plagiat merupakan tindakan tidak terpuji metode … · 2017-12-18 · dalam penelitian ini...
TRANSCRIPT
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA
DAN AMANAT NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK
KARYA AHMAD TOHARI UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA KELAS XII SEMESTER II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
SESILIA INDAH LISTYORINI
NIM. 121224038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA
DAN AMANAT NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK
KARYA AHMAD TOHARI UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA KELAS XII SEMESTER II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
SESILIA INDAH LISTYORINI
NIM. 121224038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasihku kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai, memberikan
kelancaran, serta sebagai sumber kekuatan dan pengharapan.
2. Mereka yang sangat aku sayangi, kedua orang tuaku. Aloysius Joko Purwono,
S.Pd. dan G. Retno Giriwati, S.Kep., serta kedua adikku, Albertus Agung
Prasetyo dan Maria Indah Pratiwi yang senantiasa memberikan doa,
semangat, dan penghiburan.
3. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan
semangat, dukungan, dan penghiburan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya.”
(Matius 21: 22)
“Segala yang dibutuhkan adalah keyakinan dan kepercayaan.”
(Peter Pan/Peter Pan)
“Percayalah bahwa kamu bisa, maka kamu akan akan bisa melakukannya.”
(Mulan/Princess Stories)
“Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari
Tuhan, dan aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada
waktu yang telah Ia tetapkan.”
(Anonim)
“Nikmati setiap prosesnya, karena semua ada waktunya. Mungkin kita ingin tepat
pada waktunya, tetapi Tuhan telah merencanakan waktu yang tepat untuk kita.”
(Sesilia Indah Listyorini)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Listyorini, Sesilia Indah. 2016. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel “Di Kaki Bukit Cibalak” Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester II. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra di SMA untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak yang menggambarkan tema dan amanat. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik membaca dan teknik mencatat. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmand Tohari bagi siswa kelas XII semester II dapat dilakukan melalui beberapa langkah yang terdapat dalam metode inkuiri. Dari hasil analisis data dan pembahasan ditemukan dua tema dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Tema pertama adalah mengenai konflik antara pemuda desa dengan lurah desanya, dan tema kedua adalah tentang percintaan antara laki-laki dan perempuan. Tema pertama merupakan tema utama (tema mayor), sedangkan tema kedua merupakan tema tambahan (tema minor). Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari juga termasuk dalam pengklasifikasian jenis tema fisik, jenis tema sosial, jenis tema egoik. Terdapat pula beberapa amanat di dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II dapat diterapkan. Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA bagi siswa kelas XII semester II. Materi yang digunakan di dalam RPP sesuai dengan KI dan KD yang terdapat dalam Kurikulum 2013. Dalam RPP peneliti memilih KD 3.3, yaitu menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan.
Kata kunci : Metode Inkuiri, Pembelajaran Sastra di SMA, Novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Listyorini, Sesilia Indah. 2016. Inquiry Method in Learning Theme and Message of “Di Kaki Bukit Cibalak” Novel by Ahmad Tohari for Literature Learning in Senior High School Class XII Second Semester. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Language and Art Education Department, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research analyzes the implementation of inquiry method in teaching literature in high school to find the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari. The aims of this research is to describe the implementation of inquiry method in literature learning to find out the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari for high school’s
students in class XII of second semester. The type of this research was descriptive qualitative research. The data
was in the form of sentence and paragraph quotes in Di Kaki Bukit Cibalak novel which describes the theme and message. Data sources in this research were obtain from Di Kaki Bukit Cibalak novel. Data gathering technique in this research used reading and recording technique. The instrument of this research was the researcher herself.
The result of this research showed that the implementation of inquiry method toward literature learning to find out the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari for senior high school’s students in clas XII of second semester could apply through some steps which was included in inquiry method. From the result of analysis data and discussion, it was found two themes in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari. First theme was about the conflict between the swain and the headman, and the second theme was the romance between the man and woman. The first theme was major theme and the second theme was minor theme. Di Kaki Bukit Cibalak by Ahmad Tohari was included in the classification of physic theme, social theme, and egoic theme. There are also several messages in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari.
Based on data analysis and discussion, the researcher can conclude that implementation of inquiry method toward learing literature to find out the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari for high school’s
students in class XII of second semester can be applied. Related to learning in school, the researcher arranged the syllabus and teaching plan which could be used as material for literature learning in senior high school for students in class XII of second semester. The material which was used in the teaching plan was suitable with KI and KD in 2013 Curriculum. In the teaching plan, the researcher chose KD 3.3; which was analyzing history story, news, advertisement, editorial/opinion, and fiction both in oral and written. The syllabus and teaching plan could be one of the alternatives in literature learning in senior high school of class XII second semester by using inquiry method.
Keywords : Inquiry Method, Teaching Literature in High School, Novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang
senantiasa menyertai dan memberikan jalan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema
dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk
Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester II”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
dalam Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan
Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan
pendampingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah berkenan membimbing, mengarahkan, memberi masukan, dan
memotivasi penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Septina Krismawati, S.S., M.A. yang dengan sabar, tulus dan ikhlas berkenan
memberi pengarahan dan masukan kepada penulis hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
dengan tulus dan ikhlas mendidik, membimbing, mengarahkan, memberikan
ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6. Segenap karyawan sekretariat PBSI, terutama R. Marsidiq yang telah
membantu memberikan pelayanan dengan baik, memberikan informasi dan
pengarahan dalam hal administrasi.
7. Kedua orang tua penulis, Aloysius Joko Purwono, S.Pd. dan G. Retno
Giriwati, S.Kep., yang senantiasa memberikan doa, semangat, motivasi,
dukungan, kasih sayang, dan kepercayaan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTO ....................................................................................... v
HALAMAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Definisi Istilah ............................................................................. 8
F. Sistematika Penyajian ................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI.... ................................................................... 11
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................ 11
B. Kajian Teori ................................................................................ 15
1. Metode Inkuiri ........................................................................ 15
a. Konsep Pembelajaran Inkuiri ............................................ 15
b. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri ................................... 17
c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri .............................. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri ................................ 19
e. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri ........................... 20
f. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri ...................... 22
2. Novel ...................................................................................... 23
a. Pengertian Novel ............................................................... 23
b. Unsur-Unsur Novel ........................................................... 24
1) Tema................................................................................ 25
a) Jenis Tema .................................................................. 26
b) Penafsiran Tema ......................................................... 27
2) Amanat ........................................................................... 29
3. Pengajaran Sastra di SMA ..................................................... 30
4. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ............... 31
5. Silabus .................................................................................... 33
a. Komponen Silabus ............................................................ 33
6. RPP ......................................................................................... 34
b. Komponen RPP ................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 37
B. Metode Penelitian ....................................................................... 37
C. Data dan Sumber Data ................................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 38
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 39
G. Penyajian Data ............................................................................ 40
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 41
A. Deskripsi Data ............................................................................. 41
B. Langkah-langkah Metode Inkuiri untuk Mencari Tema dan
Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari ..... 42
a. Analisis dan Pembahasan Tema Novel Di Kaki Bukit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Cibalak ............................................................................. 59
b. Analisis dan Pembahasan Amanat Novel Di Kaki Bukit
Cibalak .............................................................................. 80
C. Langkah-Langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri dalam
Mencari Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari ............................................................................ 104
D. Silabus ......................................................................................... 106
E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................ 106
Bab IV PENUTUP ………………… ........................................................... 108
A. Simpulan……. ............................................................................ 108
B. Implikasi……. ............................................................................ 109
C. Saran .......................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ………………………. ............................................... 112
LAMPIRAN ………………………. .............................................................. 115
BIODATA PENULIS ………………………. ............................................... 161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ........................................................................................ 115
Lampiran 2. RPP .............................................................................................. 121
Lampiran 3. Bagian Kesembilan Novel Di Kaki Bukit Cibalak
Karya Ahmad Tohari .................................................................. 145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan potensi siswa.
Dalam pembelajaran diperlukan suatu proses yang relevan demi tercapainya
pendidikan yang berkualitas. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut tidak
mudah. Masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam dunia
pendidikan saat ini, salah satunya mengenai penggunaan metode pembelajaran
yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran. Metode pembelajaran adalah
salah satu cara yang dipergunakan guru untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Siregar, 2011: 80). Pemilihan metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Realitanya, saat ini
masih ada beberapa guru yang kurang memperhatikan penggunaan metode yang
tepat dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang bersifat tradisional
seperti ceramah masih menjadi metode pembelajaran yang dominan dalam proses
pembelajaran di kelas.
Selain itu, masalah yang masih sering muncul dalam dunia pendidikan
saat ini adalah kurangnya minat membaca dan minimnya rasa ingin tahu siswa
terhadap suatu informasi. Akibatnya, ketika siswa diberi suatu pertanyaan yang
belum pernah ia ketahui sebelumnya, siswa cenderung diam dan tidak mencoba
menjawab. Siswa lebih senang menunggu guru memberikan informasi terkait
dengan bahan pembelajaran daripada mencari tahunya terlebih dahulu. Padahal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
saat ini dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih aktif. Paling tidak,
siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pembelajaran yang akan dibahas di
kelas.
Pemilihan metode pembelajaran sangat penting dalam suatu proses
pembelajaran. Hal tersebut betujuan menarik minat peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran. Sebagai calon guru, diharapkan mampu menemukan metode
pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
metode pembelajaran berbasis inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2012: 195). Dengan menggunakan
metode inkuiri, diharapkan peserta didik mampu terlibat aktif dalam suatu proses
pembelajaran, serta mampu menjawab setiap permasalahan yang timbul dalam
suatu proses pembalajaran. Selain itu, dengan menggunakan metode pembelajarn
inkuiri, dapat meningkatkan minat membaca peserta didik.
Pembelajaran sastra tidak pernah lepas dari pelajaran Bahasa Indonesia,
begitu pula sebaliknya. Hal ini dibutikan bahwa konten pembelajaran sastra dapat
diselipkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Terlebih dalam
kurikulum 2013 yang pembelajarannya lebih menekankan pada pembentukan
sikap. Pembelajaran sastra dapat menjadi salah satu konten yang dapat diberikan.
Berbicara mengenai sastra, yang timbul dalam benak sebagian orang
adalah berbicara pula tentang fiksi. Fiksi pada dasarnya terbagi menjadi tiga
genre, yakni novel atau roman, cerita pendek, dan novelette (novel pendek). Novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dalam arti luas berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran
yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter
yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting
cerita yang beragam pula. Novel juga menyuguhkan tokoh dan serangkaian
peristiwa yang disusun dalam sebuah latar dan alur yang urut dan
berkesinambungan.
Dalam dunia pendidikan, novel dapat menjadi sarana untuk memperkaya
bacaan siswa. Novel dapat pula digunakan sebagai media pembelajaran oleh guru.
Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup
mudahnya karya tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya
masing-masing secara perseorangan (Rahmanto, 1988: 66). Pemilihan novel yang
akan digunakan sebagai media pembelajaran sastra perlu dipertimbangkan,
tujuannya agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Sebagai contoh, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari sebagai media pembelajaran sastra. Dengan menggunakan novel tersebut,
kiranya dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran sastra.
Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari menceritakan
mengenai kecurangan politik yang terjadi di Desa Tanggir. Cerita berawal dari
penggambaran perubahan yang terjadi di Desa Tanggir yang dulunya sangat
alami, dan khas alam pedesaan, kemudian berubah menjadi suasana yang kacau
dan bising. Ditambah pula dengan penyimpangan yang terjadi dalam bidang
politik yang dilakukan oleh lurah baru Desa Taggir membuat desa tersebut
menjadi tidak berkembang. Dari kejadian itu, sosok Pambudi muncul sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tokoh yang sangat menentang kecurangan-kecurangan yang terjadi di desa
tersebut.
Akan tetapi, Pambudi yang bermaksud ingin menyelamatkan desanya
dari kecurangan yang dilakukan oleh lurah yang baru, malah tersingkir ke
Yogyakarta. Di sana Pambudi bertemu dengan teman lama yang memintanya
meneruskan belajar sambil bekerja di sebuah toko. Di toko itu pula, Pambudi
mulai dekat dengan anak pemilik toko yang bernama Mulyani. Tak lama Pambudi
bekerja di toko tersebut, ia pun pindah bekerja di sebuah media surat kabar.
Melalui surat kabar itu, Pambudi melanjutkan perlawanannya terhadap lurah Desa
Tangir yang curang, dan usahanya pun berhasil. Di sisi lain, Pambudi telah
kehilangan gadis desa yang dicintainya karena sewaktu Pambudi berada di
Yogyakarta, gadis itu telah dinikahi oleh lurah desa tersebut. Namun Pambudi
telah mendapat gantinya, yaitu anak pemilik toko tempatnya bekerja dulu.
Pambudi dan Mulyani akhirnya saling menyatakan perasaannya meski harus
mengalami pergulatan batin.
Peneliti memilih novel ini karena novel ini dirasa baik jika digunakan
sebagai media pembelajaran di kelas. Hal tersebut dilihat dari pendapat
masyarakat yang telah membaca novel ini. Novel ini menceritakan mengenai
masalah sosial dan politik yang masih sering terjadi hingga saat ini. Walaupun
sebenarnya novel ini adalah novel lama, akan tetapi cerita yang diangkat masih
sering terjadi dan dekat dengan masyarakat sekarang ini. Selain itu, banyak nilai-
nilai yang dapat dipetik dari novel ini, seperti nilai sosial, nilai politik, nilai moral,
dan nilai pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan nilai-nilai tersebut, peneliti memilih novel Di Kaki Bukit
Cibalak sebagai media dalam proses pembelajaran sastra. Selain banyak nilai-nilai
yang dapat diperoleh, novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Novel ini juga
dapat dikatakan sebagai bacaan ringan karena jumlah halaman yang terdapat
dalam novel tidak terlalu banyak, sekitar 176 halaman. Bahasa yang digunakan
dalam novel ini jelas dan mudah dimengerti sehingga memudahkan pembaca
mengikuti jalan cerita dalam novel ini. Walaupun novel ini adalah novel lama,
novel ini telah dicetak kembali pada tahun 2014 dengan tampilan yang lebih
menarik. Cerita dan pesan moral yang terdapat dalam novel ini pun dekat dengan
kehidupan sehari-hari, maka baik digunakan sebagai bahan dalam pembelajaran
sastra di sekolah.
Alasan lain peneliti menggunakan novel ini sebagai media pembelajaran
karena pengarangnya. Ahmad Tohari merupakan salah satu penulis yang dikenal
oleh masyarakat khususnya di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai
karyanya yang cukup terkenal, baik berupa novel ataupun cerita pendek. Ahmad
Tohari merupakan penulis yang pada umumnya setiap karyanya menyoroti
mengenai masalah sosial. Selain itu, Ia juga merupakan salah satu penulis yang
dapat membayangkan pemandangan khas suatu pedesa dalam setiap tulisannya.
Karya-karyanya yang terkenal antara lain, Kubah (novel, 1980), Ronggeng Dukuh
Paruk (novel, 1982), Litang Kemukus Dini Hari (novel, 1985), Jantera Bianglala
(novel, 1986), Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986), Senyum Karyamin (kumpulan
cerita pendek, 1989), Bekisar Merah (novel, 1993), Lingkar Tanah Lingkar Air
(novel, 1995), Nyanyian Malam (kumpulan cerita pendek, 2000), Belantik (novel,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2001), Orang-orang Proyek (novel, 2002), Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerita
pendek, 2004), Mata Yang Enak Dipandang (kumpulan cerita pendek, 2013).
Peneliti memilih judul “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan
Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran
Sastra di SMA Kelas XII Semester II” karena peneliti menyadari bahwa sebagai
calon guru, peneliti diharapkan mampu menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta mampu mengajak peserta didiknya
untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan
menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran, diharapkan dapat memacu
siswa untuk lebih aktif dalam menggali informasi serta pengetahuan. Selain itu,
dengan metode inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran sastra, diharapkan
dapat menciptakan minat peserta didik dalam hal membaca. Alasan lain peneliti
memilih judul penelitian tersebut karena peneliti menyadari bahwa sebagai calon
guru, peneliti diharapkan mampu memanfaatkan berbagai media dalam preses
pembelajaran di sekolah, termasuk novel yang digunakan peneliti dalam
penelitian kali ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana implimentasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk
mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi metode inkuiri dalam
pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Secara Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam pembelajaran sastra. Selain itu, memberikan wawasan untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif dan menarik dengan menggunakan metode inkuiri
dalam rangka meningkatkan prestasi siswa.
2. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pihak-pihak berikut.
a. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat membaca siswa.
Selain itu, untuk merangsang siswa supaya aktif dalam setiap pembelajaran
terutama dalam pembelajaran sastra.
b. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan
motivasi bagi guru sebagai fasilitator yang baik untuk menciptakan suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
belajar yang menyenangkan. Selain itu, dapat menambah alternatif bahan
pembelajaran secara khusus dalam pembelajaran sastra.
c. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada peneliti
lain, khususnya pengetahuan tentang pembelajaran dengan menggunakan
metode inkuiri atau dengan metode lainnya.
E. Definisi Istilah
Berikut adalah batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Metode inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,
2012: 195).
2. Novel
Novel dapat diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku (Nurgiyantoro,
2007: 10).
3. Tema
Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan
yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko dan
Rahmanto, 1986: 142).
4. Amanat
Amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca atau penonton (Wiyatmi, 2006: 49).
5. Pengajaran Sastra
Yang dimaksud dengan pengajaran sastra adalah pengajaran yang
menyangkut seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra,
Kritik Sastra, Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra (Ismawati, 2013: 1).
6. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran (Salinan Permendikbud No. 65 Tahun 2013
dalam Priyatni, 2014: 61).
7. RPP
RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih (Salinan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 dalam Priyatni, 2014:
61).
F. Sistematika Penyajian
Hasil penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bab II merupakan landasan teori. Dalam bagian ini akan diuraikan
penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori yang digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini. Sistematika pada bagian ini terdiri
penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori.
Bab III merupakan metodologi penelitian. Dalam bagian ini
dikemukakan tentang metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode
penelitian meliputi jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, penyajian
data.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang
deskripsi data dan analisis data. Segala hasil penelitian dan pembahasan akan
dipaparkan secara terperinci pada bagian ini.
Bab V merupkan penutup dari penelitian ini. Bagian ini berisikan
simpulan dari seluruh isi penelitian ini dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Peneliti memperoleh tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Judul-judul penelitian tersebut adalah (1)
“Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA pada
Siswa Kelas V SDN 5 Mayonglor Kabupaten Jepara” yang diteliti oleh Bahrudin
Ardi, A. Ma, (2) “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Alur dan Tokoh Novel
Hilangnya Halaman Rumahku Karya Gregorius Budi Subanar untuk
Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I” yang diteliti oleh Delsiana Yos
Sudarso Ngaga, dan (3) “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tema dan
Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang Karya Nh. Dini untuk Siswa
SMA Kelas XI Semester I” yang diteliti oleh Maria Srilestari Handayani Lalong.
Penelitian pertama merupakan penelitian Ardi (2013) yang ingin melihat
bahwa dengan menggunakan metode inkuiri terdapat peningkatan dalam
keterampilan guru, aktifitas siswa, dan hasil belajar siswa pada kelas V SDN 5
Mayonglor Jepara. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA menggunakan metode inkuiri. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Ardi
merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitiannya adalah siswa
kelas V SDN 5 Mayonglor Jepara. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah tes dan observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Relevansi penelitian Ardi (2013) dan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas. Adapun
perbedaan penelitian Ardi dengan penelitian peneliti adalah subjek penelitian yang
dilakukan Ardi adalah siswa kelas V SDN 5 Mayonglor Jepara, sedangkan subjek
penelitian peneliti adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yang
diimplementasikan dalam pemebelajaran sastra di SMA kelas XII semester II.
Pembelajaran yang diajarkan juga berbeda. Ardi menggunakan metode inkuiri
dalam pembelajaran IPA, sedangkan peneliti menggunakannya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia khusunya dalam bidang sastra. Selain itu, terdapat
perbedaan jenis penelitian. Penelitian Ardi berjenis penelitian tindakan kelas,
sedangkan penelitian peneliti berjenis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan Ardi dengan cara tes dan wawancara, sedangkan teknik
pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan teknik baca dan catat.
Penelitian kedua merupakan penelitian Ngaga (2015) yang membahas
tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran alur dan tokoh novel
Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar untuk pembelajaran
sastra di SMA kelas XI semester I. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ngaga
menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat digunakan dalam pembelajaran sastra
di SMA kelas XI Semester I. Dalam penelitiannya, Ngaga membahas tentang
novel, alur, tokoh dan penokohan dalam sebuah novel, konsep pembelajaran
konteksual yang di dalamnya terdapat metode inkuiri, pembelajaran sastra di
SMA, silabus, dan RPP. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Ngaga berjenis
penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode deskriptif, dan teknik baca dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
catat. Ngaga menggunakan novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius
Budi Subanar sebagai subjek penelitiannya.
Relevansi penelitian Ngaga (2015) dan penelitian peneliti adalah sama-
sama meneliti tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra di
SMA. Persamaan lain adalah kesaman jenis penelitian, metode dan teknik. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan
metode deskriptif. Teknik yang digunakan adalah baca dan catat. Adapun
perbedaan, yaitu terletak pada topik yang dicari dalam pembelajaran sastra. Ngaga
menggunakan pembelajaran sastra untuk mencari alur, tokoh dan penokohan
dalam novel, sedangkan penelitian peneliti menggunakan pembelajaran sastra
untuk mencari tema dan amanat dalam novel. Subjek penlitian Ngaga adalah
novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar, sedangkan
subjek penelitian peneliti adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari. Jenjang kelas yang digunakan juga berbeda. Ngaga menggunakan jenjang
SMA kelas XI semester I, yang sesuai dengan KTSP, sedangkan peneliti
menggunakan jenjang SMA kelas XII semester II, yang sesuai dengan Kurikulum
2013.
Penelitian ketiga merupakan penelitian Lalong (2015) yang membahas
tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran tema dan
amanat novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini untuk siswa
SMA kelas XI semester I. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
implementasi pendekatan kontekstual terhadap pembelajaran tema dan amanat
novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini dalam pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
sastra di kelas XI semester I dapat dilakukan. Dalam penelitian ini, Lalong
membahas tentang pendekatan kontekstual, novel, tema dan amanat, pembelajaran
sastra di SMA, silabus dan RPP. Jenis penelitian Lalong berjenis deskriptif
kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif, dan teknik baca dan catat.
Lalong memilih novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini sebagai
subjek penelitiannya.
Relevansi penelitian Lalong (2015) dan penelitian peneliti adalah sama-
sama meneliti tentang penggunaan suatu metode pembelajaran dalam
pembelajaran tema dan amanat suatu novel. Persamaan lain adalah kesaman jenis
penelitian, metode dan teknik. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif
kualitatif. Metode yang digunakan metode deskriptif. Teknik yang digunakan
adalah baca dan catat. Adapun perbedaan, yaitu terletak pada metode
pembelajaran yang digunakan. Lalong menggunakan pendekatan kontekstual,
sedangkan peneliti menggunakan metode inkuiri. Perbedaan selanjutnya terletak
pada subjek penlitian. Subjek penelitian lalong adalah novel Pondok Baca
Kembali ke Semarang karya Nh. Dini, sedangkan subjek penelitian peneliti adalah
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Jenjang kelas yang digunakan
juga berbeda. Lalong menggunakan jenjang SMA kelas XI semester I, yang sesuai
dengan KTSP, sedangkan peneliti menggunakan jenjang SMA kelas XII semester
II, yang sesuai dengan Kurikulum 2013.
Berdasarkan tiga penelitian terdahulu, peneliti menemukan persamaan
dan perbedaan. Persamaan yang peneliti temukan adalah sama-sama memilih
metode inkuri sebagai metode pembelajaran. Antara Lalong (2015) dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
peneliti sama-sama memilih pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat
dalam novel. Persamaan lain adalah sama-sama menggunakan novel sebagai
subjek penelitiannya. Jenis penelitian, metode, dan teknik yang digunakan juga
sama.
Perbedaan yang peneliti temukan antara penelitian Ardi (2015) dengan
penelitian peneliti terdapat dalam masalah yang dibahas, jenis penelitian, metode
serta tekniknya. Subjek penelitian Ardi dengan peneliti juga berbeda.
Pembelajaran yang digunakan juga berbeda. Perbedaan penelitian Lalong (2015)
dengan penelitian peneliti terletak pada jenis metode pembelajarannya. Perbedaan
penelitian Ngaga (2015) dengan penelitian peneliti terletak pada pembelajarannya.
Walaupun sama-sama menggunakan novel sebagai subjek penelitiannya, antara
penelitian Lalong, Ngaga, dan peneliti memilih judul yang berbeda. Jenjang
pendidikan dan kurikulum yang dipilih juga berbeda. Dengan demikian, penelitian
yang akan dilakukan peneliti, berbeda dengan penelitian sebelumnya.
B. Kajian Teori
1. Metode Inkuiri
a. Konsep Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sund (dalam al-Tabany, 2014: 78), discovery merupakan bagian
dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan
lebih mendalam. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inquiry yang berarti
„pertanyaan‟, atau „pemeriksaan‟, „penyelidikan‟. Gulo (dalam al-Tabany, 2014:
78) menyatakan metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pendapat tersebut
hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kunandar (2010: 371)
bahwa pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang mendorong
siswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri.
Menurut Sanjaya (2012: 195), metode pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein
yang berarti „saya menemukan‟.
Sanjaya (2012: 195) juga mengatakan bahwa metode pembelajaran
inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini
siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Dalam
metode pembelajaran inkuiri siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Seluruh
aktivitas ditekankan kepada siswa secara maksimal untuk mencari dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menemukan jawaban dari permasalahan dalam proses pembelajaran. Guru
bertugas untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu (1) keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara
logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap
percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
b. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran inkuiri
menurut Sanjaya (2012: 197), yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang disampaikan.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan
tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran
biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh
sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan
syarat utama dalam melakukan inkuiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada
kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat
dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan
yang tersaji. Dalam pembelajaran berbasis inkuiri ini, yang menjadi perhatian
utama, yaitu proses pemetaan masalah dan kedalaman pemahaman atas masalah
yang menghasilkan penyajian solusi atau jawaban yang valid dan meyakinkan.
Siswa bukan hanya mampu untuk menjawab pertanyaan „apa‟, tetapi juga
mengerti jawaban dari pertanyaan „mengapa‟ dan „bagaimana‟ (Anam, 2015: 8-9).
Pembelajaran berbasis inkuiri sendiri bertujuan mendorong siswa
semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imajinasi, siswa
dibimbing untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik yang berupa
penyempurnaan dari yang telah ada, maupun menciptakan ide, gagasan, atau alat
yang belum pernah ada sebelumnya (Anam, 2015: 9). Di sisi lain, Trianto (2007:
135) berpendapat bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan
cara bagi siswa membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan
berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Menurut Hosnan (2014: 342), ada lima prinsip yang harus diperhatikan
ketika menggunakan metode pembelajaran inkuiri dalam sebuah proses
pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2. Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan pendidik bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri.
3. Prinsip bertanya
Peran pendidik yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah
pendidik sebagai penanya, sebab kemampuan peserta didik untuk menjawab
setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir. Karena itu, kemampuan pendidik untuk bertanya dalam setiap
langkah inkuiri sangat diperlukan.
4. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat jumlah fakta, melainkan belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak
secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
5. Prinsip keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas pendidik adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
e. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Sanjaya (2012: 199), berpendapat bahwa secara umum proses
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi dalam
pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Melalui proses ini siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Teka teki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka teki yang mengandung
konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah
dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan
setiap individu untuk menebak (berhipotesis) suatu permasalahan. Manakala
individu dapat membuktikan tebakannya, ia akan sampai pada posisi yang
bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumukan kesimpulan
merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
f. Kelebihan dan Kekurang Metode Inkuiri
Suatu metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya
dalam suatu proses pembelajaran. Begitu pula dengan metode inkuiri ini. Berikut
merupakan beberapa keunggulan yang dimiliki metode pembelajaran inkuiri
menurut Shoimin (2014:86).
1. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga
pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran inkuiri ini juga memiliki
beberapa kelemahan sebagai berikut.
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, strategi ini tampaknya akan sulit
diimplementasikan.
2. Novel
a. Pengertian Novel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) disebutkan bahwa
novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita pendek
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat setiap pelaku. Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti
„sebuah barang baru yang kecil‟, yang kemudian diartikan sebagai „cerita pendek
dalam bentuk prosa‟ (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 9). Dalam istilah
Indonesia novella memiliki arti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup,
tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2007: 9).
Novel mempunyai kesempatan lebih banyak dalam mengetengahkan ide,
lengkap dengan uraian dan jabaran, menjadikan jenis karya sastra ini tak ubahnya
menyajikan kehidupan yang utuh. Tarigan (2012: 16) menyatakan, novel adalah
suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan,
representatif dalam suatu alur. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang
memiliki unsur-unsur yang lengkap. Novel ditulis dalam bentuk naratif yang
mengandung suatu konflik dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh ceritanya. Di
dalamnya disuguhkan serangkaian peristiwa yang disusun dalam sebuah latar dan
alur yang urut serta berkesinambungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Novel juga dapat diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di
sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku (Nurgiyantoro, 2007).
Novel kerap disebut sebagai suatu karya yang menceritakan bagian kehidupan
seseorang, seperti masa menjelang perkawinan; masa percintaan; atau bagian
kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan
sebagainya. Hal ini membuat novel dapat dijadikan inspirasi oleh pembacanya.
Selain dapat memberikan inspirasi kepada pembaca, novel juga dapat memberikan
kesenangan bagi pembacanya melalui penggambaran kehidupan para tokohnya.
b. Unsur-Unsur Novel
Novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang sifatnya
artistik. Sebagai karya fiksi, novel dibangun oleh unsur-unsur yang saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lain secara erat dan saling
menggantungkan. Nurgiyantoro (2007: 10) mengemukakan bahwa novel
merupakan karya sastra fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Nurgiyantoro (2007: 23) mengemukakan unsur intrinsik (intrinsic)
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
tersebut menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah
novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Unsur-unsur yang dimaksud, misalnya peristiwa, cerita, alur (plot), penokohan,
tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.
Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang memengaruhi
bangunan-bangunan cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian
di dalamnya (Nurgiyantoro, 2007: 23). Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan
membahas mengenai unsur intrinsik dalam novel, khususnya tema dan amanat
karena dalam praktinya terkadang siswa masih kebingungan dalam menentukan
tema dan amanat dalam sebuah cerita. Oleh sebab itu, peneliti memilih tema dan
amanat sebagai bagian yang hendak diteliti. Di bawah ini akan diuraikan
pengertian tema dan amanat.
1) Tema
Tema berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti
menempatkan, meletakan. Jadi, menurut arti katanya „tema' dapat diartikan
sebagai sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang ditempatkan (Keraf dalam
Wahyuningtyas, 2011: 2). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008)
disebutkan tema adalah pokok pikiran; dasar percakapan (yang dipercakapkan,
dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan sebagainya).
Hartoko dan Rahmanto (1986: 142), mengemukakan tema merupakan
gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di
dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan
atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam
karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan situasi tertentu. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema
bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu.
Tema merupakan makna cerita, tema pada dasarnya merupakan sejenis
komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara eksplisit maupun
implisit (Wiyatmi, 2006: 42). Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur
lainnya. Selain itu, juga berfungsi untuk melayani visi atau meresponsi pengarang
terhadap pengalaman totalnya dengan jagat raya (Sayuti, 2000: 192).
a) Jenis Tema
Tema dalam karya sastra menurut Waluyo (2011: 8) dapat
diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: (1) tema yang bersifat fisik; (2) tema
organik; (3) tema sosial; (4) tema egoik (reaksi pribadi); dan (5) tema devine
(Ketuhanan). Tema yang bersfiat fisik menyangkut inti cerita yang bersangkut
paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta, perjuangan mencari
nafkah, hubungan perdagangan, dan sebagainya. Tema yang bersifat organik atau
moral, menyangkut soal hubungan antara manusia, misalnya penipuan, masalah
keluarga, problem politik, ekonomi, adat, tatacara, dan sebagainya. Tema yang
bersifat sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Tema egoik atau reaksi
individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang
berlebihan, dan pertentanga individu. Tema devine (Ketuhanan) menyangkut
renungan yang bersifat religius hubungan manusia dengan Sang Khalik.
Selain lima jenis tema yang dikemukakan oleh Waluyo, terdapat pula dua
jenis tema yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 82), yaitu (1) tema utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(tema mayor), (2) tema tambahan (tema minor). Makna cerita dalam sebuah karya
fiksi-novel, mungkin saja lebih dari satu, atau lebih tepatnya lebih dari satu
interpretasi. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya menemukukan tema
utama cerita. Tema utama (tema mayor) adalah makna pokok cerita yang menjadi
dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Menentukan tema utama sebuah cerita
pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai,
di antara sejumlah makna yang ditafsirkan ada dikandung oleh karya sastra yang
bersangkutan. Makna yang hanya terdapat dalam bagian-bagian tertentu cerita
dapat diidentifikasi sebagai makna tambahan. Makna-makna tambahan inilah
yang dapat disebut sebagai tema-tema tambahan atau tema minor. Banyak
sedikitnya tema minor, tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan yang
dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel (Nurgiyantoro, 2007: 82-83).
b) Penafsiran Tema
Menentukan sebuah tema dalam sebuah novel bukanlah hal yang mudah.
Walaupun penulisan novel telah didasarkan pada tema atau ide tertentu, namun
tema tidak dapat ditemukan secara eksplisit. Tema hadir dalam dan bersamaan
dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Waluyo (2011: 9) mengemukakan
adanya lima cara penafsiran tema antara lain sebagai berikut: (1) jangan sampai
bertentangan dengan setiap rincian cerita; (2) harus dapat dibuktikan secara
langsung dalam teks; (3) penafsiran tema tidak hanya berdasarkan perkiraan; dan
(4) tema cerita berkaitan dengan rincian cerita yang ditonjolkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Hal tersebut sama dengan pendapat yang dikemukan oleh Stanton. Dalam
usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel, secara lebih khusus dan
rinci Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007) mengemukakan ada sejumlah kriteria
yang dapat diikuti seperti berikut.
Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan
tiap detail cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting.
Hal tersebut disebabkan pada detil cerita yang menonjol itulah yang dapat
diidentifikasi sebagai masalah atau konflik utama yang pada umumnya
merupakan sesuatu yang ingin disampaikan.
Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat
bertentangan dengan tiap detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre sastra,
merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap
dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur isi dan
sebagai sesuatu yang ingin disampaikan.
Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri
pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung
dalam novel yang bersangkutan. Tema tidak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan
perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita, atau informasi lain yang
kurang dapat dipercaya. Penentuan tema dari kerja yang demikian kurang dapat
dipertanggungjawabkan karena kurangnya bukti empiris.
Keempat, penafsiran tema sebuah novel harus mendasarkan diri pada
bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita.
Penunjukkan tema sebuah cerita haruslah dapat dibuktikan dengan data atau detil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
cerita yang terdapat dalam cerita itu, baik yang berupa bukti-bukti langsung,
maupun tak langsung (Nurgiyantoro, 2007: 87-88).
2) Amanat
Dalam sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran
moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Hal itulah yang disebut
dengan amanat. Jika permasalahan yang diajukan dalam cerita diberi jalan
keluarnya oleh pengarang, jalan keluar itu disebut dengan amanat (Sudjiman,
1991: 57).
Amanat disebut sebagai pesan yang mendasari cerita yang ingin
disampaikan pengarang kepada para pembaca. Menurut Wiyatmi (2006:49),
amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca atau penonton. Amanat dapat pula disebut dengan moral, atau
lebih tepatnya pesan moral. Amanat atau moral merupakan sesuatau yang ingin
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang
terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita
(Nurgiyantoro, 2007: 321).
Amanat dapat diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung oleh
pengarang. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menemukan amanat
dalam sebuah karya sastra, yaitu secara eksplisit dan implisit. Amanat dapat
diungkapkan secara eksplisit jika pada tengah atau akhir cerita, pengarang
menyampaikan seruan, saruan, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan
sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. Amanat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
diungkapkan secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan
dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir (Sudjiman, 1991: 57). Oleh
karena itu, untuk menemukan suatu amanat dalam sebuah karya sastra, kita tidak
cukup hanya membaca beberapa paragraf dari cerita novel tersebut. Namun untuk
mendapatkan amanat atau pesan moral dari sebuah novel, kita harus membaca
cerita tersebut hingga selesai.
3. Pengajaran Sastra di SMA
Pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menyangkut seluruh aspek
sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra
Perbandingan, dan Apresiasi Sastra (Ismawati, 2013: 1). Rahmanto (1988: 16),
mengemukakan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh
apabila mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) membantu keterampilan berbahasa,
(2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa, (4)
menunjang pembentukan watak.
Pengajaran sastra memiliki fungsi, yakni pengjaran sastra dapat
dikatakan sebagai wahana untuk belajar menemukan nilai-nilai yang terdapat
dalam karya sastra yang dipelajari, dalam suasana yang kondusif di bawah
bimbingan guru atau dosen. Selain itu, dalam pengajaran sastra dimungkinkan
tumbuhnya sikap apresiasi terhadap hal-hal yang indah, yang lembut, yang
manusiawi, untuk diinternalisasikan menjadi bagian dari karakter anak didik yang
akan dibentuk (Ismawati, 2013: 3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Adapun tujuan dari pengajaran sastra secara garis besar tujuan tersebut
dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka pendeknya adalah agar siswa mengenal cipta sastra dan
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengannya. Siswa juga dapat
memberikan tanggapan, menanyakan, tentang cipta sastra yang dibacanya, siswa
dapat menyelesaikan tugas-tugas pengajaran sastra. Tujuan pengajaran sastra
jangka panjang adalah terbentuknya sikap positif terhadap sastra dengan ciri siswa
mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap karya sastra dan dapat membuat indah
dalam setiap fase kehidupannya (Ismawati, 2013: 30).
4. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Inti (KI) merupakan penjabaran atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan atau jenjang pendidikan tertentu, yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif),
kognitif, dan psikomotor), yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran (Majid, 2014: 61). KI dirancang dalam empat
kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan keagamaan (KI 1), sikap
sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan penerapan pengetahuan (KI 4). Keempat
kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar (KD) dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif (Majid,
2014:61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kompetensi Dasar (KD) adalah kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari KI. KD adalah kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik dalam suatu mata pelajaran di kelas tertentu. KD setiap mata
pelajaran di kelas tertentu ini merupakan jabaran lebih lanjut dari KI, yang
memuat tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Priyatni, 2014:
19). Berikut ini akan dipaparkan KI dan KD yang akan digunakan sebagai materi
pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XII semester II.
Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar SMA Kelas XII
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya.
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan
akan keberadaan bahasa
Indonesia dan menggunakannnya
sesuai dengan kaidah dan konteks
untuk mempersatukan bangsa.
2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
2.5 Menunjukkan perilaku jujur,
peduli, santun, dan tanggung
jawab dalam menggunaan bahasa
Indonesia untuk memahami dan
menyajikan cerita fiksi dalam
novel.
3. Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
3.3 Menganalisis teks cerita sejarah,
berita, iklan, editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel baik
melalui lisan maupun tulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan
mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif
dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
4.3 Menyunting teks cerita sejarah,
berita, iklan, editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel sesuai
dengan struktur dan kaidah teks
baik secara lisan maupun tulisan.
5. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran (Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau
tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok
atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Majid, 2014: 207).
a. Komponen Silabus
Dalam Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
dinyatakan bahwa silabus paling sedikit memuat hal-hal berikut :
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan).
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A).
f. Materi pokok, muatan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menemukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
i. Aloksi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum
untuk satu semester atau satu tahun.
j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar yang relevan.
6. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih (Permendikbud No. 22
Tahun 2016). RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dengan kata lain, RPP dapat dikatakan sebagai sebuah rancangan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar tatap muka. RPP
dikembangkan untuk satu kegiatan tatap muka atau lebih.
b. Komponen RPP
Dalam Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016, RPP memuat banyak
komponen yang dipaparkan berikut.
a. Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan.
b. Identitas mata pelajaran dan tema/subtema.
c. Kelas/semester.
d. Materi pokok.
e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam sialbus dan KD yang harus dicapai.
f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
rekevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi.
i. Metode pembelajaran, digunakan oleh peserta didik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan
dicapai.
j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran.
k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber lain yang relevan.
l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan, pendahuluan, inti,
dan penutup.
m. Penilaian hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel
Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA
Kelas XII Semester II”, termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendekripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah maupun fenomena rekayasa manusia (Sukmadinata, 2011). Adapun
penelitian kualitatif menurut Moleong (2014: 6) adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang persepsi, motivasi, tindakan dan
lain sebagainya. Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
metode ilmiah. Jadi penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian
(Moleong, 2014: 6).
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif.
Dikatakan metode deskriptif karena penelitian ini nantinya menghasilkan data
tertulis berupa pendeskripsian tema dan amanat yang terkandung dalam novel
yang diamati. Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian
pada saat sekarang, berdasakan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Hadari, 2005: 73).
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan kalimat
atau paragraf dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak yang menggambarkan tema dan
amanat. Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah novel
yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Novel ini diterbitkan
pertama kali pada tahun 1994 oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Namun
pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan buku cetakan keempat yang
diterbitkan pada tahun 2014 oleh penerbit yang sama. Novel ini memiliki 176
halaman, dengan tebal 20 cm.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk
memperoleh data yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan
penelitian (Nasir, 2011). Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik
membaca dan mencatat. Peneliti membaca keseluruhan isi novel. Kemudian
peneliti mencatat bagian-bagian yang berkaitan dengan tema dan amanat dalam
novel. Teknik ini dilakukan karena data dalam penelitian ini berupa teks tertulis.
Peneliti harus cermat dan teliti dalam membaca setiap bagian novel untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
menemukan tema dan amanat dalam novel dengan menerapkan setiap tahapan
dalam metode pembelajaran inkuiri.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah mahasiswa peneliti sendiri (human
instrumen). Artinya, peneliti dengan pembelajaran novel yang dipilih berusaha
untuk mendeskripsikannya dan dikaitkan dengan metode pembelajaran inkuiri
yang ada dalam novel tersebut. Dalam melakukan kegiatan penelitian, peneliti
melakukannya dengan membaca dan memberikan tanda pada kalimat-kalimat
yang dimaksudkan. Data-data yang telah diperoleh kemudian diberi tanda,
sehingga memudahkan data untuk diolah.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Siddel (dalam Moleong, 2014: 248) analisis data kualitatif
prosesnya berjalan sebagai berikut: (1) mencatat hasil data lapangan, dengan
memberiberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan,
memilah-milah, mengklasifikasikan, mensitesiskan, membuat ikhtisar, dan
membuat indeksnya, (3) berpikir untuk membuat kategori data itu mempunyai
makna, dengan cata mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan umum.
Berdasarkan teori di atas peneliti akan menganalisis data tersebut dengan
langkah-langkah analisis data sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
1. Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari.
2. Melakukan studi pustaka dengan cara mencari dan mengumpulkan teori dari
berbagai sumber seperti buku, serta sumber referensi lain yang relevan.
3. Mengidentifikasi tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari.
4. Mendeskripsikan tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari.
5. Mendeskripsikan metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari
tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
bagi siswa SMA kelas XII semester II.
6. Menarik kesimpulan.
7. Menyajikannya dalam bentuk laporan dari hasil analisis data tentang tema
dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari.
G. Penyajian Data
Data yang disajikan dalam penelitian ini berupa paragraf. Paragraf
tersebut berisi tahap-tahap dalam pembelajaran inkuiri. Tahap-tahap tersebut
nantinya akan digunakan sebagai langkah untuk menganlisis tema dan amanat
dalam novel. Selain itu terdapat pula kutipan-kutipan kalimat dalam novel yang
berisi tema dan amanat. Tema dan amanat tersebut dicari secara terpisah. Jadi
peneliti akan menganalisis tema terlebih dahulu. Setelah tema dalam novel
tersebut selesai dianalisis, baru peneliti akan menganalisis amanat dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dikemukakan data yang ditemukan dalam novel Di
Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari secara keseluruhan. Data yang dianalisis
berupa kalimat dan paragraf dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak untuk
diimplementasikan dengan metode inkuiri dalam pembelajaran sastra sehingga
ditemukan tema dan amanatnya. Dalam praktiknya, terkadang siswa masih
kebingungan dalam menentukan tema dan amanat dalam sebuah cerita. Oleh
sebab itu, dengan data yang ditemukan diharapkan dapat membantu siswa dalam
mencari tema dan amanat sebuah cerita.
Novel merupakan sarana untuk memperkaya bacaan siswa. Dalam
pembelajaran sastra, novel dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran.
Salah satu kelebihan novel sebagai media pembelajaran adalah cukup mudahnya
karya sastra tersebut dinikmati siswa. Pemilihan novel yang akan digunakan
sebagai media pembelajaran perlu dipertimbangkan, tujuannya agar siswa tidak
merasa bosan dan jenuh.
Selain pemilihan media, pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga
sangat penting dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih menggunakan
metode inkuiri karena metode ini merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam suatu proses pembelajaran. Dalam
proses penerapan strategi pembelajaran ini, siswa diminta untuk mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menjawab permasalahan yang timbul. Selain itu dengan strategi pembelajaran
inkuiri diharapkan dapat meningkatkan minat membaca siswa khususnya dalam
materi pembelajaran sastra yang terdapat di kelas XII semester II. Dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri diharapkan pula dapat memberikan
inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran, mengingat terkadang beberapa guru
masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi di kelas. Hal
tersebut membuat siswa cenderung jenuh dan tidak memperhatikan guru yang
sedang menyampaikan materi.
Berbeda dengan metode ceramah yang lebih didominasi oleh guru, dalam
metode inkuiri ini siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam setiap proses
pembelajaran. Dalam metode inkuiri sendiri terdapat beberapa langkah yang
dilalui, yaitu (a) orientasi, (b) merumuskan masalah, (c) merumuskan hipotesis,
(d) mengumpulkan data, (e) menguji hipotesis, (f) merumuskan kesimpulan.
Tahapan-tahapan tersebut menuntut keterlibatan siswa secara aktif, dengan
demikian siswa tidak akan merasa mudah jenuh.
B. Langkah-langkah Metode Inkuiri untuk Mencari Tema dan Amanat
Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari
Menurut Sanjaya (2012: 199), secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat mengikuti enam langkah, yaitu
(1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4)
mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, (6) merumuskan kesimpulan. Keenam
langkah tersebut, nantinya akan membantu siswa untuk memahami secara lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
rinci tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari. Berikut pembahasan mengenai langkah-langkah dalam metode
inkuri yang digunakan untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari.
1. Orientasi
Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif (Sanjaya, 2012: 199). Pada langkah ini guru
mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah ini
digunakan guru untuk merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan sebuah masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru
terkait dengan pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel
Di Kaki Bukit Cibalak adalah sebagai berikut.
1. Guru memberi gambaran awal mengenai novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari yang akan digunakan sebagai media pembelajaran.
2. Siswa membaca novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari terlebih
dahulu dan memahami isi cerita tersebut. Setelah itu siswa menuliskan
ringkasan cerita novel Di Kaki Bukit Cibalak agar lebih mudah memahami isi
ceritanya.
Novel Di Kaki Bukit Cibalak terdiri atas tiga belas bagian. Oleh karena
itu, untuk mempermudah memahami isi novel tersebut, berikut ini akan
ditampilkan ringkasan novel berdasarkan bagian yang terdapat dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
a. Bagian Pertama
Di sekitar kaki Bukit Cibalak terdapat sebuah desa yang benama Desa
Tanggir. Penduduk Desa Tanggir adalah keturunan dari dua kelompok orang yang
berlainan, yaitu kaum kawula dan keturunan kerabat ningrat. Pagi itu mereka
semua telah berkumpul di halaman Balai Desa untuk mengadakan pemilihan
Lurah Desa Tanggir yang baru. Dari kelima orang calon lurah, kebanyakan orang
mengatakan hanya dua orang yang memiliki peluang. Satu di antaranya adalah
Pak Badi. Di Desa Tanggir, Pak Badi memiliki nama yang baik. Masyarakat
belum pernah mendengar Pak Badi terlibat dalam perbuatan curang, apalagi
perjuadian dan pelacuran. Sifat dermawannya juga manat menonjol. Calon yang
mengimbangi Pak Badi adalah Pak Dirga. Pak Dirga lebih populer daripada
keempat calon lainnya. Sikapnya luwes, pandai bermain bola, pandai berjudi, dan
gemar berganti istri. Hasil dari pemilihan pun telah didaptakan. Ternyata
keluhuran budi, kearifan, serta kejujuran Pak Badi tidak memberikan nasib baik.
Ia kalah, karena Pak Dirga yang terpilih menjadi lurah Desa Tanggir.
b. Bagian Kedua
Sebulan setelah pengakatannya sebagai lurah, Pak Dirga bersama dengan
Poyo mulai dengan berbagai kecurangan. Hal tersebut membuat Pambudi, seorang
pemuda yang bekerja mengurus lumbung koperasi Desa Tanggir ingin
meninggalkan koperasi. Ketika itu datanglah seorang wanita yang bernama Mbok
Ralem ke koperasi dan bertemu dengan Pambudi. Mbok Ralem hendak menemui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pak Dirga untuk meminjam uang dari lumbung koperasi karena ia membutuhkan
uang untuk berobat ke Yogya.
Sangat disayangkan Pak Dirga tidak mau memberikan pinjaman uang
kepada Mbok Ralem dengan alasan hutang yang dimiliki oleh Mabok Ralem yang
dulu belum dibayar. Hal tersebut membuat Pambudi kaget karena ia tidak
menyangka Pak Dirga akan berlaku demikian. Pambudi memberikan ide kepada
Pak Dirga agar Pak Dirga mau memberikan pinjaman kepada Mbok Ralem.
Namun usul Pambudi selalu ditolak oleh Pak Dirga dengan berbagai alasan. Di
sisi lain, Pak Dirga justru mengajak Pambudi untuk melakukan kecurangan. Pak
Dirga mengajak Pambudi untuk melakukan praktik korupsi. Mendengar rencana
tersebut, dengan tegas Pambudi menolak ajakan Pak Dirga. Pada malam harinya
Pambudi pun menulis surat kepada Pak Dirga. Ia menyatakan mengundurkan diri
dari kepengurusan lumbung koperasi desa.
c. Bagian Ketiga
Pambudi yang mengingat perlakuan Pak Dirga terhadap Mbok Ralem,
tiba-tiba hatinya merasa gelisah. Ia merasa kasihan kepada Mbok Ralem yang
sedang sakit. Pambudi pun berpikir untuk menolong Mbok Ralem. Pambudi
bergegas pergi ke rumah Mbok Ralem. Sesampainya di sana, Pambudi langsung
mengutarakan maksud kedatangannya. Betapa senangnya Mbok Ralem
mendengar hal tersebut.
Keesokan harinya Pambudi dan Mbok Ralem berangkat ke Yogya.
Sesampainya di Yogya, mereka segera menuju ke sebuah rumah sakit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
memeriksakan kondisi Mbok Ralem. Setelah menunggu cukup lama, hasil pun
menunjukkan bahwa Mbok Ralem terkena kanker. Pambudi pun berpikir sejenak,
ia berpikir bahwa biaya pengobatan untuk penyakit itu cukup mahal. Akan tetapi
karena niatnya, Pambudi pun tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk mencari
dana untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Pambudi memiliki rencana, ia
mengajak Mbok Ralem ke sebuah toko potret. Di sana pambudi membuat pasfoto
Mbok Ralem, membuat fotokopi surat keterangan dari desa dan surat pemeriksaan
hasil laboraturium. Setelah itu Pambudi membeli surat kabar Kalawarta. Pambudi
langsung menuju ke kantor surat kabar tersebut. Sesampainya di sana Pambudi
dengan pemimpin surat kabar tersebut yang bernama Pak Barkah. Pambudi
meminta tolong agar surat kabar Kalawarta mau membantunya dengan
membuatkan iklan penggalangan dana bagi Mbok Ralem. Pak Barkah setuju dan
iklan itu segera dibuat. Tak lupa Pambudi juga menyerahkan pasfoto dan surat-
surat yang telah ia fotokopi sebagai bukti dari iklan tersebut.
d. Bagian Keempat
Iklan yang dimuat di harian Kalawarta mengenai Mbok Ralem
mengundang perhatian banyak pembaca, dan mereka pun berniat untuk
memberikan bantuan. Usaha yang dilakukan Pambudi berhasil, banyak uang yang
terkumpul untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Setelah mengurus hal tersebut,
Pambudi kembali ke desanya. Di sana, orang-orang membicarakan mengenai
Mbok Ralem. Mereka mengatakan bahwa yang dilakukan Pambudi hebat, namun
Pambudi tetap bersikap biasa saja dan rendah hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Setelah sebulan berada di rumah sakit, Mbok Ralem akhirnya diizinkan
pulang. Sebelum kembali ke Tanggir, Pambudi mengajak Mbok Ralem ke harian
Kalawarta. Pambudi mengenalkan Mbok Ralem dengan Pak Barkah. Pambudi
juga mengatakan bahwa Pak Barkah dan redaksi Kalawarta telah membantu
Mbok Ralem untuk mencari biaya pengobatan. Mbok Ralem merasa sangat
terharu dengan hal tersebut. Setelah menyelesaikan beberapa urusan, Pambudi dan
Mbok Ralem pun berpamitan dengan Pak Barkah dan seluruh pegawai
Kalawarata dan kembali pulang ke Tanggir. Perbuatan yang dilakuakn Pambudi
selama ini membuat Pak Barkah terkesan. Pak Barkah terkesan karena Pambudi
bersedia menolong sesamnya tanpa mengharapkan balas jasa apa pun.
e. Bagian Kelima
Pak Dirga tampak gelisah, ia tidak menyangka bahwa Pambudi akan
menolong Mbok Ralem, dan membuat iklan di surat kabar sehingga banyak orang
yang mengetahui berita tersebut. Hal itu membuat Pak Dirga dan Pak Camat
dipanggil Bupati dan Kepala Kantor Sosial. Bupati dan Kepala Kantor Sosial
menegur Pak Dirga dan Pak Camat. Pak Dirga pun tidak terima diperlakukan
demikian. Ia merasa bahwa dirinya tidak bersalah karena Mbok Ralem datang
kepadanya hanya untuk meminta surat keterangan bahwa ia miskin. Pak Dirga
juga tidak terima dengan perbutan yang dilakukan oleh Pambudi dan berencana
untuk menyingkirkan pemuda itu dari Desa Tanggir. Berbagai cara dilakukan oleh
Pak Dirga untuk dapat menyingirkan Pambudi dari desanya. Mulai dari menuduh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pambudi sebagai „kelilip desa‟, hingga pergi ke dukun yang bernama Eyang Wira
untuk meminta jimat dan mengusir Pambudi.
f. Bagian Keenam
Suatu malam, Pambudi sedang melamun. Ia memikirkan kejadian
beberapa hari yang lalu saat ia membantu Sanis. Sudah lama Pambudi memiliki
perasaan kepada gadis bernama Sanis. Hanya saja Sanis masih SMP, sedangkan
Pambudi sudah berumur 24 tahun. Hal tersebutlah yang sedang ia pikirkan.
Hingga larut malam, Pambudi pun belum bisa tidur karena masih memikirkan
Sanis. Namun karena sudah terlalu malam, ia berusaha tidur. Akan tetapi niatnya
diurungkan ketika ia mendengar ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya.
Pambudi pun keluar, dan diam-diam mengikuti orang yang masuk ke
rumahnya. Dengan kesabarannya, akhirnya Pambudi berhasil menangkap orang
tersebut. Pambudi berteriak memanggil ayahnya. Setelah tertangkap, Pambudi dan
ayahnya segera mengamankan orang tersebut. Pambudi juga keluar rumah karena
ia sempat melihat orang tersebut meletakan sesuatu di luar rumah. Tak lama
kemudian, Pambudi kembali masuk ke rumah dengan membawa kain mori yang
tergulung. Melihat hal itu, ayah Pambudi kaget dan meminta Pambudi untuk
membuang benda tersebut yang diyakini sebagai jimat untuk mengusir Pambudi.
Pambudi dan Ayahnya pun mendesak orang itu untuk memberitahu siapa yang
mengutusnya. Tadinya orang itu menolak, namun akhirnya ia pun mengaku
bahwa Pak Dirga lah yang menyuruhnya. Betapa kagetnya ayah Pambudi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mendengar perkataan itu. Ia tidak menyangka lurahnya akan melakukan hal
seperti itu kepada anaknya.
g. Bagian Ketujuh
Hari itu adalah hari yang luar biasa bagi Bu Runtah, istri Pak Dirga. Hari
itu Bu Runtah akan diuji kepandaiannya merias pengantin perempuan, dan yang
akan mengujinya adalah Bu Camat. Bu Runtah sangat cemas, ia takut kalau nanti
dirinya gagal. Bu Runtah telah mempersiapkan seseorang gadis yang akan
dijadikan modelnya, yaitu Jirah. Bu Runtah meminta pendapat kepada Pak Dirga.
Mendengar Jirah yang dijadikan model, Pak Dirga pun menyarankan Bu Runtah
untuk mengganti modelnya. Pak Dirga sebenarnya ingin menyarankan agar Sanis
yang dijadikan model, hanya saja Pak Dirga takut istrinya curiga bahwa Pak Dirga
menaruh perhatian pada Sanis. Namun pada akhirnya Bu Runtah pun meneyetujui
apabila Sanis dijadikan modelnya.
Diam-diam Pak Dirga pun melakukan penjajakan. Dengan dalih hendak
menjodohkan Sanis dengan Bambang Sumbodo putra Pak Camat, Pak Dirga
meminta Bu Runtah untuk melihat apakah Bambang Sumbodo tertarik pada Sanis.
Bu Runtah tidak mengetahui bahwa Pak Dirga sedang melakukan penjajakan,
karena sesungguhnya Pak Dirga tertarik pada Sanis. Bu Runtah pun mengikuti
rencana suaminya itu tanpa mengetahui rencana Pak Dirga yang sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
h. Bagian Kedelapan
Akibat dari perbuatan yang telah dilakukan Pambudi berdampak pula
pada keluarganya. Kini Pak Lurah turut membenci ayah Pambudi. Bukan hanya
Pak Lurah saja yang membencinya, namun oleh warga Tanggir ayah Pambudi dan
keluarganya seperti dikucilkan. Ayah Pambudi pun merenungkan masalah yang
menyebabkan dirinya dan keluarganya mendapat perlakuan yang demikian.
Semua itu tentu saja bermula dari perbedaan pendapat antara Pak Lurah dengan
anaknya, Pambudi.
Oleh sebab itulah, ayah Pambudi menginginkan agar Pambudi mengalah
dengan cara pergi meninggalkan Desa Tanggir. Hal itu agar ayahnya dapat hidup
dengan tenang dan Pambudi juga terbebas dari masalah dengan Pak Lurah.
Mendengar perkataan ayahnya, Pambudi sempat menolak. Namun setelah berpikir
beberapa saat akhirnya Pambudi mengikuti keinginan ayahnya. Ia mulai mencari
teman atau saudaranya yang tinggal di luar kota. Akhirnya Pambudi pun berniat
untuk menemui sahabatnya, Topo, yang tinggal Yogya.
Setibanya di Yogya, Pambudi langsung menuju tempat tinggal Topo. Ia
mengatakana maksud dan tujuannya datang ke Yogya. Pambudi pun menceritakan
semua masalah yang terjadi dalam dirinya. Setelah bercerita cukup lama, akhirnya
Topo mengizinkan Pambudi untuk tinggal bersamanya. Ketika malam hari,
mereka berdua kembali bercerita, dan tiba-tiba Topo mengatakan bahwa ada
baiknya jika Pambudi meneruskan pendidikannya. Mendengar hal tersebebut
Pambudi kaget. Bukan pertama kali ia menerima ajuran itu, bahkan ia sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
memikirkan kemungkinan itu. Pambudi pun terus memikirkan anjuran sahabatnya
itu, sebelum ia memberikan keputusan.
i. Bagian Kesembilan
Setelah berpikir cukup lama tentang rencananya melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, kini Pambudi telah memiliki keputusan. Pambudi
memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya. Oleh sebab itu, Pambudi mulai
mempersiapkan dirinya. Ia kembali memperlajari pelajaran yang dulu pernah ia
terima. Hal-hal yang tidak ia mengerti dipelajari bersama dengan Topo.
Tujuh bulan harus dilalui Pambudi sebelum tiba untuk menempuh ujian
masuk perguruan tinggi. Tak terasa uang yang dibawanya dari Tanggir semakin
berkurang. Pambudi memutuskan untuk mencari pekerjaan agar memperoleh
uang. Beberapa pekerjaan telah coba dilakukan oleh Pambudi, namun ia tidak
menemuka kecocokan. Topo pun menyarankan agar Pambudi bekerja di sebuah
toko jam tangan tempat Topo pernah bekerja dulu. Tanpa persyaratan khusus,
akhirnya Pamabudi diterima bekerja di toko jam tangan. Di toko itu, Pambudi
berkenalan dengan anak pemilik toko yang bernama Mulayani. Hubungan mereka
pun semakin lama semakin dekat, dan tanpa disadari Mulyani menyimpan
perasaan kepada Pambudi.
Di hari libur Pambudi manfaatkan untuk pulang ke Tanggir. Empat bulan
ia meninggalkan desanya, tidak ada perubahan pada desanya itu. Akan tetapi,
dibalik itu semua telah tersebar berita bahwa kepergian Pambudi ke Yogya
bersangkutan dengan hilangnya uang lumbung koperasi desa sebanyak 125.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
rupiah. Pambudi segera menyadari bahwa itu adalah perbuatan Pak Dirga dan
Poyo. Namun hal itu tidak membuat Pambudi berkcil hati, ia tetap sabar dan
percaya bahwa keadilan akan mengalahkan kejahatan. Sebelum kembali ke
Yogya, Pambudi menemui gadis yang dicintainya, yaitu Sanis. Namun, ketika
bertemu dengan Pambudi, Sanis tampak biasa saja dan seperti tidak ingin untuk
bertemu dengan Pambudi. Hal tersebut karena telah ada pria lain yang dicintai
oleh Sanis, yaitu Bambang Sumbodo.
j. Bagian Kesepuluh
Semenjak harian Kalawarta membuat berita tentang Mbok Ralem, Pak
Barkah selalu teringat kepada Pambudi. Kebetulan saat itu harian Kalawarta
membutuhkan seorang jurnalis baru. Melihat potensi yang dimiliki oleh Pambudi,
Pak Barkah yakin bahwa Pambudi dapat menempati posisi tersebut. Pada saat itu
Pak Barkah telah mengetahui bahwa Pambudi sedang berada di Yogya. Ia pun
langsung menemui Pambudi dan menawarkan posisi tersebut. Tadinya Pambudi
sempat ragu karena ia akan melanjutkan kuliah. Ia takut tidak dapat membagi
waktu antara kuliah dan bekerja. Namun setelah berpikir panjang, akhirnya
Pambudi menerima tawaran Pak Barkah. Masa kerja Pambudi di toko jam tangan
pun dipersingkat karena ia akan melanjutkan kuliah dan bekerja di Redaksi
Kalawarta. Pambudi pun berpamitan kepada pemilik toko dan Mulyani. Kepada
Mulyani, Pambudi berjanji bahwa ia akan selalu menemui Mulyani walaupun ia
sudah tidak lagi bekerja di toko milik orang tua Mulyani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Di sisi lain, Bambang Sumbodo anak Pak Camat telah mendengar berita
yang menjelek-jelekan nama Pambudi. Walaupun Bambang belum mengenal
Pambudi secara lebih dekat, namun secara diam-diam ia menghormati Pambudi.
Ia berniat untuk membela Pambudi dan hendak menemuinya untuk memberikan
dukungan kepada Pambudi. Namun, Bambang tidak mengetahui tempat tinggal
Pambudi saat itu. Ia pun pergi ke rumah orang tua Pambudi, namun orang tuanya
tidak mau memberi tahu di mana Pambudi tinggal. Akhirnya Bambang pergi
menemui Sanis untuk menanyakan tentang Pambudi. Betapa senangnya hati Sanis
ketika Bambang menemuinya di rumah. Sanis mengira bahwa Bambang akan
menemui untuk membicarakan sesautu tentang dirinya. Namun ia pun kecewa
karena Bambang datang untuk menanyakan soal Pambudi.
k. Bagian Kesebelas
Setelah yakin bahwa Bambang tidak mengharapkan Sanis, Pak Dirga
mulai untuk mendekati Sanis. Ia tidak peduli bahwa Pambudi juga menyukai
Sanis. Ia berpikir bahwa Pambudi sudah pergi dari Tanggir dan tak akan kembali
lagi. Oleh karena itulah Pak Dirga berani mendekati Sanis dan berniat untuk
menjadikan Sanis sebagai istrinya yang kesekian. Tanpa berpikir panjang, Pak
Dirga langsung melamar Sanis. Ia meminta tolong kepada seorang kebayan.
Kebayan itu diminta untuk pergi ke rumah Sanis dan mengatakan kepada orang
tua Sanis bahwa Pak Dirga ingin melamarnya.
Kebayan itu segera pergi ke rumah Sanis, ia membawa bungkusan yang
nantinya akan diserahkan kepada orang tua Sanis dan langsung mengutarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
maksud dari kedatangannya. Mendengar lamaran tersebut, ayah Sanis bingung. Ia
tak tahu harus menjawab apa. Namun akhirnya setelah melalui perdebatan dengan
istrinya, ayah Sanis pun menerima lamaran tersebut. Betapa sedihnya hati ibu
Sanis mendengar bahwa anaknya akan menjadi istri Pak Lurah karena ia sudah
mengetahui watak Pak Lurah yang licik.
Di sisi lain, Bu Runtah istri Pak Dirga sakit hati mendengar bahwa
suaminya akan menikahi Sanis. Ia tidak mempercayai bahwa suaminya akan
berbuat demikian. Ia merasa sakit hati karena dimadu dan hartanya telah habis
untuk membiayai Pak Dirga ketika mencalonkan sebagai lurah. Oleh karena
itulah, Bu Runtah melakukan ikhtiar. Ia pergi menemui seorang dukun yang
bernama Eyang Wira. Di sana ia meminta petuah dan jimat agar Pak Dirga batal
menikah dengan Sanis.
l. Bagian Kedua Belas
Tulisan Pambudi dalam Kalawarta sudah dikenal orang secara luas. Ia
mempunyai ciri khas dalam menulis, yaitu mengetengahkan masalah-masalah
kemasyarakatan. Orang lain dapat langsung mengerti mengenai tulisan yang
ditulis oleh Pambudi. Tetapi tidak semua orang menyukai pemikiran Pambudi
yang dituangkan dalam tulisannya, contohnya Camat Kalijambe. Pak Camat
mersasa keberatan karena wilayahnya dijadikan objek penelitian untuk seri tulisan
Pambudi. Selain itu Pambudi menuliskan tulisannya berdasarkan asas jurnalisme,
yaitu objektivitas. Hal tersebut membuat Camat semakin tidak menyukai tulisan
yang dibuat oleh Pambudi. Bahkan ia menduga bahwa Pambudi sengaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menuliskan hal-hal tersebut karena ia sakit hati diusir dari desanya dan karena
Sanis telah dinikahi oleh Pak Dirga lurahnya sendiri.
Di sisi lain, Bambang anak dari Camat Kalijambe tersebut sangat setuju
dengan tulisan yang dibuat oleh Pambudi. Ia menilai bahwa tulisan yang ditulis
oleh Pambudi itu benar adanya. Ia menduga bahwa Pambudi ingin mengungkap
kecurangan yang telah dilakukan oleh lurah Tanggir, sekaligus balas dendam atas
perbuatan yang dilakukan lurah Tanggir kepadanya. Bambang pun membujuk
ayahnya agar mau membantu Pambudi untuk menjatuhkan lurah Tanggir yang
licik itu. Namun Pak Camat masih ragu karena beberapa hal.
Keesokan harinya Pak Camat menghadap Bupati. Rupanya Bupati juga
telah membaca tulisan yang tulis oleh Pambudi dan menyetujui tulisan tersebut.
Oleh karena itu, Bupati meminta agar Pak Camat mengganti dan menangkap Pak
Dirga yang menjabat menjadi lurah Tanggir. Hanya saja agar Bupati terlihat
memiliki kebijakan sendiri dan seakan-akan tidak mengikuti saran Pambudi,
Bupati meminta agar Pak Camat membantah tulisan Pambudi. Dengan dibantu
oleh Bambang anaknya, Pak Camat menemukan cara untuk menangkap Pak
Dirga. Akhirnya Pak Dirga berhasil ditangkap dan lurah Desa Tanggir pun
diganti.
m. Bagian Ketiga Belas
Setelah lama meninggalkan desanya, Pambudi mendengar kabar bahwa
Sanis telah dinikahi oleh Pak Dirga. Tanpa malu Pambudi pun mengakui bahwa ia
patah hati. Untungnya, perlahan-lahan ia dapat melupakan kesedihannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bersikap terbuka. Kepada Pak Barkah, Pambudi menceritakan semua yang sedang
ia rasakan. Belum lagi ada Mulyani yang ternyata menyusulnya menjadi
mahasiswi di fakultas yang sama dengan Pambudi. Mereka pun semakin dekat
dan selalu bersama, tak jarang Mulayani juga sering menyusul Pambudi di kantor
Redaksi Kalawarta. Ketika Pambudi lulus ujian sarjana muda, Mulyani pun turut
mendampinginya.
Setelah lulus, Pambudi memutuskan untuk pulang ke Tanggir untuk
memberikan kabar gembira kepada orang tuanya. Namun, ia dihadapkan pada
kenyataan bahwa ternyata ayahnya telah meninggal. Untuk itu Pambudi bergegas
untuk pulang ke Tanggir. Sampai di rumah, ia disambut dengan tangis ibu dan
kakaknya. Berbeda dengan ibu dan kakaknya, Pambudi tampak tegar dan ikhlas
menghadapi itu semua. Di saat pemakaman ayahnya, ia bertemu dengan Sanis.
Hanya saja Pambudi hanya menyapa Sanis seadanya karena ia tidak mau
kenangannya dengan Sanis teringat kembali. Pambudi juga bertemu dengan
Bambang dan lurah Tanggir yang baru, Hadi namannya. Pambudi lega karena
Hadi tampaknya orang yang baik dan berbeda dengan lurah Desa Tanggir
sebelumnya.
Setelah ayahnya meninggal, Pambudi pun mulai memikirkan hal-hal
yang akan ia lakukan. Namun, tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang
ternyata Mulyani. Ia datang menemui Pambudi untuk mengucapkan
belasungkawa, dan ingin menyampaikan suatu hal kepada Pambudi. Mulyani pun
mengajak Pambudi untuk pergi bersamanya. Tanpa ragu, Pambudi bersedia pergi
bersama Mulyani. Di perjalanan, Mulyani pun mencoba untuk mengutarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
maksud ia mengajak Pambudi keluar. Mulyani ingin menyampaikan perasaannya
kepada Pambudi. Ia pun berusaha untuk mencoba mengungkapkan perasaannya
tersebut. Pambudi pun menyadarinya, dan ia pun memiliki perasaan yang sama
kepada Mulyani. Hanya saja Pambudi ragu karena mereka berbeda, Pambudi
berdarah Jawa sedangkan Mulyani berdarah Tiong Hoa. Pambudi pun bimbang
dan ragu, ia pun memilih untuk menyimpan perasaannya kepada Mulyani.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Langkah ini menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki itu. Dalam langkah ini siswa merumuskan sendiri
rumusan masalah yang akan mereka bahas, sedangkan guru bertugas untuk
mendampingi siswa. Adapun rumusan masalah yang dapat dimunculkan sebagai
berikut.
1. Identifikasi tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari!
2. Jenis tema apakah yang digunakan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari?
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji (Sanjaya, 2012: 199). Pada langkah ini siswa diminta untuk
memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
disusun. Pemberian jawaban dapat dilakukan dengan cara siswa memberikan
pendapat mengenai tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari. Guru dapat membantu siswa mengemukakan
pendapatnya dengan cara memberikan stimulus berupa pertanyaan, sehingga dapat
merespons siswa untuk memberikan jawaban. Berikut merupakan rumusan
hipotesis atau jawaban sementara yang dapat dirumuskan.
1. Berdasarkan gambaran awal, novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari memiliki tema tentang perjalanan seorang pemuda untuk
menyelamatkan desanya dari praktik kecurangan yang dilakukan oleh kepala
desanya.
2. Berdasarkan gambaran awal, novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari memiliki amanat untuk menjunjung tinggi kejujuran.
3. Berdasarkan gambaran awal, novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari termasuk dalam klasifikasi jenis tema yang bersifat sosial.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi dan proses
mental yang penting dalam perkembangan intelektual siswa. Dalam langkah ini
siswa diminta untuk mengumpulkan data terkait dengan rumusan masalah. Data
yang ditemukan kemudian dianalisis untuk dicari kesimpulannya. Siswa diminta
untuk mengumpulkan data terkait tema dan amanat yang terdapat dalam novel Di
Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Berikut merupakan hasil pengumpulan data beserta analisis tema dan
amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Novel ini dibagi atas
tiga belas bagian. Pada setiap bagian, peneliti akan memaparkan analisis tema dan
amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
a. Analisis dan Pembahasan Tema Novel Di Kaki Bukit Cibalak
Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel, secara
lebih khusus dan rinci Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007) mengemukakan ada
sejumlah kriteria yang dapat diikuti seperti berikut. Pertama, penafsiran tema
sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol.
Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan
dengan tiap detil cerita. Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung
maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Keempat, penafsiran tema
sebuah novel harus mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada
dan atau yang disarankan dalam cerita.
Menurut Waluyo (2011: 8) terdapat lima jenis tema, yaitu (1) tema yang
bersifat fisik; (2) tema organik; (3) tema sosial; (4) tema egoik (reaksi pribadi);
dan (5) tema devine (Ketuhanan). Selain kelima jenis tema tersebut terdapat pula
dua jenis tema yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 82), yaitu (1) tema
utama (tema mayor), dan (2) tema tambahan (tema minor).
Untuk menenentukan tema yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit
Cibalak, peneliti menggunakan kriteria pertama dari empat kriteria yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dikemukakan oleh Stanton, yaitu dengan mempertimbangkan tiap detil cerita yang
menonjol. Dalam hal ini, peneliti akan menuliskan cerita yang menonjol yang
terdapat dalam setiap bagian cerita. Di dalamnya disertakan pula bukti berupa
kutipan-kutipan kalimat atau paragraf yang terdapat dalam setiap bagian novel.
Berikut merupakan analisis tema novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari. Untuk mempermudah menganlisisnya, peneliti membaginya dalam
beberapa bagian, sesuai dengan jumlah bagian dalam novel.
1) Bagian Pertama
Cerita yang menonjol dalam bagian pertama ialah terpilihnya Pak Dirga
sebagai lurah Desa Tanggir. Terpilihnya Pak Dirga menjadi lurah desa yang
diawali dari pemilihan yang dilakukan oleh penduduk Desa Tanggir. Dari kelima
calon yang ada, terdapat dua orang kandidat yang memegang posisi yang sama-
sama kuat, yaitu Pak Badi dan Pak Dirga. Namun pada akhirnya, Pak Dirga yang
terpilih menjadi lurah. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut.
(1) Meskipun ada lima orang calon, kebanyakan orang mengatakan hanya
dua orang yang memiliki peluang. Satu di antaranya adalah Pak Badi. Ia
memang patut merasa berbesar hati, karena di Desa Tanggir ia
mempunyai nama yang baik. Orang Tanggir belum pernah mendengar
Pak Badi terlibat dalam perbuatan curang, apalagi perjudian dan
pelacuran. Sifat dermawannya amat menonjol (Tohari, 2014: 15).
(2) Calon lain yang keadaannya mengimbangi Pak Badi adalah calon yang
memegang lambang dengan gambar pedang. Dia berpakaian adat Jawa
dengan belangkon, jas hitam wungkal gerang, dan kain batik sida
mukti. Kumis tebal yang sengaja dipeliharanya mengingatkan orang
akan Aria Panangsang, Adipati Pajang dalam ketoprak. Calon yang
gagah itu bernama Dirgamulya, dan terkenal dengan sebutan Pak Dirga.
Di dalam pergaulan Pak Dirga lebih populer daripada keempat calon
lainnya. Ia luwes, pandai bermain bola, pandai berjudi, dan gemar
berganti istri (Tohari, 2014: 15-16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(3) Siang itu penduduk Tanggir menentukan siapa yang akan menjadi lurah
mereka. Dan ternyata keluhuran budi, kearifan, serta kejujuran Pak Badi
tidak memberikan nasib baik. Ia kalah, karena Pak Dirga yang terpilih
(Tohari, 2014: 16).
2) Bagian Kedua
Cerita yang menonjol dalam bagian kedua ialah Pak Dirga yang menolak
untuk memberikan pinjaman uang kepada Mbok Ralem. Mbok Ralem yang
sedang sakit, membutuhkan biaya untuk pengobatannya. Hanya saja Pak Dirga
menolak untuk memberikan pinjaman dengan alasan utang Mbok Ralem di
lumbung koperasi desa sudah terlalu banyak. Hal tersebut nampak dalam kutipan
berikut.
(4) Pak Dirga berkata, “Mbok Ralem, sebenarnya seorang seperti kamu
tidak bisa mendapat pinjaman. Aku tahu, banyak peminjam yang
mengembalikan pinjamannya saja tidak dapat, apalagi bersama
bunganya. Jawablah sekarang dengan jujur, apakah dulu kau pernah
meminjam padi dari lumbung?” (Tohari, 2014: 21).
Cerita lain yang menonjol dalam bagian kedua ialah kecurangan yang
dilakukan Pak Dirga terhadap lumbung koperasi desa. Setelah pengangkatannya
sebagai lurah Desa Tanggir yang baru, Pak Dirga mulai melakukan banyak
kecurangan terhadap lumbung koperasi desa. Selain itu, kecurangan Pak Dirga
juga nampak ketika ia turut mengajak Pambudi untuk melakukan kecurangan
proyek pelebaran jalan yang direncanakan oleh pemerintah setempat. Hal tersebut
tampak dalam kutipan berikut.
(5) Dan benar juga, Pak Dirga sebagai lurah baru sama saja dengan yang
digantikannya. Sebulan sesduah pengangkatannya, Pak Dirga memulai
dengan kecurangannya (Tohari, 2014: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(6) Ia bekerja sama dengan Lurah, misalnya memperbesar angka susut guna
memperoleh keuntungan berton-ton padi. Atau mereka bersekongkol
dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi
lumbung koperasi. Dengan cara ini saja mereka akan mendapat
keuntungan berpuluh ribu rupiah, karena mereka dapat mencantumkan
harga penjualan semau mereka sendiri, dan dari tengkulak padi mereka
mendapat semacam komisi (Tohari, 2014: 18).
(7) Memang ia telah menyuruh Poyo mengeluarkan uang dari kas dana
darurat untuk membiayai pelantikannya beberapa bulan yang lalu
(Tohari, 2014: 24).
(8) “Barangkali kau belum tahu, Pemerintah akan melebarkan jalan yang
melewati desa kita ini. Karena pelebaran jalan itu, kira-kira lima ratus
batang pohon kelapa akan tergusur. Para pemilik pohon kelapa akan
menerima ganti rugi. Pambudi, kau anak yang pinter. Tahukah kau, ada
rezeki yang dapat kita ambil?” (Tohari, 2014: 25).
(9) “Dengarlah, anak muda. Pertama-tama kukatakan kepada mu bahwa
inilah kesempatan yang dapat kau ambil untuk mendapat keuntungan
yang besar. Marilah kita bekerja sama. Kau tahu, uang yang dijanjikan
Pemerintah sebesar 2.000 rupiah untuk tiap batang kelapa yang
tergusur, akan lambat datangnya. Uang milik koperasi dapat kita pakai
dulu untuk membayar ganti rugi kepada pemilik pohon kelapa. Kita
tidak akan membayar 2.000 tiap batang, tetapi cukup 1.000 saja. Jadi
apabila uang ganti rugi yang dijanjikan Pemerintah keluar, kitalah
pemiliknya. Sementara kita menunggu, kita tebang pohon-pohon kelapa
yang sudah kita bayar itu. Bayangkan, pemborong yang sedang
membangun jembatan Kali Benda itu berani membayar 2.500 per
batang. Wah, Pambudi, apakah tidak lumayan? Bila mau, kau dapat
membeli sepeda motor seperti Poyo. Enak, bukan?” (Tohari, 2014: 25).
3) Bagian Ketiga
Cerita yang menonjol dalam bagian ketiga mengenai usaha dan
pengorbanan Pambudi untuk menolong Mbok Ralem. Mbok Ralem yang sedang
sakit tidak mendapatkan pinjaman uang dari lumbung koperasi desa untuk
berobat. Hal tersebut membuat Pambudi tergerak hatinya dan berniat untuk
menolong Mbok Ralem. Pambudi telah mempersiapkan sejumlah uang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menanggung biaya pengobatan Mbok Ralem. Hal tersebut nampak dalam kutipan
berikut.
(10) Hari itu Pambudi telah membuat adonan kapur untuk memutihkan
dinding-dinding, tetapi ia tidak segera melakukan niatnya. Hatinya
dikacau oleh perasaan kasihan terhadap Mbok Ralem. Adalah pantas
bila aku berbuat sesuatu untuk menolong perempuan yang sakit itu,
tapi apa? pikirnya (Tohari, 2014: 29).
(11) “Kalau kau ingin sembuh, janganlah ada rasa takut di hatimu,
sekalipun terhadap Pak Dirga. Tentang biaya perjalanan, serahkan
kepadaku. Nah, usahakanlah surat keterangan hari ini juga selagi
masih pagi. Apabila Pak Dirga bertanya dari mana kau mendapat uang
jalan, katakan saja sanak famili telah memberikan bantuan kepadamu.
Aku tidak ingin kau sebut-sebut, mengerti, Mbok?” (Tohari, 2014:
30).
Biaya pengobatan Mbok Ralem yang mahal, membuat Pambudi harus
berusaha untuk mendapatkan uang tambahan. Pambudi berniat untuk menggalang
dana untuk mendapatkan uang tambahan bagi pengobatan Mbok Ralem. Ia pun
mendatangi sebuah media surat kabar yang bernama Kalawarta. Melalui surat
kabar Kalawarta itulah Pambudi berniat untuk membuat berita mengenai sakit
yang diderita Mbok Ralem, dan menggalang dana untuk biaya pengobatan Mbok
Ralem. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(12) Lima ratus ribu? Pertanyaan itu berulang-ulang mengusik hatinya
ketika Pambudi berjalan meninggalkan rumah sakit seorang diri. Lima
ratus ribu! Aku harus menjual sepedaku. Dengan demikian akan
tercapai jumlah sebesar itu bila kutambah dengan uang tabungan, pikir
Pambudi. Sejak semula pemuda itu telah bertekad hendak menolong
Mbok Ralem sampai sembuh. Jadi jauh-jauh sebelumnya ia sudah
memperkirakan akan mengelurkan banyak uang. Namun
sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain.
Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya
yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi yang dibuatnya
akan menjadi modal mengumpulkan dana (Tohari, 2014: 36).
(13) Sesudah menghabiskan sepiring nasi, Pambudi membeli surat kabar.
Sengaja ia memilih koran terbitan Yogya. Pambudi segera mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
alamat harian yang bernama Kalawarta itu. Pukul sepuluh pagi hari
berikutnya, Pambudi menjadi tamu Pak Barkah, pemimpin redaksi dan
pemilik penerbitan Kalawarta. Mula-mula pemuda Tanggir itu
mendapat sambutan yang biasa saja; sikap Pak Barkah seperti sedang
menghadapi seorang pelamar pekerjaan. Namun kemudian sikapnya
berubah menjadi penuh perhatian setelah Pambudi menerangkan
maksudnya dengan jelas. Uraian Pambudi selalu ditangkapnya dengan
anggukan kepala (Tohari, 2014: 36).
(14) “Jadi pertama-tama Anda meminta kesedian kami untuk memasang
iklan. Selanjutnya Anda meminta supaya Kalawarta membuka
dompet sumbangan untuk menghimpun dana bagi perawatan Mbok
Ralem. Begitu, bukan?”
“Ya benar, Pak. Dan iklan yang saya kehendaki harus memuat foto
Mbok Ralem beserta fotokopi surat-surat keterangan ini. Sekarang
saya dapat menyerahkan uang 40.000 rupiah sebagai uang muka
pembayaran iklan itu” (Tohari, 2014: 36).
4) Bagian Keempat
Cerita yang menonjol dalam bagian keempat mengenai sikap peduli dan
kemanusiaan yang dimiliki oleh Pambudi yang membuat Mbok Ralem dapat
berobat, dan berhasil sembuh dari sakitnya. Selain itu, karena ikap peduli dan rasa
kemanusiaan yang dimiliki oleh Pambudi membuat Pak Barkah kagum atas
perbuatan yang dilakukan oleh Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan
berikut.
(15) “Selamat jalan, Mbok, Pambudi, aku berterima kasih kepada kalian.
Karena kalianlah Kalawarta berkesempatan menunaikan misinya yang
paling berarti. Juga karena kalianlah aku merasa yakin bahwa tidak
sesuatu pun telah hilang dari diri kita sebagai manusia. Memang, si
anu itu jarang hadir di antara kita. Dia jarang muncul di jalan, pasar,
atau pabrik, bahkan kantor-kantor sekalipun. Tetapi bagaimanapun
juga si anu masih ada. Kita sendiri yang baru saja membuktikannya:
Kemanusiaan” (Tohari, 2014: 54-55).
(16) Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para
pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari
Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur
Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
seorang muda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang
bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apa pun
(Tohari, 2014: 55).
5) Bagian Kelima
Cerita yang menonjol dalam bagian kelima ialah kemarahan Pak Dirga
terhadap Pambudi. Hal tersebut karena Pambudi telah menulis berita mengenai
Mbok Ralem di surat kabar sehingga membuat Pak Dirga dipanggil oleh
atasannya. Pak Dirga pun tidak terima, ia marah dan berniat untuk menyingkirkan
Pambudi dari Desa Tanggir. Berbagai cara pun akan dilakukan oleh Pak Dirga
untuk menyingkirkan Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(17) “Kami datang ke sana menghadap Bupati dan Kepala Kantor Sosial.
Mereka berdua marah besar. Kami berdua dikatakan teledor. Semua
lantaran ulah Pambudi yang telah menyiarkan aib. Kata Bupati, Bapak
Gubernur sendiri menegurnya dengan keras, mengapa urusan Mbok
Ralem itu sampai ditangani oleh pihak lain, bukan oleh pemerintah
setempat. Mengapa kita sampai dilangkahi. Itulah soalnya” (Tohari,
2014: 57).
(18) “Oh, anak muda. Aku sama sekali tidak bingung menghadapi masalah
seperti ini andaikata Pambudi belum telanjur turun tangan. Aku akan
menolong atau tidak menolong perempuan itu. Titik! Dan yang jelas
aku tidak senang masalah Mbok Ralem tersebar sebagai berita yang
hebat; menyebabkan aku dan Pak Camat kena marah Bupati,
menyebabkan Bupati ditegur oleh Gubernur. Nah, kau tahu siapa yang
telah membuat kekacauan ini. Akan kuuji sampai di mana kekuatan
otaknya, kekuatan ngelmu-nya. Jelas?” (Tohari, 2104: 58).
(19) “Jempolan! Simpan buku yang kedua itu. Nanti pada saat yang tepat
kita akan menyebarluaskan isinya. Semua warga Tanggir akan
mencap Pambudi sebagai „kelilip‟ desa” (Tohari, 2014: 60).
(20) “Jadi sampean hanya menginginkan orang yang menjadi „kelilip‟
Desa Tanggir itu menyingkir dari sana, begitu?”
“Ya, hanya itu, Eyang.”
“Namanya?”
“Pambudi” (Tohari, 2014: 61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(21) “Nah, Nak, keperluan sampean sudah kucukupi. Kalau sampean dapat
memenuhi syarat-syarat selanjutnya, kujamin keinginan sampean
dapat terlaksana. Pertama, usahakan kembang yang kubungkus kain
mori ini terlangkahi oleh Pambudi. Kedua, sampean harus mengambil
segenggam tanah kuburan. Cabutlah sebuah nisan, kemudian
masukkan tangan ke dalam lubang bekas nisan itu. Ambil tanah
segenggam dari dasar lubang. Tanah yang telah sampean ambil itu
taburkan ke atas genting kamar tidur Pambudi. Sudah jelas?” (Tohari,
2014: 64).
6) Bagian Keenam
Terdapat dua peristiwa yang menonjol dalam bagian keenam ini. Cerita
menonjol yang pertama mengenai Pambudi yang sedang dikuasai oleh lamunan
tentang Sanis. Sudah lama Pambudi menaruh hati pada Sanis, hanya saja Sanis
masih terlalu muda untuk pemuda seumuran Pambudi. Pambudi pun sedang
dalam kebimbangan, antara akan tetap bertahan dengan perasaannya terhadap
Sanis atau melepaskan harapannya bersama Sanis. Hal tersebut tampak dalam
kutipan berikut.
(22) Tetapi sesungguhnya Pambudi hanya memandang datar. Lensa
matanya tidak difokuskan kepada suatu objek tertentu. Pambudi
sedang dikuasai lamunan (Tohari, 2014: 70).
(23) “Umurku 24 tahun, pantas bila aku mencintai seseorang. Tetapi Sanis
baru kelas dua SMP. Aku mau apa dengan si boneka yang sangat ayu
tetapi masih bocah itu” (Tohari, 2014: 73).
(24) “Nyatanya”, sambung Pambudi, “aku sudah terjebak dalam sikap
munafik. Sanis itu! Aku selalu teringat padanya, aku menyenanginya
dan dia sama sekali belum dewasa. Sekarang aku harus memilih:
melepaskan keyakinan buruknya kawin muda atau sebaliknya,
melepaskan harapan atas Sanis. Kedua-duanya tidak akan kupilih,
melainkan mengadakan kompromi anatara dua kutub itu. barangkali
itu lebih baik. Aku akan menunggu empat-lima tahun lagi sampai
Sanis benar-benar dewasa, kemudian mengawininya” (Tohari, 2014:
73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Cerita yang menonjol selanjutnya ialah terungkapnya rencana Pak Dirga
untuk mengusir Pambudi dari Desa Tanggir. Orang yang diminta Pak Dirga untuk
meletakan jimat di rumah Pambudi berhasil tertangkap, dan rencana Pak Dirga
pun telah terbongkar. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(25) Ketika Pambudi mengintip untuk yang kedua kalinya ia melihat
seseorang berjalan mendekati lampu ting, lalu meniupnya. Kecurigaan
Pambudi sudah mempunyai alasan yang kuat. Orang baik-baik takkan
seenaknya mematikan lampu ting tetangga. Ia mengambil lampu
senter dan berjingkat keluar. Melalui pintu samping, Pambudi segera
berada di luar rumah. Diawasinya pendatang yang mencurigakan itu
dari balik rumpun kaca piring. Sinar bintang-bintang membantunya
mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia sedang menanam sesuatu di
tengah regol (Tohari, 2014: 74).
(26) Pambudi keluar. Sesaat kemudian masuk kembali sambil membawa
kain mori yang tergulung. Isinya tiga tangkai mawar, hampir kering.
Ayah Pambudi menggelengkan kepala. Jimat-jimat itu diraupnya lalu
dilemparkannya ke luar (Tohari, 2014: 75).
(27) “Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi.
“Pak Dirga,” jawab Bagol singkat.
Ayah Pambudi terkejut. Wajahnya memancarkan kecemasan yang
amat sangat. Orang tua itu sungguh-sungguh sadar apa artinya
berselisih dengan Lurah nagi penduduk Tanggir (Tohari, 2014: 76).
(28) Ayah Pambudi menatap wajah anaknya. Orang tua itu heran karena
anaknya malah tersenyum. Apa kata-ku, keluh Pambudi dalam hati.
Kepergianku dari lumbung koperasi Desa Tanggir, perbedaan paham
antara aku dengan Pak Dirga, mulai tampak ekornya. Tak kusangka
lurah yang gagah itu berhati tempe, tidak mau menghadapiku dari
depan (Tohari, 2014: 77).
7) Bagian Ketujuh
Cerita yang menonjol dalam bagian ketujuh ialah Pak Dirga yang sedang
melakukan penjajakan mengenai kabar bahwa Bambang Sumbodo putra Camat,
juga tertarik pada Sanis. Hal itu dilakukan Pak Dirga karena ia juga tertarik pada
Sanis dan ingin mendapatkan Sanis untuk dijadikan istrinya. Oleh sebab itu, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
melakukan penjajakan dan ingin membuktikan kebenaran berita tersebut. Hal
tersebut tampak dalam kutipan berikut.
(29) Itu logika Bu Runtah yang tidak pernah dapat menyelami pikiran
suaminya. Ia tidak tahu bahwa suaminya sedang melakukan
penjajakan, apakah benar Bambang Sumbodo juga tertarik kepada
Sanis. Kalau benar, Pak Dirga akan memberikan bantuan apa pun,
karena Bambang putra Camat. Tetapi Pak Dirga sungguh-sungguh
berharap agar berita yang menghubung-hubungkan Bambang dengan
Sanis hendaknya hanya desas-desus belaka. Ini lebih baik bagi Pak
Dirga (Tohari, 2014: 82).
(30) Pak Dirga sengaja memberi tekanan yang nyata pada kata “Bambang”,
supaya rasa waswas di hati istrinya lenyap. Padahal batin Lurah
Tanggir itu berkata, “Kalau kamu sendiri berkata bahwa Sanis cantik,
mestikah aku berkata sebaliknya? Dengar kata Eyang Wira tentang
pisang apupus cinde. Sanis adalah pisang apupus cinde itu, dan aku
adalah lurah di Desa Tanggir ini” (Tohari, 2014: 91).
8) Bagian Kedelapan
Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian kedelapan. Cerita
menonjol yang pertama mengenai kepergian Pambudi ke Yogya. Konflik antara
Pak Dirga dengan Pambudi sangat dirasakan oleh Pambudi dan keluarganya.
Pambudi dan keluarganya tidak disenangi oleh Pak Dirga lurah mereka. Bukan itu
saja, warga Tanggir juga mengucilkan Pambudi dan keluarganya. Hal tersebut
membuat ayah Pambudi meminta anaknya untuk pergi dari Desa Tanggir.
Mendengar perkataan ayahnya, Pambudi pun bingung hendak pergi kemana.
Namun akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Yogya. Nantinya ketika di Yogya,
Pambudi akan menemui sahabatnya Topo untuk meminta bantuan. Hal tersebut
tampak dalam kutipan berikut.
(31) “Dengar Nak, sudah lama Ayah merenungkan masalah ini. Ayah ingin
kau menyingkir dari desa ini untuk kepentinganmu sendiri serta atas
keputusan dan pertimbanganmu. Bukan lari sebagai orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dikalahkan. Dengan demikian sekaligus kau menolong Ayah, sebab
Lurah tidak akan membenciku lagi. Sungguh, anakku, aku merasa
bukan hanya Lurah yang merasa tidak senang padaku. Lama-lama aku
merasa terasing di desaku sendiri. Pikirkanlah!” (Tohari, 2014: 94-
95).
(32) “Baik, Ayah. Tetapi berilah aku kesempatan berpikir dulu barang
beberapa hari. Tentu Ayah maklum, apa yang hendak kuputuskan
bukanlah perkara sepele. Aku harus mempertimbangkannya dengan
sungguh-sungguh” (Tohari, 2014: 96).
(33) Nah, kecuali Topo. Ia masih kuliah di Yogya. Dulu Topo menjadi
sahabat karib Pambudi, duduk sebangku. Teman membuat contekan
dan teman mencuri pepaya yang tumbuh di belakang gedung SMA.
Anak pensiunan polisi itu layak kutemui, pikir Pambudi. Kalau Topo
tidak dapat memberikan pertolongan, paling tidak ia patut kumintai
pandangan-pandangan (Tohari, 2014: 96-87).
Cerita yang menonjol berikutnya ialah keinginan Pambudi untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan. Setelah bercerita banyak dengan
Topo, sahabatnya itu pun mengajurkan kepada Pambudi untuk meneruskan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya dalam hati Pambudi ingin
melanjutkan kuliah, hanya saja ia tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah.
Pambudi pun bimbang dan terus memikirkan rencananya untuk kembali
bersekolah. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(34) “Masuk kampus! Aku tidak ragu sedikit pun untuk berkata bahwa, apa
yang layak kau lakukan sekarang ini adalah bersekolah lagi” (Tohari,
2014: 101).
(35) Pambudi terperangah. Bukan oleh maksud kata-kata Topo, tetapi oleh
tekanan dan cara sahabatnya menyampaikan ucapana itu. Begitu
tandas dan meyakinkan. Bukan untuk pertama kali pemuda Tanggir
ini menerima anjuran demikian. Bahkan ia sering memikirkan
kemungkinan itu (Tohari, 2014: 101).
(36) Tengah malam Pambudi tertidur. Sebelum melingkarkan badannya
dalam kain sarung ia berjanjing kepada Topo akan
mempertimbangkan usahnya baik-baik. Menjadi mahasiswa! Merdu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
juga kedengarannya, pikir Pambudi sebelum lelap (Tohari, 2014:
102).
9) Bagian Kesembilan
Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian kesembilan. Cerita
yang menonjol dalam bagian kesembilan ialah Pambudi memutuskan untuk
melanjutkan sekolahnya. Ia pun mulai memikirkan masalah biaya untuk sekolah
dan kebutuhannya selama di Yogya. Pambudi pun memutuskan untuk mencari
pekerjaan sementara. Topo sahabatnya, menawarinya pekerjaan di sebuah toko
jam tangan. Dulu Topo pernah bekerja di tempat itu selama satu tahun. Pambudi
pun tertarik dan ia bekerja di toko jam tangan tersebut. Hal tersebut nampak
dalam kutipan berikut.
(37) “Kau yang menunjukkan kepastian itu, Kawan, kuterima usulmu
dengan penuh kesadaran. Terima kasih. Dan bukankah aku tidak
terlalu bebal bila memutuskan untuk menjadi seorang mahasiswa?”
(Tohari, 2014: 104).
(38) Tujuh bulan harus dilalui Pambudi sebelum tiba saatnya menempuh
ujian masuk. Walau sekian lama dirasakan terlalu panjang bila diisi
dengan menghafal pelajaran-pelajaran yang justru pernah dikuasainya.
Uang 90.000 yang dibawanya dari Tanggir akan terus berkurang bila
Pambudi tidak mencari penghasilan baru (Tohari, 2014: 105).
(39) “Kemarin aku telah menelepon Nyonya Wibawa. Kutanyakan
padanya apakah dia bisa menerimamu bekerja di sana. Kau bisa
diterima di sana. Janda itu meiliki dua buah toko jam tangan, dan aku
pernah bekerja setahun padanya. Datanglah ke sana besok pagi. Kau
sudah kuperkenalkan” (Tohari, 2014: 207).
Cerita yang menonjol berikutnya ialah kedekatan Pambudi dengan anak
gadis pemilik toko jam tangan tempatnya bekerja. Nama gadis itu adalah Mulyani.
Awal mula kedekatan mereka berawal dari Pambudi yang tidak senagaja mengisi
teka-teki silang milik Mulyani, dan mengirimkannya ke kepada redaksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kedekatan mereka terus berlanjut dan mereka pun mulai saling mengenal satu
sama lain dengan baik. Dari situlah tumbuh perasaan di dalam hati Mulyani
kepada Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(40) Suatu ketika mulyani tampak gelisah dan kesal. Di depannya terpapar
sebuah teka-teki silang yang besar. Ia tidak mampu menjawab semua
pertanyaan. Mulyani putus asa, lalu meninggalkan majalah itu di atas
kaca etalase. Karena senggang Pambudi mengambil majalah itu dan
meneruskan menjawab teka-teki yang tidak terselesaikan oleh anak
majikannya. Setelah penuh diam-diam Pambudi mengirimkannya
kepada redaksi (Tohari, 2014: 108).
(41) “Kalau begitu kau yang berhak atas wesel ini Pam,” kata Mulyani.
Itulah pertama kali dia mengajak berbicara pegawainya (Tohari, 2014:
109).
(42) Pada saat belajar bersama itulah kedua anak muda itu saling mengenal
lebih baik. Pambudi merasa percuma bersandiwara terus-menerus.
Maka ia berkata dengan jujur siapa dia sebenarnya. Dikatakannya pula
kepada Mulyani, mungkin hanya tinggal tiga bulan ia bekerja pada
orangtuanya (Tohari, 2014: 112).
(43) “Nah, kau mulai berbicara dengan hanya menggunakan otak. Aku
benci, benci pada orang yang tidak bisa menghargai perasaan.
Persahabatan harus juga dihiasi dengan perasaan. Pam, kaukira kau
tak mempunyai cukup perasaan” (Tohari, 2014: 113).
Cerita yang menonjol selanjutnya ialah mengenai beredarnya fitnah
mengenai adanya hubungan antara kepergian Pambudi ke Yogya dengan
hilangnya uang di lumbung koperasi desa. Mendengar kabar tersebut Pambudi
pun merasa tidak terima. Ia yakin bahwa yang menyebarkan berita tersebut adalah
Pak Dirga dan Poyo. Pambudi pun berniat untuk menuntut Pak Dirga dan Poyo.
Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(44) Kelihatannya Tanggir hidup dalam tarikan-tarikan napas yang tenang.
Tetapi di balik ketenangan itu beberapa orang sedang
mengembangkan intrik untuk menjatuhkan Pambudi. Bisik-bisik
menjalar di antara penduduk Tanggir yang tidak pernah peduli apakah
kabar itu benar atau tidak. Fitnah itu dengan cepat menjalar dari mulut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
ke telinga, dari kuping ke mulut dan ke telinga lainnya. Hanya
beberapa orang sejak semula merasa dekat dan percaya kepada
Pambudi yang tidak terpengaruh oleh berita itu, bahwa kepergian
Pambudi ke Yogya bersangkut paut dengan hilangya uang lumbung
koperasi Desa Tanggir sebanyak 125.000 rupiah (Tohari, 2014: 114).
(45) “Kampret!” teriak Pambudi dalam hati. “Ini pasti perbuatan Lurah
Tanggir dan Poyo. Pengecut! Akan kubuktikan di depan pengadilan
siapa yang menggarong uang itu. Penduduk Tanggir harus yakin
bahwa aku masih tetap si Pambudi yang dulu, yang menganggap
kejujuran adalah hal yang wajar yang harus dihormati oleh semua
orang. Aku bukan hanya menghormati, bahkan sudah dan akan tetap
mengamalkannya. Aku harus membela diri, karena tuduhan terhadap
diriku sudah keterlaluan. Aku harus menantang mereka sampai ke
depan hakim. Harus!” (Tohari. 2014: 115).
10) Bagian Kesepuluh
Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian ini. Cerita
menonjol yang pertama ialah Pambudi berhenti bekerja di toko arloji milik
Nyonya Wibawa, dan ia mulai bekerja di harian Kalawarta. Saat itu Pak Barkah
mengetahui bahwa Pambudi tinggal di Yogya, kemudian Pak Barkah berpikir
untuk mengajak Pambudi untuk bergabung dan bekerja di harian Kalawarta. Hal
tersebut karena salah satu karyawan yang ditunjuk oleh Pak Barkah untuk
melaksanakan sebuah proyek telah mengundurkan diri. Oleh sebab itu, Pak
Barkah meminta Pambudi untuk menggantikan posisi karyawan tersebut.
Akhirnya Pambudi menyetujuinya dan ia mulai bekerja di harian Kalawarta. Hal
tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(46) Pada saat itu Pak Barkah telah mengetahui Pambudi tinggal di kota
yang sama, Yogyakarta, karena pemuda itu sendiri telah dua kali
mengunjungi Pak Barkah. Menurut pendapat pemimpin Redaksi
Kalawarta itu, Pambudi tidak terlalu banyak berbeda dengan Pendi
Toba. Anak dari Tanggir itu kemauannya keras. Pengetahuan
umumnya baik. Kejujurannya sangat tampak. Dan satu hal lain yang
tak dapat dipungkiri oleh Pak Barkah, Pambudi menyimpan semacam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
obligasi moral pada harian Kalawarta. Jadi Pambudi sangat patut
mengisi lowongan yang ditinggalkan oleh si Pendi itu (Tohari, 2014:
120).
(47) “Dik Pambudi,” kata Pak Barkah pada suatu malam di rumahnya.
“Aku menghendaki hubungan yang lebih hidup di antara kita berdua.
Bagaimana kalau kau kuminta menggantikan Pendi Toba?” (Tohari,
2014: 120).
(48) “Ya, Pak,” jawab Pambudi dengan hati berdebar. Ia melihat harapan
yang besar, tujuannya untuk meneruskan kuliah akan lebih gampang
terlaksana (Tohari, 2014: 121).
Cerita yang menonjol selanjutnya ialah mengenai rasa simpati yang
diberikan Bambang Sumbodo kepada Pambudi. Mendengar berita mengenai
fitnah yang menimpa Pambudi membuat Bambang Sumbodo merasa simpati
kepada Pambudi. Rasa kagum dengan kepribadian yang yang dimilik Pambudi
membuat Bambang ingin membela Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan
berikut.
(49) Jadi Bambang juga mendengar desas-desus yang memburuk-burukan
nama Pambudi. Walaupun Bambang hanya mendengar nama itu,
tetapi sesungguhnya secara diam-diam ia menghormatinya. Pambudi
yang masih semuda itu telah memiliki pribadi yang utuh. Bukan suatu
kebetulan kalau Bambang mengagumi pemuda yang mempunyai
kepribadian seperti Pambudi itu (Tohari, 2014: 127).
(50) Tentang Pambudi. Bambang yakin bahwa bisik-bisik buruk yang
menjelek-jelekan pemuda Tanggir itu palsu belaka. Ia merasa wajib
membelanya, setidak-tidaknya ia harus berbicara dengan Pambudi
(Tohari, 2014: 128).
(51) “Pasti kau mengerti, Pambudi menjadi korban kabar bohong sekarang.
Ada orang yang ingin merusak nama baiknya. Sudah kukatakan
Pambudi seorang pemuda yang baik. Aku tak pernah meragukan
kejujurannya. Oleh karena itu aku ingin menemuinya di Yogya. Tidak
apa-apa, aku hanya akan mengatakan ia tidak perlu berkecil hati oleh
kabar buruk yang menyangkut dirinya. Mudah-mudahan simpati yang
kuberikan dengan ikhlas, akan mengurangi beban hatinya. Hanya itu”
(Tohari, 2014: 131).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
11) Bagian Kesebelas
Cerita yang menonjol pada bagian kesebelas mengenai Pak Dirga yang
melamar Sanis dan menjadikan Sanis sebagai istrinya. Setelah tahu bahwa
Bambang Sumbodo tidak tertarik pada Sanis, akhirnya Pak Dirga memberanikan
diri untuk mendekati Sanis. Pak Dirga hendak melamar dan menjadikan Sanis
sebagai istrinya yang kesekian. Untuk itulah Pak Dirga meminta sesorang untuk
pergi ke rumah orang tua Sanis, dan mengantarkan sejumlah uang sebagai tanda
Pak Dirga melamar Sanis.
Sementara itu dilain pihak, ayah Sanis dilanda kebimbangan. Sedangkan
ibu Sanis, mendengar kabar tersebut langsung menyatakan tidak setuju apabila
Sanis dijadikan istri Pak Dirga. Setelah berdebar dengan istrinya, akhirnya ayah
Sanis menyatakan setuju dengan lamaran tersebut. Hal tersebut nampak dalam
kutipan berikut.
(52) Atas penelitiannya sendiri Pak Dirga yakin bahwa Bambang tidak
mengharapkan Sanis. Ini dia! Memang benar, Lurah Tanggir itu tahu,
Sanis sering menerima surat dari Pambudi, tetapi apa arti bocah
igusan yang sudah dienyahkannya itu. Pak Dirga merasa telah
mengalahkan Pambudi. Logika yang primitif mengajarkan, milik yang
kalah menjadi hak si pemenang. Dan Pak Dirga tidak pernah
melupakan kata-kata Eyang Wira, “Dulu, para demang atau lurah
berhak memetik pisang apupus cinde.” Sanis tumbuh menjadi gadis
yang paling cantik di Tanggir. Ia amat layak mendampingi laki-laki
yang paling berkuasa di desa ini: aku! Begitu Pak Dirga membenarkan
naluri bajulnya (Tohari, 2014: 135).
(53) Maka ketika ia menerima perintah untuk menjumpai Pak Modin,
kebayan tua itu langsung maklum. Tugas yang ia terima untuk
melamar Sanis bagi Pak Dirga akan ia tunaikan dengan gemilang
(Tohari, 2014: 136).
(54) Selesai mengutarakan maksudnya, Kebayan menyodorkan sebuah
bungkusan. Duta Pak Dirga yang membuka bungkusan itu, isinya
dibagi menjadi dua bagian. Yang sebagian jelas berupa tumpukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
uang kontan, lainnya masih terbungkus oleh saputangan (Tohari,
2014: 136).
(55) “Pulanglah, tinggalkan bawaan itu di sini” (Tohari, 2014: 138).
(56) “Artinya kalian menerima lamaran Pak Dirga! Nah, begitu. Uang yang
saya bawa ini berjumlah 150.000, untuk kalian berdua. Yang berada di
dalam bungkusan itu adalah cincin, gelang, dan kalung emas untuk
Sanis. Masih ada lagi, surat-surat keterangan sebuah sepeda motor
atas nama anakmu. Motor itu sekarang masih di toko. Sesudah
pernikahan, anakmu akan ke sana kemari dengan motor (Tohari, 2014:
138-139).
12) Bagian Kedua Belas
Cerita yang menonjol dalam bagian kedua mengenai terungkapnya
kecurangan yang selama ini dilakukan oleh Lurah Desa Tanggir. Melalui
tulisannya di harian Kalawarta Pambudi menceritakan tentang desanya, termasuk
mengenai kecuranga-kecurangan yang dilakukan oleh pemimpin desa tersebut.
Hal ini pun mengundang perhatian dari berbagai pihak, termasuk Pak Camat, dan
anaknya Bambang Sumbodo. Sementara itu, Bupati yang juga mengikuti tulisan
Pambudi segera mengambil tindakan. Bupati pun memerintahkan Pak Camat
untuk membantah tulisan Pambudi demi otoritas pemerintah setempat, serta
memerintahkan agar Lurah Desa Tanggir itu diganti dan ditangkap. Hal tersebut
nampak dalam kutipan berikut.
(57) “Wah, Ayah. Seorang terpelajar seperti Pambudi pasti tahu bahwa
memfitnah seseorang dapat dipidana. Tentu Ayah pernah mendengar,
ada kabar busuk yang pernah tersebar di Tanggir. Pambudi
menggelapkan uang koperasi sebanyak 125.000 rupiah. Dapat kita
tebak siapa yang membuat berita itu. Sekarang Pambudi sedang
melancarkan serangan balasan. Kalau anak itu berbuat demikian,
berarti ia sedang mengajak lurahnya berhadap-hadapan di depan
pengadilan” (Tohari, 2014: 152).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(58) “Tentu. Kumpulkan data yang resmi. Suruh seorang yang pandai
menyusun suatu pernyataan bantahan, tetapi awas. Ambilah sikap
yang tepat sehingga tidak nampak kita membela Lurah Tanggir. Jadi
hati-hati dalam menyusun redaksi pernyataan itu. Kemudian gantilah
Lurah Tanggir!” (Tohari, 2014: 153).
(59) Tulisan Pambudi harus dibantah demi kehormatan otoritas Pemerintah
Daerah, yang tidak mungkin didikte oleh seorang wartawan harian
kecil seperti Kalawarta. Pemecatan Lurah Tanggir juga perlu, sebab
lama-lama ia berbahaya juga bagi nama baik Bupati dan segenap
bawahannya (Tohari, 2014: 154).
(60) Pokoknya, untuk membereskan masalah Lurah Tanggir, Pak Camat
akhirnya menemukan sebuah cara: Diam-diam ia menyuruh seseorang
menyelenggarakan meja judi. Dapat dipastikan Pak Dirga akan
muncul di arena judi itu. Apalagi dengan bisik-bisik diberitakan,
bahwa beberapa perempuan cantik akan melayani meja judi itu. Pada
malam kedua Pak Dirga masuk perangkap. Seorang jaksa menangkap
basah Lurah Tanggir itu sedang mengocok kartu (Tohari, 2014: 156).
(61) Yang jelas, sekarang ada alasan resmi untuk menjemur Pak Dirga di
halaman kantor polisi. Langkah pertama yang telah ditempuh Pak
Camat telah berhasil menjatuhkan Lurah Tanggir. Pendapat umum
atas tindakan selanjutnya telah diarahkan dengan sempurna. Sesudah
dijemur di halaman kantor polisi itu, beslit Pak Dirga dicabut.
Gampang, sangat gampang. Diharapkan semua orang akan berkata
“Lurah Tanggir dipecat gara-gara ia bermain judi.” Bukan dengan
alasan lain, apa pun bunyinya (Tohari, 2014: 156).
13) Bagian Ketiga Belas
Cerita yang menonjol pada bagian terakhir ini mengenai perasaan yang
dirasakan oleh Mulyani kepada Pambudi. Mulyani dan Pambudi semakin lama
semakin dekat sehingga tumbuhlah perasaan di antara mereka berdua. Dalam
bagian ini, Mulyani ingin mengutarakan perasaannya kepada Pambudi. Namun ia
malu, karena ia seorang perempuan yang tak mungkin untuk mengutarakan
perasaannya terlebih dahulu. Begitu pula Pambudi, ia masih ragu karena ia
berbeda etnis dan status sosial dengan Mulyani. Sebenarnya Pambudi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
mencintai Mulyani, namun ia masih menyimpan perasaannya itu. Hal tersebut
nampak dalam kutipan berikut.
(62) Menjelang ujian kenaikan tingkat, Mulyani makin menyandarkan diri
pada Pambudi. Malam-malam ia sering datang menyusul ke kantor
Redaksi Kalawarta (Tohari, 2014: 158).
(63) Ada jam tangan baru di tangan kiri Pambudi. Ada baju baru melekat
di badannya. Hanya mereka berdua yang tahu bahwa barang-barang
itu pemberian Mulyani (Tohari, 2014: 159).
(64) “Sungguh, Mas Pam, mestinya kau yang mengemukakan masalah
yang akan kukatakan berikut ini. Bukan aku. Tetapi karena kau selalu
begitu-begitu saja, aku telah melanggar naluriku sendiri sebagai
seorang perempuan. Mas Pam, kita harus bebrbicara sekarang, kita
harus berbicara...” (Tohari, 2014: 167).
(65) “Aku seorang pemuda biasa yang berumur 27 tahun. Tak ada yang
kurang pada diriku, utuh dan sehat. Apa yang dirasakan oleh Mulyani,
aku pun merasakannya pula. Rasa cinta tidak mati, meskipun aku telah
dikhianatinya. Apa salahnya kalau kuakui bahwa Mulyani segar dan
lembut. Apa salahnya kalau aku berkata bahwa sudah lama aku
tertarik padanya. Tetapi yang kutampilkan adalah sikap kemunafikan”
(Tohari, 2014: 168).
(66) “Dengan sungguh-sungguh aku berusaha supaya aku tidak jatuh cinta
kepada Mulyani, karena tentang cinta aku berpendirian sangat kolot:
Rasa cinta hanya tersedia buat bekal perkawinan. Nah, aku hendak
mengawini Mulyani? Oh, seribu perbedaan yang harus kusingkirkan
sebelum aku memutuskan berbuat demikian” (Tohari, 2014: 169).
(67) Seandainya ia bisa bertutur kata, pastilah Cibalak akan berseru,
“Karena Mulyani, apakah kau akan meninggalkan aku, Pambudi?”
Serunya tidak pernah terdengar orang. Dan Bukit Cibalak membisu
abadi (Tohari, 2014: 170).
Dari ketiga belas bagian cerita yang terdapat dalam novel, terdapat
bagian cerita yang menonjol. Pada bagian pertama, cerita yang menonjol terdapat
pada kutipan 3. Pada bagian kedua, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 5,
6, 7, 8, dan 9. Pada bagian ketiga, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pada bagian keempat, ceria yang menonjol terdapat pada kutipan 15 dan 16. Pada
bagian kelima, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 18 dan 19. Pada bagian
keenam terdaapat empat cerita yang menonjol, yaitu kutipan 23, 24, 26, dan 27.
Pada bagian kedelapan, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 31. Pada
baguan kesembilan, cerita yang menonjol ada pada kutipan 38, 39, 42, dan 43.
Pada bagian kesepuluh, terdapat dua cerita yang menonjol, yaitu pada kutipan 50
dan 51. Pada bagian kesebelas, cerita yang menonjol ada pada kutipan 52. Pada
bagian kedua belas, cerita yang menonjol terletak pada kutipan 58, 59, dan 60.
Pada bagian ketiga belas, terdapat enam cerita yang menonjol, yaitu kutipan 62,
63, 64, 65, 66, dan 67.
Berdasarkan hasil analisis tema menggunakan kriteria pertama,
ditemukan dua tema dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
Tema pertama adalah tentang konflik sosial, lebih jelasnya mengenai perseteruan
antara seorang pemuda desa dengan lurah desanya. Konflik tersebut terjadi antara
tokoh Pambudi dengan tokoh Pak Dirga sebagai lurah. Mereka berdua yang
memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi sebuah permasalahan.
Pambudi memiliki jiwa sosial yang tinggi, bijaksana, dan jujur. Sedangkan Pak
Dirga memiliki sikap yang licik dan selalu mencari keutungan pribadi. Akibat
perbedaan tersebut, terjadilah perseturan di antara keduanya. Pak Dirga dengan
sikap Pambudi, berusaha untuk menjatuhkan Pambudi dan mengusirnya dari desa.
Namun usaha tersebut tidak berjalan sesuai rencana, dan justru Pak Dirga yang
mendaparkan ganjaran atas perbuatannya. Tema tersebut dapat ditunjukkan pada
kutipan (5), (8), (9), (18), (19), (20), (27), (44), (45), (59), (60), (61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tema kedua yang terdapat dalam novel tersebut yaitu tema percintaan
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kisah cinta
antara tokoh Pambudi yang mencintai tokoh Sanis. Walaupun pada akhirnya kisah
cinta mereka tidak dapat terwujud. Selain itu, terdapat pula kisah percintaan
anatara tokoh Pambudi dengan tokoh Mulyani. Kisah cinta mereka juga belum
menemukan ujungnya karena mereka berbeda etnis. Walaupun begitu, sebenarnya
kedua tokoh tersebut (Pambudi dan Mulyani) sama-sama saling mencintai. Tema
terebut dapat ditunjukkan pada kutipan (23), (24), (42), (43), (62), (63), (64), (65),
(66), (67).
Untuk pengklasifikasian jenis tema, novel Di Kaki Bukit Cibalak ini
termasuk dalam pengklasifikasian jenis tema fisik, tema sosial, dan tema egoik
(reaksi pribadi). Novel ini diklasifikasikan sebagai jenis tema fisik karena adanya
kisah percintaan di dalamnya, yaitu kisah percintaan Pambudi dengan Sanis, dan
Pambudi dengan Mulyani. Tema yang bersifat fisik menyangkut inti cerita yang
bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta. Oleh
sebab itu, novel ini termasuk dalam jenis tema fisik. Selain jenis tema fisik, novel
ini juga masuk dalam jenis tema sosial. Tema yang bersifat sosial berkaitan
dengan problem kemasyarakatan. Hal ini sudah jelas terlihat dalam novel ini,
bahwa masalah yang diangkat serta tema dalam novel ini yaitu mengenai konflik
sosial di masyarakat pedesaan. Selain kedua jenis tema tersebut, novel ini juga
termasuk dalam jenis tema egoik. Tema egoik atau reaksi individual, berkaitan
dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan
pertentanga individu. Hal ini tampak dalam sikap tokoh Pambudi yang menentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sikap lurahnya yang berperilaku curang, yang mengakibatkan dirinya difitnah dan
harus pergi dari desanya sendiri.
Selain jenis tema di atas, terdapat pula tema utama (tema mayor) dan
tema tambahan (tema minor) dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak ini. Hal ini
karena makna cerita dalam cerita novel ini lebih dari satu interpretasi. Ada pun
tema utama (tema mayor) dalam novel ini adalah mengenai perseteruan anatara
pemuda desa dengan lurahnya. Sedangkan tema tambahan (tema minor) dalam
novel ini adalah mengenai kisah percintaan antara laki-laki dan perempuan yang
digambarkan dalam novel.
b. Analisis dan Pembahasan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak
Amanat dapat diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung oleh
pengarang. Menurut Sudjiman (1991: 57), terdapat dua cara yang dapat dilakukan
untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra, yaitu secara eksplisit dan
implisit. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit jika pada tengah atau akhir
cerita, pengarang menyampaikan seruan, saruan, peringatan, nasihat, anjuran,
larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu.
Sedangkan secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam
tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir.
Berdasarkan cara untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra,
berikut akan dianalisis amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak baik secara implisit
atau eksplisit. Untuk mempermudah dalam menganlisis amanatnya, peneliti
membaginya dalam beberapa bagian sesuai dengan jumlah bagian dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
1) Bagian Pertama
Pada bagian pertama, pengarang menyampaikan amanatnya secara
eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat
dilihat dalam kutipan berikut.
(68) Jadi ada benarnya bila seseorang mengatakan bahwa tugas pertama
seorang lurah baru adalah menata kembali perekonomian rumah
tangganya. Bila usahanya gagal, berarti cikal bakal kesulitan tugas
sudah dimulai. Kecurangan para lurah biasanya bermula dari titik ini
(Tohari, 2014: 15).
Dalam kutipan di atas, pengarang menyampaikan pesan bahwa seorang
pemimpin hendaknya dapat mengatur pengeluarannya dengan baik. Jika seorang
pemimpin tidak dapat mengatur pengeluarannya secara bijaksana, maka
kemungkinan adanya kecurangan dapat saja terjadi dalam pemerintahannya.
Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit, dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(69) Banyak orang yang akan memberikan suara kepada calon yang
disukainya dengan ikhlas. Tetapi banyak juga yang bersedia menjual
suaranya dengan berbagai cara yang dirahasiakan (Tohari, 2014: 12).
Dalam kutipan di atas, pengarang menyampaikan pesan, yaitu dalam
pemilihan suara hendaknya dapat bersikap terbuka. Ada baiknya jika dalam
memberikan suara berilah pilihan berdasarkan hati nurani, jujur, dan adil. Jangan
memilih hanya karena iming-iming tertentu.
(70) Setiap orang menghendaki jagonya yang jadi. Secara umum mereka
menghendaki lurah yang baru nanti baik orangnya. Tidak menjual sapi
milik desa, tidak memungut iuran irigasi. Lurah yang baru juga
diharapkan mampu menutup-nutupi penduduk yang pekerjaannya
mencuri kayu angsana yang baru saja ditanam di tanah-tanah milik
Pemerintah. Dan ada lagi, hendaknya lurah yang baru nanti segera
mengganti istrinya. Yang menginginkan demikian ialah orang yang
merasa punya anak gadis yang pantas dipanggil Bu Lurah. Seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
yang memakai caping lebar berbisik kepada temannya bahwa ia ingin
saudaranyalah yang terpilih supaya ia dapat nunut kemukten (Tohari,
2014: 13).
Melalui kutipan di atas pengarang memberikan amanat, yaitu pilihlah
calon pemimpin yang memiliki kinerja yang baik agar dapat mewujudkan
kepentingan bersama. Jangan memilih calon pemimpin hanya karna ingin
mendapatkan sesuatu untuk kepentingan pribadi. Pilihlah pemimpin yang
memang memiliki kemampuan untuk memimpin dengan baik dan dapat
mensejahterakan rakyatnya.
(71) Tiap-tiap calon mempunyai beberapa orang botoh yang mempunyai
tugas sebagai pengumpul suara. Soal cara, tidak dipehatikan benar.
Maka para botoh inilah yang hampir selalu mendatangkan onar pada
setiap pelaksanaan pemilihan pamong desa. Sesungguhnya para para
botoh itu tidak pantas mendapat kepercayaan apa pun. Mereka mau
bekerja dengan dengan satu tujuan, uang! Mereka bisa saja berkhianat
kepada calon yang telah membayarnya bila ia melihat uang yang lebih
banyak. Maka para botoh mempunyai pasangan yang amat cocok,
para petaruh (Tohari, 2014: 14).
Melalui kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan amanat
hendaknya kita jangan berkhianat kepada seseorang yang telah mempercayai kita.
2) Bagian Kedua
Dalam bagian kedua, pengarang menyampaikan amanatnya secara
implisit. Hal ini nampak dalam kutipan berikut.
(72) Pambudi tahu persis mengapa sejawatnya bisa memperoleh semua itu.
Ia bekerja sama dengan Lurah, misanlnya memperbesar angka susut
guna memperoleh keuntungan berton-ton padi. Atau mereka
bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga
jual padi lumbung koperasi (Tohari, 2014: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Melalui kutipan di atas pengarang memberikan pesan agar jangan
bekerjasama untuk melakukan kecurangan demi keuntungan pribadi dan membuat
orang lain susah.
(73) Kemudian dengan pandangan mata lurus Pak Dirga berkata, “Mbok
Ralem, sebenarnya seorang seperti kamu tidak bisa mendapat
pinjaman. Aku tahu, banyak peminjam yang mengembalikan
pinjamannya saja tidak dapat, apalagi bersama bunganya. Jawablah
sekarang dengan jujur, apakah dulu kau pernah meminjam padi dari
lumbung?” (Tohari, 2014: 20).
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar sebagai
seorang pemimpin dapat melayani dengan tulus, tidak perhitungan dan bersikap
bijaksana. Sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat memperhatikan rakyatnya
dengan memberikan pelayanan yang baik, terlebih kepada rakyatnya yang sedang
membutuhkan pertolongan.
(74) “Dengarlah, anak muda. Pertama-tama kukatakan kepadamu bahwa
inilah kesempatan yang dapat kau ambil untuk mendapat keuntungan
yang besar. Marilah kita bekerja sama. Kau tahu, uang yang dijanjikan
Pemerintah sebesar 2.000 rupiah untuk tiap batang kelapa yang
tergusur, akan lambat datangnya. Uang milik koperasi dapat kita pakai
dulu untuk membayarkan ganti rugi kepada pemilik pohon kelapa.
Kita tidak akan membayar 2.000 tiap batang, tetapi cukup 1.000 saja.
Jadi apabila uang ganti rugi yang dijanjikan Pemerintah keluar, kitalah
pemiliknya. Sementara kita menunggu, kita tebang pohon-pohon
kelapa yang sudah kita bayar itu. Bayangkan, pemborong yang sedang
membangun jembatan Kali Benda itu berani membayar 2.500 per
batang. Wah, Pambudi, apa tidak lumayan? Bila mau, kau dapat juga
membeli sepeda motor seperti Poyo. Enak, bukan?” (Tohari, 2014:
25).
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar sebagai
seorang pemimpin yang telah dipercaya rakyatnya dapat bekerja dengan jujur.
Selain itu, jangan mengajak orang lain untuk berbuat curang bahkan mengkorupsi
uang yang bukan haknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
3) Bagian Ketiga
Dalam bab ketiga, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit
dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
(75) “Kalau kau ingin sembuh, janganlah ada rasa takut di hatimu,
sekalipun terhadap Pak Dirga” (Tohari, 2014: 30).
Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat, yakni jika
memiliki suatu keinginan seseorang harus berusaha, mau menghadapi segala
rintangan, dan jangan takut pada apapun. Selama apa yang dilakukan itu adalah
benar, tidak perlu merasa takut.
(76) “Apabila Pak Dirga bertanya dari mana kau mendapat uang jalan,
katakan saja sanak famili telah memberikan bantuan kepadamu. Aku
tidak ingin kausebut-sebut, mengerti, Mbok?” (Tohari, 2014: 30).
Melaui kutipan di atas, pengarang mengajarkan hendak jika memberi
bantuan kepada orang lain, cukup kita dan orang tersebut saja yang
mengetahuinya. Tidak perlu bersikap sombong dengan mengatakan ke semua
orang bahwa kita telah memberikan bantuan.
(77) Seorang pemuda bernama Pambudi sedang menolong sesamanya
menurut suara hatinya. Tetapi mengapa aku begitu terkesan? Apakah
karena semangat fitrah seperti yang sedang diperlihatkan oleh
Pambudi kini hampir musnah? Benarkah demikian? Atau kepalsuan
dan kemunafikan telah membawa harkat kemanusian terjun ke dalam
jurang. Atau hiruk-pikuk kehidupan sekarang telah memekakkan
telinga banyak orang, sehingga sulit mendengarkan suara hati
nuraninya sendiri. Atau... (Tohari, 2014: 39).
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa sikap
saling tolong menolong itu sangat baik dan bijaksana, jadi harus terus
dibudayakan. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
itulah sikap peduli, tenggang rasa dan tolong menolong ada baiknya untuk
dibudayakan dan dibiasakan.
Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit, dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(78) Hatinya dikacau oleh perasaan kasihan terhadap Mbok Ralem. Adalah
pantas bila aku berbuat sesuatu untuk menolong perempuan yang sakit
itu, tapi apa? pikirnya. Berjam-jam Pambudi merenung.
Didengarkannya dengan sungguh-sungguh suara hatinya sendiri.
Kemudian datanglah tekadnya (Tohari, 2014: 29).
Melalui kutipan di atas pengarang memberikan amanat bahwa membantu
seseorang yang kesulitan merupakan hal yang bijaksana, karena dapat
meringankan masalah dan membuat hati seseorang senang.
(79) Sejak semula pemuda itu telah bertekad hendak menolong Mbok
Ralem sampai sembuh. Jadi jauh-jauh sebelumnya ia sudah
memperkirakan akan mengelurakan banyak uang. Namun
sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain.
Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya
yang lain benar-benar gagal (Tohari, 2014: 36).
Kutipan di atas mengajarkan untuk bersikap tulus dan ikhlas ketika
memberikan bantuan. Selain itu, sebelum memberi bantuan hendaknya
dipersiapkan dahulu dan tak lupa untuk bertanggung jawab menanggung semua
resiko yang ada. Itulah tanda bahwa bantuan yang diberikan tulus dan ikhlas.
(80) Setelah bersembahyang di atas sehelai koran, Pambudi merebahkan
diri hendak tidur (Tohari, 2014: 40).
Melalui kutipan di atas, pengarang mengajarkan untuk selalu ingat
kepada Tuhan. Sesibuk apa pun, luangkan waktu sejenak untuk bertemu dengan
Tuhan dalam doa. Selain itu, berdoa dapat dilakukan dimana pun dan dalam
kondisi apa pun karena yang terpenting adalah niat kita untuk berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4) Bagian Keempat
Dalam bagian keempat, pengarang menyampaikan amanatnya secara
eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat
dilihat dalam kutipan berikut.
(81) Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan
masyarakat melebihi ketentuan. “Kepercayaan masyarakat terhadap
keutamaan pengumpulan dana semacam ini jangan sampai kita
rusakkan,” kata Pak Barkah (Tohari, 2014: 44-45).
Melalui kutipan tersebut, pengarang menyampaikan pesan bahwa jangan
mengabaikan kepercayaan dan menyalah gunakan bantuan yang telah diberikan
orang lain. Agar tidak menimbulkan kecurigaan sehingga orang lain tidak mau
lagi memberikan bantuan.
(82) “Juga karena kalianlah aku merasa yakin bahwa tidak sesuatu pun
telah hilang dari diri kita sebagai manusia. Memang, si anu itu jarang
hadir di antara kita. Dia jarang muncul di jalan-jalan, pasar, atau
pabrik, bahkan kantor-kantor sekalipun. Tetapi bagaimanapun juga si
anu masih ada. Kita sendiri yang baru saja membuktikannya:
Kemanusiaan” (Tohari, 2014: 54).
Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat bahwa
seseorang memiliki hati nurani, memiliki rasa peduli terhadap sesamanya. Hanya
saja perasaan itu tidak setiap saat ditunjukkan.
Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(83) Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia
mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin sehingga tak
sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahayang Jumat
di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi
rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga
sengaja hendak melihat Sanis. Apa boleh buat! Dan Pambudi benar-
benar melaksanakan kehendaknya (Tohari, 2014: 47).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kutipan di atas mengmberikan amanat bahwa jangalah berubah niat
ketika akan menjalankan ibadah kepada Tuhan. Ingat lah tujuan utama kita untuk
beribadah kepada Tuhan.
(84) “Oh ya. Kau sedang menunggu Mbok Ralem di rumah sakit, bukan?
Semua orang membicarakan hal itu. Kau hebat, Kak.”
“Tidak ada yang hebat. Mbok Ralem atau siapa saja pantas mendapat
pertolongan bila mendapat kesulitan. Kebetulan yang turun tangan
mengantarkan Mbok Ralem ke rumah sakit adalah aku. Apanya yang
luar biasa?” (Tohari, 2014: 48).
Kutipan di atas memberikan amanat walaupun telah berhasil melakukan
perbuatan yang hebat, janganlah merasa sombong dan tetaplah rendah hati akrena
sesungguhnya semua orang dapat berbuat demikian, tergantung seseorang itu
menyikapinya.
(85) “Oalah, Gusti, apa yang sedang kualami ini? Oalah, Pangeran, apa
yang sedang terjadi dalam hidupku ini? Sakitku telah sembuh. Itu saja
sudah cukup, cukup” (Tohari, 2014: 53).
Kutipan tersebut memberikan amanat agar selalu bersyukur atas apa yang
telah kita terima. Bersyukurlah selalu atas apa yang telah didapatkan dan jangan
selalu mengharapkan lebih.
5) Bagian Kelima
Dalam bagian kelima ini pengarang menyampaikan amanatnya secara
implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(86) Poyo sedang menekuni buku administrasi lumbung koperasi. Ia bukan
menjadi sibuk lantaran Pambudi, sejawatnya, telah keluar. Bukan pula
karena kegiatan perlumbungan meningkat. Tetapi karena Pak Dirga
menghendaki perombakan total pada tata pembukuan koperasi itu, tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
peduli walaupun angka-angka di sana akan membuktikan kebohongan
yang lebih gila (Tohari, 2014: 56).
Melalui kutipan di atas pengarang menyampaikan amanat agar dalam
bekerja seseorang dapat menerapkan kejujuran, menyampaikan hal-hal sesuai
dengan kenyataannya dan tidak perlu dibuat-buat sehingga menimbulkan
kebohongan.
(87) “Ya. Dan Bapak tidak ingin keuntungan koperasi dipakai oleh orang
lain. Artinya Bapak setuju andai kata Mbok Ralem terkubur bersama
masalah kankernya, begitu?”
“Lho, tidak lain maksudku supaya kau dapat membeli TV.”
“Dan Bapak bisa menjadi makelar penjual batang kelapa?” (Tohari,
2014: 59).
Kutipan di atas memberikan amanat sebagai seorang pemimpin hedaknya
dapat bekerja dengan jujur. Jangan menggunakan hak orang lain untuk menuruti
kepentingan pribadi. Seorang pemimpin itu rela berkorban demi kesejahteraan
rakyatnya, dan dapat mengkesampingkan kepentingan bagi dirinya sendiri.
(88) “Jempolan! Simpan buku yang kedua itu. nanti pada saat yang tepat
kita akan menyebarluaskan isinya. Semua warga Tanggir akan
mencap Pambudi sebagai „kelilip‟ desa” (Tohari, 2014: 60).
Kutipan di atas memberikan amanat agar jangan menyebarkan perkataan
yang tidak benar. Apalagi menuding orang lain yang belum tentu bersalah hanya
karena rasa sakit hati terhadap orang lain.
(89) Tamu itu duduk dengan takzim, menunduk, dan kesepuluh jarinya
tersusun berkaitan. Kakek yang mempunyai telinga mirp milik sang
Buddha itu memejamkan mata sebentar.
“Jadi sampena hanya menginginkan orang yang menjadi „kelilip‟ Desa
Tanggir itu menyingkir dari sana, begitu?”
“Ya, hanya itu Eyang.”
“Namanya?”
“Pambudi” (Tohari, 2014: 61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kutipan tersebut memberikan amanat agar janganlah percaya kepada
dukun karena hal tersebut adalah perbuatan yang tercela. Percayalah hanya kepada
Tuhan.
6) Bagian Keenam
Dalam bagian keenam ini, pengarang mengungkapkan amanatnya secara
implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(90) Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang
sampai tiga kali. Ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras
sekali. Tetapi bagol tetap pada tekadnya, bungkam! Dan tetap
bungkam ketika diancam hendak dibawa ke kantor polisi. Pambudi
yang ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk
mendapatkan pengakuan Bagol (Tohari, 2014: 75-76).
Kutipan di atas memberikan amanat agar jangan mudah emosi dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Segala hal tidak akan ada penyelesaiannya
jika dihadapi dengan emosi. Berusahalah untuk tenang dalam menghadapi
permasalahan. Dengan demikian kita dapat memikirkan jalan keluar dari
permasalahan tersebut.
(91) Bagol disuruh pulang. Pambudi masuk kembali ke kamarnya. Ia
menyumpahi dirinya, karena begitu ia menyorotkan senter ke atas
meja, tampaklah majalah remaja itu. Kontan ia membayangkan
pemiliknya, Sanis. Sadarlah Pambudi bahwa dirinya lemah. Ia tidak
bisa berdaulat mutlak atas pribadinya sendiri. Buktinya, Sanis yang
masih bocah itu dapat duduk dengan tenang dalam hati Pambudi
(Tohari, 2014: 77).
Kutipan di atas memberikan amanat agar tetap fokus dan kuat dalam
mengahdapi suatu permasalahan karena orang yang lemah akan mudah lengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dengan demikian orang yang memiliki niat jahat akan dengan mudah mencelakai
kita.
(92) Sebaliknya ayah Pambudi amat cemas setelah adanya kejadian itu.
Lurah memusuhi anaknya yang bungsu, yang amat disayanginya.
Orang tua itu mencari penawar kebimbangan dengan duduk bersujud
kepada Tuhan. Sampai menjelang fajar, ayah Pambudi belum
melepaskan doanya (Tohari, 2014: 77).
Kutipan di atas memberikan amanat untuk selalu berserah kepada Tuhan.
Ketika sedang mengalami kesulitan cobalah berdoalah kepada Tuhan agar
diberikan jalan keluar. Selain itu dengan berdoa, hati kita akan tenang sehingga
dapat mencari jalan keluarnya.
7) Bagian Ketujuh
Pada bagian ketujuh ini, pengarang menyampaikan amanatnya secara
eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan secara eksplisit dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
(93) “Ingat, ibu-ibu, apa yang baik pada Anda akan berakibat baik pula
pada konduite suami Anda, dan sebaliknya. Jelasnya, konduite Anda
adalah juga konduite suami Anda” (Tohari, 2014: 78).
Dalam kutipan tersebut pengarang menyampaikan amanat bahwa baik
buruknya sikap dan perilaku seorang individu, menunjukkan cara hidup individu
tersebut dalam mematuhi suatu aturan atau norma.
Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit, dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(94) “Kalau kau bersedia, masalah lainya dapat kuatur. Ayah Sanis sedang
mengajukan permohonan kepada Bupati agar langgarnya dipugar
dengan biaya Pemerintah. Tanpa aku, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Jadi ia tidak pantas menolak bila kumintai anaknya untuk dijadikan
modelmu, paham?” (Tohari, 2014: 80).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat bahwa sebagai seseorang yang
memiliki kekuasaan hendaknya jangan menggunakan kekuasaan tersebut untuk
kepentingan pribadi. Apa lagi mendesak orang lain untuk melakukan sesuatu
untuk kepentingan pribadi.
(95) Pak Dirga sengaja memberikan tekanan yang nyata pada kata
“Bambang”, supaya rasa waswas di hati istrinya lenyap. Padahal batin
Lurah Tangir itu berkata, “Kalau kamu sendiri berkata bahwa Sanis
cantik, mestikah aku berkata sebaliknya? Dengar kata Eyang Wira
tentang pisang apupus cinde. Sanis adalah pisang apupus cinde itu,
dan aku adalah lurah di Desa Tanggir ini.” (Tohari, 2014: 91).
Kutipan di atas memberikan amanat yakni sebagai pasangan hendaknya
selalu setia pada pasangannya. Jangan menyakiti hati pasangan dengan berbohong
untuk mengikuti hawa nafsu belaka.
8) Bagian Kedelapan
Dalam bagian kedelapan, pengarang menyampaikan amanatnya secara
eksplisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
(96) Beberapa hari yang lalu ayah Pambudi pergi ke Balai Desa. Ia hendak
meminta surat-surat yang diperlukan untuk mengajukan permohonan
kredit bimas. Orang tua itu dibiarkan menunggu lama sekali,
sedangkan Pak Dirga enak-enak saja merokok bersama Poyo. Ketika
akhirnya Lurah mau melayani ayah Pambudi, berkata dengan nada
yang amat menyakitkan, “Kenapa sampean minta surat keterangan
kepadaku, dan bukan ke Redaksi harian Kalawarta di Yogya? (Tohari,
2014: 92).
Kutipan di atas memberikan amanat bahwa sebagai seorang pemimpin
hendaknya dapat melayani dengan tulus dan ikhlas. Jangan membiarkan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
yang sedang membutuhkan pertolongan menunggu terlalu lama dan dibiarkan
begitu saja tanpa mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Selain itu dalam
bekerja hendaknya harus profesional. Jangan membawa masalah pribadi ke dalam
pekerjaan, sehingga menggangu kinerja kita.
(97) “Turutilah tutur kata para orang tua: Wani ngalah, luhur wekasane.
Berani mengalah, menjadikan kita luhur pada akhirnya.” (Tohari,
2014: 93)
Dalam kutipan di atas, pengarang memberikan pesan bahwa seseorang
yang berani mengalah, kelak ia akan mendapatkan kemenangan pada akhirnya.
Dengan mengalah bukan berarti kalah. Namun mengalah menunjukkan pribadi
yang menang karena ia berhasil mengalahkan lawannya dengan sikap sabar dan
mau mengalah.
(98) “Terkadang kita ingin segera mengenakan baju besi, memanggul
tombak, dan lari menantang musuh. Tetapi ingat, hanya Arjuna yang
kecil yang dapat mengalahkan Nirwatakawaca yang raksasa. Hanya si
kecil Daud yang bisa menang atas Goliat. Semua cerita lama. Bukti
kebenaran kataku itu adalah apa yang telah kaualami sendiri. Aku
percaya bulat, kau punya itikad yang bening di desamu sendiri. Kau
menginginkan kemajuan yang sehat, kau memikirkan perbaikan dalam
kehidupan masyarakat. Kau hendak membawa surat dan nilai-nilai
pembaharuan ke tengah kalangan orang-orang yang memiliki
pengetahuan dasar tentang pembangunan pun belum. Akibatnya kau
sendiri yang jatuh, bukan?” (Tohari, 2014: 100).
Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat bahwa
terkadang usaha dan niat baik yang ingin dilakukan tidak selalu berjalan dengan
lancar. Ada hambatan dan rintangan yang dihadapi. Namun, jika terus berusaha
dan sabar pasti niat baik tersebut dapat terwujud.
(99) “Pokoknya sudahlah, Pam. Semuanya telah terjadi. Bukan
memandang ke belakang yang harus kaulakukan sekarang, tetapi ke
depan. Inilah saatnya kau mempercayai kata-kata seorang admiral
yang sedang menghadapi pemberontakan anak buahnya sendiri, „I
have not begun to fight yet‟. Kau belum cukup mempunyai modal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
untuk menantang berkelahi kepalsuan dan kemunafikan yang terjadi di
desamu” (Tohari, 2014: 100).
Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat bahwa
segalanya yang telah terjadi tidak perlu disesali. Tidak ada gunanya untuk
menyesali hal yang telah dilakukan. Lebih baik siapkan strategi untuk menyusun
langkah ke depan. Selain itu, pengarang juga memberikan amanat berupa ajaran
untuk selalu mempersiapkan diri jika hendak melakukan suatu hal.
9) Bagian Kesembilan
Dalam bagian kesembilan ini, pengarang menyampaikan amanatnya
secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit
dapat dilihat dalam kutipan berikut.
(100) Penampilan pertama kali harus memberi kesan yang pantas, begitu
kata orang. Pambudi mempercayai hal itu. Maka ketika hendak
berangkat menemui Nyonya Wibawa, Pambudi mengenakan pakaian
yang paling baru. Sepatunya disemir, rambutnya disisr ke belakang
supaya tidak tampak terlalu gondrong (Tohari, 2014: 107).
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa orang lain
dapat menilai seseorang dari cara berpenampilannya. Oleh sebab itu, penampilan
akan mempengaruhi kesan pertama dan penilaian orang lain terhadap diri
seseorang.
(101) “Bagaimana dengan rencanaku untuk meneruskan sekolah, bila aku
direpotkan oleh urusan Lurah Tanggir dan si Poyo itu. Biar, ya
biarlah. Demi kepentinganku sendiri untuk kembali ke sekolah, aku
harus diam. Masih ada mahkamah yang lebih tinggi, Tuhan pribadi
yang akan menjadi hakim. Mudah-mudahan saja tidak semua orang
Tanggir menganggap diriku sebusuk itu.” (Tohari, 2014: 116).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan pesan bahwa tidak perlu
cemas ketika kita dihakimi oleh orang lain karena ada Tuhan yang maha tahu.
Tuhan tahu perbuatan setiap yang telah diperbuat oleh umatNya, dan Tuhan lah
yang dapat menilainya.
(102) “Apakah suratku sampai, Kak?” tanya Sanis, suaranya datar dan
beku. Bahkan sinar mata Sanis tidak menerjemahkan kejujuran.
Kalau Pambudi percaya akan kata-kata orang tua bahwa sikap lahir
adalah utusan sikap batin (Tohari, 2014: 117).
Dalam kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa apa yang
terpancar dalam gerak-gerik seeorang, itulah sesungguhnya yang sedang
dirasakan atau yang ingin dikatakan. Jadi walaupun seseorang berkata tidak jujur,
hal tersebut sebenarnya dapat terlihat melalu gerak-geriknya.
Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit, dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(103) “Entahlah, Mul, aku tak bisa memutuskannya sekarang. Yang
penting, kita telah bersahabat. Persahabatan tidaklah sesempit kotak-
kotak teka-teki silang, bukan?” (tohari, 2014: 113).
Kutipan di atas memberikan pesan bahwa persahabat itu luas. Persahabat
tidak hanya terjalin hanya saat itu saja. Persahabat dapat terjalin selamanya, tidak
mengenal waktu dan tempat.
10) Bagian Kesepuluh
Dalam bagian kesepuluh, pengarang menyampaikan amanatnya secara
implisit. Hal ini nampak dalam kutipan berikut.
(104) Tentang Pambudi. Bambang yakin bahwa bisik-bisik buruk yang
menjelek-jelekkan pemuda Tanggir itu palsu belaka. Ia merasa wajib
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
membelanya, setidak-tidaknya ia harus berbicara dengan Pambudi
(Tohari, 2014: 128).
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar selalu
membela kebenaran. Akan tetapi juga harus dilandasi dengan bukti yang benar
dan sesuai dengan kenyataannya.
(105) Untuk menjumpai Pambudi di Yogya, Bambang harus menemui
orang tua pemuda itu lebih dulu. Tak disangka ayah Pambudi terang-
teragan menolak memberikan alamat anaknya. Dengan susah payah
Bambang meyakinkan orang tua itu bahwa ia sama sekali tidak
bermaksud buruk terhadap Pambudi (Tohari, 2014: 128)
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa jangan
menolak penjelasan seseorang sebelum mendengarkan penjelasan dari orang
tersbeut. Jangan berburuk sangka terhadap orang lain. Dengarkan dulu penjelasan
dari orang lain, sebelum mengambil tindakan.
11) Bagian Kesebelas
Dalam bagian kesebelas ini, pengarang menyampaikan amanatnya secara
implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(106) Selesai sembahayang Pak Dirga selalu singgah ke rumah orang tua
Sanis yang memang bersebelahan dengan surau itu. Kepada Pak
Modin, Lurah Tanggir sekarang memanggil “Pak”, dan sikapnya
penuh dengan tata krama. Kalau anak gadis tuan rumah keluar
menghidangkan teh dan kue-kue, Pak Dirga berpura-pura bertanya
ini dan itu kepada ayahnya. Atau ia mendadak menyalakan rokok.
Padahal dengan lirikan sekilas ia menikmati betis dan tengkuk Sanis
yang telah mengundang air liurnya (Tohari, 2014: 135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa jangan
berpura-pura baik di hadapan orang lain hanya ketika memiliki maksud tertentu.
Berbuat baik kepada semua orang kapan pun dan di mana pun.
(107) Bu Runtah sadar sepenuhnya bahwa suamninya telah enam kali
menikah sebelum mengawininya. Tetapi perempuan itu berharap Pak
Dirga tidak akan mencari istri yang kedepalan. Dan terbukti
sekarang, harapannya kosong belaka (Tohari, 2014: 140).
Kutipan di atas memberikan pesan bahwa terkadang kenyataan tidak
selalu sesuai degan harapan. Pertimbangkan terlebih dahulu tindakan yang akan
diambil sebelum menyesal kemudian karena penyesalan selalu datang di akhir.
12) Bagian Kedua Belas
Dalam bagian kedua belas ini, pengarang menyampaikan amanatnya
secara eksplisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat
dilihat dalam kutipan berikut.
(108) “Seorang pejabat tua seperti Ayah ini harus arif bila hendak
menerapkan hukum terhadap suatu masalah. Masih banyak segi lain
yang patut kita pertimbangkan sebelum kita memutuskan hendak
menempuh jalan hukum” (Tohari, 2014: 155).
Kutipan di atas memberikan amanat bahwa seorang pejabat hendaknya
bersikap arif dan bijaksana dalam menghadapi suatu masalah. Terlebih jika
masalah tersebut akan ditempuh melalui jalur hukum. Perlu dipertimbangkan
dengan sungguh-sungguh dan diperlukan kebijaksanaan untuk memecahkan
masalah tersebut.
(109) “Maaf, Ayah, yang namanya kebijaksanaan selalu muncul dari
kewenangan. Patokannya sangat subjektif dan baur. Kebijaksanaan
tidak akan menyelesaikan masalah ini dengan tuntas. Ia hanya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
menggeser masalah itu ke samping, bukan menyelesaikannya sama
sekali.” (Tohari, 2014: 155).
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan pesan bahwa
kebijaksanaan juga harus dilandasi oleh ketegasan. Jika hanya bersikap bijaksana
tanpa adanya sikap tegas, maka semuanya akan sia-sia. Oleh sebab itulah seorang
pejabat selain bijaksana juga harus tegas dalam mengambil setiap tindakan.
13) Bagian Ketiga Belas
Dalam bagian ketiga belas, pengarang menyampaikan amanatnya secara
eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat
dilihat dalam kutipan berikut.
(110) Sampai di rumah, kakak perempuan dan ibunya menyambutnya
dengan tangis. Tetapi Pambudi tetap tenang. Ia sangat yakin bahwa
kematian adalah sekadar proses alami yang langsung dikendalikan
oleh Tuhan dari arasy (Tohari, 2014: 159).
Kutipan di atas menyampaikan amanat bahwa kematian adalah sebagian
proses dari kehidupan, dan kematian merupakan kehendak dari Tuhan.
Berusahalah ikhlas ketika dihadapkan pada kejadian ini, karena hidup mati
seseorang adalah kehendak Tuhan.
(111) “Mul, bagaimana aku dapat mengetahui masalah yang kau maksud,
bila kau sendiri tidak mengatakannya?” (Tohari, 2014: 166).
Kutipan di atas memberikan amanat bahwa orang lain tidak akan
mengerti yang sedang kita rasakan jika kita tidak mengatakannya secara terus
terang kepada orang tersebut. Kutipan di atas memberikan pesan untuk berani
berterus terang dan berani untuk berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit, dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
(112) Sakitnya kehilangan seorang kekasih, sakitnya menghadapi
kenyataan bahwa dirinya tidak cukup berharga di mata anak Pak
Modin itu. Lebih sakit daripada menerima dakwaan melarikan uang
milik koperasi Desa Tanggir. Untung, ia berangsur-angsur dapat
melupakan kesusahannya dengan bersikap terbuka. Pambudi waktu
itu menceritakan dengan terus terang kepada Paka Barkah apa yang
baru saja dialaminya (Tohari, 2014: 158).
Kutipan di atas memberikan amanat bahwa bersikap terbuka,
menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi, dapat mengurangi beban yang
sedang dihadapi seseorang. Dengan saling berbagi, antar individu dapat bertukar
pikiran dan berbagi cerita sehingga bebannya dapat sedikit berkurang.
(113) Banyak orang hadir melayat kematian itu. Lurah yang baru tidak
ketinggalan. Pengganti Pak Dirga masih sangat muda, belum beristri,
Hadi namanya. Pemuda itu berijazah STM. Menurut pandangan
skilas Hadi akan mampu membawa perbaikan-perbaikan di Tanggir.
Ia juga sadar apa dan bagaimana pemuda Tanggir yang bernama
Pambudi itu. Maka pada waktu datang melayat kematian ayah
Pambudi, lurah baru itu berlaku hormat terhadap tuan rumah (Tohari,
2014: 160).
Kutipan di atas memberikan amanat dengan turut berduka cita dan pergi
melayat saudara yang telah meninggal mencerminkan sikap solidaritas terhadap
sesama yang sedang mengahdapi kesedihan. Selain itu, dengan memberikan
dukungan moral dapat pula meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.
(114) “Aku seorang pemuda biasa yang berumur 27 tahun. Tak ada yang
kurang dari pada diriku, untuh dan sehat. Apa yang dirasakan oleh
Mulyani, aku pun merasakannya pula. Rasa cinta tidak mati
meskipun aku telah dikhianatinya. Apa salahnya kalau kuakui bahwa
Mulyani segar dan lembut. Apa salahnya kalau aku berkata bahwa
sudah lama aku tertarik padanya. Tetapi yang kutampilkan adalah
sikap kemunafikan. Tak ada rasa rendah diri padaku terhadap
Mulyani, karena ia sangat kaya. Tidak ada juga rasa angkuh. Yang
ada hanyalah suara akal sehat. Dengan sungguh-sungguh aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
berusaha supaya aku tidak jatuh cinta kepada Mulyani, karena
tentang cinta aku berperndirian sangat kolot: Rasa cinta hanya
tersedia buat bekal perkawinan. Nah, aku hendak mengawini
Mulyani? Oh, seribu perbedaan harus kusingkirkan sebelum aku
memutuskan berbuat demikian. “Cinta tidak akan lestari bila berjalan
terlalu jauh dari kenyataan.” (Tohari, 2014: 169).
Kutipan di atas memberikan amanat, yakni walaupun telah disakiti
berkali-kali, seseorang akan selalu merasakan yang namanya cinta karena cinta
akan selalu memaafkan. Selain itu, dalam kutipan di atas juga memberikan amanat
bahwa rasa cinta akan hilang bila hanya dibiarkan begitu saja. Tanpa adanya
tindakan yang nyata, maka rasa cinta perlahan akan memudar. Maka cobalah
untuk berterus terang terhadap perasaan yang dirasakan kepada orang lain.
Berdasarkan hasil analisis amanat melaui teknik penyampaian amanat
secara eksplisit dan implisit, dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahamad
Tohari ini pengarang lebih dominan menyampaikan amanatnya secara implisit.
Dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari terdapat 18 kutipan yang
menunjukkan amanat yang disampaikan melalui teknik eksplisit. Hal tersebut
terdapat dalam kutipan (68), (75), (76), (77), (81), (82), (93), (96), (97), (98), (99),
(100), (101), (102), (108), (109), (110), (111). Untuk amanat yang disampaikan
dengan teknik implisit terdapat 29 kutipan. Hal terdapat dalam kutipan (69), (70),
(71), (72), (73), (74), (78), (79), (80), (83), (84), (85), (86), (87), (88), (89), (90),
(91), (92), (94), (95), (103), (104), (105), (106), (107), (112), (113), (114).
Berdasarkan hasil secara keseluruhan baik dari penyampaian amanat
secara eksplisit maupun secara implisit, peneliti menemukan banyak amanat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Amanat yang terdapat dalam novel
tersebut anatara lain sebagai berikut.
1. Seorang pemimpin dapat berlaku adil kepada warganya dan bersikap
bijaksana, serta bertindak tegas dalam menghadapi sebuah permasalahan,
pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (108) dan (109).
2. Seorang pemimpin bersedia melayani dengan tulus dan ikhlas, memberikan
bantuan kepada warganya yang membutuhkan pertolongan tanpa pilih kasih
dan perhitungan, pernayataan tersebut didukung dengan kutipan (73), (96).
3. Sebagai seorang pemimpin yang telah dipercayai oleh rakyatnya sebaiknya
dapat bersikap jujur, adil, tidak mengambil keutungan untuk dirinya sendiri,
pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (74), (86), (87).
4. Seorang pemimpin jangan berlaku seenaknya sendiri, menggunakan
kekuasaannya untuk memaksakan keinginannya, pernyataan tersebut
didukung dengan kutipan (94)
5. Ketika hendak menolong orang lain haruslah ikhals dan bertanggug jawab,
mau menanggung kemungkinan yang tidak terduga, pernyataan ini didukung
dengan kutipan (79).
6. Dengan mengalah bukan berarti kalah, dengan berani mengalah justru
membuat diri kita menjadi menang dan berjiwa besar, pernyataan tersebut
didukung dengan kutipan (97).
7. Niat baik yang dilakukan tidak selalu berjalan dengan lancar, tetap semangat
dan teruslah berjuang, dan pasrah kepada Tuhan. Jangan lihat ke belakang
dengan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, tetapi lihat ke depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, pernyataan tersebut didukung
dengan kutipan (98), (99), (92).
8. Ketika dihakimi, tidak perlu khawatir dan cemas. Serahkan semua kepada
Tuhan karena Tuhan tahu semua yang perbuatan yang telah dilakukan
umatNya, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (101).
9. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan. Sikap
solidaritas, peduli, dan tolong menolong baik jika dikembangkan dalam
masyarakat, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (77), (82), (113).
10. Jika memiliki masalah, berusaha untuk terbuka dan berani untuk berbicara.
Jangan diam saja dan meminta orang lain untuk menebak. Dengan terbuka
kepada orang lain dapat membuat beban yang dirasakan seseorang dapat
sedikit berkurang, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (111), (112).
11. Cinta akan selalu memaafkan. Walau telah disakiti, rasa cinta akan tetap
hidup di hati setiap orang. Jika mecintai seseorang, berusahalah untuk segera
mengungkapkannya. Rasa cinta yang dipendam begitu saja, tanpa adanya
tindakan kemungkinan dapat pudar. Pernyataan tersebut didukung dengan
kutipan (114).
Berdasarkan hasil analisis amanat melalui teknik penyampaian amanat
secara eksplisit dan implisit dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa amanat dalam novel ini
adalah jadilah seorang pemimpin yang jujur dan bijaksana, jangan mementingkan
keinginan pribadinya. Selain itu, novel ini juga mengajarkan untuk berani
bertindak untuk menegakkan kebenaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima, serta sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data (Sanjaya, 2012: 199). Pada tahap ini, siswa diminta untuk
memberikan jawaban serta membuktikan jawaban tersebut berdasarkan data yang
telah ditemukan dalam tahap pengumpulan data. Tentu saja jawaban yang
diberikan juga disertai dengan kebenarannya berupa bukti yang ditemukan dalam
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Dalam tahap ini, guru dapat
mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data dan pembuktian data yang
ditemukan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam proses
pembelajaran menggunakan metode inkuiri. Guru dapat membimbing siswa untuk
merumuskan kesimpulan yang tepat berdasarkan data yang telah ditemukan dan
dianalisis. Dalam langkah ini, guru dapat meminta siswanya untuk merumuskan
kesimpulan dari hasil analisis tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari.
Setelah menganalisis tema dan novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari secara keseluruhan, maka kini dapat disimpulkan tema dan
amanatnya. Berdasarkan hasil analisis tema novel Di Kaki Bukit Cibalak dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa terdapat dua tema dalam novel tersebut.
Tema yang pertama adalah mengenai konflik perseteruan antara pemuda desa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dengan lurah desanya. Konflik tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pandang
kedua pihak dalam menyikapi sebuah permasalaan dan dikarenakan perbedaan
sifat kedua pihak tersebut. Tema keduanya bertema tentang percintaan antara laki-
laki dan perempuan.
Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan pula bahwa novel ini termasuk
dalam pengklasifikasian jenis tema fisik, jenis tema sosial, jenis tema egoik
(reaksi pribadi). Selain itu, terdapat pula jenis tema mayor (tema utama) dan tema
minor (tema tambahan) dalam novel tersebut. Tema mayornya adalah konflik
sosial antara pemuda desa dengan lurah desanya. Untuk tema minornya adalah
tentang percintaan antara laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam cerita.
Berdasarkan hasil analisis amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak dapat
disimpulkan secara keseluruhan (baik penyampaian amanat secara eksplisit
maupun implisit) terdapat banyak amanat yang ditemukan dalam novel tersebut,
yakni sebagai berikut. (1) Jadilah seorang pemimpin yang adil, bijaksana, bekerja
dengan jujur, dan yang selalu mementingkan kesejahteraan rakyatnya. (2) Jadilah
pribadi yang peduli, bertanggung jawab, berani untuk mengukapkan kebenaran,
jangan takut terhadap apapun dan mau terus berusaha. (3) Manusia merupakan
makhluk sosial yang hidup berdampingan. Sikap solidaritas, peduli, dan tolong
menolong baik jika dikembangkan dalam masyarakat. (4) Beranilah untuk berkata
jujur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
C. Langkah-Langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri dalam Mencari
Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari
Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,
2012). Berikut akan disampaikan langkah-langkah praktis untuk mencari tema dan
amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari dengan
menggunakan metode inkuiri.
1. Orientasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam bagian orientasi adalah :
a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
b. Guru menyajikan novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
c. Guru meminta siswa untuk menentukan isi ringkas novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari.
2. Merumuskan masalah
Dalam langkah ini siswa merumuskan sendiri rumusan masalah yang akan
mereka bahas. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam bagian rumusan masalah
sebagai berikut.
a. Siswa diminta untuk mengidentifikasi tema dan amanat yang terkandung
dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
b. Siswa diminta untuk menentukan tema dan amanat yang terkandung dalam
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yang disajikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
3. Merumuskan hipotesis
Pada langkah ini siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara.
Pemberian jawaban dapat dilakukan dengan cara siswa memberikan pendapat
mengenai tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Ahmad Tohari. Guru dapat membantu siswa mengemukakan pendapatnya
dengan cara memberikan stimulus berupa pertanyaan, sehingga dapat merespons
siswa untuk memberikan jawaban.
4. Mengumpulkan data
Dalam langkah ini siswa mengumpulkan data terkait tema dan amanat yang
terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Hal tersebut
dapat dilihat dalam langkah berikut.
a. Siswa mengumpulkan data tentang tema dan amanat yang terkandung dalam
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
5. Menguji hipotesis
Pada tahap ini siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan
jawaban tersebut berdasarkan data yang telah ditemukan dalam tahap
pengumpulan data. Jawaban yang diberikan juga disertai dengan kebenarannya
berupa bukti yang ditemukan. Dalam tahap ini, guru dapat mengajukan
pertanyaan yang bersifat meminta data dan pembuktian data.
6. Merumuskan kesimpulan
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam langlah ini sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
a. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
b. Siswa didampingi oleh guru merumuskan kesimpulan dari hasil diskusi
mengenai tema dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Ahmad Tohari.
Dengan adanya langkah-langkah praktis tersebut, kiranya dapat mempermudah
guru menerapkan metode inkuiri dalam pengajaran sastra dengan novel sebagai
media pembelajarannya.
D. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran (Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau
tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok
atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Majid, 2014: 207).
Berikut merupakan silabus yang digunakan dalam pembelajaran sastra untuk
mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari. Silabus ini diterapkan untuk siswa SMA kelas XII semester II. Silabus
dapat dilihat di bagian lampiran.
E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD) (Permendikbud No. 22 Tahun 2016). Dengan
kata lain, RPP dapat dikatakan sebagai sebuah rancangan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan belajar-mengajar tatap muka. Berikut merupakan RPP yang
digunakan untuk pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel
Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari untuk siswa SMA kelas XII semester
II. Dalam materi yang diajarkan, peneliti memilih bagian kesembilan novel Di
Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari sebagain bagian yang akan dianalisis
oleh siswa karena bagian kesembilan ini mudah untuk dipahami ceritanya. Hal
tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk mencari tema dan amanat dalam
novel tersebut. RPP dapat dilihat di bagian lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra
untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
Tohari bagi siswa kelas XII semester II dapat dilakukan melalui langkah-langkah
yang terdapat dalam metode inkuiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
empat langkah dari metode inkuiri, yaitu (a) orientasi, (b) merumuskan masalah,
(c) mengumpulkan data, (d) merumuskan kesimpulan. Hal ini bertujuan agar
siswa lebih mudah dalam menguikuti proses pembelajaran dengan metode inkuiri.
Selain itu, agar waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran tidak terlalu
lama.
Melalui langkah pertama, yaitu orientasi, guru memberikan gambaran
terlebih dahulu mengenai novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
kepada siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk membaca novel tersebut dan
membuat ringkasan cerita. Dalam langkah kedua, yaitu merumuskan masalah,
siswa dibantu oleh guru merumuskan permasalah yang akan dibahas, yaitu
mengidentifikasi tema, jenis tema, dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki
Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Selanjutnya, langkah ketiga, mengumpulkan
data, siswa diminta untuk mencari data terkait dengan rumusan masalah yang
diberikan guru kepada siswa kemudian data tersebut dianalisis. Langkah terakhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
adalah merumuskan kesimpulan. Dalam langkah ini siswa membuat kesimpulan
dari data yang telah ditemukan. Guru membimbing siswa merumuskan
kesimpulan yang tepat berdasarkan data yang telah ditemukan dan dianalisis.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra di sekolah, penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran di sekolah, khususnya bagi siswa SMA
kelas XII semester II. Materi yang dipilih dalam penelitian ini sesuai dengan
Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam kurikulum 2013, yaitu pada KD 3.3,
tentang menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita
fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan. Implementasi metode inkuiri
dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari menunjukkan bahwa dengan metode pembelajaran
inkuiri mampu membuat peserta didik untuk terlibat aktif dalam setiap proses
pembelajarannya.
B. Implikasi
Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan untuk menemukan
tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari dapat
dijadikan materi pembelajaran di kelas. Dengan adanya penjelasan mengenai
kriteria dalam menentukan tema, diharapkan dapat membantu siswa untuk
menentukan tema dalam sebuah karya sastra. Begitu pula dengan cara
menentukan amanat. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai cara
menentukan amanat dalam sebuah karya sastra, hal tersebut dapat membantu
siswa dalam menentukan amanat dalam sebuah karya sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Dengan adanya langkah praktis penerapan metode inkuiri dalam mencari
tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari, dapat
membantu guru untuk menerapkan metode pembelajaran tersebut di kelas. Hal
tersebut bertujuan memberikan inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran. Selain
itu, dengan adanya metode yang baru dan bervariasi, akan mendorong siswa untuk
lebih giat dan bersemangat dalam belajar dan menumbuhkan minta membaca
siswa.
C. Saran
Setelah melihat hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
terdapat beberapa saran yang diberikan peneliti bagi beberapa pihak, sebagai
berikut.
1. Bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia hendaknya dapat lebih selektif
dalam memilih media pembelajaran terutama dalam menyampaikan materi
mengenai sastra. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih bahan
bacaan sebagai media pembelajaran seperti novel yang dapat menarik minat
belajar siswa. Selain itu, ada baiknya bila seorang guru dapat menguasai
materi, dan mampu memilih metode pengajaran yang tepat, sesuai dengan
materi yang diajarkan. Hal tersebut dapat membuat siswa bersemangat dan
lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas.
2. Bagi guru pada umumnya kiranya metode pembelajaran inkuiri dapat
memberikan inovasi dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.
Selain itu, dapat pula mengembangan metode pembelajaran lainnya agar lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
bervariasi, sehingga suasana belajar mengajar di kelas menjadi
menyenangkan dan tidak membosankan.
3. Bagi peneliti lain, kiranya ada yang dapat mengembangkan penelitian sejenis
dengan menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang berbeda. Selain
itu, peneliti menyarankan agar peneliti lain dapat mengangkat masalah-
masalah baru sebagai objek penelitiannya. Subjek penelitian yang digunakan
disarankan dapat dikembangkan lagi, misalnya dengan menggunakan teks
cerpen, puisi, dan teks sastra yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.
Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ardi, Bahrudi. 2013. “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN 5 Mayonglor Kabupaten
Jepara”. Skripsi. Semarang: PGSD, FKIP, Universitas Negeri Semarang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya.
Yogyakarta: Pustaka.
Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:
Kanisius.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Pers.
Lalong, Maria Srilestari Handayani. 2015. “Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang
Karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta:
PBSI. FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Salinan Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. http://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor022_Lampiran.p
df. Diakses pada 3 Agustus 2016, pukul 19.00 WIB.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Rosdakarya.
Nasir, Moh. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Galia Indah.
Ngaga, Delsiana Yos Sudarso. 2015. “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Alur
dan Tokoh Novel Hilangnya Halaman Rumahku Karya Gregorius Budi
Subanar untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2011. Sastra: Teori dan
Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama
Media.
Semi, Atar. 1984. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Setiarini, Indah Wukir dan M. G. Santi Artini. 2015. Cakap Berbahasa Indonesia
3 Kelas XII SMA. Bogor: Yudhistira.
Shoimin, Aris. 2013. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Siregar, Eveline. dan Nara Hartini. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sudjiman. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2012. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Tohari, Ahmad. 2014. Di Kaki Bukit Cibalak. Jakarta: Gramedia.
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: Prenamedia Group.
Uno, B. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 1. Silabus
SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/II
Materi Pokok : Menganalisis Isi Novel
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Mensyukuri anugerah
Tuhan akan keberadaan
bahasa Indonesia dan
menggunakannnya
sesuai dengan kaidah
dan konteks untuk
mempersatukan bangsa.
1. Unsur instrinsik dan
ekstrinsik novel.
2. Kriteria dalam
menentukan tema
sebuah novel.
3. Jenis/klasifikasi tema.
4. Cara dalam
menemukan amanat
novel.
5. Menentukan tema dan
amanat dalam novel
Di Kaki Bukit
Cibalak.
Mengamati
1. Peserta didik mencari
tahu sendiri materi yang
akan dipelajari mengenai
unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel, kriteria
dalam menentukan tema
novel, jenis/klasifikasi
tema, cara dalam
menemukan amanat
novel, unsur kebahasaan
dalam cerita fiksi novel.
Sikap :
Observasi
Sikap spiritual,
perilaku jujur,
peduli, santun,
tanggung jawab.
Pengetahuan :
Tes
tertulis/lisan/penugasan
tentang
2 x 45
menit (2 JP)
1. Laptop, LCD
Projektor
2. Buku siswa
3. Novel Di
Kaki Bukit
Cibalak
karya
Ahmad
Tohari
bagian
kesembilan
2.5 Menunjukkan perilaku
jujur, peduli, santun,
dan tanggung jawab
dalam menggunaan
bahasa Indonesia untuk
memahami dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
menyajikan cerita fiksi
dalam novel.
6. Unsur kebahasaan
dalam teks cerita fiksi
dalam novel berupa
frasa.
2. Guru membagikan teks
novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad
Tohari bagian
kesembilan.
Menanya
1. Peserta didik melakukan
tanya jawab tentang
unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel.
2. Peserta didik melakukan
tanya jawab tentang
unsur tema dan amanat,
meliputi kriteria dalam
menentukan tema,
jenis/klasifikasi tema,
cara dalam menentukan
amanat dalam novel.
3. Peserta didik melakukan
tanya jawab tentang
kebahasaan cerita fiksi
dalam novel.
Mengidentifikasi
unsur tema novel Di
Kaki Bukit Cibalak
bagian kesembilan
berdasarkan kriteria
menetukan tema.
Menentukan
jenis/klasifikasi
tema yang
digunakan dalam
novel Di Kaki Bukit
Cibalak bagian
kesembilan.
Mengidentifikasi
unsur amanat novel
Di Kaki Bukit
Cibalak bagian
kesembilan secara
implisit dan eksplisit
dan disertai dengan
bukti.
3.3 Menganalisis teks cerita
sejarah, berita, iklan,
editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel
baik melalui lisan
maupun tulisan.
4.3 Menyunting teks cerita
sejarah, berita, iklan,
editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel
sesuai dengan struktur
dan kaidah teks baik
secara lisan maupun
tulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
4. Peserta didik melakukan
tanya jawab tentang
tema, jenis/klasifikasi
tema, dan amanat yang
terdapat dalam novel Di
Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari.
Mengumpulkan Informasi
1. Peserta didik
mengemukakan unsur
intrinsik, ekstrinsik, dan
kebahasaan dalam novel.
2. Peserta didik
menentukan kriteria
dalam menentukan tema
dan amanat, serta
jenis/klasifikasi tema
dalam sebuah novel
Menalar/Mengasosiasi
1. Peserta didik membentuk
kelompok yang terdiri
atas empat orang.
Menemukan kalimat
yang tidak efektif
dan kata-kata yang
tidak baku dalam
novel Di Kaki Bukit
Cibalak bagian
kesembilan dengan
memberikan
pembenarannya.
Keterampilan :
Unjuk kerja
kemampuan
menyampaikan hasil
diskusi mengenai
pemahaman unsur tema
dan amanat dalam
cerita fiksi novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Peserta didik diminta
menganalisis tema,
jenis/klasifikasi tema,
amanat dalam novel Di
Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari bagian
kesembilan secara lisan
maupun tertulis.
3. Peserta didik diminta
mengidentifikasi unsur
kebahasaan yang
terdapat dalam novel Di
Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari bagian
kesembilan secara lisan
maupun tertulis.
4. Peserta didik diminta
berdiskusi dalam
kelompok dan
mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Mengomunikasikan
Peserta didik
menyampaikan hasil diskusi
bersama kelompok secara
lisan di depan kelas dan
dikumpulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 2. RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : XII/II
Materi Pokok : Menganalisis Isi Novel
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan
keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannnya sesuai dengan
kaidah dan konteks untuk
mempersatukan bangsa.
1.1.1 Peserta didik mampu bersyukur
atas nikmat dan karunia Tuhan
Yang Maha Esa.
1.1.2 Peserta didik mampu
mensyukuri kemampuan setiap
individu dalam mengendalikan
diri.
1.1.3 Peserta didik mampu
mengucapkan syukur ketika
berhasil mengerjakan sesuatu.
2.5 Menunjukkan perilaku jujur,
peduli, santun, dan tanggung jawab
dalam menggunaan bahasa
Indonesia untuk memahami dan
menyajikan cerita fiksi dalam
novel.
2.5.1 Peserta didik mampu
menunjukkan perilaku jujur
melalui tindakan dan
ucapannya.
2.5.2 Peserta didik mampu
menunjukkan perilaku peduli
terhadap lingkungan sekitar dan
teman.
2.5.3 Peserta didik mampu
menunjukkan perilaku santun
melalui perilaku dan ucapan.
2.5.4 Peserta didik mampu
menunjukkan perilaku tanggung
jawab saat mengumpulkan
tugas.
3.3 Menganalisis teks cerita sejarah,
berita, iklan, editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel baik
3.3.1 Peserta didik mampu
mengemukakan unsur instrinsik
dan ekstrinsik novel secara lisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
melalui lisan maupun tulisan. maupun tulisan.
3.3.2 Peserta didik mampu
mengidentifikasi unsur tema
dan amanat dalam novel
berdasarkan kaidahnya secara
lisan lisan maupun tulisan.
3.3.3 Peserta didik mampu
menganalisis unsur tema dan
amanat novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari
bagian kesembilan berdasarkan
kaidahnya secara lisan maupun
tulisan.
4.3 Menyunting teks cerita sejarah,
berita, iklan, editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel sesuai
dengan struktur dan kaidah teks
baik secara lisan maupun tulisan.
4.4.1 Peserta didik mampu
menyunting teks cerita fiksi
dalam novel secara lisan
maupun tulisan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan
sikap bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa dengan
cara berdoa.
2. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan
sikap mensyukuri kemampuan setiap individu dalam mengendalikan diri
dengan menghargai pekerjaan teman.
3. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan
sikap mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
4. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan
perilaku jujur melalui tindakan dan ucapannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
5. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan
perilaku peduli terhadap lingkungan dan temannya.
6. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan
perilaku santun melalui perilaku dan ucapannya.
7. Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan
perilaku tanggung jawab dengan tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
8. Peserta didik dapat mengemukakan unsur instrinsik dan ekstrinsik novel
secara lisan maupun tulisan.
9. Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur tema dan amanat dalam novel
berdasarkan kaidahnya secara lisan lisan maupun tulisan.
10. Peserta didik dapat menganalisis unsur tema dan amanat novel Di Kaki
Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan berdasarkan
kaidahnya secara lisan maupun tulisan.
11. Peserta didik mampu menyunting teks cerita fiksi dalam novel secara lisan
maupun tulisan.
D. Materi Pembelajaran
1. Unsur instrinsik dan ekstrinsik novel.
2. Kriteria dalam menentukan tema sebuah novel.
3. Jenis/klasifikasi tema.
4. Cara dalam menemukan amanat novel.
5. Menentukan tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak
6. Unsur kebahasaan dalam teks cerita fiksi dalam novel berupa frasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
E. Media, Alat/Bahan, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan
2. Alat/Bahan
Laptop, LCD Projektor, papan tulis, fotocopy novel Di Kaki Bukit Cibalak
bagian kesembilan.
3. Sumber Pembelajaran
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Setiarini, Indah Wukir dan M. G. Santi Artini. 2013. Cakap Berbahasa
Indonesia 3 Kelas Kelas XII SMA. Bogor: Yudhistira.
Sudjiman. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tohari, Ahmad. 2014. Di Kaki Bukit Cibalak. Jakarta: PT. Gramedia.
Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta:
UNS Press.
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan Saintifik
Metode Inkuiri
Strategi/teknik pembelajaran dengan ceramah, diskusi, tanya jawab,
penugasan, dan presentasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
No. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
1. Kegiatan awal
a. Orientasi
Guru menyapa peserta didik, kemudian peserta didik
menjawab.
Salah satu peserta didik diminta untuk memimpin doa.
Guru mengecek kehadiran peserta didik.
b. Apersepsi
Guru bertanya pada peserta didik tentang materi yang
sudah pernah dipelajari.
Guru menghubungkan materi yang sudah pernah
dipelajari dengan materi yang akan dipelajari.
c. Motivasi
Guru memberikan dorongan pada peserta didik agar
melakukan proses belajar mengajar dengan penuh
semangat.
d. Pemberian Acuan
Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan
dibahas.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
15 Menit
4 Menit
4 Menit
3 Menit
4 Menit
2. Kegiatan Inti
a. Mengamati
Peserta didik mencari tahu sendiri materi yang akan
dipelajari mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik novel,
kriteria dalam menentukan tema novel, jenis/klasifikasi
tema, cara dalam menemukan amanat novel, unsur
kebahasaan dalam cerita fiksi novel.
Guru membagikan teks novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Ahmad Tohari bagian kesembilan
65 Menit
5 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
b. Menanya
Peserta didik melakukan tanya jawab tentang unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel.
Peserta didik melakukan tanya jawab tentang unsur
tema dan amanat, meliputi kriteria dalam menentukan
tema, jenis/klasifikasi tema, cara dalam menentukan
amanat dalam novel.
Peserta didik melakukan tanya jawab tentang
kebahasaan cerita fiksi dalam novel.
Peserta didik melakukan tanya jawab tentang tema,
jenis/klasifikasi tema, dan amanat yang terdapat dalam
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
c. Mengumpulkan Informasi
Peserta didik mengemukakan unsur intrinsik, ekstrinsik,
dan kebahasaan dalam novel.
Peserta didik menentukan kriteria dalam menentukan
tema dan amanat, serta jenis/klasifikasi tema dalam
sebuah novel.
d. Menalar/Mengasosiasi
Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri atas
empat orang.
Peserta didik diminta menganalisis tema,
jenis/kasifikasi tema, amanat dalam novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara
lisan maupun tertulis.
Peserta didik diminta mengidentifikasi unsur
kebahasaan yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara
lisan maupun tertulis.
Peserta didik diminta berdiskusi dalam kelompok dan
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
e. Mengomunikasikan
Peserta didik menyampaikan hasil diskusinya bersama
kelompok secara lisan di depan kelas dan dikumpulkan.
5 Menit
15 Menit
25 Menit
15 Menit
3. Penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan hasil
10 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
pembelajaran.
Guru memberikan penguatan tentang materi
pembelajaran yang telah dibahas.
Peserta didik dan guru merefleksikan pembelajaran.
Peserta didik dan guru berdoa, kemudian guru menutup
pembelajaran yang diakhiri dengan salam.
3 Menit
3 Menit
2 Menit
2 Menit
H. Penilaian
1. Pengamatan Sikap Spiritual
No. Nama
Siswa
Bersyukur atas
nikmat dan
karunia Tuhan
Yang Mahasa Esa
Mensyukuri
kemampuan setiap
individu dalam
mengendalikan diri
Mengucapkan
syukur ketika
berhasil
mengerjakan
sesuatu
ST BT ST BT ST BT
1.
2.
Keterangan:
Berilah tanda centang () pada bagian yang dipilih.
ST (Sudah Tampak):
Jika peserta didik sudah menunjukkan sikap bersyukur atas nikmat dan
karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Jika peserta didik sudah menunjukkan sikap mensyukuri kemampuan
setiap individu dalam mengendalikan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Jika peserta didik sudah menunjukkan sikap bersyukur ketika berhasil
mengerjakan sesuatu.
BT (Belum Tampak)
Jika peserta didik belum menunjukkan sikap bersyukur atas nikmat dan
karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Jika peserta didik belum menunjukkan sikap mensykuri kemampuan setiap
individu dalam mengendalikan diri.
Jika peserta didik belum menunjukkan sikap bersyukur ketika berhasil
mengerjakan sesuatu.
2. Pengamatan Sikap Sosial
Berilah nilai 1-4 pada kolom-kolom yang kosong, jika siswa telah menunjukkan
sikap jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab. Untuk skala penilaian dapat
dilihat pada rubrik penilaian.
No. Nama Siswa
Sumber Penilaian Skala/
Predikat Jujur Peduli Santun Tanggung
Jawab
1.
2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Rubrik penilaian sikap sosial
Kriteria Baik Sekali Baik Cukup Kurang
4 3 2 1
Jujur Tindakan
selalu sesuai
dengan ucapan
Tindakan
kadang-kadang
sesuai dengan
ucapan
Tindakan
kurang sesuai
dengan
ucapan
Tindakan tidak
sesuai dengan
ucapan
Peduli Selalu peduli
dengan
lingkungan
sekitar dan
temannya
Kadang-kadang
peduli dengan
lingkungan
sekitar dan
temannya
Kurang
peduli dengan
lingkunagn
sekitar dan
temannya
Tidak pedulu
dengan
lingkungan
sekitar dan
temannya
Santun Berbicara dan
berperilaku
santun
Berbicara
santun tetapi
berperilaku
kurang sopan
Berbicara
tidak santun
dan
berperilaku
kurang sopan
Berbicara tidak
santun dan
berperilaku
tidak sopan
Tanggung
Jawab
Mengumpulkan
tugas sesuai
dengan
instruksi dan
tepat waktu
Mengumpulkan
tugas seusai
dengan
instruksi,
namun tidak
tepat waktu
Kurang
mengikuti
instruksi
dalam
mengmpulkan
tugas dan
tidak tepat
waktu
Tidak
mengumpulkan
tugas sesuai
dengan
instruksi dan
tidak tepat
waktu
3. Instrumen Penilaian Pengetahuan
No. Aspek yang dinilai Skor
1 2 3 4
1. Mengidentifikasi unsur tema novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Ahmad Tohari bagian kesembilan berdasarkan
kriteria menetukan tema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
2. Menentukan jenis/klasifikasi tema yang digunakan dalam
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian
kesembilan.
3. Mengidentifikasi unsur amanat novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara
implisit dan eksplisit dan disertai dengan bukti.
4. Menemukan kalimat yang tidak efektif dan kata-kata
yang tidak baku dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari bagian kesembilan dengan memberikan
pembenarannya.
Pedoman Penilaian:
Skor Indikator
4 Penjelasan amat lengkap, terjabar, dan disertai dengan bukti konkret.
3 Penjelasan lengkap, terjabar, bukti yang disertai kurang tepat.
2 Penjelasan kurang lengkap, kurang terjabar, tidak disertai dengan bukti.
1 Penjelasan tidak lengkap, tidak terjabar, dan tidak disertai dengan bukti.
4. Instrumen Penilaian Keterampilan
Diskusi Kelompok
No. Aspek
Amat
Baik
Baik Cukup Kurang
4 3 2 1
1. Materi yang disampaikan
terjabar, logis, dan mudah
dipahami.
2. Penyampaian materi tidak terlalu
cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
3. Menanggapi secara santun dan
sesuai dengan pernyataan atau
sanggahan.
4. Setiap anggota dalam kelompok
diskusi menyumbangkan
gagasan atau ide.
Keterangan:
Skor Indikator
4 Penampilan presentasi kelompok sangat memuaskan.
3 Penampilan presentasi kelompok memuaskan.
2 Penampilan presentasi kelompok kurang memuaskan.
1 Penampilan presentasi kelompok tidak memuaskan.
Yogyakarta,.................. 2016
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(........................) (.................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN MATERI
A. Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel
1. Unsur-unsur Intrinsik
Setiarini (2015: 92) menyatakan bahwa unsur intrinsik ialah unsur atau
bagian yang membentuk sebuah cerita (cerpen/novel). Berikut merupakan unsur-
unsur intrinsik yang terdalam sebuah novel.
a) Tema
Tema adalah pokok permasalahan yang menjadi dasar penceritaan. Untuk
menentukan tema harus dipahami terlebih dahulu setiap pokok persoalan
dalam setiap peristiwa.
b) Alur
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa yang bergerak mulai awal sampai
dengan akhir cerita. Sebagai sebuah rangkaian cerita, alur selalu
menampilkan konflik-konflik. Konflik dapat berupa konflik internal dan
konflik eksternal. Konflik internal, yaitu konflik yang terjadi pada diri tokoh.
Konflik eksternal, yaitu konflik tokoh dengan sesuatu di luar tokoh. Berikut
merupakan tahapan alur secara lengkap, yaitu pemaparan, penanjakan,
konflik, klimaks, penurunan, peleraian, dan penyelesaian.
c) Penokohan (Tokoh dan Watak)
Tokoh adalah individu rekaan yang membangun dan menjalani peristiwa
dalam cerita. Tokoh dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tokoh
sentral/utama, tokoh bawahan/pembantu, dan tokoh latar/sampingan.
Penokohan atau yang sering disebut juga karakteristik adalah penyajian watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
atau karakter tokoh dan pencitraan citra tokoh dalam cerita. Dilihat dari sifat
tokoh, terdapat tokoh protagonis yaitu yang selalu memperjuangkan
kebenaran dan kejujuran. Ada pula tokoh anatgonis yang selalu berperilaku
sebaliknya. Cara menentukan penokohan dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, secara langsung, deskriptif/analitik. Kedua, secara tidak langsung
melukiskan watak tokoh, seperti sifat dan karakter tokoh yang dilukiskan
melalui reaksi tokoh lain, melalui gambaran lingkungan sekitar tokoh, melalui
aktivitas tokoh, dan melalui jalan pikiran tokoh.
d) Latar
Latar atau setting adalah lukisan tempat, hubungan waktu, dan suasana
terjadinya peritiwa. Latar merupakan piranti wacana yang menjelaskan
perihal tempat, waktu, keadaan sosial, keadaan budaya, sejarah, dan
sebagainya.
e) Sudut Pandang
Sudut pandang berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam
novel.
f) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas pengarang dalam mengungkapkan pikiran atau
perasaan melalui bahasa dalam bentuk lisan atau tulisan. Gaya bahasa
menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi
berceritanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
g) Amanat/Nilai-Nilai
Amanat adalah pesan atau nasihat dari cerita yang dibaca. Dalam hal ini,
pengarang menitipkan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerita
yang dibaca. Amanat berhubungan dengan bagaimana pembaca memahami
dan meresapi cerita.
2. Unsur-unsur Ekstrinsik
Setiarini (2015: 93) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah segala faktor
luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Unsur ekstrinsik merupakan
milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang
mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Unsur-unsur ekstrinsik
itu dapat meliputi:
1) tradisi dan nilai-nilai,
2) struktur kehidupan sosial,
3) keyakinan dan pandangan hidup,
4) suasana politik,
5) lingkungan hidup,
6) agama, dan sebagainya.
B. Kriteria dalam Menentukan Tema Novel
Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007: 87-88) mengemukakan terdapat beberapa
kriteria yang dapat diikuti untuk menentukan tema dalam sebuah novel. Berikut
merupakan beberapa kriteria dalam menentunkan tema dalam sebuah novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
1) Untuk menentukan tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap
detail cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling
penting. Hal tersebut disebabkan pada detil cerita yang menonjol itulah
yang dapat diidentifikasi sebagai masalah atau konflik utama yang pada
umumnya merupakan sesuatu yang ingin disampaikan.
2) Untuk menentukan tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat
bertentangan dengan tiap detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre
sastra, merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide,
gagasan, sikap dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang
tergolong unsur isi dan sebagai sesuatu yang ingin disampaikan.
3) Untuk menentukan tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri
pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak
langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema tidak dapat ditafsirkan
hanya berdasarkan perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita,
atau informasi lain yang kurang dapat dipercaya. Penentuan tema dari
kerja yang demikian kurang dapat dipertanggungjawabkan karena
kurangnya bukti empiris.
4) Untuk menentukan tema sebuah novel harus mendasarkan diri pada bukti-
bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita.
Penunjukkan tema sebuah cerita haruslah dapat dibuktikan dengan data
atau detil cerita yang terdapat dalam cerita itu, baik yang berupa bukti-
bukti langsung, maupun tak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
C. Jenis/Klasifikasi Tema
Tema dalam karya sastra menurut Waluyo (2011: 8) dapat diklasifikasikan
menjadi lima jenis, yaitu: (1) tema yang bersifat fisik; (2) tema organik; (3) tema
sosial; (4) tema egoik (reaksi pribadi); dan (5) tema devine (Ketuhanan). Tema
yang bersfiat fisik menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan
fisik manusia, misalnya tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan
perdagangan, dan sebagainya. Tema yang bersifat organik atau moral,
menyangkut soal hubungan antara manusia, misalnya penipuan, masalah keluarga,
problem politik, ekonomi, adat, tatacara, dan sebagainya. Tema yang bersifat
sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Tema egoik atau reaksi
individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang
berlebihan, dan pertentanga individu. Tema devine (Ketuhanan) menyangkut
renungan yang bersifat religius hubungan manusia dengan Sang Khalik.
Selain lima klasifikasi tema yang dikemukakan oleh Waluyo (2011), terdapat
pula dua jenis tema yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 82), yaitu (1)
tema utama (tema mayor), (2) tema tambahan (tema minor). Tema utama (tema
mayor) adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum
karya itu. Menentukan tema utama sebuah cerita pada hakikatnya merupakan
aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai, di antara sejumlah makna
yang ditafsirkan ada dikandung oleh karya sastra yang bersangkutan. Sedangkan
makna yang hanya terdapat dalam bagian-bagian tertentu cerita dapat
diidentifikasi sebagai makna tambahan. Makna-makna tambahan inilah yang
dapat disebut sebagai tema-tema tambahan atau tema minor. Banyak sedikitnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
tema minor, tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan yang dapat
ditafsirkan dari sebuah cerita novel (Nurgiyantoro, 2007: 82-83).
D. Cara Menemukan Amanat Sebuah Novel
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menemukan amanat dalam
sebuah karya sastra, yaitu secara eksplisit dan implisit. Amanat dapat
diungkapkan secara eksplisit jika pada tengah atau akhir cerita, pengarang
menyampaikan seruan, saruan, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan
sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. Sedangkan
secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah
laku tokoh menjelang cerita berakhir (Sudjiman, 1991: 57). Oleh karena itu, untuk
menemukan suatu amanat dalam sebuah karya sastra, kita tidak cukup hanya
membaca beberapa paragraf dari cerita novel tersebut. Namun untuk mendapatkan
amanat atau pesan moral dari sebuah novel, kita harus membaca cerita tersebut
hingga selesai.
E. Unsur Kebahasaan (Frasa)
Chaer (2003: 222) mengemukakan frasa adalah gabungan dua kata atau lebih
yang bersifat nonptedikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Perhatikan contoh berikut.
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
S P O Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas empat frasa, yaitu dua orang mahasiswa baru itu,
sedang membaca, buku, di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
a. Kategori Frasa
Berdasarkan kategorinya, frasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan
sederajat atau setara. Contoh: Saya dan adik main-main dan minum-minum di
taman depan.
Farsa saya dan adik adalah frasa serata, sebab antara unsur saya dan unsur
adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian
juga frasa makan-makan dan minum-minum termasuk frasa setara. Frasa setara
ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain farsa
setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti
dan atribut. Contoh: Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut.
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi
kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor
kambing hitam.
Kalimat 1 dan 2 menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam.
Kambing hitam pada kalimat 1 bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu
peristiwa. Sedangkan dalam kalimat 2 bermakna seekor kambing yang warna
bulunya hitam. Makna kambing hitam pada kalimat 1 tidak ada kaitannya dengan
makna kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau
dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa
idiomatik.
b. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yaitu konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut.
Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual
beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan
merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa
eksosentrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah
inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan
dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili
baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak
memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut
merupakan inti, sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu
berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah
mengadakan berdistribusi sama dengan kata mengadakan. Frasa yang
distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa
endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua
unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik
karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa:
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh: Pintu dan jendelanya sedang di cat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh: Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji
Abdullah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai
makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan
unsur pusat, sedangkan unsur keterangan meerupakan aposisi. Contoh: Alfia,
puti Pak Bambang, berhasil menjadi siswa teladan.
c. Kelas Frasa
Berdasarkan jenis atau kelas katanya, frasa dibagi menjadi enam jenis, yaitu
sebagai berikut.
1. Frasa Benda (Nomina)
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan
kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata benda. Contoh: Dita menerima
hadiah ulang tahun.
2. Frasa Kerja atau (Verba)
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata
kerja atau verba. Contoh: Adik sedang membaca di ruang tamu.
Frasa sedang membaca adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan
kata kerja membaca dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu membaca.
3. Frasa Sifat (Adjektiva)
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata
sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Contoh: Anak Pak Camat yang
bernama Tomi sangat tampan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
4. Frasa Keterangan (Adverbia)
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata
keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan juga
berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai
keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena
berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat
terletak di depan atau di belakang subjek atau di di awal dan di akhir
kalimat.
Contoh: 1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja
Contoh: Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan (Numeralia)
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan.
Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan
menambahkan kata penggolongan atau kata bantu bilangan. Contoh: Dua orang
serdadu menghampiri ke tempat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
6. Frasa Depan (Preposisional)
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai
unsur penjelas. Contoh: Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada
pembicara.
d. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti
kegandaan makna. Contoh: kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang
berbulu (berwarna) hitam, dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang
dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru dapat juga memiliki dua makna, yakni
yang baru adalah mobil milik tetangga, dan yang baru adalah tetangga (bukan
mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lampiran 3. Bagian Kesembilan Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad
Tohari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
BIODATA PENULIS
Sesilia Indah Listyorini lahir di Jakarta, 21
Desember 1993. Menyelesaikan pendidikan dasar pada
tahun 2006 di SD Strada Bhakti Utama, Jakarta Selatan.
Pada tahun yang sama, melanjutkan studi di SMP Strada
Bhakti Utama, Jakarta Selatan dan selesai pada tahun
2009. Selanjutnya menempuh jenjang pendidikan di
SMA Regina Pacis Surakarta dan lulus pada tahun 2012.
Setelah lulus dari SMA, di tahun yang sama, melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan terdaftar sebagai
mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Masa pendidikan di perguruan tinggi
dinyatakan selesai pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi sebagai tugas
akhir dengan judul “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel
Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA
Kelas XII Semester II”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI