policy brief - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__pub/files57751pb_dampak_banjir.pdf · miliar dengan...

2
Strategi Penanggulangan Dampak Banjir Terhadap Keberlanjutan Usaha Budidaya Udang dan Ikan di Tambak Pesan Utama Ü Bencana banjir, baik disebabkan oleh tingginya curah hujan dan atau kenaikan permukaan air laut (rob) semakin sering terjadi di pesisir pantai utara pulau Jawa; hal tersebut berpotensi menghambat bahkan dapat merusak kegiatan usaha pembudidaya di tambak. Policy Brief ini secara khusus mengkaji dampak bencana banjir terhadap keberlanjutan usaha budidaya di tambak dan merumuskan strategi penanggulangan dampak bencana banjir terhadap usaha budidaya di tambak. Ü Bencana Bencana banjir menyebabkan hilangnya potensi produksi budidaya tambak di Kabupaten Karawang sebesar 4.647,4 ton dan Kabupaten Subang sebesar 7.154,7 ton. Ü Hasil estimasi total kerugian bencana yang digunakan adalah kumulatif dari kerugian operasional, kerugian hilangnya potensi keuntungan saat bencana, kerugian hilangnya potensi keuntungan pada proses pemulihan dan biaya perbaikan tambak. Estimasi total kerugian usaha budidaya tambak di Kabupaten Karawang sebesar Rp 88,83 miliar dengan luas wilayah terkena dampak seluas 10.458 Ha. Estimasi total kerugian usaha budidaya tambak di Kabupaten Subang sebesar Rp 266,71 miliar dengan luas wilayah terkena dampak seluas 10.050 Ha. Usaha budidaya tambak di Kabupaten Karawang didominasi oleh monokultur, sementara di Kabupaten Subang didominasi oleh polikultur. Ü Pemerintah pusat telah mengantisipasi dampak bencana terhadap sektor KP dalam bentuk PERMEN KP No 12/2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam yang Terkena Bencana Alam, namun masih diperlukan penyempurnaan terutama terkait sumber pendanaan penanggulangan bencana dan tata kelola penanggulangan bencana yang meliputi organisasi dan pengorganisasiannya (perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi). Ü Persepsi masyarakat terhadap ketepatan, efektifitas dan kecepatan penanggulangan bencana pada sektor KP masih rendah. Sementara itu, pembudidaya ikan dan udang di tambak menyikapi bencana banjir dengan mengembangkan jaringan sosial dalam sistem produksinya yang juga berperan sebagai jaminan sosial tradisional sebagai salah satu upaya pemulihan. Namun demikian kapasitas jaminan sosial dalam menghadapi bencana sangatlah terbatas dan lambat, terutama pada penyediaan sumber permodalan dan juga sumber input produksi seperti benih. Ü Rekomendasi kebijakan yang perlu dilakukan, yaitu: 1) Penyusunan pedoman perhitungan jumlah kerugian dan kerusakan pasca bencana, 2) Penyusunan Prosedur Operasional Standar bagi pelaksanaan penanganan bencana, 3) Penyempurnaan regulasi yang menaungi dan menjamin terlaksananya penanganan bencana pada KP; dan 4) mengoptimalkan UPT dan UPTD pembenihan untuk mengantisipasi bencana setiap tahunnya dalam rangka normalisasi ketersediaan benih di lokasi bencana. 1 4 sumber foto: pubdok sosek Tim Penyusun Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Penulis : Nendah Kurniasari, Sonny Koeshendrajana, Fatriyandi Nur Priyatna, Andrian Ramadhan dan Lindawati. Dewan Redaksi : Indra Sakti, Zahri Nasution, Sonny Koeshendrajana dan Tajerin Redaksi Pelaksana : Achmad Zamroni, Fatriyandi Nur Priyatna dan Andrian Ramadhan Layout : Ilham Ferbiansyah Informasi lebih lanjut http://bbpse.litbang.kkp.go.id/ © 2014BBPSEKP Implikasi Kebijakan Implikasi kebijakan yang diperlukan untuk mendukung rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menyusun dan mengembangkan model perhitungan jumlah kerugian dan kerusakan bencana yang disesuaikan dengan model perhitungan BNPB 2. Menyusun SOP pelaksanaan penanganan bencana 3. Menyempurnakan PERMEN-KP No 12/2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam Rakyat yang Terkena Bencana Alam 4. KKP dan Dinas KP mengalokasikan anggaran antisipasi bencana pada UPT dan UPTD pembenihan setiap tahunnya melalui skema pembiayaan yang diatur dalam revisi PERMEN-KP No 12/2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam Rakyat yang Terkena Bencana Alam DAFTAR ACUAN Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2013. Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Gempa Bumi Kabupaten AcehTengah dan Bener MeriahTahun 2013-2014. BNPB. Jakarta. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam Rakyat yangTerkena Bencana Alam. Policy Brief Vol 1, No 1 Tahun 2014 Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan

Upload: nguyenduong

Post on 28-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Strategi Penanggulangan Dampak Banjir Terhadap Keberlanjutan Usaha Budidaya Udang dan Ikan di Tambak

Pesan Utama

Ü Bencana banjir, baik disebabkan oleh tingginya curah hujan dan atau kenaikan permukaan air laut (rob) semakin sering terjadi di pesisir pantai utara pulau Jawa; hal tersebut berpotensi menghambat bahkan dapat merusak kegiatan usaha pembudidaya di tambak. Policy Brief ini secara khusus mengkaji dampak bencana banjir terhadap keberlanjutan usaha budidaya di tambak dan merumuskan strategi penanggulangan dampak bencana banjir terhadap usaha budidaya di tambak.

Ü Bencana Bencana banjir menyebabkan hilangnya potensi produksi budidaya tambak di Kabupaten Karawang sebesar 4.647,4 ton dan Kabupaten Subang sebesar 7.154,7 ton.

Ü Hasil estimasi total kerugian bencana yang digunakan adalah kumulatif dari kerugian operasional, kerugian hilangnya potensi keuntungan saat bencana, kerugian hilangnya potensi keuntungan pada proses pemulihan dan biaya perbaikan tambak. Estimasi total kerugian usaha budidaya tambak di Kabupaten Karawang sebesar Rp 88,83 miliar dengan luas wilayah terkena dampak seluas 10.458 Ha. Estimasi total kerugian usaha budidaya tambak di Kabupaten Subang sebesar Rp 266,71 miliar dengan luas wilayah terkena dampak seluas 10.050 Ha. Usaha budidaya tambak di Kabupaten Karawang didominasi oleh monokultur, sementara di Kabupaten Subang didominasi oleh polikultur.

Ü Pemerintah pusat telah mengantisipasi dampak bencana terhadap sektor KP dalam bentuk PERMEN KP No 12/2014 tentang Perl indungan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam yang Terkena Bencana Alam, n a m u n m a s i h d i p e r l u k a n

penyempurnaan terutama terkait sumber pendanaan penanggulangan bencana dan tata kelola penanggulangan bencana yang meliputi organisasi dan pengorganisasiannya (perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi).

Ü Persepsi masyarakat terhadap ketepatan, efektifitas dan kecepatan penanggulangan bencana pada sektor KP masih rendah. Sementara itu, pembudidaya ikan dan udang di tambak menyikapi bencana banjir dengan mengembangkan jaringan sosial dalam sistem produksinya yang juga berperan sebagai jaminan sosial tradisional sebagai salah satu upaya pemulihan. Namun demikian kapasitas jaminan sosial dalam menghadapi bencana sangatlah terbatas dan lambat, terutama pada penyediaan sumber permodalan dan juga sumber input produksi seperti benih.

Ü Rekomendasi kebijakan yang perlu dilakukan, yaitu: 1) Penyusunan pedoman perhitungan jumlah kerugian dan kerusakan pasca bencana, 2) Penyusunan Prosedur Operasional Standar bag i pelaksanaan penanganan bencana, 3) Penyempurnaan regulasi yang menaungi dan menjamin terlaksananya penanganan bencana pada KP; dan4) mengoptimalkan UPT dan UPTD pembenihan untuk mengantisipasi bencana setiap tahunnya dalam rangka normalisasi ketersediaan benih di lokasi bencana.

14

sumber foto: pubdok sosek

Tim Penyusun

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Penulis : Nendah Kurniasari, Sonny Koeshendrajana, Fatriyandi Nur Priyatna, Andrian Ramadhan dan Lindawati.

Dewan Redaksi : Indra Sakti, Zahri Nasution, Sonny Koeshendrajana dan TajerinRedaksi Pelaksana : Achmad Zamroni, Fatriyandi Nur Priyatna dan Andrian RamadhanLayout : Ilham Ferbiansyah

Informasi lebih lanjut http://bbpse.litbang.kkp.go.id/ ©2014BBPSEKP

Implikasi Kebijakan

Implikasi kebijakan yang diperlukan untuk mendukung rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menyusun dan mengembangkan model perhitungan jumlah kerugian dan kerusakan bencana yang disesuaikan dengan model perhitungan BNPB

2. Menyusun SOP pelaksanaan penanganan bencana3. Menyempurnakan PERMEN-KP No 12/2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak

Garam Rakyat yang Terkena Bencana Alam4. KKP dan Dinas KP mengalokasikan anggaran antisipasi bencana pada UPT dan UPTD pembenihan setiap tahunnya

melalui skema pembiayaan yang diatur dalam revisi PERMEN-KP No 12/2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam Rakyat yang Terkena Bencana Alam

DAFTAR ACUAN

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2013. Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Gempa Bumi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah Tahun 2013-2014. BNPB. Jakarta.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam Rakyat yang Terkena Bencana Alam.

Policy BriefVol 1, No 1 Tahun 2014

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan PerikananBadan Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

32

Perkembangan terakhir menunjukkan telah terjadi perubahan pola iklim dan semakin sering terjadi bencana alam. Bencana alam banjir, baik diakibatkan oleh tingginya curah hujan maupun kenaikan permukaan air laut (rob) berpotensi menghambat kegiatan usaha kelautan dan perikanan (KP), yaitu usaha nelayan maupun usaha pembudidaya udang/ikan di tambak. Upaya perlindungan keberlanjutan usaha maupun jaminan penghidupan pelaku usaha KP sangat diperlukan. Bencana alam banjir semakin sering terjadi dan sulit diprediksi. Bencana alam tersebut telah membawa kerusakan cukup nyata pada sektor KP, khususnya perikanan budidaya. Meskipun demikian, relatif sedikit data dan informasi yang terdokumentasi dengan baik. Hal ini menyebabkan pemerintah sulit menghitung dampak kerugian yang diderita masyarakat, khususnya pelaku usaha budidaya. Pada sektor KP, kebijakan penanggulangan bencana telah memiliki payung hukum (PERMEN KP No 12/2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam yang Terkena Bencana Alam), namun dirasakan belum efektif berjalan. Policy Brief ini membahas dampak bencana banjir terhadap keberlanjutan usaha budidaya tambak dan merumuskan strategi penanggulangan dampak bencana banjir.

II. Temuan UtamaDampak Bencana Banjir : Kerusakan dan Kerugian Usaha Tambak

Dampak bencana banjir yang dialami petambak terbagi menjadi dua yaitu kerugian usaha dan kerusakan sarana dan prasarana produksi. Kerugian usaha berasal dari

hilangnya modal yang telah ditanam dan potensi keuntungan yang hilang pada musim berjalan, potensi keuntungan yang hilang pada waktu pemulihan dan biaya pemulihan aset tambak (BNPB, 2013). Sementara kerusakan terdiri dari kerusakan sarana dan prasara produksi seperti kerusakan pematang dan pintu air serta kerusakan infrastruktur pendukung seperti jalan produksi dan tanggul irigasi.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh gambaran dampak bencana banjir sebagai berikut:

1. Bencana banjir menyebabkan hilangnya potensi produksi budidaya tambak di Kabupaten Karawang sebesar 4.643,3 ton dan di lokasi Kabupaten Subang sebesar 7.155,6 ton (Gambar 1).

2. Estimasi total kerugian akibat bencana banjir pada usaha budidaya tambak di Kabupaten Karawang sebesar Rp 88.834.510.667 dengan luasan bencana seluas 10.458 Ha. Sementara estimasi total kerugian akibat bencana banjir di Kabupaten Subang sebesar Rp 266.715.123.567 dengan luasan bencana seluas 10.050 Ha (Gambar 1).

3. Total kerusakan dari kedua lokasi tersebut berkisar antara 10-90 % dari sarana dan prasarana produksi tergantung dari letak lokasi tambak dengan total nilai kerusakan sebesar Rp 20.000.542.500 di Kabupaten Karawang dan Rp 21.115.151.515 di Kabupaten Subang. Kerusakan tersebut belum termasuk akibat kerusakan jalan produksi dan jebolnya tanggul.

I. Latar Belakang

Sumber: data primer diolah, 2014

Gambar 1. Dampak Banjir terhadap Perikanan Tambak di Kabupaten Karawang dan Subang

Overview Strategi Mitigasi dan Penanggulangan Dampak Banjir1. Payung hukum penanggulangan bencana pada sektor KP

tertuang dalam PERMEN KP No 12/2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya, dan Petambak Garam yang Terkena Bencana Alam, namun masih diperlukan penyempurnaan.

2. Sumber pendanaan penanggulangan bencana belum secara khusus diatur dan dialokasikan dalam penganggaran KKP. Selain itu, tata kelola yang ada hanya mengatur pada tingkat pusat dan belum mengatur secara rinci operasional di daerah.

3. Persepsi masyarakat terhadap ketepatan, efektifitas dan kecepatan penanggulangan bencana pada sektor kelautan dan perikanan masih rendah.

4. Secara tradisional masyarakat mengembangkan jaringan sosial dalam sistem produksi usaha budidaya yang juga berperan sebagai jaminan sosial tradisional (salah satunya saat terkena dampak banjir).

5. Namun kapasitas jaminan sosial ini dalam menghadapi bencana sangatlah terbatas dan lambat, terutama pada penyediaan sumber permodalan dan juga sumber input produksi seperti benih.

6. Perbaikan kerusakan infrastruktur berupa jalan produksi dan tanggul pada badan sungai tidak mampu ditanggulangi oleh masyarakat secara mandiri, sementara infrastruktur ini memegang peranan penting dalam usaha tambak.

Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat empat rekomendasi kebijakan yang perlu dilakukan berikut langkah strateginya (Tabel 1).

No Permasalahan Rekomendasi Strategi

1

Keterbatasan dalam perhitungan jumlah kerugian dan kerusakan yang dialami oleh petambak

Penyusunan pedoman perhitungan jumlah kerugian dan kerusakan pasca bencana

- Mengoptimalkan bagian atau koordinasi antar bagian yang menangani dampak dan mitigasi bencana lingkup KKP

- Memberikan keterampilan perhitungan secara cepat terhadap petugas.

- Melibatkan SKPD dalam perhitungan kerugian dan kerusakan akibat bencana

- Melakukan koordinasi dengan BNPB2

Belum ada mekanisme yang efektif dan efisien dalam penyaluran bantuan

Penyusunan SOP bagi pelaksanaan penanganan bencana

- Melakukan koordinasi dengan BNPB- Pembentukan satuan kerja hingga tingkat

daerah.

- Diterapkannya prinsip transparansi dan akuntabilitas

3

Belum sempurnanya regulasi agar

terlaksana penanganan bencana secara cepat dan tanggap

Penyempurnaan regulasi agar terlaksana penanganan bencana pada sektor KP secara cepat

- Penyempurnaan PERMEN - KP No 12/2014, terutama dalam pasal menyangkut sumber dana dan tata kelola penyaluran bantuan (organisasi dan pengorganisasian dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi)

4 Keterbatasan input produksi (benih) saat terjadi bencana

Mengoptimalkan UPT dan UPTD pembenihan untuk mengantisipasi bencana setiap tahunnya dalam rangka normalisasi ketersediaan benih di lokasi bencana.

- Mengalokasikan anggaran pada UPT dan UPTD pembenihan untuk mengantisipasi ketersediaan benih saat terjadi bencana setiap tahunnya

Tabel 1. Rekomendasi dan Strategi Pelaksanaan Rekomendasi Penanggulangan Dampak Bencana Banjir pada Perikanan Tambak.

STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK BANJIR TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA BUDIDAYA UDANG & IKAN DI TAMBAK STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK BANJIR TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA BUDIDAYA UDANG & IKAN DI TAMBAK