plasenta previa
DESCRIPTION
plasenta previaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang
berat, dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok
yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa.
Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya selagi
perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya.
Antisipasi dalam perawatan prenatal adalah sangat mungkin karena pada
umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa
perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan
terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh kelainan
letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk kedalam
panggul, tetapi masih mengambang d atas pintu atas panggul.
Perempuan hamil yang ditengarai menderita plasenta previa harus segera
dirujuk dan diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam
karena perbuatan tersebut memprovokasi perdarahan berlangsung semakin deras
dan cepat.
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
- Untuk memenuhi tugas stase obstetri dan ginekologi
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
kasus plasenta previa.
- Mahasiswa mampu melakukan penanganan dan penatalaksanaan yang
tepat pada kasus plasenta previa
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum.
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
seolah plasenta tersebut ikut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan
serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau
klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa
antenatal maupun dalam amsa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun
pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ulltrasonografi perlu diulang
secara berkala dalam asuhan antenatal ataupun intranatal.
2.2. Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta previa yang tepinya berada
pada pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupas ehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.
2
2.3. Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada
usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada
beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7%
sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari
1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Dengan
meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan
deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.
2.4. Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum
diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa
desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin.
Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
decidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim, misalnya bekas bedah sesar,
kerokan, miomektomi dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan
kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor
risiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan
menaikkan insiden dua sampai 3 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-
oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai
3
Gambar 1 : Klasifikasi plasenta previa
upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
2.5. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desisua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada saat serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perubahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh
karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta
previaberapapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding ). Perdarahan di tempat
itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan
serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang
dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak
akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi
pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta
dimana perdarahan akan lebih lama dan banyak. Oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu akan berlangsuing progresif dan bertahap maka laserasi
baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan
berulang tanpa suatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah
segar tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen
bawah erahim terbentulk lebih dulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri
internum. Sebaliknya pada plasenta previa partialis atau letak rendah, perxdarahan
baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama
biasanya sedikit tetapi cenderung l;ebih banyak pada perdarahan berikutnya.
4
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi
lebih dari separuh kejadiannya pada usia kehamilan 34 minggu ke atas.
Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri internum,
maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak terbentuk
hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa.
2.6. Gambaran Klinis
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melaui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setetah
beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi
perdarahan lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah baru
terjadi pada waktu mulai persalinan; perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip
pada solutio plasenta. Perdarahan diperberat berhubung segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian,
perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan juga bisa
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa
lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada
upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta
sebagai komplikasi plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen
sering ditemui bagian terendah janin masih tinggi di atas simpisis dengan letak
janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil
merasa nyeri dan perut tidak tegang.
5
2.7. Diagnosis
1) Anamnesis
Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan
perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan,
apakah ada rasa nyeri, warna dan kapan saja munculnya pendarahan ,
frekuensi serta banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan
setelah 22 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada
multigravida.
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan
anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah,
sering dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun,
apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating)
atau mengolak di atas pintu atas panggul.
3) Ultrasonografi
Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata
sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak
rasa nyeri .
USG abdomen selama trimester kedua menunjukkan penempatan
plasenta previa. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat
mencapai 100% identifikasi plasenta previa. Transabdominal ultrasonografi
dengan keakuratan berkisar 95% . Dengan USG dapat ditentukan implantasi
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm
disebut plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan
pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain.
4) Pemeriksaan inspekulo
6
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai.
2.8. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, diantaranya dapat menimbulakan perdarahan yang
cukup banyak dan fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim yang terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan
semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak bisa dicegah
sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
sifat segmen inbi yang tipis mudah terjadi invasi trofoblas menerobos ke
dalam miometrium bahakan sampai perineum dan menjadi sebab plasenta
inkrata dan plasenta prakerta.
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya akan pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memakssa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian
oleh tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm.
2.9. Penanganan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua
atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan
faktor Rh. Selama rawat inap mungkin perlu diberikan transfusi darah dan
7
terhadap pasien dilakukan pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan
maternal yang ketat. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
a. keadaan umum pasien, kadar hb,
b. jumlah perdarahan yang terjadi
c. umur kehamilan / taksiran BB janin
d. jenis plasenta previa
Penanganan dalam plasenta previa dibedakan menjadi:
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ini ialah supaya fetus tidak lahir prematur. Penderita dirawat
tanpa melakukan pemneriksaan dalam melalui kanalis servisis dan diawasi sebaik-
baiknya.
Syarat-syarat melakukan terapi ekspektatif adalah:
Kehamilan preterm (<37 minggu) dengan perdarahan sedikit
Belum ada tanda-tanda inpartu
Keadaan umum baik dengan kadar hemoglobin normal.
Fetus masih hidup
Rencana tindakan :
a. Istirahat baring mutlak
b. Infus D5% dan elektrolit
c. spasmolitik, tokolitik
d. pemeriksaan hb, golongan darah
e. Pemeriksaan USG
f. Awasi tanda-tanda erdarahan terus-menerus, keadaan umum dan vital sign
2. Penanganan aktif
Syarat :
umur kehamilan >37 minggu, BB >2500gr
perdarahan banyak 500 cc atau lebih
tanda-tanda persalinan
Keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemis dengan Hb <8 gr%
8
Cara menyelesaikan persalinan adalah:
Seksio sesaria
Seksio sesaria dikerjakan terutama untuk keselamatan ibu, meskipun fetus
telah meninggal, atau fetus tidak mempunyai harapan hidup. Indikasi
dilakukannya sectio sesarea adalah :
1. plasenta previa totalis
2. plasenta previa pada primigravida
3. plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4. fetal distress
5. plasenta previa lateralis jika :
- pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak
- sebagian besar OUI ditutupi plasenta
- plasenta terletak di sebelah belakang (posterior)
6. profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat
Tujuan:
a) Melahirkan fetus dengan segera sehingga uterus berkontraksi dan
dapat menghentikan perdarahan
b) Mengurangi robekan serviks uteri, yang dapat terjadi bila fetus
dilahirkan secara pervaginam.
Pada plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi pada tempat
implantasu plasenta sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahimmudah
robek, terutama pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lateralis
Pada umumnya seksio sesaria dikerjakan pada kasus-kasusdengan
perdarahan banyak, pada plasenta previa totalis dan pada derajat plasenta
lainnya dengan pembukaan serviks yang masih kecil (kurang dari 5 cm)
Melahirkan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur. Perdarahan akan berhenti jika ada
9
penekanan pada plasenta. Supaya plasenta mendapat penekanan dilakukan
cara:
o Memecah ketuban
Dengan memecah ketuban plasenta akan mengikuti segmen bawah
rahim pada waktu pembukaan sehingga tidak ada bagian plasenta
yang terlepas.
Pemecahan ketuban dilakukan pada kasus plasenta previa dan
marginalis. Setelah ketuban dipecahkan kepala fetus ditekan ke bawah
supaya menekan plasenta dan segm,en bawah rahim. Jika his lemah
atau his belum ada, ibu diberikan infus pitosin
Versi Baxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan tamponade
plasenta dengan bokong fetus. Jika versi Braxton Hicks dilakuakn pada fetus
yang masih hidup, fetus akan meninggal.
Dengan Cunam Willet
Kulit kepala fetus dijepit dengan cunam willet, kemudian diberi beban
secukupnyasampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang mengadakan
penekanan pada plasenta da n seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit,
karena itu tindakan ini biasanya dilakukan pada fetus yang telah meninggal
dan dengan perdarahan sedikit.
2.10. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta prevbia dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak
invasif dengan USG disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah
ada hampir disemua rumah sakit kabupaten. Namun, nasib janin masih belum
terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun
karena intervensi seksio.
10
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 110745
Nama Suami : Tn. A
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Petani
3.2. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan umur 35 tahun datang ke PONEK RSUD Solok
pada tanggal 10 Agustus 2015 pukul 8.00 dengan keluhan utama keluar darah
yang banyak dari kemaluan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 1 jam sebelum masuk
rumah sakit, darah berwarna merah segar, tanpa rasa sakit,
membasahai satu helai kain sarung
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
- Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu
- Riwayat trauma (-)
- HPHT : 1 Desember 2014 TP: 8 September 2015
- Gerak janin dirasakan sejak 3 bulan yang lalu
- RHM : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
- ANC kontrol bidan sejak usia kehamilan 3 bulan teratur
- RHT : mual (-), muntah (-), perdarahan (+)
11
- Menstruasi : Menarche umur 13 tahun, siklus haid 28 hari teratur, lama
5-7 hari, banyaknya 2-3 ganti duk/hari.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien pernah dirawat 4 kali dengan diagnosa plasenta previa pada
tanggal, 8 Mei 2015, 1 Juni 2015, 4 Juli 2015, dan 31 Juli 2015. Janin
sudah mendapatkan pematangan paru dengan dexamethason 2 x 2
ampul.
- Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, hati, ginjal, jantung, dan alergi
(-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit menular, turunan, dan
kejiwaan.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
- Menikah 1x, tahun 2002
- Kehamilan/abortus :
o 1. 2003, laki-laki, BB: 2200, cukup bulan, spontan, bidan,
meninggal
o 2. 2007, laki-laki, BB: 2900, cukup bulan, spontan, bidan,
hidup
o 3. 2010, perempuan, BB: 3100, cukup bulan, spontan, bidan,
hidup
o 4. 2013, perempuan, BB: 2900, cukup bulan, spontan, bidan,
hidup
- Riwayat kontrasepsi : tidak menggunakan kontrasepsi
6. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok selama hamil (-)
- Riwayat konsumsi alkohol selama hamil (-)
- Riwayat penggunaan obat terlarang selama hamil (-)
12
7. Riwayat Lingkungan tempat tinggal
- Lingkungan tempat tinggal diakui pasien cukup bersih
- Suami pasien sorang perokok, sehari-hari pasien terpapar dengan asapa
rokok.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 150 cm
Berat badan sebelum hamil : 50 Kg
Berat bada saat hamil : 60 Kg
LILA : 28 cm
BMI : 22,3 Kg/m2
Status gizi : Baik
Vital sign :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82 x/i
- Nafas : 21 x/i
- Suhu : 36,7oC
Mata : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar
Thorak :
- Paru : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
- Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung murni
Ekstremitas :
Edema
13
- -
- -
Reflek Fisiologis
+ +
+ +
Sianosis
- -
- -
Status Obstetrikus :
- Muka : chloasma gravidarum (+) di daerah pipi kanan dan
kiri
- Mammae : Mambesar, areola dan papilla hiperpigmentasi,
colostrum (+)
- Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak membuncit seperti kehamilan aterm, striae
gravidarum (+), sikatrik (-), hiperpigmentasi linea mediana (+)
Palpasi :
L1 : Fundus uteri teraba pertengahan procesus xypoideus
Dan umbilicus
Teraba masa besar, lunak, noduler
L2 : Teraba tahanan terbesar janin di sebelah kanan
Teraba bagian bagian kecil janin d sebelah kiri
L3 : Teraba masa bulat, keras, floating
L4 : Tidak dilakukan
TFU : 27 cm TBA : 2170 gram
His : (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus (+) normal , BJA: 145-150x/i dengan doppler
- Gynekologi
Vagina/uterus tenang, PPV (+)
VT : Tidak dilakukan
14
3.4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hemoglobin : 8,9 g/dl
Hematokrit : 31,6 %
Leukosit : 8.680/uL
Trombosit : 438.000/uL
b. USG
LF : 79,0 (35w+3d)
Plasenta tertanam di korpus depan meluas ke bawah menutupi seluruh
ostium uteri internum.
Kesan : gravid 35-36 minggu + plasenta previa totalis
3.5. Diagnosa
G5P4A0H3 + Gravid preterm 35-36 minggu + Haemoragic antepartum ec
plasenta previa totalis dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang
Janin hidup tunggal intra uterin presentasi kepala
15
3.6. Sikap
- Kontrol keadaan umum, vital sign, DJJ, HIS, dan PPV
- USG
- Terminasi perabdominam
- Informed consent
- Cek darah rutin dan cross match persiapan 2 PRC
- IVFD Ringer laktat 20 tetes/menit
- Injeksi seftriakson 2x1 gram
- Injeks gentamisin 2x1 ampul
- Pasang folley cattether
3.7. Laporan Operasi
Tanggal 10 Agustus 2015
Pukul 10.00
- Pasien tidur terlentang diatas meja operasi dalam keadaan narkose
- Dilakukan tindakan aseptik dan anti septik
- Lapangan operasi diperkecil dengan duk steril
- Dilakukan insisi secara pfannenstiel dari kulit sampai peritonium
- Tampak uterus gravid
- Uterus di insisi pada segmen bawah rahim
- Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala
- Plasenta dilahirkan dengan sedikit tarikan pada tali pusat, bentuk dan
ukuran normal
- Uterus di jahit dua lapis
- Dilakukan tubektomi pada tuba kanan dan kiri
- Dinding abdomen di jahit lapis demi lapis
- Perdarahan selama operasi kurang lebih 250 cc
- Operasi selesai
Bayi : Perempuan, berat 1980 gram, panjang 47 cm, A/S 6/7
Hb post operasi : 8,1 gr/dl Transfusi darah 2 PRC
16
3.8 Follow up
11 Agustus 2015
S/ demam (-), BAK (+), BAB (-), ASI(+), PPV (-), Nyeri pada luka operasi (+)
O/ KU : sedang , Kes : CMC ,
TD ; 110/80 mmHg, nadi : 88x/i , nafas : 22x/i, suhu : 36.6 C
Abd : I : Perut tampak sedikit membuncit
Pa : FUT 3 jari dibawah umbilicus, luka bekas operasi
Tertutup perban
Per :timpani
Aus : BU (+) Normal
Gyn : V/U tenang, PPV (-), lokia rubra (+)
Hb post transfusi 2 PRC 10,2 gr/dl
A/ P5A0H4 post SCTPP a/i Haemoragic antepartum ec plasenta previa totalis
dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang + post tubektomi + nifas
hari 1, anak dan ibu baik
P/ - Observasi tanda vital dan perdarahan
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Kateter menetap 24 jam post op
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram
- Inj. Gentamicin 2 x 1 ampul
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Sulfat Serous 2 x 1
- Vitamin C 3 x 1
12 Agustus 2015
S/ demam (-), BAK (+), BAB (-), ASI(+), PPV (-), Nyeri pada luka operasi (+)
O/ KU : sedang , Kes : CMC ,
TD ; 120/80 mmHg, nadi : 92x/i , nafas : 22x/i, suhu : 36.5 C
Abd : I : Perut tampak sedikit membuncit
Pa : FUT 3 jari dibawah umbilicus, luka bekas operasi
Tertutup perban
Per :timpani
17
Aus : BU (+) Normal
Gyn : V/U tenang, PPV (-), lokia rubra (+)
A/ P5A0H4 post SCTPP a/i Haemoragic antepartum ec plasenta previa totalis
dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang + post tubektomi + nifas
hari ke 2, anak dan ibu baik
P/ - Metronidazole tablet 3 x 1
- Cefixim 3 x 1
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Sulfat Serous 2 x 1
- Vitamin C 3 x 1
13 Agustus 2015
S/ demam (-), BAK (+), BAB (-), ASI(+), PPV (-), Nyeri pada luka operasi (+)
O/ KU : sedang , Kes : CMC ,
TD ; 110/70 mmHg, nadi : 83x/i , nafas : 20x/i, suhu : 36.6 C
Abd : I : Perut tampak sedikit membuncit
Pa : FUT 3 jari dibawah umbilicus, luka bekas operasi
kering
Per :timpani
Aus : BU (+) Normal
Gyn : V/U tenang, PPV (-), lokia rubra (+)
A/ P5A0H4 post SCTPP a/i Haemoragic antepartum ec plasenta previa totalis
dengan perdarahan berulang banyak + Anemia sedang + post tubektomi + nifas
hari ke 3, anak dan ibu baik
P/ - Metronidazole tablet 3 x 1
- Cefixim 3 x 1
- Asam Mefenamat 3 x 1
- Sulfat Serous 2 x 1
- Vitamin C 3 x 1
Pasien diizinkan pulang
18
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang wanita, 35 tahun, G5P4A0H3 datang dengan keluhan hamil kurang
bulan dengan keluar darah dari kemaluan. Darah yang keluar berwarna merah
segar sebanyak membasahi satu helai kain sarung. Sakit pinggang menjalar keari-
ari, keluar lendir campur darah, dan keluar air-air tidak ditemui. Riwayat trauma
disangkal. Pasien mengaku pernah mengalami keluhan yang sama saat usia
kehamilan 6-9 bulan, darah yang keluar lebih sedikit, pada saat itu pasien dirawat
4x dengan diagnosa plasenta previa dan dalam perawatan pasien telah
mendapatkan pematangan paru dengan dexamethason 2x2 ampul. Sebelumnya
pasien pernah melahirkan sebanyak 4 kali secara spontan dan tidak ada penyulit
pada saat melahirkan. Suami pasien merupakan seorang perokok dan sehari-hari
pasien terpapar asap rokok.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri pada pertengahan
procesus xypoideus dan umbilicus, setinggi 27 cm, sehingga dapat diperkirakan
berat janin sebesar 2170 gram. Dari pemeriksaan leopold dapat diambil
kesimpulan bahwa letak janin memanjang dengan punggung disebelah kanan ibu,
presentasi kepala, dan bagian terbawah janin belum turun. Pada pemriksaan
genitalia, pada inspeksi tampak adanya perdarahan pervaginam. Tidak dilakukan
vaginal tuse pada pasien ini karena dapat menyebabkan perdarahan yang semakin
hebat. Pada pemeriksaan penunjang dengan USG didapatkan kesan ibu hamil 35-
36 minggu, janin hidup tunggal, presentasi kepala dengan plasenta previa totalis.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan Hb : 8.9 gr/dl, Ht: 31,6%,
Leukosit : 8.680/uL, Trombosit : 438.000/uL.
Salah satu penyebab perdarahan pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga
adalah plasenta previa. Dari hasil anamnesis diatas dapat dipikirkan bahwa ibu
tersebut mengalami plasenta previa dilihat dari keluhan utama yang dirasakan
yakni keluar darah pada usia kehamilan kurang bulan. Keluar darah tidak nyeri
dan tidak adanya riwayat trauma juga mendukung diagnosa tersebut. Pada
plasenta previa, keluar darah mulai terjadi pada akhir trimester kedua dan
seterusnya dan semakin lama semakin banyak, hal ini juga yang dirasakan pada
19
pasien. Dari usia dapat dilihat bahwa ibu ini berusia 35 tahun yang juga
merupakan faktor resiko terjadinya plasenta previa, yakni pada ibu dengan usia
diatas 30 tahun. Ibu ini juga merupakan multipara yang juga merupakan faktor
resiko plasenta previa. Selain itu sehari-hari pasien sering terpapar asap rokok
yang mengandung karbon monoksida yang dapat menyebabkan hipertrofi
plasenta. Untuk memastikan sumber perdarahan pada pasien ini sebaiknya
dilakukan pemeriksaan inspekulo, dengan pemeriksaan tersebut dapat diketahui
apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks
dan vagina. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
menggunakan USG untuk memastikan diagnosa dan di dapatkan hasil bahwa
pasien mengalami plasenta previa totalis. Dari pmeriksaan fisik pasien tampak
konjungtiva anemis dan keadaan tersebut di konfirmasi dengan pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan Hb: 8,9 gr/dl dimana pasien mengalami
anemia sedang.
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan aktif
dengan terminasi perabdominam dengan sebelumnya diberikan antibiotik berupa
seftriakson dan gentamicin. Penatalaksanaan ini dapat dikatakan tepat karena
kemungkinan perdarahan semakin hebat pada pasien jika berlanjut, dan dapat
membahayakan nyawa ibu dan juga janinnya. Selain itu kondisi umum pasien
yang tidak baik, dengan pemriksaan fisik anemis dan hasil pemeriksaan Hb: 8,9
gr/dl. Tatatlaksana dipilih perabdominam karena plasenta sudah menutupi seluruh
jalan lahir sehingga resiko perdarahan lebih besar jika dilakukan secara
pervaginam.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :
Penerbitan PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. 2008
2. Cunningham FG. 2006. Obstetri William. Vol. 1. Jakarta: EGC.
3. Llewellyn JD. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
4. Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.
21