pokok bahasan vi vi. produktivitas ternak babi...

14
Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik yang menentukan produktivitas ternak babi. Mengetahui parameter yang digunakan untuk mengukur penampilan produksi dan reproduksi pada ternak babi. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui penampilan ternak babi yang umum dipelihara di Indonesia. Mengetahui pengaruh vital statistik, jumlah putting dan temperamen induk terhadap pertumbuhan dan produksi babi. Mengetahui sistem perkawinan, lama bunting, litter size, seleksi yang paling baik digunakan untuk peningkatan produksi dan reproduksi. Uraian Materi Ternak Babi Ternak babi dipelihara dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging babi yang berkualitas baik. Tergantung dari lama pemeliharaan, babi yang dipelihara digolongkan dalam tipe lemak dan bacon. Kini penggolongan tipe babi hampir lenyap karena para peternak mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan daging babi yang yang berkualitas (Sihombing, 1997). Bangsa-bangsa babi terbentuk karena adanya permintaan konsumen, sifat bahan pakan yang tersedia dan cara beternak baik modern maupun tradisional. Bangsa babi yang sekarang ada ini berasal dari dua jenis babi liar yaitu Sus scrofa dan Sus vitatus. Sus scrofa merupakan babi liar atau babi hutan yang merupakan nenek moyang bangsa bangsa babi yang terdapat di Eropa. Sedangkan Sus vitatus menurunkan babi babi di Asia.

Upload: dodien

Post on 05-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

Tatap muka ke : 10

POKOK BAHASAN VI

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

Tujuan Instruksional Umum :

Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging.

Mengetahui sifat-sifat karakteristik yang menentukan produktivitas ternak

babi.

Mengetahui parameter yang digunakan untuk mengukur penampilan

produksi dan reproduksi pada ternak babi.

Tujuan Instruksional Khusus :

Mengetahui penampilan ternak babi yang umum dipelihara di Indonesia.

Mengetahui pengaruh vital statistik, jumlah putting dan temperamen induk

terhadap pertumbuhan dan produksi babi.

Mengetahui sistem perkawinan, lama bunting, litter size, seleksi yang

paling baik digunakan untuk peningkatan produksi dan reproduksi.

Uraian Materi

Ternak Babi

Ternak babi dipelihara dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging babi

yang berkualitas baik. Tergantung dari lama pemeliharaan, babi yang dipelihara

digolongkan dalam tipe lemak dan bacon. Kini penggolongan tipe babi hampir lenyap

karena para peternak mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan daging babi

yang yang berkualitas (Sihombing, 1997).

Bangsa-bangsa babi terbentuk karena adanya permintaan konsumen, sifat

bahan pakan yang tersedia dan cara beternak baik modern maupun tradisional.

Bangsa babi yang sekarang ada ini berasal dari dua jenis babi liar yaitu Sus scrofa

dan Sus vitatus. Sus scrofa merupakan babi liar atau babi hutan yang merupakan

nenek moyang bangsa – bangsa babi yang terdapat di Eropa. Sedangkan Sus

vitatus menurunkan babi – babi di Asia.

Page 2: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

99

Secara umum babi dapat digolongkan atas dasar tipe, pola warna dan tempat

asalnya. Pembagian bangsa babi menurut tipenya berdasarkan atas tujuan

pemeliharaan maupun hasil yang diharapkan yaitu babi-babi untuk menghasilkan

lemak, daging maupun kombinasi keduanya. Berdasarkan tipe bangsa babi terbagi

menjadi bangsa babi tipe lemak (lard type), tipe daging (meat type) dan tipe

kombinasi keduanya (bacon type). Termasuk tipe lard adalah bangsa-bangsa babi

yang berasal dari Asia dan Indonesia. Tipe daging antara lain bangsa babi

Hampshire, Poland China, Berkshire, Duroc, Chester white, dsb. Sedangkan tipe

bacon adalah bangsa babi Yorkshire, Landrace, Tamworth dsb (Devendra dan

Fuller, 1979).

Bangsa babi Landrace merupakan tipe bacon yang sangat istimewa,

badannya panjang, berwarna putih. Babi ini banyak digunakan dalam persilangan

dengan babi di Asia Tenggara. Babi Landrace mempunyai kelemahan pada kakinya

dan kurang tahan terhadap sinar matahari (Hardjosubroto, 1994).

Bangsa babi Landrace berasal dari Denmark kemudian dikembangkan di

Amerika Serikat dan Australia, sangat terkenal di negara asalnya dengan ciri khas

tubuh dan kaki panjang (Sihombing, 1997). Babi ini juga terkenal karena memiliki

prestasi reproduksi yang sangat baik yaitu paling banyak menghasilkan anak

sekelahiran dengan jumlah putting yang terbanyak dibandingkan babi unggul lainnya

serta dari segi produksinya adalah persentase dagingnya yang tinggi (Nugroho dan

Whendarto, 1990).

Bangsa babi Yorkshire yang bertasal dari Inggris merupakan bangsa babi tipe

besar, panjang dan berwarna putih. Bangsa babi ini merupakan babi yang paling baik

reproduktivitasnya diantara bangsa babi Inggris dan Amerika, mempunyai efisiensi

yang tinggi dalam penggunaan pakan (Hardjosubroto, 1994). Merupakjan bangsa

babi tipe besar dan tersebar hampir diseluruh pelosok dunia dengan sebutan umum

Large White (Nugroho dan Whendarto, 1990). Ciri-ciri babi ini adalah warna tubuh

putih dengan kulit yang cenderung merah dengan totol pigmen hitam pada kulitnya.

Bobot babi jantan adalah 320 sampai 455 kg dengan induk berbobot sekitar 225 –

365 kg. Terkenal sebagai babi yang memiliki pertumbuhan cepat, sifak keindukan

Page 3: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

100

yang baik, dapat memelihara anaknya dengan baik dengan produksi susu setiap

laktasi yang baik (Sihombing, 1997).

Babi Duroc berasal dari Barat Laut Amerika Serikat yang berasal dari babi

merah dan dikembangkan di New York dan New Jersey (Sihombing, 1997). Bangsa

babi Duroc berwarna merah, badannya besar, merupakan tipe lard, mempunyai

efisiensi penggunaan pakan yang baik dan juga fertilitasnya tinggi. Dewasa ini babi

Duroc banyak yang telah diubah menjadi tipe pork untuk memenuhi permintaan pasar

(Hardjosubroto, 1994).

Tatalaksana pemeliharaan merupakan suatu penetapan usaha untuk

mencapai sasaran dan tujuan produksi dengan menggunakan teori tertentu yang

disebut teori zooteknik. Teori zooteknik adalah berbagai persyaratan terperinci dan

detail untuk suatu proses biologi produksi ternak sesuai dengan jenis, bangsa, umur,

bobot badan, fase produksi dan reproduksi yang input-outputnya dapat dilihat secara

fisik (Adjisoedarmo, 1977).

Sebagai suatu spesies ternak, babi membutuhkan cara penanganan khusus.

Cara-cara tatalaksana untuk babi yang diterapkan oleh satu peternak, juga bisa

berbeda bila dibandingkan dengan peternak yang lain. Sistem produksi yang dianut

oleh seseorang peternak tergantung pada ketrampilan tatalaksanan yang dimiliki oleh

peternak, tersedianya modal, bahan pakan, tenaga kerja serta kesukaan pribadi

masing-masing peternak (Williamson dan Payne, 1993).

Sifat Produksi

Usaha peternakan babi adalah suatu proses produksi yang bertujuan untuk

dapat menghasilkan daging, lemak atau kombinasinya sebagai outputnya. Agar

mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan persyaratan tertentu yang sesuai

dengan fase kehidupannya. Secara umum fase kehidupan ternak babi terdiri atas

fase awal (starter), fase pertumbuhan (fase grower) dan fase akhir (fase finisher)

(Purbojo, S.W., et al., 1989).

Produksi ternak babi dapat dilihat dari banyaknya anak yang disapih per induk

per tahun, karena dengan meningkatnya jumlah anak babi yang disapih per induk per

Page 4: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

101

tahun, keuntungan yang diperoleh peternak akan mengalami peningkatan. Hal itu

dapat dilakukan dengan cara :

a. Meningkatkan laju kebuntingan dan menurunkan mortalitas embryo

b. Meningkatkan jumlah anak per kelahiran

c. Meningkatkan kelahiran anak per induk per tahun

d. Menekan mortalitas anak pra sapih (Sihombing, 1997).

Menurut Lasley (1978), sifat-sifat produksi yang mempunyai nilai ekonomi

pada ternak babi antara lain adalah total berat litter saat sapih, berat pada umur 154

hari, pertambahan berat badan saat sapih sampai dijual, tipe dan konformasi tubuh

saat jual dan kualitas karkas yang dikehendaki oleh konsumen, efisiensi penggunaan

pakan dan laju pertumbuhan. Sifat-sifat yang lainnya adalah mortalitas yang rendah

dan daya asuh induk. Sifat-sifat tersebut menjadi dasar dalam pemilihan bibit ternak

babi.

Produktivitas ternak babi di Indonesia masih rendah. Rendahnya produktivitas

babi dan kurangnya bibit unggul merupakan pembatas dalam peningkatan produksi

babi di Indonesia. Keadaan ini semakin terasa akibat meningkatnya kebutuhan babi

lokal dan terutama terbukanya ekspor komoditi ternak babi. Produktivitas ternak babi

adalah gambaran daya produksi dan reproduksi seekor atau sekelompok babi yang

dinilai dari jumlah anak yang lahir dan yang disapih, berat sapih, laju pertumbuhan,

mortalitas, stillbirth dan kerdil.

Berat littter saat disapih dapat diukur berdasarkan performen anak babi saat

pra sapih. Hal ini akan memberikan gambaran fertilitas induk, produksi susu induk,

mothering ability dan laju pertumbuhan anak. Littter size dan berat sapih ditentukan

oleh jumlah anak yang lahir per littter dan kemampuan anak babi tersebut untuk

hidup sampai dengan sapih.

Jumlah anak per induk menggambarkan fertilitas induk dan pejantan serta

kualitas tatalaksana yang dipengaruhi oleh lingkungan, umur ternak, bibit, mortalitas

embrio, lama bunting, pakan, musim dan kelahiran (Lasley, 1978). Bangsa yang

Page 5: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

102

berbeda akan mempunyai kemampuan dalam menghasilkan ovum, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan litter (Carrol dan

Krider, 1971). Hasil penelitian Gaugler et al. (1984) menunjukkan bahwa rata-rata

litter size dari babi Landrace murni adalah 10,74 ekor, sedangkan babi Yorkshire

murni adalah 11,52 ekor lebih besar jika dibandingkan dengan silangan kedua

bangsa tersebut, yaitu Landrace x Yorkshire 9,97 ekor dan Yorkshire x Landrace

10,43 ekor.

Menurut Carrol dan Krider (1971), jumlah anak yang dilahirkan akan

mempengaruhi berat lahir, berat sapih serta performens selanjutnya. Selanjutnya

Pond dan Maner (1974) menyatakan bahwa anak babi yang dilahirkan pertama

cenderung mempunyai berat lahir yang lebih besar jika dibandingkan dengan berat

lahir terakhir. Selanjutnya dikatakan bahwa anak-anak babi yang dilahirkan oleh

induk yang mengalami stress panas ternyata mempunyai berat lahir yang lebih

rendah jika dibandingkan dengan induk yang tidak mengalami stress panas. Menurut

hasil penelitian Dewani (1989) berat lahir babi Landrace, Yorkshire dan Duroc

berturut-turut adalah 1,17; 1,37 dan 1,26 kg/ekor sedangkan berat sapih umur 42 hari

masing-masing 9,07; 9,02 dan 9,05 kg/ekor.

Menurut Parakkasi (1983), kemampuan induk dalam menghasilkan air susu

akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Hal ini disebabkan jumlah anak sekelahiran

akan mempengaruhi kemampuan induk untuk memelihara anak-anaknya, sehingga

akan mempengaruhi waktu penyapihan dan pertumbuhan anak babi. Pertumbuhan

anak selama dalam asuhan induk dinilai dari jumlah anak dan berat badan pada saat

lahir dan sapih dan ini berhubungan dengan daya asuh induknya.

Aritonang dan Silalahi (2001) menyatakan bahwa pertambahan berat badan

harian anak yang masih dalam asuhan induk adalah 147 g dengan kisaran 105 – 181

g/ekor. Tidak ada perbedaan pertambahan berat badan harian antara bangsa murni

dengan persilangan.

Menurut Fahmy dan Bernard (1972) produktivitas babi biasanya ditentukan

oleh prolifikasi dan maternal ability, yaitu kesanggupan induk dalam menghasilkan

Page 6: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

103

anak saat lahir secara hemat dan memeliharanya dengan efisien hingga disapih.

Diantara banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas, berat dan jumlah anak lahir

dan disapih paling besar pengaruhnya, dalam hal ini dirumuskan dalam satuan IDAI

(Indeks Daya Asuh Induk).

Menurut Hardjosubroto (1994), seleksi terhadap ternak babi jarang sekali

dilakukan secara ilmiah. Seleksi yang biasanya dilakukan oleh para peternak yaitu

melalui pemilihan bentuk luar, berat badan dan kadang-kadang jumlah anak

sekelahiran dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak babi yang

mereka miliki. Selain itu juga dilakukan dengan cara persilangan, bangsa babi yang

sering digunakan dalam persilangan adalah bangsa Landrace dan Yorkshire

terhadap babi Jawa.

Produksi Anak Babi (Feeder pig)

Sistem produksi anak babi (feeder pig) menghasilkan babi sapihan yang dijual

untuk dibesarkan di peternakan yang lain. Upaya tatalaksana yang akan diterapkan

meliputi seleksi dan pemeliharaan kelompok, yaitu pada saat kawin, melahirkan,

serta pemeliharaan anak yang lahir (Blakely dan Bade, 1991). Selanjutnya

dinyatakan bahwa dengan cara ini akan dapat dihasilkan rata-rata 2,2 litter per induk

per tahun, dengan jumlah rata-rata 8,5 ekor tiap litter dan berat saat pemasaran

sebesar 20 kg atau lebih.

Fase awal (starter) dimulai sejak awal kehidupan pasca lahir sampai

penyapihan. Umumnya berlangsung selama dua bulan dihitung semenjak lahir. Pada

fase ini merupakan fase paling kritis pada seluruh kehidupan pasca lahir, terutama 3

hari pertama setelah dilahirkan. Terdapat dua periode utama pada fase ini yaitu

periode pre starter dan periode starter. Periode pre starter ditandai dengan

kebutuhan pakan anak babi (genjik) yang sepenuhnya tergantung pada air susu

induk. Periode ini selama 3 minggu. Periode starter ini anak babi sudah dapat

memakan pakan selain air susu induk, walaupun pakan tersebut masih dalam bentuk

bubur (Cole, 1972).

Page 7: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

104

Angka kematian pada fase ini sangat tinggi, sebagaimana dilaporkan

Noersinggih (1980) bahwa angka kematian anak babi dapat mencapai 22,44%.

Sedangkan menurut Hartoko dan Adjisoedarmo (1981) angka kematian anak babi

mencapai 14,90%. Sedangkan Wahju dan Dudung (1969) menyatakan bahwa angka

kematian anak babi di Indonesia mencapai 30 – 50%.

Program Finishing

Program finishing meliputi pertumbuhan dan finishing bagi babi feeder untuk

dipotong. Usaha pembesaran pada program finishing dari berat badan 20 kg menjadi

90 – 100 kg membutuhkan waktu 10 – 13 minggu dengan pakan sebanyak 250 – 350

kg. Konversi pakannya adalah 3,2. Laju pertumbuhan babi menurun setelah tercapai

berat badan 100 kg, untuk menghasilkan bobot badan sesudah itu, efisiensinya

sangat menurun (Blakely dan Bade, 1991).

Sifat Reproduksi

Babi merupakan ternak poliestrus. Babi betina mempunyai periode birahi

setiap 21 hari yaitu antara 19 – 24 hari sepanjang tahun. Babi dara mempunyai

periode birahi lebih pendek dari pada babi induk (Williamson dan Payne, 1993).

Hanya pada saat babi birahi saja mereka mau menerima pejantan atau dapat

dikawinkan.

Lama birahi pada ternak babi berlangsung 1 – 5 hari, atau rata-rata 2 – 3 hari.

Gejala birahi akan terulang kembali setiap 21 hari apabila babi tidak bunting setelah

dikawinkan. Babi dara hendaknya dikawinkan pertama kali pada umur 6 – 8 bulan

dengan berat antara 102 – 113 kg. Perkawinan dilakukan setelah birahi ketiga,

sedangkan babi induk dikawinkan kembali pada saat birahi pertama setelah anaknya

disapih bila kondisi babi baik. Bila kondisinya kurang baik maka sebaiknya babi

dikawinkan kembali setelah birahi ke dua.

Babi pejantan dipakai untuk mengawini pertama kali pada umur 7 – 8 bulan.

Pemakaian babi jantan dibawah umur 15 bulan hendaknya tidak lebih dari 25 kali

sebulan, sedangkan babi jantan dewasa dapat dipakai sebagai pemacek 20 – 40 kali

per bulan (Williamson dan Payne, 1993). Selanjutnya dinyatakan bahwa ratio

Page 8: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

105

pejantan dengan betina adalah 1 : 50, kecuali jika perkawinan dilakukan secara

musiman. Menurut Sihombing (1997), seekor pejantan yunior dapat kawin kandang

dengan 8 – 10 ekor babi dara selama satu periode 4 minggu, sedangkan pejantan

senior dapat mengawini 10 – 12 ekor.

Untuk meningkatkan efisiensi reproduksi, babi dara harus dikawinkan pada

umur dan bobot tubuh yang dicapai lebih dini dari yang lazim dianjurkan pada umur 8

bulan dan berat 114 kg (Sihombing, 1994). Namun demikian dari hasil penelitian di

Inggris menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas seumur hidup pada

babi dara yang dikawinkan pada fase dini dengan yang dikawinkan lebih lambat.

Mortalitas pada periode starter dipengaruhi oleh produksi susu induk, jumlah

anak sekelahiran, keseragaman berat lahir, mutu penanganan sebelum hingga

setelah beranak sifat keindukan, abnormalitas kelenjar susu, temparamen induk,

anak lahir lemah atau cacat sehingga kalah bersaing untuk mendapatkan air susu,

infeksi dan defisiensi pakan sebelum dilahirkan sehingga terjadi kuntet (Nugroho dan

Whendarto, 1990). Persentase mortalitas babi Duroc, Yorkshire dan Landrace pada

minggu pertama adalah berturut-turut sebesar 15,6%, 8,0% dan 8,5% sedangkan

persilangan induk Landrace dengan pejantan Yorkshire dan induk Landrace dengan

pejantan Yorkshire adalah sebesar 25,6% dan 21,7% (Aritonang, 1988).

Usaha ternak babi menempati urutan ke tiga dalam penyediaan daging setelah

ternak unggas dan ternak sapi/kerbau. Pola usaha peternakan babi di Indonesia saat

ini sangat bervariasi dari usaha tradisional hingga industri peternakan. Peternakan

babi rakyat memelihara hanya beberapa ekor hingga puluhan ekor, sedangkan usaha

peternakan yang berbentuk perusahaan memelihara sampai ratusan ekor babi dari

berbagai fase pertumbuhan.

Produktivitas merupakan gambaran kemampuan atau daya produksi dan

reproduksi dari ternak. Daya produksi dan reproduksi ternak ini dalam

perkembangannya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Kedua faktor

tersebut, peranan peternak sangat menentukan dalam pengelolaan ternaknya untuk

mencapai produktivitas yang tinggi.

Page 9: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

106

Kemampuan berproduksi dan reproduksi yang dinilai dari berbagai parameter,

berkaitan dengan sifat-sifat karakteristik masing-masing bangsa babi, terutama sifat

yang mempunyai arti ekonomis, sehingga sangat perlu dipahami dan dicatat oleh

peternak sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan produktivitas ternak babi. Sifat-

sifat karakteristik yang menentukan produktivitas babi diantaranya adalah :

Sifat-sifat penampilan fisik tubuh

Sifat-sifat penampilan produksi dan reproduksi

Sifat-sifat penampilan karkas

Sifat Penampilan Fisik Tubuh

Bentuk ukuran tubuh

Bentuk ukuran tubuh yang panjang merupakan salah satu alternatif pilihan

dalam suatu usaha produksi ternak babi. Ternak yang panjang mengindikasikan

adanya ruas tulang belakang jumlahnya lebih banyak, dan ini dapat tercapai apabila

babi mendapat fasilitas perawatan yang baik sehingga akan mengalami pertumbuhan

yang sempurna. Panjang karkas merupakan salah satu kriteria dalam penilaian

kualitas karkas, selain ketebalan lemak punggung dan konformasi bagian-bagian

karkas yang meliputi luas penampang loin, tebal ham, picnic dan boston butt.

Lingkar dada dan dalam dada

Lingkar dada yang lebih luas dan dalam dada yang lebih lebar adalah

merupakan indikasi dalam suatu seleksi babi. Bentuk dada yang bidang dan lebar

memberi kesempatan paru-paru dan jantung berkembang lebih sempurna, sehingga

fungsi kedua organ tersebut untuk oksidasi dan metabolisme zat gizi akan maksimal.

Hal ini akan dapat meningkatkan produktivitas penampilannya dan berkorelasi positif

terhadap pertumbuhan.

Jumlah puting susu

Bentuk ukuran tubuh yang panjang akan memberi peluang adanya puting susu

lebih banyak dan posisi puting akan lebih longgar. Dengan demikian anak-anak babi

akan cukup mendapatkan tempat pada waktu menyusu sehingga tidak berebutan.

Page 10: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

107

Ketenangan induk waktu menyusui anaknya akan memacu kelenjar susu untuk

mengeluarkan susunya. Produksi susu yang lebih banyak akan memacu

pertumbuhan lebih cepat.

Temperamen

Temperamen yang tenang menandakan terwujudnya efisiensi pakan yang

lebih baik, produksi susu banyak dan setiap saat mau menyusui anaknya. Induk yang

mempunyai sifat keibuan baik, akan lebih banyak menghasilkan anak yang hidup

disapih dengan berat badan yang lebih baik.

Sifat Penampilan Produksi dan Reproduksi

Suatu ukuran perkembangan populasi ternak babi yang paling banyak

digunakan adalah kemampuan atau daya reproduksi. Kesanggupan penampilan

umumnya diukur dari beberapa faktor, diantaranya :

Jumlah anak yang dilahirkan hidup

Jumlah anak yang disapih

Angka kematian selama laktasi

Angka kematian selama masa pertumbuhan.

Sedangkan untuk mengukur penampilan produksi digunakan parameter antar lain :

Berat lahir dan berat sapih

Laju pertumbuhan

Efisiensi penggunaan pakan

Daya penampilan produksi dan reproduksi ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

baik dari segi genetik maupun lingkungan, terutama yang menyangkut sistem

perkawinan, lama bunting, produksi susu induk, jumlah anak yang lahir dan disapih,

sistem penggunaan pejantan dan seleksi.

Sistem perkawinan

Kawin ganda (double mating) menghasilkan angka kebuntingan (conception

rate) 12 – 14% lebih baik dari pada kawin tunggal. Pada induk babi yang dalam masa

berahi, ovulasi sel telur tidak terjadi sekaligus atau serentak tetapi terjadi berangsur-

Page 11: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

108

angsur atau bertangga-tangga. Maka perkawinan ganda akan menghasilkan anak 0,1

ekor lebih banyak pada perkawinan hari pertama dan 0,6 ekor lebih banyak pada

perkawinan hari kedua dibandingkan dengan perkawinan tunggal untuk setiap

kelahiran. Rotasi pemakaian pejantan unggul tiap tahun akan meningkatkan kualitas

produktivitas.

Jumlah susu induk

Jumlah susu yang dihasilkan induk babi berbeda-beda antara bangsa babi

yang satu dengan bangsa babi yang lain. Produksi susu induk sangat penting untuk

pertumbuhan dan dalam penentuan waktu penyapihan serta dalam pemberian pakan

tambahan (creep feeding).

Pengukuran produksi susu induk babi lebih sulit dilakukan dibandingkan

dengan ternak sapi. Secara tradisional, pengukuran dapat dilakukan dengan cara

menimbang anak babi sebelum dan sesudah selesai menyusu. Selisih berat yang

diperoleh merupakan estimasi produksi susu induk setiap kali menyusui. Puncak

produksi pada masing-masing induk berbeda menurut bangsa babi, misalnya pada

babi Duroc puncak produksi dicapai pada minggu ke tiga, Polland China pada minggu

ke empat dan babi Landrace pada minggu ke lima.

Produksi susu induk berkorelasi positif dengan jumlah anak yang disusui, total

berat sapih dan berkorelasi negatif terhadap perubahan berat badan induk selama

laktasi. Efisiensi produksi susu induk babi cukup tinggi sampai 45%. Efisiensi

produksi dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kondisi tubuh pada permulaan menyusui

dan aras konsumsi energi selama masa menyusui.

Jumlah anak yang lahir dan disapih

Jumlah ovum yang diovulasikan induk babi berkisar 7 – 22 buah. Jumlah ini

cenderung meningkat sampai kelahiran ke empat atau ke lima. Dari jumlah tersebut

yang berhasil dibuahi dan menjadi embryo 4 – 14 buah. Persentase ovum yang

diovulasikan dan menjadi embryo pada umur 25 hari setelah kawin sangat nyata

dipengaruhi oleh :

Page 12: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

109

Pejantan

Energi pakan sebelum kawin

Suhu lingkungan.

Pakan yang diberikan pada induk babi sebelum dikawinkan akan mempengaruhi

litter size dan kondisi anaknya.

Flushing pada babi dara menjelang dikawinkan (10–14 hari sebelum dikawinkan)

akan meningkatkan kuantitas dan kualitas ovum yang diovulasikan.

Kematian embryo sebagian besar terjadi pada permulaan sampai dengan

pertengahan masa kebuntingan. Pakan yang kurang memenuhi syarat dan suhu

lingkungan yang tinggi akan melemahkan pertumbuhan sampai adanya kematian

embryo.

Induk babi yang sudah beranak 2 – 3 kali atau lebih akan memperlihatkan jumlah

anak yang dilahirkan dan anak yang disapih lebih banyak dan lebih berat serta

lebih efisien dalam penggunaan pakan per kg anak babi yang disapih

dibandingkan dengan babi yang pertama kali beranak.

Jumlah anak yang lahir hidup berkisar antara 8 – 10 ekor, sedangkan yang

disapih rata-rata 7,5 ekor. Jumlah anak yang dilahirkan ini meningkat dari 8,7 ekor

pada kelahiran pertama dan 10,9 ekor pada kelahiran berikutnya sampai dengan

kelahiran ke empat serta agak konstan sampai dengan kelahiran ke delapan.

Persentase kematian anak babi sampai umur 8 minggu masih cukup tinggi yaitu

25 – 30%. Hal ini dapat diatasi dengan manajemen yang baik, sehingga

persentase kematian dapat diturunkan hingga 15 – 20% dan peternak dapat

melakukan penyapihan lebih awal.

Kelebihan dari penyapihan awal :

Frekuensi beranak per tahun lebih besar

Menghemat biaya pakan induk dan anak

Memperkecil resiko dalam pemeliharaan

Efisiensi tenaga dan peralatan.

Page 13: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

110

Peternak komersial melakukan penyapihan pada umur 3 – 5 minggu, dengan

diberi pakan secara creep feeding pada beberapa hari sebelum dilakukan

penyapihan. Hal ini akan membiasakan anak babi dengan pakan konsentrat

selain susu induk, sehingga pada waktu disapih tidak mengalami gangguan

pencernaan.

Pengaruh suhu terhadap produktivitas ternak babi

Ternak babi sangat peka terhadap suhu lingkungan yang ekstrim. Suhu

lingkungan yang ekstrim merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting dalam

produksi ternak babi. Suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah sangat

berpengaruh terhadap menurunnya konsumsi pakan, rendahnya pertambahan berat

badan dan efisiensi pakan, mudahnya terkena infeksi penyakit dan berakibat

kematian.

Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada foetus pada beberapa

spesies ternak, tetapi pada induk babi lebih sensitif lagi terjadinya stress dan

kematian. Induk babi bunting pada umur kebuntingan 85 hari mengalami suhu

ruangan di atas 37,2 oC selama tiga hari berturut-turut, yang akan mengakibatkan

menurunnya konsumsi pakan, frekuensi pernapasan dan suhu rektal meningkat.

Kemungkinan yang dapat terjadi pada kondisi tersebut adalah induk babi ada

yang dapat bertahan menyesuaikan ke situasi normal, namun ada induk yang

mengalami keguguran sampai adanya kematian. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengantisipasi suhu lingkungan yang tinggi adalah menyemprotkan

air ke tubuh induk babi untuk menurunkan suhu tubuh dan menyediakan air minum

sepanjang hari.

Suhu lingkungan yang dibutuhkan anak babi yang baru lahir mendekati suhu

kritis 30 oC, kemudian menurun 20 – 23 oC untuk babi dengan berat 50 kg dan 17 –

22 oC untuk babi dengan berat sampai 100 kg. Suhu yang ideal untuk babi yang

digemukkan adalah 17 – 18 oC.

Page 14: POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI …ebook.repo.mercubuana-yogya.ac.id/Kuliah/materi_20151_doc/Tatap... · Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK

111

Latihan soal :

1. Sebut dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak babi di

Indonesia !

2. Jelaskan bagaimana perkembangan dan prospek ternak babi di Indonesia!

3. Jelaskan pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ternak babi !

4. Jelaskan keuntungan dari penyapihan awal pada ternak babi !

RANGKUMAN SINGKAT

Pola usaha peternakan babi di Indonesia saat ini sangat bervariasi dari usaha

tradisional hingga industri peternakan. Peternakan babi rakyat memelihara hanya

beberapa ekor hingga puluhan ekor, sedangkan usaha peternakan yang berbentuk

perusahaan memelihara sampai ratusan ekor babi dari berbagai fase pertumbuhan.

Sifat-sifat karakteristik yang menentukan produktivitas babi diantaranya adalah :

Sifat-sifat penampilan fisik tubuh

Sifat-sifat penampilan produksi dan reproduksi

Sifat-sifat penampilan karkas