pola tanam

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan pola tanam yang berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas maupun kuantitas. Ada banyak jenis pola tanam dalam dunia pertanian. Ada yang menguntungkan kita namun merugikan alam, ada juga yang menguntungkan alam namun bagi kita kurang menguntungkan dari segi kualitas maupun kuantitas. Kita harus mengetahui berbagai macam tanam menanam serta pola nya yang baik bagi kita namun tidak merusak lingkungan. Dalam makalah ini kami akan mengupas tentang bagaimana menanam yang baik dan cara-cara pola tanam yang benar khususnya pola tanam lorong. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian pola tanam lorong 2. Untuk mengetahui manfaat dari pola tanam lorong 3. Untuk mengetahui cara menerapkan pola tanam khususnya pola tanam lorong 1.3 Manfaat Agar mahasiswa dapat mengatahui jenis tanam dan pola tanam yang baik bagi lingkungan dan bisa memberikan keuntungan dari segi kualitas maupun kuantitas.

Upload: sabit-abdullah

Post on 13-Feb-2016

252 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Tanam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan pola tanam yang

berbeda dapat menentukan tingkat produksi dalam kualitas maupun kuantitas. Ada banyak

jenis pola tanam dalam dunia pertanian. Ada yang menguntungkan kita namun merugikan

alam, ada juga yang menguntungkan alam namun bagi kita kurang menguntungkan dari segi

kualitas maupun kuantitas. Kita harus mengetahui berbagai macam tanam menanam serta

pola nya yang baik bagi kita namun tidak merusak lingkungan. Dalam makalah ini kami akan

mengupas tentang bagaimana menanam yang baik dan cara-cara pola tanam yang benar

khususnya pola tanam lorong.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pola tanam lorong

2. Untuk mengetahui manfaat dari pola tanam lorong

3. Untuk mengetahui cara menerapkan pola tanam khususnya pola tanam lorong

1.3 Manfaat

Agar mahasiswa dapat mengatahui jenis tanam dan pola tanam yang baik bagi

lingkungan dan bisa memberikan keuntungan dari segi kualitas maupun kuantitas.

Page 2: Pola Tanam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pola Tanam

Pola tanam atau (cropping patten) adalah suatu urutan pertanaman pada sebidang

tanah selama satu periode. Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan kosong atau lahan yang

sudah terdapat tanaman yang mampu dilakukan tumpang sirih. (saiful anwar, 2011).

Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada

sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman

selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami

selama periode tertentu. (Musyafa, 2011).

Faktor yang mempengaruhi pola tanam :

Ketersediaan air dalam satu tahun.

Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut.

Jenis tanah setempat.

Kondisi umum daerah tersebut.

Kebiasaan dan kemampuan petani setempat.

Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur.

Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang

sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan

waktu yang sama. (Wirosoedarmo, 1985).

Dalam pola tanam polikultur terdapat beberapa macam istilah dari sistem ini, yang mana

pengertiannya sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama tetapi

alasan dan tujuannya yang berbeda, yaitu :

Tumpang campuran yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan

dalam waktu yang sama dan umumnya bertujuan mengurangi hama penyakit dari jenis

tanaman yang satu atau pendampingnya. Tumpang sari yaitu menanam lebih dari satu jenis

tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur.

Tumpang gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama

selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panen. Tanaman pendamping yaitu

penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari satu tanaman sebagai pendamping jenis

tanaman lainnya yang bertujuan untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur

hara. Penanaman lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan

dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong tanaman berumur

Page 3: Pola Tanam

panjang atau tanaman tahunan. Pergiliran atau Rotasi tanaman yaitu menanam lebih dari satu

jenis tanaman yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk

memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman. (Wirosoedarmo, 1985).

Penggolongan sistem pola tanam tumpangsari antara lain :

1. Mixed Cropping 

Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam dilahan yang sama,

pada waktu yang sama atau dengan jarak/interval waktu tanam yang singkat, dengan

pengaturan jarak tanam yang sudah ditetapkan dan populasi didalamnya sudah tersusun rapi.

Kegunaan sistem ini dalam substansi pertanian adalah untuk mengatur lingkungan yang tidak

stabil dan lahan yang sangat variable, dengan penerapan sistem ini maka dapat

melawan/menekan terhadap kegagalan panen total. Pada lingkungan yang lebih stabil dan

baik total hasil yang diperoleh lebih tinggi pada lahan tersebut, sebab sumber daya yang

tersedia seperti cahaya, unsur hara, nutrisi tanah dan air lebih efektif dalam penggunaannya.

2. Relay Cropping 

Merupakan sistem pola tanam dengan penanaman dua atau lebih tanaman tahunan.

Dimana tanaman yang mempunyai umur berbuah lebih panjang ditanam pada penanaman

pertama, sedang tanaman yang ke-2 ditanam setelah tanaman yang pertama telah berkembang

atau mendekati panen. Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang ke dua dapat

melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu.

3. Strip Cropping/Inter Cropping 

Adalah sistem format pola tanam dengan penanaman secara pola baris sejajar rapi dan

konservasi tanah dimana pengaturan jarak tanamnya sudah ditetapkan dan pada format satu

baris terdiri dari satu jenis tanaman dari berbagai jenis tanaman. Kegunaan sistem ini yaitu

biasanya digunakan pada tanaman yang mempunyai umur berbuah lebih pendek, sehingga

dalam penggolahan tanah tidak sampai membongkar lapisan tanah yang paling

bawah/bedrock, sehingga dapat menekan penggunaan waktu tanam.

4. Multiple Cropping 

Merupakan sistem pola tanam yang mengarahkan pada peningkatan produktivitas lahan

dan melindungi lahan dari erosi. Teknik ini melibatkan tanaman percontohan, dimana dalam

satu lahan tumbuh dua atau lebih tanaman budidaya yang mempunyai umur sama serta

pertumbuhan dari tanaman tersebut berada pada lahan dan waktu tanam yang sama, dalam

satu baris tanaman terdapat dua atau lebih jenis tanaman.

Page 4: Pola Tanam

5. Tanaman Lorong ( Alley Cropping )

Sistem pertanaman lorong (alley croping) adalah suatu sistem di mana tanaman pangan

ditanam pada lorong (alley) di antara barisan tanaman pagar. (Romulo A. del Castillo, 1994).

2.2 Budidaya Lorong (Alley Cropping)

Budidaya lorong (alley cropping) merupakan salah satu teknik konservasi tanah dan

air yang telah lama diperkenalkan untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada

lahan kering atau berlereng, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani. Lahan

kering atau lahan berlereng merupakan sumber daya alam yang mempunyai peluang besar

untuk dimanfaatkan secara optimal.

Gambar.1 Budiaya Lorong

Alley cropping merupakan salah satu sistem agroforestry yang menanam tanaman

semusim atau tanaman pangan diantara lorong-lorong yang dibentuk oleh pagar tanaman

pohonan atau semak. Tanaman pagar dipangkas secara periodik selama pertanaman untuk

menghindari naungan dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman

pangan/semusim. Penanaman Lorong (alley cropping) di lakukan dengan menanam tanaman

yang berumur pendek, misalnya jagung diantara larikan tanaman yang dapat tumbuh tinggi

serta berumur tahunan, misalnya sengon. Pangkasan dari tanaman pagar (sengon) dapat

digunakan sebagai mulsa yang diharapkan dapat menyumbangkan hara terutama nitrogen

kepada tanaman lorong (Anonymous, 2011).

Page 5: Pola Tanam

Gambar.2 Alley Cropping Jagung dan Sengon

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman

2.3.1 Sengon

Klasifikasi tanaman sengon

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Paraserianthes

Spesies : Paraserianthes falcataria

1. Tanah

Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang

bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.

2. Iklim

Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl.

Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di

atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya

memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.

Page 6: Pola Tanam

3. Curah Hujan

Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut

zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel

dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas

curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga

tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.

Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap

kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan

kelembaban sekitar 50%-75%.

Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon. Pohon sengon merupakan pohon

yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam

keperluan.

3. Daun

Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang

sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan

kambingmenyukai daun sengon tersebut.

4. Perakaran

Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis

dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan

nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah.

Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur.

Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu

meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.

5. Kayu

Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang

kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk

berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu

sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi,

industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.

2.3.2 Mahoni

Klasifikasi tanaman mahoni

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Page 7: Pola Tanam

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Swietenia

Spesies : Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter 

mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna

cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu

dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah

tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning

kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sariputih, kuning kecoklatan. Buahnya

buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau

cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar dihutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat

dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.

Mahoni berdaun besar dapat tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian bervariasi antara 0-

1.000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.600-4.000 mm per tahun dan tipe

iklim A sampai D. Pada umumnya mahoni senang pada tanah yang bersolum dalam. Jenis ini

juga masih bisa bertahan pada tanah yang sewaktu-waktu tergenang air. Syarat Tumbuh

Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)

Menurut Nair, 2000 Tanaman mahoni ini merupakan tanaman tropis dan banyak

ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai.

Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai. Tanaman ini

menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung (tidak ternaungi).

2.3.3 Jagung

Kerajaan : Plantae

Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Page 8: Pola Tanam

1. Iklim

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah

beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di

daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.

Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah

hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian

biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim

hujan, dan menjelang musim kemarau.

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang

ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang

baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi

pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada

proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.

Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim

hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

2. Media Tanam

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh

optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Keasaman tanah erat hubungannya

dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan

tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan

aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.

3. Ketinggian Tempat

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah

pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian

optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman

jagung.

2.3.4 Kedelai

Klasifikasi Tanaman Kacang Kedelai

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Page 9: Pola Tanam

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max

1.Tanah

Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian,

untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam

pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait

dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor

lingkungan tumbuh yang lain. 

Upaya program pengembangan kedelai bisa dilakukan dengan penanaman di lahan

kering masam dengan pH tanah 4,5 – 5,5 yang sebenarnya termasuk kondisi lahan kategori

kurang sesuai. Untuk mengatasi berbagai kendala, khususnya kekurangan unsur hara di tanah

tersebut, tentunya akan menaikkan biaya produksi sehingga harus dikompensasi dengan

pencapaian produktivitas yang tinggi (> 2,0 ton/ha). 

2. Iklim 

Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan

kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Tanaman kedelai sangat peka terhadap

perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat

tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman,

serta umur varietas yang ditanam. 

a. Panjang hari (photoperiode) 

Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran

sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai

tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena

itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16

jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut

akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur

50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi

lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek. Perbedaan di atas tidak hanya

terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik dan subtropik, tetapi juga

terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi

(>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi

Page 10: Pola Tanam

mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah.

Kedelai yang ditanam di bawah naungan tanaman tahunan, seperti kelapa, jati, dan mangga,

akan mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

naungan yang tidak melebihi 30% tidak banyak berpengaruh negatif terhadap penerimaan

sinar matahari oleh tanaman kedelai. 

b. Distribusi curah hujan 

Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata

sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan

oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama

periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai

berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor

air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air

semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi

terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat

kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong.

Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia

berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat

kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan

pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya

cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila

kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang

optimal.

Page 11: Pola Tanam

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Teknik Budidaya Lorong

Sistem pertanaman lorong (alley croping) adalah suatu sistem di mana tanaman

pangan ditanam pada lorong (alley) di antara barisan tanaman pagar (Sariyata, Ketut., 2007).

Sistem tersebut biasanya diterapkan pada lahan yang tergolong kering, penanaman tanaman

tahunan seperti lamtoro, sengon, mahoni, dan lain sebagainya sebagai pagar, tanaman pagar

biasanya dimanfaatkan sebagai kayu untuk kebutuhan furniture, perlengkapan rumah, mupun

dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. 

Tanaman pagar secara ekologis difungsikan untuk menampung air, menyuburkan

tanah, meminimalisir potensi erosi dan longsor dan memicu peningkatan aktivitas

mikroorganisme sehingga cocok untuk ditanami tanaman semusim yang toleran. Tanaman

semusim yang toleran terhadap kekeringan misalnya jagung, kedelai, sorgum, singkong dan

lain sebagainya untuk ditanam diantara tanaman pagar. Tujuannya adalah untuk menunggu

masa panen tanaman pagar sehingga dari kegiatan tersebut tetap ada pemasukan.

Konservasi lahan kering penting untuk dilakukan karena tanah tersebut cukup luas

dan belum dapat dimanfaatkan secara optimal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu dilakukan kombinasi teknik lain, terutama

untuk menampung air guna memenuhi kebutuhan air tanaman semusim saat terjadi musim

kekeringan yang parah seperti membuat embung, dan rorak. 

3.2 Persyaratan Tanaman Pagar:

1. Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara cepat sesudah pemangkasan, dan

menghasilkan banyak hijauan

2. Tingkat persaingannya dengan tanaman lorong tidak begitu tinggi.

3. Sebaiknya mempunyai manfaat ganda seperti untuk pakan ternak, kayu bakar dan

penghasil buah supaya mudah diadobsi petani.

3.3 Penerapan Allley croping Tanaman Sengon, Mahoni, Kedelai, dan Jagung Pada

Lahan Kering

Tanaman pagar yang dipilih adalah sengon dan mahoni, pertimbangannya tanaman ini

bernilai cukup tinggi (kayu) dengan masa panen 5 – 6 tahun, ranting dan batang dapat

dimanfaatkan untuk kayu bakar, daunnya dapat dimanfaatkan sebagai mulsa ataupun kompos

Page 12: Pola Tanam

serta tanaman ini relatif tahan dalam kondisi kering. Adapun syarat yang harus diperhatikan

dalam pemilihan tanaman pagar, yaitu sebagai berikut :

1. Tahan pemangkasan dan dapat bertunas kembali secara cepat sesudah pemangkasan, dan

menghasilkan banyak hijauan

2. Tingkat persaingannya dengan tanaman lorong tidak begitu tinggi.

3. Sebaiknya mempunyai manfaat ganda seperti untuk pakan ternak, kayu bakar dan

penghasil buah supaya mudah diadobsi petani

4. Merupakan tanaman yang mampu mengembalikan unsure hara ke dalam tanah, misalnya

yang dapat menambat nitrogen (N2) dari udara.

5. Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi tanaman utama.

Efektivitas budidaya lorong pada lahan pertanian jagung dan kedelai dalam

pengendalian aliran permukaan dan erosi ditentukan oleh perkembangan tanaman pagar serta

jarak antar barisan tanaman pagar. Pada awal penerapan budidaya lorong jagung, kedelai

aliran permukaan dan erosi dapat menerobos tanaman pagar yang belum tumbuh merapat,

meskipun ditanam lebih dari satu baris tanaman. Pada kondisi demikian, tanaman pagar

kurang efektif dalam menghambat aliran permukaan dan menjaring sedimen yang terangkut,

sehingga dapat menghanyutkan pupuk dan bahan organik yang di butuhkan oleh jagung dan

kedelai. Setelah tanaman pagar berkembang, persaingan penyerapan air, unsur hara dan sinar

matahari antara tanaman pagar dengan tanaman jagung dapat mengurangi produksi tanaman

jagung yang dibudidayakan.

Pada lahan yang cukup luas dapat di tanami beberapa baris tanaman sengon, mahoni,

kedelai dan tanaman jagung, akan tetapi harus sesuai dengan jarak yang di perlukan agar

tanaman pagar dapat tetap melindungi dan menunjang pertumbuhan jagung, kedelai dan

supaya tidak terlalu terjadi persaingan dalam perebutan unsur hara tanah anatara jagung,

kedelai dengan sengon dan mahoni. Perlu diingat bahwa apabila jarak antar baris tanaman

pagar terlalu dekat, maka kompetisi tanaman pagar terhadap tanaman utama akan lebih

kentara dan jika terlalu jarang, keampuhan tanaman pagar menahan erosi akan berkurang.

Persaingan sinar matahari oleh tajuk tanaman sengon dan mahoni dapat diatasi dengan

memangkas tajuk tanaman sengon dan mahoni secara teratur selama musim pertanaman

komoditas tanaman jagung dan kedelai di lorongnya, tetapi persaingan penyerapan air dan

unsur hara oleh akar tanaman pagar sulit dihindari karena terus berkembang menyebar di

dalam tanah pada areal tanaman budidaya. Sisa tanaman hasil pangkasan tanaman pagar

disarankan untuk dikembalikan sebagai mulsa yang disebarkan di antara barisan tanaman

Page 13: Pola Tanam

budidya, sering dianggap sulit untuk dilakukan karena pangkasan cabang/ranting tanaman

sengon dan mahoni relatif lebih sulit mengatur penyebarannya. (Rachman, Abdurachman,

dan Haryono. 1995)

Pemupukan

Pemupukan pada Jagung dan kedelai pada umumnya dilakukan dengan cara membuat

lubang pupuk dengan tugal di sebelah kiri dan kanan lubang benih dengan jarak 7 cm dengan

kedalaman lubang 10 cm. setelah di masukkan pupuk, selanjutnya lubang di tutup kembali

dengan tanah. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan dengan cara yang sama, namun jarak

dari lubang benih adalah 15 cm.

Pemupukan SP-36, KCL, dan ZA di berikan sekaligus pada waktu tanam, sedangkan

Urea diberikan 2 kali atau 3 kali. Pemupukan urea kedua pada umur 6 minggu setelah tanam.

Pemberian 3 kali disarankan untuk tanah-tanah miskin hara dan tanah bertekstur pasir.

( Anonymousa.2012). Akan tetapi dalam pola tanam alley cropping, pemupukan dapat

dikurangi atau di ganti dengan sisa-sisa tanaman sengon dan mahoni yang sudah di pangkas

yang di gunakan sebagai pupuk atau mulsa vertikal.

Mulsa vertikal dapat dikembangkan sebagai alternatif untuk memudahkan pemanfaatan

sisa tanaman sengon dan mahoni di lahan pertanian. Tenik mulsa vertikal dapat di lakukan

dengan menambahkan sisa tanaman, seresah, pangkasan tanaman sengon dan mahoni ke

dalam saluran teras, rorak, atau ke dalam lubang-lubang peresapan air. Pemanfaatan sisa

tanaman sengon dan mahoni sebagai mulsa konvensional ini belum banyak diterapkan,

karena beberapa kesulitan yang di alami oleh petani dalam membersihkan sisa tanaman

sebelum melakukan pengolahan tanah dan menyebarkannya kembali di antara barisan

tanaman. Dengan sistem mulsa ini juga dapat di lakukan pengomposan sisa tanaman, seresah

gulma, dan lain sebagainya secara insitu (Brata,1995).

Pemangkasan

Tanaman Sengon dan mahoni harus sudah dipangkas setelah mencapai umur satu

tahun atau tingginya sudah mencapai 1,5 m sampai 2 m. Pada saat ini perakarannya sudah

cukup berkembang dan kuat. Pemangkasan bisa diulangi jika tanaman jagung dan kedelai

memerlukan lebih banyak cahaya atau apabila tanaman sengon dan tanaman mahoni sudah

mulai bersaing dalam hal tumpukan pangkasan batang air dan unsur hara. Pemangkasan

cabang akan menyebabkan matinya sebagian akar, sehingga pemangkasan mengurangi

persaingan akan cahaya dan perakaran sekaligus.

Page 14: Pola Tanam

Sebaiknya tanaman sengon dan tanaman mahoni dipangkas sebelum tanaman semusim

mengalami tekanan. Pada tanaman jagung dan tanaman kedelai, sebaiknya tanaman sengon

dan tanaman mahoni dipangkas pada saat penanaman, kemudian pemangkasan kedua setelah

tanaman sengon dan tanaman mahoni mencapai ketinggian 1 m atau setelah 30 – 45 hari.

Pemangkasan ketiga mungkin tidak perludilakukan apabila tanaman jagung sudah cukup

tinggi.(Brata,2000).

Tanaman pagar dapat dipilih misalnya sengon dan mahoni, pertimbangannya tanaman

ini bernilai cukup tinggi (kayu) dengan masa panen 5 – 6 tahun, ranting dan batang dapat

dimanfaatkan untuk kayu bakar, daunnya dapat dimanfaatkan sebagai mulsa ataupun kompos

serta tanaman ini relatif tahan dalam kondisi kering. Jarak tanam sengon dan mahoni, yakni

(2 x 10) m untuk bagian lebar pagar ditanami tanaman musiman ditanami jagung dengan

jarak tanam (25 x 75) cm, kedelai (20 x 20) cm. Berikut pola tanam alley cropping dalam

lahan seluas 1 hektar :

Keterangan :

: Tanaman Pagar (sengon dan mahoni)

------------------- : Tanaman Kedelai

------------------- : Tanaman jagung

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Budidaya Lorong

Kebutuhan air kedelai, jagung, dan sorgum memang reltif sedikit namun jika

kekeringan berlangsung lama maka pertumbuhannya kurang optimal. Air hasil penampungan

pada musim hujan tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman diatas jika diperlukan.

Alley cropping merupakan kombinasi antara tanaman tahunan (pagar) dan tanaman semusim

Page 15: Pola Tanam

yang dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga dapat menguntungkan secara ekologi,

ekonomi, dan sosial.

3.4.1 Keuntungan sistem pertanaman lorong:

1. Ekologi dapat menyumbangkan bahan organik dan hara terutama nitrogen untuk tanaman

lorong. Mengurangi laju aliran permukaan dan erosi apabila tanaman pagar ditanam

secara rapat menurut garis kontur. Terpaan angin dapat diminimalisir sehingga tanaman

musiman tetap dalam kondisi yang baik. Meningkatkan keanegaragaman hayati dan

keseimbangan agroekosistem.

2. Ekonomi dapat menghemat biaya pengolahan lahan karena tidak perlu dilakukan

pembajakan untuk menggemburkan tanah. Mengurangi biaya pemupukan dengan

memanfaatkan daun tanaman pagar untuk dijadikan kompos atau mulsa. Ranting pohon

tahunan dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar.

3. Sosial dapat meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi serta penggangguran dapat

dikurangi.

3.4.2 Kelemahan penanaman lorong

1. Tanaman pagar mengambil sekitar 5 - 15% areal yang biasanya digunakan untuk

tanaman pangan /tanaman utama. Untuk itu, perlu diusahakan agar tanaman pagar dapat

memberikan hasil langsung. Hal ini dapat ditempuh misalnya dengan menggunakan

gliricidia sebagai tanaman pagar dan sekaligus sebagai tongkat panjatan bagi vanili atau

lada. Cara lain misalnya dengan menanam kacang gude sebagai tanaman pagar.

2. Sering terjadi persaingan antara tanaman pagar dengan tanaman utama untuk

mendapatkan hara, air, dan cahaya. Cara mengatasinya adalah dengan memangkas

tanaman pagar secara teratur supaya pertumbuhan akarnya juga terbatas.

3. Tenaga kerja yang diperlukan untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar cukup

tinggi.

3.5 Analisis Usaha Tani

1. Tanaman sengon dan mahoni

Banyaknya pohon = (Luas lahan : Jarak tanam) = (10000 : (10 x2)) = 500 pohon

Harga tiap m 3 kayu = Rp. 800.000, Kayu bakar = Rp. 50.000

a. Pohon tinggi menghasilkan 1,5 m 3 x 800.000 = Rp. 1.200.000 x 500 pohon = Rp.

600.000.000

Page 16: Pola Tanam

b. Pohon menghasilkan 0,2 m 3 tiap tahun pada saat pemangkasan berarti selama 6 tahun

menghasilkan 1,2 m 3 x 50.000 = Rp. 60.000 x 500 pohon = Rp.30.000.000

Total = 600.000.000 + 30.000.000 = 630.000.000

c. Netto = total – (pengeluaran + kerusakan + transport) = 60 % x 630.000.000 = Rp.

378.000.000

2. Tanaman kedelai dan jagung (8000 m 2) = 1 tahun 1 kali tanam 2 kali berat Kedelai

(60%) 960 x Rp.6000 = Rp.5.760.000

3. Jagung (40%) (Luas jagung / luas lahan) x hasil = 1600 x Rp. 2500 = Rp. 4.000.000

Total = 5.760.000 + 4.000.000 = 9.760.000 x 6 tahun x 60% = Rp. 35.136.000

Keseluruhan = 378.000.000 + 35.136.000 = Rp.413.136.000

Monokultur

1. Kedelai tiap hektar rata – rata menghasilkan 2000 kg, harga 1 kg = Rp. 6000, maka

selama 6 tahun menghasilkan : 2000 x 6000 x 6 x 60% = Rp. 43.200.000

2. Jagung rata – rata menghasilkan 5000 kg tiap hektar, harga 1 kg = Rp. 2.500, maka

selama 6 tahun menghasilkan = 5000 X 2500 x 6 x 60% = Rp. 45.000.0000

Page 17: Pola Tanam

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pola tanam alley cropping antara tanaman sengon, mahoni, kedelai dan jagung mampu

memproduksi hasil panen serta keuntungan lebih banyak daripada penanaman dengan pola

tanam monokultur (menanam komoditas jagung saja atau kedelai saja). Tidak hanya

menguntungkan secara ekonomi saja, pola tanam alley cropping juga menguntungkan secara

ekologi seperti dapat membantu memperbaiki kandungan bahan organik dan hara dalam

tanah, mengurangi laju aliran permukaan dan erosi, melindungi tanaman Muslimah dari

terpaan angin dan mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dan keseimbangan

agroekosistem. Meskipun pola tanam alley cropping membutuhkan tenaga kerja yang cukup

tinggi untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman pagar tak sebanding dengan manfaat

serta keuntungan yang diperoleh dari pola tanam tersebut mengingat tenaga kerja yang

diserap untuk pola tanam alley cropping cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan

ekonomi masyarakat setempat dan angka penggangguran dapat dikurangi.

4.2 Saran

Page 18: Pola Tanam

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2011. Klasifikasi dan Morfologi Jagung. https://mukegile08. wordpress.com/2011/06/06/morfologi-dan-klasifikasi-tanaman-jagung/

Anonymous, 2011. Pertanian di Lahan Kering. http:// masarga.blogspot.com/ 2011/12/pertanian-di-lahan-kering.html

Aulia, 2012. Pola Tanam. http://aulia-nm.blogspot.com/2010/02/pola-tata-tanam

pola-tanam-adalah.html. diakses pada tanggal 29 November 2015

Brata, K.R. 1995. Peningkatan efektivitas mulsa vertikal sebagai tindakan konservasi tanah dan air pada pertanian lahan kering dengan pemanfaatan bantuan cacing tanah. J. Il. Pert. Indon 5(2):69-75.

Harjadi, 1979. http://pdf.kq5.org/doc/. diakses pada tanggal 29 November 2015

Martawijaya. A, I. Kartasujana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-JenisKayu Indonesia. Publikasi Khusus No. 41. LPHH, Bogor.

Musyafa’. 2012. http://Musafa’ _Al ihyar.blogspot.com// diakses pada tanggal 29 November 2015

Romulo A. del Castillo, 1994. Terjemahan Budiono. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Saiful Anwar, 2011. http://lampung.litbang.deptan.go.id/i. Diakses pada tanggal 29 November 2015

Wirosoedarmo. 1985. Dasar-dasar Irigasi Pertanian. Universitas Brawijaya: malang.