poli kultur
DESCRIPTION
bbbbbbTRANSCRIPT
SISTEM PERTANIAN TERPADU
POLIKULTUR SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANIAN BERKELANJUTAN
Disusun Oleh :
YOGA ANUNG ANINDITA (H0711113)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan
culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman
lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu
tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu
atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu
waktu contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah
dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya
penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman
jagung pada musim kedua.
Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh aspek lingkungan dan juga
sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha tani. Aspek lingkungan yang paling
berpengaruh adalah ketersiediaan air. Umumnya, pada daerah pertanian yang
curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak tersedia,
pola yang digunakan adalah pola polikultur. kebutuhan air untuk setiap jenis
tanaman sangat beragam. Curah hujan yang tidak merata mungkin tidak akan
mencukupi kebutuhan air untuk tanaman yang membutuhkan banyak air
seperti padi. Untuk meminimalisir gagal panen, maka pada musim di mana
hujan sangat minim, lahan ditanami dengan tanaman yang hanya
membutuhkan sedikit air, seperti jagung atau kacang hijau.
Dari sisi sosial ekonomi masyarakat, polikultur umunya
merupakan pola tanam yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan
yang tujuan usaha taninya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri
(subsisten). Pada sistem sosial yang demikian, terdapat kecenderugan bahwa
yang paling penting adalah tetap memperoleh hasil panen daripada
mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Menanam lebih dari satu jenis
tanaman menjadi semacam penjamin untuk tetap mendapatkan hasil panen.
Ketika salah satu komoditas tidak bisa dipanen, maka masih ada komoditas
yang lain yang bisa dipanen. Efisiensi penggunaan lahan juga digunakan
sebagai alasan untuk bertanam secara polikultur. Pada komoditas tanaman
yang jarak tanamnya renggang, masih ada ruang-ruang kosong diantara baris
pertanaman yang belum termanfaatkan. Polikultur merupakan usaha untuk
memanfaatkan tanah-tanah kosong tersebut.
Selain efisiensi penggunaan lahan dan diperolehnya hasil panen yang
beragam, pola tanam polikultur juga memiliki beberapa keuntungan. Yang
pertama, polikultur merupakan usaha untuk mengurangi ledakan populasi
organism pengganggu tanaman. Tanaman yang beragam dalam satu lahan
membuat hama dan penyakit tidak focus menyerang pada satu komoditas,
akibatnya, organism pengganggu akan mudah dikendalikan dan tidak
mengalami ledakan. Selain itu, seringkali, suatu tanaman dapat mengusir
keberadaan hama untuk tanaman lain, misalnya adalah bawang daun yang
dapat mengusir hama aphid dan ulat pada tanaman kubis.
Selanjutnya, polikultur seringkali mampu menambah kesuburan tanah
secara alami sehingga meningkatkan hasil komoditas utamanya. Misalnya,
penanaman kacang-kacangaan di sela-sela penanaman jagung dapat
meningkatkan kandungan N dalam tanah karena kacang-kacangan mampu
memfiksasi nitrogen dari udara. Dengan demikian, hasil tanaman jagung
dapat meningkat.
Selain terdapat beberapa keuntungan, pola tanam polikultur juga
memiliki beberapa kelemahan. Dengan semakin banyaknya populasi tanaman
dalam satu lahan, maka persaingan tanaman utnuk mendapatkan hara dan
faktor pertumbuhan lainnya juga akan semakin tinggi. Kompetisi yang tinggi
tidak jarang juga dapat mengurangi hasil tanaman. Semakin banyak tanaman
menyebabkan semakin banyak Janis hama yang menyerang. Dengan
demikian, pengendalian hama akan menjadi semakin sulit, walaupun tidak
sampai menyebabkan ledakan populasi hama. Keanekaragaman tanaman juga
akan mengurangi efisiensi dalam melakukan perawatan sehingga diperlukan
lebih banyak tenaga kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan jenis polikultur?
2. Apa Keuntungan dan kelemahan teknik polikultur?
3. Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam polikultur?
4. Bagaimana keterkaitan antara polikultur dan Pertanian Berkelanjutan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan jenis polikultur
2. Mengetahui Keuntungan dan kelemahan teknik polikultur
3. Mengetahui factor-faktor yang harus diperhatikan dalam polikultur
4. Mengetahui keterkaitan antara polikultur dan Pertanian Berkelanjutan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan jenis polikultur
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan
culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman
lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu
tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu
atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu
waktu contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah
dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya
penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman
jagung pada musim kedua.
Dalam hal ini, jenis pola tanam polikultur di bagi kedalam beberapa
jenis. Jenis jenis pola tanam polikultur terbagi menjadi ke dalam beberapa
pola tanam, di antaranya sebagai berikut :
1. Tumpang sari (Intercropping)
Pengertian Tumpangsari adalah pola penanaman lebih dari satu
jenis tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam
pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem
tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman
pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif
dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat
mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma
Keuntungan tumpang sari adalah sebagai berikut:
a. Dapat mencegah dan mengurangi pengangguran musim
b. Mampu memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
c. Adanya pengolahan tanah yang minimal sehingga tidak banyak
membuang tenaga, waktu dan fikiran
d. Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai
tambah.
e. Mampu mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen,
dapat diperoleh tanaman yang satu lagi.
Dalam budidaya pertanian, salah satu jenis tanaman yang dapat
dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman jagung adalah tanaman
kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari
karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai
dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas akibat adanya bintil akar pada
kedelai yang di sebabkan oleh bakteri rhizobium ( bakteri pengikat N ),
sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan
nitrogen pada tanaman kedelai.
Tanaman Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari
akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar
matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat
penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.
2. Tumpang gilir (Multiple Cropping)
Pola tanam ini dapat dilakukan secara beruntun sepanjang tahun
dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum.
Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja,
biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai
akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
b. Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal
dan meningkatkan produktivitas lahan
c. Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
d. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu
mencegah terjadinya erosi
e. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu
mencegah terjadinya erosi
f. Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk hijau
Sebagai contoh adalah tanaman jagung muda, padi gogo, kedelai,
kacang tanah, dll.
3. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)
Pengertian tanaman bersisipan (Relay Cropping) adalah pola tanam
dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman
pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda).
Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan.
Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk
pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin
jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai
ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.
Sebagai contoh adalah tanaman jagung yang disisipkan di antara tanaman
kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
4. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping )
Pengertian pola tanam tanaman campuran ( Mixed Cropping ) adalah pola
tanam atau penanaman yang terdiri dari beberapa tanaman dan tumbuh
tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu.
Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Sebagai
contoh adalah tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
5. Tanaman bergiliran (Sequential Planting)
Pengertian tanaman bergiliran ( Sequintial Planting ) adalah pola tanam
atau penanaman dengan dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan
secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru
ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.
6. Penanaman Lorong
Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan
atau lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.
B. Keuntungan dan kelemahan teknik polikultur
Setelah di uraikan lebih dalam dan mendetail tentang berbagai jenis
pola tanam dalam budidaya pertanian, perlu di ketahui bahwa pola tanam
monokultur dan polikultur masing masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dan kekurangan pola tanam monokultur dan
polikultur akan di sajikan dalam tabel seperti di bawah ini :
Tumpang sari Monokultur
Akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga
kerja, pemanfaatan lahan maupun
penyerapan sinar matahari),
Populasi tanaman (berbeda) dapat di atur
sesuai yang dikehendaki
Dalam satu areal diproduksi lebih dari satu
komonitas
Tetap mempunyai peluang mendapatkan
hasil manakala satu jenis tanaman yang
diusahakan gagal
Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan stabilitas biologis sehingga
dapat menekan serangan hama dan
penyakit serta mempertahankan
kelestarian sumber daya lahan dalam hal
ini kesuburan tanah.
Tidak terjadi peningkatan efisiensi
Tidak dapat mengatur populasi,
karena hanya terdapat satu jenis
Hanya memproduksi satu komonitas
Tidak ada peluang bila satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal
Kombinasi beberapa jenis tanaman
dapat menciptakan beberapa jenis
tanaman dapat menciptakan
stabilitas biologis sehingga dapat
menekan serangan hama dan
penyakit serta mempertahankan
kelestarian sumber daya lahan dalam
hal ini kesuburan tanah.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan
beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut :
a. Mengurangi serangan OPT
Budidaya monokultur dapat menyebabkan agroekosistem menjadi
tidak stabil. Ketidakstabilan agroekosistem masih dapat diperbaiki dengan
menambahkan keragaman tanaman pada suatu pertanaman dan lanskap
(Gillesman, 1999) yang disebut sebagai rekayasa ekologi (ecological
engineering). Keragaman tanaman yang tinggi dapat menciptakan
interaksi dan jaring-jaring makan yang mantap dalam suatu agroekosistem.
Keragaman tanaman dalam suatu agroekosistem merupakan konsep dasar
dalam pengendalian hayati (Noris dan Kogan 2006).
Peningkatan keragaman tanaman pada suatu agroekosistem dapat
dilakukan melalui praktek budidaya dengan sistem tumpangsari,
agroforestry atau dengan menggunakan tanaman pelindung atau penutup
tanah. Praktek budidaya ini telah umum dilakukan pada sistem pertanian
di Indonesia. Pada tanaman perkebunan, kapas selalu ditanam secara
tumpangsari dengan palawija (jagung, kedelai, kacang tanah atau kacang
hijau). Pada suatu agroekosistem dengan keragaman tanaman yang tinggi,
akan mempunyai peluang adanya interaksi antar spesies yang tinggi,
sehingga menciptakan agroekosistem yang stabil dan akan berakibat pada
stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies-
spesies yang tidak diinginkan (van Emden dan Williams 1974). Pada
pertanaman kapas yang ditumpangsarikan dengan kedelai, dilaporkan
mempunyai keragaman spesies parasitoid telur penggerek buah kapas
Helicoverap armigera yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada
pertanaman kapas monokultur (Lusyana 2005). Keragaman spesies
parasitoid telur yang lebih tinggi berakibat pada peningkatan kontribusi
mortalitas H. armigera oleh faktor mortalitas biotiknya.
Penambahan keragaman tanaman dalam program pengendalian
hama telah banyak dilakukan. Penambahan keragaman tersebut ditujukan
untuk meningkatkan populasi predator, misalnya dengan tata tanam strip
cropping kapas dengan sorgum (Slosser et al 2000). Tanaman kedelai yang
ditumpangsarikan dengan kapas dilaporkan dapat menarik predator, seperti
Kepik Mirid (Nabis spp.), kepik bermata besar (Geocoris spp.) dan laba-
laba (Anderson dan Yeargan 1998).
Peningkatan keragaman vegetasi melalui sistem tanam tumpangsari
merupakan praktek budidaya yang mudah diterima oleh petani. Walaupun
demikian, pemilihan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan
sistem tanam yang tepat perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan
produktivitas lahan yang optimal dan mempunyai keuntungan sosial dan
ekonomi yang sesuai dengan lokasi setempat (spesifik lokasi). Penerapan
sistem tumpangsari hendaknya tidak menurunkan produksi secara nyata
dari tanaman-tanaman yang dipadukan. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan tentang pengaturan jarak tanam, populasi tanaman, serta
umur panen untuk diterapkan dengan mempertimbangkan aspek
pengendalian hama dan produktivitas lahan yang optimal.
Dalam program pengendalian hama, penambahan keragaman
vegetasi bukan merupakan suatu strategi pengendalian yang dapat berdiri
sendiri (standalone tactic) dalam menyelesaikan masalah hama yang ada.
Teknik-teknik pengendalian hama yang penekanannya adalah
pengendalian ramah lingkungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam
yang telah ada untuk menuju sistem pertanian yang berkelanjutan, perlu
dikembangkan. Teknikteknik tersebut difokuskan pada optimalisasi peran
musuh alami sebagai faktor mortalitas biotik bagi serangga hama atau
sebagai penghambat perkembangan patogen penyakit. Misalnya bawang
daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena
mengeluarkan bau allicin.
b. Menambah kesuburan tanah, misalnya dengan menanam kacang-kacangan
kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri
Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Contoh lain dengan menanam
yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal
ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya
akan lebih gembur.
c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini
dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.
d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan
karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga
komoditas lainnya.
Akan tetapi, sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan
terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya
adalah :
a. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.
b. Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak
atau beragam.
c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.
C. Faktor yang perlu diperhatikan dalam Polikultur
Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam
penerapannnya yaitu :
1. Kebutuhan sinar matahari, pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang,
berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis
tanaman yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau
perlu naungan. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk
menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal
mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar
tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar
tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan
cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa)
dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan.
2. Kebutuhan unsur hara, adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit
unsur N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada
jenis tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman
kacang-kacangan. Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari
sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai
perakaran relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif
dangkal. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk
menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal
mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar
tajuk tanaman yang ditumpangsarikan.
3. Sistem perakaran, adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di
dalam tanah yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya. Jika sudah
mengenali pola penanaman terutama pola tanam polikultur, mari memulai
untuk menerapkannya dan semoga ulasan di atas sedikit banyak berguna
bagi kita.
4. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan
produksi secara optimal. Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari persiangan (penyerapan hara dan air)
pada satu petak lahan antar tanaman.
5. Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi
resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari.
Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun
penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit
tanaman lain yang ditumpangsarikan.
D. Keterkaitan Polikultur dengan Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berlelanjutan menitikberatkan pada penggunaan sumber
daya yang efektif dan efisien tanpa mengganggu lingkungan. Pertanian
berkelanjutan diharapkan dapat menjadikan keseimbangan lingkungan
tercapai. Penggunaan sumber daya dari alam diutamakan untuk
mengurangi kerusakan lingkungan.
Teknik polikultur dapat dikatan sebagai bagian dari pertanian
berkelanjutan. Pengendalian hama yang menggunakan pergiliran tanaman
dan pengurangan masukan unsur hara dapat menjadi alas an polikultur
termasuk pertanian berkelanjutan.
BAB III
KESIMPULAN
Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan
culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih
dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun.
Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu atau juga bisa
dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu waktu contohnya
adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah dalam satu lahan
dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya penanaman padi pada
musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman jagung pada musim kedua.
Dalam hal ini, jenis pola tanam polikultur di bagi kedalam beberapa
jenis. Jenis jenis pola tanam polikultur terbagi menjadi ke dalam beberapa pola
tanam, di antaranya sebagai berikut : Tumpang sari (Intercropping), Tumpang
gilir (Multiple Cropping), Tanaman Bersisipan (Relay Cropping), Tanaman
Campuran ( Mixed Cropping ), Tanaman bergiliran (Sequential Planting),
Penanaman Lorong
Beberara keuntungan polikultur adalah Mengurangi serangan OPT, Menambah
kesuburan tanah, Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, Memperoleh
hasil panen yang beragam. Teknik polikultur dapat merupakan bagian dari
pertanian yang berkelanjutan terutama jika dilihat dari aspek pengendalian hama
dan siklus unsur hara.
Akan tetapi, sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan
terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah :
a. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.
b. Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau
beragam.
c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.
Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dalam penerapannnya yaitu :
Kebutuhan sinar matahari, kebutuhan unsur hara, Sistem perakaran, ketersediaan
air, Antisipasi adanya hama penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Ajibefun, I.A., Battese, G.E., Daramola: Determinants Of Technical Effi ciency In Smallholder Crop Farming In Oyo State. Nigeria. Quarterly Journal of International Agriculture(2002) 41(3):226-240.
Anderson, A. C. dan Yeargan, K. V. 1998. Influence of soybean canopy closure on predator abundances and redation on Helicoverpa zea (Lepidoptera: Noctuidae) eggs. Environmental Entomology 27: 1488-1495.
Gillesman, S. R. 1999. Agroecology: Agroecological Processes in Agriculture. Ann Arbor Press, Michigan.
Lusyana, N. R. 2005. Keragaman parasitoid telur Helicoverpa armigera pada tanaman kapas (Gossypium irsutum L.) monokultur dan tumpangsari di Asembagus, Kabupaten Situbondo. Skripsi, Universitas Negeri Malang.
Noris, R. F. dan Kogan, M. 2006. Ecology of interactions between weeds and arthropods. Annual Review of Entomology 50: 479 – 503.
Nweke, F. New Challenges In The Cassava Transformation In Nigeria And Ghana. EPTD Discussion Paper No. 118. Environment And Production Technology Division(2004) .International Food Policy Research Institute 2033 K Street, NW. Washington, D.C. 2006 USA.
Ogunsumi, L.O, S.O. Ewuola and A. G Daramola. Socio-economic impact assessment of maize production technology on farmers’ welfare in Southwest, Nigeria. Journal of Central European Agriculture ( 2005) .6 (1): 15-26
Slosser,J. E., Parajulee, M. N. and Bordovsky, D. G. 2000. Evaluation of food sprays and relay strip crops for enhancing biological control of bollworms and cotton aphids in cotton. International-Journal-of-Pest-Management 46: 267-275.
Van Emden, H.F. and Williams, G. F. 1974. Insect stability and diversity in agroecosystems. Annual Review of ntomology 19: 455 – 475.