plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk fileflavonoid total fraksi etil asetat buah...
TRANSCRIPT
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL MENGGUNAKAN DEOKSIRIBOSA
DAN PENENTUAN KADAR FLAVONOID TOTAL
FRAKSI ETIL ASETAT BUAH KETAPANG (Terminalia catappa L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh :
Yovita Dwi Arini
NIM : 038114128
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
\ i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persetujuan Skripsi
UJI AKTIVITAS AF{TIOKSIDAF{ DENGAI{ METODESPEKTROFOTOMETRI WSIBEL MENGGT]NAKAIY DEOKSIRIBOSA
DAN PEIIENTUAII KADAR F'LAVONOID TOTALF'RAKSI ETIL ASETAT BUAH KETAPANG (Terminalia catappaL)
Disusun oleh:
YovitaDwi ariniN IM:038114128
Telah disetujui oleh
Dr. C.J. Soegihardjo, Apt.Tanggal : 7O fanuor\ Z@B
U
11
,)
Pembimbing Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi
UJI AKTIYITAS ANTIOKSIDAN Df,NGAI{ METODESPEKTROFOTOMETRI WSIBEL MENGGT]NAKAN DEOKSIRIBOSA
DAN PEIIENTUAN KADAR FLAVONOID TOTALFRAKSI ETIL ASETAT BUAH KETAPAI\EC (Terminalia catappaL)
""",,111,,*',NIM:038114128
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharmapadatanggal:
25 Januari 2008
Mengetahui,Fakultas Farmasi
Pembimbing Utama:
Dr. C.J. Soegihardjo, Apt.
Panitia Penguji :
1. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt.
2. Drs. Sulasmono, Apt.
3. Ema Tri Wulandari, M.Si., Apt..\
\\/ . . ./ 111
.&g",J,nu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
\ iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERI{YATAA 1 N PIRSSTUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAFI AIftI}EMTS
Yary bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanaa Dharma :
Nmra : Yovita Dwi Arini
Homorlvlahasiswa : 038114128
Demi pengembangan iknu pengetahuan, saya meurberil€n kepada Perpusbkaan
Universitas Sanata Dbamn karya ikniah saya ymg berjudul :
"UJT AKTIVITAS AF{TIOKSIDAN DSNGAIIi METODESTEKTROFOTOMETRI WSISEL MENGCT}NAKAITI I'EOKSIRIB$SADA}T PENENTUAN KANDTJNGAN F'LAVONOID TOTAL FRAI{SI ETILASITAT BUAH KETAPANG {Terminalia eunppaL}!
be$saa perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikim saya mernberikan
k€pada Perpustakaan Universitas Sanata Dhama hak untuk meryinrpan, me-
ngalit*an dalam bert* media lain, mengelolanya dalam bsrtuk pffigtielafl dst4
mendi$ribusikan secara terbatas, dan merrpublikasika*rya di Internet dau media
lais untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya rnaupul
memb€nkan royalti ke,pada saya selama tetap mencantumkm trama saya #gai
penulis. Demikiar pemyataan ini yang saya buat de,ngan sebewnya.
Dibuatdi Yogyakara
Padatanggal : 30 Januari 2008
Ymgmenyatakan
l
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang senantiasa
mendampingi, membimbing, memberikan berkat, anugerah, kasih dan
pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi dengan judul Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode
Spektrofotometri Visibel Menggunakan Deoksiribosa Dan Penentuan Kadar
Flavonoid Total Fraksi Etil Asetat Buah Ketapang (Terminalia catappa L.)
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. C.J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Pembimbing yang dengan
sabar telah bersedia membimbing, mengoreksi, memberi masukan,
bantuan dan saran mulai dari awal persiapan hingga akhir penyusunan
skripsi ini. Bahan-bahan yang bapak berikan sungguh berguna.
3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku Dosen Penguji yang bersedia
berdiskusi, menguji, memberikan saran, kritik selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang bersedia
berdiskusi, menguji, memberikan saran, masukan, kritik selama
penyusunan skripsi. Terima kasih untuk kesabarannya.
\ v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah mendukung, memotivasi, membantu dan memberikan
pengarahan selama kuliah.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas pengalaman, ilmu, dan
pengetahuannya.
7. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Kunto, Mas Parlan, terima
kasih atas kerja sama, bantuan, dan pendampingan selama penulis
“ngelab” di lantai tiga dan empat. Untuk Mas Andri, Mas Heru, Mas
Parjiman, Mas Kayat, Mas Yuwono, Pak Musrifin, Pak Iswandi dan Mas
Ottok, terima kasih atas peminjaman alat, kerja sama dan sapa ramahnya.
8. My sisters and brothers yang selalu menanyakan ’kapan selesai, kapan
wisuda?’, yang merupakan motivator untuk maju dan terus berusaha.
9. Teman-teman seperjalan hidup empat tahun ini, yanti ’nduke’, rachel
’ndut’, nopha ’nyet2’, tatik ’item’, mbak dias, mbak pepi, mbak sisca,
mbak estri, rita, tutu, vira. Cerita, tawa, kebersamaan dan kekompakan
yang akan selalu kurindukan.
10. Kelas C angkatan 2003 (kami menyebutnya Che_mistry), rasanya tak
habis-habis aku bercerita tentang semua yang kita lakukan empat tahun ini.
Canda, cerita, tugas, praktikum, ”dolan”, dan lainnya, pasti akan buat aku
kangen. Terima kasih buat persahabatan, kebersamaan, perhatian, doa,
semangat, kekompakkan dan kegilaannya. Tetap jadi sahabatku.
\ vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Anggara Eka Nugraha, yang selalu memberi motivasi, bantuan, kritik,
saran, semangat ketika penulis sedang putus asa. Terima kasih buat
sayang, perhatian, doa, waktu, dukungan, dan pendampingannya serta
karya-karyanya yang sungguh ’cantik’.
12. Adik-adik angkatan baik yang menemani penulis saat ”ngelab”, sehingga
suasana di laboratorium lebih hidup dan ramai maupun yang selalu
menyapa penulis sehingga penulis termotivasi dan bersemangat kembali.
13. Mas Prasojo, yang mau memberikan ilmu tentang mekanisme reaksi dan
mas Ardian yang membantu memastikan metode yang digunakan.
14. Pak Yahya di UGM yang memberi ijin dan bersedia memetik ketapang
untuk penulis.
Serta untuk semua pribadi yang membantu penulis dalam banyak hal untuk
menyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih untuk semuanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Akhirnya besar harapan penulis semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu farmasi
Yogyakarta, Januari 2008
Yovita Dwi Arini
\ vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAT{ KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengnn sesungguhnya bahwa slsip$i ya$g saya tulis ini
tidak menouat lffiya dau bagian kar,,a orang lain, kwuali yaog telah disejbutkffi
datron kutipm dm daftar pustaka, sebagaimma layaknya karya ilmiah.
Yoryakarh, Januari2008
Ylll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
PRAKATA....................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
INTISARI......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ....................................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Permasalahan............................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
D. Keaslian Penelitian...................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA.............................................................. 6
A. Tanaman Ketapang..................................................................................... 6
\ ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Nama tanaman ....................................................................................... 6
2. Sistematika tanaman .............................................................................. 7
3. Kandungan kimia .................................................................................. 7
4. Kegunaan dan khasiat ........................................................................... 7
B. Flavonoid..................................................................................................... 8
1. Kerangka dasar dan pengertian flavonoid ............................................. 8
2. Penyebaran flavonoid ............................................................................ 9
3. Penggolongan dan sifat flavonoid ........................................................ 10
4. Penyarian flavonoid .............................................................................. 12
5. Deteksi dan identifikasi flavonoid ........................................................ 16
6. Kegunaan flavonoid .............................................................................. 16
C. Antioksidan ................................................................................................ 16
1. Radikal bebas ........................................................................................ 16
2. Definisi dan aktivitas antioksidan ......................................................... 18
3. Penggolongan antioksidan .................................................................... 18
4. Metode pengujian daya antioksidan ...................................................... 22
D. Deoksiribosa ............................................................................................... 24
E. Metode Penyarian ....................................................................................... 26
F. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ................................................................ 29
G. Spektrofotometri UV-Vis ........................................................................... 32
H. Keterangan Empirik ................................................................................... 38
H. Keterangan Empirik Yang Diharapkan ....................................................... 39
\ x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. ..... 40
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………….. ...... 40
B. Variabel - Variabel Penelitian …………………………………………40
1. Variabel bebas........................................................................................ 40
2. Variabel tergantung ............................................................................... 40
3. Variabel pengacau ................................................................................. 40
C. Definisi Operasional …………………………………………………... 41
1. Uji aktivitas antioksidan ........................................................................ 41
2. Fraksi etil asetat ..................................................................................... 41
3. Kadar senyawa flavonoid total .............................................................. 41
4. buah ketapang ........................................................................................ 41
D. Bahan Penelitian ......................................................................................... 42
E. Alat Penelitian ............................................................................................ 42
F. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 43
1. Determinasi tanaman............................................................................ 43
2. Pengumpulan bahan ............................................................................ 43
3. Pembuatan ekstrak etanol buah ketapang ........................................... 43
4. Pembuatan fraksi etil asetat buah ketapang ........................................ 44
5. Uji kualitatif kandungan flavonoid dengan metode KLT .................... 44
6. Pembuatan buffer fosfat ...................................................................... 44
7. Pembuatan pereaksi ............................................................................. 45
8. Optimasi metode ................................................................................. 47
\ xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil
asetat buah ketapang ........................................................................... 48
10. Penentuan kadar flavonoid total .......................................................... 49
G. Analisis Hasil ............................................................................................. 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 51
A. Hasil Determinasi Tanaman .............................................................. 51
B. Hasil Pengumpulan Bahan ........................................................................ 51
C. Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Ketapang................................................ 52
D. Hasil Pembuatan Fraksi Etil Asetat Buah Ketapang.................................. 57
E. Hasil Uji Kualitaif Flavonoid dengan metode KLT .................................. 58
F. Optimasi Metode ....................................................................................... 61
1. Penentuan waktu operasi ..................................................................... 61
2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ............................ 66
G. Hasil Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil dengan Metode
Deoksiribosa .............................................................................................. 68
H. Penentuan Kadar Senyawa Flavonoid Total ............................................. 74
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 79
A. Kesimpulan ............................................................................................... 79
B. Saran .......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN..................................................................................................... 85
BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………… .... 101
\ xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Warna bercak beberapa flavonoid setelah disemprot dengan
pereaksi besi (III) klorida .............................................................. 13
Tabel II. Penafsiran warna bercak dari segi struktur flavonoid .................... 15
Tabel III. Beberapa macam ROS dan antioksidan yang menetralkan............ 17
Tabel IV. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil
asetat buah ketapang dengan berbagai konsentrasi........................ 69
Tabel V. Persen scavenging fraksi etil asetat buah ketapang ....................... 71
Tabel VI. Kadar kuersetin dan absorbansinya setelah direaksikan dengan
aluminium klorida dalam suasana basa ......................................... 76
Tabel VII. Kadar flavonoid total fraksi etil asetat dihitung sebagai %b/b
ekivalen kuersetin .......................................................................... 77
\ xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid .......................................................... 9
Gambar 2. Kerangka tipe-tipe flavonoid ...................................................... 11
Gambar 3. Pembentukan struktur kuinoid flavonoid karena uap ammonia . 13
Gambar 4. Reaksi pembentukan kompleks flavonoid (flavon, 5-OH
flavon, flavonol) dengan pereaksi aluminium klorida ................ 14
Gambar 5. Senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan ............ 21
Gambar 6. Struktur kimia beberapa antioksidan sintetik ............................. 21
Gambar 7. Struktur deoksiribosa ................................................................. 24
Gambar 8. Tingkat energi elektronik ............................................................ 34
Gambar 9. Struktur rutin ............................................................................... 58
Ganbar 10. Kromatogram uji kualitatif flavonoid pada fraksi etil asetat
dengan fase diam: selulosa, fase gerak: butanol-asam asetat-air
(4:1:5) v/v, deteksi: uap amonia ................................................. 59
Gambar 11. Kromatogram uji kualitatif flavonoid pada fraksi etil asetat
dengan fase diam: selulosa, fase gerak: n-butanol-asam asetat-
air (4:1:5) v/v, deteksi: pereaksi semprot besi (III) klorida ...... 60
Gambar 12. Kurva hubungan waktu (menit) dengan absorbansi
kromogen MDA-TBA................................................................. 62
Gambar 13. Reaksi pembentukan gugus enol pada TBA ................................ 63
Gambar 14. Reaksi pembentukan MDA......................................................... 64
Gambar 15. Mekanisme reaksi pembentukan MDA-TBA ............................. 65
\ xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 16. Struktur kromogen MDA-TBA .................................................. 66
Gambar 17. Kurva hubungan panjang gelombang (nm) dengan absorbansi
kromogen MDA-TBA................................................................. 67
Gambar 18. Kurva hubungan antara penambahan konsentrasi fraksi etil
asetat buah ketapang dengan absorbansi kromogen MDA-TBA 70
Gambar 19. Kurva hubungan kenaikan konsentrasi fraksi etil asetat dengan
% Scavenging ............................................................................. 71
Gambar 20. Mekanisme penangkapan radikal hidroksil oleh flavonoid dan
efek resonansi yang terjadi pada flavonoid................................. 73
Gambar 21. Reaksi kopling radikal fenoksil.................................................... 74 Gambar 22. Reaksi yang terjadi dalam penetapan kadar flavonoid ............... 75
Gambar 23. Kurva kadar kuersetin dan absorbansinya setelah direaksikan
dengan aluminium klorida dalam suasana basa .......................... 76
Gambar 23. Pohon ketapang ........................................................................... 94
Gambar 24. Buah ketapang ............................................................................. 94
Gambar 25. Daun ketapang ............................................................................. 94
Gambar 26. Bunga ketapang ........................................................................... 94
Gambar 27. Ekstrak kental buah ketapang ...................................................... 95
Gambar 29. Fraksi etil asetat buah ketapang .................................................. 95
Gambar 30. Perkolator ..................................................................................... 95
\ xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel nilai koefisien korelasi (r) ................................................. 85
Lampiran 2. Perhitungan rendemen ................................................................ 85
Lampiran 3. Gambar kromatogram uji kualitatif flavonoid............................. 86
Lampiran 4. Contoh perhitungan % scavenging fraksi etil asetat buah
ketapang ...................................................................................... 86
Lampiran 5. Perhitungan nilai ES50 fraksi etil asetat ...................................... 87
Lampiran 6. Contoh perhitungan kadar flavonoid fraksi etil asetat ................ 87
Lampiran 7.Perhitungan A (1%, 1 cm) ............................................................ 88
Lampiran 8. Foto-foto ...................................................................................... 94
Lampiran 9. Surat determinasi ......................................................................... 96
Lampiran 10. Sertifikat analisis deoksiribosa .................................................. 97
Lampiran 11. Sertifikat analisis rutin............................................................... 98
Lampiran 12. Sertifikat analisis kuersetin........................................................ 99
Lampiran 13. Asam urat sebagai antioksidan .................................................. 100
\ xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Antioksidan adalah senyawa yang menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh, akibatnya kerusakan sel dan jaringan dapat dicegah. Ketapang merupakan salah satu tanaman, dimana buahnya memiliki kadar senyawa fenolik dan flavonoid yang digunakan untuk obat sakit kepala, pencahar, rematik, dan lepra.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etil asetat buah ketapang serta menentukan kadar flavonoid total. Nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil dinyatakan dalam persen penangkapan (% scavenging) dan nilai penangkapan efektif (effective scavenging) radikal hidroksil sebesar 50% (ES50).
Metode penangkapan radikal hidroksil yang digunakan adalah metode spektrofotometri visibel menggunakan deoksiribosa. Prinsip metode ini adalah degradasi deoksiribosa oleh radikal hidroksil, membentuk malondialdehid (MDA) dalam suasana asam dan adanya asam tiobarbiturat (TBA) menghasilkan kromogen MDA-TBA berwarna merah muda yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum 532 nm.
Data kromatografi berupa hRf dan warna bercak sebelum dan sesudah ditambah pereaksi (uap amonia dan besi (III) klorida), diamati dengan sinar tampak maupun dengan sinar UV 254 nm dan 366 nm. Kadar flavonoid total dihitung menggunakan persamaan regresi linear kurva baku kuersetin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat buah ketapang memiliki aktivitas penangkapan radikal hidroksil dengan ES50 sebesar 69,39µg/mL. Kadar flavonoid total fraksi etil asetat buah ketapang adalah 3,302 %b/b ekivalen kuersetin.
Kata kunci : buah ketapang (Terminalia catappa L.), fraksi etil asetat, flavonoid
total, antioksidan, metode deoksiribosa
\ xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Antioxidant is a compound which habbits free radical reaction inside the body, so it prevents body cells and tissues damage. Ketapang is one of plants, which its fruit contents phenolic and flavonoid compounds, used for treating headache, laksantia, gout, and leprosy.
This research aimed to find out the antioxidant activity of the ethyl acetate fraction of ketapang fruit, and also to determine the total consentrations of flavonoid. The activity value of hydroxyl radical scavenging activity is state in percent (%) scavenging and hydroxyl radical effective scavenging value is in 50% (ES50).
The hydroxyl radical scavenging method that is spectrophotometry visible method used deoxyribose. The principle of this method is the deoxyribose degradation by the hydroxyl radical, forms the malondialdehyde (MDA) in acid condition, and also by the existence of thiobarbituric acid (TBA) produces the pink chromogent which has 532 nm for the length of the maximum wave, after the absorbance is measured.
The chromatography data is the form of hRf and spots colour on before and after being added with reagent (ammonia vapor and iron (III) chloride), is being observed by the normal beam or even UV lights on 254 nm and 366 nm. The total contents of flavonoid is analyzed using the regretion linear equation quercetin.
The result of the research indicates that the ethyl acetate fraction of ketapang fruit has 93.39 % μg/ml for ES50 the activity of hydroxyl radical scavenging. The total flavonoid consentrations of ethyl acetate fraction from ketapang fruit is 3.302 % b/b equivalent quercetin. Key words : ketapang fruit (Terminalia catappa L.), ethyl acetate fraction, total
flavonoid, antioxidant, deoxyribose method
\ xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Oksigen merupakan atom yang sangat reaktif dan dapat berubah menjadi
suatu molekul perusak yang sering disebut ‘radikal bebas’. Radikal bebas dapat
menyerang sel-sel tubuh yang sehat dan menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan
fungsi dan strukturnya. Radikal bebas yang sangat reaktif ini akan mencuri
(menangkap atau mengambil) elektron dari senyawa lain seperti protein, lipid dan
DNA untuk menetralkan diri. Radikal bebas yang masuk dalam tubuh akan
menyerang selaput lipid yang melindungi sel, kemudian merusak protein, enzim
dan inti sel dimana DNA dibentuk (Kumalaningsih, 2007). Kerusakan sel yang
disebabkan radikal bebas menjadi kontributor utama dalam penuaan dan penyakit
degeneratif seperti kanker, penyakit kardiovaskular, katarak, penurunan sistem
imun dan kerusakan otak (Percival, 1998).
Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan bentuk yang terdiri dari
radikal yang sangat reaktif, molekulnya mengandung oksigen dan merupakan
radikal bebas yang umum dihasilkan dalam sistem biologi. ROS juga dapat
dihasilkan oleh sumber eksogen seperti komponen makanan dan radiasi
ultraviolet. Beberapa macam ROS: radikal superoksid (O2•-), anion peroksid
(HOO-), radikal hidroksil (•OH), radikal peroksil (ROO•), radikal peroksinitrit
(O=NOO•-), radikal oksida nitrit (NO•), oksigen singlet (O•), radikal hipoklorid
(ClO4-), peroksida nitrit (Percival, 1998). Diantara ROS yang telah disebutkan,
yang paling reaktif adalah radikal hidroksil (Halliwell and Gutteridge, 1999).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat reaksi
berantai radikal bebas dalam tubuh manusia dan dapat memberikan elektronnya
kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu fungsinya (Kumalaningsih, 2007).
Antioksidan merupakan first line dalam pertahanan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas karena berfungsi menstabilkan atau mendeaktivasi
radikal bebas sebelum menyerang sel (Percival, 1998).
Ketapang merupakan tanaman pelindung yang biasa ditanam di daerah
pantai sebagai peneduh, memperindah pantai dan produsen edible nuts (kacang-
kacangan), karena bijinya dapat dimakan. Banyak tumbuh didaerah tropis dan
subtropis. Mudah beradaptasi dengan tanah tempat tumbuh dan kadar garam,
cepat tumbuh dan perawatannya minimal sehingga mudah dibudidayakan
(Thomson, 2006). Ketapang merupakan tanaman yang memiliki kandungan
fenolik, yaitu tanin dan flavonoid. Buahnya digunakan untuk obat sakit kepala,
leprosy (lepra), rematik, mual saat perjalanan, laksantia (pencahar) (Anonim,
2006a). Daun tanaman ketapang memiliki kegunaan sebagai antikanker dan
antioksidan sebaik sifat anticlastogenic (pencegah pemutusan ikatan) (Anonim,
2006b). Dalam beberapa penelitian buah ketapang mempunyai efek sebagai anti
HIV, anti asmathik, anti katarak, antidiabetik, xanthin oxidase inhibitor, aldose
reductase inhibitor. Kombinasi dari daun dan batang tanaman ketapang memiliki
aktivitas antikanker-antioksidan (Nagappa, Thakurdesai, Venkat Rao, Singh,
2006). Kemungkinan dalam buah ketapang memiliki aktivitas yang sama atau
mirip dengan daun yang merupakan bagian tanaman ketapang yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus
hidroksi yang tidak tersubstitusi atau suatu gula. Oleh karena itu, umumnya
flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,
etil asetat, dimetilsulfoksida, dimetilformamid, dan air (Markham, 1988).
Aktivitas antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan adanya
gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Beberapa tahun belakangan ini
diteliti kemampuan flavonoid sebagai antioksidan untuk merubah atau mereduksi
radikal bebas dan juga sebagai antiradikal bebas (Giorgio, 2000).
Etil asetat merupakan pelarut yang paling baik untuk aglikon flavonoid
dan dianjurkan untuk digunakan dalam proses pemurnian (Robinson, 1995).
Glikosida dan beberapa aglikon flavonoid larut dalam etil asetat (Mabry,
Markham, and Thomas, 1970). Aktivitas antioksidan daun ketapang dalam fraksi
etil asetat lebih tinggi dibandingkan pentana atau diklorometana (Chyau, Tsai, Ko,
and Mau, 2002). Dalam penelitian tentang antioksidan herba ketul (Bidens pilosa
L.), didapatkan fraksi etil asetat memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang
paling tinggi dibandingkan rutin, fraksi klorofom dan ekstrak metanoliknya
(Nusarini, 2007; Wiyatsih, 2007).
Metode pengujian yang dipilih adalah metode deoksiribosa. Metode ini
menggunakan deoksiribosa sebagai model biomolekul dari gula DNA yang
terdapat dalam tubuh sehingga secara tidak langsung memberikan gambaran
reaksi radikal hidroksil dalam tubuh. Selain itu, metode ini relatif sederhana dan
mudah. Adanya aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat buah
ketapang diketahui dengan persen scavenging yang diperoleh dari selisih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
absorbansi larutan kontrol (tanpa sampel) dan larutan dengan sampel dibagi
absorbansi kontrol dikalikan 100%. Nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil
dapat dinyatakan dalam aktivitas penangkapan efektif 50% radikal hidroksil atau
effective scavenging 50% (ES50). Semakin kecil nilai ES50 maka sampel tersebut
mempunyai nilai keefektifan sebagai penangkap radikal hidroksil (sebagai
antioksidan) yang lebih baik
B. Permasalahan
1. Apakah fraksi etil asetat buah ketapang mempunyai aktivitas antioksidan
melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode deoksiribosa?
2. Berapa besar kadar flavonoid total fraksi etil asetat buah ketapang?
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi penelitian
lebih lanjut maupun masyarakat luas mengenai potensi buah ketapang
sebagai antioksidan alami.
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi, khususnya tentang
penggunaan metode deoksiribosa dalam menguji aktivitas antioksidan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Keaslian Penelitian
Penelitian terhadap buah ketapang sejauh ini belum banyak dilakukan
terutama penelitian terhadap kadar flavonoid total serta uji aktivitas antioksidan
dengan metode deoksiribosa. Adapun penelitian yang telah dilakukan adalah
aktivitas antidiabetes buah ketapang (Nagappa, et.al, 2006)
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etil asetat buah ketapang melalui uji
penangkapan radikal hidroksil dengan metode deoksiribosa.
2. Mengetahui kadar flavonoid total fraksi etil asetat buah ketapang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Ketapang
1. Nama tanaman
Nama latin : Terminalia catappa L.
Sinonim : Phytolacca javanica Osbeck.
Terminalia mauritiana Blanco.
Terminalia moluccana Lamk.
Terminalia procera Roxb. (Thomson and Evans, 2006)
Nama daerah: Sumatera: beowa, kilaulu, geutapang, ketapang, hatapang,
katapang, lahapang, katafa, ketapas, ketapieng. Jawa: katapang, ketapang.
Nusatenggara: katapang, klihi. Sulawesi: tarisei, salrise, talisei, kanaunggang,
katapang, atapang, lisa. Maluku: wewa, wew, sadina, sarina, saliha, sertalo,
kayane, sirisa, sarisa, sarisalo, lisa, tasi, klis, klais, kris, ngusu, id. Irian: ruge
(Anonim, 1989).
Common Name: Tropical Almond, India Almond, Umbrella Tree, Badam
Amandier De Cayenne, Wild Almond, Hulu Kwang, Sea Almond, Bengal Almond,
Singapore Almond, Malabar Almond, Tropical Almond, Alite, ‘Autara’a, ‘Aua,
‘Auari’iroa, Kamani Haole, Kamani‘ula, False Kamani, Kauariki, Kaukauariki,
Taraire, Ma’i’i, Koa’i’i, Ta’ie, Natapoa, Talie, Talise, Tavola, Tivi, Telie.
(Anonim, 2006a; Gilman and Watson, 2006; Thomson and Evans, 2006).
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Sistematika tanaman
Klasifikasi tanaman ketapang dalam sistematika tumbuhan.
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Combretaceae
Genus : Terminalia
Species : Terminalia catappa L.
(http://www.naturia.per.sg/buloh/plants/sea_almond.htm)
3. Kandungan kimia
Daun mengandung beberapa flavonoid (seperti kaemferol dan kuersetin),
beberapa tanin (seperti punicalin, punicalagin, atau tercatin), saponin, dan
fitosterol (Anonim, 2006b).
Buah mengandung cyanidin-3-glucoside, corilagin, ellagic-acid, asam
galat, pentosa, brevifolin-carboxyclic-acid eugenic acid, flavonoid, tanin, dan β-
karoten (Nagappa et al., 2006).
4. Kegunaan dan khasiat
a. Daun
Daun mengandung senyawa untuk mencegah kanker dan antioksidan
sebaik sifat anticlastogenic (Anonim, 2006b). Sebagai obat rematik, anti-
inflamasi, mengatasi masalah mata, luka baru, mencegah pendarahan setelah
cabut gigi, daun yang sudah gugur dan berwarna merah digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mengobati penyakit hati (hepatitis), daun muda sebagai pencahar, obat penyakit
kulit (dermatitis), scabies (Anonim, 2006a; Lin, Hsu, Lin, and Hsu, 2001).
b. Buah
Buahnya digunakan untuk obat sakit kepala, leprosy (lepra), mual saat
perjalanan, laksantia (pencahar), rematik dan dapat juga dikonsumsi langsung
(Anonim, 2006a). Dalam beberapa penelitian buah ketapang mempunyai efek
sebagai anti HIV, anti asmathik, anti katarak, antidiabetik, Xanthin oxidase
inhibitor, aldose reductase inhibitor, berpotensi untuk treatment DB (Nagappa
et al., 2006).
c. Batang
Batangnya digunakan untuk obat mulut dan tenggorokan, sakit perut dan
diare, demam, disentri (Anonim, 2006a).
d. Kombinasi
Daun dan batang telah dilaporkan mempunyai aktivitas sebagai
antikanker-antioksidan, anti-HIV reverse transcriptase, hepatoprotektif,
antiinflamasi, hepatitis dan aphrodisiac (Nagappa et al., 2006). Buah, batang
dan daun untuk mengobati disentri (Asia Tenggara), rematik (Indonesia, India).
Buah dan batang untuk mengobati batuk (Samoa) dan asma (Mexico).
(http://www.naturia.per.sg/buloh/plants/sea_almond.htm
B. Flavonoid
1. Kerangka dasar dan pengertian flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang strukturnya merupakan
turunan dari inti aromatik flavon atau 2-fenilbenzopiren. Golongan flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbon
terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambungkan dengan
rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1995).
CC C
Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid (Robinson, 1995)
Aktivitas antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan
adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika senyawa-
senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas, mereka membentuk radikal baru yang
distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik. Dengan demikian fase propagasi
yang meliputi reaksi radikal berantai dapat dihambat (Cuvelier, Richards, and
Besset, 1991).
2. Penyebaran flavonoid
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau, kecuali untuk
golongan algae. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kulit, kayu, tepung sari, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit
saja catatan yang melaporkan adanya flavonoid pada hewan (Harborne, 1987).
Penyebaran flavonoid pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitu
Angiospermae (Markham, 1988). Penyebaran flavonoid sebagai salah satu
senyawa aktif tumbuhan sering diakibatkan oleh lingkungan tempat tumbuh yang
berbeda, karena pertumbuhan suatu tumbuhan sering diakibatkan oleh lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tempat tumbuh yang berbeda, karena pertumbuhan suatu tanaman dipengaruhi
oleh tinggi tempat, keadaan tanah dan cuaca. Senyawa ini dalam jaringan
tumbuhan lazimnya ditemukan sebagai campuran dari berbagai turunannya dan
jarang ditemukan sebagai senyawa tunggal (Harborne, 1987).
Flavonoid dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon
flavonoid, mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk
kombinasi glikosida. Karena alasan itu maka dalam menganalisis flavonoid
biasanya lebih baik ekstrak tumbuhan dihidrolisis terlebih dahulu untuk
mendapatkan bentuk flavonoid sebagai aglikon sebelum memperhatikan
kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal (Harborne, 1987).
3. Penggolongan dan sifat flavonoid
Penggolongan flavonoid berdasarkan pada substituen cincin heterosiklik
yang mengandung oksigen dan perbedaan distribusi gugus hidroksil pada atom
C3. Perbedaan di bagian atom C3 menentukan sifat, khasiat dan golongan
flavonoid, yaitu flavon, flavanon, flavonol, flavanolnol, isoflavon, auron, dan
khalkon (Markham, 1988).
Flavonoid merupakan fitokimia tumbuhan yang tidak dapat disintesis oleh
manusia. Senyawa ini mempunyai efek positif terhadap kesehatan manusia.
Flavonoid sering merupakan senyawa pereduksi yang baik, karena menghambat
banyak reaksi oksidasi, baik secara enzimatis maupun non enzimatis. Flavonoid
bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksil dan superoksida, dan
dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak
(Robinson, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
OH
O
Khalkon
O
OFlavanon
O
O
OH
Dihidroflavonol
O
O
OH
O
O
OH
O
Flavone flavon-3-ol
OH
Anthocyanidin
O
O
Isoflavon
O
Neoflavon
O
OH
flavan-3-ol
O8
7
6
5 4
3
6'
5'
4'
3'2'
A C
B
Flavonoid
Gambar 2. Kerangka tipe-tipe flavonoid
(Bors, Michel, and Stettmainer, 2005) 4. Penyarian flavonoid
Penyarian flavonoid dari dalam simplisia tumbuhan dapat dilakukan
dengan menggunakan pelarut polar, semi polar, maupun non polar sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kelarutan flavonoid yang diekstraksi. Kelarutan flavonoid berbeda-beda sesuai
golongan dan substitusinya (Robinson, 1995). Pelarut yang kurang polar
digunakan untuk mengekstraksi aglikon flavonoid, sedangkan pelarut yang lebih
polar digunakan untuk glikosida flavonoid atau antosianin. Flavonoid merupakan
senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi yang tidak
tersubstitusi atau suatu gula. Oleh karena itu, umumnya flavonoid cukup larut
dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, etil asetat,
dimetilsulfoksida, dimetilformamid, dan air (Markham, 1988).
Penyarian flavonoid dari tumbuhan didasarkan polaritas kandungan yang
akan disari dan asal bahan (dari mana substansi tersebut berasal). Flavonoid yang
berasal dari vakuola sel umumnya bersifat hidrofilik sehingga penyarian dapat
dilakukan dengan air atau pelarut-pelarut alkoholik. Jika flavonoid terdapat pada
kloroplas, pelarut yang dipergunakan untuk penyarian adalah pelarut-pelarut non
polar sebelum dilakukan penyarian dengan alkohol. Bahan segar dapat diekstraksi
dengan alkohol 96%. Bahan kering dan berkayu dapat menggunakan campuran
alkohol dengan air, hal ini disesuaikan glikosida flavonoidnya (Harborne, 1987).
5. Deteksi dan identifikasi flavonoid
Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik, oleh karena itu dapat
memberikan reaksi dengan pereaksi untuk fenol antara lain membentuk warna
khas dengan besi (III) klorida (FeCl3), aluminium klorida (AlCl3), larutan asam
sulfanilat terdiasotasi, sitroborat, vanilin HCl dan senyawa asam sulfat pekat
(Harborne, 1987). Flavonoid dapat dideteksi dengan ammonia, jika tidak
bercampur dengan pigmen lain. Timbulnya warna ini disebabkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pembentukan garam dan struktur kuinoid pada cincin B. Reaksi ini memberi
warna spesifik untuk masing-masing golongan. Flavon dan flavonol akan
memberikan warna kuning, antosian berwarna lembayung biru. Flavanon tidak
berwarna namun akan menjadi merah bila dipanaskan. Flavanolol akan berwarna
coklat hingga jingga, dan adanya khalkon atau auron akan menimbulkan warna
merah mendadak dalam suasana asam (Robinson, 1995).
Tabel I. Warna bercak beberapa flavonoid setelah disemprot dengan pereaksi besi (III) klorida (Mabry, Markham, and Thomas, 1970)
Tipe Flavonoid Warna Bercak Naringenin Hesperitin
Merah-violet
Eriodictiol Dihidrokuersetin
Biru-violet
Dihidrofisetin Dihidrorobinetin
Abu-abu dan biru tua
Deodarin (Dihidroflavonol) Ungu intensif Dihidrokhalkon Merah Flavanon Hijau-coklat
Flavonoid akan membentuk kompleks jika direaksikan dengan pereaksi
sitroborat atau dengan pereaksi aluminium klorida. Kompleks yang terbentuk
berwarna kuning (Mabry, et.al., 1970).
O
O
OH O
OH
O
O
O
- H2OO
O
Gambar 3. Pembentukan struktur kuinoid flavonoid karena uap ammonia (Robinson, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
O
O
HO
OH
OHO
O
HOO
O
Al Cl
AlCl3
HCl encer
O
OOH
HO
OH
OHO
OO
HOO
O
Al
AlCl Cl
Cl
O
OO
HO
OH
OH
AlCl Cl
AlCl3
HCl encer
5 - OH - Flavon
Berwarna kuning
O
O
HO
OH
OHO
O
HOO
O
Al Cl
O
O
HO
OH
OH
AlCl3
HCl encer
Berwarna kuning
OH O
O
Al
Al
Cl
Cl
Flavonolol
Gambar 4. Reaksi pembentukan kompleks flavonoid (flavon, 5-OH flavon, flavonol) dengan pereaksi AlCl3
(Mabry et al, 1970)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel II. Penafsiran warna Bercak dari segi struktur flavonoid (Markham, 1988)
Warna Bercak Dengan Sinar UV Jenis Flavonoid yang mungkin Sinar UV tanpa
NH3
Sinar UV dengan NH3
Lembayung Gelap
Kuning, hijau-kuning atau hijau
a. Biasanya 5-OH flavon atau dihidroflavon (tersulih pada 3-H dan mempunyai 4’-OH)
b. Kadang-kadang 5-OH flavonon dan 4’-OH khalkon tanpa OH pada cincin B
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
a. Biasanya flavon atau flavonol tersulih pada 3-O mempunyai 5-OH tetapi tanpa 4’-OH bebas
b.beberapa 6- tatau 8-OH flavon dan flavonol tersulih pada 3-O serta mengandung 5-OH
c. Isoflavon, dihidroflavonol, biflavonil dan beberapa flavanon yang mengandung 5-OH
d. Khalkon yang mengandung 2’- dan atau 6’-OH tetapi tidak mengandung 2- atau 4-OH bebas
Biru muda Beberapa 5-OH flavanon
Merah atau jingga Khalkon yang mengandung 2- dan atau 4-OH bebas
Fluorosensi biru muda
Fluorosensi hijau-kuning atau kuning-biru
a. Flavon dan flavanon yang tak mengandung 5-OH, misal 5-OH glikosid
b. Flavonol tanpa 5-OH bebnas tetapi tersulih pada 3-OH
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
Isoflavon yang mengandung 5-OH bebas
Fluorosensi biru muda Isoflavon yang mengandung 5-OH bebas Tak Nampak Fluorosensi biru muda Isoflavon tanpa 5-OH bebas
Kuning redup dan kuning, atau fluorosensi jinga
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan mempunyai atau tak mempunyai 5-OH bebas (kadang-kadang berasal dari dihidroflavon)
Fluorosensi kuning Merah atau jingga Auron yang mengandung 4’-OH bebas dan beberapa 2- atau 4-OH khalkon
Hijau-Kuning, Hijau-biru, atau hijau
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna
a. Auron yang tak mengandung 4’-OH bebas dan flavanon tanpa 5-OH bebas
b. Flavonol yang mengandung 2-OH bebas dan disertai atau tanpa 5-OH bebas
Merah jingga redup atau merah senduduk Biru Antosianidin 3,5-diglikosid
Merah jambu atau fluorosensi kuning Biru Sebagian besar antosianidin 3,5-diglikosid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
6. Kegunaan flavonoid
Flavonoid dalam tanaman bertindak sebagai tabir surya alami, melindungi
terhadap kerusakan sinar ultraviolet, karena berada pada permukaan atau sel
epidermis daun hijau (Bors et al., 2007). Cuvelier et al. (2005) menyatakan bahwa
ketika flavonoid bereaksi dengan radikal bebas, akan terbentuk radikal baru yang
distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik. Dengan demikian fase propagasi
yang meliputi reaksi berantai radikal dihambat. Aktivitas antioksidan yang
dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan adanya gugus hidroksi fenolik
dalam struktur molekulnya. Selanjutnya, Hudson (dalam Achmad, 1990)
menyatakan bahwa aktivitas tersebut ditentukan oleh gugus –OH ganda (gugus
fenolik), terutama dengan gugus C=O pada posisi C-3 dengan gugus –OH pada
posisi C-2 atau pada posisi C-5. Sistem gugus fungsi demikian memungkinkan
terbentuknya kompleks dengan logam.
Flavonoid merupakan senyawa penangkap radikal superoksida yang kuat
dan dapat bereaksi dengan radikal peroksi menyebabkan terminasi reaksi berantai
pada autooksidasi lemak tak jenuh ganda. Selain itu dapat berfungsi sebagai
penangkap radikal –OH yang merupakan radikal bebas yang reaktif (Buhler and
Miranda, 2007).
C. Antioksidan
1. Radikal bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak
stabil (mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan), sehingga
untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
jaringan. Radikal bebas yang terbentuk cenderung untuk mengadakan reaksi
berantai yang bila terjadi dalam tubuh dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan
yang serius. Senyawa radikal tersebut timbul akibat berbagai proses kimia
kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau
pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas; metabolisme sel, 90%
ROS digunakan sel untuk transpor elektron oleh mitokondria; peradangan, terjadi
fagositosis oleh sel darah putih, karena mekanisme terbunuhnya virus dan bakteri
serta denaturasi protein asing (antigen); metabolisme xenobiotik (zat asing yang
berasal dari luar tubuh, seperti obat, toksikan); atau ketika tubuh terpapar polusi
lingkungan (Percival, 1998).
Tabel III. Beberapa macam ROS dan antioksidan yang menetralkan (Percival, 1998)
ROS Neutrazilizing Antioxidants
Radikal Hidroksil Vitamin C, gluthatione, flavonoid, liopic acid
Radikal Superoksid Vitamin C, gluthatione, flavonoid, SOD
Peroksida Hidrogen Vitamin C, gluthatione, flavonoid, beta
karoten, vitamin E, lipoic acid
Peroksida Lipid Vitamin E, beta karoten, ubiquinone,
flavonoid, gluthatione peroxidase
Radikal bebas dan oksidan mempunyai sifat yang mirip. Aktivitas kedua
senyawa ini sering menimbulkan akibat yang sama meskipun melalui proses yang
berbeda. Oksidan merupakan senyawa penerima elektron (elektron acceptor),
yaitu senyawa-senyawa yang dapat menarik elektron (Syahbana dan Bahalwan,
2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Definisi dan aktivitas antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksidasi yang
diperantarai oleh oksigen. Oksidasi memegang peranan penting dalam pertahanan
tubuh terhadap penyakit. Hal tersebut disebabkan senyawa antioksidan dapat
mencegah pengaruh buruk yang disebabkan oleh senyawa-senyawa radikal bebas.
(Percival, 1998).
Menurut Halliwel dan Auroma (1993) antioksidan memiliki aktivitas
dengan cara sebagai berikut.
(a). Menurunkan konsentrasi oksigen,
(b). mencegah inisisasi rantai pertama dengan menangkap radikal penyerang
yang pertama kali dalam reaksi seperti radikal hidroksil,
(c). mengikat ion logam dalam bentuk yang tidak akan menurunkan spesies
penginisiasi seperti radikal hidroksil dan tidak medekomposisi peroksida
lipid menjadi radikal peroksi atau alkoksi,
(d). mendekomposisi peroksida dengan mengubah menjadi produk non radikal
seperti alkohol, dan
(e). memecah rantai pada radikal intermediet seperti radikal peroksi dan
alkoksi yang ditangkap untuk mencegah abstraksi hidrogen selanjutnya.
3. Penggolongan antioksidan
Manusia mempunyai sistem antioksidan yang mampu melindungi tubuh
dari radikal bebas. Sistem antioksidan ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok enzimatik dan non-enzimatik. Antioksidan enzimatik terdiri dari
superoxide dismutase (SOD), katalase dan glutathione peroxidase. Antioksidan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
non-enzimatik terdiri dari vitamin E, A, provitamin A (beta karoten), dan vitamin
C. Antioksidan enzimatik secara alamiah dihasilkan oleh tubuh sedangkan
antioksidan non-enzimatik diperoleh dari luar tubuh (Fouad, 2005). Antioksidan
sintetik seperti BHA (butyl hydroxy anisol), PG (propil galat), TBHQ (tert-butyl
hydroquinone) dapat meningkatkan karsinogenisitas. Sebagai contoh BHA,
merupakan inhibitor lipid peroksidasi yang poten, tetapi ketika dikonsumsi
berlebihan menyebabkan kanker, karena terjadi kerusakan oksidatif pada DNA
sehingga memicu terjadinya mutasi. Hal ini menyebabkan penelitian eksplorasi
antioksidan yang berasal dari bahan alami seperti buah, sayuran dan tanaman
mengalami peningkatan (Amarowicz, Naczk, dan Fereiodon, 2000).
Sistem pertahanan internal tubuh terhadap radikal bebas adalah
antioksidan. Dari asal terbentuknya antioksidan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu intraseluler dan ekstrasesuler. Dari sini antioksidan dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan sebagai berikut.
a. Antioksidan primer, yaitu antioksidan yang dapat menghalangi
pembentukan radikal bebas baru dan mengubah radikal bebas yang ada menjadi
molekul yang berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas ini sempat
bereaksi. Contoh golongan ini adalah enzim SOD (Superoksid Dismutase),
Glutation Peroksidase, protein pengikat metal seperti ferritin dan ceruroplasmin.
b. Antioksidan sekunder atau penangkap radikal (radical scavenger)
adalah antioksidan yang menekan terjadinya reaksi rantai baik pada awal
pembentukan rantai maupun pada fase propagasi. Kelompok ini termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
antioksidan ekstraseluler yang kebanyakan berasal dari makanan seperti vitamin
E, vitamin C, β-karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin.
c. Antioksidan tersier adalah antioksidan yang memperbaiki kerusakan-
kerusakan sel dan jaringan karena radikal bebas. Contoh: enzim yang
memperbaiki DNA pada inti sel yaitu metionin sulfoksidan reduktase yang
berguna untuk mencegah penyakit kanker (Niki et al. cit Ariyanto, 2006)
Menurut Percival (1998), proteksi antioksidan dapat berasal dari dalam
maupun luar tubuh dimana secara sinergis dan interaktif menetralkan radikal
bebas. Yang termasuk didalamnya antara lain:
a. nutrient-derived antioxidant biasa disebut dietary antioxidant, misalnya asam
askorbat (vitamin C), tokoferol (vitamin E) dan tokotrienol, karotenoid, dan
komponen lain yang membunyai bobot molekul rendah seperti glutation dan
lipoic acid (thiol dan biothiol). Vitamin C berfungsi dalam menetralkan ROS
dalam fase air sebelum reaksi peroksidasi awal. Vitamin E berfungsi dalam
memutus reaksi berantai karena melindungi membran asam lemak dari
peroksidasi lipid. β-karoten dan karotenoid lain berfungsi untuk memberikan
proteksi antioksidan pada jaringan yang kaya lipid;
b. antioxidant enzymes, seperti superoksid dismutase, gluthation peroksidase,
gluthation reductase, lipoic acid (thiol dan biothiol) yang mengkatalis reaksi
pemadaman (quenching) radikal bebas. Merupakan pertahanan endogen yang
membantu melindungi kerusakan sel dari radikal bebas. Aktivitas katalitiknya
akan meningkat jika ada mikronutrient seperti selenium, besi, tembaga, zinc
dan mangaan yang berfungsi sebagai kofaktor;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. metal binding protein, seperti ferritin, laktoferin, albumin, ceruroplasmin yang
mengikat besi, tembaga dan logam pro-oksidan, yang berfungsi mengkatalisis
reaksi oksidasi;
d. beberapa phytonutrient antioksidan dalam berbagai makanan seperti senyawa
fenolik, flavonoid.
Gambar 6. Stuktur kimia beberapa antioksidan sintetik (Pokorni et al., 2001)
Gambar 5. Senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan
CH2
CH3
CH
C (CH2)3HC (CH2)3
HC (CH2)3
O
O
CH3CH3 CH3
HC CH3
CH3
Vitamin K
O
O
CH3
(CH2OCH3
OCH3
CH
C CH2)nH
CH3
Ubikuinon
CH3
CH3
O
CH3 O R
CH3
OH
R = CH2(CH2CH2CHCH2)2CH2CH(CH3)2
tokoferil-quinon
(Pokorni, Yanishilieva, and Gordon, 2001)
OHOH
OCH3
OH
OH
COOC3H2
OH
HO OH
4-metoksi-2-tert-butil fenol(2-BHA)
2,6-di-tert-butil-p-hidroksitoluen(BHT)
tert-butilhidrokuinon (TBHQ) propil galat (PG)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
4. Metode pengujian daya antioksidan
Terdapat beberapa metode pengujian aktivitas antioksidan baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Uji kualitatif untuk mengetahui apakah suatu
senyawa memiliki aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan metode
kromatografi baik kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas. Metode ini
dapat untuk memisahkan campuran antioksidan yang kompleks sekalipun.
Pereaksi semprot yang digunakan untuk deteksi dapat dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu :
(a). senyawa-senyawa yang dapat membentuk warna ketika tereduksi (kalium
permanganat, ferri-sianida, ferri-dipiridil, dan asam fosfomolibdat);
(b). senyawa yang dapat berikatan dengan senyawa fenol, seperti senyawa
diazo, pereaksi diazo, magnesium sulfat, aldehid aromatik-anisaldehid,
vanillin dan pereaksi Gibbs yang membentuk indofenol (akan membentuk
garam berwarna dalam kondisi basa);
(c). radikal bebas stabil yang menerima radikal hidrogen dari antioksidan (1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil);
(d). senyawa-senyawa yang membentuk senyawa adisi yang berwarna
(palladium klorida dan pentadium klorida) (Davidek, 1997).
Uji aktivitas antioksidan dapat dilakukan secara spektrofotometri.
Beberapa uji kuantitatif untuk mengetahui aktivitas suatu antioksidan antara lain:
(1). pengujian panangkapan radikal (radical scavenging test),
dilakukan dengan cara mengukur penangkapan radikal sintetik dalam
pelarut organik polar seperti metanol atau etanol pada suhu kamar. Radikal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sintetik yang sering digunakan adalah DPPH (2,2’- difenil-1-pikril
hidrazil) dan ABTS (2,2’-azinobis (3-etil benzotiazolin-asam sulfonat)).
Dasarnya adalah kemampuan suatu senyawa untuk menangkap radikal
DPPH. DPPH memberikan warna violet pada panjang gelombang 517 nm.
Penangkapan radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan
yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan
jumlah elektron yang diambil. Reaksi yang terjadi
DPPH• + AH DPPH-H + A•
DPPH• + R DPPH-R
(1). pengujian amtivitas antioksidan dengan system linoleat tiosianat,
dasar : pengukuran intensitas warna kompleks feritiosianat yang terbentuk
dari reaksi ion feri dengan amonium tiosianat. Ion feri terbentuk dari
oksidasi ion fero oleh peroksida ysng berasal dari oksidasi asam linoleat.
Kompleks feritiosianat yang berwarna merah diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 490 nm. Semakin tinggi absorbansinya (warna merah
yang terbentuk semakin pekat) menunjukkan semakin banyak peroksida
yang teerbentuk. Dengan adanya senyawa yang berperan sebagai
antioksidan intensitas warna ynag terbentuk semakin rendah.
(2). pengujian dengan asam thiobarbiturat,
dasar uji ini adalah reaksi malondialdehid dengan asam thiobarbiturat
menghasilkan kromogen merah muda yang dapat diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 532 nm. Malondialdehid terbentuk dari asam
lemak bebas tidak jenuh dengan paling sedikit mempunyai tiga ikatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
rangkap. Adanya senyawa yang bersifat antioksidan akan menghambat
terbentuknya malondialdehid dari asam lemak bebas tidak jenuh.
(3). pengujian dengan sistem β-karoten-linoleat
pengujian ini dilakukan dengan mengamati kecepatan pemucatan warna β-
karoten. Karotenoid dapat meredam oksigen yang reaktif menghasilkan
oksigen yang lebih stabil. Energi dari oksigen tersebut dipindahkan ke
senyawa karotenoid. Energi tersebut dilepaskan melalui interaksi
rotasional dan vibrasional antara karotenoid dengan pelarut untuk
mengembalikan karotenoid ke ground state. Reaksi yang terjadi:
O2 reaktif + karotenoid O2 stabil + karotenoid*
karotenoid* karotenoid + energi termal
D. Deoksiribosa
Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan gula yang mempunyai lima
atom karbon yang merupakan turunan dari suatu gula pentosa, yaitu ribose. Gula
ini merupakan bagian dari DNA.
Gambar 7. Struktur deoksiribosa
HO
O
HH
HOH
H
OH
H
Beberapa produk degradasi deoksiribosa, saat dipanaskan pada pH rendah
terdekomposisi menjadi malondialdehid (MDA), yang dapat terdeteksi dengan
penambahan asam thiobarbiturat (TBA) menghasilkan kromogen MDA-TBA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang berwarna merah muda. Pembentukan MDA dari deoksiribosa menjadi dasar
uji penangkapan radikal hidroksil (Halliwel dan Gutteridge, 1999).
Proses degradasi deoksiribosa oleh radikal hidroksil terjadi melalui
beberapa tahap. Tahap-tahap ini terjadi pada saat campuran reaksi yang terdiri
dari pereaksi Fenton (FeCl3, EDTA, H2O2, vitamin C) dan deoksiribosa
diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Tahap-tahap reaksi tersebut adalah
reaksi pembentukan radikal hidroksil dari reaksi fenton dan degradasi
deoksiribosa oleh radikal hidroksil (Halliwel dan Gutteridge, 1999).
Tahap I. Reaksi pembentukan radikal hidroksil. Radikal hidroksil
dihasilkan melalui reaksi Fenton. Dalam reaksi Fenton, vitamin C berfungsi
sebagai reduktor yang mempercepat proses reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Fe2+ akan
bereaksi dengan H2O2 dan menghasilkan radikal hidroksil. Penambahan suatu
ligan (EDTA) pada besi dapat meningkatkan konstante kecepatan reaksi antara
Fe2+ dengan H2O2.
Tahap II. Degradasi Deoksiribosa. Radikal hidroksil akan menyerang
deoksiribosa dan mendegradasinya menjadi fragmen-fragmen. Semua posisi pada
struktur gula deoksiribosa memungkinkan untuk diserang oleh radikal hidroksil
membentuk radilkal deoksiribosa melalui reaksi abstraksi hidrogen yang dengan
adanya O2 akan diubah secara cepat menjadi radikal gula peroksil. Selanjutnya
terjadi serangkaian reaksi yaitu disproporsionasi, penataan ulang, eliminasi air,
dan pemecahan ikatan C-C menghasilkan produk karbonil yang bervariasi.
Konstante kecepatan reaksi orde dua dari reaksi antara radikal hidroksil dengan
gula deoksiribosa pada pH 7,4 adalah 3,1 x 109 M-1s-1. Beberapa produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
degradasi deoksiribosa, saat dipanaskan pada pH rendah akan terdekomposisi
menjadi MDA (Halliwell dan Gutteridge, 1999). Adanya MDA dapat dideteksi
dengan mereaksikan campuran tersebut dengan TBA dalam suasana asam.
Molekul MDA dengan TBA membentuk kromogen berwarna merah muda yamg
absorbansinya dapat diukur pada panjang gelombang 532 nm. Reaksi kopling ini
terjadi antara dua molekul MDA dan satu molekul TBA (Halliwell, Gutteridge,
and Auroma, 1987).
E. Metode Penyarian
Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa zat aktif yang semula
berada dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif
dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila
permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas.
Dengan demikian, makin halus serbuk simplisia, seharusnya makin baik
penyariannya. Menurut Anonim (1995) serbuk harus dapat melewati ayakan 20.
Tetapi dalam pelaksanaannya tidak selalu demikian karena penyarian masih
tergantung juga pada sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan. Cara
penyarian dapat dibedakan menjadi: infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian
berkesinambungan (Anonim, 1986).
1. Infundasi
Merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Sari yang
dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemari oleh kapang dan kuman. Oleh karena
itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Infundasi dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 90oC selama
15 menit (Anonim, 1986).
2. Maserasi
Cara maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengnan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
sehingga cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel
mengakibatkan pendesakan larutan terpekat dari dalam sel ke luar sel. Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel. Dapat dilakukan modifikasi terhadap teknik maserasi,
misalnya teknik remaserasi. Pada teknik ini, cairan dibagi menjadi dua kemudian
seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah
dienaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari kedua
(Anonim, 1986).
3. Perkolasi
Merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Cairan penyari akan
mengalir dari atas ke bawah melalui serbuk kemudian cairan akan melarutkan zat
aktif di dalam sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Serbuk simplisia
yang akan diperkolasi dibasahi terlebih dahulu dengan cairan penyari kemudian
dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam alat perkolasi (perkolator) sambil tiap
kali ditekan. Serbuk kemudian ditutup dengan kertas saring dan cairan penyari
dialirkan hingga di atas permukaan serbuk masih terdapat lapisan cairan penyari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Setelah 24 jam, keran dibuka dan diatur hingga kecepatan tetesannya adalah 1 ml
permenit. Akhir proses perkolasi ditentukan dengan pemeriksaan zat secara
kualitatif pada perkolat terakhir (Anonim, 1986).
4. Penyarian berkesinambungan
Proses ini merupakan gabungan antara proses untuk menghasilkan ekstrak
cair dan proses penguapan. Alat yang digunakan misalnya soxhlet. Pada penyarian
ini, cairan penyari dipanaskan hingga mendidih, kemudian uap penyari akan naik
ke atas kemudian akan menggembun karena didinginkan oleh pendingin balik.
Embun akan turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktif serbuk
simplisia (Anonim, 1986).
Cairan pelarut yang baik adalah pelarut yang dapat melarutkan zat aktif
dari ekstrak dengan demikian ekstrak bebas dari senyawa lain yang tidak
diinginkan. Faktor pertimbangan dalam pemilihan penyari adalah selektivitas,
kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah
lingkungan dan aman (Anonim, 2000). Menurut Anonim (1986) kriteria cairan
penyari yang baik adalah murah dan mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia,
netral, tidak mudah menguap atau terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat
berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan.
Pelarut yang diperbolekan sesuai peraturan yang berlaku adalah air, etanol
dan campuran etanol air, metanol (dan yang segolongan), kloroform, eter, heksan,
aseton (Anonim, 2000). Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap,
glikosida kurkumin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
malam, tanin, dan saponin hanya sedikit larut dalam etanol. Campuran etanol dan
air dapat digunakan untuk meningkatkan penyarian (Anonim, 1986).
Separasi dan pemurnian bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang
tidak dikehendaki seoptimal mungkin tanpa mempengaruhi kandungan senyawa
yang diinginkan, sehingga diperoleh ekstrak yang murni. Proses dari tahap ini
adalah pengendapan, pemisahan dua cairan yang tidak saling campur (ekstraksi),
sentrifugasi, dekantasi dan filtrasi (Anonim, 2000).
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen dari suatu campuran
dengan menggunakan suatu pelarut. Dalam praktek digunakan untuk memisahkan
senyawa organik dari larutan air atau suspensi. Metode ini paling sering
digunakan untuk proses pemisahan. Alat yang digunakan tidak khusus dan rumit.
Jika tidak dinyatakan lain alat yang digunakan untuk pemisahan adalah corong
pisah (Khopkar, 1990).
F. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi merupakan suatu metode yang sering digunakan untuk
memisahkan dan mendeteksi suatu campuran senyawa berdasarkan proses fisika-
kimia. Salah satu sistem kromatografi yang digunakan adalah kromatografi lapis
tipis yang merupakan pemisahan pada lapisan tipis dengan suatu penyangga.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas partikel-partikel- sebagai fase diam yang
ditempatkan pada penyangga yang berupa lempeng gelas, logam, pelat polimer
atau lapisan lain yang cocok. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Lapisan ini berfungsi
sebagai permukaan padat yang menyerap (Grittter, Bobbit, and Schwarting, 1991).
Kromatografi lapis tipis adalah metode kromatografi cair yang paling
sederhana dan mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan KLT adalah sampel
yang digunakan sedikit, diperoleh pemisahan senyawa yang amat berbeda (seperti
senyawa organik alam, senyawa organik sintetik, komplek anorganik-organik dan
bahkan ion anorganik), waktu yang dibutuhkan singkat, serta jumlah pelarut yang
digunakan sangat sedikit. KLT dapat digunakan untuk dua tujuan. Pertama, untuk
hasil kuantitatif, kualitatif dan preparatif. Kedua, digunakan untuk menjajaki
sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi
kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (Grittter et al., 1991).
Dalam KLT, pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan adsorpsi atau
partisi solut antara fase diam dengan fase gerak yang terjadi secara kompetitif.
Kemampuan fase diam mengadsorpsi sangat bergantung pada topografi gugus
aktif yang terdapat pada masing-masing komponen. Senyawa yang terikat kuat
pada fase diam akan dielusi paling lama dan mempunyai nilai Rf (Retention
factor) yang kecil, sedangkan senyawa yang tidak terikat kuat pada fase diam
akan terelusi lebih dahulu dan mempunyai nilai Rf yang besar. Bercak yang
mempunyai nilai Rf sama kemungkinan merupakan senyawa yang sama. Bilangan
Rf didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh garis depan fase pengembang (Markham, 1988).
Hasil elusi sampel oleh fase gerak menghasilkan bercak yang dapat
diamati dan digunakan untuk analisis senyawa. Akan tetapi, terkadang bercak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang dihasilkan pada lempeng fase diam masih sulit untuk dideteksi. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan menambahkan pereaksi yang mampu memperjelas
bercak, sehingga memudahkan dalam pendeteksian. Senyawa-senyawa yang
sering digunakan untuk pereaksi pendeteksi dalam KLT antara lain amonia,
AlCl3, FeCl3, sitroborat, dan berbagai pereaksi lain yang cukup banyak
macamnya (Mabry et al., 1970).
KLT Densitometri
Merupakan metode penetapan kadar suatu senyawa dengan mengukur
kerapatan bercak senyawa yang bersangkutan, yang terlebih dahulu dipisahkan
dengan cara KLT.
Untuk menetapkan kadar suatu senyawa dengan KLT densitometri, ada
dua cara. Pertama, penotolan dilakukan bersamaan antara senyawa baku dan
senyawa yang bersangkutan, kemudian dielusi. Kadar senyawa bersangkutan
ditentukan dengan membandingkan harga AUC (Area Under Curve) senyawa
dengan baku. Cara kedua yaitu dengan membuat kurva baku hubungan antara
jumlah zat baku dengan AUC (Wardani, 2003). Kurva baku diperoleh dengan
membuat totolan zat baku pada lempeng KLT dengan bermacam-macam
konsentrasi. Bercak yang diperoleh dicari nilai AUCnya, dari kurva baku
diperoleh persamaan Y= bX + a. Dimana Y adalah AUC dan X adalah banyaknya
zat yang ditotolkan (Supardjan, 1987).
Alat TLC scanner memiliki sumber sinar yang dapat digerakkan di atas
bercak-bercak pada lempeng KLT atau lempeng KLT dapat digerakkan menyusuri
berkas sinar yang berasal dari sumber sinar. Teknik pengukurannya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
didasarkan atas sinar yang diserap (absorbansi), sinar yang dipantulkan
(reflaktansi), atau sinar yang difluoresensikan. Sinar yang datang sebagian besar
diserap atau dipantulkan. Banyaknya sinar yang diserap sebanding dengan jumlah
zat pada bercak yang terkena sinar (Wardani, 2003).
G. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri visibel adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik
pada panjang gelombang 380-780 nm. Spektrofotometri UV-Vis lebih banyak
digunakan untuk analisis kuantitatif daripada kualitatif karena melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis (Mulja dan Suharman,
1995).
Bila cahaya jatuh pada suatu senyawa, maka sebagian dari cahaya tersebut
akan diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul. Setiap
senyawa memiliki tingkat energi yang spesifik. Bila cahaya yang mengenai
senyawa memiliki energi yang sama dengan perbedaan energi antara keadaan
tingkat dasar dan energi keadaan tereksitasi, maka elektron-elektron pada keadaan
dasar akan dieksitasi ke tingkat energi eksitasi dan sebagian energi cahaya yang
sesuai dengan panjang gelombang ini diserap. Frekuensi yang diserap setiap
senyawa sangat spesifik karena perbedaan energi antara tingkat dasar dan tingkat
eksitasi setiap senyawa juga spesifik (Sastrohamidjojo, 2001).
Interaksi antara senyawa yang mempunyai gugus kromofor dengan radiasi
elektromagnetik pada daerah UV-Vis (200-800 nm) akan menghasilkan transisi
elektromagnetik dan spectra absorbansi elektromagnetik. Jumlah radiasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
elektromagnetik yang diserap akan sebanding dengan jumlah molekul
penyerapnya, sehingga spectra absorbansi dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif. Panjang gelombang cahaya UV-Vis lebih pendek daripada panjang
gelombang radiasi inframerah. Spectrum visibel atau tampak mempunyai
absorbansi antara 400-800 nm, sedangkan spectrum UV mempunyai absorbansi
antara 100-400 nm. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding
terbalik dengan panjang gelombang radiasi (Fessenden dan Fessenden, 1995).
Bila suatu molekul senyawa organik menyerap sinar UV atau tampak,
maka di dalam molekul tersebut terjadi perpindahan (transisi elektron) dari
berbagai jenis tingkat energi orbital dari molekul tersebut (Sastrohamidjojo,
2001). Absorbsi cahaya oleh suatu molekul merupakan suatu bentuk interaksi
antara gelombang cahaya (foton) dan atom/molekul. Proses absorbsi cahaya UV-
Vis berkaitan dengan promosi elektron dari satu orbital molekul dengan tingkat
energi elektronik tertentu ke orbital lain dengan tingkat energi elektronik yang
lebih tinggi.
Secara umum, ada tiga macam distribusi elektron dalam suatu senyawa
organik yaitu orbital pi (π), sigma (σ) dan elektron tidak berpasangan (n). Apabila
radiasi elektromagnetik mengenai molekul, maka akan terjadi eksitasi elektron ke
tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding
(Mulja dan Suharman, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
σ* (anti-bonding)
π* (anti-bonding)
n (non-bonding)
σ (bonding)
π (bonding)
energi
Gambar 8. Tingkat energi elektronik
Macam-macam transisi elektron yang terjadi adalah sebagai berikut.
a. Transisi σ → σ*. Transisi jenis ini terjadi pada orbital ikatan sigma.
Energi yang dibutuhkan untuk transisi ini sangat besar, sesuai dengan sinar yang
mempunyai frekuensi pada daerah ultraviolet vakum (<180 nm).
b. Transisi n → σ*. Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh
yang mengandung atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan (ikatan n).
energi yang diperlukan untuk transisi ini lebih kecil dari transisi σ → σ*, sehingga
sinar yang diserap memiliki panjang gelombang lebih besar dari 200 nm.
Pengaruh pelarut pada transisi jenis ini adalah pergesaran puncak absorbansi pada
panjang gelombang yang lebih pendek dalam pelarut yang lebih polar. Pergesaran
ini disebut pergesaran biru atau hipsochromic shift.
c. Transisi n → π* dan π → π*. Untuk memungkinkan terjadinya jenis
transisi ini, maka molekul organik harus mempunyai gugus fungsional yang tidak
jenuh sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan orbital ikatan π
yang diperlukan. Jenis transisi ini merupakan jenis yang paling sesuai untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
analisis karena memiliki absorbansi pada 200-700 nm dan panjang gelombang ini
secara teknis dapat diaplikasikan pada spektofotometer (Sastrohamidjojo, 2001).
Secara sederhana, komponen-komponen spektrofotometer berkas ganda
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Sumber radiasi
Sumber radiasi yang ideal untuk pengukuran serapan harus menghasilkan
spektrum kontinyu dengan intensitas yang seragam pada keseluruhan kisaran
panjang gelombang. Sumber radiasi cahaya tampak biasanya menggunakan lampu
filament tungsten yang menghasilkan suatu sumber yang berpijar yang
memancarkan radiasi terlihat pada daerah cahaya tampak pada panjang
gelombang 400-700 nm. Sumber radiasi ultraviolet banyak menggunakan lampu
hidrogen dan lampu deuterium, kedua lampu ini menghasilkan radiasi kontinu
pada daerah panjang gelombang 180-350 nm (Sastrohamidjojo, 2001).
b. Monokromator
Ada dua alat untuk mengubah radiasi yang polikromatik menjadi
monokromatik yaitu penyaring dan monokromator. Penyaring dibuat dari benda
khusus yang hanya meneruskan radiasi pada daerah panjang gelombang tertentu
dan menyerap radiasi dari panjang gelombang yang lain. Monokromator
merupakan serangkaian alat optik yang menguraikan radiasi polikromatik menjadi
panjang gelombang tunggalnya dan memisahkan panjang gelombang tersebut
menjadi jalur yang sangat sempit (Sastrohamidjojo, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
c. Tempat cuplikan
Tempat cuplikan biasa disebut sel atau kuvet. Untuk daerah ultraviolet
biasanya menggunakan Quartz atau kuvet dari silica yang dilebur
(Sastrohamidjojo, 2001), sedangkan untuk daerah cahaya tampak biasanya
menggunkan Quartz atau gelas silikat (Skoog, Holler, and Nieman, 1998).
d. Detektor
Fungsi detektor adalah untuk mengubah sinyal radiasi yang diterima
menjadi sinyal elektronik. Persyaratan-persyaratan penting untuk detektor adalah
sensitivitas tinggi, waktu respon pendek, stabilitas panjang dan sinyal elektronik
yang mudah diperjelas. Detektor yang digunakan dalam ultraviolet disebut
detektor fotolistrik (Sastrohamidjojo, 2001).
Analisis spektrofotometer UV-Vis melibatkan pembacaan absorban radiasi
elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan.
Keduanya dikenal sebagai absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan
satuan persen. Hubungan antara intensitas radiasi elektromagnetik yang diserap
oleh sistem (I0) dengan intensitas radiasi yang ditransmisikan (It) dapat dijelaskan
dengan hukum Lambert-Beer, sebagai berikut :
Dengan T = persen transmitan; I0 = intensitas radiasi yang datang; It = intensitas
radiasi yang diteruskan; ε = daya serap molar (L.mol-1.cm-1); c = konsentrasi
(mol/L); b = panjang sel (cm); A = serapan.
cb
IoItT ..10 ε−==
cbT
A ..1log ε==
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Jika konsentrasi (c) dalam mol/L dan panjang sel dalam cm, persamaannya
menjadi
A = ε.b.c
Jika konsentrasi (c) dalam g/L, persamaannya menjdi
A = a.b.c
Jika a adalah daya serap, hubungan dengan daya serap molar ditunjukkan
dengan persamaan
ε = a.M
Dimana M adalah bobot molekul.
(Silverstein, 1991)
Daya serap (L/g/cm) adalah absorbansi dari 1 g/L larutan dalam sel dengan
panjang 1 cm. Serapan jenis (A 1%, 1 cm) adalah serapan dari larutan 1 % zat
terlarut dalam sel dengan ketebalan 1 cm. Harga serapan jenis pada panjang
gelombang tertentu dalam suatu pelarut merupakan sifat dari zat terlarut (Anonim,
1995). Hubungannya dengan daya serap ditunjukkan dengan persamaan
wtmol
cmAa ε==
10)1%,1(
(Clarke, 1986)
Kromofor merupakan group kovalen yang tidak jenuh (unsaturated) yang
bertanggung jawab atas serapan elektron, contoh: C=C, C=O, NO2. auksokrom
adalah saturated group yang mempunyai elektron bebas, ketika tertarik oleh
kromofor, panjang gelombang dan intensitas serapan dapat berubah, contoh: -OH,
-Cl, NH2. Pergeseran batokromik adalah pergeseran serapan ke panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
gelombang yang lebih panjang karena penggantian (substitusi) atau efek pelarut
(pergeseran merah). Pergeseran hipokromik adalah pergeseran serapan ke apnjang
gelombang yang lebih pendek karena penggantian (substitusi) atau efek pelarut
(pergeseran biru). Efek hipokromik adalah peningkatan intensitas serapan. Efek
hipokromik adalah penurunan intensitas serapan (Silverstein, 1991).
H. Keterangan Empirik
Antioksidan sintetik seperti BHA, PG, TBHQ dapat meningkatkan
karsinogenisitas. Sebagai contoh BHA, merupakan inhibitor lipid peroksidasi
yang poten, tetapi ketika dikonsumsi berlebihan menyebabkan kanker, karena
terjadi kerusakan oksidatif pada DNA sehingga memicu terjadinya mutasi. Hal ini
menyebabkan penelitian eksplorasi antioksidan yang berasal dari bahan alami
seperti buah, sayuran dan tanaman mengalami peningkatan.
Secara umum, aktivitas flavonoid sebagai antioksidan disebabkan adanya
gugus hidroksi fenolik pada strukturnya. Gugus ini berperan besar dalam
mendonorkan atom hidrogennya ketika diserang oleh radikal hidroksil, flavonoid-
flavonoid tersebut akan membentuk radikal bebas baru yang lebih stabil yaitu
radikal fenoksil (FIO•) dan molekul air yang stabil. Radikal fenoksil tersebut akan
mengalami efek resonansi pada cincin aromatiknya, hal inilah yang menyebabkan
radikal fenoksil lebih stabil daripada radikal hidroksil.
Etil asetat merupakan pelarut yang paling baik untuk aglikon flavonoid
dan dianjurkan untuk digunakan dalam proses pemurnian. Glikosida dan beberapa
aglikon flavonoid larut dalam etil asetat. Aktivitas antioksidan daun ketapang
dalam fraksi etil asetat lebih tinggi dibandingkan pentana atau diklorometana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Diharapkan buah juga memiliki aktivitas yang sama dengan daun yang merupakan
bagian tanaman ketapang.
Gula deoksiribosa merupakan substrat yang ditargetkan akan diserang oleh
radikal hidroksil dalam metode deoksiribosa. Jika ada suatu senyawa yang dapat
berperan sebagai antioksidan dan mempunyai kemampuan untuk menangkap
radikal hidroksil (seperti flavonoid) dimasukkan ke dalam sistem, maka produk
degradasi deoksiribosa (MDA) akan berkurang. Hal ini dikarenakan senyawa
tersebut akan menangkap sebagian radikal hidroksil dalam sistem. Penurunan
intensitas warna dan absorbansi yang terjadi menunjukkan berkurangnya
kromogen MDA-TBA yang terbentuk. Aktivitas penangkapan radikal hidroksil
dinyatakan % scavenging dan nilai aktivitas penangkapan efektif 50% radikal
hidroksil atau effective scavenging 50% (ES50).
Flavonoid dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan senyawa
pengompleks AlCl3. Sehingga flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil asetat
dapat ditetapkan kadarnya dengan metode pengompleksan warna menggunakan
AlCl3.
I. KETERANGAN EMPIRIS YANG DIHARAPKAN
Fraksi etil asetat buah ketapang mempunyai aktivitas antioksidan
melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode deoksiribosa yang dapat
dijadikan sebagai sumber baru senyawa antioksidan alami. Kandungan senyawa
flavonoid buah ketapang mempengaruhi aktivitasnya sebagai antioksidan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental karena ada subjek
uji yang dikenakan perlakuan.
B. Variabel - Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang direncanakan untuk diteliti
pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah konsentrasi fraksi etil asetat buah ketapang.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah pusat persoalan yang merupakan kriteria dari
penelitian ini. Variabel tergantung dari penilitian ini adalah aktivitas antioksidan
buah ketapang, dilihat dari persen scavenging.
3. Variabel pengacau
Variabel pengacau adalah variabel yang secara teoritis diketahui memiliki
pengaruh terhadap hasil dan tidak dikehendaki. Variabel pengacau terkendali
dalam penelitian ini adalah tempat tumbuh tanaman, waktu pemanenan, umur
buah yang dipanen, cara panen, cara pengeringan dan pembuatan simplisia,
jumlah (g) simplisia yang digunakan, suhu dan waktu inkubasi larutan uji.
Variabel pengacau tak terkendali adalah cahaya matahari, cuaca/musim, curah
hujan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. Definisi Operasional
1. Uji aktivitas antioksidan
Uji aktivitas antioksidan adalah uji untuk menentukan ada tidaknya
senyawa antioksidan dalam buah ketapang dan seberapa besar kemampuan buah
ketapang dalam menangkap radikal hidroksil, sehingga didapatkan nilai
penangkapan efektif (effective scavenging) radikal hidroksil sebesar 50% (ES50)
yang menggambarkan kekuatan antioksidan buah ketapang.
2. Fraksi etil asetat
Fraksi etil asetat adalah hasil dari fraksinasi ekstrak etanol buah ketapang
dengan menggunakan etil asetat.
3. Kandungan senyawa flavonoid total
Kandungan senyawa flavonoid total adalah jumlah keseluruhan senyawa
polifenol yang mempunyai kerangka karbon dengan dua gugus C6 disambungkan
oleh rantai alifatik 3 karbon yang diperoleh dari perbandingan antara besarnya
resapan yang terbaca pada spektrofotometer visibel dengan berat cuplikan,
dinyatakan sebagai gram ekivalen kuersetin dalam setiap 100 gram berat kering
ekstrak (g Ekivalen Kuersetin/100 g).
4. Buah ketapang
Buah ketapang adalah buah dari tanaman ketapang yang berbentuk oval
(seperti almond), berwarna hijau, panjangnya 3,5-7 cm dan lebar 2-5,5 cm, yang
memiliki eksokarpium berupa kulit buah yang berwarna hijau, mesokarpium
berupa serat-serat yang tersusun menjadi serabut yang tebal, berwarna kuning
gading, endokarpium berupa lapisan keras (seperti batok kelapa) yang melindungi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
biji yang terdapat di dalamnya, berwarna coklat, dan yang paling dalam adalah
biji yang berwarna putih
D. Bahan Penelitian
Bahan uji yang digunakan adalah: buah ketapang yang diambil dari
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan kualitas
p.a.(E.Merck): dinatrium hidrogen fosfat, kalium dihidrogen fosfat, asam
thiobarbiturat, asam trikloro asetat, ferri klorida heksahidrat,
etilendiamintetraasetat garam dinatrium dihidrat, hidrogen peroksida (Larutan
30% H2O2), L (+) asam askorbat (vitamin C), etil asetat, natrium nitrit, aluminium
klorida, natrium hidroksida, selulosa. Bahan-bahan kualitas p.a.(Sigma): 2-deoksi-
D-ribosa, kuersetin. Bahan-bahan farmasetis : etanol 96% (CV. General Labora)
dan aquades.
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: spektrofotometer UV-
Vis (Perkin Elmer Lamda 20), pH meter (Metrohm), Vacuum rotary evaporator
(Buchi rotavapor), waterbath (Labo-tech, Heraeus), hot plate, neraca analitik
(scaltec SBC 22, BP 160P), oven, vorteks (Janke & Kunkel), mikropipet 10-100
μL dan 100-1000μL (Acura 825), mikropipet 0,5-5,0 mL (Socorex), tabung reaksi
bertutup (Schott-Germany), alat ultrasonic (Retsch tipe T 460 No.V935922013
EY) alat-alat untuk KLT dan alat-alat gelas (Pyrex-Germany dan Iwaki).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman ketapang dilakukan di Laboratorium Biologi
Farmasi, Fakultas Farmasi USD menurut buku Flora of Java (Backer and
Bakhuizen van den Brink, 1965).
2. Pengumpulan bahan
Buah ketapang diperoleh dari fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta pada bulan Mei 2007. Buah yang digunakan adalah buah yang masih
muda. Dikumpulkan pagi hari, pukul enam pagi.
3. Pembuatan ekstrak etanol buah ketapang
Ekstrak etanol disari dengan menggunakan cara perkolasi. Sebanyak 150 g
serbuk buah ketapang yang telah dihaluskan dan diayak dengan menggunakan
ayakan dengan derajat halus 8/24, direndam dalam cairan penyari yaitu etanol
70% (campuran etanol air (7:3)) dan didiamkan selama 24 jam dalam bejana
tertutup. Massa serbuk dan cairan penyari kemudian dimasukkan ke dalam
perkolator. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan tetesan 1 mL tiap menit.
Perkolat yang didapat ditampung, kemudian ampas diberi cairan penyari kembali
sampai perkolat yang keluar sudah jernih. Perkolat yang didapat dipekatkan
dengan vaccum rotaevaporator (rotavapor). Proses dilakukan sampai seluruh
etanol diperkirakan telah menguap. Ekstrak yang didapat, dikumpulkan dan
diuapkan di atas waterbath dengan suhu maksimum 50oC hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat, ditimbang untuk didapatkan
rendemen dan disimpan dalam eksikator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4. Pembuatan fraksi etil asetat buah ketapang
Ekstrak kental yang didapat dilarutkan dalam 100 mL air panas. Larutan
ekstrak didinginkan kemudian dimasukkan dalam corong pisah. Ditambahkan etil
asetat sebanyak 100 mL, kemudian digojog selama 15 menit dan didiamkan 5
menit. Ekstraksi dilakukan selama 9 kali (berdasarkan optimasi). Didapatkan
fraksi air dan fraksi etil asetat. Fraksi etil asetat dipekatkan dengan rotavapor.
Proses dilakukan sampai seluruh etil asetat diperkirakan telah menguap. Fraksi
yang didapat, dikumpulkan dan diuapkan di atas waterbath dengan suhu
maksimum 50oC hingga diperoleh fraksi kental. Fraksi kental yang didapat,
ditimbang untuk mendapatkan rendemen dan disimpan dalam eksikator.
5. Uji kualitatif kandungan flavonoid dengan metode KLT
Disiapkan larutan fraksi etil asetat buah ketapang. Sebanyak 10 µL larutan
tersebut ditotolkan pada lempeng selulosa dengan rutin (konsentrasi 0,05%)
sebagai pembanding. Lempeng KLT tersebut dielusi dengan fase gerak N-
butanol-Asam Asetat-Air (BAA) dengan perbandingan 4:1:5. Setelah dielusi
bercak diamati pada cahaya tampak, UV 365 nm, dan UV 254 nm. Deteksi
dengan uap amonia dan pereaksi semprot FeCl3 dilakukan untuk memperjelas
bercak. Bercak juga diamati pada cahaya tampak, UV 365nm, dan UV 254 nm.
6. Pembuatan buffer fosfat
Buffer fosfat dibuat dengan bantuan pH meter
a. Pembuatan dinatrium hidrogen fosfat 20 mM
Timbang saksama 1,42 g Na2HPO4 dan larutkan dalam akuades hingga
500,0mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
b. Pembuatan kalium dihidrogen fosfat 20mM
Timbang saksama 0,68g KH2PO4 dan larutkan dalam akuades hingga
250,0mL. Larutan KH2PO4 ditambahkan secara bertetes-tetes pada larutan
Na2HPO4 hingga tercapai pH 7,4.
7. Pembuatan pereaksi
a. Larutan FeCl3 1 mM
Sebanyak lebih kurang 13,52 mg FeCl3.6H2O ditimbang saksama dan
dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10,0 mL. Dari larutan tersebut
diambil sebanyak 2,0 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL
kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan harus selalu
dibuat baru.
b. Larutan EDTA 1 mM
Sebanyak lebih kurang 18,61 mg Na2EDTA.2H2O ditimbang saksama dan
dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10,0 mL. Dari larutan tersebut
diambil sebanyak 2,0 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL
kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda.
c. Larutan vitamin C 1mM
Sebanyak lebih kurang 17,61 mg vitamin C ditimbang saksama dan
dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 10,0 mL. Dari larutan tersebut
diambil sebanyak 1,0 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL
kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan harus selalu
dibuat baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
d. Larutan H2O2 20 mM
Sebanyak 0,045 mL larutan H2O2 30% dimasukkan ke dalam labu ukur
10,0mL dan ditambahkan akuades hingga tanda. Dari larutan tersebut
diambil sebanyak 5,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL
kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda.
e. Larutan TCA 5%
Sebanyak 1,25 g TCA ditimbang saksama dan dilarutkan dalam akuades
hingga 25,0 mL dalam labu ukur.
f. Larutan TBA 1%
Sebanyak 0,25 g TBA ditimbang saksama, dimasukkan ke dalam beaker
glass 100 mL, ditambahkan akuades secukupnya kemudian dipanaskan di
atas hot plate pada suhu 50-55oC hingga larut. Larutan dimasukkan ke
dalam labu ukur 25,0 mL dan ditambah akuades hingga tanda.
g. Pembuatan larutan kuersetin 8,16 mg/mL
Sebanyak 816,0 mg serbuk kuersetin dimasukkan dalam labu takar 100,0mL
dan ditambahkan metanol hingga batas tanda.
h. Pembuatan larutan natrium nitrit 10%.
Sebanyak 10,0g natrium nitrit dilarutkan dengan aquades secukupnya dalam
beaker glass, larutan kemudian dipindahkan dalam labu takar 100,0mL dan
ditambahkan aquades hingga batas tanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
i. Pembuatan larutan aluminium klorida 10%
Sebanyak 5,0 g aluminium klorida dilarutkan dengan aquades secukupnya
dalam beaker glass, larutan kemudian dipindahkan dalam labu takar 50,0mL
dan ditambahkan aquades hingga batas tanda.
j. Pembuatan larutan natrium hidroksida 10%
Sebanyak 10,0 g natrium hidroksida dilarutkan dengan aquades secukupnya
dalam beaker glass, larutan kemudian dipindahkan dalam labu takar
100,0mL dan ditambahkan aquades hingga batas tanda.
8. Optimasi Metode
a. Penentuan waktu operasi
Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan sebanyak 600μL larutan
Deoksiribosa 2,5mM, 300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA 1mM, 300 μL
H2O2 20mM, 4500 μL buffer fosfat pH 7,4, dan 300 μL vitamin C 1mM.
Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.
Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL TCA 5 %, vorteks
campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada suhu 80oC selama 30
menit. Tabung reaksi yang berisi campuran didinginkan di bawah air
mengalir selama 5 menit. Larutan dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum teoritis 532 nm selama 30 menit.
b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan sebanyak 600 μL larutan
Deoksiribosa 2,5mM, 300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA 1mM, 300 μL
H2O2 20mM, 4500 μL buffer fosfat pH 7,4, dan 300 μL vitamin C 1mM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.
Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL TCA 5 %, vorteks
campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada suhu 80oC selama 30
menit. Tabung reaksi yang berisi campuran didinginkan di bawah air
mengalir selama 5 menit. Larutan dibaca absorbansinya dari panjang
gelombang 400-600 nm.
9. Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat buah
ketapang
a. Pembuatan larutan kontrol
Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan 300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA
1mM, 300 μL H2O2 20mM, 4500 μL buffer fosfat pH 7,4, dan 300 μL
vitamin C 1mM. Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu 37oC
selama 30 menit. Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL TCA 5%,
vorteks campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada suhu 80oC
selama 30 menit. Tabung reaksi yang berisi campuran didinginkan di bawah
air mengalir selama 5 menit.
b. Penentuan aktivitas penangkapan radikal hidroksil
Pada tabung reaksi bertutup dimasukkan sebanyak 600 μL larutan
Deoksiribosa 2,5mM dan fraksi etil asetat buah ketapang sebanyak 200, 400,
600, 800, dan 1000 μL, kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan
300 μL FeCl3 1mM, 300 μL EDTA 1mM, 300 μL H2O2 20mM, buffer
fosfat pH 7,4 (penambahan buffer fosfat disesuaikan dengan volume fraksi
etil asetat yang ditambahkan sehingga volume akhir larutan 6 mL), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
300μL vitamin C 1mM. Vorteks campuran, kemudian inkubasi pada suhu
37oC selama 30 menit. Setelah itu tambahkan 1 mL TBA 1 % dan 1 mL
TCA 5%, vorteks campuran, kemudian panaskan dengan waterbath pada
suhu 80oC selama 30 menit. Tabung reaksi yang berisi campuran
didinginkan di bawah air mengalir selama 5 menit. Larutan dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi.
10. Penentuan kadar flavonoid total
a. Pembuatan kurva baku kuersetin
Dibuat larutan induk kuersetin dengan konsentrasi 8,16 mg/mL dalam
aquades. Sebanyak 100; 200; 300; 400; 500; 600; 750; dan 900 μL larutan
induk dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL, ditambahkan 4,0 mL
aquades dan 0,30 mL larutan NaNO2 10%, lalu dibiarkan selama 6 menit.
Kemudian ditambahkan dengan 4,0 mL NaOH 10% dan aquades sampai
volume 10,0 mL. Larutan dibiarkan selama 15 menit dan absorbansinya
dibaca pada panjang gelombang 510 nm.
b. Penentuan kadar flavonoid total dalam fraksi etil asetat
Ditimbang lebih kurang fraksi etil asetat sebanyak 25 mg kemudian
ditambahkan metanol dalam labu ukur sampai 100 mL, sehingga konsentrasi
awal 0,025 g/100 mL. Diambil 250 µL larutan fraksi, ditambahkan metanol
dalam labu ukur 10 mL sampai tanda, sehingga konsentrasinya menjadi
0,00625 g/100 mL = 6,25 mg/100 mL = 6,25 mg%. Larutan kedua yang
digunakan dalam penentuan kadar flavonoid total, yang selanjutnya
dinamakan sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Diambil 250 μL sampel dan dimasukkan kedalam labu takar 10,0 mL dan
dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan kurva baku. Kadar
flavonoid total dinyatakan sebagai gram ekuivalen kuersetin dalam setiap
100g berat kering ekstrak (g Ekivalen Kuersetin/100g).
G. Analisis Hasil
1. Data kromatografi berupa hRf dan warna bercak sebelum dan sesudah
ditambah pereaksi, diamati dengan sinar tampak maupun dengan sinar UV
254 nm dan 365 nm, lalu dianalisis berdasarkan kriteria yang terdapat
dalam pustaka untuk memperkirakan kandungan flavonoid.
2. Hasil absorbansi senyawa uji dengan absorbansi kontrol diolah
menggunakan analisis regresi linear antara konsentrasi senyawa uji (x)
dengan aktivitas antioksidan (y) untuk mendapatkan ES50.
3. Kadar senyawa flavonoid total dianalisis menggunakan persamaan regresi
linear dengan data kurva baku secara intrapolasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman merupakan langkah awal yang dilakukan dalam
suatu penelitian yang menggunakan sampel berupa tumbuhan. Determinasi
bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas tanaman yang
akan digunakan dalam penelitian untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengambilan sampel analis fitokimia. Determinasi tanaman ketapang dilakukan di
laboratorium biologi farmasi menurut buku Flora of Java (Backer and Bakhuizen
van den Brink, 1965).
Hasil determinasi tanaman ketapang sebagai berikut:
1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27b-
799b-800b-801b-802b-806b-807b-809b-810b-811b-825b-826b-829b-830b-
831b-832b-833b-834b-983b-984b-986b-991b-992b-993b-994b-995b-1014a-
1017a-1018b-1026b-1027b-1028b…..87. Combretaceae
1b….. Terminalia
1b-3b….. T. catappa L.
B. Hasil Pengumpulan Bahan
Buah ketapang yang akan digunakan diperoleh dari Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Buah dipetik pada pagi hari (pukul enam
pagi) ketika proses fotosíntesis belum terjadi. Pada saat dipetik, dipilih buah yang
tua tetapi belum matang dan masih berwarna hijau (tidak berwarna kuning atau
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
coklat). Umumnya kandungan flavonoid belum terbentuk maksimal ketika masih
muda dan akan berkurang ketika sudah matang. Pada saat pemilihan dilakukan
seleksi, buah yang akan digunakan pada kulit buahnya tidak terdapat bekas ulat,
tidak berjamur, ataupun busuk. Karena dapat terjadi perubahan
(konversi/biodegradasi/biotransformasi) senyawa atau zat aktif sehingga
mempengaruhi mutu simplisia maupun ekstrak yang dibuat, dan dapat menjadi
kontaminan (cemaran). Karena mutu ekstrak dipengaruhi bahan baku yang
digunakan (Anonim, 2000).
C. Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Ketapang
Simplisia yang digunakan dalam proses penyarian adalah simplisia kering
yang berupa serbuk. Karena lebih tahan lama dalam penyimpanannya dan tidak
mudah rusak.
Buah ketapang memiliki bagian-bagian. Dari luar ke dalam bagian-bagian
buah ketapang sebagai berikut. Bagian eksokarpium berupa kulit buah yang
berwarna hijau. Bagian mesokarpium berupa serat-serat yang tersusun menjadi
serabut yang tebal, berwarna kuning gading. Bagian endokarpium berupa lapisan
keras (seperti batok kelapa) yang melindungi biji yang terdapat di dalamnya,
berwarna coklat. Terakhir adalah biji yang berwarna putih. Semua bagian dari
buah ketapang digunakan dalam penelitian ini.
Buah ketapang yang diperoleh dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan pengotor yang menempel pada kulit buah. Setelah bersih, air yang
masih menempel pada buah ketapang dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
Untuk memudahkan dalam pengeringan, buah ketapang yang sudah kering,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dihancurkan menggunakan alat penghancur (palu). Pengeringan untuk buah
ketapang yang telah hancur dilakukan di dalam oven dengan suhu maksimal 55oC.
Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30oC sampai 90oC, tetapi suhu yang
terbaik tidak melebihi 60oC (Anonim, 1985). Proses pengeringan dihentikan
ditandai dengan mudah dipatahkannya buah ketapang.
Penyerbukan buah ketapang yang telah kering menggunakan blender.
Tujuan dari penyerbukan adalah untuk memperluas permukaan simplisia yang
bersentuhan dengan cairan penyari dan untuk mempermudah cairan penyari
menembus simplisia (Anonim, 1985). Luas permukaan yang besar akan
mengoptimalkan pembasahan serbuk simplisia oleh cairan penyari sehingga hasil
penyarian juga optimal. Simplisia lunak lebih mudah ditembus oleh cairan
penyari, sedangkan simplisia keras perlu dilakukan penyerbukan untuk
mempermudah cairan penyari menembus simplisia.
Serbuk yang didapat kemudian diayak dengan pengayak berukuran mesh
8/24. Derajat halus yang dinyatakan dengan 2 nomor (8/24) mempunyai
pengertian semua serbuk dapat melalui ayakan dengan nomor terendah (8) dan
tidak lebih dari 40% melewati ayakan nomor tertinggi (24). Penggunaan nomor
mesh yang berbeda ini tidak memberikan pengaruh yang berarti pada hasil
penyarian karena meskipun serbuk lebih halus namun serbuk masih dapat
tersaring dan tidak masuk ke dalam perkolat saat proses penyaringan. Serbuk yang
dipakai dalam penyarian adalah serbuk yang dapat melalui ayakan dengan nomor
mesh 8 dan serbuk yang tidak lebih dari 40%nya melewati ayakan dengan nomor
mesh 24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif, namun
semakin halus serbuk, makin rumit dalam tahap filtrasi (penyaringan), karena
butir-butir halus tersebut membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dari hasil
penyarian (Anonim, 1986); Anonim, 2000). Dalam Anonim (1986) menyebutkan,
simplisia yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses penyarian.
Pada proses perkolasi, bila serbuk terlalu halus cairan penyari tidak dapat turun,
karena ruang antar sel berkurang, dimana ruang antar sel merupakan jalan yang
mudah ditembus oleh cairan penyari. Hal ini meyebabkan pemilihan ayakan
dengan nomor mesh 8/24.
Penyarian dilakukan dengan metode perkolasi. Penyarian bertujuan untuk
mendapatkan senyawa aktif yang diinginkan. Metode perkolasi memiliki
keuntungan yaitu karena menggunakan pelarut yang selalu baru maka terjadi
peningkatan derajat perbedaan konsentrasi sehingga lebih efektif untuk menyari
senyawa aktif karena memungkinkan zat yang larut dalam pelarut tersari hampir
seluruhnya. Proses penyariannya tidak menggunakan panas sehingga senyawa
yang tidak tahan panas, tidak akan rusak. Penyari yang digunakan adalah etanol
70% dengan pertimbangan kombinasi etanol-air mempunyai sifat polar yang
diharapkan mampu menyari senyawa polar maupun yang semi polar. Campuran
etanol-air digunakan untuk meningkatkan penyarian (Anonim, 1986). Pelarut
etanol dapat dengan efisien berpenetrasi ke dalam membran sehingga mendorong
terekstraksinya sejumlah besar komponen endoseluler (Silva et.al, 1998).
Senyawa polifenol (misal flavonoid) merupakan senyawa yang cenderung bersifat
polar karena banyak mengandung gugus hidroksi sehingga diharapkan senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
flavonoid dalam buah ketapang dapat tersari ke dalam etanol 70%. Selain itu
etanol bersifat universal, selektif, aman dan lebih ekonomis.
Etanol bersifat universal karena dapat melarutkan sebagian besar
kandungan kimia (senyawa organik) dalam simplisia. Selektif artinya etanol
bersifat polar sehingga dapat menyari senyawa yang bersifat polar yaitu flavonoid
sehingga penyarian dapat optimal. Aman karena dibandingkan pelarut yang lain
etanol lebih aman bagi kesehatan dan lingkungan serta tidak beracun. Bersifat
ekonomis karena etanol lebih murah harganya.
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke
dalam bejana perkolasi (perkolator), tetapi dibasahi atau direndam dulu dengan
cairan penyari dalam bejana tertutup selama 24 jam (Anonim, 1986). Bila serbuk
simplisia tersebut langsung dialiri dengan cairan penyari maka cairan penyari
tidak dapat menembus sel dengan sempurna. Jika serbuk simplisia telah tebasahi
dengan sempurna maka aliran cairan penyari tidak akan mengalami hambatan
sehingga aliran cairan penyari akan merata dan dapat menembus sel dengan
sempurna. Pembasahan juga bertujuan untuk memberikan kesempatan sebesar-
besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori simplisia sehingga
memudahkan penyarian selanjutnya.
Selama proses perkolasi, perkolator ditutup rapat yang bertujuan untuk
mencegah masuknya kontaminan dari luar dan untuk mencegah penguapan dari
cairan penyari. Perkolator juga diletakkan pada tempat yang terlindung dari
cahaya matahari. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
senyawa-senyawa akibat terpapar cahaya matahari atau untuk mencegah
terjadinya reaksi beberapa senyawa dengan bantuan cahaya matahari.
Penetesan pada keran diatur dengan kecepatan tetesan 20-30 tetes per
menit (1mL per menit) (Anonim, 1986). Jika terlalu cepat, penyarian tidak
sempurna dan jika terlalu lambat akan membuang waktu dan kemungkinan
penguapan cairan penyari lebih besar. Proses penyarian dilakukan sampai perkolat
yang menetes warnanya sama dengan cairan penyari (jernih). Hal ini
menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi senyawa aktif dalam serbuk simplisia
yang dapat dilarutkan oleh cairan penyari.
Perkolat yang didapatkan sebelum dipekatkan disaring dulu dengan kertas
saring. Tujuan adalah untuk menghilangkan pengotor yang didapat dari
lingkungan ataupun serbuk yang lolos dari perkolator. Pemekatan menggunakan
rotavapor sampai hampir semua etanol menguap. Kelebihan dari rotavapor adalah
dengan penguapan pada tekanan rendah suhu yang digunakan juga rendah
(<50oC) sehingga senyawa-senyawa yang tidak tahan pemanasan tidak rusak.
Setelah proses penguapan dianggap cukup, perkolat yang didapatkan dikentalkan
di atas penangas air dengan suhu maksimal 50oC sampai didapat ekstrak kental,
yang selanjutnya disebut ekstrak etanol. Pemekatan dengan rotavapor bertujuan
untuk meningkatkan jumlah senyawa terlarut dalam pelarut, didapat ekstrak pekat,
sedangkan penangas air digunakan untuk mengentalkan ekstrak, karena
diinginkan ekstrak kental untuk digunakan dalam penelitian. Ketika dipanaskan
dengan penangas air semua pelarut dihilangkan. Berat ekstrak etanol 27,07 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dengan rendemen sebesar 18,05%. Ekstrak disimpan dalam eksikator untuk
melindungi dari uap air udara.
D. Hasil Pembuatan Fraksi Etil Asetat Buah Ketapang
Pembuatan fraksi etil asetat menggunakan proses ekstraksi dengan
menggunakan dua pelarut yang tidak saling campur. Ekstrak kental etanol yang
didapat dilarutkan terlebih dahulu dengan 100 mL air hangat, dan kemudian
disebut sebagai fraksi air. Tujuan dari proses separasi adalah menghilangkan
(memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh
ekstrak yang lebih murni (Anonim, 2000). Proses separasi dilakukan dengan
menggojok fraksi air dalam corong pisah menggunakan pelarut etil asetat. Etil
asetat merupakan pelarut yang paling baik untuk aglikon flavonoid dan dianjurkan
untuk digunakan dalam proses pemurnian (Robinson, 1995).
Pada saat pemisahan fraksi etil asetat berada di atas sedangkan fraksi air
berada di bawah. Hal ini disebabkan karena berat jenis air (0,997) lebih besar dari
etil asetat (0,898). Fraksi air diekstraksi dengan etil asetat sebanyak 100 mL,
ekstraksi diulang 9 kali. Etil asetat yang ditambahkan sebanding dengan air yang
ditambahkan ketika pertama akan mempartisi, sebanyak 100 mL. Ekstraksi
dilakukan berulang dengan jumlah pelarut yang sedikit dimaksudkan untuk
mengefektifkan separasi artinya senyawa yang diinginkan akan didapat dalam
jumlah yang lebih banyak. Sembilan kali ekstraksi merupakan hasil optimasi.
Pada saat menggojog, kekuatan yang diberikan tidak terlalu keras (hanya
penggojogan lemah saja) untuk menghindari terjadinya emulsi, karena proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pemisahan akan berlangsung lebih lama ketika terbentuk emulsi. Selanjutnya,
fraksi air dibuang dan fraksi etil asetat dikentalkan (diuapkan di atas penangas air)
sampai didapat ekstrak kental etil asetat, yang selanjutnya disebut fraksi etil
asetat. Berat fraksi etil asetat 4,28 g, dengan rendemen 2,85%.
E. Hasil Uji Kualitaif Flavonoid dengan metode KLT
Gambar 9 . Struktur rutin
Pada penelitian ini dilakukan uji kualitatif terhadap fraksi etil asetat untuk
mengetahui apakah di dalam buah ketapang mengandung flavonoid. Sebagai
pembanding digunakan rutin yang merupakan senyawa golongan flavonoid. Rutin
merupakan glikosida flavonol yang pada umumnya terdapat dalam tanaman, dan
terdiri atas kuersetin (aglikon) dan disakarida rutinosa. Metode yang digunakan
adalah metode KLT, dengan selulosa sebagai fase diam dan n-butanol-asam
asetat-air (BAA) 4:1:5 v/v sebagai fase gerak. Fase diam tidak menggunakan
silika gel GF 254 karena dapat membentuk ikatan dengan flavonoid. Hal ini
menyebabkan flavonoid tidak dapat terelusi dengan baik. Ikatan yang terjadi
adalah ikatan dengan Ca (kalsium) yang terdapat pada gipsum (perekat) pada
silika gel GF 254. Fase geraknya BAA karena disarankan untuk pemeriksaan awal
keberadaan flavonoid. Penjenuhan menggunakan kertas saring. Tujuan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
penjenuhan chamber adalah untuk mempercepat elusi sehingga waktu yang
digunakan lebih singkat.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
hRf
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
hRf
1 2 1 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
hRf
A B C
Gambar 10 Foto kromatogram uji kualitatif flavonoid pada fraksi etil asetat dengan fase diam: selulosa, fase gerak: n-butanol-asam asetat-air (4:1:5)v/v, deteksi: uap amonia, pengembangan: 10cm. Keterangan:A: cahaya tampak, B: UV 365, C: UV 254
1: rutin, 2: fraksi etil asetat
Deteksi bercak menggunakan uap amonia. Warna kedua bercak tidak
nampak ketika dilihat pada cahaya tampak baik sebelum maupun setelah diuapi
amonia. Warna kedua bercak nampak ketika dilihat pada UV 365 dan UV 254
setelah diuapi amonia. Kedua bercak memberikan warna kuning tua ketika
diamati baik pada UV 365 dan UV 254. hRf rutin: 63 dan hRf fraksi etil asetat:
64. Hal tersebut diatas menunjukkan dalam fraksi etil asetat terdapat flavonoid,
dapat dilihat dari warna bercak yang sama dan hRf yang berdekatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
hRf
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
hRf
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
hRf
Gambar 11 Foto kromatogram uji kualitatif flavonoid pada fraksi etil asetat dengan fase diam: selulosa, fase gerak: n-butanol-asam asetat-air (4:1:5) v/v, deteksi: pereaksi semprot besi (III) klorida, pengembangan: 10 cm. Keterangan: A: cahaya tampak, B: UV 365, C: UV 254
1: rutin, 2: fraksi etil asetat
Penyemprotan dengan besi (III) klorida memberikan kromatogram dengan
empat bercak, tiga bercak berasal dari fraksi etil asetat dan yang satu adalah rutin
yang digunakan sebagai pembanding. Rutin dengan warna coklat kekuningan
memberikan hRf: 68. Untuk fraksi etil asetat ketiga bercak memberikan warna
yang berbeda-beda. Bercak a berwarna ungu dengan hRfa: 69, untuk bercak b dan
c berwarna biru tua dengan hRfb: 85 dan hRfc: 95. Hal tersebut diatas
menunjukkan dalam fraksi etil asetat terdapat flavonoid, dapat dilihat dari hRf
yang berdekatan antara bercak a dan rutin. Bercak b dan c diperkirakan masuk
dalam golongan flavonol (kuersetin atau erictodiol).
Kesimpulan dalam analisis kualitatif ini adalah dalam buah ketapang
terdapat flavonoid yang tersari dalam fraksi etil asetat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
F. Optimasi Metode
1. Penentuan waktu operasi
Penentuan waktu operasi (operating time) bertujuan untuk mendapatkan
waktu pengukuran absorbansi dengan nilai stabil. Waktu operasi ditentukan pada
saat terbentuknya warna yang stabil, ditandai dengan nilai absorbansi yang stabil
dari senyawa yang diukur. Penentuan waktu operasi dilakukan dengan mengukur
absorbansi larutan kontrol dengan tujuan mendapatkan waktu operasi senyawa
kromogen MDA-TBA tanpa adanya gangguan senyawa lain. Pengukuran
absorbansi setelah larutan kontrol diinkubasi pada suhu 80oC kemudian
didinginkan 5 menit dibawah air mengalir. Waktu pengukuran absorbansi kontrol
adalah 30 menit. Hasil pengukuran absorbansi menunjukkan pada menit ke 0
sampai menit ke 30 memberikan nilai absorbansi yang stabil, yaitu 0,981.
Kestabilan nilai absorbansi menunjukkan bahwa jumlah kromogen MDA-
TBA relatif stabil. Reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA dipercepat dengan
adanya panas. Pada penelitian ini, panas yang diterima larutan berasal dari
pemanasan dengan waterbath pada suhu 80oC. Setelah 30 menit melalui tahap
pemanasan, larutan didinginkan selama 5 menit sehingga suhu larutan sama
dengan suhu lingkungan . Ketiadaan panas ini memperlambat reaksi pembentukan
kromogen MDA-TBA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 12. Kurva hubungan waktu (menit) dengan absorbansi kromogen MDA-TBA
Pada metode deoksiribosa, proses degradasi deoksiribosa menjadi MDA
terjadi pada saat larutan campuran diinkubasi pada suhu 37oC. Selanjutnya
penambahan TCA menyebabkan larutan dalam suasana asam (pH rendah). MDA
kemudian akan bereaksi dengan TBA membentuk kromogen MDA-TBA. Selain
memberikan suasana asam TCA menghambat proses oksidasi vitamin C sehingga
proses reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ terhambat pula. Terhambatnya reaksi ini
mengakibatkan terhambatnya pembentukan radikal hidroksil sehingga terjadi
penurunan kecepatan degradasi deoksiribosa oleh radikal hidroksil. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Fe3+ EDTA + Asam Askorbat Fe2+ EDTA + Asam Dehidro Askorbat
Fe2+ EDTA + H2O2 Fe3+ EDTA + -OH + .OH
Radikal hidroksil yang terjadi akan menyerang deoksiribosa dengan cara
abstraksi (pemisahan) hidrogen dan membentuk suatu radikal deoksiribosa
kemudian dengan adanya oksigen akan secara cepat diubah menjadi radikal gula
peroksil. Selanjutnya radikal gula peroksil akan mengalami serangkaian reaksi
yang meliputi disproposionasi, penataan ulang, eliminasi air dan pemecahan
ikatan C-C menjadi malondialdehid (MDA) dan produk yang lain (Purwantoko,
2007).
Selain memberikan suasana asam, penambahan TCA berfungsi sebagai
katalis pembentukan kromogen MDA-TBA. Adanya H+ mengakibatkan
pengubahan salah satu gugus keton pada TBA menjadi lebih reaktif sehingga
TBA dapat bereaksi dengan MDA.
N
N
O
OS
H
H HN
N
O
OS
H
H H
H H+ H
Gambar 13. Reaksi pembentukan gugus enol pada TBA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
OH2C OH
HHO
OHH
OH
OOHH2C
HO
HOH
H2O
OOHH2C
HO
HOH
H
OOH2C
HO
HOH
H
H
OHOH2C
O
OH
H
H
OHOH2C
OH
H2O
H
- H2O
OHOH2C
OH
oksidasiH O
O H
HOOH
O
H O
O H
H OHH O
O H
malondialdehid
OH
deoksiribosa
Gambar 14. Reaksi pembentukan MDA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
N
N
O
O
H
HH
HS
N
N
O
O
H
H H
HS
HO
H O
N
N
O
O
H
H H
SOH
HO
TBATBAMDA
+HN
N
O
H
H
S
H
OH
S
N
N
O
H
H
HH
H
O O S
N
N
O
H
H
S
N
N
O
H
HH
OH
H H
OH
O O
+H
+HN
N
O
O
H
H
S
HH
S
N
N
O
H
H
H
O
N
N
O
H
H
SH
S
N
N
O
O
H
H
O
+HN
N
OH
H
H
S
N
N
OH
H
H
S
H
OH HO
N
N
OH
S
N
N
OH
HS OH HO
+ + H
- H2O
- H2O
+
+ H
+ H
MDA-TBAwarna merah muda
Gambar 15. Mekanisme reaksi pembentukan MDA-TBA (Purwantoko, 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Senyawa MDA yang dihasilkan dari reaksi degradasi deoksiribosa
merupakan senyawa yang tidak berwarna. Reaksi pengkoplingan MDA dengan
TBA membentuk kromogen yang berwarna merah muda. Warna ini terbentuk
karena ada perpanjangan gugus kromofor dan penambahan gugus auksokrom.
N
N
N
N S
OH
HOOH
OH
HS
gugus kromoforgugus auksokrom
Gambar 16. Struktur kromogen MDA-TBA
2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Menurut Kunchandy dan Rao (1998), panjang gelombang serapan
maksimum teoritis kromogen MDA-TBA adalah 532 nm. Penentuan panjang
gelombang serapan maksimum dalam penelitian ini dilakukan untuk verifikasi
terhadap panjang gelombang serapan maksimum teoritis karena terdapat beberapa
kondisi percobaan yang berbeda antara penelitian ini dengan penelitian yang
pernah dilakukan. Perbedaan itu antara lain perbedaan waktu, iklim dan perbedaan
individu yang melakukan.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum menggunakan larutan
kontrol, yaitu larutan tanpa penambahan sampel dengan tujuan mendapatkan
panjang gelombang maksimum kromogen MDA-TBA yang berwarna merah
muda tanpa gangguan senyawa lain yang ada dalam sampel. Dari hasil scanning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang dilakukan pada panjang gelombang 400-600 nm didapatkan panjang
gelombang maksimum untuk kromogen MDA-TBA dalam penelitian ini adalah
532,2 nm. Panjang gelombang yang didapat mendekati panjang gelombang
teoritis yaitu 532nm. Selisih panjang gelombang teoritis dengan hasil penelitian
adalah 0,2 nm, selisih nilai ini masih memenuhi selisih yang diperbolehkan dalam
Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu kurang dari 2 nm. Karena hal diatas, panjang
gelombang yang diperoleh dapat digunakan dalam penelitian.
Gambar 17. Kurva hubungan panjang gelombang (nm) dengan absorbansi
kromogen MDA-TBA
Panjang gelombang serapan maksimum merupakan faktor penting di
dalam analisis kimia dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
menentukan panjang gelombang maksimum dalam penelitian ini adalah untuk
mencari panjang gelombang saat kromogen MDA-TBA dapat memberikan
serapan yang optimum. Panjang gelombang yang didapat akan digunakan untuk
mengukur serapan kompleks yang dianalisis.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dapat digunakan untuk
identifikasi molekul yang bersifat karakteristik. Panjang gelombang maksimum
tidak tergantung pada struktur molekul suatu senyawa tetapi bergantung pada
gugus molekul yang mengabsorbsi radiasi sinar UV-Vis sehingga jika ada dua
senyawa dengan spektra UV-Vis yang sama, belum tentu kedua senyawa tersebut
sama. Hal inilah yang menyebabkan panjang gelombang maksimum digunakan
sebagai data sekunder dalam analisis kualitatif. Dalam analisis kuantitatif,
pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum
karena perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling
besar, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum. Selain itu
kurva serapan disekitar panjang gelombang serapan maksimum tersebut relatif
lebih datar sehingga jika dilakukan pengukuran ulang atau replikasi, kemungkinan
kesalahan yang terjadi makin kecil (Mulja dan Suharman, 1995).
G. Hasil Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil
dengan Metode Deoksiribosa
Metode deoksiribosa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
prosedur kerja maupun konsentrasi mengarah pada penelitian Purwantoko (2006).
Berdasarkan penelitian Purwantoko (2006), metode deoksiribosa memilki akurasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
presisi dan linearitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk menguji aktivitas
penangkapan radikal hidroksil.
Berdasarkan tabel IV, absorbansi larutan kontrol lebih tinggi daripada
larutan sampel karena pada larutan kontrol tidak terdapat senyawa penangkap
radikal hidroksil sehingga deoksiribosa langsung didegradasi oleh radikal
hidroksil. Pada larutan sampel, dimungkinkan terdapat senyawa penangkap
radikal hidroksil yang mengakibatkan penurunan jumlah degradasi deoksiribosa.
Terbukti dengan adanya penurunan absorbansi kromogen MDA-TBA dari larutan
sampel pada berbagai konsentrasi.
Tabel IV. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat buah ketapang dengan berbagai konsentrasi
Replikasi Konsentrasi fraksi etil asetat buah ketapang (mg/mL)
0 0,033 0,067 0,100 0,133 0,167 I 1,070 0,448 0,436 0,426 0,405 0,387 II 1,072 0,515 0,448 0,413 0,365 0,330 III 1,071 0,582 0,559 0,509 0,455 0,438 IV 1,070 0,545 0,510 0,461 0,431 0,405 V 1,073 0,577 0,535 0,516 0,478 0,451 VI 1,071 0,582 0,552 0,526 0,486 0,457
Rata-rata 1,071 0,542 0,507 0,475 0,437 0,411 SD 0,001 0,048 0,053 0,049 0,046 0,048
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
0.0
0.4
0.8
0 0.05 0.1 0.15 0.2
konsentrasi (mg/ml)
abso
rban
si
1.2
Gambar 18. Kurva hubungan antara penambahan konsentrasi fraksi etil asetat buah ketapang
dengan absorbansi kromogen MDA-TBA
Semakin besar konsentrasi fraksi etil asetat yang ditambahkan maka terjadi
penurunan absorbansi. Penurunan absorbansi ini disebabkan peristiwa
penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat buah ketapang. Peristiwa ini
mengakibatkan penurunan jumlah radikal hidroksil yang akan mendegradasi
deoksiribosa akibatnya terjadi penurunan MDA. Adanya penurunan jumlah MDA
mengakibatkan penurunan jumlah kromogen MDA-TBA yang ditunjukkan
dengan penurunan absorbansi larutan dengan sampel pada berbagai konsentrasi
dibandingkan dengan larutan kontrol.
Nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat
dinyatakan dalam persen scavenging. Nilai persen scavenging dihitung dari selisih
antara purata absorbansi sampel (fraksi etil asetat) pada konsentrasi tertentu,
dibagi purata absorbansi blangko dikalikan 100%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel V. Persen scavenging fraksi etil asetat buah ketapang
Konsentrasi Fraksi Etil
Asetat (mg/mL)
% Scavenging Fraksi Etil Asetat Buah Ketapang
Persamaan Regresi Linear
0,033 46,51 Y= 96,711 X + 43,289 A = 43,289 B = 96,711 r = 0,9985
0,067 49,66 0,100 52,83 0,133 56,61 0,167 59,19
0
20
40
60
80
0 0.05 0.1 0.15 0.2
konsentrasi (mg/ml)
% s
cave
ngin
g
Gambar 19. Kurva hubungan kenaikan konsentrasi fraksi etil asetat dengan % scavenging
Persamaan regresi linear yang didapat adalah Y= 96,711X + 43,289
dengan r = 0,9985 lebih besar dari r tabel (db = 4; P’ = 0,05), sebesar 0,811
(Muth, 1999), sehingga persamaan di atas dapat digunakan untuk menghitung
nilai ES50 dari fraksi etil asetat buah ketapang. Nilai ES50 berbanding terbalik
dengan kemampuan senyawa untuk menangkap radikal hidroksil. Semakin kecil
nilai ES50 maka sampel tersebut mempunyai nilai keefektifan sebagai penangkap
radikal hidroksil (sebagai antioksidan) yang lebih baik. Nilai ES50 fraksi etil asetat
buah ketapang 0,06939 mg/mL = 69,39 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan konsentrasi 69,39 µg/mL fraksi etil asetat buah ketapang dapat
menangkap 50% radikal hidroksil yang terdapat dalam larutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Jika dibandingkan dengan ES50 fraksi etil asetat teh hijau sebesar 0,22
mg/ml (Dewi, 2007) dan ES50 fraksi etil asetat teh hitam sebesar 0,22 mg/ml
(Leny, 2007), fraksi etil asetat buah ketapang mempunyai nilai keefektifan
sebagai penangkap radikal hidroksil (sebagai antioksidan) yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan nilai ES50 fraksi etil asetat buah ketapang, yaitu sebesar 69,39 µg/mL
lebih kecil dibandingkan ES50 fraksi etil asetat teh hijau dan teh hitam.
Flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil asetat buah ketapang dapat
mempengaruhi aktivitasnya sebagai antioksidan. Karena flavonoid yang
terkandung dalam fraksi etil asetat dalam bentuk aglikon dan yang terikat gula.
Mekanisme penangkapan radikal hidroksil oleh flavonoid dalam fraksi etil asetat
disebabkan karena terdapat gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya.
Gugus ini berperan besar dalam mendonorkan atom hidrogennya ketika diserang
oleh radikal hidroksil, flavonoid-flavonoid tersebut akan membentuk radikal
bebas baru yang lebih stabil yaitu radikal fenoksil (FIO•) dan molekul air yang
stabil.
FIOH + •OH FIO• + H2O
Radikal fenoksil tersebut akan mengalami efek resonansi pada cincin
aromatiknya, hal inilah yang menyebabkan radikal fenoksil lebih stabil daripada
radikal hidroksil. Radikal fenoksil juga akan melakukan terminasi yaitu
penggabungan dengan radikal bebas lain. Reaksi terminasi ini dapat terjadi antara
radikal fenoksil dengan radikal hidroksil maupun dengan radikal fenoksil lainnya.
FIO• + •OH FIO-OH
FIO• + FIO• FIO-FIO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Fase propagasi dari radikal hidroksil dapat dihambat karena flavonoid
memiliki kemampuan menangkap radikal hidroksil. Hal inilah yang menyebabkan
berkurangnya radikal hidroksil yang menyerang deoksiribosa ketika penambahan
fraksi etil asetat buah ketapang ke dalam campuran pereaksi fenton dan
deoksiribosa. Setiap konsentrasi fraksi etil asetat meningkat, absorban yang
terbaca menjadi menurun. Hal ini menunjukkan semakin meningkat konsentrasi
berarti semakin banyak flavonoid yang terkandung di dalamnya, sehingga radikal
hidroksil yang akan menyerang deoksiribosa akan semakin berkurang.
Menyebabkan deoksiribosa yang didegradasi berkurang, sehingga kromogen
MDA-TBA yang terbentuk juga semakin sedikit dan menyebabkan ansorbansinya
berkurang.
O
O
OHO
O H
OOH
OHO
O
O
OHO
O
O
OHO
+ H2O
G ambar 20. Mekanisme penegkapan radikal hidroksil oleh flavonoid dan efek resonansi yangterjadi pada flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
O
OHO
O
O
HOO
O
O O
H. Penentuan Kadar Senyawa Flavonoid Total
Tujuan dari penentuan kadar flavonoid total adalah untuk melihat korelasi
antara aktivitas antioksidan dengan kadar flavonoidnya. Dasar penetapan
flavonoid menggunakan spektrofotometri visibel adalah terbentuknya kompleks
antara flavonoid dengan logam Al menghasilkan warna kuning yang bila
direaksikan dengan basa kuat (NaOH) memberikan warna merah muda. Intensitas
warna yang terbentuk dapat diukur pada panjang gelombang 510 nm.
AlCl3 dapat membentuk kompleks yang stabil dengan atom C nomor 3
dan atom C nomor 5 pada flavonoid. Namun pada golongan yang mengandung
sistem ortohidroksi pada cincin A dan B, akan membentuk kompleks yang tidak
stabil dan akan terdekomposisi dengan penambahan asam.
Aglikon flavonoid yang sifatnya kurang polar jika dibandingkan dengan
gula akan lebih banyak tersari ke dalam fraksi etil asetat. Gula dari flavonoid akan
lebih tersari ke dalam air, dimana air lebih polar jika dibandingkan dengan etil
asetat. Keberadaan gugus gula pada glikosida flavonoid menyebabkan rintangan
sterik sehingga menghambat reaksi penangkapan radikal yang digambarkan
Gambar 21. Reaksi kopling radikal fenoksil
O
OHO
O
OH
+
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dengan ES50 yang tinggi. Hal ini menyebabkan glikosida flavonoid kurang efektif
sebagai antioksidan dibanding bentuk aglikonnya. Selain itu, aktivitas antioksidan
flavonoid disebabkan karena adanya gugus hidroksi pada struktur molekulnya.
Flavonoid dengan gugus hidroksi bebas mempunyai aktivitas sebagai penangkap
radikal dan adanya gugus hidroksi lebih dari satu terutama pada cincin B akan
meningkatkan aktivitas antioksidannya.
Reaksi yang terjadi antara flavonoid dengan logam Al dalam suasana basa
adalah sebagai berikut.
OHO
O
OH
OH
OH
OH
OHO
O
O
O
O
O
Al Cl
AlCl3netral
Kuersetin
Kompleks kuersetin - AlCl3(Kuning)
OO
O
O
O
O
O
Al Cl
NaOH
Merah muda
AlCl
AlCl
Al
Cl ClCl
AlClCl Cl
Gambar 22. Reaksi yang terjadi dalam penetapan kadar flavonoid
Natrium nitrit (NaNO2) digunakan sebagai buffer yang bertujuan untuk
mempertahankan pH larutan karena jika pH larutan sangat asam, kompleks AlCl3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dengan kuersetin terbentuk tidak optimum. Penambahan basa (NaOH)
dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas warna kompleks yang terbentuk.
Tabel VI. Kadar kuersetin dan absorbansinya setelah direaksikan dengan AlCl3 dalam suasana basa
Kadar Kuersetin
(mg/100 ml) Absorbansi Persamaan regresi linear
0,1632 0,188 Y= 0,821 X + 0,073 r = 0,995 X = kadar kuersetin (mg/mL) Y = absorbansi
0,2448 0,284 0,3264 0,353 0,4080 0,417 0,4896 0,484 0,6120 0,548 0,7344 0,685
Gambar 23. Kurva kadar kuersetin dan absorbansinya setelah direaksikan dengan AlCl3 dalam suasana basa
Persamaan regresi linear yang diperoleh adalah Y= 0,821 X + 0,073 ditulis
sebagai kurva baku kuersetin disajikan pada gambar 16. Dari tabel V diperoleh
nilai koefisien korelasi, r = 0,995; lebih besar dari r tabel (db = 6; P’ = 0,05),
sebesar 0,707 (Muth, 1999), sehingga persamaan di atas dapat digunakan untuk
menghitung kadar flavonoid total dari fraksi etil asetat buah ketapang. Kadar
flavonoid dalam fraksi etil asetat disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Mula-mula, menimbang fraksi etil asetat sebanyak 25 mg kemudian
ditambahkan metanol dalam labu ukur sampai 100 mL, sehingga konsentrasi awal
0,025 g/100 mL. Diambil 250 µL larutan fraksi, ditambahkan metanol daalm labu
ukur 10 mL sampai tanda, sehingga konsentrasinya menjadi 0,00625 g/100 mL =
6,25 mg/100 mL. Larutan kedua yang digunakan dalam penentuan kadar
flavonoid total, yang selanjutnya dinamakan sampel. Diambil 250 μL sampel dan
dimasukkan kedalam labu takar 10,0 mL dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan
pada pembuatan kurva baku. Selanjutnya didapatkan absorbansi sampel.
Contoh perhitungan penentuan kadar flavonoid total fraksi etil asetat
replikasi pertama dengan absorbansi 0,246. dari persamaan regresi linear dari
kurva baku kuersetin Y= 0,821 X + 0,073 didapat X = 0,2107 mg/100 ml
%100x
asetatetilfraksikadarflavonoidkadartotalflavonoidKadar =
%100
100/25,6100/2107,0 x
mlmgmlmgtotalflavonoidKadar =
= 3,376 % b/b
Tabel VII. Kadar flavonoid total fraksi etil asetat dihitung sebagai % b/b ekivalen kuersetin
Sampel Faktor pengenceran Absorbansi X
(mg/100ml)Kadar
(% b/b) X ± SD
Fraksi etil asetat 0,25%
40x
0,246 0,2107 3,376
3,302 ± 0,0806 0,243 0,2071 3,313
0,238 0,2010 3,216
Dengan kadar flavonoid sebesar 3,302 ± 0,0806 sudah dapat memberikan
aktivitas antioksidan sebesar 69,39 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
yang berada dalam fraksi etil asetat dapat memberikan kontribusi sebagai
antioksidan.
Untuk mengetahui kepastian dari flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil
asetat buah ketapang dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan
perhitungan serapan jenis (A1%,1cm). Dengan perhitungan serapan jenis, dapat
diketahui serapan jenis untuk flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil asetat
berbeda atau tidak dengan serapan jenis untuk kuersetin. Serapan jenis
(A1%,1cm) adalah serapan dari larutan 1 % zat terlarut dalam sel dengan
ketebalan 1 cm. Harga serapan jenis pada panjang gelombang tertentu dalam suatu
pelarut merupakan sifat dari zat terlarut (Anonim, 1995). Data serapan jenis yang
diperoleh diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan
distribusi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa data terdistribusi normal
dengan nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,052, maka analisis dapat dilanjutkan dengan
uji Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok. Uji Anava satu arah memiliki
p < 0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan antar kelompok. Karena nilai p =
0,180, maka flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil asetat buah ketapang tidak
berbeda dengan kuersetin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Fraksi etil asetat buah ketapang memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang
dapat diketahui dari nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil yang
dinyatakan sebagai ES50 adalah 69,39µg/mL.
2. Kadar flavonoid total fraksi etil asetat buah ketapang sebesar 3,302 %b/b
ekivalen kuersetin.
2. Saran
1. Perlu dilakukan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat buah ketapang
dengan metode yang lain seperti metode penangkapan radikal DPPH.
2. Perlu dilakukan fraksinasi dan isolasi lebih lanjut untuk mengetahui senyawa
flavonoid yang terkandung di dalam fraksi etil asetat buah ketapang.
3. Perlu dilakukan identifikasi jenis flavonoid (dengan melihat struktur) yang
terkandung dalam fraksi etil asetat dengan spektrofotometri massa dan NMR.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
DAFTAR PUSTAKA Amarowicz, R., Naczk, M., dan Fereiodon, Shahidi., 2000, Antioxidant Activity
of Crude Tannins of Canola and Repessed Hulls, JAOCS, 77, 957-961 Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, 482-485, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 9-12,
Departemen Kesehatan RI, Rektorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta Anonim, 2006a, Sea Almond Tree,
http://www.naturia.per.sg/buloh/plants/sea_almond.htm. Diakses pada 13 Oktober 2006
Anonim, 2006b, Terminalia Catappa,
http://en.wikipedia.org/wiki/Terminalia_catappa, Diakses pada 13 Oktober 2006
Backer, C.A., and Brink, R.C. Bakhuizen van den., 1965, Flora of Java
(Spermatophytes Only), volume I, Published Der The Auspices of The Ruksherbakiu, Wolters Noordhoff, NVP, Groningen De Netherlands
Bast, Aalt., 1991, Oksidant and Antioksidant : State of Art, The American Journal
of Medicine, Preceeding of A Symposium Oxicant and Antioxidant : Patophysiologic Detyerminants and Therapeutics Agents, pp.25,30
Buhler, Dr. Donald R., and Miranda, Dr. Cristobal, Antioxidant Activities of
Flavonoids, The Linus Pauling Institute, Oregon State University, [email protected], diakses 30 Juni 2007
Bors, Wolf., Michel, Christa., and Stettmainer, Kurt., The Virtual Free Radical
School Flavonoids and Their Free Radical Reactions, Inst. Strahlenbiol., GSF Research Center, Neuherberg, Germany, diakses 15 April 2005
Caillet, S., Salmieri, S., dan Lacroix, M., 2006, Evaluation of Free Radical-
Scavenging Properties of Commercial Grape Phenol Extracts by A Fast Colorimetric Method, J.Food Chem., 95, 1-6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Chyau, Charng-Cherng., Tsai, Shu-Yao., Ko, Pei-Tzu., 2002, Mau, Jeng-Leun., Abstract: Antioxidant Properties of Solvent Extracts from Terminalia catappa leaves, J. Food chemistry, 78(4), 483-488
Cuvelier, M.E., Richards, H., and Besset, C., 1991, Comparison of The
Antioxidative of Some Acid Phenols : Structure Activity Relathionship, Biosci. Biotech. Biochem., 5 (2), 324-325
Davidek, 1997, in Macek, K., 1972, Pharmaceutical Ahallications Of Thin Layer
Chromatography, 569, 608-611, Elseiver Publishing Company, Amsterdam, London, New York
Dewi, Aprilliana Sari., 2006, Uji Antioksidan Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air
Ekstrak Etanol Teh Hijau Melalui Penangkapan Radikal Hidroksil dengan Metode Deoksiribosa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1995, Kimia Organik, Jilid II, 119-220,
diterjemahkan oleh Pujaatmaka, A.H., edisi ke 3, Penerbit Erlangga Jakarta
Fouad, T., 2005, Antioxidant, Nature and Chemistry,
http://www.thedoctorslounge.net/medlounge/articles/antioxidant, diakses tanggal 25 juni 2005
Gilman, Edward F., and Watson, Dennis G., Terminalia catappa - Tropical
Almond, Fact Sheet ST-626, Environmental Horticulture department, Florida Cooperative Department, diakses tanggal 13 Oktober 2006
Giorgio, P., 2000, Flavonoid as Antioxidant, Journal National Product, 63: 1035-
1042 Grittter, R., Bobbit, J.M., dan Schwarting, A., 1991, Pengantar Kromatografi, 7-
25, diterjemahkan oleh Padwaninata, K., Penerbit ITB, Bandung Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C., and Auroma, O.I., 1987, The Deoxyribose
Method : A Simple ‘Test-Tube’ Assay for Deteminations of Rate Constants for Reaction of Hydroxyl Radical, Anal. Biochem, 165, 215-219, Academic Press, London
Halliwell, B, 1991, Reactive Oxigent Spesies In Living System : Source
Biochemistry and Role in Human Disease, The American Journal of Medicine, Preceeding of A Symposium Oxicant and Antioxidant : Patophysiologic Detyerminants and Therapeutics Agents, pp.3, 12, 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Halliwel, B. dan Auroma O.I., 1993, DNA and Free Radicals in Biology and Medicine, 3rd ed, 1-231, 353-425, Oxford University Press Inc., New York
Halliwell, B., and Gutteridge, J.M.C., 1999, Free Radicals in Biology and
Medicine, Third Edition, 368-369, Oxford University Press, New York Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Ed. 2, 47-109, diterjemahkan oleh Padwaninata, K., Penerbit ITB, Bandung
Hertiani, T., 2000, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Antioksidan dari
Daun Plantago major L., Tesis, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta
Kahkonen, M.P., Hopia, A.I., Vuorela, H.J., Rauha, J.P., Pihlaja, K., Kujala, T.S.,
dan Heinomen, M., 1999, Antioxidant Activity of Extract Containing Phenolic Compounds, J. Agric. Food Chem., 47, 3954-3962
Kikuzaki, H., Hasimoto, M., Hirose, K., Akiyama, K., dan Taniguchi, H., 2002,
Antioxidant Properties of Ferulic Acid and Its Related Compounds, J Agric. Food Chem., 50, 2161-2168
Kumalaningsih, Sri., 2007, Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas, 2-22,
Trubus Agrisarana, Surabaya Kunchandy, Elizabeth., and Rao, M.N.A., Oxygen Radical Svavenging Activity
of Curcumin, International Journal of Pharmaceutics, 58(1990), 237-240
Lin, Chun-Ching., Hsu, Yu-Fang., Lin, Ta-Chen., Hsu, Hsue-Yin., 2001, Abstract:
Antioxidant and Hepatoprotective Effects of Punicalagin and Punicalin on Acetaminophen-Induced Liver Damage in Rats, Phytoterapy Research, 15 (3), 206-212
Mabry, T.J., Markham, K.R., and Thomas, M.B., 1970, The Systematic
Identification of Flavonoid, 1-343, Springe-Verlag, New York Madhujith, T., and Fereiodon, Shahidi., 2005, Antioxidant of Pea Beans
(Phaseolus vulgaris L.), J.Food Sci., 70(1), S85-S90 Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-103, diterjemahkan
oleh Padwanita, K., Penerbit ITB, Bandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Mulja, M., dan Suharman., 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya
Nagappa, A.N., Thakurdesai, P.A.,Venkat Rao, N., Singh, Jiwan., 2006,
Antidiabetic Activity of Terminalia Catappa Fruits, J. of Ethnopharmacology, 88, 45-50
Nusarini, Ni Made Rahayu., 2007, Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat
Ekstrak Metanolik Herba Ketul (Bidens pilosa L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Percival, Dr. Mark., 1998, Antioxidant, Advanced Nutrition Publication, Inc. Pokorni, J., Yanishilieva, N., and Gordon, M., 2001, Antioxidant in Food,
Practical Ahallications, 1-123, Wood Publishing Limited, Cambridge England
Purwantoko, Ardhyan., 2006, Validasi Metode Deoksiribosa sebagai Uji
Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Vitamin C secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Robert, K.M, 1990, Harper’s Biochemistry, 20th edition, Pretice Hall International
Inc, USA, pp 138,139,228 Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 191-213,
diterjemahkan oleh Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung Sastrohamidjojo, 2001, Spektroskopi, Edisi Kedua, 39-42, Liberty, Yogyakarta Setyawati, Leny., 2006, Uji Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil
Asetat dan Fraksi Air Ekstrak Teh Hitam dengan Metode Deoksiribosa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Silva, Lee, and Kinghorn, 1998, Special Problems with The Extraction of Plants,
in Cannel, R.J.P. (Ed), Natural Product Isolation, 343-351, Humana Press Inc., New Jersey
Silverstein R.M. dab Bassler, 1991, Spectrometric Identification of Organic
Compounds, John Willey And Sons, Inc., New York Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., 1998, Principles of Instrumental
Analysis, 5th Ed, 11-14, 314-344, Harcourt Brace College, Philadelphia Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Mikroskopi (terjemahan), 3-17, 241-252,
Penerbit ITB, Bandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Supardjan, A. M., 1987, Pemisahan Tetrasiklin dan Hasil Uraiannya dalam
Sediaan Tetrasiklin secara KLT Densitometri, Laporan Penelitiani, Lembaga Penelitian, Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Syahbana, D dan Bahalwan, R.R., 2002, Seri Referensi Herbal: Pesona
Tradisional dan Ilmiah Buah Mengkudu (Morinda citifolia L.), 5-20, Salemba Medika, Jakarta
Thompson, Lex A.J., Evans, Barry., Terminalia Cattappa (tropical almond),
www.traditionaltree.org, diakses tanggal 13 April 2006 Wardani, T., 2003, Pengaruh Penambahan EM-4 (Effective Microorganism-4)
terhadap Kadar Kurkumin pada Maserasi Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yoyakarta
Wiyatsih, Esti., 2007, Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Kloroform Ekstrak
Metanolik Herba Ketul (Bidens pilosa L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 1. Tabel nilai koefisien korelasi (r)
Nilai kepercayaan (r) pada beberapa taraf kepercayaan disajikan pada tabel
berikut (Muth, 1999).
Taraf Kepercayaan Derajat bebas 0,1 0,5 0,01 0,001 1 0,988 0,997 0,999 1,000 2 0,900 0,950 0,990 0,999 3 0,805 0,878 0,959 0,991 4 0,730 0,811 0,917 0,974 5 0,669 0,755 0,875 0,951 6 0,622 0,707 0,834 0,925 7 0,582 0,666 0,798 0,898 8 0,549 0,632 0,765 0,872 9 0,521 0,602 0,735 0,847
10 0,497 0,576 0,708 0,823 Lampiran 2. Perhitungan rendemen
Bobot serbuk = 150 g
Bobot ekstrak etanol = 27,07 g
%100Re xserbukbobot
kentalekstrakbobotndemen =
%100150
07,27 xgg
=
= 18,05%.
Bobot fraksi etil asetat = 4,28 g
%100Re xserbukbobot
kentalfraksibobotndemen =
%100150
28,4 xgg
=
= 2,85%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 3. Gambar kromatogram uji kualitatif flavonoid
Pada fraksi etil asetat dengan fase diam: selulosa, fase gerak: n-butanol-asam asetat-air
(4:1:5) v/v, pengembangan: 10 cm.
Deteklsi: A: uap amonia, B: besi (III) klorida
1: rutin, 2: fraksi etil asetat
1 2
hRf
A
hRf
a b c
1 2
B
Lampiran 4. Contoh perhitungan % scavenging fraksi etil asetat buah ketapang
Rumus yang menyatakan besar penangkapan radikal hidroksil :
%100%tan
tantan xAbsorbansi
AbsorbansiAbsorbansiScavenging
kontrollaru
sampellarukontrollaru −=
% Scavenging
%51,46%1001,071
0,542-1,071 mg/ml 0,033 iKonsentras == x
%66,49%1001,071
0,507-1,071 mg/ml 0,067 iKonsentras == x
%83,52%1001,071
0,475-1,071 mg/ml 0,100 iKonsentras == x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
%61,56%1001,071
0,437-1,071 mg/ml 0,133 iKonsentras == x
%19,59%1001,071
0,411-1,071 mg/ml 0,167 iKonsentras == x
Lampiran 5. Perhitungan nilai ES50 fraksi etil asetat
Persamaan regresi linear dari % scavenging
Y = 96,711 X + 43,289
Y = aktivitas antioksidan
X = konsentrasi fraksi etil asetat
ES50 adalah nilai X pada saat Y = 50
711,96289,43−
=YX
711,96289,4350 −
=X
X = 0,06939 mg/mL
= 69,39 µg/mL
Lampiran 6. Contoh perhitungan kadar flavonoid fraksi etil asetat
Data penimbangan sampel fraksi etil asetat replikasi 1
Neraca Bobot Fraksi (g) Analytical balance
Wadah 27,6264 Wadah + zat 27,6514
Semi micro balance Wadah 27,63255 Wadah + zat 27,65759
Zat 0,02494
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Mula-mula 25 mg ad 100 ml 0,025 g/100 mL
Diambil 250 µL ad 10 mL 0,00625 g/100 mL = 6,25 mg/100 mL
Konsentrasi fraksi etil asetat 6,25 mg%
Absorbansi = 0,246
Persamaan regresi linear dari kurva baku kuersetin
Y= 0,821 X + 0,073
Y = absorbansi larutan
X = kadar flavonoid ekivalen dalam mg%
821,0073,0−
=YX
821,0073,0246,0 −
=X
X = 0,2107 mg %
%100xasetatetilfraksikadar
flavonoidkadartotalflavonoidKadar =
%100%25,6
%2107,0 xmg
mgtotalflavonoidKadar =
= 3,376 %
Lampiran 7. Perhitungan A (1%, 1 cm)
Serapan jenis (A 1%, 1 cm) adalah serapan dari larutan 1 % zat terlarut dalam sel
dengan ketebalan 1 cm. Harga serapan jenis pada panjang gelombang tertentu dalam
suatu pelarut merupakan sifat dari zat terlarut. Jika a adalah daya serap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
cbAa.
=
A 1% = a x BM
A = absorbansi
a = serapan jenis
b = tebal kuvet = 1 cm
c = konsentrasi (mg %)
Untuk Kuersertin 1
BM = 338,27
c = 0,2448 mg %
A = 0,248
cbAa.
=
%2448,01248,0
mgcma
×=
a = 1,01307cm-1 mg %-1
A (1%, 1 cm) = a x BM
= 1,01307 x 338,27
= 342,691
Untuk Kuersertin 2
BM = 338,27
c = 0,4080 mg %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
A = 0,417
cbAa.
=
%4080,01417,0
mgcma
×=
a = 1,02206 cm-1 mg %-1
A (1%, 1 cm) = a x BM
= 1,02206 x 338,27
= 345,732
Untuk Kuersertin 4
BM = 338,27
c = 0,2448 mg %
A = 0,284
cbAa.
=
%2448,01284,0
mgcma
×=
a = 1,16013 cm-1 mg %-1
A (1%, 1 cm) = a x BM
= 1,16013 x 338,27
= 392,437
Untuk flavonoid fraksi etil asetat replikasi 1
BM = 338,27
c = 0,2107 mg %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
A = 0,246
cbAa.
=
%2107,01246,0
mgcm a
×=
a = 1,16754 cm-1 mg %-1
A (1%, 1 cm) = a x BM
= 1,16754 x 338,27
= 566,738
Untuk flavonoid fraksi etil asetat replikasi 2
BM = 338,27
c = 0,2071 mg %
A = 0,243
cbAa.
=
%2071,01243,0
mgcma
×=
a = 1,17335 cm-1 mg %-1
A (1%, 1 cm) = a x BM
= 1,17335 x 338,27
= 396,909
Untuk flavonoid fraksi etil asetat replikasi 3
BM = 338,27
c = 0,2010 mg %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
A = 0,238
cbAa.
=
%2010,01238,0
mgcma
×=
a = 1,18408 cm-1 mg %-1
A (1%, 1 cm) = a x BM
= 1,18408 x 338,27
= 400,539
Jenis flavonoid A c a A (1%, 1 cm)
Kuersetin 1 0,248 0,2448 1,01307 342,691
Kuersetin 2 0,284 0,2448 1,16013 392,437
345,732 Kuersetin 4 0,417 0,4080 1,02206
Fraksi replikasi 1 0,246 0,2107 1,16754 566,738
Fraksi replikasi 2 0,243 0,2071 1,17335 396,909
Fraksi replikasi 3 0,238 0,2010 1,18408 400,539
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
6407.507782.17024
.367
.367-.215.899.394
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
SRPN
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Oneway
Descriptives
SRPN
3 360.2867 27.8844916 16.09912 291.017750 429.555584 342.6910 392.43703 454.7287 97.0199067 56.01447 213.717858 695.739476 396.9090 566.73806 407.5077 82.1702518 33.54586 321.275276 493.740057 342.6910 566.7380
1.00002.0000Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SRPN
7.477 1 4 .052
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
SRPN
13378.937 1 13378.937 2.626 .18020380.814 4 5095.20433759.751 5
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 8. Foto-foto
Gambar 25. Buah ketapang
Gambar 24. Pohon ketapang
Gambar 26. Daun ketapang Gambar 27. Bunga ketapang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Gambar 29. Fraksi etil asetat buah ketapang
Gambar 28. Ekstrak kental buah ketapang
Gambar 30. Perkolator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 9. Surat determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 10. Sertifikat analisis deoksiribosa
2-Deoxy-D-ribose, cell culture tested
Product Name
Product Number D5899
Product Brand Sigma
CAS Number 533-67-5
Molecular Formula C5H10O4
Molecular Weight 134.13
Storage Temp 2-8°C
TEST SPECIFICATION LOT 084K0971 RESULTS
APPEARANCE WHITE TO OFF-WHITE POWDER OFF-WHITE POWDER
CLEAR TO SLIGHTLY HAZY COLORLESS TO LIGHT YELLOW SOLUTION AT 100MG/ML IN WATER
CLEAR FAINT YELLOW SOLUBILITY
-54 TO -58 DEG (C = 1 IN WATER AT 20DEGC)
SPECIFIC ROTATION -57 DEG
PURITY BY GAS CHROMATOGRAPHY
NLT 99% 99%
CELL CULTURE TEST PASS PASS
QC RELEASE DATE AUGUST 2004
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 11. Sertifikat analisis rutin
Rutin hydrate, ≥95% (HPLC), powder
Product Name
Product Number R5143
Product Brand Sigma
CAS Number 207671-50-9
Molecular Formula C27H30O16 · xH2O
Molecular Weight 610.52 (anhydrous basis)
TEST SPECIFICATION LOT 073K0099 RESULTS
APPEARANCE YELLOW-GREEN POWDER CONFORMS
CLEAR TO SLIGHTLY HAZY YELLOW TO BROWN SOLUTION AT 50MG/ML IN PYRIDINE
SOLUBILITY CLEAR BRIGHT YELLOW
LOSS ON DRYING 5.5 TO 9.0% 6.6%
EMM = 21.8 TO 22.8 AT LAMBDA MAX 256 TO 258NM IN METHANOL
EMM = 22.5 AT LAMBDA MAX 257NM
UV-VIS SPECTRUM *
PURITY BY HPLC MINIMUM 95% 97%
* DRY BASIS
QC RELEASE DATE JULY 2003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 12. Sertifikat analisis kuersetin
Quercetin dihydrate, ≥98% (HPLC), powder
Product Name
Product Number Q0125
Product Brand Sigma
CAS Number 6151-25-3
Molecular Formula C15H10O7 · 2H2O
Molecular Weight 338.27
TEST SPECIFICATION LOT 015K1225 RESULTS
YELLOW TO YELLOW WITH A GREEN TO BROWN CAST POWDER
APPEARANCE YELLOW POWDER
DARK RED SOLUTION AT 200 MG PLUS 4 ML OF 1 M SODIUM HYDROXIDE
SOLUBILITY CONFORMS
PURITY BY HPLC NOT LESS THAN 98% 99%
QC RELEASE DATE JANUARY 2005
PRODUCT CROSS REFERENCE INFORMATION
REPLACEMENT FOR ALDRICH #171964
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 12. Asam urat sebagai antioksidan
Sebagai chain breaking antioxidant, akan bereaksi dengan radikal peroksil ROO•,
dan merupakan donor elektron.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Biografi Penulis
Penulis skripsi berjudul Uji Aktivitas Antioksidan dan
Penentuan Kandungan Senyawa Flavonoid Total Fraksi Etil
Asetat Buah Ketapang (Terminalia cattapa L.) bernama
lengkap Yovita Dwi Arini. Dilahirkan pada tanggal 2 Februari
1985, di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Timur. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara
pasangan MC. Putut Supriyanto H.S dan Herce Olga
Rondonuwu.
Riwayat pendidikan penulis dimulai tahun 1989 - 1991 di TK Katolik Santa Maria,
Rembang. Tahun 1991-1997 di SDK Santa Maria Rembang. Pada Tahun 1997-2000
melanjutkan di SLTPN 2 Rembang. Tahun 2000-2003 merantau ke kota Surakarta dan
menempuh pendidikan di SMU Regina Pacis ”Ursulin” Solo. Tahun 2003 penulis
melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Univevrsitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan antara lain :
PSF Veronica sebagai penyanyi alto; Apotek Music ’04 sebagai sie. Publikasi dan
Dokumentasi; Panitia Pelepasan Wisuda bulan November ’04 sebagai sie. Penerima
Tamu; Panitia Bakti Sosial 5 Fakultas di Paingan; Panitia Ziarah 6 Fakultas tahun 2004
(Koordinator sie. konsumsi) dan 2005 (Bendahara); Herba Garden Team, pernah
menjabat menjadi ketua pada tahun 2005; Pharmacy Performance ’05 sebagai
Koordinator sie. Keamanan; TITRASI ’05 sebagai bendahara. Menjabat pengurus BEMF
2004-2005 sebagai bendahara 2 dan pada periode 2005-2006 menjabat sebagai bendahara
1. Pernah juga menjadi Panitia Misa Raya Mahasiswa se Jogja tahun 2004 sebagai sie.
Dekorasi. Menjadi Asisten praktikum Botani Dasar, praktikum Farmakologi dan
praktikum Analisis Sediaan Obat Tradisional selama menjalani masa perkuliahan.
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI