pneumokoniosis akibat debu

11
PNEUMOCONIOSIS AKIBAT DEBU MINERAL SKLEROGEN SILIKOSIS Agen : - Silika bebas (SiO2) - kuarsa,tridimil - kristobalit Sumber: batu-batuan Risiko: penambang, penyemprotan pasir, pembersihan bangunan, pembuangan lapisan kerak dan lain-lain. Mekanisme kerja -Retensi -Eliminasi Penilaian paparan a. Penilaian lingkungan - pemeriksaan debu - analisis kandungan kristal dalam debu b. Penliaian biologis - Radiografi sesuai Klasifikasi Internasional Radiograf untuk Pneumoconiosis dari ILO (1985) - Uji fungsi paru Gejala Tahap awal tanpa gejala Gejala klinis - kesulitan bernafas 1

Upload: jefri-efendi

Post on 10-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

pneumokoniosis

TRANSCRIPT

Page 1: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

PNEUMOCONIOSIS AKIBAT DEBU MINERAL SKLEROGEN

SILIKOSIS

Agen : - Silika bebas (SiO2)

- kuarsa,tridimil

- kristobalit

Sumber: batu-batuan

Risiko: penambang, penyemprotan pasir, pembersihan bangunan, pembuangan lapisan kerak dan lain-lain.

Mekanisme kerja

-Retensi

-Eliminasi

Penilaian paparan

a. Penilaian lingkungan

- pemeriksaan debu

- analisis kandungan kristal dalam debu

b. Penliaian biologis

- Radiografi sesuai Klasifikasi Internasional Radiograf untuk

Pneumoconiosis dari ILO (1985)

- Uji fungsi paru

Gejala

Tahap awal tanpa gejala

Gejala klinis

- kesulitan bernafas

- batuk kering

- dada sesak

- ketidak mampuan bekerja setelah beberapa bulan

1

Page 2: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

- kematian akibat kegagalan pernafasan atau Cor pulmonale

Pemeriksaan

- pergerakan dada terbatas

- sianosis

- ronki pada akhir inspirasi

- kelainan fungsi paru restriktif

- kelainan radiologis

SILIKOSIS DENGAN TBC

Terpapar silika bebas risiko terkena TBC tinggi

Risiko meningkat sesuai beratnya silikosis

Faktor-faktor lainnya: kondisi kerja buruk, gizi buruk dan tingginya prevalensi penyakit di masyarakat yang tinggi

Teori: - kerusakan akibat debu pada makrofag terhadap sistem limfatik dan kekebalan

Diagnosis: adanya mikobakterium dalam sputum

Prognosis

- perkembangan penyakit lambat cenderung melambat apabila paparan

berhenti

- gagal jantung kanan

- infeksi pernafasan

- gagal pernafasan atau cor pulmonale

Diagnosis banding

- TBC

- kanker paru

2

Page 3: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

- sarkoidosis

- arthritis rheumatoid

Paparan-efek

- konsentrasi 1-2 mg kuarsa /m³ terdeteksi dalam 5 – 15 tahun

- konsentrasi lebih rendah lebih lama

Hubungan paparan tergantung:

- Kadar debu dalam udara

- Dosis paparan kumulatif

- Waktu tinggal debu dalam paru

Paparan debu dengan kadar rendah dalam jangka waktu lama menyebabkan penyakit yang kurang

berat dibandingkan paparan dengan dosis tinggi dalam waktu singkat

Penanganan kasus:

1.Segera dipindahkan ke bagian lain jauh dari paparan

2.Pengawasan medis

3..idak ada obatnya

4.Mencegah timbulnya TBC

Pengendalian

1.Penurunan kadar debu dengan pengendalian teknis

2.Pemantauan kadar debu secara teratur

3.Ventilasi yang baik

4.Alat Pelindung Diri (masker, tutup kepala dll)

5.Batas debu paparan antara

- 0,5 mg/m³ ( debu dengan kandungan silika tinggi di atas 70%)

- 5 mg/m³ (debu dengan kandungan silika kurang 10%)

3

Page 4: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

- Untuk debu yang ikut pernafasan kadarnya antara 0,1 – 0,2 mg/m³

Batas untuk kristobalit dan tridimit separuh batas untuk kuarsa

ANTRAKO SILIKOSIS

Pneumokoniosis yang disebabkan paparan terhadap debu campuran dimana silika bebas bukan merupakan komponen fibrogenik yang dominan

Sifat- sifat agen penyebab

Batubara mengandung karbon dan sedikit hidrogen,sulfur, fosfor dan beberapa macam batu yang mengandung silika bebas

Pekerja berisiko

1.Pekerja pertambangan khususnya tempat pencucian dan terpapar di

tempat terbuka

2.Pekerja bongkar muat batubara

3.Pekerja pada industri yang menggunakan batubara

Mekanisme kerja

- Partikel berukuran 5 µm hingga 15 µm yang mengendap dalam saluran

nafas

- Menyebabkan iritasi reversibel (bronkitis)

- Partikel 0,5 µm - 5 µm dibersihkan oleh makrofag pada bronkus dan

trakhea

Penilaian paparan

1. Penilaian lingkungan

Pengukuran debu pada zona pernafasan

4

Page 5: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

Debu dianalisis komponennya

2. Penilaian biologis

a. Uji Biokimia ( tidak ada yang tersedia)

b. Radiografi ILO 2000

Merupakan satu-satunya metoda untuk mendiagnosis silikosis

c. Uji fungsi paru

d. Gejala dan tanda biasanya tidak ada

Gejala klinik

1. Tanda-tanda radiografi pneumokoniosis simplek

2. Kemunduran fungsi paru

Tidak ada peningkatan risiko tuberkulosis dan tidak ada hubungan antara antrakosilikosis dengan kanker paru

Korelasi antara lapangan batubara tidak tinggi

Banyaknya pekerjaan pencucian meningkatkan risiko antrakosilikosis

Prognosis

Bila paparan debu dihentikan tidak timbul kecacatan

Cacat serius terjadi pada paparan dengan konsentrasi tinggi

Diagnosis banding

1. Kanker paru

2. Tuberkulosis

3. Sarkoidosis

Pemeriksaan kesehatan

1. Pemeriksaan kesehatan awal

2. Pemeriksaan kesehatan berkala

5

Page 6: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

Penanganan kasus

Tidak ada pengobatan spesifik

Pekerja sebaiknya dijauhkan dari paparan debu batubara

Pengendalian

Seperti pada silikosis.

Nilai Ambang Batas dihubungkan dengan kandungan silika bebas dalam

debu batubara

Pemeriksaan kesehatan

1. Pemeriksaan kesehatan awal

2. Pemeriksaan kesehatan berkala

Penanganan kasus

Tidak ada pengobatan spesifik , pekerja sebaiknya dijauhkan dari paparan debu batubara.

ASBESTOSIS

Pekerjaan berisiko:

1. Petambangan

2. Penggilingan

3. Pengolahan

4. Transport

5. Pabrik produk-produk asbes

6. Pembuangan limbah asbes

6

Page 7: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

7. Pembongkaran produk-produk asbes

Mekanisme kerja

Serat asbes dengan diameter kurang 3 µm menembus saluran nafas dan tertahan di paru

Serat krisotil lebih sukar dibandingkan amfibol

Serat yang menetap di alveoli akan dilapisi komplek besi-protein dan menjadi badan-badan asbes atau ferruginosa

Paparan lama timbul fibrosis paru intersisiel difus dan progresif

Masa laten jarang dibawah 20 tahun setelah paparan pertama dapat timbul ,kanker paru, mesotelioma pleura ganas atau kanker saluran cerna

Penilaian paparan

1. Penilaian Lingkungan

Pengambilan udara statis (imfinger) atau pengambilan udara pernafasan (PDS)

Serat dengan panjang 5 µm dihitung dengan mikroskop fase kontras dinyatakan dalam jumlah serat per ml udara sampel

Kuantifikasi dengan sinar x atau spektrofotometer sinar infra merah hasilnya dinyatakan dalam gram per volume sampel

Mikroskop elektron dipakai untuk serat diameter dibawah 0,1 µm

2. Penilaian biologis

a. Uji dengan postmortem

b. Radiografi

c. Uji fungsi paru

d. Uji sputum

Efek klinis

1. Asbestosis adalah suatu fibrosis paru intersisiel difus kronik

7

Page 8: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

2. Kanker paru adenokarsinoma

3. Mesotelioma ganas pleura

4. Keganasan lain

Hubungan paparan-efek

Asbestosis

Paparan asbes diatas 5 tahun

Prevalensi tinggi pada masa kerja diatas 20 tahun

Kanker paru

Hubungan paparan-respon secara linier

Masa kerja 40 tahun resiko kanker 1,5%

Merokok meningkatkan resiko kanker Mestelioma ganas pleura

Terjadi setelah paparan krokidolit 6 minggu

Kanker ganas lain

Peningkatan kanker ganas saluran cerna setelah paparan asbes

Prognosis

Peningkatan fibrosis paru, lama-lama timbul kematian

Kerentanan

Belum dapat dibuktikan

Merokok belum ada bukti menimbulkan asbestosis

Resiko mesitelioma tidak dipengaruhi merokok

Pemeriksaan kesehatan

1. Pemeriksan awal

8

Page 9: PNEUMOKONIOSIS AKiBaT DEBU

- riwayat medis

- fisik

- foto torak dada

- fungsi paru

2. Pemeriksaan berkala

- pemeriksaan kesehatan berselang 5 tahun

Penanganan kasus

Pemeriksaan lingkungan lebih intensif

Pekerja diberitahu bahaya paparan asbes

Berhenti merokok

Pengawasan ketat

Tindakan pengendalian

1. Peraturan

NAB 2u serat/ml udara

2. Perekayasaan

Ventilasi yang baik

3. Metoda pengendalian:

a. Isolasi

b. Mengurangi jumlah pekerja terpapar

c. Mengubah metode proses produksi (al substitusi)

9