pola kepemimpinan kepala sekolah dalam …1. mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya...
TRANSCRIPT
-
POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEKOLAH DI
SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
MUHAMMAD RIZAL DJANTI
NIM : 105381120216
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
OKTOBER 2020
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
Jalan Sultan Alauddin No. 259Makassar Telp : 0411-860837/860132 (Fax) Email : [email protected] Web : www.fkip.unismuh.ac.id
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Rizal Djanti
Nim : 105381120216
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul :Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan
Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar
Skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri. Bukan
hasil jiplikan atau dibuatkan oleh orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya berbeda menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat pernyataan
MUH. RIZAL DJANTI
Nim: 105381120216
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
Jalan Sultan Alauddin No. 259Makassar Telp : 0411-860837/860132 (Fax) Email : [email protected] Web : www.fkip.unismuh.ac.id
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Rizal Djanti
Nim : 105381120216
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul :Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan
Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya
menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skpripsi
saya.
Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat pernyataan
MUH. RIZAL DJANTI
Nim: 105381120216
-
vi
MOTO
Hidup itu harus optimis.........
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”
(HR. Ahmad)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini Sebagai darma baktiku untuk Ayahanda dan
Ibundaku tercinta Serta saudara dan keluargaku tersayang.
-
vii
ABSTRAK
Muhammad Rizal Djanti, 2020. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah
Memaksimalkan fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Jamaluddin Arifin sebagai pembimbing
I dan Lukman Ismail sebagai pembimbing II.
Sekolah sebagai tempat proses pembelajaran yang terdapat tenaga pendidik dan
kependidikan, siswa dan sarana prasarana sehingga membutuhkan kepemimpinan
kepala sekolah untuk menggerakkan sumber daya sekolah dalam mencapai tujuan
sekolah dan pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah
dalam memaksimalkan fungsi sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar serta
faktor pendorong dan penghambat. penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi yang berlokasi di SMP Muhammadiyah 12
Makassar dengan menggunakan informan sebanyak 7 orang, jenis dan sumber data
penelitian yang di gunakan yaitu: data primer dan sekunder. Pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis
data yaitu: 1) Data Reduction, 2) Data Display dan, 3) Verifikasi. Serta analisis dan
keabsahan data yang di gunakan yaitu, 1) Trianggulasi Sumber, 2) Trianggulasi
waktu dan, 3) Trianggulasi Teori.
Hasil penelitian ini menunjukkan pola kepemimpinan kepala sekolah yaitu:
kedisiplinan bagi warga sekolah (guru, staf dan siswa). tertib pada administrasi
sekolah bagi guru dan staf. Gaya kepemimpinan kepala sekolah alah kepemimpinan
yang demokratis. Kepala sekolah mampu menggerakkan seluruh warga sekolah
dalam memaksimalkan fungsi sekolah mulai guru staf, siswa dan sarana prasarana
sebagai faktor pendorong dan penghambat.
Kata kunci: Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah, Fungsi Sekolah
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah Subhanahu wata’ala
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan nikmat
empat keterampilan berbahasa kepada manusia yang terdiri dari keterampilan
menyimak yang berkaitan dengan pendengaran yang diperintahkan untuk
mendengar hal yang baik-baik saja. Kemudian, keterampilan membaca yang
berkaitan dengan penglihatan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Subhana
wata’ala. Selanjutnya, keterampilan berbicara yang berkaitan dengan ucapan yang
bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang positif. Dan keterampilan menulis
yang bertujuan untuk mengikat ilmu yang telah diperoleh. Penulis bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah Subhanahu wata’ala.
Selawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
Salallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Beliau adalah
nabi yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliahan dan membentangkan
permadani keislaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Sehingga umat manusia dapat merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta atas doa dan
kasih sayangnya yang tak pernah padam agar menjadi anak yang sukses. Penulis
tak pernah lupa atas semua yang telah mereka berikan. Semoga mereka selalu
diberikan umur yang panjang, kesehatan, dan dilingdungi Allah Subuhana
Wata’ala.
Terima kasih pula kepada Dr. Jamaluddin Arifin, S.Pd., M.Pd dan Lukman
Ismail, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah
membimbing, mengarahkan, serta memberikan motivasi yang sangat bermanfaat.
Penulis sangat bersyukur atas bimbingan yang telah diberikan baik melalui tatap
muka secara langsung maupun melalui media sosial. Penulis meminta maaf
-
ix
sebesar-besarnya apabila selama proses pembimbingan penulis melakukan
kekhilafan.
Akhir kata, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan
dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Billahi Fii sabililhaq, fastabiqul khaerat, wassalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
-
x
DAFTAR ISI
Halaman Judu ..................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................... ii
Persetujuan Pembimbing .................................................................................. iii
Surat Pernyataan ............................................................................................... iv
Surat Perjanjian ................................................................................................. v
Moto dan Persembahan ..................................................................................... vi
Abstrak Bahasa Indonesia ................................................................................ vii
Kata Pengantar................................................................................................. viii
Daftar Isi .............................................................................................................. x
Daftar Gambar ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
E. Definisi Operasional.................................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 9
A. Kajian Konsep ........................................................................................... 9
1. Definisi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah .................................... 9
2. Bentuk Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ................................... 10
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan
Kepala Sekolah ................................................................................. 15
4. Sekolah .............................................................................................. 16
a. Pengertian Sekolah ..................................................................... 16
b. Krakteristik Sekolah ................................................................... 17
c. Fungsi Sekolah ............................................................................ 18
B. Kajian Teori ............................................................................................ 20
a. Teori Sistem Sosial ........................................................................... 20
-
xi
b. Teori Struktural Fungsional .............................................................. 22
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 27
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.............................................................. 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 27
C. Informan Penelitian ................................................................................. 27
D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 27
E. Instrumen Penelitian................................................................................ 28
F. Jenis dan Sumber..................................................................................... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 29
H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 30
I. Teknik Pengabsahan Data ....................................................................... 32
BAB IV GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN ....................... 34
A. Sejarah SMP Muhammadiyah 12 Makassar ........................................... 34
B. Keadaan Lingkungan Sekolah................................................................. 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 42
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 42
1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan
Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ................... 42
a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan.......................................... 43
b. Siswa SMP Muhammadiyah 12 Makassar ................................ 50
2. Faktor pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala
Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ............................... 55
a. Faktor Pendorong ........................................................................ 55
b. Faktor Penghambat...................................................................... 59
B. Pembahasan ............................................................................................. 63
1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan
Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ................... 63
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala
Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ............................... 67
a. Faktor Pendorong ...................................................................... 68
-
xii
b. Faktor Penghambat.................................................................... 70
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 72
A. Kesimpulan ............................................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................. 26
Gambar : 5.1. Pengawasan langsung Kepala Sekolah terhadap administrasi
Sekolah dan perangkat pembelajaran guru. ........................................................ 46
Gambar 5.2. proses pembelajaran dalam keadaan pandemi covid 19 ................. 49
Gambar 5.3 Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ................................. 59
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu cepat perlu
disikapi oleh dunia pendidikan. Reformasi Pendidikan merupakan respon terhadap
perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasi sistem
pendidikan untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Pendidikan
harus bersifat dinamis, karena pembaharuan-pembaharuan itu perlu dilakuakan
sesuai dengan kebutuhan sumber daya manusia dan masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan tentu tidak lepas dari peran serta dari sumber daya
manusia, karena majunya pendidikan harus di tunjang dengan kualitas tenaga
pendidik, lingkungan dan sumber daya manusia yang mumpuni. Hal ini pun diatur
dalam Undang-Undang sebagaimana disebutkan dalam Bab I Pasal 1 ayat 23, yaitu
Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana,
sarana, dan prasarana. (Bekti 2016). Dalam Undang - Undang tersebut memberikan
gambaran jelas bahwa pelaksanaan pendidikan tidak hanya memerlukan sarana dan
prasarana yang memadai, tetapi juga memerlukan tenaga pendidikan dan
kependidikan yang lebih profesional.
Sekolah sebagai suatu sistem organisasi yang memiliki struktural dalam
mengelola dan menjalakan fungsi sebagai tempat pembelajaran. Sekolah sebagai
-
2
lembaga pendidikan membutuhkan kepala sekolah yang mampu memimpin dan
mengelola sekolah dengan profesional.
Kepemimpinan Kepala Sekolah dikatakan sebagai pemimpin yang efektif
bilamana mampu menjalankan proses Kepemimpinannya yang mendorong,
mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan dan tingkah laku kelompoknya. Inisiatif
dan kreativitas kepala sekolah yang mengarah kepada kemajuan sekolah merupakan
bagian integratif dari tugas dan tanggungjawab. Fungsi utamanya ialah
menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kepala sekolah
juga wajib mengelola tenaga kependidikan yang mampu meningkatkan pelayanan
pendidikan dengan baik sumber daya tersebut adalah tenaga tata usaha,
pustakawan, tenaga kebersihan, petugas keamanan yang masing masing
meningkatkan kemampuan dan kinerjanya tenaga kependidikan.
Keberhasilan ataupun kesuksesan kepala sekolah dalam memimpin sekolah
di lembaga pendidikan dapat dilihat dari pola kepemimpinan yang diterapkan,
apakah pola yang diterapkan itu salah satu dari tipe kepemimpinan seperti otoriter,
laissez faire (bebas), demokratis, kharismatik, paternalistik, transformasional,
militeristik, atau menggunakan kombinasi dua atau tiga tipe kepemimpinan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat menentukan akan kesuksesan
lembaga pendidikan, seperti penelitian terhadap kepemimpinan Kepala sekolah di
SMP Raden Fatah Cimanggu, Dalam penelitian ini ditemukan ada beberapa hal
pokok yang telah dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dalam
membesarkan dan mengembangkan lembaga pendidikan dengan memaksimalkan
fungsi sekolah yaitu: Pertama, Kepala Sekolah mampu menciptakan atmosfer yang
-
3
mendorong siswa untuk belajar, melalui penciptaan lingkungan kondusif belajar,
melalui penyediaan fasilitas belajar, layanan khusus, inovasi pengajaran,
penyelenggaraan intra-ekstra kurikuler, pembelajaran yang bersifat individual, dan
kebermaknaan belajar melalui tumbuhnya motivasi dan kegairahan siswa dalam
belajar. Kedua, kepala sekolah sebagai pemimpin piawai memotivasi dan
mendorong para guru untuk memiliki komitmen tinggi terhadap kemajuan sekolah,
mengelola konflik secara efektif, menanamkan nilai-nilai kedisiplinan,
menyamakan visi, meningkatkan kesejahteraan yang kesemuanya itu
membutuhkan kemampuan para ustad untuk berkembang secara personal maupun
profesional. Kepala Sekolah menyadari bahwa guru merupakan salah satu kunci
bagi kesuksesan sekolah. Sehingga dampak dari kepemimpinan kepala sekolah
dalam memaksimalkan fungsi sekolah menjadikan SMP Raden Fatah Cimanggu
menjadi sekolah berprestasi. (Arifin. A. S : 2018).
Menurut Webstar, (Zaitun :2015 hal 4). dalam Hasbullah atau
institusi/lembaga yang secara khusus didirikan untuk menyelenggarakan proses
belajar mengajar atau pendidikan. Sebagai institusi, sekolah merupakan tempat
untuk mengajar siswa-siswa anak didik, tempat untuk melatih dan memberi
instruksi-instruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu
kepada siswa. Wahjosumidjo mengemukakan bahwa: “Sekolah adalah lembaga
yang bersifat kompleks dan unik”. Bersifat kompleks, menunjukkan bahwa sekolah
sebagai suatu sistem sosial di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling
berkaitan satu sama lain. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah
merupakan suatu organisasi yang memiliki ciri-ciri tertentu dan tidak dimiliki oleh
-
4
organisasi-organisasi lain, seperti tempat terjadinya proses pembelajaran dan
pembudayaan kehidupan manusia. (Zaitun: 2015 hal 3).
Masalah yang masih terjadi sampai sekarang, masih ada sekolah yang prestasi
belajar siswanya rendah, guru dan siswanya kurang disiplin, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran rendah, serta lambatnya staf tata usaha dalam
melayani kebutuhan siswa serta perangkat-perangkat sekolah yang tidak berjalan
secara maksimal. Masalah-masalah ini merupakan cerminan kurangnya
kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan stafnya, disamping rendahnya
etos kerja komunitas sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah seharusnya
mampu mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. (Nuryani : 2013).
Peran Kepala Sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah, tidak dapat
dilepaskan dari strategi kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Dalam
konteks persekolahan, kepala sekolah merupakan pemimpin yang menggerakkan
guru-guru agar mau berbuat sesuatu untuk mewujudkan program kerja yang telah
dirumuskan bersama. Kemampuan kepala sekolah dalam memimpin organisasi
dianggap dapat berpengaruh pada kinerja perangkat sekolah yang secara langsung
maupun tidak langsung berkontribusi pada keberhasilan yang dicapai oleh sekolah.
Sebagaimana yang terjadi pada SMP Muhammadiyah 12 yang senantiasa kepala
sekolah selalu memaksimalkan fungsi sekolah dalam meningkatkat kualitas
pendidikan.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Maskassar
merupakan salah satu amal usaha Muhammadiyah yang beralamat di Jl. Bonto
-
5
Daeng Ngirate No.22. Lingkungan SMP Muhammadinyah 12 Makassar terdapat
dua sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 9 dan Sekolah
Dasar (SD) Muhammadiyah Perumnas dan memiliki satu halaman. Ini sangat
mempengaruhi proses pembelajaran dan menghambat proses kerja perangkat
sekolah. Disamping itu keberagaman budaya, status sosial di antara guru, siawa di
lingkungan sekolah ini menimbulkan adanya kesenjangan antara mereka dalam
bekerja dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Infrastruktur dan media-media pembelajaran yang masih terbatas membuat
perangkat- perangkat sekolah bekerja kurang maksimal seperti pemberdayaan
laboratorium, perpustakaan, bimbingan konseling dan perangkat lainnya. Sekolah
sebagai unit sosial yang memiliki struktur yang saling mempengaruhi dan
perangkat-perangkat sekolah yang berintegrasi dan bekerja pada sesuai fungsinya.
Pemberdayaan perangkat-perangkat sekolah di SMP Muhammadiyah 12 makassar
melibatkan tenaga pendidik atau guru untuk menjadi tenaga Tata usaha dan
memberdayakan guru-guru untuk mengawal Shalat Dzuhur dan memberdayakan
organisasi kesiswaan (Osis) dan Hizbul Wathan untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan siswa dan sebagai wadah untuk penanaman ideologi
Muhammadiyah.
Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat di butuhkan untuk
memaksimalkan fungsi sekolah agar setiap prangkat-perangkat sekolah itu bisa
berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing, Agar fungsi sekolah sebagai tempat
proses pembelajaran baik itu pengetahuan, sikap dan ketrampilan bisa dilaksanakan
secara maksimal.
-
6
Uraian diatas maka Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ini sangat menarik
untuk diteliti lebih mendalam, karena tidak semua kepala sekolah mampu
melaksanakan tugas dan fungsi tersebut dengan baik dalam memaksimalkan fungsi
sekolah, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih mendalam, dengan
mengangkat judul “Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Memaksimalkan Fungsi Sekolah Di SMP Muhammadiyah 12 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan
Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar?
2. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
2. Untuk menganalisis Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP
Muhammadiyah 12 Makassar.
-
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Naskah Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan kepada
tenaga pendidik. Sebagai wadah untuk menjadikan referensi dalam
memecahkan masalah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang signifikan sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi peneliti
dan sebagai bahan kajian konsep pendidikan Sosiologi dll.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini dapat digunakan untuk melatih mengembangkan dan
mengupgrade siswa dalam kegiatan sosial ataupun iklim terkait
pembelajaran di sekolah atau penerapan dalam kehidupan masyarakat.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan guru
dalam proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan
Sekolah berkaitan dengan bahan ajar dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mempelajari Pola
Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah
yang terdapat pada penelitian ini.
-
8
E. Definisi Operasional
Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam memaksimalkan Fungsi Sekolah
adalah cara atau strategi kepala sekolah dalam memberdayakan sumber daya
sekolah melalui gaya-gaya kepemimpinan, bentuk-bentuk kepemimpinan yang
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar
dan merupakan organisasi pendidikan yang memiliki perangkat-perangkat sekolah
maka kepala sekolah harus mampu menggerakkan dan mempengaruhi seluruh
perangkat sekolah.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN KONSEP
1. Definisi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambar yang dipakai
untuk sesuatu. Pola dapat dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau bagian dari
sesuatu, misalkan dalam sebuah organisasi atau lembaga tertentu, dalam hal ini
digunakan dalam mengelola lembaga pendidikan yaitu sekolah dan yang berperan
penting adalah kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan dilihat dari sisi bahasa Indonesia “Pemimpin” sering disebut
ketua, kepala, pembimbing, penggerak. Sedangkan istilah pemimpin Merupakan
cara mempengaruhi orang dalam menjalanjakan perannya. (Akhmad : 2018).
Kepemimpinan diterjemahkan dari bahasa Inggris “Leadership”.
kepemimpinan diartikan sebagai hubungan antara Individu dan kelompok manusia,
yang memiliki kepentingan yang sama. ini ditandai oleh tingkah laku yang tertuju
dan terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin. Sutrisno menyatakan bahwa;
Kepemimpinan merupakan suatu proses yang melibatkan pemimpin dan para
pengikutnya, di mana sang pemimpin mempengaruhi mereka untuk melakukan apa
yang diinginkannya. (Firman : 2016).
Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Sekolah, Menurut Sri Dayanti, dikutip
oleh Jamal, Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “Kepala” dan “Sekolah”.
Kata “Kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi
-
10
atau lembaga. Sedangkan “sekolah” diartikan sebagai sebuah lembaga tempat
menerima dan memberi pelajaran. Maka kepala sekolah merupakan tenaga
fungsional guru dan memimpin yang menyelengggarakan proses belajar mengajar
di mana terjadi interaksi antar siswa dan guru dalam memberi pelajaran. (Bekti
:2016).
Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan Pola Kepemimpinan Kepala
Sekolah adalah cara atau strategi seorang pemimpin atau kepala sekolah dalam
mengelola Sekolah dengan memberdayakan sumber daya Sekolah serta perangkat-
perangkat sekolah untuk mencapai prestasi sekolah dan tujuan pendidikan.
2. Bentuk Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi,
membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain agar mau berbuat
sesuatu dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengeluarkan Standar
Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, standar tersebut
dibagi:
Kepribadian : a). Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi,
akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah, b).
Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin, c). Memiliki keinginan yang
kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah, d). Bersikap terbuka dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi, c). Mengendalikan diri dalam menghadapi
masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah, d). Memiliki bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
-
11
Manajerial : a). Menyusun perencanaan sekolah untuk sebagai tingkatan
perencanaan, b). Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan, c).
Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara
optimal, d). Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi
pembelajaran yang efektif, d). Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang
kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, e). Mengelola guru dan staf
dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal, f). Mengelola
sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal, g).
Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan
ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah, h). Mengelola peserta didik dalam
rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan
kapasitas peserta didik, i). Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional, j). Mengelola
keuangan sekolah sesuai dengan prinsip keuangan yang akuntabel, transparan dan
efisien, k). Mengelola ketatausahaan sekolah dalam upaya mendukung pencapaian
tujuan sekolah, l). Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran kegiatan peserta didik di sekolah, m). Mengelola sistem
informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan
keputusan, n). Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah, o). Melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan program pelaksanaan kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat. Serta
melaksanakan tindak lanjutnya.
-
12
Kewirausahaan : a). Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah, b). Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran efektif, c). Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, d). Pantang
menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah, e). Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi atau jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
Supervisi : a). Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru, b). Melaksanakan supervisi akademik terhadap
guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, c).
Menindaklanjuti supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Sosial : a). Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah, b).
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, c). Memiliki kepekaan sosial
terhadap orang atau kelompok lain. (Bekti : 2016).
Gaya Kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan
sering diterapkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh
dari tindakan seorang pemimpin baik yang tampak maupun tidak tampak oleh
bawahannya. ) Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah kepemimpinan yang bertindak
sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin
adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa yang diperintahkan harus
dilaksanakan secara utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak dapat dibantah
sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. b) Gaya Kepemimpinan
-
13
laissez faire Bentuk kepemimpinan ini menitik beratkan kepada kebebasan
bawahan untuk melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin
laissez faire banyak memberikan kebebasan kepada personil untuk menentukan
sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan sedikit
sekali memberikan pengarahan kepada personilnya. c) Gaya Kepemimpinan
Demokratis Bentuk Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis, terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan
perkembangan organisasi pendidikan. (Arifin: 2018)
Dalam menjalankan peran kepemimpinannya, seorang kepala sekolah akan
menerapkan sejumlah pola yang dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar
dalam menggunakan kekuasaanya untuk memengaruhi para guru, staf, siswa, dan
juga masyarakat yang berada di lingkungan sosial sekolah yang dipimpinnya.
Kepala Sekolah merupakan Pemimpin Pendidikan dalam tingkat operasional
yang berada pada garis depan yang mengkordinasikan upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Mulyasa (Nurssyifa :2019) menyebutkan bahwa untuk mendukung visi
dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan, 1) Kepala sekolah sebagai
educator (pendidik) Dalam melakukan fungsinya kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di
sekolah, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada
warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, 2)
Kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif,
memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
-
14
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah, 3) Kepala sekolah sebagai
administrator, kepala sekolah harus mempunyai keahlian di bidang administrasi,
yaitu mengawasi keseluruhan bagaimana data sekolah, persiapan sekolah tenaga
personalia sekolah, serta bagaimana pengelolaan keuangan sekolah, 4) Kepala
sekolah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan, 5) Kepala sekolah sebagai leader, Wahjosumijo
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter
khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. 6) Kepala sekolah
sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat, untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan mencari gagasan baru,
menginteggrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga
kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
inovatif, 7) Kepala sekolah sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Kepala sekolah merupakan penggerak dalam menentukan arah gerakan
melalui kebijakan yang ditetapkan dalam meningkatkan kulitas pendidikan. Kepala
sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan dapat mengembangkan
kepemimpinannya melalui upaya-upaya yang di lakukannya. Upaya yang di
lakuakan melalui kepemimpinannya (Ekosiswoyo: 2016) yaitu: 1).
Memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik lancar
-
15
dan produktif, 2). Menyelesaikan tugas dan dan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang ditetapkan, 3). Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan dan tujuan sekolah, 4) Menerapkan prinsip-prinsip efektifitas, efisian,
adil, bertanggung jawab dan akuntabel, 5). Bekerja dengan tim manajemen dan
melibatkan semua komponen sekolah.
Uraian diatas dapat di simpulkan bahwa bentuk kepemimpinan kepala
sekolah itu terlihat dari kepribadian, kemampuan dalam merencanakan,
mengorganisasikan dan mengawasi dalam setiap pelaksanaan proses pembelajaran.
Bentuk kepemimpinan dari kepala sekolah yaitu bagaimana kepala sekolah
menjalakan tugas dan fungsinya dalam memberdayagunakan sumber daya sekolah.
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah
Faktor Pendorong lainnya adalah dalam rangka melakukan peran dan
fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah tentunya memiliki pendukung yang kuat
dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai kepala sekolah. Adapun berbagai
pendukung keterampilan kepala sekolah yaitu seluruh stakeholder yang ada di
sekolah termasuk, guru, siswa dan masyarakat.
Keberhasilan Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas tergantung dari
kepemimpinannya. Efektivitas pengelolaan bidang, garapan sekolah dan kegiatan
pembinaan tergantung pada, efektivitas kerja personal sekolah. Apabila kepala
sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan para personal
secara tepat akan, bisa membawa, organisasi sekolah pada keberhasilan yang
optimal.
-
16
Faktor Penghambat dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah yaitu sarana dan
prasarana, lingkungan yang kurang kondusif, tata ruang sekolah yang tidak teratur,
media-media pembelajaran yang kurang mendukung dan kurangnya tenaga
pengajar serta pola komunikasi yang tidak efektif. faktor penghambat lainnya
adalah kemampuan memimpin yang kurang baik, rendahnya mental kepala sekolah
yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin
dalam melakukan tugas dan, seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah
yang masih sempit serta banyak faktor lain yang menghambat kinerja seorang
kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada lembaga yang
dipimpinnya. Ini mengimplikasikan, rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah
yang berimplikasi juga pada mutu. (Sri,dkk :2016).
Uraian diatas dapat disimpulkan faktor pendorong dan penghambat sangat
berpengaruh dalam kepemimpinan kepala sekolah ketersediaan sumber daya
sekolah dari tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana merupakan
tenaga pelaksana dan media pendukung dalam melaksanakan fungsi sekolah yaitu
sebagai tempat proses pembelajaran.
4. Sekolah
a. Pengertian Sekolah
Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni skole,scola, scolae atau skola
yang mempunyai arti “waktu luang” atau “waktu senggang” yakni waktu luang di
tengah kegiatan utama mereka bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa
kanak-kanak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah mempelajari waktu
-
17
berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang etika (moral: budi pekerti)
dan estetika (seni keindahan). (Maksum: 2016 hal.91).
Gorton, mengemukakan bahwa “Sekolah adalah suatu sistem organisasi, di
mana terdapat sejumlah orang yang bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan
sekolah,...” Sekolah merupakan satuan pendidikan yang memiliki fungsi mendasar,
yaitu sebagai wahana atau tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses
penanaman dan pengembangan potensi-potensi individu manusia, sehingga akan
membentuk insan manusia yang mulia. (Zitun : 2015 hal.3)
Talcott Parsons menyebutkan sekolah sebagai sistem, yang didalamnya
terdiri atas berbagai sub sistem. Sub sistem yang ada dalam sekolah, berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Interaksi di sekolah berlangsung dalam empat
kategori. Keempat kategori itu meliputi pimpinan sekolah, guru, pelajar,dan
karyawan non guru. sekolah merupakan suatu sistem sosial yang didalamnya
terdapat seperangkat hubungan yang mapan, yang menentukan apa yang terjadi di
sekolah. (Zitun : 2015 hal.3).
Pendapat diatas dapat di simpulkan sekolah merupakan lembaga pendidikan
yang berfungsi sebagai tempat transformasi ilmu pengetahuan, penanaman sikap
dan pengembangan keterampilan terhadap siswa dan sekaligus sekolah sebagai
penghasil sumber daya manusia yang terdidik.
b. Karakteristik Sekolah
Ciri khas sekolah adanya ruang belajar. Sekolah merupakan tempat yang
dinamakan sekolah itu merupakan satu kompleks bangunan, laboratorium, fasilitas
fisik yang disediakan sebagai pusat kegiatan belajar dan mengajar. Berdasarkan
-
18
pendapat itu maka sekolah mengandung dua makna, secara fisik sekolah terdiri dari
bangunan-bangunan gedung dan laboratorium, jadi sekolah dalam artian material.
Sedangkan yang non fisik terdiri dari sistem-sistem hubungan antara mereka yang
ditugaskan untuk mengajar (guru, pelatih dan lain-lain) dengan yang diajar (anak
didik). (Zitun : 2015 hal.4)
Uraian diatas dapat disimpulkan karakteristik sekolah dibagi menjadi dua
yaitu fisik dam non fisik. Fisik terdiri dari sarana dan prasarana sedangkan non fisik
terdiri dari Tenaga Pendidik dan kependidikan dan siswa.
c. Fungsi Sekolah
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang di dalam terdapat kepala
sekolah, guru-guru, staf dan peserta didik, memerlukan organisasi yang baik agar
jalannya sekolah itu lancar menuju kepada tujuannya. Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jalur
pendidikan sekolah, formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang (Pasal 1 ayat 10). Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu
lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik, mengajar, memperbaiki dan
memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.
Fungsi Sekolah itu sendiri adalah sebagai berikut. (Zitun : 2015 hal.7). 1).
Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan. disamping
bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, fungsi
sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan
melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual
dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral, 2). Spesialisasi;
-
19
sebagai konsekuensi makin meningkatnya kemajuan masyarakat makin bertambah
diferensiasi sosial yang melaksanakan tugas tersebut. Sekolah mempunyai fungsi;
sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, 3). Efisiensi; terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang
berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan
dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien, sebab apabila tidak ada
sekolah dan pekerjaan mendidik hanya harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini
tidak akan efisien, karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak
orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan dimaksud. Oleh karena itu
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu
dan sistematis. Di sekolah dapat mendidik sejumlah besar anak secara sekaligus.
Konsep Sosiologi Pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu sosiologi pendidikan
makro, sosiologi pendidikan meso dan sosiologi pendidikan mikro. Sosiologi
pendidikan meso, yang mempelajari hubungan-hubungan dalam suatu organisasi
pendidikan. Pada sosiologi pendidikan meso ini sekolah dipandang sebagai suatu
organisasi yang menjalankan aturan-aturan tertentu sehingga dapat mancapai suatu
tujuan. Di sini dibahas struktur organisasi sekolah, peran dan fungsi organisasi
sekolah, serta hubungan organisasi sekolah dengan struktur organisasi masyarakat
lainnya. Sekolah merupakan sebuah organisasi sekolah, yakni unit sosial yang
sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam
melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan bersama. (Noho : 2019).
-
20
Sekolah memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya. Talcot Parson, (Rasyid : 2015). Mempunyai pandangan terhadap fungsi
sekolah diantaranya:
1. Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Sekolah mengubah orientasi kekhususan ke
universalitas salah satunya yaitu, mainset selain mewarisi budaya yang ada juga
membuka wawasan baru terhadap dunia luar. Selain itu juga mengubah alokasi
seleksi (sesuatu yang diperoleh bukan dengan usaha seperti, hubungan darah,
kerabat dekat dan seterusnya) ke peran dewasa yang diberikan penghargaan
berdasarkan prestasi yang sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai seleksi dan alokasi, sekolah memberikan motivasi-motivasi
prestasi agar dapat siap dalam, dunia pekerjaan dan dapat dialokasikan bagi
mereka yang unggul.
3. Sekolah memberikan kesamaan kesempatan. Suatu sekolah yang baik pastinya
memberikan kesamaan hak dan, kewajiban tanpa memandang siapa dan
bagaimana asal usul peserta didiknya.
Kepala Sekolah harus menjadi agen perubahan di mana kepala sekolah harus
mengikuti perubahan yang ada. kepemimpinan kepala sekolah yang fungsional
sangat menentukan kemajuan dari, lembaga pendidikan yang dipimpinnya dan
dapat memberikan manfaat bagi warga sekolah terutama bagi guru dan siswa.
B. KAJIAN TEORI
1. Teori Sistem Sosial
Talcott Parsons mendefinisikan Sistem sosial hanya sebagai segmen “sub
sistem” dari apa yang disebut, Parsons sebagai teori tindakan. Parsons
-
21
mengorganisir sistem sosial dalam hal unit tindakan, di mana satu tindakan yang
dilakukan oleh seorang individu, adalah satu unit. Beliau mendefinisikan sistem
sosial sebagai jaringan interaksi antar aktor. Menurut Parsons, sistem sosial
bergantung pada sistem bahasa, dan budaya harus ada dalam masyarakat agar
memenuhi syarat sebagai sistem sosial.
Parsons dalam Ritzer dan Goodmans (2010:257) mempercayai bahwa ada
empat imperatif fungsional yang diperlukan seluruh sistem. Fungsi adalah “Suatu
gugusan aktifitas yang diarahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan
sistem”. Secara bersama-sama empat imperative, fungsional tersebut disebut
sebagai skema A.G.I.L. Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan empat
fungsi tesebut: a). Adaptasi adalah sistem harus mengatasi kebutuhan situasional
yang datang dari luar. harus beradaptasi dengan lingkungan dan, menyesuaikan
lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya, b). Goal attainment (pencapaian
tujuan) adalah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya,
c). Integrasi adalah sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional
tersebut (A, G, L), d). Latensi (Pemeliharaan Pola) adalah sistem harus melengkapi,
memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang
menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut. Parsons melihat sistem sosial
sebagai satu dari tiga cara di mana tindakan sosial bisa terorganisir.
Menurut Parsons masyarakat adalah Sistem Sosial yang dilihat secara total.
Jika sistem sosial dilihat secara parsial, maka masyarakat, itu adalah berupa jumlah
dari sekian banyak sistem yang kecil-kecil, misalnya keluarga, sistem pendidikan,
-
22
dan lembaga-lembaga agama. Parsons dalam teori sistem umumnya melihat suatu
nalogi diantara masyarakat dan lingkungannya merupakan suatu sistem yang
terbuka. Kedua hal, tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi, individu
ataupun kelompok merupakan bagian dari masyarakat. Setiap kehidupan
masyarakat memiliki norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan
mengatur perilaku. Menurut parsons yang utama bukanlah tindakan individual,
melainkan norma-norma dan nilai-nilai tersebut. (Syawaluddin : 2014).
Lembaga pendidikan merupakan satu kesatuan yang terorganisir dan
memiliki sistem untuk mengelola dan mengatur lembaga tersebut. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang memiliki struktur kepemimpinan dan komponen-
komponen sekolah mulai dari tenaga pendidik sampai pada sara dan prasarana,
semuanya itu adalah bagian dari sistem yang saling bekaitan dalam mencapai
tujuan. Maka komponen-komponen sekolah saling berkaitan dan memiliki
fungsinya masing-masing dan sangat berpengaruh pada prestasi sekolah. Mulai dari
kepala sekolah dalam memimpin sampai pada aktifitas-aktifitas sekolah yang
dilakukan.
2. Teori Struktural Fungsional
Teori Struktural Fungsional dinamakan juga sebagai fungsionalisme
struktural. Fungsionalisme struktural memiliki domain di teori Konsensus.
Masyarakat dalam perspektif teori ini dilihat sebagai jaringan kelompok yang
bekerja sama secara terorganisasi dan bekerja secara teratur, menurut norma dan
teori yang berkembang (Maunah: 2016).
-
23
Teori Fungsional Struktural mmenekankan pada unsur-unsur stabilitas,
Integritas, Fungsi, Koordinasi dan Konsensus. Konsep fungsionalisme maupun
unsur-unsur normatif maupun perilaku sosial yang menjamin stabilitas sosial. Teori
fungsional menggambarkan masyarakat yang merupakan sistem sosial yang
kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling
ketergantungan. (Juwita, dkk : 2020)
Pendidikan dalam teori struktural adalah sebuah satu kesatuan yang
terintegritas dan berjalan dengan teratur dan saling berhubungan. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting, sebagai lembaga
penyempurna setelah keluarga. Talcott Parson menyebutkan sekolah sebagai sistem
yang didalamnya terdiri atas berbagai sub sistem. Sub sistem yang ada dalam
sekolah berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Interaksi di dalam sekolah
berlangsung dalam empat kategorti. Keempat kategori itu meliputi pimpinan
sekolah, guru, pelajar dan karyawan non guru. Sekolah merupakan suatau sistem
sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan yang
menentukan apa yang terjadi di sekolah. (Juwita, dkk : 2020)
Sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan formal yang membutuhkan
pengelolaan dalam menjalankan fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat
berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman pengembangan potensi
individu manusia sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kepemimpinan Kepala Sekolah harus menjalankan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah dan mempunyai kemampuan manajemen. Menurut Kaplan
dalam Kresna mengatakan bahwa Fungsionalisme mempunyai kaidah yang bersifat
-
24
mendasar bagi suatu antropologi yang berorentasi pada teori, yakni metodologi
bahwa kita harus mengekplorasi ciri sistemik budaya, hal ini dikandung maksud
bahwa kita harus mengetahui bahwa bagaimana keterkaitan antara instuisi-instuisi
atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang
bulat, disamping itu para fungsionalis menyatakan pula bahwa fungsionalisme
merupakan Teoi tentang proses kultural. (Maunah: 2016).
Perspektif Fungsionalisme fokus utamanya terhadap persyaratan fungsional
atau kebutuhan dari suatu sistem sosial yang harus dipenuhi apabila sistem tersebut
survive dan hubunganya dengan struktur. pandangan tersebut, suatu sistem sosial
selalu cenderung menampilkan tugas-tugas tertentu yang diperlukan untuk
mempertahankan hidupnya dan analisis sosiologi yang mencakup usaha untuk
menemukan struktur sosial yang dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut atau yang
dapat memenuhi kebutuhan sistem sosial tersebut.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab utama
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, memberikan pelayanan terhadap siswa
dan mampu mengarahkan setiap perangkat-perangkat sekolah dalam mencapai
tujuan sekolah.
C. KERANGKA BERPIKIR
Pola kepemimpinan kepala sekolah merupakan cara untuk mempengaruhi
dan menggerakkan perangkat-perangkat sekolah untuk bekerja dalam mencapai
tujuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan penting dalam
kinerja perangkat sekolah mulai dari guru, staf dan peserta didik. Kepala sekolah
memiliki standar tugas dan fungsi yang sudah diatur dalam Menteri Pendidikan
-
25
Nasional Republik Indonesia yang memiliki kemampuan dan layak untuk
memimpin sekolah. kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan
dalam mengeluarkan kebijakan yang mampu meningkatkan prestasi sekolah.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang di mana menjadi tempat proses
pembelajaran dan sebagai sarana penanaman nilai serta mengembangkan potensi
siswa dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik. sekolah mengajarkan cara berfikir
ilmiah, rasional, kritis serta cenderung berfikir objektif. Sekolah juga berfungsi
sebagai difusi budaya (cultural difussion), kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang
kemudian diambil berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya.
Sekolah juga menanamkan sikap, nilai dan pandangan hidup baru yang
semuanya dapat memberikan kemudahan serta memberikan dorongan bagi
terjadinya perubahan sosial berkesinambungan. Maka kepemimpinan kepala
sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah harus di lakukan dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
-
26
Gambar. 2.1 Kerangka Pikir
KEPALA
SEKOLAH
FAKTOR PENDORONG DAN
PENGHAMBAT
Faktor pendorong
1. Motivasi dan Integritas Guru
2. Kegiatan Ekstrakulikuler
3. Sara dan Prasarana
Faktor penghambat
1. Penggunaan Sistem Sekolah Satu
Atap dengan jenjang berbeda
2. Persaingan penerimaan siswa
dengan sekolah lain
3. Rendahnya kemampuan mengajar
guru dalam menggunakan metode
4. Kurangnya Kesadaran dan Motivasi
Siswa
POLARISASI
KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH
1. Disiplin dan Tertib
2. Pengawasan
3. Model
Kepemimpinan
Demokratis
4. Peningkatan
kemampuan guru
SEKOLAH
GURU
1. Kemampuan
mengajar
2. Disiplin dan
tertib
administrasi
STAF SEKOLAH
1. Disiplin dan
integritas
2. Kemampuan
berkerja
dalam urusan
administrasi
sekolah
SISWA
1. Perubahan
perilaku
2. Prestasi siswa
-
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif Deskriptif dengan
pendekatan Fenomenologi. Menurut Creswell (2017), Penelitian Kualitatif adalah
proses untuk memahami masalah sosial berdasarkan metodologi yang berbeda.
Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor Penelitian Kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian yang terkait dengan judul penelitian yakni di SMP
Muhammadiyah 12 Makassar dengan waktu penelitian kurang lebih dua bulan
dilaksanakan selama masa pandemi Covid 19 dengan sistem bimbingan Ofline dan
online.
C. Informan Penelitian
Penelitian ini digunakan informan yang terdiri dari : 1). Informan kunci (key
informan) : kepala sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar 2). Informan utama
: guru, Staf Sekolah dan siswa SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
memaksimalkan fungsi sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar seperti
-
28
dengan melihat tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan sarana prasarana serta
faktor pendorong dan faktor penghambat.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mendukung tercapainya hasil penelitian maka peneliti menggunakan
alat bantu berupa Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh
penelitian pada saat melakukan pengamatan langsung di lapangan, Panduan
wawancara merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh
peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan peneliti yang akan dijawab
melalui proses wawancara, Catatan dokumentasi adalah data pendukung yang
dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa
gambar, data sesuai dengan kebutuhan penelitian, Kamera, ponsel sebagai alat
dokumentasi setiap kegiatan peneliti dan Buku catatan, alat tulis dan laptop sebagai
penunjang dalam penelitian ini.
F. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang
memenuhi kriteria penelitian melalui teknik observasi dan wawancara secara
langsung atau melalui whatsapp secara mendalam. Sedangkan data sekunder yaitu
sumber data yang memberikan informasi secara tidak langsung. Adapun sumber
data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen berupa
buku, jurnal, blog, web, dan arsip yang terkait dengan penelitian.
-
29
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Observasi
Pengamatan menurut Sutrisno Hadi dalam Andi Prastowo (2011: 220)
merupakan pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala
yang tampak pada objek penelitian. Pada dasarnya teknik observasi digunakan
untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan
berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas perbuatan tersebut.
Observasi dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas, keadaan dalam
sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
2. Wawancara
Wawancara menurut Sugiyono (2007: 72) adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat di kontruksikan
makna dalam topik tertentu. Wawancara menurut Andi Prastowo (2011: 212)
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Tanya jawab kepada
Narasumber atau informan pada penelitian, yaitu Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah 12 Makassar.
-
30
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2007: 82) adalah catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007: 216)
dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, dokumen sudah lama digunakan
dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.
Metode Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,
seperti arsip-arsip dan buku-buku tentang pendapat, teori atau hukum yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data yang
bersifat dokumenter seperti foto-foto pada saat kegiatan.
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, dengan pendekatan fenomenologi
maka lebih banyak bersifat uraian dari hasil observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta
diuraikan dalam bentuk deskriptif.
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Bilken dalam Moleong (2007:
248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutusakan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
-
31
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin
(2003: 70) yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo, dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak
relevan. Contohnya yaitu membuat suatu catatan, misalnya catatan wawancara.
Catatan tersebut dikumpulkan sampai jenuh, kemudian dipilih catatan yang
dianggap paling relevan dan menyisihkan data yang tidak terpakai, kemudian
dimunculkan dalam bentuk display.
2. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian
juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa
kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara
display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada.
Dalam pengertian ini analisis kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang, dan
-
32
terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara beruntun sebagai rangkaian
kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data telah dianalisis, dijelaskan dan
dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk medeskripsikan fakta yang ada di lapangan,
pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil
intisarinya saja.
Berdasarkan keterangan diatas maka setiap tahap dalam proses tersebut
dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang
dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan data dokumentasi melalui
metode wawancara.
I. Teknik Pengabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai waktu (Wiliam Wiersma,1986). Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
waktu (Sugiyono, 2007:273).
1. Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (memberchek) dengan sumber data (Sugiyono, 2007:274). Jadi tujuan
memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan
(Sugiyono, 2007:276).
-
33
2. Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara tergantung dengan
kesepakatan dengan informan kapan waktu yang tepat untuk melakukan proses
wawancara dan informan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.
Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274).
3. Triangulasi Teori
Memanfaatkan dua teori atau lebih untuk dipadu. Untuk itu di perlukan
rancangan penelitian, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap. Dengan
demikian akan dapat memberikan hasil yang lebih komperhensih. (Bachir : 2010).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, waktu dan
teori. Triangulasi dengan memanfaatkan sumber artinya membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan teori yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Triangulasi dalam penelitian
ini yaitu membandingkan hasil wawancara dari informan atau narasumber yang
menjadi subjek penelitian dengan objek penelitian, kemudian dibuktikan dengan
pengamatan peneliti dilapangan dan dikuatkan melalui cerita, dokumen atau arsip
tertulis.
-
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah SMP Muhammadiyah 12 Makassar
Setelah Muhammadiyah berdiri di awal tahun 1980-an, dalam rangka
memenuhi tujuan pendidikan Muhammadiyah yakni terbentuknya manusia muslim
yang berakhlak mulia, cakap terampil dan berguna bagi masyarakat terhadap dunia
pendidikan, maka pengurus Muhammadiyah Ranting Tidung merasa terpanggil
jiwanya untuk mendirikan sekolah sebagai amal usaha Muhammadiyah di bidang
pendidikan. Dibawah koordinasi Alm. Drs. H.M Hasyim Hamzah, SH., selaku
ketua ranting Muhammadiyah dan H. Abdul Razak MT, BA selaku ketua
Dikdasmen kota Makassar, maka dibentuklah panitia pembangunan sekolah pada
tahun 1981 yang diketuai oleh Bapak H.M. Nasrum.
Panitia memperoleh tanah wakaf dari Bupati Gowa Let. Kol. Mas’ud yang
seluas ±60 x 40 M2 dijalan Bonto Dg. Ngirate kecamatan Rappocini. Panitia
mengupayakan kepada pemerintah daerah agar diberikan bantuan berupa gedung
kepada Muhammadiyah Daerah Kota Makassar secara serentak. Maka berdirilah 3
komponen jenjang pendidikan di kompleks ini yaitu SD, SMP dan SMA. Pada
tahun ajaran 1982/1983, tanggal 18 Juni 1983 SMP Muhammadiyah 12 Makassar
berdiri dengan menerima siswa baru sebanyak ± 60 orang siswa sebagai angkatan
pertama. Hingga pada tahun 2015-2016 sekolah ini mengalami beberapa pergantian
kepala sekolah:
-
35
1. Drs. Harun Masruni Periode tahun 1983 - 1984
2. H.M Abd. Razak MT, BA Periode tahun 1984 – 1986
3. Amin Rauf B, BA Periode tahun 1986 – 1999
4. Dra. Hj. Shafiah Andi Patongai Periode tahun 1999 – 2006
5. Athifah Nur, BA, S.Pd.I Periode tahun 2006 – 2016
6. Nurmiati Halim, S.Ag Periode tahun 2016 –
Sekarang.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar ini terletak
di Jl.Bonto Dg.Ngirate, No.22, Kel. Bonto Makkio. Dalam lokasi sekolah ini,
terdapat 3 lembaga pendidikan di dalam satu lokasi yakni SMA Muhammadiyah 9
Makassar, SMP Muhammadiyah 12 Makassar, dan SD Perumnas.
Visi misi yang berjalan optimal akan tercapai tujuan yang dicitakan sesuai
rumusan visi misi, tanpa visi misi kegiatan di sekolah tidak akan berjalan secara
optimal dan terarah. Hal tersebut akan membahayakan kelangsungan prestasi suatu
sekolah. Oleh karena itu visi misi perlu bagi sebuah sekolah.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar selalu
menjunjung Sami’na Wa’atho’na terhadap aturan pemerintah dalam hal ini Dinas
Pendidikan Nasional yang selalu mengalami perubahan dan pergeseran dari waktu
ke waktu. Dari tahun ketahun SMP Muhammadiyah 12 Makassar mengalami
kemajuan dan perkembangan, meskipun lambat tapi pasti hal ini amat
menggembirakan dengan semakin meningkatnya minat orang tua untuk
mempercayakan kepada pihak sekolah untuk membina dan mendidik putra-putri
mereka di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
-
36
Pendidikan di wilayah perkotaan khususnya masih rendah karena program
pemerataan pendidikan belum membuat SMP Muhammadiyah 12 Makassar
mendapatkan pendidikan yang layak. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh
dalam dunia kerja, terutama pada era modern ini untuk mencari pekerjaan tidaklah
mudah karena yang berpendidikan tinggi saja masih banyak yang menganggur.
Penerimaan siswa baru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar dilaksanakan
dengan cara para peserta didik yang ingin mendaftarkan diri di SMP
Muhammadiyah 12 Makassar mengambil formulir dan mengisi formulir tersebut,
dilengkapi dengan lampiran berupa kartu keluarga dan akta kelahiran. SMP
Muhammadiyah 12 Makassar menerima siswa baru dengan melakukan ujian seleksi
dan yang dinyatakan lulus seleksi maka akan diterima sebagai murid baru di SMP
Muhammadiyah 12 Makassar. Sebagian kecil ialah siswa pindahan dari sekolah
lain.
B. Keadaan Lingkungan Sekolah
Lingkungan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar terbangun interaksi sosial
yang sangat harmonis dan rukun satu sama lain, saling menghargai dan
menghormati sehingga tercipta lingkungan yang kondusif, aman, tentram dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai kegotongroyongan. Masih jauh dari kata modern dan
kehidupan kota sehingga kehidupan perkotaan masih sangat terasa.
SMP Muhammadiyah 12 Makassar sendiri memiliki lingkungan yang
agamis. Sehingga Interaksi sosial yang ada di sekolah masih sangat terjalin dengan
baik. Interaksi antara siswa dan guru sangat baik begitupun dengan kepala sekolah,
-
37
wakil kepala sekolah dan yang lainnya termasuk masyarakat yang ada dilingkungan
SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
Saat Peneliti melakukan melakukan penelitian merasa sangat nyaman,
interaksi yang terjadi sangat baik dan ramah-ramah penduduknya, begitupun
dengan warga sekolah. Terlihat pada saat melakukan penelitian masih menyambut
dengan baik warga sekolah dan penduduk yang ada disana. Peneliti merasa
kehidupan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar nyaman, kekeluargaan, hubungan
kekerabatan yang sangat erat dan kompak.
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di SMP Muhammadiyah 12
Makasssar berawal dari jam 07 : 15 – 12 : 30, yang selalu diawali dengan pembacaan
Al- Qur’an (Tadarrus) ± 5 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai,
begitupun di akhir pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan shalat dzuhur
secara berjamaah.
Kegiatan ini merujuk pada visi misi Sekolah. Visi misi merupakan keperluan
pemangku kepentingan dalam mengelola sekolah, dengan harapan visi misi yang
ada di Sekolah dapat dijadikan sebagai panduan semua kegiatan proses
pembelajaran baik akademik atau non akademik. Sebab semua kegiatan akademik
atau non akademik bermuara dari visi misi sekolah.
Sekolah Menengah Sekolah (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar sendiri
tentu mempunyai visi misi yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan pendidikan
dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pada Bab 2 pasal 3 di mana visi misi SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebagai
berikut :
-
38
1. Visi
Menciptakan lulusan yang unggul dalam Imtaq dan Iptek.
2. Misi
a. Melakukan peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
b. Membentuk pribadi Muslim yang berakhlakul karimah dan memiliki
kepedulian sosial.
c. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Mengoptimalkan kegiatan pembinaan ortom.
e. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,
sehingga dapat berkembang secara optimal.
Mutu sekolah sangat bergantung pada proses pembelajaran ini yang ditunjang
oleh penyediaan fasilitas oleh sekolah, baik dalam bentuk fisik (sarana dan
prasarana) maupun kompetensi tenaga pengajar. Semakin baik fasilitas sekolah, dan
kualitas tenaga pendidik dan kependidikan akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berprestasi bagi Sekolah. SMP Muhammadiyah 12
Makassar memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang menunjang dan sarana
prasarana dalam proses belajar mengajar.
1. Guru
Guru bertugas sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran dan disinilah
kreatifitasnya dituntut untuk memberikan inovasi – inovasi dalam proses
pembelajaran sehingga, belajar memberi kesenangan yang berbeda dan siswa akan
merasa kerasan di sekolah dan tidak takut belajar.
-
39
Keadaan Guru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar memliki latar belakang
sosial dan pendidikan yang berbeda. Jumlah guru di SMP Muhammadiyah 12
Makassar 16 orang yang terdiri dari guru honor 3 orang, guru tetap yayasan 12
orang dan PNS 1 orang, status guru yagn beragam mempengaruhi pelaksanaan
proses belajar mengajar di sekolah. Mulai dari pada intensitas kehadiran sampai
pelaksaanan proses belajar mengajar pun berbeda misakan guru honor di SMP
Muhammadiya 12 Makssar mereka memiliki jam mengajar di sekolah lain sehingga
intensitas kehadiran di sekolah tidak setiap hari. Ketersedian tenaga pendidik di
SMP Muhammadiyah 12 Makassar cukup dan seimbang dengan jumlah sisiwa dan
jam mengajar.
2. Staf Sekolah
Staf sekolah merupakan pegawai non guru yang bertugas dalam Tata Usaha
merangkap pegawai Perpustakaan, dan penjaga Sekolah. Sedangkan diluar struktur
sekolah. SMP Muhammadiyah 12 Makassar memiliki tenaga administrasi dua
orang pelayanan administrasi sekolah selalu berjalan lancar dengan mulai dari
pelaporan-pelaporan sekolah administrasi siswa. Staf Sekolah SMP
Muhammadiyah merupaka tenaga honorer dan tenaga kontrak yayasan.
3. Siswa
Siswa, sebagai pelaksana pendidikan yang berhak mendapatkan pelayanan
dari pihak sekolah. Keadaan siswa di SMP Muhammadiyah Berdasarkan data
sekolah bahwa jumlah peserta didik 107 orang yang terdiri dari laki-laki 65 orang
dan perempuan 42 orang. Rata-rata usia peserta didik 6-15 tahun, usia ini
merupakan usia ideal bagi sesorang di tingkat sekolah menengah pertama.
-
40
Siswa SMP Muhammadiyah 12 Makssar semuanya beragama Islam dan
memiliki latar belakang keluarga yang berbada baik itu mulai dari segi pendapatan
orang tua dan lingkungan sosial sehingga terjadi kebaragaman di lingkungan
sekolah. Ha ini mengakibatkan ada klaster-kalaster di lingkungan sekolah. Namun
pada saat proses pembelajaran mulai semua siswa tertib dan di siplin dalam
mendengarkan pelajaran. Di sampaing itu siswa berperan aktif dengan kegiatan-
kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
4. Saran dan Prasarana SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
Sekolah membutuhkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung
berlangsungnya proses pendidikan. Jadi, sarana dan prasarana suatu alat yang
memiliki peran penting untuk kelancaran dan keberhasilan suatu proses dalam
ruang lingkup pendidikan. Sarana prasarana harus terpenuhi guna untuk
menyelenggarakan kegiatan agar lebih mudah dalam berlangsungnya kegiatan
tersebut. SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam miningkatkan proses belajar
mengajar maka harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dari
hasil observasi yang dilakukan SMP Muhammadiyah 12 Makssar keadaan sarana
dan prasarana masih dalam keadaan baik. Mulai dari ruang kantor, laboratorium
IPA Laboratorium Komputer, perpustakaan, Musallah. SMP Muhammadiyah 12
Memiliki 6 ruang kelas yaitu kelas VII terdiri dari kelas VII A dan VII B, kelas VIII
terdiri dari VIII A dan VIII B dan Kelas IX terdiri dari Kelas IX A dan IX B ini
seimbang dengan jumlah siswa di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
Keadaan Sarana yang menunjang proses pembelajaran masih kurang seperti
ketersedian LCD dan media-media belajar yang lain. Selain itu ketersedian Buku-
-
41
buku di perpustakaan juga masih kurang tetapi Buku-buku yang digunakan sesuai
dengan kurikulim yang di terapkan di SMP Muhammadiyah 12. Selain itu ada
sarana-sarana penunjang dalam kegiatan ekstrakulikuler yaitu SMP
Muhammadiyah 12 Makassar memiliki lapangan, dan ruangan pencak silat selain
itu alat-alat pun tersedia namun masih terbatas.
-
42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi
Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan suatu proses menggerakkan,
mengarahkan dan mengendalikan anggota organisasi serta mendayagunakan
seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar merupakan
amal usaha Muhammadiyah tentu ada upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah
melalui strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh
sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan.
Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan antara lain melalui
kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas,
kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas serta tradisi dan perilaku warga sekolah secara
kontinyu dan konsisten, sehingga tercapai fungsi sekolah secara maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu N.H (47) mengenai upaya-upaya
yang dilakukan oleh kepala sekolah SMP Muhamadiyah 12 Makassar
“Kami selalu membiasakan disiplin dan gembangan nilai-nilai Islami di
ilingkungan sekolah, terlihat dari pembiasaan yang dilakukan dengan
bertumpu pada Visi Misi sekolah SMP Muhamadiyah 12” (Wawancara, N.H.
08/09/2020)
-
43
Ibu N.H (47) mengatakan bahwa dalam kepemimpinannya selalu berdasarkan
visi misi sekolah dan SMP Muhammadiyah merupakan Amal usaha
Muhammadiyah sehingga setiap merumuskan program kerja harus sesuai dengan
visi misi dan organisasi Muhammadiyah. Maka upaya yang dilakukan adalah
pembiasaan Nilai-nilai keislaman di lingkungan sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tanggungjawab penuh dalam
menjalankan organisasi sekolah, mulai dari perencanaan program,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan sebagai usaha dalam
pengevaluasian. Dalam menjalankan kepemimpinan kepala sekolah SMP
Muhammadiyah 12 Makassar mempunyai pola-pola dalam menyusun strategi dan
program sesuai dengan keadaan sekolah yaitu tenaga pendidik dan kependidikan,
siswa dan sarana prasarana.
a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Dari hasil Observasi yang dilakukan bahwa keadaan tenaga pendidik dan
kependidikan intensitas kehadiran mereka di sekolah kurang dan tidak setiap hari
mereka hadir di sekolah ada guru yang kesekolah hanya pada saat ada jam pelajaran
apa lagi dalam keadaan pademi Covid 19 sehingga sebagaian guru melakukan
pembelajaran daring. Tetapi ada juga yang datang kesekolah untuk melakukan
pembelajaran secara langsung. (Observasi/21/9/2020).
Hal ini dipertegas lagi dengan hasil Wawamcara peneliti dengan kepala
sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar ibu N.H(47).
“kalau tenaga pendidik memang hampir sebagian besar guru di SMP
Muhammadiyah 12 Makassar memiliki jam mengajar di sekolah lain. Tetapi
-
44
kalau ada jam mengajarnya di sekolah pasti datang kecuali guru PNS dan
guru tetap di sekolah pasti dia datang terus” (Wawancara, N.H. 08/09/2020)
Senada dengan apa yang di katakan oleh bapak FM (30). Sebagai guru seni
budaya.
“iya saya punya jam di sekolah lain tetapi saya selalu datang dan
memberikan pelajaran bagi ketika ada jam mata pelajaran di
sekolah”(wawancar FM 24/09/2020)
Dari hasil Observasi dan wawancara bahawa kehadiran guru di sekolah sangat
kurang karena di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ada bebarapa guru yang
mempunyai jam pelajaran di sekolah lain sehingga mereka datang kesekolah itu
ketika ada jam pelajaran. Tetapi di pertegas ibu NH bahwa guru yang tidak
mempunyai jam pelajaran di sekolah lain harus selalu datang kesekolah. Di SMP
Muhammadiyah 12 Makassar juga ada perbedaan status guru, ada guru honorer dan
PNS. Tatapi dengan ketegasan yang dilakukan oleh kepala sekolah sehingga semua
tenaga pendidiki dan kependidikan tetap terlaksana tugasnya.
Hal ini dipertegas lagi dengan hasil Wawancara peneliti dengan kepala
sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar ibu N.H(47).
“ya walaupun ada guru yang mempunyai jam mengajar di sekolah lain saya
membolehkan karena mereka juga punya kebutuhan yang lain tetapi saya
tegasi pada saat ada jam pelajaran di sekolah harus hadir dan selalu saya
mengontrol setiap kegiatan pembelajaran dan perangkat-perangkat
pembelajaran mereka” (Wawancara, N.H. 08/09/2020).
Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu N
sebagai kepala staf tata usaha sekolah.
“kepala sekolah sangat disiplin dan tertib orangnya, tegas, sangat percaya
diri, jujur, amanah dan baik dan tidak membeda-bedakan status guru
semuanya sama”(Wawancara, N.10/09/2020)
-
45
Dari Hasil wawacara diatas bahwa Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 12
Makassar dalam kepemimpinannya menjunjung tinggi kedisiplinan dan tertib pada
aturan sekolah dan administrasi-administrasi sekolah, dengan bersikap tegas oleh
kepala sekolah memberikan dapampak positif sekolah dalam pelaksanaan proses
pembelajaraan, karena memang pada hakikatnya seorang pemimpin yang baik
harus bisa memberikan panutan kepada bawahannya, begitu juga yang harus
dilakukan oleh tenaga pendidik dan kependidikan.
Kepala Sekolah harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada warga
sekolah melalui proses pembelajaran, maka tugas pengawasan oleh kepala sekolah
harus di maksimalkan mulai dari kehadiran, model pembelajaran, memberikan
inovasi – inovasi dan perangkat-perangkat pembelajaran.
Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 12
Makassar ibu N.H (47).
“saya selalu mengntrol setiap proses pembelajar, perangkat-perangkat
pembelajaran guru, mulai dari silabus, RPP dan jadwal megajar guru”
(Wawancara, N.H. 08/09/2020).
Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu N.I.M (29).
sebagai guru mata pelajaran bahasa inggris.
“kepala sekolah selalu melakuna pengawasan tentang perangkat-perangkat
pembelajaran, seperti menanyakan tentang RPP, Laporan nilai dan kalau
ada guru yang telat masuk kelas ibu selalu mengingatkan” (Wawancara,
N.I.M.10/09/2020.
Dari hasil wawancara diatas bahwa kepala sekolah menjalakan tugas
pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja dari Guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar guru harus menggunakan
-
46
Rancangan Proses Pembalajar (RPP) sabagai pedoman, selain itu guru juga harus
memiliki kemampuan dengan menerapkan model pembalajaran yang kreatif dan
inovati agar siswa tidak bosan dalam menerima pelajaran.
Gambar : 5.1. Pengawasan langsung Kepala Sekolah terhadap administrasi
sekolah dan perangkat pembelajaran guru.
Pengawasan merupakan tugas pokok yang dijalankan oleh kepala sekolah
untuk melihat bagaimana kinerja dari tenaga pendidik dan kependidikan agar setiap
tenaga pendidik dan kependidikan lebih menunjukan integritas dalam bekerja. Guru
sebagai pendidik harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
Hasil wawancara peneliti dengan ibu N.H (47) sebagai kepal sekolah SMP
Muhammadiyah 12 Makassar.
“kalau kemapuan dari para guru semua memiliki standar dan mampu
melaksanakan tugas-tugasnya. Dan kalau model-model pembelajarankan
pasti di upgreid terus seperti “Mendorong atau mengikutkan guru dalam
kegiatan workshop/MGMP baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
sekolah itu sendiri”” (Wawancara, N.H. 08/09/2020)
Tambahan dari Ibu N.H (47).
“saya, selalu melakukan supervisi baik secara langsung melihat PBM
maupun cara wawancara dengan guru yang bersangkutan setiap semester
atau minimal 2x dalam setiap tahun ajaran”(Wawancara, N.H. 08/09/2020)
-
47
Ibu N.H (47) mengatakan bahwa ada berbagai upaya yang dilakukan oleh
kepala sekolah dalam meningkatkan kulialitas dari tenaga pendidik yaitu
Mendorong atau mengikutkan guru dalam kegiatan workshop/MGMP baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun sekolah itu sendiri karena guru merupakan hal
yang sentaral dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga kemampuan guru
harus di tingkatkan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat selain itu kepala
sekolah selalu melakukan supervisi sebagai bentuk evaluasi dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
Kepemimpinan Kepala Sekolah juga tidak terlepas pada pengambilan
keputusan dalam setiap penentuan kebijakan dan program kerja. Hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu N.H (47). sebagai kepal sekolah SMP
Muhammadiyah 12 Makassar
“Oh iya, dalam menetapkan program kerja atau kebijakan saya selalu
melibatkan guru-guru dan staf sekolah untuk memberikan pendapat,
masukan, yang sesuai dengan kebutuhan sekolah”(Wawancara, N.H.
08/09/2020).
Senada dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu N
(51) Kepala Tata usaha SMP Muahammadyah 12 Makassar.
“Ibu selalu melibatka kami dalam merencanakan program kerja dalam
menetapkan keputusan sehingga kami tau proses pelaksanaan, apa
hambatan-hambatanya dan ibu sealalu siap memberikan soslusi ketika ada
masalah. ”(Wawancara, N.08/09/2020).
Ibu N.H (47) mengatakan bahwa selalu melibatan tenaga pendidik dan
kependidikan dalam me