 1 1 2 1 3 0 4 14 5 19
Infotainmen 09.30-11.00
6 16 1 2 2 0 3 1 4 20 5 17
Sinetron 13.00-15.00
6 24 1 1 2 0 3 4 4 17 5 30
11.
Film 19.00-21.00
6 27 1 0 2 0 3 0
12. Serial drama 11.00-12.30
4 25
5 8 6 20 1 5 2 0 3 1 4 24 5 14
Sinetron 13.30-15.30
6 30 1 5 2 1 3 1 4 16 5 3
Infotainmen 16.00-16.30
6 8 1 3 2 1 3 2 4 4 5 11
Infotainmen 07.30-08.00
6 8 1 2 2 0 3 0 4 8 5 22
Sinetron 09.30-11.30
6 22 1 4 2 0 3 0 4 15 5 13
Sinetron 13.00-15.00
6 19 1 0 2 0 3 0 4 1 5 19
Serial drama 16.00-17.00
6 8 1 0 2 0 3 0 4 13 5 22
Serial drama 17.00-18.00
6 7 1 0
13.
Sinetron 18.00-19.00 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 0 4 4 5 9 6 13 1 4 2 0 3 5 4 20 5 20
Sinetron 19.00-21.00
6 24 1 0 2 0 3 1 4 3 5 10
Sinetron 21.00-22.00
6 23 1 2 2 2 3 2 4 6 5 11
Infotainmen 07.30-08.00
6 6
14.
Sinetron 1 2
2 0 3 3 4 12 5 22
09.30-11.30
6 19 1 6 2 0 3 2 4 16 5 14
Sinetron 13.00-15.00
6 29 1 4 2 0 3 0 4 8 5 21
Serial drama 16.00-17.00
6 4 1 0 2 0 3 2 4 12 5 26
Serial drama 17.00-18.00
6 6
1 0 2 0 3 2 4 5 5 11
Sinetron 18.00-19.00
6 13 1 0 2 0 3 1 4 4 5 5
Film 19.00-21.00
6 23 1 4 2 0 3 0 4 6 5 21
Sinetron 21.00-22.00
6 26 Total 4403
Lampiran 7. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu- ibu di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli 2006) Hr JA & WT JI ΣF
1 1 2 3 3 3 4 6 5 3
Infotainmen 07.00-07.30
6 9 1 0 2 0 3 1 4 4 5 5
Sinetron 07.30-09.00
6 26 1 0 2 0 3 1
1.
Infotainmen 11.00-11.30
4 5
5 6 6 8 1 3 2 1 3 3 4 20 5 4
Infotainmen 12.30-13.00
6 15 1 0 2 0 3 0 4 2 5 1
Sinetron 13.00-14.00
6 20 1 1 2 0
Sinetron 14.00-15.00
3 0
4 1 5 3 6 21 1 0 2 2 3 0 4 6 5 9
Infotainmen 15.00-15.30
6 13 1 0 2 0 3 0 4 7 5 1
Serial drama 15.30-16.30
6 14 1 0 Sinetron
16.30-17.30 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 0 4 7 5 5 6 8 1 0 2 0 3 0 4 0 5 8
Sinetron 19.00-20.00
6 9 1 0 2 0 3 0 4 16 5 11
Sinetron 20.00-21.00
6 21 1 0 2 2 3 0 4 1 5 0
Film 21.00-23.00
6 31 1 0 2 0 3 1 4 3 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 9 1 0 2 0 3 4 4 6 5 4
Sinetron 07.30-09.00
6 16 1 0 2 0 3 1 4 5 5 1
Infotainmen 11.00-11.30
6 9 1 0 2 2 3 5 4 13 5 10
2.
Infotainmen 12.30-13.00
6 9
1 0 2 0 3 1 4 0 5 3
Sinetron 13.00-14.00
6 16 1 0 2 0 3 0 4 6 5 1
Sinetron 14.00-15.00
6 13 1 1 2 1 3 1 4 11 5 4
Infotainmen 15.00-15.30
6 12 1 0 2 0 3 0 4 2 5 4
Serial drama 15.30-16.30
6 9 1 0 2 2 3 1 4 3 5 8
Sinetron 16.30-17.30
6 11 1 4 2 3 3 7 4 42 5 9
Sinetron 19.00-20.00
6 15 1 0 2 2 3 3 4 11 5 3
Sinetron 20.00-21.00
6 4 1 0 2 1 3 2
3. Infotainmen 07.00-07.30
4 6
5 2 6 6 1 0 2 0 3 1 4 3 5 5
Sinetron 09.30-10.30
6 15 1 1 2 0 3 6 4 7 5 5
Infotainmen 10.30-11.00
6 9 1 1 2 0 3 4 4 14 5 2
Infotainmen 11.00-11.30
6 7 1 2 2 2 3 3 4 14 5 5
Infotainmen 12.30-13.00
6 8 1 1 2 1 3 2 4 15 5 7
Infotainmen 15.00-15.30
6 8 1 6 2 4 3 6 4 50 5 13
Sinetron 19.00-21.00
6 19 1 0 2 2 3 3 4 2 5 1
Infotainmen 07.00-07.30
6 2 1 1
4.
Infotainmen 11.00-11.30 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 0 4 21 5 6 6 8 1 3 2 2 3 4 4 14 5 8
Infotainmen 15.00-15.30
6 8 1 1 2 0 3 2 4 18 5 5
Infotainmen 15.30-16.00
6 9 1 4 2 1 3 2 4 4 5 0
Sinetron 19.00-20.00
6 21 1 9 2 4 3 11 4 59 5 15
Sinetron 20.00-21.00
6 19 1 0 2 0 3 1 4 3 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 4 1 2 2 0 3 0 4 11 5 5
Infotainmen 11.00-11.30
6 8 1 2 2 0 3 1 4 8 5 6
5.
Infotainmen 15.00-15.30
6 7
1 4 2 1 3 2 4 17 5 5
Infotainmen 15.30-16.00
6 9 1 13 2 2 3 10 4 44 5 22
Sinetron 19.00-20.00
6 28 1 6 2 2 3 7 4 32 5 5
Sinetron 20.00-21.00
6 26 1 0 2 2 3 2 4 3 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 10 1 1 2 0 3 2 4 15 5 20
Sinetron 07.30-08.30
6 17 1 3 2 0 3 1 4 15 5 8
Telenovela 08.30-09.30
6 11 1 1 2 0 3 1 4 7 5 2
Infotainmen 11.00-11.30
6 5 1 1 2 3 3 3
6.
Infotainmen 12.30-13.00
4 20
5 8 6 7 1 0 2 0 3 0 4 4 5 3
Sinetron 13.00-14.00
6 15 1 2 2 2 3 2 4 10 5 6
Infotainmen 15.00-15.30
6 11 1 0 2 0 3 0 4 1 5 1
Serial drama 15.30-16.30
6 13 1 0 2 0 3 2 4 0 5 1
Sinetron 16.30-17.30
6 15 1 3 2 1 3 1 4 5 5 3
Sinetron 20.00-21.00
6 22 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0
Sinetron 21.00-22.00
6 19 1 0 2 2 3 2 4 3 5 1
Infotainmen 07.00-07.30
6 7 1 0
7.
Sinetron 07.30-08.30 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 2 4 10 5 12 6 16 1 3 2 0 3 1 4 10 5 7
Telenovela 08.30-09.30
6 12 1 0 2 0 3 1 4 13 5 2
Infotainmen 11.00-11.30
6 5 1 6 2 0 3 3 4 14 5 11
Infotainmen 12.30-13.00
6 8 1 0 2 0 3 1 4 4 5 0
Sinetron 13.00-14.00
6 14 1 2 2 1 3 1 4 8 5 8
Infotainmen 15.00-15.30
6 12 1 0 2 0 3 0 4 5 5 3
Serial drama 15.30-16.30
6 16 1 0 2 0 3 1 4 2 5 3
Sinetron 16.30-17.30
6 14
1 1 2 0 3 2 4 7 5 6
Sinetron 19.00-20.00
6 15 1 3 2 3 3 6 4 22 5 8
Sinetron 20.00-21.00
6 27 1 1 2 1 3 4 4 2 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 8 1 1 2 0 3 0 4 3 5 2
Sinetron 07.30-08.30
6 17 1 2 2 0 3 0 4 18 5 7
Telenovela 08.30-09.30
6 17 1 0 2 0 3 0 4 8 5 3
Infotainmen 11.00-11.30
6 13 1 5 2 2 3 1 4 14 5 10
Infotainmen 12.30-13.00
6 10 1 3 2 0 3 0
8.
Sinetron 13.00-14.00
4 8
5 4 6 19 1 3 2 0 3 0 4 6 5 9
Infotainmen 15.00-15.30
6 6 1 0 2 0 3 0 4 0 5 4
Serial drama 15.30-16.30
6 13 1 1 2 0 3 0 4 0 5 1
Sinetron 16.30-17.30
6 11 1 10 2 0 3 7 4 37 5 12
Sinetron 19.00-20.00
6 24 1 2 2 0 3 1 4 9 5 4
Sinetron 20.00-21.00
6 3 1 0 2 0 3 2 4 2 5 0
Film 21.00-23.00
6 39 1 0 2 0 3 5 4 3 5 1
Infotainmen 07.00-07.30
6 11 1 1
9.
Sinetron 07.30-08.30 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 2 4 14 5 8 6 15 1 1 2 0 3 2 4 17 5 14
Telenovela 08.30-09.30
6 14 1 0 2 1 3 0 4 9 5 4
Infotainmen 11.00-11.30
6 6 1 0 2 1 3 3 4 14 5 15
Infotainmen 12.30-13.00
6 9 1 1 2 0 3 2 4 5 5 2
Sinetron 13.00-14.00
6 14 1 4 2 2 3 3 4 9 5 5
Infotainmen 15.00-15.30
6 14 1 2 2 0 3 0 4 1 5 3
Serial drama 15.30-16.30
6 14 1 1 2 0 3 1 4 7 5 9
Sinetron 16.30-17.30
6 6
1 5 2 4 3 7 4 52 5 22
Sinetron 19.00-20.00
6 18 1 2 2 1 3 1 4 5 5 5
Sinetron 20.00-21.00
6 7 1 1 2 1 3 5 4 4 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 5 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0
Sinetron 09.30-10.30
6 10 1 2 2 2 3 7 4 5 5 11
Infotainmen 10.30-11.00
6 11 1 1 2 0 3 1 4 7 5 1
Infotainmen 11.00-11.30
6 8 1 3 2 1 3 4 4 14 5 11
Infotainmen 12.30-13.00
6 6 1 3 2 0 3 1
10.
Infotainmen 15.00-15.30
4 11
5 9 6 12 1 6 2 3 3 8 4 62 5 17
Sinetron 19.00-21.00
6 24 1 2 2 2 3 6 4 5 5 1
Infotainmen 07.00-07.30
6 4 1 12 2 0 3 10 4 41 5 20
Sinetron 08.30-10.30
6 26 1 2 2 0 3 0 4 20 5 4
Infotainmen 11.00-11.30
6 6 1 3 2 0 3 3 4 12 5 6
Infotainmen 15.00-15.30
6 12 1 2 2 1 3 2 4 12 5 6
Infotainmen 15.30-16.00
6 10 1 4 2 1 3 0 4 5 5 1
Sinetron 19.00-20.00
6 22 1 16
11.
Sinetron 20.00-21.00 2 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 10 4 76 5 14 6 23 1 1 2 0 3 9 4 2 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 0 1 5 2 0 3 1 4 20 5 2
Infotainmen 11.00-11.30
6 6 1 2 2 2 3 3 4 11 5 6
Infotainmen 15.00-15.30
6 15 1 6 2 0 3 2 4 10 5 9
Infotainmen 15.30-16.00
6 3 1 15 2 0 3 10 4 40 5 19
Sinetron 19.00-20.00
6 24 1 9 2 0 3 3 4 35 5 2
12.
Sinetron 20.00-21.00
6 9 1 1 2 1 3 5 4 3 5 3
13. Infotainmen 07.00-07.30
6 8
1 2 2 0 3 11 4 16 5 6
Sinetron 07.30-08.30
6 13 1 6 2 0 3 1 4 22 5 8
Telenovela 08.30-09.30
6 17 1 4 2 0 3 1 4 12 5 3
Infotainmen 11.00-11.30
6 5 1 2 2 2 3 5 4 17 5 8
Infotainmen 12.30-13.00
6 3 1 0 2 0 3 3 4 3 5 8
Sinetron 13.00-14.00
6 16 1 4 2 0 3 5 4 14 5 4
Infotainmen 15.00-15.30
6 9 1 1 2 0 3 0 4 0 5 12
Serial drama 15.30-16.30
6 10 1 0 2 0 3 2
Sinetron 16.30-17.30
4 1
5 10 6 12 1 5 2 1 3 1 4 3 5 1
Sinetron 20.00-21.00
6 39 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0
Sinetron 21.00-22.00
6 20 1 0 2 0 3 5 4 1 5 2
Infotainmen 07.00-07.30
6 5 1 0 2 0 3 0 4 4 5 3
Sinetron 07.30-08.30
6 21 1 2 2 0 3 0 4 16 5 5
Telenovela 08.30-09.30
6 15 1 1 2 0 3 1 4 10 5 4
Infotainmen 11.00-11.30
6 5 1 3 2 0 3 5 4 19 5 7
Infotainmen 12.30-13.00
6 10 1 0
14.
Sinetron 13.00-14.00 2 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 1 4 9 5 2 6 6 1 1 2 0 3 1 4 5 5 1
Infotainmen 15.00-15.30
6 5 1 0 Serial drama
15.30-16.30 2 0
3 0 4 3 5 7 6 22 1 0 2 1 3 1 4 5 5 6
Sinetron 16.30-17.30
6 13 1 4 Sinetron
19.00-20.00 2 2
3 4 4 8 5 10 6 14 1 11 2 1 3 8 4 37 5 15
Sinetron 20.00-21.00
6 28 Total 4653
Lampiran 8. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk ibu- ibu di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006) Hr JA & WT JI ΣF
1 5
2 2 3 1 4 4 5 5
Infotainmen 06.30-07.00
6 12 1 0 2 0 3 0 4 6 5 6
Telenovela 07.00-08.00
6 23 1 0 2 1 3 4 4 7 5 4
Infotainmen 10.30-11.00
6 9 1 3 2 5 3 5 4 20 5 20
Sinetron 12.00-13.30
6 26 1 0 2 1
1.
Sinetron 13.30-15.30
3 0
4 19 5 14 6 61 1 0 2 0 3 0 4 6 5 3
Infotainmen 15.30-16.00
6 11 1 0 2 0 3 0 4 0 5 1
Infotainmen 17.30-18.00
6 6 1 6 2 5 3 6 4 7 5 5
Sinetron 19.00-20.00
6 14 1 7 2 5 3 5 4 40 5 21
Sinetron 20.00-21.00
6 12 2. Infotainmen 1 1
2 2 3 1 4 6 5 10
06.30-07.00
6 10 1 0 2 0 3 0 4 7 5 10
Telenovela 07.00-08.00
6 12 1 0 2 0 3 3 4 9 5 5
Infotainmen 10.30-11.00
6 7 1 2 2 2 3 3 4 18 5 9
Sinetron 12.00-13.30
6 27 1 0 2 0 3 0 4 16
Sinetron 13.30-15.30
5 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 52 1 3 2 0 3 1 4 9 5 4
Infotainmen 15.30-16.00
6 10 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0
Infotainmen 17.30-18.00
6 6 1 0 2 0 3 0 4 1 5 4
Sinetron 19.00-20.00
6 17 1 7 2 7 3 5 4 8 5 10
Sinetron 20.00-21.00
6 14 1 1 2 0 3 0 4 1 5 0
Sinetron 21.00-22.00
6 17 1 2 2 0 3 0 4 9 5 8
Infotainmen 06.30-07.00
6 9 1 2 2 4 3 1 4 17 5 18
Film 07.30-09.00
6 28 1 1 2 1
3.
Infotainmen 10.30-11.00
3 4
4 9 5 6 6 7 1 4 2 4 3 3 4 17 5 11
Sinetron 12.00-13.30
6 26 1 2 2 0 3 0 4 16 5 11
Film 13.30-15.30
6 21 1 1 2 0 3 2 4 2 5 4
Infotainmen 15.30-16.00
6 8 1 0 2 0 3 0 4 1 5 1
Infotainmen 17.30-18.00
6 5 1 0 2 1 3 0 4 1 5 10
Sinetron 19.00-20.00
6 14 1 5 2 5 3 3 4 11 5 5
Sinetron 20.00-21.30
6 26 1 2 2 2 3 0 4 6 5 8
Infotainmen 06.30-07.00
6 13
4.
P. Memasak 1 0
2 0 3 0 4 13 5 0
08.30-09.00
6 1 1 1 2 2 3 1 4 14 5 8
Infotainmen 10.30-11.00
6 9 1 4 2 4 3 3 4 19 5 13
Sinetron 12.00-13.30
6 27 1 3 2 0 3 2 4 10 5 13
Film 13.30-15.30
6 25 1 1 2 1 3 2 4 10 5 8
Infotainmen 15.30-16.00
6 4 1 0 2 0 3 0 4 0 5 1
Infotainmen 17.30-18.00
6 7 1 3 2 0 3 0 4 5 5 6
Sinetron 08.00-09.00
6 19 1 1 2 1 3 2 4 10
5.
Infotainmen 09.00-10.00
5 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 21 1 3 2 2 3 2 4 20 5 13
Sinetron 11.30-13.00
6 14 1 1 2 0 3 0 4 0 5 6
Sinetron 14.00-15.00
6 13 1 0 2 0 3 0 4 6 5 2
Sinetron 17.30-18.00
6 8 1 0 2 3 3 0 4 2 5 9
Sinetron 18.00-19.30
6 28 1 0 2 0 3 0 4 1 5 3
Sinetron 19.30-21.00
6 16 1 0 2 0 3 1 4 3 5 2
Sinetron 21.00-22.00
6 18 1 4 2 1 3 1 4 6 5 7
Infotainmen 06.30-07.00
6 9 1 0 2 0
6.
Telenovela 07.00-07.30
3 0
4 10 5 10 6 6 1 1 2 2 3 1 4 8 5 6
Sinetron 07.30-09.00
6 30 1 1 2 0 3 0 4 1 5 1
Film 09.00-10.30
6 22 1 1 2 0 3 4 4 8 5 3
Infotainmen 10.30-11.00
6 12 1 6 2 5 3 4 4 14 5 15
Sinetron 12.00-13.30
6 16 1 2 2 1 3 0 4 5 5 3
Infotainmen 15.30-16.00
6 17 1 0 2 0 3 0 4 0 5 1
Infotainmen 17.30-18.00
6 5 1 1 2 1 3 0 4 3 5 4
Sinetron 20.00-21.00
6 11 Sinetron 1 5
2 6 3 2 4 5 5 1
2100-22.30
6 16 1 5 2 0 3 0 4 4 5 11
Infotainmen 06.30-07.00
6 8 1 0 2 0 3 0 4 8 5 9
Telenovela 07.00-07.30
6 6 1 4 2 4 3 5 4 4 5 9
Sinetron 07.30-09.00
6 34 1 1 2 0 3 0 4 9 5 3
Film 09.00-10.30
6 29 1 1 2 2 3 2 4 4 5 6
Infotainmen 10.30-11.00
6 7 1 6 2 3 3 4 4 15 5 9
Sinetron 12.00-13.30
6 26 1 1 2 2 3 0 4 1
7.
Infotainmen 15.30-16.00
5 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 9 1 0 2 0 3 0 4 0 5 1
Infotainmen 17.30-18.00
6 8 1 3 2 1 3 1 4 3 5 19
Sinetron 19.00-20.30
6 24 1 0 2 0 3 1 4 4 5 0
Sinetron 20.30-21.30
6 16 1 4 2 0 3 0 4 5 5 8
Infotainmen 06.30-07.00
6 12 1 0 2 0 3 0 4 2 5 5
Telenovela 07.00-08.00
6 27 1 1 2 1 3 0 4 11 5 11
Sinetron 08.00-09.00
6 14 1 1 2 0 3 0 4 6 5 10
Sinetron 09.00-10.30
6 29 1 2 2 2
8.
Infotainmen 10.30-11.00
3 1
4 1 5 3 6 7 1 4 2 1 3 4 4 22 5 23
Sinetron 12.00-13.30
6 30 1 0 2 0 3 0 4 1 5 12
Sinetron 13.30-14.30
6 25 1 0 2 0 3 0 4 2 5 5
Sinetron 14.30-15.30
6 23 1 1 2 0 3 0 4 1 5 1
Infotainmen 15.30-16.00
6 11 1 0 2 0 3 0 4 1 5 4
Infotainmen 17.30-18.00
6 7 1 1 2 0 3 2 4 14 5 8
Sinetron 19.00-20.00
6 10 1 2 2 3 3 13 4 26 5 21
Sinetron 20.00-21.00
6 19 9. Infotainmen 1 5
2 0 3 1 4 4 5 10
06.30-07.00
6 9 1 0 2 0 3 0 4 9 5 6
Telenovela 07.00-08.00
6 23 1 3 2 1 3 0 4 9 5 8
Sinetron 08.00-09.00
6 19 1 1 2 2 3 3 4 7 5 5
Infotainmen 10.30-11.00
6 10 1 2 2 2 3 3 4 11 5 16
Sinetron 12.00-13.30
6 18 1 0 2 0 3 0 4 4 5 8
Sinetron 13.30-14.30
6 17 1 0 2 0 3 0 4 4 5 15
Sinetron 14.30-15.30
6 21 1 6 2 1 3 0 4 9
Infotainmen 15.30-16.00
5 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 14 1 0 2 0 3 0 4 3 5 2
Infotainmen 17.30-18.00
6 10 1 1 2 0 3 0 4 1 5 6
Sinetron 19.00-20.00
6 13 1 3 2 9 3 0 4 13 5 15
Sinetron 20.00-21.00
6 17 1 3 2 0 3 0 4 1 5 3
Sinetron 21.00-22.00
6 23 1 2 2 0 3 1 4 9 5 1
Infotainmen 06.30-07.00
6 12 1 3 2 1 3 5 4 16 5 25
Film 07.30-09.00
6 40 1 1 2 0 3 3 4 8 5 8
Infotainmen 10.30-11.00
6 10 1 6 2 2
10.
Sinetron 12.00-13.30
3 3
4 17 5 16 6 28 1 10 2 2 3 2 4 18 5 22
Film 13.30-15.30
6 41 1 2 2 0 3 1 4 3 5 8
Infotainmen 15.30-16.00
6 9 1 0 2 0 3 0 4 1 5 4
Infotainmen 17.30-18.00
6 2 1 1 2 1 3 0 4 5 5 16
Sinetron 19.00-20.00
6 19 1 12 2 4 3 2 4 14 5 8
Sinetron 20.00-21.30
6 27 1 1 2 0 3 1 4 8 5 8
Infotainmen 06.30-07.00
6 9 1 0 2 0 3 0 4 13 5 2
P. Memasak 08.30-09.00
6 0
11.
Film 1 2
2 0 3 0 4 6 5 12
09.00-10.30
6 25 1 1 2 3 3 1 4 15 5 11
Infotainmen 10.30-11.00
6 6 1 6 2 3 3 1 4 26 5 16
Sinetron 12.00-13.30
6 23 1 1 2 1 3 2 4 9 5 10
Infotainmen 15.30-16.00
6 11 1 0 2 0 3 0 4 0 5 3
Infotainmen 17.30-18.00
6 5 1 0 2 0 3 0 4 5 5 5
Sinetron 07.00-08.00
6 14 1 2 2 3 3 2 4 5 5 8
Sinetron 08.00-09.00
6 20 1 3 2 0 3 1 4 15
12.
Infotainmen 09.00-10.00
5 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 17 1 3 2 1 3 1 4 15 5 21
Sinetron 11.30-13.00
6 24 1 1 2 0 3 0 4 4 5 0
Sinetron 17.30-18.00
6 7 1 0 2 3 3 0 4 1 5 17
Sinetron 18.00-19.00
6 17 1 0 2 0 3 2 4 4 5 4
Sinetron 21.00-22.00
6 14 1 5 2 0 3 1 4 8 5 4
Infotainmen 06.30-07.00
6 10 1 0 2 2 3 2 4 7 5 10
Telenovela 07.00-08.00
6 19 1 3 2 4 3 2 4 12 5 11
Sinetron 08.00-09.00
6 16 1 0 2 0
13.
Sinetron 09.00-10.30
3 2
4 9 5 7 6 27 1 3 2 0 3 4 4 14 5 22
Infotainmen 10.30-11.00
6 8 1 5 2 5 3 4 4 19 5 27
Sinetron 12.00-13.30
6 15 1 0 2 0 3 1 4 5 5 14
Sinetron 13.30-14.30
6 10 1 0 2 1 3 0 4 0 5 5
Sinetron 14.30-15.30
6 12 1 5 2 0 3 1 4 15 5 4
Infotainmen 15.30-16.00
6 7 1 0 2 0 3 0 4 0 5 3
Infotainmen 17.30-18.00
6 3 1 1 2 1 3 0 4 4 5 8
Sinetron 20.00-21.00
6 14 Sinetron 1 7
2 4 3 4 4 4 5 2
21.00-22.30
6 24 1 4 2 0 3 1 4 8 5 4
Infotainmen 06.30-07.00
6 9 1 1 2 0 3 0 4 3 5 8
Telenovela 07.00-08.00
6 18 1 2 2 0 3 0 4 8 5 9
Sinetron 08.00-09.00
6 25 1 0 2 0 3 1 4 0 5 10
Sinetron 09.00-10.30
6 27 1 2 2 1 3 2 4 6 5 8
Infotainmen 10.30-11.00
6 6 1 3 2 3 3 0 4 18 5 22
Sinetron 12.00-13.30
6 19 1 0 2 0 3 0 4 8
14.
Sinetron 13.30-14.30
5 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 23 1 0 2 0 3 1 4 8 5 12
Sinetron 14.30-15.30
6 22 1 4 Infotainmen
15.30-16.00 2 2
3 2 4 2 5 7 6 5 1 0 2 0 3 0 4 0
Infotainmen 17.30-18.00
5 1
6 5 1 2 2 1 3 0 4 3 5 14
Sinetron 19.00-20.30
6 22 Total 4908
Keterangan tabel pada lampiran 5, 6, 7, dan 8: Hr : Hari ke- JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan, yang meliputi;
1 = Obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas) 2 = Obat tradisional (jamu), obat herbal berstandar, fitofarmaka, dan obat quasi 3 = Vitamin, suplemen, obat wajib apotek, dan perbekalan kesehatan rumah tangga 4 = Makanan dan minuman 5 = Kosmetika 6 = Lain-lain
ΣF : Jumlah Frekuensi Lampiran 9. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006) Hr JA & WT JI ΣF
Infotainmen 07.00-07.30 0
Biogesic Anak 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Panadol Extra 1
Film 07.30-09.00
Neuralgin 1 Sinetron 09.00-10.00 Mixagrip Flu & Batuk 1
Actifed Ekspektoran 1 Infotainmen 11.30-12.00 Canesten 1
Saridon 3 Actifed Ekspektoran 1 Panadol Extra 1
Film 13.00-15.00
Fatigon 1 Mylanta 1 Sinetron
15.00-16.00 Canesten 1 Infotainmen 16.00-16.30 Neo Rheumacyl 1
Sinetron 17.00-17.30 0
1.
Sinetron Neo Ultracap 1
Fatigon 2 Neo Ultrasiline 2 Ultraflu 2 Biogesic Anak 1 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
18.00-19.00
Laserin 1 Sinetron 19.00-20.00 0
Mylanta 2 Canesten 2 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 20.00-21.00
Neo Rheumacyl 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Sinetron
21.00-22.00 Panadol Extra 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Sinetron 09.00-10.00 Insto 1
Fungiderm 1 Infotainmen 11.30-12.00 Fatigon 1
2.
Film Saridon 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Canesten 2 Fungiderm 2
13.00-15.00
Vicks Formula 44 1 Mylanta 1 Sinetron
15.00-16.00 Actifed Ekspektoran 1 Panadol Extra 1 Fungiderm 1 Woods Ekspektoran 1
Woods Antitusif 1 Poldan Mig 1 Neo Rheumacyl 1 Sanaflu 1 Sanaflu Forte 1
Infotainmen 16.00-16.30
Neosanmag Fast 1 Sinetron 17.00-17.30 Vicks Formula 44 1
Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Neo Ultracap 1 Fatigon 2 Canesten 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 18.00-19.00
Biogesic Anak 1 Panadol Extra 1 Sinetron
19.00-20.00 Fungiderm 2 Actifed Ekspektoran 1 Sinetron
20.00-21.00 Biogesic Anak 1 Vicks Formula 44 1 Mylanta 1 Panadol Extra 1 Woods Ekspektoran 1
Sinetron 21.00-22.00
Woods Antitusif 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Neuralgin 1 Sinetron 09.00-10.00 Poldan Mig 1 Infotainmen 11.30-12.00 0
Vicks Formula 44 1 Woods Ekspektoran 2 Woods Antitusif 2 Canesten 2 Neuralgin 1
Film 13.00-15.00
Fungiderm 1 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
3.
Sinetron 15.00-16.00
Saridon 1
Panadol Extra 1 Oskadon SP 1 Sanaflu 1
Infotainmen 16.00-16.30
Sanaflu Forte 1 Sinetron 17.00-17.30 0
Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Neo Ultracap 1 Fatigon 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
Sinetron 18.00-19.00
Neo Entrostop 2 Saridon 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Panadol Extra 1
Sinetron 19.00-20.00
Fungiderm 1 Vicks Formula 44 1 Mylanta 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Woods Ekspektoran 1
Sinetron 21.00-22.00
Woods Antitusif 1 Infotainmen 07.00-07.30 Fatigon 1
Biogesic Anak 2 Insto 1
Sinetron 09.00-10.00
Mixagrip Flu & Batuk 1 Neuralgin 2 Infotainmen
11.30-12.00 Fatigon 1 Lafalos 1 Infotainmen
16.00-16.30 Oskadon SP 1 Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2 Neo Ultracap 1 Neo Entrostop 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 18.00-19.00
Decolgen 1 Sinetron 19.00-21.00 Biogesic Anak 1
Mylanta 2 Vicks Formula 44 1 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Panadol Extra 1
4.
Sinetron 21.00-22.00
Mixagrip Flu & Batuk 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Poldan Mig 2 Infotainmen 06.30-07.00 Oskadon SP 2
Neuralgin 2 Biogesic Anak 1
Infotainmen 11.30-12.00
Fungiderm 1 Fatigon 1 Infotainmen
15.00-15.30 Visine 1 Infotainmen 16.00-16.30 Bodrex Flu & Batuk 1
Neo Ultracap 1 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2
Sinetron 18.00-19.00
Ultraflu 2 Sinetron 19.00-20.00 Mylanta 1
Fatigon 1 Neuralgin 1 Canesten 2 Oskadon SP 2 Bodrex Migra 3 Mylanta 2
5.
Sinetron 20.00-22.00
Neo Napacin 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1
Sinetron 08.00-10.00
Visine 1 Infotainmen 11.30-12.00 0
Insto 2 Fungiderm 1
Film 13.00-15.00
Mylanta 1 Fungiderm 2 Saridon 1 Biogesic Anak 1
Sinetron 15.00-16.00
Mylanta 1 Infotainmen 16.00-16.30 0
Sinetron 17.00-17.30 0
Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2 Neo Ultracap 1 Vicks Formula 44 3 Biogesic Anak 1
Sinetron 18.00-19.00
Visine 1
6.
Sinetron Woods Ekspektoran 2
Woods Antitusif 2 Neo Entrostop 1 Decolgen 2 Anakonidin 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
19.00-20.00
Visine 1 Decolgen 1 Visine 1 Mylanta 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Fatigon 2 Insto 1 Neuralgin 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 20.00-21.00
Vicks Formula 44 1 Saridon 1 Canesten 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1
Sinetron 21.00-22.00
Mylanta 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Vicks Formula 44 1 Neo Napacin 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Fatigon 1 Visine 1 Woods Ekspektoran 1
Sinetron 08.00-10.00
Woods Antitusif 1 Anakonidin 1 Fatigon 1 Fungiderm 1
Infotainmen 11.30-12.00
Inzana 1 Neo Napacin 1 Bodrex Migra 1 Fatigon 1 Anakonidin 2 Vicks Formula 44 1 Fungiderm 1 Paramex Flu & Batuk 1
Film 13.00-15.00
Oskadon SP 1 Mylanta 1 Sinetron
15.00-16.00 Insto 1 Poldan Mig 1 Sanaflu 1 Sanaflu Forte 1
7.
Infotainmen 16.00-16.30
Neosanmag Fast 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sinetron 17.00-17.30 Oskadon SP 1
Ultraflu 2 Neo Ultracap 1 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2 Biogesic Anak 1 Neo Napacin 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1
Sinetron 18.00-19.00
Visine 1 Sinetron 19.00-20.00 0
Neo Napacin 2 Sinetron 20.00-21.00 Vicks Formula 44 1
Bodrex Migra 2 Visine 1 Inzana 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Mylanta 1
Sinetron 21.00-22.00
Neo Napacin 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Fungiderm 1 Inza 1 Visine 1 Neo Napacin 1 Inzana 1
Sinetron 08.00-09.00
Bodrexin 1 Paramex Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1 Inza 1 Contrexyn 1
Sinetron 09.00-10.00
Fungiderm 1 Fungiderm 1 Paramex 2 Bodrex Flu & Batuk 1 Anakonidin 1
Infotainmen 11.30-12.00
Biogesic Anak 1 Canesten 2 Oskadon SP 1 Fungiderm 1 Bodrex Flu & Batuk 1 Paramex Flu & Batuk 2
Film 13.00-15.00
Anakonidin 1 Mylanta 1
8.
Sinetron 15.00-16.00 Neuralgin 1
Fungiderm 1 Infotainmen 16.00-16.30 0
Sinetron 17.00-17.30 0
Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2 Neo Ultracap 1 Visine 1 Decolgen 1 Biogesic Anak 1
Sinetron 18.00-19.00
Neo Rheumacyl 1 Sinetron 19.00-20.00 0
Canesten 2 Decolgen 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Mylanta 2 Neo Rheumacyl 1
Sinetron 20.00-21.00
Neo Napacin 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Mylanta 2 Inzana 1 Procold 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Visine 2
Sinetron 21.00-22.00
Paramex 1 Infotainmen 07.00-07.30 Oskadon 1
Canesten 3 Lafalos 1 Woods Ekspektoran 2
Sinetron 08.00-09.00
Woods Antitusif 2 Visine 1 Canesten 1 Vicks Formula 44 1
Sinetron 09.00-10.00
Neo Napacin 1 Fatigon 1 Bodrex Migra 2 Oskadon 1 Anakonidin 1
Infotainmen 11.30-12.00
Paramex 1 Anakonidin 1 Fungiderm 2 Neo Napacin 1
9.
Film 13.00-15.00
Fatigon 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Vicks Formula 44 1 Bodrex Migra 2 Paramex 1 Fungiderm 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
Sinetron 15.00-16.00
Saridon 1 Lafalos 1 Infotainmen
16.00-.16.30 Neosanmag Fast 1 Sinetron 17.00-17.30 0
Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2 Neo Ultracap 1 Visine 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Neo Napacin 2 Canesten 1 Oskadon 1
Sinetron 18.00-19.00
Vicks Formula 44 1 Bodrex Migra 2 Fungiderm 2 Bodrex 1 Neo Napacin 2
Sinetron 19.00-20.00
Biogesic Anak 1 Paramex Flu & Batuk 1 Visine 1 Fatigon 1
Sinetron 20.00-21.00
Anakonidin 1 Mylanta 2 Vicks Formula 44 1 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 21.00-22.00
Bodrex Migra 2 Infotainmen 07.00-07.30 0
Inzana 2 Bodrex Flu & Batuk 4 Biogesic Anak 1
Sinetron 08.00-09.00
Lafalos 1 Sinetron 09.00-10.00 Visine 2
Anakonidin 1 Bodrex Migra 1 Fungiderm 1
10.
Infotainmen 11.30-12.00
Bodrex Flu & Batuk 1
Vicks Formula 44 1 Fungiderm 2 Paramex 3 Bodrex Flu & Batuk 1
Film 13.00-15.00
Oskadon SP 1 Neo Entrostop 2 Inzana 2 Mylanta 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 15.00-16.00
Decolgen 3 Infotainmen 16.00-16.30 Lafalos 2
Sinetron 17.00-17.30 0
Ultraflu 1 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2 Neo Ultracap 1 Neo Napacin 1 Neo Entrostop 2 Visine 2 Decolgen 1 Contrexyn 1 Woods Ekspektoran 1
Sinetron 18.00-19.00
Woods Antitusif 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Bodrex 2
Sinetron 19.00-20.00
Saridon 1 Neuralgin 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1 Inzana 1
Sinetron 21.00-22.00
Bodrex Migra 1 Infotainmen 07.00-07.30 Poldan Mig 1
Biogesic Anak 1 Neo Entrostop 3 Fatigon 1
Sinetron 08.30-10.30
Mixagrip Flu & Batuk 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Fatigon 1 Neuralgin 2
Infotainmen 11.30-12.00
Biogesic Anak 1 Contrexyn 4 Inzana 2
11.
Infotainmen 14.30-15.30
Inza 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Infotainmen 16.00-16.30 Lafalos 1
Ultraflu 2 Fatigon 2 Neo Ultrasiline 2 Neo Ultracap 1 Neo Entrostop 2 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Contrexyn 2 Neo Rheumacyl 1 Visine 1 Decolgen 1 Oskadon 2
Sinetron 18.00-19.00
Mixagrip Flu & Batuk 1 Inza 2 Inzana 2
Sinetron 19.00-21.00
Biogesic Anak 1 Bodrex Migra 2 Neo Rheumacyl Neuro 4
Sinetron 21.00-22.00
Neo Napacin 2 Oskadon 3 Poldan Mig 1
Infotainmen 06.30-07.00
Neosanmag Fast 1 Neuralgin 2 Anakonidin 1 Fatigon 1
Infotainmen 11.30-12.00
Fungiderm 1 Contrexyn 2 Inza 2
Infotainmen 15.00-15.30
Inzana 2 Paramex 2 Infotainmen
16.00-16.30 Lafalos 1 Neo Ultrasiline 2 Ultraflu 2 Fatigon 2 Neo Ultracap 1 Bodrex Flu & Batuk 2 Inza 1 Inzana 1 Bodrex Migra 1
Sinetron 18.00-19.00
Paramex 2 Neo Entrostop 2 Sinetron
19.00-20.00 Mixagrip Flu & Batuk 1 Bodrex Flu & Batuk 2 OBH Combi Batuk Pilek 1 Neuralgin 2
12.
Sinetron 20.00-22.00
Fatigon 1
Neo Napacin 1 Inza 2 Inzana 2 Paramex 1 Neo Rheumacyl Neuro 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
Infotainmen 07.00-07.30 Poldan Mig 1
Visine 1 Sinetron 08.00-09.00 Inzana 1
Paramex Flu & Batuk 6 Bodrex Migra 3 Paramex 1 Contrexyn 1 Neo Entrostop 1
Sinetron 09.00-10.00
Bodrex Flu & Batuk 1 Bodrex Flu & Batuk 1 Infotainmen
11.30-12.00 Anakonidin 1 Neo Napacin 3 Bodrex Migra 2 Anakonidin 2 Oskadon SP 2
Film 13.00-15.00
Neo Entrostop 2 Mylanta 2 Inzana 2
Sinetron 15.00-16.00
Visine 1 Lafalos 1 Oskadon 5
Infotainmen 16.00-16.30
Bodrex Flu & Batuk 1 Sinetron 17.00-17.30 Oskadon SP 2
Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Neo Ultracap 1 Fatigon 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Oskadon 2 Decolgen 1
Sinetron 18.00-19.00
Vicks Formula 44 1 Decolgen 2 Oskadon 2 Neo Entrostop 2 Woods Ekspektoran 2 Woods Antitusif 2 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 19.00-20.00
Anakonidin 1 Decolgen 2
13.
Sinetron 20.00-21.00 Bodrex Migra 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Neuralgin 2 Inzana 3 Mixagrip Flu & Batuk 1 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Vicks Formula 44 1 Neo Rheumacyl Neuro 2 Bodrex 2 Inzana 1 Neuralgin 1
Sinetron 21.00-22.00
Neo Napacin 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Laserin 2 Visine 2 Inzana 1 Fungiderm 1
Sinetron 08.00-09.00
Neo Napacin 1 Fungiderm 1 Sinetron
09.00-10.00 Paramex Flu & Batuk 2 Inzana 2 Anakonidin 1 Fungiderm 1 Oskadon 1
Infotainmen 11.30-12.00
Paramex 1 Paramex 3 Fungiderm 1 Decolgen 1
Film 13.00-15.00
Paramex Flu & Batuk 1 Mylanta 1
14.
Sinetron 15.00-16.00 Woods Ekspektoran 1
Woods Antitusif 1 Paramex Flu & Batuk 1 Neo Rheumacyl Neuro 1 Poldan Mig 1 Visine 1 Neosanmag Fast 1
Infotainmen 16.00-16.30
Lafalos 1 Sinetron 17.00-17.30 0
Ultraflu 2 Neo Ultrasiline 2 Fatigon 2 Neo Ultracap 1 Neo Napacin 1 Procold 1 Vicks Formula 44 1 Oskadon 1
Sinetron 18.00-19.00
Mixagrip Flu & Batuk 1 Sinetron 19.00-20.00 0
Neo Napacin 4 Sinetron 20.00-21.00 Vicks Formula 44 2
Paramex 1 Mylanta 2 Procold 1 Visine 1 Inzana 1
Sinetron 21.00-22.00
Mixagrip Flu & Batuk 1 Total 717
Lampiran 10. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006) Hr JA & WT JI ΣF
Insto 2 Panadol Extra 2
Infotainmen 07.30-08.00
OBH Tropica Plus 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Sinetron
09.30-11.30 Panadol Extra 2 Insto 1 Sinetron
13.00-15.00 Vicks Formula 44 2 Serial drama 16.00-17.00 0
1.
Serial drama Insto 2
17.00-18.00 Panadol Extra 1 Ultraflu 3 Sinetron
18.00-19.00 Panadol Extra 1 Insto 1 Sinetron
19.00-20.00 Vicks Formula 44 1 Sinetron 20.00-21.00 0
Panadol Extra 1 Sinetron 21.00-22.00 Neo Rheumacyl 1
Insto 3 2. Infotainmen 07.30-08.00 Panadol Extra 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
OBH Tropica Plus 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Sinetron
09.30-11.30 Panadol Extra 2 Woods Ekspektoran 1 Sinetron
13.00-15.00 Woods Antitusif 1 Serial drama 16.00-17.00 0
Insto 2 Serial drama 17.00-18.00 Panadol Extra 1 Sinetron 18.00-19.00 Insto 1
Insto 2 Sinetron 19.00-21.00 Mixagrip Flu & Batuk 2
Vicks Formula 44 2 Sinetron 21.00-23.00 Panadol Extra 2
Insto 3 Panadol Extra 2
Infotainmen 07.30-08.00
OBH Tropica Plus 1 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
Sinetron 08.00-10.00
Panadol Extra 2 Panadol Extra 2 Infotainmen
10.00-10.30 Oskadon SP 1 Woods Ekspektoran 1 Sinetron
13.00-15.00 Woods Antitusif 1 Serial drama 16.00-17.00 0
Insto 2 Serial drama 17.00-18.00 Panadol Extra 1
3.
Sinetron 19.00-20.00 0
P. Memasak 06.30-07.00 0
P. Memasak 07.00-08.00 Saridon 2
Panadol Extra 2 Infotainmen 09.30-11.00 OBH Tropica Plus 1
Woods Ekspektoran 1 Sinetron 13.00-15.00 Woods Antitusif 1
Insto 1 Panadol Extra 1 Woods Ekspektoran 1
4.
Film 19.00-21.00
Woods Antitusif 1 Serial drama 11.00-12.30 0
Insto 4 Sinetron 13.30-15.30 Vicks Formula 44 1
Bodrex Flu & Batuk 1
5.
Infotainmen 16.00-16.30 Oskadon 1
Insto 2 6. Infotainmen 07.30-08.00 OBH Tropica Plus 1
Sinetron 09.30-11.30 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 13.00-15.00 Vicks Formula 44 1
Serial drama 16.00-17.00 Insto 2
Insto 2 Serial drama 17.00-18.00 Ultraflu 3 Sinetron 18.00-19.00 Oskadon 1
Insto 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1
Sinetron 19.00-21.00
Oskadon SP 1 Sinetron 21.00-22.00 0
Insto 2 Infotainmen 07.30-08.00 OBH Tropica Plus 1 Sinetron 09.30-11.30 Mixagrip Flu & Batuk 1
Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
Sinetron 13.00-15.00
Vicks Formula 44 1 Serial drama 16.00-17.00 0
Insto 2 Serial drama 17.00-18.00 Ultraflu 3
Ultraflu 3 Sinetron 18.00-19.00 Insto 1 Film 19.00-21.00 Insto 1
7.
Sinetron 21.00-22.00 Insto 1
Saridon 2 Bodrex Flu & Batuk 1
Infotainmen 07.30-08.00
OBH Tropica Plus 1 Sinetron 09.30-11.30 Insto 2
Vicks Formula 44 1 Sinetron 13.00-15.00 Oskadon 4 Serial drama 16.00-17.00 0
Serial drama 17.00-18.00 Insto 1
Sinetron 18.00-19.00 0
Sinetron 19.00-20.00 Vicks Formula 44 1
Sinetron 20.00-21.00 0
8.
Sinetron Neo Rheumacyl 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21.00-22.00 Bodrex Flu & Batuk 1 Infotainmen
07.30-08.00 OBH Tropica Plus 1 Sinetron 09.30-11.30 Mixagrip Flu & Batuk 1
Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
Sinetron 13.00-15.00
Vicks Formula 44 1 Serial drama 16.00-17.00 0
Serial drama 17.00-18.00 0
Sinetron 18.00-19.00 0
Sinetron 19.00-21.00 Mixagrip Flu & Batuk 1
Vicks Formula 44 1
9.
Sinetron 21.00-23.00 Bodrex Flu & Batuk 1
Bodrex Flu & Batuk 1 Saridon 2
Infotainmen 07.30-08.00
OBH Tropica Plus 1 Sinetron 08.00-10.00 0
Infotainmen 10.00-10.30 Oskadon SP 2
Sinetron 13.00-15.00 Vicks Formula 44 1
Serial drama 16.00-17.00 0
Serial drama 17.00-18.00 0
10.
Sinetron 19.00-20.00 0
P. Memasak 06.30-07.00 0
P. Memasak 07.00-08.00 Bodrex Flu & Batuk 2
Infotainmen 09.30-11.00 OBH Tropica Plus 1
Woods Ekspektoran 1 Sinetron 13.00-15.00 Woods Antitusif 1
11
Film 19.00-21.00 Insto 1
12. Serial drama 11.00-12.30 0
Vicks Formula 44 1 Neo Rheumacyl 2
Sinetron 13.30-15.30
OBH Combi Batuk Pilek 2 Bodrex Flu & Batuk 1 Oskadon SP 2
Infotainmen 16.00-16.30
Oskadon 2 OBH Combi Batuk Pilek 1 Bodrex Flu & Batuk 1
Infotainmen 07.30-08.00
OBH Tropica Plus 1 Sinetron 09.30-11.30 Bodrex Flu & Batuk 2
Paramex 2 Sinetron 13.00-15.00 Oskadon 2 Serial drama 16.00-17.00 0
Serial drama 17.00-18.00 0
Sinetron 18.00-19.00 0
Mixagrip Flu & Batuk 1 Oskadon SP 2
Sinetron 19.00-21.00
Oskadon 1
13.
Sinetron 21.00-22.00 0
Oskadon 1 Infotainmen 07.30-08.00 OBH Tropica Plus 1
Insto 1 Sinetron 09.30-11.30 Mixagrip Flu & Batuk 1
Paramex 3 Oskadon 2
Sinetron 13.00-15.00
Insto 1 Ultraflu 3 Serial drama
16.00-17.00 Insto 1 Serial drama 17.00-18.00 0
Sinetron 18.00-19.00 0
Film 19.00-21.00 0
Bodrex 1 Paramex 2
14.
Sinetron 21.00-22.00
Insto 1 Total 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi C selama dua minggu
(periode Juli 2006) Hr JA & WT JI ΣF
Infotainmen 07.00-07.30 Biogesic Anak 1
Sinetron 07.30-09.00 0
Infotainmen 11.00-11.30 0
Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
Infotainmen 12.30-13.00
Canesten 1 Sinetron 13.00-14.00 0
Sinetron 14.00-15.00 Vicks Formula 44 1
Infotainmen 15.00-15.30 0
Serial drama 15.30-16.30 0
Sinetron 16.30-17.30 0
Sinetron 19.00-20.00 0
Sinetron 20.00-21.00 0
1.
Film 21.00-23.00 0
Infotainmen 07.00-07.30 0
Sinetron 07.30-09.00 0
Infotainmen 11.00-11.30 0
Infotainmen 12.30-13.00 0
Sinetron 13.00-14.00 0
Sinetron 14.00-15.00 0
Infotainmen 15.00-15.30 Laserin 1
Serial drama 15.30-16.30 0
2.
Sinetron 16.30-17.30 0
Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Vicks Formula 44 1
Sinetron 19.00-20.00
Mixagrip Flu & Batuk 1 Sinetron 20.00-21.00 0
Infotainmen 07.00-07.30 0
Sinetron 09.30-10.30 0
Infotainmen 10.30-11.00 Canesten 1
Infotainmen 11.00-11.30 Canesten 1
Woods Ekspektoran 1 Infotainmen 12.30-13.00 Woods Antitusif 1
Vicks Formula 44 1 Infotainmen 15.00-15.30
Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 3 Woods Ekspektoran 1
3.
Sinetron 19.00-21.00
Woods Antitusif 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Infotainmen 11.00-11.30 Visine 1
Saridon 1 Canesten 1
Infotainmen 15.00-15.30
Oskadon SP 1 Fatigon 1 Infotainmen
15.30-16.00 Mixagrip Flu & Batuk 3 Sinetron
19.00-20.00 Neuralgin 1 Neuralgin 1 Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Fatigon 1 Laserin 1 Oskadon SP 1 Vicks Formula 44 1
4.
Sinetron 20.00-21.00
Saridon 1 5. Infotainmen
07.00-07.30 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Visine 1 Infotainmen 11.00-11.30 Vicks Formula 44 1
Canesten 1 Infotainmen 15.00-15.30 Saridon 1
Canesten 1 Saridon 1 Neo Napacin 1
Infotainmen 15.30-16.00
Fatigon 1 Neo Entrostop 1 Anakonidin 1 Bodrex Migra 4 Neuralgin 1 Mylanta 1 Vicks Formula 44 2 Mixagrip Flu & Batuk 2
Sinetron 19.00-20.00
Biogesic Anak 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Neo Napacin 2 Anakonidin 2
Sinetron 20.00-21.00
Vicks Formula 44 1 Infotainmen 07.00-07.30 0
Sinetron 07.30-08.30 Visine 1
Woods Ekspektoran 1 Woods Antitusif 1
Telenovela 08.30-09.30
Saridon 1 Infotainmen 11.00-11.30 Biogesic Anak 1
Infotainmen 12.30-13.00 Canesten 1
Sinetron 13.00-14.00 0
Anakonidin 1 Infotainmen 15.00-15.30 Fatigon 1 Serial drama 15.30-16.30 0
Sinetron 16.30-17.30 0
Mixagrip Flu & Batuk 2 Sinetron 20.00-21.00 Neo Entrostop 1
6.
Sinetron 21.00-22.00 0
Infotainmen 07.00-07.30 0
Sinetron 07.30-08.30 0
7.
Telenovela Woods Ekspektoran 1
Woods Antitusif 1 08.30-09.30 Biogesic Anak 1
Infotainmen 11.00-11.30 0
Neo Napacin 1 Visine 1 Anakonidin 2 Vicks Formula 44 1
Infotainmen 12.30-13.00
Biogesic Anak 1 Sinetron 13.00-14.00 0
Neo Napacin 1 Infotainmen 15.00-15.30 Anakonidin 1 Serial drama 15.30-16.30 0
Sinetron 16.30-17.30 0
Sinetron 19.00-20.00 Vicks Formula 44 1
Mylanta 1 Woods Ekspektoran 1
Sinetron 20.00-21.00
Woods Antitusif 1 Infotainmen 07.00-07.30 Bodrex Migra 1
Sinetron 07.30-08.30 Inza 1
Bodrexin 1 Telenovela 08.30-09.30 Bodrexin Flu & Batuk 1 Infotainmen 11.00-11.30 0
Anakonidin 2 Visine 1 Vicks Formula 44 1
Infotainmen 12.30-13.00
Biogesic Anak 1 Procold 1 Sinetron
13.00-14.00 Visine 2 Infotainmen 15.00-15.30 Paramex 3
Serial drama 15.30-16.30 0
Sinetron 16.30-17.30 Bodrex Flu & Batuk 1
Mylanta 2 OBH Combi Batuk Pilek 1 Woods Ekspektoran 2 Woods Antitusif 2 Procold 2
8.
Sinetron 19.00-20.00
Visine 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mixagrip Flu & Batuk 1 Sinetron 20.00-21.00 Neo Napacin 1 Film 21.00-23.00 0
Infotainmen 07.00-07.30 0
Sinetron 07.30-08.30 Visine 1
Telenovela 08.30-09.30 Inzana 1
Infotainmen 11.00-11.30 0
Infotainmen 12.30-13.00 0
Sinetron 13.00-14.00 Bodrex Migra 1
Vicks Formula 44 1 Visine 1 Paramex Flu & Batuk 1
Infotainmen 15.00-15.30
Neo Napacin 1 Serial drama 15.30-16.30 Paramex Flu & Batuk 2
Sinetron 16.30-17.30 Paramex 1
Vicks Formula 44 1 Bodrex Migra 2 Neo Entrostop 1
Sinetron 19.00-20.00
Mixagrip Flu & Batuk 1
9.
Sinetron 20.00-21.00 Mixagrip Flu & Batuk 2
Infotainmen 07.00-07.30 Bodrex Migra 1
Sinetron 09.30-10.30 0
Canesten 1 Infotainmen 10.30-11.00 Bodrex Migra 1 Infotainmen 11.00-11.30 Canesten 1
Canesten 1 Woods Ekspektoran 1
Infotainmen 12.30-13.00
Woods Antitusif 1 Paramex 1 Infotainmen
15.00-15.30 Vicks Formula 44 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Decolgen 3 Woods Ekspektoran 1
10.
Sinetron 19.00-21.00
Woods Antitusif 1 11. Infotainmen Biogesic Anak 1
07.00-07.30 Bodrex Migra 1 Decolgen 1 Fatigon 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1 Mylanta 3 Neuralgin 1 Canesten 2 Woods Ekspektoran 1
Sinetron 08.30-10.30
Woods Antitusif 1 Vicks Formula 44 1 Infotainmen
11.00-11.30 Visine 1 Bodrex Flu & Batuk 1 Saridon 1
Infotainmen 15.00-15.30
Canesten 1 Fatigon 1 Infotainmen
15.30-16.00 Neo Napacin 1 Neuralgin 2 Sinetron
19.00-20.00 Mixagrip Flu & Batuk 2 Decolgen 3 Vicks Formula 44 1 Woods Ekspektoran 2 Woods Antitusif 2 Fatigon 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Neuralgin 1 Laserin 1 Canesten 1
Sinetron 20.00-21.00
Saridon 2 Infotainmen 07.00-07.30 Bodrex Migra 1
Paramex 2 Bodrex Migra 1 Vicks Formula 44 1
Infotainmen 11.00-11.30
OBH Combi Batuk Pilek 1 Canesten 1 Infotainmen
15.00-15.30 Saridon 1 Bodrex Migra 3 OBH Combi Batuk Pilek 1 Fatigon 1
Infotainmen 15.30-16.00
Neo Napacin 1 Neo Entrostop 1 Bodrex Flu & Batuk 4 Biogesic Anak 1 OBH Combi Batuk Pilek 1 Neuralgin 1 Mixagrip 1
12.
Sinetron 19.00-20.00
Bodrex Migra 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Neo Napacin 1 Mixagrip Flu & Batuk 1 Vicks Formula 44 1 Inzana 2 Neo Napacin 1 Inza 2 Vicks Formula 44 2 Neo Entrostop 1
Sinetron 20.00-21.00
Anakonidin 1 Infotainmen 07.00-07.30 Biogesic Anak 1
Sinetron 07.30-08.30 Bodrex Migra 2
Paramex Flu & Batuk 2 Telenovela 08.30-09.30 Paramex 4
Inza 2 Infotainmen 11.00-11.30 Inzana 2
Inzana 1 Infotainmen 12.30-13.00 Vicks Formula 44 1 Sinetron 13.00-14.00 0
Inzana 1 Paramex Flu & Batuk 1 Neo Napacin 1
Infotainmen 15.00-15.30
Anakonidin 1 Serial drama 15.30-16.30 Paramex Flu & Batuk 1
Sinetron 16.30-17.30 0
Mixagrip Flu & Batuk 1 Inzana 2
13.
Sinetron 20.00-21.00
Inza 2
Sinetron 21.00-22.00 0
Infotainmen 07.00-07.30 0
Sinetron 07.30-08.30 0
Bodrexin 1 Telenovela 08.30-09.30 Bodrexin Flu & Batuk 1 Infotainmen 11.00-11.30 Visine 1
Bodrex Migra 1 Procold 1
Infotainmen 12.30-13.00
Creobic 1 Sinetron 13.00-14.00 0
Infotainmen 15.00-15.30 Paramex Flu & Batuk 1
Serial drama 15.30-16.30 0
Sinetron 16.30-17.30 0
Neosanmag Fast 1 Vicks Formula 44 2
Sinetron 19.00-20.00
Mixagrip Flu & Batuk 1 Paramex Flu & Batuk 2 Woods Ekspektoran 2 Woods Antitusif 2 Mixagrip Flu & Batuk 1 Neo Napacin 2 Mylanta 1
14.
Sinetron 20.00-21.00
Visine 1 Total 279
Lampiran 12. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan
acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006) Hr JA & WT JI ΣF
Poldan Mig 2 Neosanmag Fast 2
Infotainmen 06.30-07.00
Visine 1 Telenovela 07.00-08.00 0
Infotainmen 10.30-11.00 0
1.
Sinetron Neo Entrostop 1
Vicks Formula 44 1 12.00-13.30 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 13.30-15.30 0
Infotainmen 15.30-16.00 0
Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron Mixagrip Flu & Batuk 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19.00-20.00 Neo Entrostop 2 Mixagrip Flu & Batuk 5 Oskadon SP 1
Sinetron 20.00-21.00
Vicks Formula 44 1 Infotainmen 06.30-07.00 Visine 1
Telenovela 07.00-08.00 0
Infotainmen 10.30-11.00 0
Sinetron 12.00-13.30 Neo Entrostop 2
Sinetron 13.30-15.30 0
Oskadon SP 1 Neosanmag Fast 1
Infotainmen 15.30-16.00
Poldan Mig 1 Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 19.00-20.00 0
Asthma Soho 1 Neo Entrostop 1 Mixagrip Flu & Batuk 3 Neuralgin 1
Sinetron 20.00-21.00
Ultraflu 1
2.
Sinetron 21.00-22.00 Neuralgin 1
Visine 1 Infotainmen 06.30-07.00 Neosanmag Fast 1
Mixagrip Flu & Batuk 1 Film 07.30-09.00 Vicks Formula 44 1 Infotainmen 10.30-11.00 Asthma Soho 1
Neo Entrostop 1 Vicks Formula 44 1
Sinetron 12.00-13.30
Mixagrip Flu & Batuk 2 Vicks Formula 44 1 Film
13.30-15.30 Oskadon SP 1 Infotainmen 15.30-16.00 Oskadon SP 1
Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 19.00-20.00 0
Mixagrip 2 Vicks Formula 44 1
3.
Sinetron 20.00-21.30
Neuralgin 1
Mixagrip Flu & Batuk 1 OBH Tropica Plus 1 Infotainmen
06.30-07.00 Neosanmag Fast 1 P. Memasak 08.30-09.00 0
Infotainmen 10.30-11.00 Obat Sakit Kepala Cap 19 1
Neo Entrostop 2 Sinetron 12.00-13.30 Mixagrip Flu & Batuk 2 Film 13.30-15.30 Mixagrip Flu & Batuk 3
Infotainmen 15.30-16.00 Komix G 1
4.
Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 08.00-09.00 Komix G 3
Infotainmen 09.00-10.00 Bodrex Flu & Batuk 1
Komix G 1 Sinetron 11.30-13.00 Neo Entrostop 2 Sinetron 14.00-15.00 Vicks Formula 44 1
Sinetron 17.30-18.00 0
Sinetron 18.00-19.30 0
Sinetron 19.30-21.00 0
5.
Sinetron 21.00-22.00 0
Poldan Mig 1 Visine 1
Infotainmen 06.30-07.00
Neosanmag Fast 2 Telenovela 07.00-07.30 0
Sinetron 07.30-09.00 Komix G 1
Film 09.00-10.30 Obat Sakit Kepala Cap 19 1
Infotainmen 10.30-11.00 Komix G 1
Mixagrip Flu & Batuk 1 Visine 2 Vicks Formula 44 2
Sinetron 12.00-13.30
Neo Entrostop 1 Poldan Mig 1
6.
Infotainmen 15.30-16.00 Neosanmag Fast 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 20.00-21.00 Vicks Formula 44 1
Sinetron 2100-.22.30 Mixagrip Flu & Batuk 5
Poldan Mig 2 OBH Tropica Plus 1 Neosanmag Fast 1
Infotainmen 06.30-07.00
Visine 1 Telenovela 07.00-07.30 0
Mixagrip Flu & Batuk 2 Sinetron 07.30-09.00 Visine 2
Film 09.00-10.30 Obat Sakit Kepala Cap 19 1
Infotainmen 10.30-11.00 Asthma Soho 1
Vicks Formula 44 1 Visine 1 Mixagrip Flu & Batuk 2 Komix G 1
Sinetron 12.00-13.30
Neo Entrostop 1 Infotainmen 15.30-16.00 Oskadon SP 1
Infotainmen 17.30-18.00 0
Neuralgin 2 Sinetron 19.00-20.30 Mixagrip Flu & Batuk 1
7.
Sinetron 20.30-21.30 0
Poldan Mig 1 Neosanmag Fast 1 Visine 1
Infotainmen 06.30-07.00
OBH Tropica Plus 1 Telenovela 07.00-08.00 0
Sinetron 08.00-09.00 Visine 1
Sinetron 09.00-10.30 Komix G 1
Paramex 1 Infotainmen 10.30-11.00 Visine 1
Paramex 2 Mixagrip Flu & Batuk 1
Sinetron 12.00-13.30
Vicks Formula 44 1
8.
Sinetron 13.30-14.30 0
Sinetron 14.30-15.30 0
Infotainmen 15.30-16.00 Oskadon 1
Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 19.00-20.00 Mixagrip Flu & Batuk 1
Visine 1 Sinetron 20.00-21.00 Asthma Soho 1
Neosanmag Fast 2 Poldan Mig 1 OBH Tropica Plus 1
Infotainmen 06.30-07.00
Visine 1 Telenovela 07.00-08.00 0
Mixagrip Flu & Batuk 2 Sinetron 08.00-09.00 Visine 1 Infotainmen 10.30-11.00 Visine 1
Paramex 1 Sinetron 12.00-13.30 Mixagrip Flu & Batuk 1 Sinetron 13.30-14.30 0
Sinetron 14.30-15.30 0
Bodrex Flu & Batuk 1 Neo Rheumacyl 2 Paramex 1 Poldan Mig 1
Infotainmen 15.30-16.00
Neosanmag Fast 1 Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 19.00-20.00 Neo Entrostop 1
Mixagrip Flu & Batuk 2 Sinetron 20.00-21.00 Neuralgin 1
Neuralgin 2
9.
Sinetron 21.00-22.00 Asthma Soho 1
OBH Tropica Plus 1 Infotainmen 06.30-07.00 Poldan Mig 1
Visine 1 Mixagrip Flu & Batuk 1
Film 07.30-09.00
Vicks Formula 44 1 Infotainmen 10.30-11.00 Komix G 1
Paramex 1
10.
Sinetron 12.00-13.30 Bodrex Flu & Batuk 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mixagrip Flu & Batuk 2 Visine 1 Vicks Formula 44 1 Oskadon SP 1 Bodrex 3 Vitamin IPI A 1 Vitamin IPI B1 1 Vitamin IPI B12 1 Vitamin IPI B complex 1 Vitamin IPI C 1
Film 13.30-15.30
Vitamin IPI CPL 1 Bodrex Flu & Batuk 1 Infotainmen
15.30-16.00 Oskadon SP 1 Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 19.00-20.00 Asthma Soho 1
Neuralgin 1 Mixagrip Flu & Batuk 4 Visine 2 Asthma Soho 1 Paramex 2
Sinetron 20.00-21.30
Vicks Formula 44 2 Infotainmen 06.30-07.00 OBH Tropica Plus 1
P. Memasak 08.30-09.00 0
Film 09.00-10.30 Neo Entrostop 2
Infotainmen 10.30-11.00 Asthma Soho 1
Mixagrip Flu & Batuk 4 Sinetron 12.00-13.30 Visine 2 Infotainmen 15.30-16.00 Komix G 1
11.
Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 07.00-08.00 0
Sinetron 08.00-09.00 Komix G 2
Paramex 2 Infotainmen 09.00-10.00 Bodrex Flu & Batuk 1
Neo Entrostop 2 Sinetron 11.30-13.00 Poldan Mig 1
12.
Sinetron 17.30-18.00 OBH Tropica Plus 1
Sinetron 18.00-19.00 0
Sinetron 21.00-22.00 0
Poldan Mig 2 OBH Tropica Plus 1 Creobic 1
Infotainmen 06.30-07.00
Neosanmag Fast 1 Telenovela 07.00-08.00 0
Visine 1 Sinetron 08.00-09.00 Mixagrip Flu & Batuk 2 Sinetron 09.00-10.30 0
Paramex 2 Infotainmen 10.30-11.00 Asthma Soho 1
Paramex 1 Neo Entrostop 2 Bodrex Flu & Batuk 1
Sinetron 12.00-13.30
Vicks Formula 44 1 Sinetron 13.30-14.30 0
Sinetron 14.30-15.30 0
Neo Rheumacyl 2 Neosanmag Fast 1 Bodrex Flu & Batuk 1
Infotainmen 15.30-16.00
Paramex 1 Infotainmen 17.30-18.00 0
Sinetron 20.00-21.00 Asthma Soho 1
Mixagrip Flu & Batuk 2 Paramex 2 Asthma Soho 1
13.
Sinetron 21.00-22.30
Neo Entrostop 2 Creobic 1 Poldan Mig 1 OBH Tropica Plus 1
Infotainmen 06.30-07.00
Neosanmag Fast 1 Telenovela 07.00-08.00 Bodrex Flu & Batuk 1
Komix G 1 Sinetron 08.00-09.00 Visine 1 Sinetron 09.00-10.30 0
Obat Sakit Kepala Cap 19 1
14.
Infotainmen 10.30-11.00 Visine 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sinetron Komix G 2 12.00-13.30 OBH Combi Batuk Pilek 1 Sinetron 13.30-14.30 0
Sinetron 14.30-15.30 0
Infotainmen Asthma Soho 2
Oskadon SP 1 15.30-16.00 Bodrex Flu & Batuk 1
Infotainmen 17.30-18.00 0
Neuralgin 1 Sinetron 19.00-20.30 Mixagrip Flu & Batuk 1
Total 257 Keterangan tabel pada lampiran 9, 10, 11, dan 12: Hr : Hari ke- JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan ΣF : Jumlah Frekuensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Data kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Kelengkapan Informasi Iklan Industri Farmasi No Jenis Obat
ZA ND Indikasi KI PP Nama Alamat
ESO Klaim Indikasi
1. Actifed Ekspektoran ─ + + ─ + + ─ ─ solusi yang dipercaya untuk pilek dan batuk berdahak 2. Anakonidin ─ + + ─ + + ─ + meredakan batuk, tenggorokan gatal, dan hidung tersumbat pada anak 3. Asthma Soho ─ + + ─ + + ─ ─ untuk sesak nafas ringan karena asma 4. Biogesic Anak ─ + + ─ + + ─ ─ efektif meredakan demam anak 5. Bodrex ─ + + ─ + + ─ ─ menghilangkan sakit kepala 6. Bodrex Flu & Batuk ─ + + ─ + + ─ + untuk flu dan batuk 7. Bodrex Migra + + + ─ + + ─ ─ untuk sakit kepala sebelah 8. Bodrexin ─ + + ─ + + ─ + penurun panas anak 9. Bodrexin Flu & Batuk ─ + + ─ + + ─ + meredakan flu dan batuk anak 10. Canesten + + + ─ + + ─ ─ atasi gatal jamur, cabut jamur sampai ke akar 11. Contrexyn ─ + + ─ + + ─ ─ untuk panas anak 12. Creobic + + + ─ + + ─ ─ untuk panu, kadas, kutu air 13. Decolgen ─ + + ─ + + ─ ─ hajar flu dengan tiga aksi jitu : pereda bersin, pereda hidung mampet, pereda sakit kepala 14. Fatigon ─ + + ─ ─ + ─ ─ menghilangkan rasa lelah, letih, dan lesu 15. Fungiderm ─ + + ─ + + ─ ─ untuk gatal jamur : kurap, kadas, panu, kutu air 16. Insto ─ + + ─ + ─ ─ ─ meredakan mata merah karena iritasi ringan 17. Inza ─ + + ─ + + ─ + untuk flu 18. Inzana ─ + + ─ + + ─ ─ efektif turunkan panas demam anak 19. Komix G ─ + + ─ + + ─ ─ untuk mengeluarkan dahak 20. Laserin + + + ─ + + ─ ─ untuk batuk 21. Mixagrip Flu & Batuk + + + ─ + + ─ ─ efektif redakan flu dan batuk sekaligus 22. Mylanta ─ + + ─ + + ─ ─ untuk gejala maag : perih dan mual 23. Neo Entrostop ─ + + ─ + + ─ ─ untuk diare yang tak bisa berhenti 24. Neo Napacin ─ + + ─ + + ─ ─ untuk sesak nafas akibat asma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25. Neo Rheumacyl ─ + + ─ + ─ ─ ─ untuk nyeri otot, nyeri sendi, pegal dan linu 26. Neo Rheumacyl Neuro + + + ─ + + ─ ─ untuk nyeri saraf otot dan pegal 27. Neo Ultracap + + + ─ + + ─ ─ mengatasi letih, lesu, capek, pegal-pegal 28. Neo Ultrasiline ─ + + ─ + ─ ─ ─ efektif untuk panu dan kutu air 29. Neosanmag Fast + + + ─ + + ─ ─ obat maag : menetralkan asam lambung dan mengurangi asam lambung 30. Neuralgin ─ + + ─ + ─ ─ ─ obat sakit kepala 31. Obat Sakit Kepala Cap 19 ─ + + ─ + + ─ ─ untuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot 32. OBH Combi Batuk Pilek ─ + + ─ + + ─ ─ efektif meredakan batuk dan pilek sekaligus 33. OBH Tropica Plus ─ + + ─ + + ─ + untuk batuk, flu, demam 34. Oskadon ─ + + ─ + + ─ + efektif redakan sakit kepala 35. Oskadon SP ─ + + ─ + + ─ ─ untuk nyeri otot pinggang, nyeri otot punggung, badan pegal linu 36. Panadol Extra ─ + + ─ + ─ ─ ─ efektif untuk sakit kepala tak tertahankan 37. Paramex + + + ─ + + ─ + untuk sakit kepala 38. Paramex Flu & Batuk ─ + + ─ + ─ ─ + meredakan flu dan batuk sekaligus 39. Poldan Mig ─ + + ─ ─ + ─ ─ untuk sakit kepala sebelah akibat migrain dan sakit kepala biasa 40. Procold + + + ─ + + ─ ─ untuk flu : atasi hidung tersumbat 41. Sanaflu + + + ─ + + ─ + efektif meredakan gejala flu : sakit kepala, demam, bersin-bersin, hidung tersumbat 42. Sanaflu Forte + + + ─ + + ─ + efektif meredakan gejala flu : sakit kepala, demam, bersin-bersin, hidung tersumbat 43. Saridon ─ + + ─ + + ─ ─ efektif untuk sakit kepala 44. Ultraflu ─ + + ─ + + ─ ─ meredakan flu 45. Vicks Formula 44 ─ + + ─ + + ─ ─ meredakan batuk dan membantu istirahat 46. Visine ─ + + ─ + + ─ ─ solusi mata merah karena iritasi ringan 47. Vitamin IPI A ─ + + ─ + + ─ ─ menyehatkan badan 48. Vitamin IPI B complex ─ + + ─ + + ─ ─ menyehatkan badan 49. Vitamin IPI B1 ─ + + ─ + + ─ ─ menyehatkan badan 50. Vitamin IPI B12 ─ + + ─ + + ─ ─ menyehatkan badan 51. Vitamin IPI C ─ + + ─ + + ─ ─ menyehatkan badan 52. Woods Antitusif ─ + + ─ ─ + ─ ─ untuk batuk tidak berdahak 53. Woods Ekspektoran ─ + + ─ ─ + ─ ─ untuk batuk berdahak
Ket : ZA = Zat Aktif, ND = Nama Dagang, KI = Kontraindikasi, PP = Peringatan-Perhatian, ESO = Efek Samping Obat, (+) = ada, (─) = tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 14. Komposisi zat aktif 53 jenis obat tanpa resep
No. Jenis Obat Komposisi Zat Aktif 1. Neo Rheumacyl tablet,
Oskadon SP tablet ibuprofen (sama 200 mg), parasetamol (sama 350 mg)
2. Neo Rheumacyl Neuro kaplet
ibuprofen (200 mg); vitamin B1 (50 mg), B6 (100 mg), B12 (100 mcg)
3. Biogesic Anak sirup tiap5 ml: parasetamol (160 mg) 4. Bodrex tablet, Oskadon
tablet, Panadol Extra kaplet parasetamol (sama 500 mg), kofein (50 mg, 35 mg, 65 mg)
5. Bodrex Migra kaplet, Saridon tablet
parasetamol (350 mg, 250 mg), propifenazon (sama 150 mg), kofein (sama 50 mg)
6. Bodrexin tablet, Contrexyn tablet, Inzana tablet
asam asetilsalisilat (sama 80 mg)
7. Neuralgin kaplet parasetamol (350 mg), ibuprofen (200 mg), kofein (50 mg) 8. Obat Sakit Kepala Cap 19
puyer, Poldan Mig kaplet asam asetilsalisilat (450 mg, 250 mg), parasetamol (351 mg, 400 mg), kofein (99 mg, 65 mg)
9. Paramex tablet
parasetamol (250 mg), propifenazon (150 mg), deksklorfeniramin maleat (1 mg), kofein (50 mg)
10. Fatigon kaplet
vitamin E (30 I.U.), B1(100 mg), B6 (50 mg), B12 (100 mcg); kalium-1-aspartat (100 mg), magnesium-1-aspartat (100 mg)
11. Neo Ultracap kapsul vitamin B1(100 mg), B6 (100 mg), B12 (200 mcg); kofein (50 mg) 12. Vitamin IPI A tablet vitamin A asetat (6000 I.U.) 13. Vitamin IPI B complex
tablet vitamin B1 (2 mg), B2 (2 mg), B6 (2 mg); kalsium pantotenat (10 mg), nikotinamida ( 20 mg)
14. Vitamin IPI B1 tablet vitamin B1(25 mg) 15. Vitamin IPI B12 tablet vitamin B12 (50 mcg) 16. Vitamin IPI C tablet vitamin C (50 mg) 17. Neo Entrostop tablet atapulgit (650 mg), pektin (50 mg) 18. Mylanta tablet aluminium hidroksida (200 mg), magnesium hidroksida (200 mg), simetikon (20 mg) 19. Neosanmag Fast tablet famotidin (10 mg), kalsium karbonat (800 mg), magnesium hidroksida (165 mg) 21. Asthma Soho kaplet, Neo
Napacin tablet efedrin hidroklorida (12,5 mg, 25 mg), teofilin (125 mg, 130 mg)
22. Komix G sirup
tiap 7 ml: gliseril guaiakolat (100 mg), dekstrometorfan hidrobromida (15 mg), klorfeniramin maleat (2 mg)
23. Laserin sirup tiap 5 ml: herba Euphorbia hirta (0,15 g), rhizoma Zingiber officinale (6 g), fruktus cardamom (0,15 g), caryophyllum (0,6 g), folium Piper betle (1,8 g), folium Abrus precatorius (0,3 g), folium Mentha arvensis (0,15 g), folium Hibiscus rosa-sinensis (0,15 g), oleum Mentha piperita (0,015 ml), succus liquiritiae (0,015 g)
24. Vicks Formula 44 sirup dekstrometorfan hidrobromida (5 mg), doksilamin suksinat (3 mg) 25. Woods Antitusif sirup tiap 5 ml: dekstrometorfan hidrobromida (7,5 mg), difenhidramin hidroklorida (12,5
mg) 26. Woods Ekspektoran sirup tiap 5 ml: bromheksin hidroklorida (4 mg), gliseril guaiakolat (100 mg) 27. Actifed Ekspektoran sirup
tiap 5 ml: triprolidin hidroklorida (1,25 mg), pseudoefedrin hidroklorida (30 mg), gliseril guaiakolat (100 mg)
28. Anakonidin sirup
dekstrometorfan hidrobromida (5 mg), gliseril guaiakolat (25 mg), pseudoefedrin hidroklorida (7,5 mg), klorfeniramin maleat (0,5 mg)
29. OBH Combi Batuk Pilek sirup
tiap 7 ml: succus liquiritiae (167 mg), amonium klorida (50mg), efedrin hidroklorida (4 mg), klorfeniramin maleat (2 mg)
30. Decolgen tablet, Ultraflu kaplet
parasetamol (400 mg, 600 mg), fenilpropanolamin hidroklorida (12,5 mg, 15 mg), klorfeniramin maleat (1mg, 2 mg)
31. Inza tablet, Procold kaplet
parasetamol (sama 500 mg), pseudoefedrin hidroklorida (sama 30 mg), klorfeniramin maleat (1 mg, 2 mg )
32. Sanaflu kaplet, Sanaflu Forte kaplet
parasetamol (500 mg, 650 mg), fenilpropanolamin hidroklorida (sama 15 mg)
33. Bodrex Flu & Batuk kaplet
parasetamol (500 mg), fenilpropanolamin hidroklorida (15 mg), dekstrometorfan hidrobromida (10 mg)
34. Bodrexin Flu & Batuk sirup tiap 5 ml: parasetamol (80 mg), klorfeniramin maleat (0,4 mg), fenilpropanolamin hidroklorida (2 mg), gliseril guaiakolat (20 mg), sodium sitrat (60 mg)
35. Mixagrip Flu & Batuk kaplet
parasetamol (500 mg), dekstrometorfan hidrobromida (10 mg), pseudoefedrin hidroklorida (30 mg)
36. OBH Tropica Plus sirup
tiap 5 ml: succus glycyrrhizae (166,70 mg), parasetamol (133,30 mg), amonium klorida (50,00 mg), efedrin hidroklorida (2,67 mg), klorfeniramin maleat (0,67 mg), minyak anis (4,00 mg)
37. Paramex Flu & Batuk tablet parasetamol (250 mg), propifenazon (150 mg), pseudoefedrin hidroklorida (30 mg), dekstrometorfan hidrobromida (15 mg)
38. Canesten krim, Fungiderm krim, Neo Ultrasiline krim
klotrimazol 1% b/b
39. Creobic krim tolnaftat 1% b/b 40. Insto tetes mata tetrahidrozolin hidroklorida (0,05% b/v), benzalkonium klorida (0,01% b/v) 41. Visine tetes mata tetrahidrozolin hidroklorida (0,05% b/v) Sumber: komposisi zat aktif pada kemasan obat, Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 41 (2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Evaluasi Kerasionalan
Iklan Obat Tanpa Resep pada Tayangan Acara untuk
Ibu-ibu di Empat Stasiun Televisi Swasta Nasional
Indonesia” ini bernama Kartikaningtyas Yunari. Lahir
di Pati pada tanggal 31 Januari 1980 sebagai putri ketiga
dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak H. Karyono
dan Ibu Hj. Kadarwati. Penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Pertiwi Pati pada
tahun 1986, pendidikan Sekolah Dasar di SD Pati Lor II
Pati pada tahun 1992, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1
Pati pada tahun 1995, dan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri
1 Pati pada tahun 1998. Sempat melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Gadjah Mada sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 1999.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI