pola distribusi dan efisiensi pemasaran cabai rawit di
TRANSCRIPT
i
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI
RAWIT DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG
KABUPATEN BONE
JUNAEDY
10596 0199015
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI
RAWIT DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG
KABUPATEN BONE
JUNAEDY
10596 0199015
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Petanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudulPola Distribusi
dan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit Di Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Boneadalah benar merupakan hasil karya yang belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data
dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtunkan dalam
daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, 20 Agustus 2020
Junaedy
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat studi pada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar,
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak terutama kepada pembimbing utama yakni Dr. Ir.
Nurdin.,MM dan Firmansyah, SP., M.Si, sebagai pembimbing pendamping yang
bersedia meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, serta
kepada kedua tim penguji yang telah memberikan kritikan dan saran dalam
penyempurnaan hasil akhir laporan penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-
besarnya, semoga Allah SWT membalas segala jerih payahnya, Amin. Ucapan
yang sama penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi,. M.P.Selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Seluruh pegawai dan staff yang telah membantu kami selama dalam hal
administrasi.
4. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan do’a dan dukungannya
kepada penulis beserta keluarga yang telah membantu.
vii
5. Teman-teman di Universitas Muhammadiyah Makassar terkhususagribisnis
2015 D, yang telah membantu dalam menyelesaikanskripsi ini, terima kasih
atas informasi dukungan dan semangat yang diberikan.
Demikian pula terkhusus kepada Ayah dan Ibundaku, adik, kakak serta
saudara-saudaraku, dan seluruh keluarga besar penulis yang memberi bantuan
materi dan spritual bagi penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pertanian di masa yang akan datang.
Makassar, 20 Agustus 2020
Junaedy
viii
ABSTRAK
Junaedy, 105960199015. Pola Distribusi Dan Efisiensi Pemasaran Cabai
Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, dibawah
bimbingan NURDIN dan FIRMANSYAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan fungsi pemasaran
cabai rawit dan margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan efisiensi
pemasaran cabai rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone
Penelitian ini berada di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan
yang merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit di Kabupaten Bone
Populasi dalam penelitian ini adalah petani berjumlah 252 orang petani
cabai rawit, di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Dari jumlah 252 orang petani
diambil 10% yang dijadikan sebagai sampel dengan menggunakan metode acak
sederhaana, sehingga sampel dalam penelitian ini 25 orang petani cabai rawit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distibusi saluran pemasaran cabai
rawit di Desa Paccing memiliki tiga pola yang terdiri dari : Saluran 1 ; Produsen
Konsumen, Saluran 2 ; Produsen Pedagang Pengumpul Konsumen. Saluran 3 ;
Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer
Konsumen.Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran
cabai rawit yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi pembiayaan.Margin
pemasaran saluran 1, nilainya Rp 0, margin pemasaran 2 sebesar Rp 4.000/kg,
sedangkan margin pemasaran pada saluran III, dimana totalnya sebesar Rp 9.500/
kg. Saluran pemasaran 1 tidak memiliki keuntungan pemasaran, Saluran
pemasaran 2 memiliki keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang
pengumpul sebesar Rp 1.500/kg. Selanjutnya saluran pemasaran 3, memilik
keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul, pedagang besar dan
pedagang pengecer sebesar Rp 3.800/kg. Saluran pemasaran cabai rawit yang
paling efisien yaitu saluran pemasaran 2 sebesar 8,52 %. kemudian saluran
pemasaran 3 juga efisien sebesar 15,55 %.
Kata Kunci : Distribus, Efisiensi, Pemasaran
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
I. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………………. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 6
2.1 Cabai Rawit ……………………………………………………….. 6
2.2 Pemasaran …………….………………………………………. 8
2.3 Margin dan Efisiensi Pemasaran …………………………………. 9
2.4 Kerangka Pemikiran ……………………………………………. 18
III. METODE PENELITIAN …………………………………………….. 20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 20
3.2 Teknik Penentuan Informal ……………………………………….. 20
3.3 Jenis dan Sumber Data ………………………………………. 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………. 21
3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………….. 22
3.5 Definisi Operasional …………………………………………….. 23
x
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………………. 25
4.1 Kondisi Geografis ………………………………………………… 25
4.2 Keadaan Penduduk ……….…………………………………….. 26
4.3 Keadaan Pertanian …………………………………………….. 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 31
5.1 Identitas Responden …………………………………………. 31
5.2 Distribusi dan Lembaga Distribusi Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing …………………………….……………………………… 36
5.3 Fungsi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing…………………….. 39
5.4 MarginKeuntungan dan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing…………………………….. …………………………….. 41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….. 47
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 47
6.2 Saran …………………………………………………………….. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Distribusi Penduduk menurut jenis kelamin dan Desa diwilayah kerja
Desa Paccing Tahun 2019. ..................................................................... 26
2. Distribusi Penduduk menurut tingkat Pendidikan di wilayah
Kecamatan Patimpeng Tahun 2019……………………………..……… 27
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kualifikasi Pekerjaan di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, 2019 ………………. 27
4. Jenis Komoditas Tanaman Pangan yang Dibudidayakan Masyarakat di
Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,2019. ……… 29
5. Jumlah dan Jenis Ternak yang di Pelihara Penduduk di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,2019 ........................ 30
6. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paccing
Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.………………………………. 32
7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Bone. …………………………………..……… 33
8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Paccing
Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. ............................................... 34
9. Pengalaman Berusahatani Responden di Desa Paccing
Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. ............................................... 35
10. Kepemilikan Lahan Responden di Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Bone ................................................................. 36
11. Hasil Margin Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit
di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. .................. 43
12. Biaya dan Keuntungan Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Cabai
Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.…….. 44
13. Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone ................................................................. 46
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Skema Kerangka Pikir ………………………………………………. 19
2. Ketiga Pola Saluran Distribusi Cabai Rawit............................................... 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kuesioner Penelitian …………………….................................. 51
2. Identitas Responden ........................................................................... 54
3. Identitas Responden Pedagang Pengumpul dan Pedagang BesarCabai
Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.......... 55
4. Sasaran Pemasaran Pedagang Pengumpul dan Pedagang Besar Cabai
Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone .......... 56
5. Saluran Pemasaran 1 dari produsen ke konsumen Cabai rawit di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone................................. . 57
6. Saluran Pemasaran 2, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Cabai
Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. …….. 57
7. Saluran Pemasaran 3, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Cabai
Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone............. 58
8. Biaya Pemasaran Saluran 2 oleh Pedagang Pengumpul Cabai Rawit
di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.……………… 59
9. Biaya Pemasaran Saluran 3 oleh Pedagang Pengumpul dan Pedagang
Besar Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone. ........................................................................................ 59
10. Margin Pemasaran Saluran 2 dan 3 Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. ……………………. 60
11. Hasil Perhitungan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone……………………….. 60
12. Dokumentasi Penelitian............................................................................ 61
1
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian
guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri,
meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan
kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2005).
Kaitannya dengan proses produksi pangan dan bahan mentah, kawasan
produsen adalah konsumen bagi produk sarana produksi pertanian, produk
investasi dan jasa produksi dan sekaligus sebagai pemasok bahan mentah untuk
industri pengolah atau penghasil produk akhir. Cabang kegiatan ekonomi lain di
depan (sektor hilir) dan dibelakangnya (sektor hulu), sektor pertanian produsen
seharusnya terikat erat dalam apa yang disebut sebagai sistem agribisnis. Dalam
perspektif agribisnis, sektor hulu seharusnya terdiri dari perusahaan jasa
penelitian, perusahaan benih dan pemuliaan, industri pakan, mesin pertanian,
bahan pengendali hama dan penyakit, industri pupuk, lembaga penyewaan mesin
dan alat-alat pertanian, jasa pergudangan, perusahaan bangunan pertanian,
asuransi, agen periklanan, mass-media pertanian, serta jasa konsultasi ilmu
pertanian (Kahana, 2008)
Hortikultura merupakan Subsektor penting dalam memenuhi kebutuhan
pokok manusia. Khususnya tanaman buah dan sayuran merupakan komoditas
hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia. Kebanyakan sayuran
mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi disebabkan produk hortikultura ini
2
senantiasa dikonsumsi setiap saat. Komoditas unggulan nasional hortikultura
adalah pisang, mangga, manggis, jeruk, durian, anggrek, rimpang, kentang,
bawang merah, dan cabai (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008).
Cabai merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati
oleh masyarakat karena memiiki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan.
Cabai dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun diolah terlebih dahulu
sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan. Cabai juga menjadi komoditas
agribisnis yang besar pengaruhnya terhadap dinamika perokonomian nasional
sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas penyumbang inflasi yang terjadi
setiap tahun (Heryanto S,et all, 2018).
Sistem pemasaran yang efisien akan mendorong rendahnya margin
pemasaran sehingga perbaikan pendapatan dipihak produsen, harga yang relatif
murah bagi konsumen serta keuntungan yang normal bagi para pelaku kegiatan
pemasaran akan tercapai. Sebuah sistem pemasaran dikatakan efisien apabila
semua kegiatan pemasaran yang meliputi kegiatan pengumpulan komoditas
ditingkat petani (tersebar pada daerah yang cukup luas), kemasan komoditas,
transportasi, pengolahan serta distribusi (wholesaling dan retailing) berjalan
dengan biaya minimum(Ahmad Sofanudindan Eko Wahyu Budiman,2017).
Setiap awal panen, petani cabai tidak menjual langsung hasil produksinya
ke pasar-pasar di kota besar disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki petani,
seperti alat transportasi, pengepakan, dan kegiatan lainnya yang berhubungan
dengan pemasaran komoditi tersebut. Hal ini mendorong petani untuk menjual
hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Sebaliknya, bagi petani yang
3
tidak terikat pinjaman, bebas dalam menentukan pilihan kepada siapa ia akan jual
hasil produksinya seperti menjual langsung kepada konsumen pemakai melalui
pasar-pasar di tingkat desa atau tingkat kecamatan. Biasanya petani yang
demikian mencari pembeli dengan harga tertinggi(Setiadi,2009).
Tataniaga cabai sering terjadi perbedaan antara harga di tingkat petani
dengan harga ditingkat konsumen. Perbedaan ini sering tidak seimbang antara
harga diterima petani dengan harga ditingkat konsumen, hal ini disebabkan karena
mata rantai tataniaga yang dilalui hingga ke tangan konsumen cukup panjang.
Panjangnya mata rantai ini menyebabkan biaya tataniaga menjadi beban biaya
proses pemasaran yang akhirnya akan mengurangi profit mata rantai pemasaran..
Untuk mengetahui saluran mana yang dianggap paling baik dapat diketahui
dengan cara menghitung jumlah penjualan / pembelian barang pada setiap masing
- masing saluran. Besar kecil margin pemasaran dipengaruhi oleh perubahan biaya
pemasaran, keuntungan perantara, harga dibayarkan oleh konsumen dan harga
diterima oleh petani (produsen) (Nurhidayana, et.all, 2012).
Menurut Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bone
(2018), bahwa, perkembangan produksi, perkembangan luas tanam, penggunaan
teknologi, dan tidak ada informasi alur distribusi atau jaringan pemasaran baik di
tingkat regional maupun pasar lokal. Selain itu, karena persebaran produksinya
tidak merata sepanjang tahun di seluruh daerah, maka menyebabkan harganya
tidak merata dan menjadi tidak stabil. Hal ini berdampak pada keputusan investasi
petani cabai rawit akibat ketidakpastian penerimaan yang akan diperoleh karena
petani menanggung risiko usaha yang tinggi.
4
Berdasarkan kondisi dilapangan bahwa, para petani cabai rawit di Desa
Paccing memiliki ketergantungan dengan pihak pedagang pengumpul desa. Hal
ini terjadi akibat adanya masalah keterbatasan ilmu dan pengalaman serta
diperlukan modal yang besar seperti menyewa alat transportasi dalam
mendistribusikan cabai rawit, sehingga menjadikan petani di Desa Paccing tidak
berani untuk terjun langsung ke pasar, sehingga keuntungan yang didapat di
tingkat petani relatif kecil. Kondisi ini melemahkan posisi petani karena daya
tawar petani yang lemahkhususnya dalam penetapan harga,sehinggapetani
menjadi pihak yang sering kali dirugikan akibat adanya fluktuasi harga dan para
pedaganglah yang mendapatkan akses lebih untuk memperoleh harga yang lebih
tinggi. Sebagai produsen, petani tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam hal
penentuan harga dipasar sehingga petani hanya berperan sebagai price taker.
Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada sistem pemasaran, sehingga para
petani cabai rawit merah diharapkan dapat memperoleh bagian harga yang
memadai bagi peningkatan usahataninya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana distribusi dan fungsi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing
Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone?
2. Bagaimana margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan efisiensi
pemasarancabai rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone?
5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahuidistribusi dan fungsi pemasarancabai rawit di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone
2. Untuk menganalisis margin pemasaran, keuntungan pemasaran dan efisiensi
pemasaran cabai rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone
Kegunaan penelitian ini adalah
1. Untuk menambah informasi bagi konsumen tentang kegiatan distribusi yang
terjadi dipasar, dimana Cabai Rawit yang diinginkan dapat sampai ke tangan
konsumen.
2. Produsen cabai rawit, sebagai informasi untuk membantu dalam perencanaan
produksi dan pemasarannya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
petani
3. Informasi bagi para peneliti yang akan meneliti hal yang berhubungan
dengan pemasaran cabai rawit
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cabai Rawit
Cabai rawit merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang
memiliki nama ilmiah Capsicum Frutescens L.. Permintaan cabai rawit yang
tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan
merupakan potensi untuk meraup keuntungan. Tidak heran jika cabai rawit
merupakan komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi
di Indonesia. (Nathallya Angel Josine, et all,2018).
Cabai rawit (Capsicum frutescens) memiliki ukuran buah yang kecil
dengan rasa yang pedas bila dibandingkan dengan cabai besar. Tanaman cabai
rawit dikenal sebagai tanaman cabai paling mudah beradaptasi dengan lingkungan
tempat tumbuhnya dan tanaman yang luwes dibudidayakan. Namun daerah
tumbuh yang paling cocok yaitu dataran dengan ketinggian 0-500 meter dari
permukaan laut. Kondisi tanah secara umum harus subur dengan derajat keasaman
(ph) tanah antara 6,0 ‐ 7,0. Kelembaban tanahnya harus cukup dengan ditandai
oleh kandungan air yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Tanah tersebut
juga mempunyai suhu yang sedang, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu tinggi
yaitu berkisar antara 15° ‐ 28°C. Hanya saja, cabai rawit yang ditanam di tempat
yang berbeda akan menghasilkan produksi yang berbeda pula. Oleh karena itu,
cabai rawit lebih unggul dibandingkan dengan cabai besar. Keunggulan tersebut
yaitu cabai rawit lebih tahan terhadap hama penyakit khususnya penyakit layu
bakteri, busuk buah, dan bercak daun (Setiadi,2009).
7
Menurut Santika (1999) usahatani cabai yang berhasil
memangmenjanjikan keuntungan yang menarik. Akan tetapi, untuk
mengusahakan cabaijuga diperlukan keterampilan dan modal yang cukup
memadai. Selain itu, tidakjarang pengusaha cabai menemui kegagalan dan
kerugian yang berarti. Untukmengantisipasi kemungkinan tersebut, diperlukan
keterampilan dalam penerapanpengetahuan dan teknik budidaya cabai yang benar
sesuai dengan daya dukungagroekosistemnya. Berbagai aspek agronomis antara
lain, pemilihan benih yangbaik, pemilihan benih yang cocok, ketersediaan air, dan
penguasaan teknikbudidaya termasuk mengantisipasi kemungkinan serangan
hama serta penyakit –menjadi kunci penting keberhasilan usahatani cabai di
Indonesia
Cabai rawit memiliki beberapa varietas, salah satunya yaitu cakra putih.
Cakra putih merupakan varietas cabai rawit merah yang berwarna putih
kekuningan saat muda dan akan berubah merah cerah saat masak. Pertumbuhan
tanaman varietas ini sangat kuat dan membentuk banyak percabangan. Posisi buah
tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Optimal hasil
panen varietas ini mampu menghasilkan buah 12 ton per hektarnya dengan
ratarata 300 buah per tanaman. Cakra putih dapat dipanen pada umur 85-90 hari
setelah tanam. Keunggulan dari varietas ini yaitu tahan terhadap serangan
penyakit antraknose (Rukmana 2002).
Kondisi yang dikehendaki dalam budidaya tanaman cabai rawit meliputi
suhu, kelembapan udara, curah hujan, ketinggian tempat, dan jenis tanah. Suhu
optimal untuk penanaman cabai rawit berkisar antara 18 oC sampai dengan 30 oC.
8
Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman cabai rawit adalah 60% sampai
dengan 80%. Curah hujan yang dikehendaki dalam budidaya tanaman cabai rawit
berkisar antara 600 mm sampai dengan 1.250 mm per tahun. Tempat yang paling
cocok untuk penanaman cabai rawit adalah daerah yang berada pada ketinggian
antara 0 m sampai dengan 500 m di atas permukaan laut. Tanaman cabai rawit
dapat tumbuh dengan baik pada tanah lumpur berpasir maupun liat berpasir yang
memiliki struktur gembur. Pertumbuhan tanaman akan optimal pada tanah yang
memiliki kandungan bahan organik tinggi, serta memiliki pH antara 6 sampai
dengan 7 (Setiadi, 2009).
Kandungan gizi dalam cabai rawit mengandung berbagai macam senyawa
yang berguna bagi tubuh manusia. Kandungan vitamin pada cabe adalah vitamin
A dan C serta mengandung minyak arteri yang rasanya pedas dan memberi
kehangatan bila digunakan sebagai rempah - rempah ( bumbu).
2.2 Pemasaran
Kotler (2002) pemasaran adalah suatu proses atau sistem yang
menjembatani gap antara apa yang diproduksi dan apa yang diinginkan
konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan dalam
perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi
itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan
nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi
penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi sehingga sistem pemasaran
merupakan suatu kesatuan konseptual yang secara fisik terdiri dari bagian-bagian
yang bekerja bersama dalam suatu kesatuan yang terorganisasi. Dalam kegiatan
9
pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupakan
kegiatan pemasaran dimana seseorang berusaha menawarkan sejumlah barang
atau jasa dengan sejumlah nilai keberbagai macam kelompok sosial untuk
memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.
2.2.1 Distribusi Pemasaran
Distribusi pemasaran adalah usaha yang dilakukan untuk menyampaikan
barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat
beberapa lembaga pemasaran yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran.
(Sudiyono, 2004).
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
distribusi pemasaran yaitu :
1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup
pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan
kebiasaan pembeli.
2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat
barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut
untuk memenuhi pesanan atau pasar.
3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan,
kemampuan dan pengalaman penjualan.
4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan
lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan
produsen dan pertimbangan biaya.
10
Menurut Hanafiah dan Saefudin (2004) menjelaskan panjang pendeknya
saluran pemasaran tergantung pada :
1. Jarak antara produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran
pemasaran yang terjadi.
2. Skala produksi
Semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena
memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya.
3. Cepat tidaknya produk rusak
Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek,
karena harus segera diterima konsumen.
4. Posisi keuangan pengusaha
Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih
banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.
Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai kekonsumen atau pemakai
industry, (Basu Swastha, 2003)
Jenis saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Saluran distribusi langsung, Saluran ini merupakan saluran distribusi yang
paling sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke
konsumen tanpa amenggunakan perantara. Disni produsen dapat menjual
barangnya melalui pos atau mendangi langsung rumah konsumen, saluran ini
bisa juga diberi istilah saluran nol tingkat.
11
b. Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan
produsen dan pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang
kepada produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran
ini biasa disebut dengan saluran satu tingkat.
c. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan
pengecer, saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh
produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar
kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh
pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya
dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga
saluran distribusi dua tingkat
d. Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini
produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya
kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada took-toko kecil.
Saluran distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi
tiga tingkat. (Kotler, 2002).
2.2.2 Fungsi Pemasaran
Menurut Armand (2002), lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau
individu yang menyelanggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari
produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha
atau individu lainnya. Dalam melakukan fungsi pemasaran pada prinsipnya ada
empat tipe fungsi pemasaran yaitu:
12
1. Fungsi pertukaran (Exchange Function) dalam pemasaran produk-produk
pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hak pemelikan
dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fimgsi penjualan
dan pembelian.
2. Fungsi fisik (Physycal Function) meliputi kegiatan-kegiatan yang secara
langsung diperlukan terhadap komoditi-komoditi pertanian, sehingga
komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan
guna waktu.
3. Fungsi penyediayaan fasilitas (Fasilatating Functition), pada hakekatnya
adalah untuk melancarkan fungsi pertukaran dan fungsi fisik, yang meleputi
standarisasi, penanggulangan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana.
4. Fungsi penyimpanan, dalam masyarakat modern sangat kompleks sekali dan
membutuhkan biaya yang besar sekali. Usaha untuk mengurangi biaya fungsi
penyimpanan ini yang dapat di lakukan adalah 1) menyediakan struktur dan
konstruksi tempat penyimpanan sesuai dengan karakteristik hasil pertanian,
2) penggunaan bahan kimia untuk mengurangi atau menhindari serangan
hama penyakit selama penyimpanan, 3) perlu dilakukan pengendalian hasil
sebelum dilakukan penyimpanan, 4) penetapan waktu panen yang sesuai, dan
5) menekan ongkos fasilitas fisik yang kurang penting.
Apabila Fungsi-fungsi pemasaran diatas berjalan dengan lancar maka aliran
produk pertanian dari produsen sampai kepada konsumen akhir mengalami
kenaikan nilai guna komoditi-komoditi pertanian.
13
2.2.3 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke
konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu
lainnya.Lembaga pemasaran muncul karena adanya keinginan konsumen untuk
memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu (time utility), tempat (place
utility), dan bentuk (form utility)(Winardi, 2004).
Pada umumnya alasan utama perusahaan menggunakan perantara adalah
bahwa perantara dapat membantu meningkatkan efisiensi distribusi. Dengan
adanya perantara, maka kontak penjualan yang terjadi antara produsen dengan
pembeli lebih banyak dan sering terjadi. Hal ini berati memasukkan perantara
kedalam saluran distribusi akan mengurangi jumlah pekerjaan yang harus
dilakukan oleh produsen (Winardi, 2004).
Perantara itu sendiri di bagi menjadi dua :
a. Pedagang Perantara
Pada dasarnya, pedagang perantara(merchant middleman) ini bertanggung
jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Dalam
hubungannya dengan pemindahan, kegiatan pedagang perantara ini berbeda
dengan lembaga lain. Berbagai macam perantara agen, antara lain : perusahan
transpor, perusahaan pergudangan dan sebagainya adapun lembaga–lembaga yang
termasuk dalam golongan pedagang perantara menurut (Swastha dan
Irawan,2007)adalah :
14
1) Pedagang besar
Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli dan menjual
kembali barang–barang kepada pengecer dan pedagang lain dan atau kepada
pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai yang tidakmenjual dalam
volume yang sama kepada konsumen akhir .
2) Pengecer
Pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha
menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (non bisnis).
b. Agen Perantara
Agen perantara ini dibedakan dengan pedagang perantara karena tidak
mempunyai hak milik atas semua barang yang ditangani. Dengan demikian
agen dapat didefinisikan, sebagai lembaga yang melaksanakan perdagangan
dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang berhubungan dengan
penjualan atau distribusi barang, tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk
memiliki barang yang diperdagangkan (Swastha dan Irawan, 2007).
Keuntungan dalam menggunakan perantara adalah :
a. Membantu mencari konsumen
b. Membantu dalam kegiatan promosi
c. Membantu penyediaan informasi
d. Membantu dalam pengepakan dan pembungkusan. (Swastha Irawan, 2007)
Penetapan saluran distribusi sangat penting bagi perusahaan sebab suatu
saluran distribusi yang tepat akan dapat memperlancar arus barang dan jasa
sampai ke konsumen akhir
15
2.3Margin dan Efisiensi Pemasaran
Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga di tingkat lembaga
pemasaran di dalam sistem pemasaran. Pengertian marjin sering digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang menjebatani gap antara pasar di tingkat petani
dengan pasar di tingkat eceran (Asmarantaka 2009).
Definisi margin pemasaran adalah perbedaan harga yang di terima petani
dengan harga yang di bayarkan konsumen untuk produksi yang sama. Margin
pemasaran termasuk semua biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses
pemindahan barang mulai dari petani produsen hingga kekonsumen akhir serta
keuntungan yang di peroleh oleh lembaga pemasaran. Besar kecilnya marjin
pemasaran di pengaruhi oleh biaya pemasaran, keuntungan lembaga pemasaran
serta jumlah permintaan dan penawaran. Keuntungan adalah selisih antara harga
yang dibayarkan oleh kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh
pembeli terakhir (margin) setelah dikurangi biaya pemasaran, labah merupakan
sisa lebih dari hasil penjualan diurangi dengan harga pokok barang yang dijual
dan biaya-biaya lainnya, (Soerkartawi, 2005).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap margin pemasaran adalah :
a. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran
untuk melaksanakan berbagai fungsi pemasaran. Biaya pemasaran ini akan
berpengaruh terhadap margin keuntungan yang akan diterimah oleh lembaga
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi tersebut. (Sudiyono,
2004)
16
b. Keuntungan Lembaga Pemasaran
Keuntungan lembaga pemasaran seringkali di katakan sebagai unsur utama
yang membedakan tingginya margin pemasaran, yaitu sebagai akibat terlalu
banyak dan tidak efesiennya pedagang-pedagang didalam pemasaran. Ada tiga
metode untuk menghitung margin pemasaran yaitu dengan memilih dan
mengikuti saluran pemasaran dari komoditi spesifik, membandingkan harga pada
berbagai level pemasaran yang berbeda dan mengumpulkan dan penjualan dan
pembelian kotor tiap jenis pedagang. Masing- masing metode ini memiliki
kekurangan dan kelebihan. Margin menurut jenisnya dibedakan menjadi marjin
absoult dan persen margin (Sudiyono, 2004)
Komponen margin pemasaran terdapat dua yaitu komponen biaya
pemasaran dan komponen keuntungan lembaga pemasaran. Besarnya biaya
pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran berbeda-beda untuk setiap jenis
produk dan tingkat lembaga pemasaran. Perbedaan waktu dilakukan
kegiatan/aktivitas pemasaran juga merupakan salah satu faktor yang
menimbulkan perbedaan pada biaya dan marjin keuntungan dan yang didapatkan
oleh lembaga pemasaran(Saipuddin, 2002).
Margin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran
atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer (konsumen) dengan harga
yang diterima oleh produsen. Dengan kata lain, margin pemasaran merupakan
perbedaan harga ditingkat konsumen (harga yang terjadi karena perpotongan
kurva permintaan primer dengan kurva penawaran turunan) dengan harga di
17
tingkat produsen (harga yang terjadi karena perpotongan kurva penawaran primer
dengan permintaan turunan) (Hastuti dan Rahim, 2007).
Marjin pemasaran yaitu selisih harga jual dengan harga beli dan
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
suatu sistem pemasaran. Marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan
keuntungan lembaga pemasaran. Dalam pembahasan ini akan diuraikan marjin
pemasaran melalui dari tingkat pedagang pengumpul desa sampai ke pedagang
besar pada masing-masing saluran pemasaran(Rosmawati, H, 2011).
Efisisensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses
pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap
keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran (Downey dan
Steven, 1994 dalam Hastuti dan Rahim, 2007).
Efisiensi pemasaran merupakan pangkal pokok dari tujuan yang ingin
dicapai dalam setiap sistem pemasaran hasil pertanian danmerupakan fokus utama
dalam penelitian ini yakni bagaimanamendistribusikan hasil pertanian dari
produsen ke konsumen dengan caraefisien. Dalam literature mengenai pemasaran,
terdapat beberapa defenisiyang cukup berbeda antar ahli dalam memaknai
efesiensi pemasaran.Secara umum, suatu system pemasaran dikatakan efisien
apabila mampumeyampaikan produk dari tingkat petani ke tangan konsumen
akhirdengan cara memuaskan kepentingan semua stakehsolders dalampemasaran
secara adil sesuai dengan tingkat pengorbanannya masing-masing(Rosmawati, H,
2011).
18
2.4. Kerangka Pikir
Pemasaran menjadi hal yang sangat penting artinya ketika suatu hal barang
telah di produksi. Tidak semua orang mampu memproduksi suatu barang sendiri
sehingga pemasaran harus dijalankan, agar setiap orang mebutuhkan dapat
memenuhi kebutuhan akan suatu barang tersebut untuk dapat menyalurkan
produksinya dari tangan produsen ketangan konsumen akhir membutukan
lembaga pemasaran, karena tidak semua produsen dapat menyampaikan langsung
ketangan konsumen akhir terkait dalam proses pemasaran, yang terlibat dalam
proses pemasaran produk pertanian sangat beragam tergantung jenis barang apa
yang dipasarkan.
Cabai rawit merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional
dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai rawit merah terus
meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai rawit merah.
Selain itu, cabai tidak dapat disubstitusi oleh komoditas lain, sehingga bila terjadi
ketidakseimbangan antara produksi dan serapan pasar pasti akan terjadi fluktuasi
harga. Salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya ketidakseimbangan
tersebut yaitu pola produksi dan pola tanam yang tidak terencana dan tidak
terkoodinasi antar tiap kabupaten sentra produksi cabai rawit merah sehingga
petani-petani cabai rawit memperoleh pendapatan yang fluktuatif sehingga
pendapatan menjadi tidak pasti.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema tentang
kerangka pemikiran pada gambar 1 berikut.
19
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Pola Distribusi Dan Efisiensi Pemasaran
Cabai Rawit Di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone
Usahatani Cabai Rawit
Produsen Cabai Rawit
(Petani Cabai Rawit)
Distribusi/Pemasaran Margin
Pemasaran
Pemasaran Cabai Rawit
(Petani Cabai Rawit)
Efisiensi
Pemasaran
Konsumen Akhir Cabai Rawit
20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah
tersebut merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit di Kabupaten Bone.
Penelitian akandilakukan pada bulan November 2019 – Januari 2020
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu petani yang membudidayakan cabai
rawit yang berada di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,
dengan jumlah keseluruhan petani 252 orang.Penentuan sampel dilakukan dengan
metode acak sederhana (simple random sampling) dengan mengambil sampel 25
orang yaitu 10% populasi petani cabai rawit. (Arikunto, 2006).
Penentuan informanuntuklembaga pemasaran menggunakan purposive
atau secara sengaja. Sampel penelitian ini yaitu pedagang pengumpul sebanyak 2
orang, pedagang besar sebanyak 1 orang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif
a. Data kuantitatif , yaitu data atau informasi yang diperoleh dari petani dan
lembaga pemasaran dalam bentuk angka-angka yang masih perlu
dianalisis.Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran
21
yang sebenarnya mengenai manfaat distribusi pemasaran, dan efisiensi
pemasaran.
b. Data kualitatif, yaitu data atau informasi yang diperoleh dari petani dan
lembaga pemasaran baik berupa lisan maupun tulisan, penjelasan dari
interview, wawancara dan observasi dilapangan untuk mendukung penjelasan
dalam analisis data
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder:
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu
respon yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Data ini berupa hasil
wawancara yang diperoleh dari kuesioner berupa tanya jawab dengan petani
dan aparat Desa Paccing.
b. Data sekunder adalah pelengkap bagi data primer yaitu data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi. Periode waktu data ini berupa laporan data
misalnya data produksi, data deskripsi perusahaan dan struktur organisasi.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Observasi pengamatan, dimana observer hanya menjadi penonton saja (non
participant). Untuk melakukan observasi atas kehidupan masyarakat desa
tersebut, observer tidak perlu menjadi penduduk desa tersebut, melainkan
kalau cukup melakukan peninjauan-peninjauan.
b. Wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan secara langsung
terhadap petani yang mengenai pemasaran cabai rawit.
22
c. Dokumentasi yaitu tidak setiap kejadian dapat ditulis dengan jelas didaftar
isian maupun pada saat wawancara, namun bila kejadian tersebut akan dapat
“bercerita” banyak jadi bila mana kejadian tersebut dilukiskan, dengan
gambar atau dengan foto.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui pola distribusi pemasaran dan perantara lembaga
pemasaran pada tingkat lembaga pemasaran, digunakan analisis deskriptif..
Untuk menganalisis pemasaran data harga yang digunakan adalah harga di tingkat
petani (produsen) dan harga di tingkat konsumen, secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut
1. Distribusi pemasaran cabai rawit, dianalisis secara deskriptif dengan
menggambarkan pola atau distribusi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing
Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone
2. Keuntungan pemasaran adalah penjumlahan dari keuntungan yang diterima
oleh setiap lembaga pemasaran (Handayani, 2011).
Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 +……..+ Kpn
Keterangan : Kp : Keuntungan pemasaran
3. Margin pemasaranmargin pemasaran merupakan selisih harga yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin pemasaran
dihitung dengan formulasi (Sudiyono, 2001):
MP = Pr – Pf
23
Keterangan:
MP = Margin Pemasaran (Rp/kg)
Pr = Harga ditingkat konsumen (Rp/kg) Pf = Harga ditingkat petani (Rp/kg)
4. Sedangkan untuk mengetahui efisiensi pemasaran dihitung dengan
menggunakan rumus :
Eps =
Dimana:
Eps= Efisiensi pemasaran (%)
BP = Biaya Pemasaran (Rp/kg)
HE = Harga ditingkat Konsumen (Rp/kg)
Dengan Kriteria : 1) Ep < 50 % yaitu Efisien.
2) Ep > 50 % yaitu Tidak Efisien
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan selama penelitian ini yaitu meliputi
pengertian-pengertian yang digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan
data dan informasi sarta menyamakan persepsi:
1. Cabai rawit adalah tanaman yang dibudidayakan petani di Desa Paccing
2. Pemasaran adalah tata urutan atau jalur pemasaran cabai rawit yang dimulai
dari petani produsen sampai konsumen.
3. Pola distribusi pemasaran adalah distribusi pemasaran cabai rawit di Desa
Paccing dari produsen ke konsumen.
24
4. Petani cabai rawit adalah orang yang membudidyakan tanaman cabai merah
atau yang memiliki pohon cabai rawit, kemudian menggunakan hasil
produksi usahataninya atau menjualnya.
5. Lembaga pemasaran adalah orang atau lembaga yang terlibat langsung dalam
proses pengaliran barang dari petani produsen sampai konsumen.
6. Pedagang besar adalah lembaga yang membeli cabai rawit dalam jumlah
besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani produsen.
7. Pedagang pengecer adalah lembaga yang menjual cabai rawit dari pedagang
besar ke konsumen akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen dalam partai kecil.
8. Konsumen adalah pembeli cabai rawit atau pedagang dalam bentuk bahan
mentah dari petani yang kemudian diolah kembali menjadi bahan baku
25
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1KondisiGeografis
Desa Paccing dahulu merupakan salah satu desa di Kecamatan Tonra,
Pada Tahun 1998 terjadi pemekaran menjadi Kecamatan Patimpeng dengan
sembilan desa lain di Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Desa Paccing
terdiri atas enam (6) dusun yakni Dusun Paccing, Dusun Barugae,Dusun Kaccope,
Dusun Takue, Dusun salihu dan Dusun Pelleng-pellenge. Desa Paccing adalah
desa pertanian dan perkebunan.
Luas Desa Paccing sekitar 1638,4 Ha, sebagian besar lahan di Desa
Paccing digunakan sebagai lahanpertanian, perkebunan dan peternakan selebihnya
tempat tinggal.Iklim Desa Paccing sebagaimana desa-desa lain di wilayah
Indonesia beriklim tropis dengan dua musim, yakni musim Kemarau dan musim
Hujan.
Wilayah Desa Paccingsecara umum adalah daerah dataran rendah
memiliki kondisi geografi, pada umumnya dataran tinggi, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Timur : Desa Talabangi Kecamatan Patimpeng
- Sebelah Utara : Desa Massila Kecamatan Patimpeng
- Sebelah Barat : Desa Polewali Kecamatan Libureng
- Sebelah Selatan : Desa Hulo Kecamatan Kahu
Wilayah Desa Paccing berada pada ketinggian + 300 m sampai dengan
2500 m ditas permukaan laut. Secara umum keadaan geografisnya 92 % dataran
26
rendah, dan 8 % perbukitan. Curah hujan pertahun berkisar 100 mm dengan suhu
udarah rata-rata 29 0C.Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman cabai memiliki
derajat keasaman (ph) tanah antara 6,0 ‐ 7,0. Kelembaban tanahnya harus cukup
dengan ditandai oleh kandungan air yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Tanah tersebut juga mempunyai suhu yang sedang.( Kantor Desa Paccing, 2019).
4.2KeadaanPenduduk
4.2.1Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah Desa Paccing 2.221 jiwa, dengan kepala
keluarga 624 Dimana wanita berjumlah 1.178 jiwa lebih banyak dari laki-laki
dengan jumlah 1.043 jiwa, yang terbagi atas beberapa kelompok :
a. Bayi : 42 orang
b. Balita : 138 orang
c. BUMIL : 45 orang
d. WUS : 666 orang
e. PUS : 415 orang
f. USILA : 473 orang
g. Penduduk Prasejahtra : 140 orang
Adapun distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan desa seperti tabel berikut :
Tabel 1 Distribusi Penduduk menurut jenis kelamin dan Desa diwilayah kerja Desa
Paccing Tahun 2019.
No Desa Jumlah penduduk
Total Laki-laki Perempuan
1
Paccing
1.108 1.161
2269
Jumlah 1.108
1.161
2269
27
Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019
Tabel 2 Distribusi Penduduk menurut tingkat Pendidikan di wilayah Kecamatan
Patimpeng Tahun 2019
No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1
2
3
4
5
6
Tidak tamat SD / Sederajat
Tamat SD / Sederajat
Tamat SLTP / Sederajat
Tamat SMU / Sederajat
Tamat Perguruan Tinggi
Tidak Sekolah
375
672
275
255
206
438
16
30
13
12
10
19
Jumlah 2.269 100 %
Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019
Jumlah Penduduk di wilayah Desa Paccing adalah 2.269 jiwa dengan luas
wilayah 1638,4 Ha .
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kualifikasi Pekerjaan di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, 2019
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
1 Petani 802
2 Pedagang 302
3 Pegusaha 213
4 PNS 236
5 Lain-Lain 720
Jumlah 2.269
Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019.
28
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian yang terbanyak adalah sebagai petani yaitu sebanyak 802 orang,
sedang yang bermata pencaharian sebagai pengusaha yang paling sedikit yaitu
berjumlah 213 orang. Dengan demikian penduduk Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng yang didominasi yang bermata pencaharian petani yang berorientasi
pada pertanian tanaman pangan dan hortikultura, khusus petani yang menanam
cabai rawit sebanyak 252 orang petani
4.3. Keadaan Pertanian
4.3.1. Keadaan Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan
Keadaan pertanian di Desa Paccing mengenai sumberdaya buatan sektor
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan sektor perikanan. Untuk
sektor pertanian tanaman pangan khususnya padi sudah lama berkembang di
kalangan penduduk Desa Paccing dan merupakan komoditas utama untuk
memenuhi konsumsi lokal dimana luas sawah menempati luasan yang sangat
besar, sehingga dalam pola pengembangan budidaya tanaman padi sawah melalui
pola intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.
Usaha pertanian lainnya selain tanaman padi adalah tanaman cabai rawit.
Berdasarkan keadaan bio fisik lingkungan terutama iklim, pengembangan
komoditas hortikultura (sayuran dan buah-buahan) sangat baik dan sesuai dengan
potensi wilayah yang berada pada daerah ketinggian. Untuk lebih jelasnya
komoditas tanaman pangan yang dibudidayakan petani di Desa Paccing
Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,dapat dilihat pada Tabel 4.
29
Tabel 4. Jenis Komoditas Tanaman Pangan yang Dibudidayakan Masyarakat di
di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone,2019
No Jenis komoditas Luas (ha) Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Padi
Jagung
Kacang tanah
Ubi kayu
Cabai Rawit
Cengkeh
Kakao
Ubi Jalar
Lain-Lain
529,50
395,00
120,00
95,00
248,00
90,50
80,00
62,00
74,00
69,00
9,32
1,50
0,60
7,50
2,86
7,22
1,50
0,50
Jumlah 1610,00 100,00
Sumber : Kantor Desa Paccing, 2019
Tabel 4 menunjukkan bahwa luas tanam jenis komoditas terbesar di
Desa Desa Paccing adalah tanaman padi yaitu sebesar 529,5 Ha atau 69,00%. Dan
tanaman cabai rawit sebesar 248,00 ha Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan tanaman pangan mempunyai prospek yang cerah, sehingga
membutuhkan dukungan pemerintah terkait dalam hal ini petugas Penyuluh
Pertanian dalam mengembangkan pengetahuan petani
30
V.HASILDANPEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Cabai Rawit
Petani dalam mengelola usahataninya juga dapat menetapkan atau
menentukan alternatif yang ingin diusahakan pada setiap bidang lahannya, salah
satu diantaranya adalah menentukan komoditi apa yang akan diusahakan. Namun
demikian seorang petani tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi usahatanicabairawit antara lain umur, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani serta luas lahan.
5.1.1 Umur
Petani muda yang sehat mempunyai kemampuan fisik untuk bekerja dari
pada petani tua, petani muda juga umumnya lebih cepat menerima hal baru dari
pada petani yang berusia lanjut, karena mereka lebih berani menanggung resiko,
dan juga karena mereka masih kurang memiliki pengalaman sehingga petani
muda harus lebih dinamis supaya mendapat pengalaman baru lebih cepat untuk
pembangunan usahataninya. Sebaliknya petani yang relatif tua memiliki kapasitas
pengelolaan yang lebih baik dan matang karena memiliki banyak pengalaman.
(Tuwo.A, 2011)
31
Tabel 6Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Paccing
Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.
No Tingkat (Umur) Jumlah(orang) Persentase(%)
1. 32 – 38 10 40,00
2. 39 – 45 7 28,00
3. 46 – 52 8 32,00
Total 25 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Tabel 6 dapat diperoleh gambaran bahwa umur petani responden
bervariasi mulai usia 32 tahun hingga lebih dari 52 tahun, sedangkan persentase
terendah pada kelompok umur 39 - 45 tahun 7 orang (28 %). Hal ini
menunjukkan bahwa pada rentang umur masih ingin menambah informasi dan
pengetahuan tentang produksi cabai rawit.Terlihat pula bahwa petani yang
berumur 32 – 38 tahun memiliki jumlah 10 orang (40%) sebagai persentase
tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa pada rentang umur ini masih memiliki
kemauan dalam upaya meningkatkan produksi cabai rawit, sehingga memberikan
penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan petani berupa pendidikan formal dan nonformal. Dalam
penelitian ini pembahasan dikhususkan pada pendidikan formal, dengan melihat
lamanya tahun pendidikan. Dengan pendidikan formal yang memadai, petani
dapat lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
usahataninya. Selain itu tingkat pendidikan juga mempengaruhi dalam
32
pengambilan keputusan dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan petani
responden dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng
Kabupaten Bone.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
2. SD 14 56,00
3. SMP 6 24,00
4. SMA 5 20,00
Total 25 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020.
Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden masih
tergolong rendah atau berpendidikan setingkat SD, dengan persentase tertinggi
yaitu 56 persen dengan jumlah 14 orang, hal ini menunjukkan rata-rata petani
pada tingkat pendidikan ini, telah lama berusahatani dan memiliki pengalaman
dari orang tua dalam berusahatana cabai rawit. Walaupun terdapat juga SMA (20
%) dan tingkat SMP (24 %). Jadi tingkat pendidikan petani responden
menunjukkan bahwa pendidikan petani responden di anggap mampu menerima
dan menyerap informasi usahatani cabai rawit dan pemasarannya
5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap usahatani suatu
keluarga petani. Tanggungan keluarga petani responden yang dimaksud adalah
yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tidak bersama
maupun bersama dalam satu rumah dan menjadi tanggungan hidup responden.
Jumlah tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada Tabel 8.
33
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden diDesa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Bone.
No Tanggungan Keluarga
(orang)
Jumlah
(orang) Persentase (%)
1
2
3
1 – 3
4 – 6
7 – 9
10
13
2
40,00
52,00
8,00
Total 25 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga
petani responden yang terbanyak adalah yang mempunyai tanggungan keluarga
antara 4 – 6 orang yaitu sebesar 52 persen, hal ini menujukkan tanggungan petani
semakin lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dan sisanya yang
terkecil 8 persen adalah responden yang mempunyai tanggungan keluarga 7 – 9
orang. Keadaan demikian sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga
dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhannya.
5.1.4 Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani petani responden akan mempengaruhi cara
pengelolaan usahataninya. Semakin banyak pengalaman berusahatani seorang
petani maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan dan dapat diterapkan
dalam berusahatani. mengemukakan bahwa pengalaman berusahatani dikatakan
cukup berpengalaman apabila telah menggeluti usahataninya selama 5 – 10 tahun,
sedangkan sepuluh tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan kurang dari 5
34
tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Pengalaman Adapun pengalaman
usahatani petani responden dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Pengalaman Berusahatani Responden di Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Bone.
No Pengalaman Usahatani
(tahun)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1.
2.
8 – 12
13 – 17
14
1
56,00
4,00
3. 18 – 22 10 40,00
Total 25 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Tabel 9 menunjukkan bahwa pengalaman petani responden dalam
berusahatani berada pada kisaranantara 8 – 22 tahun, yang mana pengalaman 8
– 12 tahun adalah persentase tertinggi (56 %), hal ini menunjukkan bahwa pada
rentang umur ini lebih besar keingin tauannya dalam usahatani cabai rawit serta
didukung oleh keluarga mereka dalam melanjutkan usahatani cabai
rawit.Padakisaran pengalaman antara 13 – 17 tahun, yakni hanya 4 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani sangat erat hubungannya
dengan keinginan petani mengembangkan usahataninya
5.1.5 Luas Lahan Petani Responden
Berdasarkan kepemilikan lahan, petani yang diambil sebagai responden
adalah petani pemilik penggarap. Perilaku petani pemilik penggarap biasanya
dapat mengalokasikan modal lebih besar, tetapi curahan tenaga kerja yang lebih
35
sedikit. Untuk lebih jelasnya luas lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel
10.
Tabel 10 Kepemilikan Lahan Responden di Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Bone.
No Luas lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase(%)
1
2
3
0,20 – 0,40
0,41 – 0,60
0,61 – 0,80
12
8
5
48,00
32,00
20,00
Total 25 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Tabel 10, diketahui bahwa luas lahan responden berada pada kisaran 0,25 –
0,80 hektar. Luas lahan terbesar adalah petani yang mempunyai luas lahan 0,20 –
0,40 sebesar 48 persen atau sebanyak 12 orang. Hal ini juga berarti bahwa petani
yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki lahan dengan luas yang
relatif agak sempit. Dengan demikian melihat dari potensi lahan yang cukup untuk
usahatani cabai rawit, petani dapat memanfaatkan menjadi lebih baik.
5.2 Distribusidan Lembaga Distribusi Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing
Distribusi cabai rawit merupakan kegiatan penyampaian komoditi cabai
rawit dari petani hingga sampai ke konsumen dengan tujuan mendapatkan nilai
uang sebagai balas jasa atas hasil komoditinya. Proses distribusi dilakukan petani
setelah melalui panen selama satu hari atau lebih tergantung keadaan cuaca.
Sistem penjualan yang terjadi pada komoditi cabai rawit di Desa Paccing ada tiga
sistem yaitu pertama, pembeli (konsumen) yang berada di Desa Masila, Desa
Hulo dan Desa Paccing secara langsung ke produsen (petani) cabai rawit. Kedua
melalui perantara yaitu pedagang pengumpul kemudian menjualnya
36
kepadakonsumen yang ada di Kecamatan Kahu, Salomekko dan Libureng. Ketiga
produsen cabai rawit memasarkan lewat pedagang pengumpul, kemudian ke
pedagang besar yang di Kabupaten Sinjai, kemudian menjualnya ke pedagang
pengecer lalu ke konsumen.
Lembaga saluran distribusi terdiri atas petani, pedagang pengumpul desa
dan kecamatan, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Masing-
masing lembaga distribusi mempunyai peranan penting dalam pemasaran cabai
rawit.
1. Petani Petani merupakan produsen cabai rawit yang mengawali saluran
distribusi cabai rawit di Desa Paccing
2. Pedagang pengumpul merupakanpedagang yang melakukan aktivitas
membeli cabai rawit dan melakukan kesepakatan kepada konsumen dan
pedagang besar seperti penetapan jumlah cabai rawit yang diminta, harga jual
serta sistem pembayaran kepada pedagang besar dan konsumen, pemesanan
dilakukan melalui ketemu langsung dengan produsen serta melalui telepon
selular.
3. Pedagang Besar merupakan pedagang yang membeli cabai rawit dari
pedagang pengumpul kemudian menjualnya ke pedagang pengecer di
Kabupaten Sinjai.
4. Pedagang pengecer adalah pedagan yang membeli cabai rawit dari pedagang
besar yang ada di Kabupaten Sinjai, dan menjualnya dalam partai kecil.
5. Konsumen merupakan orang yang membeli langsung cabai rawit dari
pedagang produsen, pedagang pengumpul dan juga dari pedagang besar.
37
Panjangnya saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap biaya pemasaran
yang lebih tinggi mengakibatkan tingginya harga beli yang harus dibayarkan oleh
konsumen akhir. Disisi lain, tingginya biaya pemasaran akan mendorong
pedagang pengumpul untuk menekan harga jual di tingkat produsen atau petani.
Selain itu transaksi antara pedagang pengumpul dan petani cabai rawit sering
merugikan pihak petani karena petani cabai rawit hanya sebagai penerima harga
(price taker).
Berdasarkan informasi dari produsen dan pedagang perantara, saluran
pemasaran cabai rawit terdiri dari 3pola saluran pemasaran. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2.
Pola Saluran 1 :
Pola Saluran 2
Pola Saluran 3
Gambar 2 Ketiga pola saluran distribusi cabai rawit
Produsen (Petani) Pedagang Pengumpul Konsumen
Produsen
(Petani)
Pedagang
Pengumpul Pedagang Pengcer Pedagang
Besar
Produsen (Petani) Konsumen
Konsumen
38
Gambar 2, menunjukkan bahwa terdapat 3 bentuk saluran ditribusicabai
rawit yaitu:
1) Saluran pemasaran 1, petani (produsen), memasarkan hasil produksinya
berupa cabai rawit kepada konsumen yang pada umumnya adalah masyarakat
atau tetangga desa yang berdomisili dekat dari produsen dengan cara
masyarakat yang datang ke produsen tersebut, sehingga dapat menghemat
biaya transportasi. Produsen menjual cabai rawit kekonsumen berkisar Rp
24.000/kg
2) Saluran Pemasaran 2, produsen menjual cabai rawit ke pedagang pengumpul,
dimana pedagang pengumpul langsung ke produsen cabai rawit dengan
jumlah yang disepakati. Produsen menjual cabai rawit ke pedagang
pengumpul, selanjutnya pedagang pengumpul menjualnya di Kecamatan
Kahu, Salomekko dan Libureng dengan harga Rp. 28.000/ kg.
3) Saluran pemasaran 3, dimana pedagang pengumpul mengambil langsung ke
produsen cabai rawit dengan harga Rp. 24.000/kg, dimana harga tersebut
telah ditentukan oleh produsen. Pedagang pengumpul menjual cabai rawitke
pedagang besar Rp. 28.000/kg. Pedagang besar menjual ke pedagang
pengecer di Kabupaten Sinjai seharga Rp 30.000/kg, Selanjutnya pedagang
pengecer menjualnya ke konsumen dengan harga Rp 31.500/kg
Keterlibatan lembaga pemasaran. yang selanjutnya membentuk saluran
pemasaran yang bervariasi tersebut akan menyebabkan harga dari masingmasing
saluran berbeda-beda. Hal ini disebabkan adanya perbedaan fungsi-fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran. (lampiran 4).
39
5.3 Fungsi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing
Lembaga tataniaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses
penyampaian dari produsen sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi tataniaga yang
dilakukan oleh lembaga tataniaga adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan
fungsi pelancar.
Fungsi-fungsi pemasaran dapat dikelompokkan menjadi fungsi pertukaran,
fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang
memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan.
Fungsi pertukaran terdiri atas fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik
adalah semua tindakan yang berhubungan dengan barang dan jasa sehingga
menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan tempat, dan kegunaan waktu. Fungsi
fisik meliputi kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan. Fungsi
fasilitas yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan
pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari
fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggulangan resiko, fungsi
pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku tataniaga dapat
diuraikan secara berikut :
1) Produsen
Dalam melakukan kegiatan pemasaran, produsen dalam hal ini petani cabai
rawit melakukan fungsi pertukaran yaitu kegiatan penjualan dengan menjual
cabai rawit kepada konsumen, pedagang pengumpul maupun pedagang besar.
Para petani melakukan pemilihan jalur pemasaran ini karena lebih mudah dan
40
tidak membutuhkan biaya banyak. Produsen menjual cabai rawit dengan harga
Rp 24.000/kilogram
2). Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengumpul, membeli cabai rawit dari produsen, fungsi pemasaran
yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran yaitu
penjualan dan pembeliaan, fungsi fisik yaitu pengangkutan, dimana
pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan cabai
rawit dari suatu tempat ketempat tujuan dan penyimpanan, dimana mengelolah
cabai rawit yang ada dalam persediaan, dengan maksud selalu dapat menjamin
ketersediaannya serta fungsi pelancar yaitu penyortiran, dimana memilih (yang
diperlukan dan mengeluarkan yang tidak diperlukan) atau dengan arti lain yaitu
kegiatan yang dilakukan dalam memilih-milih/memilah cabai rawit
3) Pedagang Besar
Pedagang besar, cabai rawit yang dibeli dari pedagang pengumpul di wilayah
tersebut, fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar adalah fungsi
pertukaran yaitu penjualan dan pembelian, fungsi fisik yaitu
pengangkutan,dimana pengangkutan dilakukan secara dua kali yaitu dari lahan
petani atau pinggir jalan menuju ke rumah pedagang pengumpul desa dan dari
rumah pedagang pengumpul desa menuju ke pasar-pasar tujuan, penyimpanan,
dimana mengelolah cabai rawit yang ada dalam persediaan, dengan maksud
selalu dapat menjamin ketersediaannya.dan pengemasan, dimana pengemasan
yang digunakan untuk pengiriman ke pasar-pasar tujuan pedagang pengecer
dengan menggunakan karung ukuran 20 kg dan 10 kg.
41
4) Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer biasanya langsung mendatangi pedagang besar untuk
melakukan pembelian cabai merah sehingga transaksi langsung terjadi di pasar
Kabupaten Sinjai. Pengangkutan biasanya menggunakan motor atau mobil
angkutan umum. Sedangkan untuk pengemasan dilakukan dengan
menggunakan kantong plastik untuk memudahkan pembeli dalam
membawanya. Fungsi penyimpanan kadang-kadang dilakukan, apabila cabai
rawit tidak laku terjual. Fungsi fasilitas seperti sortasi dilakukan sendiri oleh
pedagang pengecer saat tidak ada pembeli dengan memisahkan cabai rawit
yang busuk dan tidak. Sedangkan fungsi informasi berupa perkembangan harga
beli dan jual yang diperoleh dari pedagang besar dan sesama pengecer di pasar
tersebut.
5.4 Margin, Keuntungan dan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing
Margin tataniaga (Pemasaran) adalah selisih antara harga yang dibayarkan
oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin pemasaran dihitung
dengan melihat besarnya biaya pemasaran cabai rawit dan keuntungan yang
diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran merupakan biaya
yang dikeluarkan dalam memasarkan cabai rawit hingga ke konsumen akhir.
5.4.1 Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan jumlah biaya pemasaran dengan
keuntungan yang diharapkan oleh masing-masing Lembaga, analisis margin
pemasaran dapat mencerminkan efisiensi pemasaran, dengan hanya melihat
42
besarnya margin pemasaran saja belum dapat menyimpulkan bahwa pemasaran
itu sudah efisien. Maka dapat dilihat dari distribusi keuntungan dan biaya yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya, semakin banyak
pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran maka semakin besar
pula margin pemasaran yang terbentuk.
Sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan hasil
produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya wajar serta mampu
mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan
konsumen.Besarnya margin bagi pedagang maka semakin menguntungkan berarti
pemasarannya efisien dari sisi konsumen, dan sebaliknya makin besar margin
pemasaran semakin tinggi harga yang harus dibayarkan oleh konsumen sehingga
kurang efisien secara ekonomi oleh konsumen. Adapun margin pemasaran pada
setiap lembaga pemasaran dalam distribusi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing
dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11 HasilMargin Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit di
Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.
Saluran Pemasaran Harga Beli
(Rp/kg)
Harga Jual
(Rp/kg)
Margin
(Rp/kg)
Saluran I
Produsen
Konsumen
0
-
-
24.000
-
Saluran II
Produsen
Pedagang Pengumpul
Konsumen
0
24.000
28.000
24.000
28.000
-
4.000
Saluran III
Produsen
Pedagang Pengumpul
0
24.000
24.000
28.000
4.000
43
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer
Konsumen
28.000
30.000
33.500
30.000
33.500
-
3.000
2.500
Sumber : Data Primer Telah diolah, 2020.
Tabel 11,menunjukkan bahwa saluran pemasaran 1 antara produsen
dengan konsumen yang ada di Desa Paccing adalah dengan keuntungan sebesar
100%, dikarenakan produsen tidak menambah biaya transportasi dan lainnya,
semua ditanggung oleh konsumen sendiri. Sehingga margin pemasarannya
bernilai 0. Pada saluran pemasaran 2 memperlihatkan bahwa margin pemasaran
pemasarannya sebesar Rp 4.000/ kg, dimana konsumen cabai rawit berada di luar
Kecamatan Patimpeng, yakni Kecamatan Kahu, Libureng dan Salomekko. Hal ini
menunjukkan bahwa banyaknya minat konsumen dari luar yang menyukai cabai
rawit milik petani Desa Pancing, disamping adanya hubungan keluarga satu sama
yang lain. Untuk margin pemasaran pada saluran III, dimana totalnya sebesar Rp
9.500 kg. dimana saluran pemasaran melalui pedagang pengumpul, pedagang
besar pedagang pengecer dan konsumen, panjangnya saluran pemasaran ini,
mengakibatkan margin pemasaran menjadi tinggi sebesar Rp 9.500/ kg,
disamping itu konsumennya juga berbeda dengan saluran 2, yakni di Kabupaten
Sinjai .Hal ini sesuai dengan pendapat (Daniel, 2002) bahwa Semakin panjang
jarak pemasaran (semakin banyak perantara yang terlibat) dalam pemasaran, maka
margin pemasaran semakin besar.
5.4.2 Keuntungan Pemasaran
Proses mengalirnya barang atau produk dari produsen ke konsumen
memerlukan suatu biaya, dengan adanya biaya pemasaran maka suatu produk
44
akan meningkat harganya. Untuk mengetahui besarnya biaya, keuntungan dan
margin pemasaran di tingkat lembaga pemasaran pada ketiga saluran pemasaran
cabai rawit, dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Biaya dan Keuntungan Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran
Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.
Saluran Pemasaran Margin
(Rp/kg)
Total Biaya Pemasaran
(Rp/kg)
Keuntungan
Pemasaran
(Rp/kg)
Saluran I
Produsen
Konsumen
0
0
0
Saluran II
Produsen
Pedagang Pengumpul
Konsumen
4.000
2.500
1.500
Saluran III
Produsen
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer
Konsumen
9.500
5.700
3.800
Sumber : Data Primer Telah diolah, 2020.
Tabel 12, menunjukkan bahwa pada saluran pemasaran 1, dimana
produsen (petani) cabai rawit tidak mengeluarkan biaya pemasaran dan margin
pemasaran juga tidak ada, karena konsumen cabai rawit mendatangi sendiri
produsen cabai rawit di Desa Paccing, dengan demikain pada saluran pemasaran 1
tidak terdapat keutungan pemasaran. Saluran pemasaran 2 yang terlibat dalam
kegiatan ini adalah pedagang pengumpul, dimana pedagang pengumpul
45
mengeluarkan biaya transportasi, karung dan penyortiran sebesar Rp 2.500 /kg,
sehingga keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp
1.500 /kg Selanjutnya pada saluran pemasaran 3, dimana yang terlibat dalam
kegiatan ini adalah pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang
pengecer.Untuk biaya pemasaran pedagang pengumpul mengeluarkan biaya
pemasaran, berupa biaya transportasi, karung dan penyortiran sebesar Rp
2.600/kg, pedagang besar mengeluarkan biaya transportasi dan karung
(pengemasan) sebesar Rp 2.300/kg, sedangkan pedagang pengecer mengeluarkan
biaya transportasi dan plastik kemasan Jadi total biaya pemasaran keseluruhan
adalah Rp. 5.700/kg, sedangkan total keuntungan pemasaran yang diperoleh
pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer dalam memasarkan
cabai rawit sebesar Rp. 3.800/kg.
5.4.3 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil kegiatan dari yang dijalankan.
Efisiensi pemasaran akan terjadi jika biaya pemasaran dapat ditekan sehingga
keuntungan dapat lebih tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran, kompetisi
pasar yang sehat serta margin pemasaran rendah.
Untuk menentukan efisiensinya pemasaran harus diketahui seberapa besar
biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan cabai
rawit dan berapa harga ditingkat konsumen dari tiap-tiap saluran pemasaran.
Adapun efisiensi pemasaran cabai rawit di Desa Paccing dapat dilihat pada tabel
13.
46
Tabel 13 Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Bone
No Uraian Saluran I Saluran II Saluran III
1 Total Biaya (Rp/Kg) 0 2.500 5.700
2 Harga di Tingkat Konsumen 24.000 28.000 33.500
Efisiensi (%) 0 8,92 17,01
Sumber : Data Primer Telah diolah, 2020
Tabel 13 menunjukkan bahwa saluran pemasaran cabai rawit yang paling
efisien yaitu saluran pemasaran II sebesar 8,52 %,jika dibandingkan dengan
saluran pemasaran IIIyang juga efisien sebesar 17,01 %,Sedangkan saluran
pemasaran I tidak memiliki efisiensi pemasaran, karena tidak ada biaya pemasaran
selama proses transaksi produsen dan konsumen. Hal ini terjadi karena biaya
saluran pemasaran II lebih kecil.Begitupun juga dengan saluran pemasaran
IIIyang juga efisien, tapi banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dan biaya
pemasaran yang lebih tinggi,sehingga tingkat efisiensinya tinggi.
47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Distibusi saluran pemasaran cabai rawit di Desa Paccing memiliki tiga pola
saluran pemasaran yang terdiri dari : Saluran 1 ; Produsen Konsumen,
Saluran 2 ; Produsen Pedagang Pengumpul Konsumen. Saluran 3 ; Produsen
Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen.
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran cabai rawit
yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi pembiayaan.
2. Margin pemasaran saluran 2 sebesar Rp 4.000/kg, sedangkan margin
pemasaran pada saluran III, dimana totalnya sebesar Rp 9.500/ kg. Saluran
pemasaran 2 memiliki keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang
pengumpul sebesar Rp 1.500/kg. Selanjutnya saluran pemasaran 3, dimana
yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pedagang pengumpul, pedagang besar,
dan pedagang pengecer, sehingga keuntungan pemasaran yang diperoleh
dalam memasarkan cabai rawit sebesar Rp 3.800/kg. Saluran pemasaran cabai
rawit yang paling efisien yaitu saluran pemasaran II sebesar 8,52 %. dan
saluran pemasaran IIIjuga efisien dengan nilai sebesar 17,01 %.
48
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian, adapun saran yang ingin disampaikan
adalah sebagai berikut.
1. Disarankan kepada petani untuk memilih saluran pemasaran yang
menguntungkan dan memberikan dampak yang baik bagi usahanya, sehingga
dapat menutupi biaya operasional petani yang tinggi
2. Pemerintah setempat diharapkan agar memprioritaskan pengembangan dan
peningkatan produksi cabai merah melalui sosialisasi dan penyuluhan kepada
petani cabai rawit
49
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sofanudindan Eko Wahyu Budiman,2017.Analisis Saluran Pemasaran
Cabai Rawit (Capsicum Frutescens. L) (Studi kasus di Kecamatan
Kanigoro, Kabupaten Blitar.Jurnal Viabel Pertanian Vol. 11 No.1 Mei
2017.
Armand, 2002. Pemasaran Hasil Pertanian. Brawijaya Press. Malang
Asmarantaka RW. 2009. Pemasaran Produk-Produk Pertanian. Dalam Bunga
Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor: IPB Press
Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Askara Jakarta.
Downey,E, 2009. Manajemen Agribisnis. Salemba Empat. Jakarta.
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bone, 2018. Laporan Akhir
Tahunan Kabupaten Bone.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan
Enam Pilar Pengembangan
Handayani, S.M dan I. Nurlaila. 2011. Analisis Pemasaran Susu Segar
di Kabupaten Klaten. Jurnal Sains Peternakan Vol. 9 (1). Akses tanggal
1 September 2015. Ciamis
Hastuti dan Rahim, 2007. Ekonomi Produksi Pertanian. Swadaya. Bogor
Heryanto S Lyndon R. J. Pangemanan Audrey J. M. Maweikere, 2018.Saluran
Distribusi Komoditi Cabai Rawit Di Pasar Bersehati Kota ManadoAgri-
SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 2, Mei 2018
Kahana, B,P. 2008. Tesis Strategi Pengembangan Agribisnis Cabai Merah di
Kawasan Agropolitan Kabupaten Magelang. Mahasiswa Magister
Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang
Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Prenhalindo. Jakarta.
Nathallya Angel Josine, Lyndon R. J. P dan Caroline B. D. Pakasi,2018.Analisis
Rantai Pasok Komoditi Cabai Rawit Di Kota Manado.Agri-SosioEkonomi
Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018.
50
Nurhidayana, Retna Astuti Kuswardan dan M. Akbar Siregar,2012.Analisis
Efisiensi Pemasaran Cabai Merah di Kabupaten Batubara.Agrica (Jurnal
Agribisnis Sumatera Utara) Vol.5 No.1/April 2012 .
Rosmawati, H, 2011. Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di
Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal AgronobiS,
Vol. 3, No. 5, Maret 2011ISSN: 1979 – 8245X
Rukmana, 2002.Usahatani Cabai Rawit. Kanisius.Yogyakarta.
Saefuddin dan Hanafia, 2004. Pemasaran pertanian dan Lembaga Pemasaran.
Yasaguna Jakarta.
Santika. 1999. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiadi. 2009. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Soekartawi. 2005. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers. Jakarta
Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press, Malang.
Swastha dan Irawan, 2007, Asas-asas Marketing, Liberty, Yogyakarta
Tuwo, A. 2011. Ilmu Usahatani Teori dan Aplikasi. Unhalu Press. Kendari.
Winardi, 2004. Manajemen Pemasaran. Rajawali Press. Jakarta.
51
KUESIONER (UNTUK PEDAGANG BESAR)
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT
DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE
TanggalWawancara :………………………………….
Desa :………………………………….
Dusun :………………………………….
I. IDENTITAS PEDAGANG BESAR
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Pengalaman Berdagang :
5. Keuntungan :
6. Berapa kali pemasaran dalam 1 tahun :
II. PEMASARAN
No. Cabai Rawit
Beli Jual
Jumlah (kg) Harga(Rp) Jumlah(kg) Harga(Rp)
1
.
III. BIAYA PEMASARAN
No. Biaya Jumlah(kg) Harga (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tenaga kerja
Transportasi
Bakul
Plastik
Karung
………………….
………………….
52
KUESIONER (UNTUK PEDAGANG PENGUMPUL)
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT
DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE
TanggalWawancara :………………………………….
Desa :………………………………….
Dusun :………………………………….
I. IDENTITAS PEDAGANG PENGUMPUL
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Pengalaman Berdagang :
5. Keuntungan :
6. Berapa kali pemasaran dalam 1 tahun :
II. PEMASARAN
No. Cabai Rawit Beli Jual
Jumlah(kg) Harga(Rp) Jumlah(kg) Harga(Rp)
1 1
f/
III. BIAYA PEMASARAN
No. Biaya Jumlah(Kg) Harga (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tenaga kerja
Transportasi
Bakul
Plastik
Karung
.................
.................
53
KUESIONER PENELITIAN (UNTUK PETANI)
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN CABAI RAWIT
DI DESA PACCING KECAMATAN PATIMPENG KABUPATEN BONE
TanggalWawancara :………………………………….
Desa :………………………………….
Dusun :………………………………….
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jumlah Tanggungan :
Pengalaman Berusaha :
II. HARGA PEMASARAN
Tabel 1. Harga Cabai Rawit di Desa Paccing
No. Cabai Rawit Jumlah Harga
1.
III. BIAYA
1. Biaya apa saja yang digunakan dalam proses pemasaranCabai Rawit?
Jawab:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Apakah ada biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaranCabai Rawit?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
3. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam proses pemasaranCabai Rawit?
Jawab:
.............................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Biaya tambahan apa saja yang digunakan dalam proses pemasaranCabai
Rawit?
Jawab: .....................................................
54
Lampiran 2. Karakteristik Petani Cabai Rawit di Desa Paccing
No. Nama
Responden
Usia
(Tahun)
Tingkat
Pendidikan
Jumlah
TanggunganKeluarga
Pengalaman
Usahatani
(thn)
LuasLahan
(Ha)
1. Jusman 42 SD 4 20 0,40
2. Nurdin 52 SD 3 20 0,25
3. Rahman 48 SD 8 20 0,50
4. Hamzah 38 SMA 4 12 0,30
5. Sulaeman 42 SMP 4 15 0,40
6. Akbar 43 SMA 3 18 0,60
7. Amirullah 42 SD 3 12 0,35
8. Lukman 38 SD 4 10 0,20
9. H.Parenrengi 45 SD 4 20 0,60
10. Ahmad
Patawari
38 SMP 3 12 0,50
11. Herman 37 SMP 4 12 0,80
12. Kadir 50 SD 2 20 0,75
13. Burhan 38 SMP 4 10 0,40
14. Andi Patarai 52 SD 5 8 0,80
15. Bakri 48 SMP 6 12 0,50
16. Andi
Pasagai
48 SD 8 18 0,60
17. H.Abdul 52 SD 4 20 0,30
18. Ridwan 38 SMP 6 12 0,40
19. Arafah 48 SD 3 20 0,70
20. Jamal
Makmun
38 SMA 3 12 0,40
21. Intan 52 SD 6 22 0,60
22. Asdar 38 SMA 2 12 0,30
23. Andi
Palentei
38 SMA 2 10 0,50
24. Andi
Bintang
32 SD 4 12 0,65
25. Rahma 42 SD 3 12 0,40
Jumlah 1072 102 371 22,06
Rata-rata 42,88 4,08 14,84 0,88
55
Lampiran 3 Identitas Responden Pedagang Pengumpul dan Pedagang
BesarCabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone
No. Nama Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Tingkat
Pendidikan
Lama
Berdagang
(Tahun)
1. H. Abd Hamid*
Laki_Laki 53 SMA 22
2 Firdaus* Laki-Laki 44 SMP 14
3 H. Andi Rahmat** Laki-Laki 58 SMA 12
4 Samsuddin*** Laki-Laki 46 SMA 10
Keterangan :
* Pedagang Pengumpul
** Pedagang Besar
*** Pedagang Pengecer
56
Lampiran 4 Sasaran Pemasaran Pedagang Pengumpul dan Pedagang BesarCabai
Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone
No
Luas
Lahan (ha)
Jumlah Produksi
(kg/musim)
Harga Jual
(Rp/kg) Sasaran Pemasaran
1 0,40 950 28.000 Pedagang Pengumpul
2 0,25 700 28.000 Pedagang Pengumpul
3 0,50 1.100 28.000 Pedagang Pengumpul
4 0,30 820 28.000 Pedagang Pengumpul
5 0,40 930 24.000 Konsumen
6 0,60 1.200 28.000 Pedagang Pengumpul
7 0,35 840 28.000 Pedagang Pengumpul
8 0,20 650 28.000 Pedagang Pengumpul
9 0,60 1.300 28.000 Pedagang Pengumpul
10 0,50 1.000 28.000 Pedagang Pengumpul
11 0,80 1.450 28.000 Pedagang Pengumpul
12 1,00 1.650 28.000 Pedagang Pengumpul
13 0,40 940 24.000 Konsumen
14 0,80 1.250 28.000 Pedagang Pengumpul
15 1,20 1.700 28.000 Pedagang Pengumpul
16 0,60 1.350 28.000 Pedagang Pengumpul
17 0,30 850 28.000 Pedagang Pengumpul
18 0,70 1.400 28.000 Pedagang Pengumpul
19 1,00 1.600 28.000 Pedagang Pengumpul
20 0,40 900 28.000 Pedagang Pengumpul
21 0,60 1.200 28.000 Pedagang Pengumpul
22 0,30 800 24.000 Konsumen
23 0,50 950 28.000 Pedagang Pengumpul
24 0,80 1.100 28.000 Pedagang Pengumpul
25 0,40 960 28.000 Pedagang Pengumpul
57
Lampiran 5 Saluran Pemasaran 1 dari produsen ke konsumen Cabai rawit di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.
No Lembaga Pemasaran Harga (Rp/kg)
1 Produsen (Petani Cabai Rawit)
a. Harga Jual 24.000
2 Konsumen (disekitar Desa Paccing) 24.000
Lampiran 6. Saluran Pemasaran 2, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran
Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone.
No
Lembaga Tataniaga dan
Komponen Margin
Harga (Rp/kg)
1 Produsen (Petani Cabai Rawit)
a. Harga Jual 24.000
2 Pedagang Pengumpul
a. Harga beli 24.000
b. Biaya Transportasi 1.200
c. Karung 750
d. Sortir 550
c. Jumlah biaya pemasaran 2.500
d. Harga Jual 28.000
e. Margin Pemasaran 4.000
f. Keuntungan Pemasaran 1.500
3 Konsumen
a. Harga Beli 28.000
58
Lampiran 7 Saluran Pemasaran 3, Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran
Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone.
No Lembaga Pemasaran Harga (Rp/kg)
1 Produsen (Petani Cabai Rawit)
a. Harga Jual 24.000
2 Pedagang Pengumpul
a. Harga beli 24.000
b. Biaya Transportasi 1.200
c. Karung 800
d. Sortir 600
c. Jumlah biaya pemasaran 2.600
d. Harga Jual 28.000
e. Margin Pemasaran 4.000
f. Keuntungan Pemasaran 1.400
3 Pedagang Besar
a. Harga Beli 28.000
b. Biaya Transportasi 1.000
c. Karung 700
d. Jumlah biaya pemasaran 1.700
e Harga Jual 31.000
f. Margin Pemasaran 3.000
g. Keuntungan Pemasaran 1.300
4 Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 31.000
b. Biaya Transportasi 850
c. Plastik 550
d. Jumlah biaya pemasaran 1.400
e Harga Jual 33.500
f. Margin Pemasaran 2.500
g. Keuntungan Pemasaran 1.100
3 Konsumen
a. Harga Beli 33.500
59
Lampiran 8 Biaya Pemasaran Saluran 2 oleh Pedagang Pengumpul Cabai Rawit
di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.
Pedagang Pengumpul 1
No Nama Biaya
Transportasi(Rp) Karung(Rp) Penyortiran(Rp)
Total biaya
Pemasaran
(Rp)
1 Firdaus 1.200 750 550 2.500
Lampiran 9 Biaya Pemasaran Saluran 3 oleh Pedagang Pengumpul dan
Pedagang Besar Cabai Rawit di Desa Paccing Kecamatan Patimpeng
Kabupaten Bone.
Pedagang Pengumpul 2
No Nama Biaya
Transportasi(Rp) Karung(Rp) Penyortiran(Rp)
Total biaya
Pemasaran
(Rp)
1 H. Abd Hamid 1.200 800 600 2.600
Pedagang Besar
No Nama Biaya
Transportasi(Rp) Karung(Rp)
Total biaya
Pemasaran
(Rp)
1 H. Andi Rahmat 1.000 700 1.700
Pedagang Pengecer
No Nama Biaya
Transportasi(Rp) Karung(Rp)
Total biaya
Pemasaran
(Rp)
1 Samsuddin 850 550 1.400
60
Lampiran 10. Margin Pemasaran Saluran 2 dan 3 Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone.
Margin Pemasaran 2
Harga Jual
(Rp/kg)
Harga Beli
(Rp/kg)
Margin
Pemasaran
(Rp)
Total biaya
Pemasaran (Rp)
Keuntungan
Pemasaran (Rp)
28.000 24.000 4.000 2.500 1.500
Margin Pemasaran 3
Harga Jual
(Rp/kg)
Harga Beli
(Rp/kg)
Margin
Pemasaran
(Rp)
Total Biaya
Pemasaran (Rp)
Keuntungan
Pemasaran (Rp)
33.500 24.000 9.500 5.700 3.800
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Efisiensi Pemasaran Cabai Rawit di Desa
Paccing Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone
No Uraian Saluran I Saluran II Saluran III
1 Total Biaya (Rp/Kg) 0 2.500 5.700
2 Harga di Tingkat Konsumen 24.000 28.000 33.500
Efisiensi (%) 0 8,92 17,01
61
Lampiran 12 Dokumentasi Selama PenelitianDi Desa Paccing Kecamatan
Patimpeng Kabupaten Bone
Lokasi Pertanaman Cabai Rawit
Wawancaradenganpetanicabairawit
62
Hasil Panen Cabe Rawit
Wawancara dengan petani
63
Pedagang pengumpul dipasar
Areal pertanaman cabai rawit
64
65
RIWAYATHIDUP
Junaedy, dilahirkan di Kalimpo 03 Juli 1998
Kabupaten Bone. Anak ketiga dari empat bersaudara dari
pasangan Amirullah dan Asiah.
Pendidikan formal dilalui di SD Negeri 252 pada tahun
2003 dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2Tonra dan tamat pada tahun
2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Patimpeng, dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015
penulis mengikuti seleksi dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di PT. Pertani (Persero)
Kabupaten Bone, serta penulis pernah melaksakan Kuliah Kerja Profesi di
Kelurahan Lalolang Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Bone