politik etnis masyarakat pendatang di kota palopo · politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran...

88
Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Politik Pada Jurusan Ilmu Politik da Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeristas Hasanuddin Oleh: Munauwarah E111 07 006 Program Studi Ilmu Politik Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar 2011

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

iv

Politik Etnis Masyarakat Pendatang

Di Kota Palopo

Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Politik

Pada Jurusan Ilmu Politik da Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univeristas Hasanuddin

Oleh:

Munauwarah

E111 07 006

Program Studi Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin

Makassar

2011

Page 2: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang
Page 3: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang
Page 4: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang
Page 5: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang
Page 6: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

v

ABSTRAK

Politik Etnis Masyarakat Pendatang di Kota Palopo. Munauwarah, Nim: E11107006, Program Studi Ilmu Politik dibawah bimbingan Drs. H. A. Ya’kub, M.Si dan Dr. Gustiana A. Kambo M.Si.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan memandang

kemajemukan etnis di Kota Palopo sebagai sebuah fenomena sosial, dimana

perbedaan etnis dapat berinteraksi satu dengan yang lain dalam tingkat politik

lokal. Penelitian ini memakai deskriptif analisis kualitatif, yang berusaha

menggambarkan peran etnis pendatang dalam pemilu legislatif di Kota Palopo.

Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri atas kelompok-

kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut

garis budaya masing-masing. Kemajemukan suatu masyarakat patut dilihat dari

dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan kemajemukan sosial. Politik etnis

diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam

salah satu kelompok etnis tertentu, yang kesadaran itu memunculkan solidaritas

kelompok.

Kota Palopo adalah salah satu kota dengan percampuran etnis sehingga

tercipta suatu multikulturalis yang harmonis. Etnis pendatang (Tionghoa, Jawa,

dan Makassar) sama-sama melakukan proses interaksi sosial dengan masyarakat

asli. Karakteristik masyarakat sosial politik pendatang di Kota Palopo masih

cenderung membuat kelompok berdasarkan ikatan emosional ini terjadi oleh

karena kesamaan yang mereka miliki.

Page 7: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN SKRISI ................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ....................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 11

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Politik Etnis ........................................................................ 12

B. Kelompok Masyarakat Pendatang .................................... 23

C. Kerangka Pikir .................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ................................................................ 34

B. Tipe dan Dasar Penelitian .................................................. 34

C. Sumber Data ...................................................................... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 36

E. Teknik Analisa Data ........................................................... 40

Page 8: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

vii

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kota Palopo .......................................................... 43

B. Letak Geografis .................................................................. 48

C. Keadaan Penduduk ............................................................ 49

D. Populasi Etnis Pendatang .................................................. 51

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Masyarakat Pendatang Dalam Lingkungan

Sosial Politik di Kota Palopo ............................................... 54

B. Peran Etnis Pendatang Dalam Arena Politik Pemilihan

Anggota DPRD di Kota Palopo ........................................... 66

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 75

B. Saran .................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 78

Page 9: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan sistem politik di tingkat lokal pasca orde baru dan

kebijakan-kebijakan desentralisasi ditandai dengan penerapan konsep

chek and balances kekuatan politik lokal dalam lembaga-lembaga politik

didaerah yang diantaranya adalah legislatif dan eksekutif. Peran dan

fungsi baik itu, lembaga legislatif daerah (DPRD) maupun Kepala Daerah

menjadi lebih besar dibandingkan pada masa Orde Baru.

Kecenderungannya kemudian berimplikasi pada pandangan beberapa

kelompok masyarakat diberbagai belahan wilayah di Indonesia yang

menempatkan pengertiannya masing-masing pada struktur masyarakat

dalam praktik politik dan konsepsi demokrasi.

Demokrasi tidaklah berdasar atas hak-hak mayoritas, tapi suatu

pengakuan bahwa semua adalah bagian dari suatu negara. Semua warga

negara mempunyai hak, bahkan bukan hanya sekedar hak tetapi

semacam dignitas politik supaya jangan sampai ada anggapan orang lain

sebagai musuh dengan melihat kondisi masyarakat Indonesia yang

majemuk serta realitas pluralitas tumbuh di dalamnya. Kegagalan untuk

mengakomodir pluralitas akibatnya adalah masifikasi kekerasan dan

potensi konflik horizontal. Kerjasama antara kesatuan sosial yang ada di

masyarakat, dan antara masyarakat dengan negara untuk memperbesar

Page 10: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

2

dan melembagakan tradisi toleransi menjadi upaya mendesak yang harus

dilakukan.

Membangun politik nasional secara demokratis memang sulit,

karena belum ada konsensus pada tingkat elit di parlemen tentang

bagaimana caranya untuk mengakomodir aspirasi masyarakat dan

sebagainya. Tapi paling tidak harus ada kesadaran bahwa salah satu

bagian pokok dari politik demokrasi adalah tidak terletak pada pemilu saja,

tetapi terdiri dari upaya dari tokoh-tokoh politik untuk mengembangkan

diskursus dan aktivitas politik yang lebih pluralis. Harus ada kerjasama

parlemen dan pemerintah. Dari sinergi itu barulah ada semacam

stabilisasi wilayah yang bisa menjaga pluralitas Indonesia itu.

Khusus di kota dan daerah bercorak multi-etnis dan multikultural

yang menampilkan jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang

miskin; masyarakat pribumi dan pendatang; serta mayoritas dan minoritas,

demokrasi bisa berarti mengelola dengan baik berbagai konflik

kepentingan dan perbedaan pandangan lewat kotak-kotak suara dan

praktik-praktik demokratis lainnya.

Kondisi seperti ini semakin nyata apabila kondisi kultural

mendorong terjadinya pembagian sumber daya yang tidak adil, disertai

minimnya pelayanan masyarakat. Keadilan menjadi tujuan utama, begitu

pula kehati-hatian menangani isu kultural sensitif yang kerap mengemuka,

misalnya dalam penetapan kebijakan politik sampai masalah kebijakan

Page 11: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

3

pendidikan. Sama halnya, pemilihan umum bisa-bisa terpolarisasi ke

dalam kutub-kutub kesukuan atau keagamaan.

Pada awal reformasi, terutama dengan hadirnya Undang-Undang

Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lebih dikenal

dengan Undang-Undang Otonomi Daerah); telah terjadi euforia yang

berlebihan. Segala hal yang bernuansa program pusat (sentralistik)

berusaha ditolak. Diantaranya adalah program transmigrasi yang tidak lain

merupakan hasil kebijakan yang memunculkan perpindahan penduduk ke

suatu daerah, mendapat penolakan di beberapa daerah1. Transmigrasi

kemudian tidak lain merupakan salah satu bagian dari fenomena

masyarakat pendatang.

Pada umumnya penolakan ditujukan pada proses sentralistik

penyelenggaraan transmigrasi tersebut, dan bukan kepada manfaat dari

program transmigrasi. Dampak dari penolakan tersebut otomatis juga

terimbas kepada masyarakat pendatang hasil program transmigrasi.

Mereka, karena mengacu kepada peraturan yang berlaku, setelah lebih 5

tahun dibina oleh pihak penyelenggara (Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi), diserahkan kepada Pemerintah Daerah setempat. Namun,

dalam kenyataannya, ada Unit Permukiman Transmigrasi (UPT)

bermasalah dan menjadi korban kebijakan. Pihak Pemerintah Daerah

merasa terbebani oleh eks UPT tersebut, sementara pihak penyelenggara

sudah lepas tanggung-jawab. 1 Harry Heriawan Saleh (2005): Transmigrasi Antara Kebutuhan Masyarakat dan Kepentingan Pemerintah. Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Cetakan Pertama. Jakarta. Hal 26

Page 12: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

4

Problema seperti ini merupakan situasi serba sulit bagi masyarakat

pendatang, yang dari segi apapun tidak mempunyai kapasitas, akses,

apalagi otoritas agar dapat keluar dari kemelut. Hal ini menjadikan desa-

desa eks UPT yang dihuni masyarakat pendatang seperti komunitas tak

bertuan. Pada awalnya UU Otonomi Daerah diharapkan semakin

mendekatkan jarak dan fokus pelayanan pimpinan daerah terhadap

rakyatnya. Namun, setelah sekian lama berjalan, pemimpin daerah

sebagai pelayanan publik tidak ada buktinya. Justru yang ada adalah raja-

raja kecil2.

Dari sekian banyak daerah sasaran program trasmigrasi dan

menjadi daerah tujuan masyarakat pendatang adalah Sulawesi selatan.

Daerah yang tidak lain merupakan bekas beberapa kerajaan Bugis dan

Makassar. Kecenderungan munculnya “raja-raja kecil” dan kelas

penguasa baru, haruslah putra “asli” daerah. Walaupun secara realistis

raja-raja kecil asli daerah tersebut banyak pula yang sejak lama tinggal

dan dilahirkan di pulau Jawa, dan baru pulang kampung setelah adanya

otonomi daerah. Bahkan dalam pemahaman dan orientasi permasalahan

kalau dibandingkan dengan masyarakat pendatang yang sejak kolonisasi

dalam program transmigrasi telah tinggal ditempat itu. Tetapi karena

pengakuan “darah keturunan”, maka para penguasa baru putra asli

daerah bersama kelompoknya merasa lebih berhak sebagai raja baru.

2Djoko Sidik Pramono. Prospek Penyelenggaraan Transmigrasi di masa depan. Makalah Dirjen PSKT Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, disampaikan pada seminar peringatan Hari Bakti Transmigrasi ke 53 tanggal 8 Desember tahun 2003 di Jakarta. 2003

Page 13: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

5

Dalam masalah tersebut di atas, keberadaan dan kehidupan

masyarakat pendatang dilihat dalam pertentangannya dengan masyarakat

telah mengakar keberadaannya disuatu daerah yang cenderung dominan,

adalah sebuah pendekatan untuk melihat masyarakat pendatang sebagai

kelompok minoritas dengan segala keterbatasannya dan dengan

diskriminasi dan perlakukan yang tidak adil dari mereka yang tergolong

dominan. Dalam perspektif ini, dominan-minoritas dilihat sebagai

hubungan kekuatan.

Kekuatan terwujud dalam struktur-struktur hubungan kekuatan, baik

pada tingkat nasional maupun pada tingkat-tingkat lokal. Bila kita melihat

minoritas dalam kaitan atau pertentangannya dengan mayoritas maka

yang akan dihasilkan adalah hubungan mereka yang populasinya besar

(mayoritas) dan yang populasinya kecil (minoritas). Perspektif ini tidak

akan dapat memahami mengapa golongan minoritas didiskriminasi.

Karena besar populasinya belum tentu besar kekuatannya.3

Hampir semua wilayah perkotaan di seluruh Indonesia bisa

diibaratkan sebagai tatanan masyarakat yang sangat beragam dan plural

struktur masyarakat yang terlihat mayoritas dan masayarakat masih

minoritas, sebagai konsekuensi dari arus perpindahan penduduk dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan sampai ke luar

negeri begitupun sebaliknya. Akibatnya, setiap kelompok masyarakat

3

Parsudi Suparlan. Masyarakat Majemuk, Masyarakat Multikultural dan Minorotas. Makalahdipresentasekan dalam Workshop Workshop Yayasan Interseksi, Hak-hak Minoritas dalam Landscape Multikultural. 2004

Page 14: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

6

dalam sebuah kota atau daerah akan menampilkan spektrum yang

memancarkan tiap kelompok etnis, ras, dan keagamaan sebagai bagian

dari karakteristik dan identitas mereka. Di banyak kota di Indonesia

dengan mudah dapat ditemukan berbagai kawasan yang dihuni kelompok-

kelompok beridentitas khas yang tampak sangat berbeda jika dilihat dari

tingkat lokal.

Eksistensi etnisitas dalam labelisasi politik Indonesia kontemporer

paling tidak dapat ditemukan dalam tiga dimensi utama: pertama, tuntutan

pengakuan identitas etnis. Kedua, adanya semacam keinginan untuk tetap

mempertahankan identitas etnis dan agama antar kelompok. Ketiga

perjuangan terhadap perlindungan hak-hak masyarakat adat terhadap

eksploitasi sumber daya alam yang mereka miliki. Dalam proses politik

dan demokrasi, masalah ini kemudian memunculkan banyak regulasi

maupun perundangan-undangan untuk mengatur sampai mengakomodir

persoalan adanya realitas etnisitas dalam lingkungan sosio-politik di

Indonesia.

Penetapan Undang-Undang Republik Indonesia tentang

Pemerintahan Daerah nomor 32 tahun 2004 dan perubahannya ke

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2008, pada tahun

2008 sebagai salah satu regulasi dalam menegakkan demokratisasi di

daerah-daerah di Indonesia adalah pemilihan legislatif secara langsung

oleh rakyatnya. Undang-undang ini merupakan hasil jerih payah kalangan

prodemokrasi untuk menjadikan negeri ini lebih demokratis untuk

Page 15: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

7

mengatasi persoalan-persoalan kemajemukan masyarakat yang mewarnai

berbagai daerah di Indonesia. Sehingga perlu upaya untuk mendukung

proses demokrasi secara penuh dengan pengawasan yang ketat agar

tidak menyimpang dari yang kita harapkan.

Sebagai salah satu dari proses demokratisasi merupakan proses

yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti (2003) menyatakan; urgensi

pemilu dalam kaitan demokrasi menjadi beralasan, ketika mencermati

fungsi pemilihan umum dalam sistem politik demokrasi dengan empat

alasan utama. Pertama, Pemilu merupakan prosedur dan mekanisme

pendelegasian sebagian kedaulatan rakyat kepada penyelenggara negara

(di pusat maupun di daerah). Kedua, Pemilu merupakan prosedur dan

mekanisme pemindahan perbedaan aspirasi dan pertentangan

kepentingan dari masyarakat ke dalam lembaga penyelenggara negara.

Ketiga, Pemilu merupakan prosedur dan mekanisme perubahan politik

secara teratur dan periodik baik perubahan arah dan pola kebijakan

publik. Keempat, Pemilu juga dapat digunakan sebagai prosedur dan

mekanisme untuk mewujudkan tatanan politik dan pola perilaku politik

yang disepakati bersama.

Namun terdapat berbagai kecendrungan ironi, dengan mengamati

praktik-praktik demokrasi dapat kita temukan beberapa ketimpangan

seperti dalam pemilihan langsung, baik kepala daerah maupun anggota

legislatif ketika diberlakukan; warga yang tinggal di desa eks UPT selaku

masyarakat pendatang hanya diminta dukungan suaranya, dan bukan

Page 16: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

8

untuk diakomodasikan atau dicarikan solusi atas problema yang

dihadapinya. Ini adalah realitas yang sangat menyedihkan, dan sebuah

tragedi terhadap hak-hak politik.

Partisipasi politik lokal semakin meningkat secara signifikan dengan

munculnya kepentingan perorangan maupun kelompok yang bisa dikataan

“politisi dadakan” di setiap daerah dalam ranah politik, kondisi yang

kemudian dimanfaatkan beberapa golongan untuk mencapai kekuasaan

baik itu ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota guna mendapatkan

kursi di parlemen atau legislatif dan jabatan birokratis di daerah.

Potensi modal budaya, seperti penggunaan simbol-simbol dan

atribut-atribut lainnya yang berlatar etnis yang terkonstruk dalam nilai-nilai

budaya lokal menjadi salah bentuk dari strategi politik dalam mendapatkan

dukungan untuk tujuan mencapai kekuasaan di parlemen bahkan di

birokrasi sekalipun. Begitu pula dengan masyarakat pendatang dengan

menggunakan atribut etnis yang menjadi salah satu identitas dan

karakteristik mereka dalam lingkungan sosio-politik, meski diasumsikan

adanya proses akulturasi telah berlangsung cukup lama antara pribumi

dan pendatang, namun fakta-fakta dari berbagai praktik etnisitas harus

turut kita cermati.

Fenomena politik yang bernuansa etnis di Kota Palopo merupakan

salah satu dari sekian banyak fenomena politik di tanah air yang

mengupas gencarnya semangat kembali ke etnisitas. Maraknya kembali

ke etnisitas akhir-akhir ini kembali menghiasi panggung politik Indonesia

Page 17: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

9

terutama pada tataran lokal, dimana sebagian kalangan malah

mengkhawatirkan akan kembali melahirkan ancaman terhadap integrasi

dan keutuhan bangsa.

Munculnya dinamika sosial-politik di Kota Palopo sebagai salah

satu kota pada masa sebelumnya merupakan sasaran transmigrasi dan

banyaknya masyarakat pendatang memunculkan potensi pergesekan

keagamaan dan kesukuan seperti yang telah banyak diulas serta kuatnya

penonjolan simbol-simbol primordial dalam pertarungan politik pada

tataran lokal. Gejala ini tampak pada pelaksanaan Pemilihan Anggota

DPRD pada April 2009. Dari aspek partisipasi politik, masyarakat

pendatang, masih kurang diakomodasi dalam memainkan peran dan

kedudukan dalam pranata politik, beberapa kedudukan politis dan

birokrasi masih didominasi oleh masyarakat setempat yakni masyarakat

Bugis Luwu. Meski masyarakat pendatang seperti Tionghoa dan Jawa

masih minoritas namun kedudukan dan peran mereka dalam tumbuh

berkembangnya kota Palopo cukup memberikan kontribusi.

Kesan egoisme kedaerahan yang dimunculkan oleh „putra daerah‟

ini disebabkan oleh menonjolnya sentra-sentra ekonomi yang lebih

banyak dikuasai oleh pendatang yang menjadi lahan pertarungan dalam

arena civil society. Etnis Tionghoa misalnya terlihat begitu mendominasi

sektor bisinis di kota Palopo, Etnis Jawa, Flores, Toraja dan lainnya lebih

banyak menduduki sektor-sektor jasa. Adapun peran masyarakat di kota

Palopo kurang lebih didorong oleh karakteristik etnis yang mewarnai kultur

Page 18: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

10

mereka. Persoalan ini kemudian juga turut berimpilikasi dalam berbagai

persoalan politik, kekuatan etnis asli yang masih mendominasi etnis

pendatang dan mendorong adanya sikap dari etnis pendatang dalam

beradaptasi dengan karaktiristik masyarakat setempat dalam berpolitik.

Pengkajian yang lebih merinci atas persoalan-persoalan ini menjadi

sangat menarik dengan hubungannya dengan wacana multikultural dan

pluralisme yang dinilai banyak kalangan belum tuntas pada tataran akar

kultural, sebab pada masa orde baru yang mengeluarkan kebijakan

transmigrasi lebih mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui praktek-

prektek ilmiah serta hasil-hasil yang telah dicapai telah memberikan

sedikit banyak gambaran tentang berbagai persoalan yang muncul dalam

dinamika masyarakat majemuk dalam aspek sosio-politik serta pemetaan

kekuatan simbol-simbol etnis dalam interaksi masyarakat kota Palopo

dapat diperlihatkan dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Dari hal tersebut penulis memfokuskan penelitian ini pada

kaitannya dengan bentuk perilaku yang dimunculkan dalam praktek-

praktek politik etnis pendatang dengan merumuskan beberapa

pertanyaan:

1. Bagaimana karakteristik masyarakat etnis pendatang di tengah

lingkungan sosial-politik Kota Palopo?

2. Bagaimana peran etnis pendatang dalam arena politik pemilihan

anggota DPRD di Kota Palopo?

Page 19: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan dinamika masyarakat etnis pendatang dalam

lingkungan sosio-politik Kota Palopo

b. Mendeskripsikan pandangan dan peran masyarakat etnis

pendatang dalam menanggapi masalah etnis pada proses politik

seperti pemilihan anggota DPRD dan Kepala Daerah di Kota

Palopo

2. Manfaat Penelitian

2.1. Manfaat Teoritis

a. Menjawab fenomena sosial politik yang ada khususnya

dalam perpolitikan lokal. .

b. Menunjukkan secara ilmiah mengenai pandangan politik

etnik di Kota Palopo.

c. Memperkaya kajian ilmu politik untuk perkembangan

keilmuan, khususnya kontemporer.

2.2. Manfaat Praktis

a. Memberikan bahan rujukan kepada masyarakat yang

berminat dalam memahami realitas politik etnik.

b. Memberikan informasi kepada praktisi politik memahami

realitas politik etnik.

c. Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana

ilmu politik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 20: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

12

Dalam bab ini dimaksud untuk menguraikan beberapa konsep dan

teori yang berkaitan dengan penelitian ini akan dibahas tiga aspek,

sebagai berikut: politik etnis, masyarakat pendatang, dan bagian-

bagiannya aspek tersebut akan diurai lebih lanjut.

A. Politik Etnis

Dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk

menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian

warga untuk membawa masyarakat kearah kehidupan yang harmonis.

Usaha untuk mencapai the good life ini menyangkut bermacam-macam

kegiatan antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem

serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Masyarakat mengambil

keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan sistem politik itu dan hal

yang menyangkut pilihan antara beberapa alternatif serta urutan prioritas

dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Munculnya politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang

mengidentikkan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu,

yang kesadaran itu memunculkan solidaritas kelompok. Dari teoritisi

poststrukturalis kemudian postmodernitas yang mengkritik modernitas

khususnya terhadap wacana etnis dalam konteks politik (ethnic politic).

Politik Etnis adalah tindakan politik yang diarahkan dengan

menggunakan etnis sebagai kekuatan politik.4 Etnis dapat menjadi sebuah

4 Http/politik/etnis/www.google.com

Page 21: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

13

dukungan moral dalam penentuan pilihan politik. Dalam pelaksanaaannya,

kegiatan politik tidak dapat disangkal, disamping segi-segi yang formal

juga mencakup segi-segi yang kultur suatu masyarakat yang melekat

pada perilaku suatu suku bangsa, hal ini disebabkan karena publik

mencerminkan tabiat perilaku kelompok masyarakat. Tidak heran jika

dalam realitas sehari-hari kita sering kali berhadapan dengan banyak

kegiatan yang berhubungan dengan masalah keberadaan suatu kelompok

etnis.

Suatu pandangan oleh James D. Fearon, mengemukakan bahwa

etnik di politisasi ketika koalisi politik di organisir berdasarkan garis etnik

atau ketika akses untuk kepentingan politik maupun ekonomi tergantung

etnik. Pandangan lain, Rothschild dalam Ethnopolitics: A Conceptual

Framework, mengutarakan bahwa politik etnik adalah; (1) membuat

seseorang mengetahui dan sadar akan keterkaitan politik dengan nilai-

nilai budaya etnik mereka dan sebagainya; (2) untuk mendorong perhatian

mereka mengenai keterkaitan kedua hal tersebut; (3) untuk memobilisasi

mereka kedalam kesadaran etniknya dan; (4) mengarahkan prilaku

mereka kedalam aktifitas arena politik pada basis kesadaran, perhatian,

kesadaran kelompok. Politisi etnik seperti itu bisa meningkatkan,

memperlambat, atau menghapuskan keadan integrasi politik, dapat

melegitimasi sistem politik mereka, dan menstabilkan atau mengukir

pemerintahan dan rejim mereka.

Page 22: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

14

Alesina Baqir dan Easterly berpendapat bahwa kelompok etnik

punya pilihan yang berbeda dalam sumber daya publik, dan

keanekaragaman seperti itu mengarah ketetapan kumpulan yang lebih

rendah. Feron menunjukkan jika kelompok etnik mayoritas dan minoritas

dalam keadaan yang baru mengantisipasi pilihan yang bertentangan pada

beberapa kebijakan publik, kemudian etnik mayoritas punya masalah

dalam melakukan kebijakan dua sisi tersebut mengarah pada konflik

kekerasan. Konflik etnik muncul ketika bentuk koalisi etnikuntuk membagi

suatu keuntungan besar daru hasrat sumber daya umum, yang susah

dijelaskan dalam model-model dimana tindakan datang dari asumsi

mengenai pilihan berlawanan pada jenis sumber daya.

Handelman membedakan empat tingkat perkembangan yang

dipertunjukkan di dalam komunitas budaya manusia, yakni:

1. Kategori Etnis, keterhubungan seseorang dengan masyarakat

merupakan suatu ikatan yang agak longgar dan sekadar suatu

gambaran adanya perbedaan budaya antara kelompoknya

dengan dunia luar.

2. Jaringan Etnis sudah terdapat interaksi yang teratur antara anggota-

anggota etnis tersebut sehingga dengan jaringan tersebut terjadi

distribusi sumber-sumber antara anggotanya. Pada tingkat

asosiasi etnis, para anggotanya telah mengembangkan minat yang

sama dan membentuk organisasi-organisasi politik dalam

Page 23: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

15

pernyataan-pernyataan kolektif, contohnya Persaudaraan Saudagar

Bugis-Makassar yang sudah mempunyai agenda kegiatan rutin.

3. Tingkat Masyarakat Etnis (ethnic community) kelompok masyarakat

tersebut telah memiliki teritori yang tetap serta terikat di atas

organisasi politiknya seperti misalnya yang terlihat di dalam suatu

negara nasional (nation state) kombinasi dari sifat-sifat tersebut yang

pada dasarnya terdapat ikatan antar anggotanya sebagai suatu

kelompok.

Kelompok etnik sebagai sekelompok penduduk yang mempunyai

sifat-sifat kesamaan kebudayaan seperti bahasa, adat istiadat, perilaku

budaya, karakteristik budaya dan sejarah. Dari pengertian ini, kelompok

etnik dapat dipandang sebagai unit-unit kebudayaan maupun sebagai

tatanan organisasi. Sebagai unit kebudayaan kelompok etnik memiliki

sistem kebudayaan sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungannya,

kelompok ini memiliki nilai yang dijunjung tinggi, jika mereka

menggunakan identitas etnik dalam mengkategorisasikan dirinya dengan

orang lain untuk tujuan interaksi maka terbentuklah kelompok etnik

sebagai tatanan sosial.

Maraknya proses demokrasi yang sejalan dengan politik

desentralisasi dimana pemerintah pusat memberikan hak dan keluasaan

kepada pemerintah daerah untuk memperoleh kebebasan dan pengakuan

politik dalam pemilihan kepala daerah sendiri.

Page 24: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

16

Etnisitas yang menjadi ikatan yang sangat emosional dan

mendalam telah melahirkan perjuangan kelompok-kelompok etnis tertentu

dari dominasi etnis mayoritas. Etnisitas berkaitan pula dengan

kebudayaan masing-masing yang memiliki ciri khas dari kelompok etnis

tersebut, dalam kelompok tersebut terjadi keterikatan antara orang-orang

dalam kelompok tersebut atau dikenal sebagai primordialisme. Sehingga

tidak jarang keterikatan etnis ini dimanipulasi dan dijadikan alat atau

kendaraan oleh kelompok elite dalam memperebutkan sumber

kekuasaan, terutama di daerah yang penduduknya heterogen.

Pendekatan primodial merupakan pendekatan yang tertua,

pendekatan ini melihat etnis sebagai sesuatu yang diberikan (given)

terbawa sejak lahir, berasal dari struktur kekerabatan dalam masyarakat

sehingga sifatnya lebih tetap dan permanen. Primordialisme adalah

sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang

dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan,

maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.5

Ikatan seseorang pada kelompok yang pertama dengan segala nilai

yang diperolehnya melalui sosialisasi akan berperan dalam membentuk

sikap primordial. Di satu sisi, sikap primordial memiliki fungsi untuk

melestarikan budaya kelompoknya. Namun, di sisi lain sikap ini dapat

membuat individu atau kelompok memiliki sikap etnosentrisme, yaitu suatu

sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya orang 5http://id.wikipedia.org/wiki/Primordialisme

Page 25: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

17

lain. Mereka akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata

budayanya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak

kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan

sangatlah susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu

sangat menguntungkan bagi dirinya. Menurut Clifford Geertz, masyarakat

majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi kedalam sub-sub sistem

yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, yang masing-masing sub sistem

terikat kedalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial. Pengertian

primordialisme menurut beberapa pakar:

1. Robuskha dan Shepsle, mengartikan primordialisme dengan

loyalitas yang berlebihan terhadap budaya subnasional seperti

suku bangsa, agama, ras, kederahan dan keluarga

2. Stephen dan sanderson, menyebutkan primordialisme berkaitan

dengan studi etnisitas, suatu pandangan bahwa identitas etnis

merupakan hal yang melekat pada individu yang sulit dihapuskan

3. Ramlan surbakti mengatakan primordialisme merupakan

keterkaitan seseorang dalam kelompok atas dasar ikatan

kekerabatan, suku bangsa & adat-istiadat sehingga melahirkan

pola perilaku serta sita-cita yang sama.

Sebab-sebab munculnya primordialisme sebagai berikut:

1. Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam

kelompok/perkumpulan sosial

Page 26: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

18

2. Adanya suatu sikap untuk mempertahankan suatu

kelompok/kesatuan sosial terhadap ancaman dari luar

3. Adanya nilai-nilai yang berhubungan dengan sistem keyakinan,

seperti nilai-nilai keagamaan dan pandangan.

Pendekatan situasional dalam melihat berdasarkan rasional choice,

dimana etnisitas adalah sesuatu yang relevan dalam suatu situasi tapi

tidak dalam situasi yang lain, seseorang boleh memilih menjadi anggota

etnis apabila mereka menemukan keuntungan dari kelompok etnis

tersebut.

Suatu pandangan yakni “primodialilist” menguraikan bahwa tidak

diperlukan penjelasan mengapa etnisitas mengapa etnisitas seringkali

berbentuk basis diskriminasi dan mobilisasi politik, kelompok etnis secara

natural adalah politik, sebab keduanya mempunyai akar biologis atau

karena kedua-duanya diatur dalam budaya dan sejarah sebagai suatu

yang terberi dan tidak dapat di ubah dalam kehidupan sosial politik.

Dengan kata lain primodialisasi berasumsi bahwa kategori etnik pasti

selalu berhubungan dengan sosial, dan kaitannya dengan politik secara

otomati diikuti dengan hubungan sosial. Objek utama argumen

primordialistbahwa mereka tidak dapat membuat perasaan berbedadalam

politik etnis dalam ruang dan waktu.6

6 James D. Fearon, Ethnic Mobilization and Ethnic Violence, Departement of Political Science

Stanford University, (Stanford, August 11, 2004). Hal.6

Page 27: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

19

Berlawanan dengan pendapat primordialis, pandangan modernis

melihat kelompok etnis sebagai bentuk koalisi politik untuk peningkatan

kepentingan ekonomi dari anggota atau pemimpin. Perbedaan dalam

politisi etnik kemudian dijelaskan oleh argumentasi mengenai etnik yang

membuatperasaan ekonomi untuk mengorganisir satu koalisi berdasarkan

garis etnik.7

Diprakarsai oleh Bates penelitian lain berpendapat etnisitas dapat

menyediakan sebuah basis yang menarik untuk bentuk koalisi yang

semata-mata pada pertentangan distribusi sumber daya politik. Bates

berpendapat bahwa kelompok-kelompok etnik Afrika, yang berlawanan

lebih lokal dalam bentuk sebelum kolonialisme yakni suku kemudian

dikembangkan sebagai koalisi politik untuk memperoleh peningkatan

akses sumberdaya modern disalurkan oleh kondisi kolonil dan sesudah

kolonial.8

Perubahan dalam batas-batas politik atau tingkat pemilihan dapat

merubah besar dari koalisi kemenangan terendah, pendekatan ini dapat

membantu untuk menjelaskan antara perubahan situasional dan

sementara dalam politisi etnik. Argumen seperti itu membutuhkan

penjelasan kapan dan mengapa koalisi politik yang dibentuk berdasarkan

etnik lebih dari berdasarkan garis-garis lain seperti kelas, agama, wilayah

atau ideologi politik.

7 Ibid, hal 6 -7

8 Ibid, hal 8

Page 28: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

20

Bates membuat dua saran, pertama berbagi bahasa dan budaya

yang sama membuat mudah pengusaha politikuntuk memobilisasi dalam

kelompok lebih dari melintasi kelompok-kelompok etnis. Kedua, etnis dan

batas administratif kolonial cinderung menguntungkan orang, sebuah

lokasi partikular lobbying untuk sumber daya ini sepanjang garis etnik

adalah alami.9

Kedua argumen tersebut sering menjadi cerita, tetapi bukan

merupakan yang utama dari kelompok etnik keanggotaan oleh suatu

aturan turunan sebagai alasan untuk koalisi etnik. Ada banyak macam

kasus tentang politisasi etnik tentang antara kelompok-kelompok dengan

budaya dan bahasa umum, dan politisasi etnik disamping pemimpin yang

hampir tidak bisa berbicara bahasa etnik. Dan jika bentuk koalisi

sederhananya bermakna dengan memperoleh dan leluasa membagi-

bagikan suber daya,kemudian mengapa etnik menjadi lawan bagi ernik

lainnya, kemungkinan ukuran sewenang-wenang menggambarkan kondisi

geografis secara optimal. Sesungguhnya kita sering mengamati politisasi

etnik dalam daerah politisasi dan administrasi dengan populasi etnik

campuran yang tinggi.

Chandra berpendapat bahwa koalisi etnik diistimewakan dalam

pemilihan politik dari lindungan demokrasi, demokrasi dengan skala luas

karena pemilihan dapat dengan mudah dengan menandai keuntungan

9 Ibid, hal 8

Page 29: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

21

dari perlindungan etnik dibanding dengan kategori sosial yang lain,

informasi lebih tersedia. Dia menyarankan bahwa hasil dari politikus dapat

lebih mudah dikembangkan suatu reputasi sebagai penyedia oleh

membagi sumberdaya sepanjang garis etnis.

Dalam konstelasi politik di Indonesia terkadang muncul kekerasan

dalam interaksi antaretnis, apalagi menyangkut aspek kepemimpinan,

perebutan sumber-sumber kekuasaan, dan sumber-sumber alam serta

keegoan masing-masing identitas etnis. Sebagai contoh adalah ketika

terjadinya perubahan oleh reformasi politik yang kemudian memunculkan

ketegangan etnis baik dalam pemilihan kepala daerah maupun dalam

perebutan lahan kekuasaan dan ekonomi dengan munculnya pemekaran

wilayah, seperti yang dipaparkan dalam tulisan Lorraine V. Aragon

mengenai persaingan elite yang berubah menjadi politik identitas

keagamaan dan berkembang menjadi politik identitas etnis di Sulawesi

Tengah.

Kasus lain adalah pemekaran Kepulauan Mentawai sebagai hasil

aktivitas elite lokal dengan segala macam eksklusionisme berdasarkan

sentimen etnis (Myrna Eindhoven), dan perebutan provinsi di daerah

Luwu-Tana Toraja di Sulawesi Selatan sebagai akibat elite-elite lokal yang

termarjinal di tingkat provinsi Sulawesi Selatan sehingga mengangkat isu

pemekaran provinsi sebagai simbol identitas etnis Luwu agama.10

10

Henk Schulte Nordholt &Gerry Van Klinken. 2007. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta: Yayasan

Page 30: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

22

Munculnya politik identitas atau biopolitik sebagai akibat runtuhnya

masyarakat yang terkontrol dan direncanakan secara ilmiah yang

memaksakan identitas nasional dan membangkitkan kekuatan pada

kekuasaan tertentu, sehingga kemudian memunculkan perjuangan

kelompok minoritas yang merasa identitasnya terpinggirkan.

Fenomena kasus etnis seperti penolakan masyarakat Dayak

terhadap Madura dan menuntut mereka meninggalkan wilayah dayak

dapat dilihat sebagai usaha mengembalikan cultural boundary itu pada

batas-batas fisik dan geografis yang jelas. Pengusiran orang Jawa dari

Aceh, dari Timor Timur atau dari Papua merupakan bukti konkrit gerakan

kultural ini. Pertikaian disini bukan disebabkan oleh perbedaan dua

budaya etnis itu, tetapi oleh suatu sistem sosial-politik yang tidak mampu

menjamin keseimbangan kekuasaan ekonomi dan politik antar etnis.

Memecahkan pertikaian dengan kebijakan yang telah diambil

pemerintah sebelumnya mesti harus diperbahurui dan membutuhkan

redefinisi sistem politik secara mendasar, khususnya menyangkut

kacamata politik baru dalam melihat perbedaan etnis. Edward Azar

menegaskan faktor pengingkaran kepentingan identitas kelompok sebagai

faktor sentral dalam pertikaian etnis yang kemudian membentuk

kesadaran kelompok yang berlebihan.

OborIndonesia. hlm. 49-188.

Page 31: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

23

B. Kelompok Masyarakat Pendatang

Secara umum diakui bahwa masyarakat dalam proses

kebudayaan mengartikulasikan dirinya melalui individu-individu yang

berada di dalamnya, sehingga penting untuk ditelaah lebih jauh

mengenai corak hubungan yang memungkinkan masyarakat dan individu

saling mengandaikan satu dengan yang lain.

Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu yang mempunyai

suatu sistem sosial keseluruhan, di mana para anggotanya memiliki

tradisi budaya dan bahasa yang sama. Tetapi dalam suatu sistem sosial

yang kompleks seperti halnya di kota Palopo sering pula kita jumpai

golongan minoritas etnis dan orang-orang pendatang, sehingga kita perlu

berbicara tentang tradisi budaya dan bahasa yang dominan. Dan dapat

diperkirakan bahwa setiap orang memiliki budaya yang sama, “batas”

dari masyarakat tersebut tanpa keraguan dan dapat ditentukan dengan

baik.

Masyarakat dalam perspektif difusi (penyebaran) dibagi dua

menjadi masyarakat pribumi dan masyarakat pendatang. Masyarakat

pribumi adalah sekelompok manusia yang tinggal dan menetap lama dan

memiliki ikatan sejarah emosional dengan wilayahnya, dapat dikatakan

sebagai masyarakat asli. Sedangkan masyarakat pendatang adalah

sekelompok manusia yang melakukan perpindahan ke suatu wilayah dan

tinggal serta beradaptasi dalam proses interaksi bersama masyarakat

pribumi. Proses ini kemudian menjadi latar belakang percampuran

Page 32: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

24

budaya yang mempolakan suatu sistem masyarakat multikultural dalam

satu teritori tertentu.

Menurut Max Weber, dalam masyarakat multikultural ada

beberapa macam kelompok sosial. Kelompok sosial yang satu berbeda

dari kelompok sosial yang lain, walaupun mereka termasuk dalam suatu

masyarakat yang sama. Max weber mengemukakan bahwa kelompok

masyarakat majemuk berkaitan dengan tatanan yang mengikat dan

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan kebudayaan.

Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat multicultural, yaitu

masyarakat yang beragam etnis/ suku bangsa, ras, agama, bahasa,

adatistiadat, profesi, golongan politik dsb.

Keberagaman suku bangsa dan kebudayaan tersebut, tentu saja

berpengaruh terhadap sistem dan struktur sosial. Karena itu, dalam

masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam kelompok sosial

berdasarkan kriteria tertentu, seperti kelompok sosial yang terbentuk

karena kepentingan etnis atau suku bangsa, kelompok sosial kerena

kepentingan agama, kerena kepentingan profesi dan sebagainya.

Perkembangan kelompok sosial itu terjadi melalui 2 proses, yaitu proses

yang bersifat alami dan disengaja.

Masing-masing masyararakat dengan identitas etnis tertentu

menempati wilayah-wilayah yang secara turun-temurun mereka akui

sebagai wilayah tempat sumber-sumber kehidupan mereka yang menjadi

haknya dan yang hak tersebut diakui oleh sukubangsa lainnya. Masing-

Page 33: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

25

masing sukubangsa mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan

corak dan potensi-potensi sumber daya dalam lingkungan hidup masing-

masing dan sesuai dengan tema-tema budaya atau pandangan hidup

dan etos yang dipunyai. Oleh karena itu masing-masing kelompok

masyarakat mempunyai corak kebudayaan yang berbeda satu dengan

lainnya.11

Pengalaman kontak-kontak hubungan yang terjadi dengan dunia

luar juga berbeda-beda antara satu etnis dengan etnis lainnya. Sehingga

ada kebudayaan-kebudayaan sukubangsa yang tidak mengalami

akulturasi budaya dan sebaliknya ada yang kebudayaannya sebenarnya

adalah hasil akulturasi dari berbagai kebudyaan-kebudayaan dari luar

dengan kebudayaan sukubangsa tersebut. Kontak-kontak hubungan

dengan pedagang-pedagang dari Cina, Arab, India, dan Eropa di masa

lampau maupun pada masa sekarang, pada umumnya telah secara

langsung atau tidak langsung merubah dan mendorong perkembangan

teknologi dan ekonomi dari kebudayaan masyarakat-masyarakat

sukubangsa yang bersangkutan, serta merubah berbagai pedoman etika

dan moral dari masyarakat etnis yang bersangkutan.

Bila kita melihat masyarakat pendatang sebagai kelompok-

kelompok etnis, dan bukan sebagai sebuah kelompok biasa, maka

hubungan antar sukubangsa adalah sama dengan hubungan diantara

11

Parsudi Suparlan"Kebudayaan dan Pembangunan". Media IKA, Vol.14, no.11, Jurusan Antropologi, U.I. 1985 . Hal.6

Page 34: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

26

warga dari etnis-etnis yang berbeda. Jadi bukan hubungan antara

kelompok yang satu dengan yang lain. Warga dari etnis-etnis yang

berbeda berhubungan satu sama lainnya untuk kepentingan pribadi

karena suka sama suka untuk saling berteman. Tetapi pada umumnya

hubungan antar sukubangsa terwujud bukan terutama karena ingin

berteman tetapi karena dampak dari bekerja di tempat yang sama, hidup

bertetangga, tinggal bersama dalam sebuah RT atau kampung, atau

karena mengerjakan bisnis yang sama sehingga harus bekerja sama

atau bersaingan. Dengan demikian maka sebenarnya hubungan antar

sukubangsa terwujud sebagain hasil dari kegiatan-kegiatan interaksi

sosial, ekonomi, atau politik, diantara anggota-anggota sukubangsa yang

berbeda.

Pada umumnya kelompok masyarakat yang beramai-ramai

berpindah tempat tinggal ke daerah lain atau kota-kota besar beralasan

karena faktor ekonomi atau dengan kata awam “perbaikan nasib”. Kota

Palopo misalnya dapat dijelaskan merupakan salah satu daerah yang

pernah menjadi sasaran program transmigrasi pada masa orde baru,

tetapi bukan hanya faktor tersebut yang dapat kita telaah. Namun seperti

pada umumnya mengenai fenomena perpindahan dan penyebaran

penduduk ada berbagai analisis yang dapat kita gunakan sebagai alat

kaji, termasuk persoalan sistem masyarakat Indonesia dan budaya

kelompok-kelompok etnis yang menyebar di Indonesia.

Page 35: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

27

Kelompok masyarakat pendatang :

1. Etnis tionghoa.

Awal datangnya etnis tionghoa dikota makassar.

2. Etnis jawa.

3. Etnis makassar.

Mobilitas masyarakat pendatang berlaku secara geografi, yaitu

perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung pada adanya

jenis pekerjaan yang lebih menguntungkan; dan juga berlaku dalam

pengertian naiknya status sosial-ekonomi bersamaan dengan naiknya

tingkat pendapatan mereka. Mereka yang secara mudah berpindah

tempat adalah para bujangan, baik laki-laki atau perempuan; sedangkan

yang cenderung untuk naik ke jenjang sosial-ekonomi yang lebih tinggi

adalah mereka yang telah berkeluarga.

Di samping itu, terdapat ciri lain yang menyolok dalam kehidupan

masyarakat pendatang, yaitu: kehidupan mereka semata-mata tertuju

pada kepentingan memperoleh keuntungan ekonomi (semua kegiatan

dan gejala diukur dalam kepentingan keuntungan ekonomi). Sehingga,

rumah-rumah dan penataan ruang dalam rumah sebenarnya dibuat

secara irit dan ekonomis, yaitu berfungsi majemuk dan tidak tersisa lagi

untuk ruang kosong yang hanya berfungsi kegunaan untuk satu kegiatan

(ruang makan adalah juga ruang tamu dan juga ruang tidur, misalnya).

Hal yang sama juga berlaku dalam hal pemanfaatan ruang-ruang kosong

yang ada di halaman rumah, yang dimanfaatkan untuk membuat warung,

Page 36: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

28

usaha industri rumah tangga, bengkel, atau kamar-kamar yang dapat

dikontrakkan kepada para pendatang baru. Karena perhitungan ekonomi

berada diatas perhitungan-perhitungan lainnya, maka juga mereka

cenderung untuk tidak memasak makanan mereka sendiri, khususnya

bagi yang bujangan, karena waktu memasak kalau mereka hitung lebih

mahal daripada kalau membeli makanan di warung (yang juga dapat

dihutang).

Masyarakat pendatang juga memilki kecenderungan orientasi

kepentingan ekonomi, yaitu menunjukkan status sosial dengan simbol-

simbol 'mewah' (pakaian, make-up) yang dapat mereka beli sesuai

dengan tingkat pendapatan mereka. Cara mendapatkan barang-barang

tersebut yang umum adalah dengan melalui hutang atau kredit. Yang

penting barangnya dahulu, membayarkan belakangan, dan kalau perlu

juga menghindarkan diri dari pembayaran hutang atau kredit yang

menjadi tanggungjawabnya.

Karena itu tidaklah mengherankan, kalau kita memasuki wilayah

perkampungan para pendatang, yang mayoritas berpenghasilan rendah,

akan kita dapati bahwa dalam kampung tersebut terdapat berbagai jasa

pelayanan untuk makan, minum, hiburan, dan kios-kios/toko-toko barang

kelontong (di samping yang dijual oleh para pedagang kakilima). Jajan

dan berbelanja barang merupakan suatu kegiatan hiburan yang juga

diselimuti oleh suatu kebanggaan tersendiri sebagai orang yang punya

uang. Dengan demikian juga merasa sebagai orang yang status sosial-

Page 37: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

29

ekonominya lebih tinggi daripada rata-rata yang tidak dapat

membelanjakan uang.

Beberapa penelitian dan kajian oleh sejumlah ahli mengenai

masyarakat pendatang sebenarnya telah memperlihatkan bahwa dalam

usaha untuk hidup secara lebih baik di daerah lain mereka itu telah

berusaha untuk meninggalkan berbagai adat kebiasaan yang secara

tradisional mereka ikuti sebagai pedoman hidup dan sebagai gantinya

mereka menggunakan berbagai cara hidup yang berlaku di daerah yang

di datangi, atau setidak-tidaknya yang berlaku dalam kehidupan

setempat di daerah tersebut.

Salah satu dari cara hidup di kota Palopo yang mereka ikuti

adalah orientasi kepentingan ekonomi. Tetapi tidak semua yang secara

tradisional mereka ikuti sebagai pedoman hidup itu tidak fungsional

kegunaannya dalam menghadapi tantangan hidup di kota Palopo. Salah

satu yang tetap lestari adalah hubungan kekerabatan, hubungan seasal,

dan hubungan bapak-anak. Sehingga melahirkan ciri-ciri utama dari

masyarakat pendatang di kota Palopo, khususnya yang tinggal di

pemukiman-pemukiman liar atau perkampungan yang tergolong

berpenghasilan rendah, yaitu hubungan patron-klien (hubungan bapak-

pelindung dengan anak yang dilindungi) yang bukan merupakan

hubungan formal tetapi hubungan yang informal, sosial, dan spontan.

Pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya akan

mengalami perubahan-perubahan. Perubahan itu akan dapat diketahui,

Page 38: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

30

apabila dilakukan perbandingan, artinya adalah menelaah keadaan suatu

masyarakat pada waktu tertentu kemudian membandingkannya dengan

keadaan masyarakat itu pada masa yang lalu. Perubahan dalam

masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terus-

menerus, artinya bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan

mengalami perubahan itu, akan tetapi perubahan antara masyarakat

yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama, ada

masyarakat yang mengalaminya lebih cepat bila dibandingkan dengan

masyarakat lainnya.

Kebudayaan mengenal ruang dan tempat tumbuh kembangnya,

dengan mengalami perubahan penambahan dan pengurangan. Manusia

tidak berada pada dua tempat atau ruang sekaligus, ia hanya dapat

pindah ke ruang lain pada masa lain. Pergerakan ini telah berakibat pada

persebaran kebudayaan, dan masa ke masa, dan dari tempat ke tempat

lain. Sebagai akibatnya di berbagai tempat dan waktu yang berlainan,

dimungkinkan adanya unsur-unsur persamaan di samping perbedaan-

perbedaan. Oleh karena itu di luar masanya, suatu kebudayaan dapat

dipandang ketinggalan zaman (anakronistik), dan di luar tempatnya

dipandang asing atau janggal.

Kelompok sosial ataupun masyarakat umumnya mengalami

perubahan akibat proses revolusi karena pengaruh dari luar. Keadaan

tidak stabil pada kelompok masyarakat dapat terjadi sebagai akibat

konflik antar kelompok karena kurangnya keseimbangan antara

Page 39: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

31

kekuatan-kekuatan dalam kelompok tersebut. Ada golongan dalam

kelompok sosial yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan

golongan lain, atau ada kepentingan tidak seimbang, sehingga timbul

ketidak adilan atau perbedaan paham atau pandangan tentang cara

mencapai tujuan kelompok. Kesemuanya itu mengakibatkan terjadinya

perpecahan didalam kelompok sosial, sehingga timbul perubahan

struktur kelompok sosial. Timbulnya struktur kelompok sosil yang baru,

pada akhirnya bertujuan mencapai keadaan yang seimbang dan stabil.

Perubahan struktur kelompok sosial dapat pula terjadi karena

sebab-sebab dari luar. Ancaman dari luar misalnya, sering kali menjadi

faktor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok sosial.

Situasi yang membahayakan yang berasal dari luar akan memperkuat

rasa persatuan dan mengurangi keinginan-keinginan untuk

mementingkan diri sendiri dari anggota-anggota kelompok sosial

tersebut. Sebab lain, yaitu pergantian pimpinan, stap, atau anggota

kelompok sosial yang tidak sesuai dengan ketantuan yang berlaku.

C. KERANGKA PIKIR

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan semua persoalan

tentang politik identitas, yang akan di arahkan untuk mengeksplorasi

lebih jauh tentang penggunaan sentimen etnis dalam arena kontestasi

pemilihan legislatif/Kepala Daerah dan keterlibatan pemerintah yang

melingkupinya baik dari dimensi ekonomi, birokrasi maupun yang

Page 40: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

32

menyertainya dalam konteks politik lokal di Kota Palopo. Sebelum

memasuki perbincangan yang lebih detail tentang gejala ke etnisitas

dalam politik lokal di Kota Palopo, penelitian ini secara spesifik akan

dipaparkan secara gamblang rentang perdebatan tentang konsep

etnisitas untuk membangun pemahaman yang lebih komprehensif

tentang asal usul pengaruh etnisitas dalam dinamika politik di Kota

Palopo.

Kelompok etnis yang kemudian menjadi bagian dari fokus penulis

untuk mengidentifikasikan beberapa kelompok etnik di Kota Palopo dan

menggambarkan bagaimana dinamikanya dalam konteks politik.

Gambaran tentang karakter kelompok politik etnis dengan melihat

adanya gerakan politik berupa perilaku yang ditandai dengan

pendekatan kondisional, keterpecahan yang masing-masing

membutuhkan sumber-sumber untuk dimobilisasi, terjadi keseimbangan

mobilisasi dari atas dan partisipasi dari bawah sehingga peran pemimpin

tidak dominan lagi dan bertujuan pada pembagian kekuasaan.

Penulis berasumsi bahwa munculnya perilaku yang berasal dari

dinamikanya sendiri, protes muncul atas berbagai macam kesempatan

individual, tidak ada satu kelompok atau pecahan yang dominan. Pola

aksi dan kegiatannya berdasarkan kesadaran diri yang bersifat otonomi

sebagai tujuan finalnya. Dalam situasi negara yang terdiri dari multi

identitas dan etnisitas, politik perbedaan tumbuh subur dan memicu

Page 41: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

33

munculnya perjuangan kelompok-kelompok terpinggirkan yang mencoba

menampilkan diri dan bertahan.

Pada kesimpulan yang akan penulis berusaha capai nantinya

adalah bagaimana menunjukkan adanya konstelasi politik di Palopo yang

terkadang muncul kecenderungan diskriminasi atas kelompok

pendatang maupun kelompok minoritas lannya dalam proses interaksi

antaretnis, apalagi menyangkut aspek kepemimpinan, perebutan

sumber-sumber kekuasaan, dan sumber-sumber alam serta keegoan

masing-masing identitas etnis. Sebagai contoh adalah ketika terjadinya

perubahan oleh reformasi politik yang kemudian memunculkan

ketegangan etnis baik dalam pemilihan kepala daerah maupun dalam

perebutan lahan kekuasaan dan ekonomi yang ditandai dengan berbagai

wacana otonomi daerah dan isu-isu pemekaran wilayah.

Politik Etnis Kelompok Etnis

(Krakater etnis Pendatang)

Etnis Tionghoa Etnis Jawa Etnis Makassar

Peran dalam Pemilu Legislatif 2009 di Kota Palopo

Page 42: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Palopo yang

didiami oleh beberapa etnis yakni, etnis Luwu, etnis Toraja, etnis Bugis,

etnis Jawa, dan etnis Rongkong. Untuk lokasi yang lebih spesifik yakni

kecamatan Wara Timur, Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Bara.

Masing lokasi dipilih secara sengaja dan mempertimbangkan populasi

etnis yang mewakili di masing-masing kecamatan.

B. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif dan

ditelaah dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil kajiannya

merupakan sebuah deskripsi dan pemahaman tentang arti peristiwa dan

kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada pada situasi tertentu.

Dimana aspek subyektif dari perilaku obyek akan menjadi penekanan

dalam penggalian informasi yang dibutuhkan.

Pemahaman akan dunia konseptual dari obyek akan coba

dipahami sedemikan rupa sehingga akan didapatkan berbagai

pemahaman atau pengertian yang dikembangkan oleh individu, pada

berbagai peristiwa yang mereka hadapi dan pada perilaku yang mereka

lakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif. Ciri penelitian kualitatif adalah pelaksanaannya yang

bersifat studi kasus, yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas

Page 43: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

35

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial

yang ada dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian yang berupaya

menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model,

tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.

Pengumpulan data pada penelitian ini tidak bersifat kaku, akan

tetapi senantiasa disesuaikan dengan keadaan atau fenomena di

lapangan. Dengan demikian hubungan antara peneliti dengan apa yang

diteliti tidak dapat dipisahkan, validitas data sangat ditentukan oleh

penelitiannya, oleh karena itu peneliti harus cermat, tanggap dan mampu

memberi makna fenomena yang terjadi dilapangan. Dengan karakteristik

tersebut, maka peneliti memilih jenis penelitian kualitatif dengan alasan;

1. Melalui penelitian kualitatif realitas yang terjadi dilapangan dapat

terungkap secara mendalam dan mendetail.

2. Penelitian kualitatif dapat menemukan makna dari suatu fenomena

yang terjadi dilapangan, karena sifatnya naturalis induktif dan

diskriptif.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti dilapangan,

melalui obeservasi di lapangan, melalui obeservasi, pertimbangan

digunakannya teknik ini adalah bahwa apa yang orang katakan

seringkali berbeda dengan apa yang ia lakukan, dalam melakukan

obeservasi tersebut, peneliti menggunakan alat perekam. Selain itu

penelitia juga melakukan wawancara dengan informan-informan kunci.

Page 44: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

36

2. Data Sekunder

Penulis selain turun ke lapangan, juga melakukan telaah

pustaka yakni mengumpulkan data dari buku, jurnal, koran dan

sumber informasi lainnya yang erat kaitannya dengan masalah

penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka teknik

pengumpulan data dilakukan dengan beberapa macam cara. Teknik

pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian.

Teknik pengumpulan data harus disesuaikan dengan metode penelitian

dan fokus penelitian, sehingga mempermudah peneliti untuk memperoleh

data yang valid. Teknik pengumpulan data yang tepat untuk penelitian

kualitatif ini antara lain adalah dengan menggunakan teknik wawancara

mendalam (in-depth interview) dan pengamatan (observasi).

Khususnya pada wawancara mendalam, teknik ini memang

merupakan teknik pengumpulan data yang khas bagi peneliti kualitatif. Hal

ini sejalan dengan Paton bahwa cara utama yang dilakukan oleh para ahli

metodologi kualitatif untuk memahami persepsi, perasaan, dan

pengetahuan seseorang adalah wawancara mendalam dan intensif.

Page 45: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

37

Berdasarkan tujuan penelitian, maka data yang dibutuhkan bersifat

kualitatif. Untuk itu maka dalam penelitian ini akan digunakan teknik

sebagai berikut :

1. Observasi

Jenis pengamatan yang dilakukan dalam pengumpulan data

penelitian ini adalah pengamatan biasa (tidak berperanserta),dimana

peneliti hanya melakukan pengamatan dari luar dan mengamati

kedalam lingkungan dan terhadap aktifitas anggota masyarakat satu

kelompok etnis dan subjek lainnya yang terlibat di dalam lingkungan

masyarakat yang terkait dengan topik politik. Penulis nantinya

berusaha mengamati dan melakukan perbandingan terhadap pola

interaksi dalam aktifitas masyarakat satu kelompok etnis dengan

subjek lainnya yang ada di sekitarnya. Dengan teknik ini penulis

harapkan adanya data tentang bentuk dan pola interaksi dan aktifitas

satu kelompok etnis secara umum dan dapat menjadi acuan untuk

menyimpulkan model interaksi dan praktik masyarakat dengan

lingkungan sosialnya maupun arena politik lainnya, serta praktik-

praktik mereka dalam kaitannya dengan aktifitas politik.

2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Proses wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth

Interview). Wawancara mendalam adalah kegiatan wawancara yang

dilakukan untuk menggali sebuah topik dalam rangka memperdalam

pengetahuan peneliti mengenai topik tersebut. Beberapa rangkaian

Page 46: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

38

wawancara dilakukan untuk memperoleh barbagai macam penjelasan

yang relevan dengan masalah penelitian. Pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan tidak hanya terfokus pada satu topik saja, namun bisa

juga melompat-lompat, tergantung kesediaan informan dan petanyaan

yang diajukan oleh peneliti. Model ini ditempuh guna mendalami

situasi dan kondisi, serta lebih memperhatikan aspek informan agar

dapat mengetahui informasi yang diperlukan, peneliti tidak terpaku

pada draft atau pedomanpertanyaan penelitian, melainkan

memperhatikan sifat dan ciri unik dari informanpada saat wawancara.

Dengan begitu, wawancara lebih terkesan sebagai obrolan biasa,

sambil bercanda, sambil melakukan hal-hal yang sifatnya santai.

Wawancara mendalam dilakukan untuk menjawab segenap fokus

penelitian yang telah dirumuskan.

3. Studi Pustaka

Dengan melakukan studi pustaka, peneliti melakukan

pembacaan terhadap beberapa buku-buku terkait dengan kajian-

kajian masalah etnis dan politik dan literatur lainnya yang berkenaan

dengan judul penelitian dan masalah penelitian guna dijadikan bahan

dan acuan penelitian. Dengan teknik ini penulis berupaya

mengelaborasi dan membangun pemahaman tentang pendekatan

kebudayaan/etnis dan ilmu politik untuk mendapatkan perbandingan

dan acuan untuk penulisan nantinya. Buku-buku yang

mendeskripsikan dan yang mengkaji tentang kelompok etnis di Kota

Page 47: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

39

Palopo, serta buku-buku yang menceritakan sejarah masyarakat

pendatang terkait masalah perilaku dan peristiwa-peristiwa yang

dialami pada masa lalu. Artikel, Makalah, Internet serta ulasan dalam

Surat Kabar yang memberitakan informasi tentang aktifitas, yang

mengkaji serta kritik terhadap legislatif akan digunakan penulis bahan-

bahan untuk penulisan nantinya.

E. Teknik Pemilihan Informan

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara

mendalam menggunakan pedoman wawancara (interview guide) agar

wawancara tetap berada pada fokus penelitian, meski tidak menutup

kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan berlanjut. Informan yang

dipilih adalah informan yang benar paham dan mengetahui permasalahan

yang dimaksud. Informan yang akan penulis wawancarai untuk

pengumpulan data ini terdiri dari komponen masyarakat dan beberapa

orang dari lembaga terkait. Pemilihan informan dapat berkembang dan

berubah sesuai dengan kebutuhan penelitian dalam memperoleh data

yang akurat. Penelitian ini berakhir ketika peneliti sudah merasa data yang

didapat sudah cukup untuk untuk menjawab permasalahan yang diteliti.

Adapun narasumber penelitian ini: Benny Wijaya selaku Ketua

Bhudi Bahakti Komunitas Etnis Tionghoa di Kota Palopo, Claudia Caleg

etnis Tionghoa (tidak terpilih), Drs, Supriono, M.Si selaku ketua pagyuban

etnis Jawa, Drs. Murdiono selaku Caleg etnis Jawa (tidak terpilih), Halim

Ahmad ST, Caleg terpilih etnis Makassar.

Page 48: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

40

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian

kualitatif, ada 3 (tiga) langkah dalam menganalisis data yaitu: reduksi

data, pengorganisasian data dan interpretasi data. Jika dirinci langkah-

langkah tersebut adalah sebagai berikut

1. Pengorganisasian Data

Ini adalah proses penyusunan kembali semua informasi sekitar

tema-tema tertentu yang berkaitan dengan topik penelitian. Juga

meliputi kategorisasi informasi yang lebih spesifik, dan menampilkan

hasilnya dalam beberapa format. Cara-cara yang paling umum dalam

menampilkan data adalah teks. Selain itu juga digunakan matriks,

grafik, tabel dan sejenisnya

2. Proses Interpretasi

Meliputi pembuatan keputusan dan penyusunan kesimpulan

yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Hal

ini meliputi proses mengidentifikaasi pola-pola dan keajegan,

menemukan kecenderungan dan memberikan penjelasan atas aspek-

aspek tertentu, yang akan memungkinkan terjadinya perkembangan

kearah sudut pandang yang lebih tegas yang selanjutnya akan

menuntun peneliti dalam langkah selanjutnya. Proses penelitian yang

berlanjut akan membantu untuk merumuskan kembali,

megkonfirmasikan dan menguji validitas dari kesimpulan yang sudah

dibuat sampai saat ini. Proses ini akan terus berlanjut sampai

kesimpulan akhir dapat tercapai.

Page 49: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

41

Menjaga validitas data, peneliti menggunakan empat kriteria yakni,

pertama, creadibility atau derajad kepercayaan. Kriteria ini dilakukan

dengan cara mengikutsertakan informasi untuk mendiskusikan data yang

ditemukan dengan cara melakukan cross-check terhadap teknik

pengumpulan data yang telah dilakukan. Kedua, adalah perbandingan

dengan kasus yang diduga memiliki kesamaan fokus penelitian, baik dari

hasil-hasil penelitian terdahulu, maupun fokus lain yang memiliki

kesamaan. Ketiga, adalah dependenability atau ketergantungan dan

keempat, adalah confirmability yaitu dengan cara melakukan cross-check

dengan sumber data yang telah diperoleh serta mendiskusikannya

dengan para ahli yang memiliki wawasan teoritis maupun empiris.

Fase selanjutnya adalah interpretasi, yang merupakan tahap

perbandingan antara temuan-temuan yang di lapangan dengan penelitian-

penelitian yang relevan berkaitan dengan fokus masalah yang dikaji.

Terakhir adalah penulisan, dimana pada tahap ini merupakan tahap

pelaporan data hasil penelitian yang telah melalui proses diskusi dengan

beberapa pihak yang dianggap memiliki kompetensi.

Di akhir kajian, studi ini berupaya untuk menghasilkan sebuah

simpulan-simpulan yang mempunyai daya eksplanasi komparatif, dan

mampu membuahkan abstraksi hipotesa yang bersifat deskriptif. Untuk

memperdalam kedalaman data, studi ini akan memanfaatkan data

sekunder dan data primer untuk mengetahui kontestasi yang terbangun

berbasiskan atas etnisitas yang terjadi dalam ranah civil societ/kelompok

Page 50: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

42

masyarakat yang dapat dileaborasi dari fenomena etnisitas di Kota

Palopo.

Page 51: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

43

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam pembahasan ini akan diuraikan gambaran umum lokasi

penelitian diperlukan untuk memudahkan memahami lokasi penelitian

dengan cara mendeskripsikan letak geografis, luas wilayah, keadaan

penduduk, agama, bahasa dan sejarah. Sebagaimana etnik itu sendiri

merupakan sekelompok penduduk yang memiliki sifat-sifat kesamaan

kebudayaan seperti bahasa, agama, perilaku budaya, sejarah, dasar

geografis dalam batas-batas wilayah.

A. Sejarah Kota Palopo

Pada tahun 1952, pemerintah republik indonesia mengeluarkan

peraturan pemerintah No. 34/1952 tentang pembubaran daerah sulawesi

selatan bentukan belanda/jepang termasuk daerah yang berstatus

kerajaan. Setelah itu muncul pula peraturan pemerintah No. 56/1951

tentang pembentukan gabungan sulawesi selatan. Kemuduan daerah

gabungan dibubarkan dan wilayah dibagi menjadi 7 daerah swatantra.

Satu diantaranya adalah daerah swatantra Luwu yang wilayahnya seluruh

daerah Luwu yang mewilayahi seluruh daerah Luwu dan Tana Toraja

dengan pusat kekuasaan di Palopo.

Pada tahun 1957, pemerintah mengeluarkan undang-undang

darurat No. 3/1957 tentang pembubaran daerah Luwu dan pembentukan

Bone, Wajo, Soppeng. Undang-undang darurat No. 4/1957, memutuskan

Page 52: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

44

daerah Luwu menjadi daerah swatantra dan terpisah dengan Tana Toraja.

Daerah swatantra Luwu meliputi kewedanan Palopo, Masamba, dan

Malili.

Pada tanggal 1 maret 1960, ditetapkan PP No. 5 tahun 1960

tentang pembentukan propinsi administrasi Sulawesi Selatan yang terdiri

atas 23 daerah tingkat ll. Dan salah satunya adalah daerah tingkat ll Luwu.

Berdasarkan surat keputusan gubernur kepala daerahtingkat l

Sulawesi Selatan Tenggara No. 1100/1961 distrik diluwu dan 143 desa

gaya baru. Ke 14 distrik itu adalah: Wara, Larompong, Suli, Bajo, Bupon,

Bastem, Bone-bone, Wotu, Mangkutana, Malili, Nuha.

Distrik ini lalu berubah menjadi kecamatan berdasarkan SK

gubernur kepala daerah tingkat l sulawesi selatan tenggara No. 2067/1961

tanggal 18 desember, dengan luas wilayah 25.149 km2. Selain itu juga

berdasarkan SK mendagri No. 42/1986 tanggal 17 september 1986,

ditetapkan dati ll luwu sebagai salah satu kota administratif.

Pada tahun 1999 semangat otonom daerah bergulir. Hampir semua

propinsi melakukan menuver untuk memperoleh wewenang yang lebih

dari sebelumnya. Pemerintah pusat dianggap mengambil terlalu banyak

wewenang dan menghendaki agar kewenangan itu dilimpahkan sebagian

kedaerah. Pada tahun 1999 telah dikeluarkan UU No. 22 tentang

pemerintah daerah. Pada tanggal 10 februari 1999 oleh DPRD kabupaten

luwu mengeluarkan SK No. 03/Kpts/DPRD/ll/1999, tentang usul dan

Page 53: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

45

persetujuan pemekaran wilayah kabupaten dati ll luwu yang dibagi

menjadi dua wilayah kabupaten. Pemerintah propinsi sulawesi selatan

lewat SK No. 136/776/OTODA tanggal 12 pebruari 1999 memberi

dukungannya. Pada tanggal 20 april 1999, kabupaten luwu utara berdiri,

kabupaten luwu akhirnya menjadi 2 kabupaten yaitu kabupaten dati ll luwu

( luas wilayah 3.247.77 km2 ) dan luwu utara ( 14.447.46 km2 ) .

Aspirasi masyarakat luwu terus mangalir. Mereka mengiginkan

dibentuk lagi satu kabupaten dengan melihat wilayah luwu utara demikian

luas, dan demi peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan masyarakat wacana pembentukan satu

kabupaten baru makin mendapat tanggapan akhirnya pemerintah

mengeluarkan UU republik indonesia nomor 7 tahun 2003 tentang

pembetukan kabupaten luwu timur dan kabupaten mamauju utara,

akhirnya kedatuaan luwu kini terdiri atas kabupaten luwu, luwu utara, luwu

timur, dan kota palopo.

Ide pemekaran bekas kedatuan luwu (kabupaten luwu) memang

terus berkembang, bahkan hingga kini. Pada tahun 2000, isu peningkatan

status kotif palopo yang merupakan ibu kota kabupaten luwu menjadi

daerah otonom, terus bergulir dan semakin menguat melalui aspirasi

masyarakat yang mengiginkan peningkatan status kala itu. Semakin

kuatnya desakan itu ditandai dengan lahirnya beberapa dukungan

peningkatan status kotif kota palopo menjadi daerah otonom kota palopo

dari beberapa unsur lembaga penguat, seperti surat bupati luwu No. 135/

Page 54: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

46

09/ TAPEM tanggal 9 januari 2001, tentang usul peningkatan status kotif

palopo menjadi kota palopo; keputusan DPRD kabupaten luwu No. 55

tahun 2000, tentang persetujuan pemekaran/ peningkatan status kotif

palopo menjadi kota otonomi; surat gubernur propinsi sulawesi selatan

No. 135/922/OTODA tanggal 20 maret 2001 tentang usulan pembentukan

menjadi kota palopo; keputusan DPRD propinsi sulawesi selatan No.

41/lll/2001 tanggal 29 maret 2001 tentang persetujuan kotif palopo

menjadi kota palopo; hasil seminar kota administratif palopo menjadi kota

palopo; surat dan dukungan organisasi masyarakat, organisasi politik,

organisasi pemuda, organisasi wanita bahkan desakan ini dibarengi

dengan aksi beberapa masyarakat yang memperjuangkan kotif palopo

menjadi kota Palopo.

Pemerintah pusat melalui depdagri meninjau kelengkapan

administrasi serta melihat sisi potensi, kondisi wilayah dan letak geografis

kota palopo maka status kotif palopo kemudian di tingkatkan menjadi

daerah otonom kota palopo. Hal ini dimungkinkan oleh potensi kota

palopo yang berada jalur trans sulawesi dan sebagai pusat pelayanan

jasa perdagangan terhadap beberapa kabupaten sekitar seperti luwu,

luwu utara, tana toraja dan kabupaten wajo.

Berdasarkan potensi tersebut pada tanggal 2 juli 2002, kopta

palopo akhirnya berubah status menjadi daerah otonom dengan bentuk

dan model pemerintahan serta letak wilayah geografis tersendiri, berpisah

dari induknya kabupaten luwu. Perubahan status ini ditandai dengan

Page 55: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

47

ditandatanganinya prasasti pengakuan atas daerah otonom oleh bapak

mentri dalam negeri republik indonesia berdasarkan undang-undang No.

11 tahun 2002 tentang pembentukan daerah otonom dan perubahan

status ini merupakan salah satu tonngak sejarah perjuangan

pembangunan kota palopo.

Di awal terbentuknya sebagai daerah otonom, kota palopo hanya

memiliki 4 kecamatan yang meliputi 19 kelurahan dan 9 desa. Namun

seiring dengan waktu perkembangan dinamika kota polpo dalam segala

bidang dan untuk mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada

masyarakat, maka pada tahun 2006 wilayah kecamatan dikota palopo

kemudian dimekarkan menjadi 9 kecamatan dan 48 kelurahan.

Dalam melaluiperjalanan panjang kota palopo maka pemerintah

menunjuk salah seorang pejabat wali kota (caretaker) yang dianggap

kapabel untuk menjalankan roda pemerintahan, dan untuk itu pilihan jatuh

kepada Drs. H.P.A. Tendriadjeng, M.Si untuk menahkodai dan mengawali

pembangunan kota palopo selama kurun waktu 1 tahun berhasil

dijalankan dengan baik karena itulah, bapak tendriajeng kemudian dipilih

sebagai wali kota difinitif oleh DPRD kota palopo periode 2003-2008, yang

sekaligus mencatatkan dirinya sebgai wali kota pertama dikota palopo

sampai sekarang ini.

Page 56: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

48

B. Letak Geografis Kota Palopo

Pada awal berdirinya kota otonom, palopo terdiri dari 4 kecamatan

dan 20 keluraha. Kemudian pada tanggal 28 april 2005, berdasarkan

perda kota palopo no.03 tahun 2005, dilaksanakan pemekaran wilayah

kecamatan dan kelurahan menjadi 9 kecamatan dan 48 kelurahan.

Kota palopo secara geografis terletak antara 2053‟15” - 3004‟08”

lintang selatan dan 120003‟10” – 120014‟34” bujur timur. Letak

geografiskota palopo ini merupakan posisi yang cukup strategis sebagai

titik pertemuan jalur transportasi darat trans sulawesi dan laut trans teluk

bone. Pada posisi ini kota palopo menjadi salah satu jalur distribusi

barang dari makassar dan pare-pare menuju propinsi sulawesi tenga,

kabupaten luwu utara, luwu timur dan pada jalur laut menuju propinsi

sulawesi tenggara dan batas-batas daerah kota palopo adalah sebagai

berikut:

Sebelah utara : Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu,

Sebelah timur : Teluk Bone

Sebelah selatan: Kecamatan Bua Kabupaten Luwu

Sebelah barat : Kecamatan Tondon Nanggala KabupatenTana

Toraja

Luas wilayah kota palopo sekitar 247,52 kilometer persegi atau

sama dengan 0,39% dari luas wilayah propinsi Sulawesi selatan. Kota

palopo sebagian besarnya merupakan dataran rendah seperti halnya

Page 57: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

49

dengan keberadaannya sebagai daerah pesisir pantai sekitar 62,85

persen dari total luas daerah kota palopo yang merupakan daerah kota

palopo yang merupakan daerah dengan ketinggian 0 – 500 meter dari

permukaan laut, 24,76 % terletak pada ketinggian 501- 1000 meter dan

sekitar 12,39% terletakdiatas ketiggian lebih dari 1000 meter.

C. Keadaan Penduduk

Penduduk kota palopo terdiri dari bermacam-macam suku

diantaranya suku bugis, makassar, toraja, jawa, bali, flores dan masi

bnyak suku2 pendtang yang lain. Perkembangan penduduk kota palopo di

pengaruhi oleh tingkat kelahiran, urbanisasi transmigrasi, urbanisasi dan

migrasi berdasarkan data tahun 2010 jumlah penduduk kota palopo

sebanyak 137.595 jiwa.

Penyebaran penduduk dikota palopo dalam hal ini tiap-tiap

kecamatan cukup berfariasi atau tidak merata. Dari 9 kecamatan terdapat

3 kecamatan yang penduduknya terbilang sangat padat jika dibandingkan

dengan kecamatan lainnya, ketiga kecamatan tersebut adalah kecamatan

wara dengan angka kepadatan 2.530 per km2, kecamatan wara utara

dengan kepadatan sebesar 1.679 per km2, sedangkan kecamatan lainnya

belum terlalu padat seperti kecamatan mungkajang kepadatannya baru

mencapai 195 jiwa km2.

Pertumbuhan penduduk di kota palopo selama di periode 2008 –

2010 mengalami peningkatan sekitar 3,57% pertahun, yaitu 127.804 jiwa

Page 58: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

50

tahun 2008 menjadi 141.996 jiwa pada tahun 2010, sedangkan rata-rata

anggota rumah tanggapada keedaan akhir tahun 2010tercatat sebesar

4,80 atau dengan kata lain hampir setiap rumah tangga beranggotakan 4-

5 orang, sementara peningkatan pergerakan pertumbuhan penduduk

pada tahun 2011 tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan 2011 – 2012

dan kita akan lihat pada tabel berikut :

Pertambahan Penduduk Kota Palopo Tahun 2005-2009

NO TAHUN JENIS KELAMIN

JUMLAH

PENDUDUK

PERSEN

TASE ( % )

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2005 62.786 63.471 126.257 -

2 2006 64.102 64.533 128.635 1,85

3 2007 64.182 64.792 128.974 0,26

4 2008 67.785 68.115 135.900 5,1

5 2009 78.838 79.102 157.940 13,9

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palopo

Kepadatan Penduduk Kota Palopo Tahun 2010

NO

NAMA

KECAMATAN

LUAS

WILAYAH

(Km2)

JUMLAH

PENDUDUK

(Jiwa)

KEPADATAN

Km2/

(Jiwa)

PERSEN

TASE

(%) 1 W A R A 11.49 33.152 2.885 20,99

2 WARA UTARA 10.58 20.367 1.925 12,90

3 WARA SELATAN 10.66 10.467 981 6,63

4 TELLUWANUA 34.34 13.043 379 8,26

5 WARA TIMUR 12.08 32.172 2.663 20,37

6 WARA BARAT 54.13 10.839 200 6,86

Page 59: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

51

7 SENDANA 37.09 6.303 169 3,99

8 MUNGKAJANG 53.80 7.803 145 4,94

9 BARA 23.35 23.794 1.019 15,07

JUMLAH 247.52 157.940 10.366 100.00

Sumber : Dinas Kependudukan dan PencatatanSipilKotaPalopo

Kepadatan Penduduk Kota Palopo Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010

NO

NAMA KECAMATAN

JENIS KELAMIN JUMLAH PENDUDUK KET

L P

1 W A R A 16.423 16.729 33.152

2 WARA UTARA 10.026 10.341 20.367

3 WARA SELATAN 5.142 5.325 10.467

4 TELLUWANUA 6.708 6.335 13.043

5 WARA TIMUR 15.988 16.184 32.172

6 WARA BARAT 5.515 5.324 10.839

7 SENDANA 3.206 3.097 6.303

8 MUNGKAJANG 3.943 3.860 7.803

9 BARA 11.887 11.907 23.794

JUMLAH 78.838 79.102 157.940

D. Populasi Etnis Pendatang

Keragaman budaya merupakan ciri tersendiri dari bangsa

Indonesia. Negeri yang terdiri dari jajaran pulau-pulau dan dihuni oleh

penduduk kurang lebih 210 juta jiwa. Jumlah penduduk sebesar itu

tersebar keseluruh pulau dan masih terpilah-pilah berdasarkan agama,

bahasa ,etnis dan sistem nilai yang dianut. Mereka yang berkelompok

kurang -lebih 652 etnik dan tersebar di 55.000 desa dan kelurahan12. Di

12

Tamrin Amal Tomagola, Republik Kapling, ( Yogyakarta : Resist Book, 2006) ,hal.144

Page 60: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

52

bagian Timur Indonesia dalam satu kota dapat ditemukan lebih dari

sepuluh etnik apalagi di kabupaten atau propinsi bisa lebih dari 20 sampai

40-an etnik. Di Sulawesi–Selatan terdapat tiga etnik pendatang utama

yaitu jawa, tionghoa dan makassar selain itu masih ada 22 etnik lain yang

kecil-kecil13.

13

Ibid, hal. 43

Page 61: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai politik etnik masyarakat

pendatang dalam arena legislatif dikota palopo. Politik etnik yang

dimaksud mengenai karakteristik masyarakat pendatang dikota palopo

serta peran etnis pendatang dalam arena legislatif. Uraian ini dimaksud

untuk mendapatkan deskripsi dan pengetahuan mengenai kedua hal

tersebut. Pertama, gambaran mengenai karakter masyarakat pendatang

dalam kehidupan sosial dikota palopo. Kedua, peran masyarakat

pendatang dalam pemilihan anggota DPRD kota palopo.

Dalam memahami politik etnik yang terjadi dalam proses tersebut,

maka penelitian ini pada dasarnya memperoleh gambaran dari berbagai

informasi yang tidak terlepas dari sikap, perilaku, dan partisipasi individu.

Setiap individu memiliki orientasi pada situasi politik yang mereka peroleh

dari pengetahuan maupun pengalaman dan dipengaruhi oleh perasaan

keterlibatan, kesadaran pengeluaran atau pemasukan dalam kelompok,

dalam hal ini kelompok etnik. Situasi politik itu sendiri memiliki cakupan

yang sangat luas antara lain respon emosional, dukungan atau sikap

apatis, kesadaran bahwa ada keterkaitan politik dengan kelompok

etniknnya

.

Page 62: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

54

Penulis terlebih dahulu melakukan penelitian dengan melakukan

wawancara terhadap informan, yakni masing-masing ketua organisasi

etnis pendatang. Selain itu, untuk memahami karakteristik, perilaku dan

partisipasi masyarakat terhadap caleg etnis pendatang, dalam hal ini

korelasi antara kesamaan etnik dengan pilihannya. Penulis juga

melakukan wawancara dengan informan terpilih yang mewakili tiga etnik

masing–masing ; Tionghoa, Jawa dan Makassar. Selanjutnya penulis

akan mendeskripsikan kemudian menarik kesimpulan mengenai politik

etnik tersebut melalui data yang telah diperoleh dilapangan.

A. Karakteristik Masyarakat etnis pendatang dalam lingkungan

sosial politik di kota palopo

Manusia selain sebagai makhluk sosial yang beragam baik pada

tataran individu maupun (Kelompok etnik, agama, ideologi ), manusia juga

secara alamiah adalah makhluk politik. Hal ini diungkapkan oleh

Aristoteles dalam bukunya Politics. Dalam bahasa aslinya (Latin/ Yunani)

disebut “Zoon Politicon”. Yang dimaksud Aristoteles adalah politik

merupakan keberadaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Jika

dua orang atau lebih berinteraksi satu sama lain dalam menjalani

kehidupan di dunia, maka mereka tidak lepas dari keterlibatan dalam

hubungan yang bersifat politik. Sebagai makhluk politik kedudukan

manusia dalam masyarakat selalu berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang dimiliki,

sedangkan dalam suatu lingkungan politik manusia akan berusaha untuk

Page 63: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

55

meraih kekuasaan atau suatu kedudukan dengan menggunakan sumber-

sumber yang dimiliki.

Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri atas

kelompok-kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi

terpisah menurut garis budaya masing-masing. Kemajemukan suatu

masyarakat patut dilihat dari dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan

kemajemukan sosial. Kemajemukan budaya ditentukan oleh indikator-

indikator genetik-sosial (ras, etnis, suku), budaya (kultur, nilai, kebiasaan),

bahasa, agama, kasta, ataupun wilayah. Kemajemukan sosial ditentukan

indikator-indikator seperti kelas, status, lembaga, ataupun power.

Masyarakat Kota palopo terdiri dari beberapa etnis yang hidup

berdampingan seperti etnik tionghoa, etnis jawa, etnis makassar dan

diikuti beberapa sub-sub etnik kecil yakni bali, Toraja, dan endrekang.

Adapun etnis flores yang jumlahnya relatif kecil hanya terdapat didaerah

perkotaan saja. Penduduk kota palopo dalam kehidupan sehari-harinya,

masih banyak yang terikat sistem norma dan aturan-aturan yang menjadi

falsafah hidup bagi masyarakat Kota Palopo terutama etnis pendatang.

Suku bangsa Tionghoa biasa disebut Cina, adalah salah satu suku

yang ada di Indonesia. Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi

secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan

perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah

Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan

Page 64: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

56

terbentuk. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-

kerajaan kuno diNusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti

yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan

perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke

Nusantara dan sebaliknya. Seperti juga diungkapkan Benny Wijaya:

“seperti yang ada di Sejarah, leluhur etnis Tionghoa di Indonesia

dulunya datang dari daerah cina, melaluli jalur perdagangan,

apalagi di Selat Malaka, terjadi pertukaran barang perdagangan

disana, ada yang pulang, dan ada juga yang menetap dan menikah

dengan warga lokal.”14

Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang

berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku

dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Etnis Tionghoa

banyak sekali di Indonesia, namun sebelum permasalahan etnis masih

dianggap peka, maka sebelum tahun 2000, jumlah etnis Tionghoa tidak

pernah di masukan dalam data sensus penduduk.

Etnis Tionghoa cenderung tertutup dan inklusif dengan budaya

lokal, bukan diartikan mereka memiliki karakter antipati terhadap

sosialisasi dengan budaya lokal. Namun sikap yang itu muncul oleh

karena trauma peristiwa masa lalu “tragedi diskriminasi” dan pembantaian

14

Wawancara dengan Benny Wijaya, selaku Ketua Bhudi Bhakti, komunitas Tionghoa di Kota

Palopo, Tanggal 26 Mei 2012

Page 65: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

57

terhadap etnik Tionghoa yang terjadi di Indonesia. Seperti yang

diungkapkan Claudia:

“kami etnis Tionghoa sering dikira tidak ingin bergaul dengan

masyarakat, namun mungkin hanya beberapa saja, itu mungkin

karena trauma leluhur mereka yang pernah didiskriminasi, namun

di Kota Palopo kami berbaur dan melakukan aktifitas dengan

saling toleransi.”15

Selama masa Orde Baru berkuasa etnis Tionghoa banyak

diperlakukan dengan diskriminatif, baik dalam bidang politik maupun

sosial budaya. Etnis Tionghoa sperti lebih diarahkan ke bidang ekonomi

saja. SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia)

diberlakukan bagi warga negara Indonesia keturunan etnis Tionghoa.

Walaupun ketentuan ini bersifat administratif, secara esensi penerapan

SBKRI sama artinya dengan upaya yang menempatkan WNI Tionghoa

pada posisi status hukum WNI yang masih dipertanyakan. Ketika masa

Orde Baru juga melarang warga keturunan Tionghoa untuk berekspresi.

Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing

di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang

secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian

barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian

Bahasa Mandarin dilarang. Agama tradisional Tionghoa juga dilarang.

Mengakibatkan agama Konghucu tidak diakui oleh pemerintah. Orang

Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih

15

Wawancara dengan Claudia, selaku Caleg tidak terpilih pada pemilu legislatif Kota Palopo, 1

Juni 2012

Page 66: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

58

untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.

Pada masa akhir masa Orde Baru, terjadi peristiwa kerusuhan Mei 1998

yang merupakan peristiwa terkelam bagi masyarakat Indonesia terutama

warga Tionghoa karena kerusuhan tersebut menyebabkan jatuhnya

banyak korban bahkan banyak diantara mereka mengalami pelecehan

seksual, penjarahan, kekerasan, dan lainnya.16

Pasca runtuhnya rezim Orde Baru dan berganti menjadi era

Reformasi dijadikan momentum bagi orang Tionghoa membuka dan

menyadarkan mereka akan pentingnya memperjuangkan aspirasi mereka

melalui saluran-saluran politik. Hal ini didukung reformasi dan iklim

demokratisasi yang lebih baik yang membuka katup-katup politik dan

mengundang pasrtisipasi semua waga negara dalam proses ini. Salah

satu agenda yang diusung dalam label Reformasi Total adalah

penyelesaian masalah terhadap kaum minoritas, dan tercakup di situ pula

Etnis Tionghoa. Saat itu mulai bermunculanlah berbagai partai politik

maupun kelompoki kepentingan dari etnis ini seperti Partai Reformasi

Tionghoa Indonesia (PARTI), Partai Pembauran Indonesia (Parpindo) dan

FORMASI (Forum Masyarakat Untuk Solidaritas Demokrasi Indonesia).

Presiden saat itu, B.J. Habibie juga mengakhiri segala bentuk

pelarangan terhadap kebebasan berekspresi kelompok etnis Tionghoa

dengan menerbitkan Impres Nomor 26 tahun 1998. kemudian Gus Dur

16

http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia

Page 67: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

59

mencabut Kepres No. 6 tahun 2000, sekaligus keberadaan Inpres No. 14

tahun 1967. Sejak saat itu, dimulailah kebebasan berekspresi dalam

bidang budaya bahkan, Megawati Soekarnoputri, presiden RI selanjutnya

menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional serta menegaskan lagi tak

boleh ada diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Putri Bung Karno ini juga

menjamin etnis Tionghoa bisa bekerja dalam bidang apa pun, termasuk

menjadi pegawai negeri sipil (PNS) atau TNI.

Kebijakan pemerintah Indonesia pada masa orde baru dengan

proyek kebijakan asimilasi berdampak pada keadaan sosial politik etnis

Tionghoa di Kota Palopo. Kebijakan ini ditandai dengan penghapusan

pilar-pilar kebudayaan etnis Tionghoa, pembubaran organisasi etnis

Tionghoa serta simbol-simbol etnis Tionghoa. Ini mengakibatkan asimilasi

budaya, dimana orang Tionghoa telah dibaur, positifnya terjadi sosialisasi

namun agaknya mereka seperti kehilangan jati dirinya.

Melalui keputusan Presiden No. 12 tahun 2002, tentang tahun baru

Imlek, dan Imlek sebagai hari besar nasional,bahkan sejak pemerintahan

Abdurahman Wahid (Gusdur), etnis Tionghoa diberikan hak-hak yang

sama dengan warga Indonesia lainnya. Ini pun berdampak positif bagi

Kota Palopo, dimana Toleransi dan hak-hak etnis Tionghoa pun dapat

berbaur namun tidak kehilangan identitas budaya leluhurnya. Seperti yang

dikatakan Claudia:

“mungkin dulu memang tidak begitu harmonis, tapi itu hanya terlihat

karena kasus-kasus yang terjadi di Indonesia pada umumnya, tapi

Page 68: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

60

di sini hubungan sosial dengan masyarakat asli tidak ada

hambatan. Kita sudah seperti saudara, dulu waktu kerusuhan di

Makassar, katanya akan sampai di Palopo, tapi nyatanya tidak”17

Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk 136 juta,

pulau ini merupakan pulau berpenduduk terpadat di dunia dan merupakan

salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Pulau ini dihuni oleh

60% penduduk Indonesia. Terdapat dua kelompok etnis utama asli pulau

ini, yaitu etnis Jawa dan etnis Sunda.

Masyarakat Jawa dikenal menjaga nilai-nilai rukun,saling

menghormati dan melibatkan kebudayaan yang berbgai macam,yaitu

menekankan pentingnya kelompok sebagai sumber dukungan dan

bimbingan dalam bertingkah laku. Tentunya hal itu memberikan pengaruh

yang sangat kuat dalam berperilaku. Tentunya hal itu memberikan

pengaruh yang sangat kuat dalam berperilaku. Masyarakat keseluruhan

mengutamakan sifat saling tergantung dalam jaringan hubungan sosial

serta kemampuan menyesuaikan diri dengan kelompok dan cenderung

merendahkan diri. Budaya merendahkan diri terlihat dalam tutur kata

misalnya”Monggo mampir wonten gubug kulo”yang sesungguhnya

mempersilahkan orang singgah dirumahnya. Dari kalimat itu,kesan yang

muncul bahwa rumah yang ditempati sangat sederhana sekalipun

terkadang lebih bagus dari sebuah gubug(rumah-rumahan di sawah). Hal

17

Wawancara dengan Claudia, selaku Caleg tidak terpilih pada pemilu legislatif Kota Palopo, 1

Juni 2012

Page 69: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

61

ini tidak terlepas dari nilai hormat dan rukun yang menjadi prinsip dalam

membangun interaksi sosial masyarakat khususnya suku masyarakat

Jawa.

Masyarakat Jawa tidak menonjolkan milik pribadi karena tidak ingin

meninggikan diri sendiri yang dianggap sebagun dengan sombong dan

tidak menghormati orang lain dan lebih suka bersifat andhap asor.

Masyarakat Jawa menekankan niali-nilai rukun dan hormat dengan cara

merendahkan diri untuk meninggikan diri. Dengan merendahkan diri sama

halnya memberi hormat kepada orang lain dan dengan begitu orang lain

pun akan menghormati dirinya. Dalam kehidupan saling menghormati dan

rukun ini tercipta suasana yang harmonis dan bukan saling bersaing untuk

menonjolkan kemampuanya atau apapun yang dimiliki. Orang yang

mertendahkan diri secara tidak langsung menjaga hubungan sosial dalam

kelompok.

Masyarakat pendatang yang beretnis jawa di Palopo memiliki

kehidupan sosial yang baik dengan masyarakat asli seperti yang

diungkapkan Suprhiono:

“hubungan sangat baik, masyarakat jawa pada umumnya

pedagang khususnya makanan (gorenga dan kue) tapi dengan ini

juga kami secara tidak langung membangun kota Palopo.”18

18

Wawancara dengan Drs. Suprhiono, M.Si selaku ketua paguyuban Jawa, tanggal 8 juni 2012

Page 70: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

62

Etnis Jawa yang ada di Palopo kebanyakan berasal dari

masyarakat ekonomi menengah ke bawah, yang menghidupi hidupnya

dengan cara berdagang. Seperti yang diungkapkan Murdiono :

“mohon maaf, tapi kebanyakan orang jawa yang dirantau

menengah kebawah, dan dari segi ekonomi banyak yang belum

dikatakan mapan, jadi mereka fokus untuk berdagang, kalo untuk

politik mereka mendukung dengan cara memilih di pemilu.”19

Etnis Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang

mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya

Mangkasara' berarti "Mereka yang Bersifat Terbuka."

Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun

demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak

heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka

berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan

armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium

bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan

bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian

utara. Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama

dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup

Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga

menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya

akibat adu domba Belanda terhadap kerajaan taklukannya.

19

Wawancara dengan Drs. Murdiono, sebagai caleg etnis Jawa yang tidak terpilih, tanggal 6 juni

2012

Page 71: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

63

Berbicara tentang Makassar maka adalah identik pula dengan suku

Bugis yang serumpun. Istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang

diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah. Hingga pada akhirnya

kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda, segala potensi dimatikan,

mengingat suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda.

Sementara, sistem sosial dalam masyarakat etnis Makassar adalah

dikenal adanya penggolongan / strata sosial yang menggolongkan

masyarakat ke dalam 3 golongan utama yang masing-masing di dalamnya

terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Penggolongan tersebut yaitu:

Golongan Karaeng, To Maradeka, dan Ata/Budak/Hamba Sahaya. Selain

itu, Masyarakat etnis Makassar juga sejak dahulu mengenal

adanya aturan tata hidup yang berkenaan dengan, sistem

pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepecayaan, yang

mereka sebut sebagai pangadakang. Dalam hal kepercayaan masyarakat

etnis Makassar telah percaya kepada satu Dewa yang tunggal. Dewa

yang tunggal itu disebut dengan istilah Turei A‟rana (kehendak yang

tinggi). 20

Dalam sistem sosial, juga dikenal adanya hubungan kekerabatan

masyarakat seperti : Sipa‟anakang/sianakang, Sipamanakang, Sikalu-

kaluki, serta Sambori. Kesemua kekerabatan yang disebut di atas terjalin

erat antar satu dengan yang lain. Mereka merasa senasib dan

20

http://fadilahmadjid.blogspot.com/2011/06/makalah-karya-ilmiah-tentang-suku.html

Page 72: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

64

sepenanggungan. Oleh karena jika seorang membutuhkan yang lain,

bantuan dan harapannya akan terpenuhi, bahkan mereka bersedia untuk

segalanya.

Etnis Makassar di Kota Palopo datang dan menetap di Kota Palopo

oleh karena masih dalam satu daratan Sulawesi Selatan, dan sejarah

etnis bugis makassar yang memang dikenal berpetualang, kebanyakan

dari mereka kemudian menikah dengan orang asli. Seperti yang dikatakan

Halim Ahmad:

“kedatangan etnis Makassar disini sudah sejak lama, mereka

menetap dan melakukan aktifitas disini, dan kebanyakan menikah

denga orang sini. Meskipun berbeda, diharapkan masyarakat suku

Makassar juga dapat hidup bersama dengan kebudayaan lain

meskipun berbeda, dan saling menghormati tanpa melakukan

penyeragaman budaya, tetapi dapat saling memahami adanya

perbedaan-perbedaan sebagai salah satu warisan budaya dan

kekayaan bangsa.”21

Karakteristik etnis pendatang di Palopo hampir sama yang lebih

fokus kepada segi perekonomian, dalam hal ini berdagang dan

berwirausaha. Budaya politik masih tergolong Budaya politik subyek/kaula

memiliki frekuensi orientasi-orientasi yang tinggi terhadap sistem

politiknya, namun perhatian dan intensitas orientasi mereka terhadap

aspek masukan (input) dan partisipasinya dalam aspek keluaran (output)

sangat rendah. Subjek individual menyadari akan otoritas pemerintah

yang memiliki spesialisasi, ia bahkan secara afektif mengorientasikan diri

21

Wawancara dengan Halim Ahmad,ST, Caleg terpilih (Anggota Legislatif Kota Palopo etnis

Makassar) tanggal 13 Juni 2012

Page 73: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

65

kepadanya, ia memiliki kebanggan terhadapnya atau sebaliknya tidak

menyukainya, dan ia menilainya sebagai otoritas yang absah. Namun

demikian, posisinya sebagai subyek (kaula) mereka pandang sebagai

posisi yang pasif. Di yakini bahwa posisinya tidak akan menentukan apa-

apa terhadap perubahan politik. Mereka beranggapan bahwa dirinya

adalah subyek yang tidak berdaya untuk mempengaruhi atau mengubah

sistem. secara umum mereka menerima segala keputusan dan

kebijaksanaan yang diambil oleh pejabat yang berwenang dalam

masyarakat. Namun dengan semakin dibuka ruang demokrasi, etnis

pendatang pun mulai mencoba masuk dalam sistem politik dan

memberikan sumbangsih terhadap jalannya sistem politik.

Dalam pentakdirannya sebagai negara kepulauan atau negara

maritim yang masyarakatnya bersifat majemuk (plural society), pemerintah

dan masyarakat Indonesia masih harus belajar banyak dari sejarah

perjalanannya sendiri tentang bagaimana mengelola kemajemukan

tersebut agar menjadi modal sosial pembangunan bangsa. Masyarakat

majemuk yang tersusun oleh keragaman kelompok etnik (etnic group)

atau suku bangsa beserta tradisi-budayanya itu, tidak hanya berpeluang

menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat di masa mendatang,

tetapi juga berpotensi mendorong timbulnya konflik sosial yang dapat

mengancam sendi-sendi integrasi negara-bangsa (nation-state), jika

dinamika kemajemukan sosial-budaya itu tidak dapat dikelola dengan

baik.

Page 74: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

66

Sebagai unsur pembentuk sistem sosial masyarakat majemuk,

kelompok-kelompok etnik memiliki kebudayaan, batas-batas sosial-

budaya, dan sejumlah atribut atau ciri-ciri budaya yang menandai

identitas dan eksistensi mereka. Kebudayaan yang dimiliki kelompok etnik

menjadi pedoman kehidupan mereka dan atribut-atribut budaya yang

ada, seperti adat-istiadat, tradisi, bahasa, kesenian, agama dan paham

keagamaan, kesamaan leluhur, asal-usul daerah, sejarah sosial, pakaian

tradisional, atau aliran ideologi politik menjadi ciri pemerlain atau

pembeda suatu kelompok etnik dari kelompok etnik yang lain.

Kebudayaan dan atribut sosial-budaya sebagai penanda identitas

kelompok etnik memiliki sifat stabil, konsisten, dan bertahan lama.

B. Peran etnis pendatang dalam arena politik pemilihan anggota

DPRD di Kota Palopo

Etnopolitik atau politik etnis dapat diasumsikan sebagai politik yang

memfokuskan pembedaan sebagai kategori utamanya yang menjanjikan

kebebasan dan toleransi. Munculnya politik etnis diawali tumbuhnya

kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu

kelompok etnis tertentu, yang kesadaran itu memunculkan solidaritas

kelompok. Seperti yang diungkapkan Suprhiono :

Page 75: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

67

“kesamaan suku dan budaya yang dimiliki secara tidak langsung

ada ikatan emosional untuk saling tolong menolong di tanah

rantau.”22

Sejalan dengan demokratisasi di indonesia sering timbul pemikiran-

pemikiran yang mementingkan kelompok dan suku sendiri (sukuisme),

adanya kecenderungan untuk menggunakan nilai-nilai kelompok dalam

proses politik. Maraknya proses demokrasi yang ditandai dengan

desentralisasi, dimana pemerintah pusat memberi otonomi kepada

pemerintah daerah untuk memperoleh kebebasan dan pengakuan politik

dalam pemilihan kepala daerah sendiri. Etnisitas yang menjadi ikatan

yang sangat emosional dan mengakar dalam masing-masing individu

dalam etnisnya, telah memicu munculnya perjuangan kelompok-kelompok

etnis dari dominasi etnis mayoritas. Etnisitas berkaitan erat dengan

budaya masing-masing kelompok yang memiliki ciri khas kelompok

tersebut atau yang sering disebut dengan primordialisme. Sehingga tidak

jarang keterikatan etnis ini sering dimanfaatkan dan dimanipulasi

kelompok elite (aktor-aktor politik) untuk mencapai tujuan dan

mendapatkan kekuasaannya, terutama didaerah yang penduduknya

heterogen.

Setelah sistem electoral dilakukan secara langsung, baik untuk

pemilihan Kepala Daerah dan pemilihan DPRD, muncul sebuah indikasi

telah terjadi pergeseran politik yang dikembangkan oleh etnis pendatang

22

Wawancara dengan Drs. Suprhiono, M.Si selaku ketua paguyuban Jawa, tanggal 8 juni 2012

Page 76: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

68

Kekuatan lobby maupun kuatan finansial saat ini dirasakan tidak cukup

lagi untuk mengontrol berbagai kebijakan politik ditengah rumitnya

dinamika politik lokal di Kota Palopo. Ada semacam keharusan bahwa

etnis harus terlibat langsung dalam sistem politik formal jika ingin

melakukan perubahan secara cepat ditengah arus perubahan politik,

sekaligus sebagai upaya menanggalkan image sebagai etnis perantara

yang cenderung dipolitisasi dari berbagai kepentingan politik. Seperti

yang diungkapkan Claudia:

“sebenarnya dulu saya tidak mau maju jadi caleg, namun karena

saya suka melakukan baksos, dan pak Walikota Tendri Ajeng

melalui ketua yayasan Pak Benny untuk mencalonkan saya

sebagai anggota legislatif, dan saya pikir ini kesempatan untuk

membuktikan etnis pendatang,khususnya Tionghoa juga bisa.”23

Etnis pendatang untuk menempatkan wakilnya dalam pemilu

legislatif 2009 di Kota Palopo mengisyaratkan bahwa mereka mulai

menuai hasil dari perubahan strategi politik yang mereka

kembangkan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa perpolitikan di

Palopo, masih menggunakan kekuatan primordial sebagai sebagai basis

pergerakan politik. Sistem kekerabatan yang terbangun sejak lama

seperti, adanya kesamaan profesi (pengusaha), jejaring kekerabatan

organisasi baik dari segi agama maupun suku dikonversi dengan baik

sebagai modal untuk berkompetisi dengan mayoritas etnis yang

lain sehingga memunculkan sebuah sistem politik

kekerabatan. Seperti diungkapkan Murdiono:

23

Wawancara dengan Claudia, sebagai Caleg tidak terpilih pada pemilu legislatif Kota Palopo, Juni

2012

Page 77: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

69

“dalam konteks politik, memang masih sulit mo tampil setara dalam

pertarungan legislatif,bukan apanya, tapi kita kalah kuantitas, dan

masih berdasarkan priomdial jadi kebanyakan masyarakat asli yang

lebih dominan, tapi tidak berarti masyarakat pendatang tidak punya

kapasitas.”24

Sebenarnya etnis pendatang juga ingin menggunakan kekuatan

primordial keterwakilan politik ditingkat parlemen lokal diharapkan mampu

mengatasi berbagai masalah yang selama ini membelenggu pendatang.

Namun dari segi kuantitas masih tergolong kecil.

Dalam pemilihan legislatif etnis pendatang kebanyakan masih

belum mau terjun langsung dalam panggung politik, mereka kebanyakan

hanya ingin terlibat dalam sistem politik sebagai pemilih, dengan

mendukung sistem politik dan memilih pilihan yang tepat segioya sudah

dapat memiliki peran terhadap kemajuan kota Palopo. Seperti yang

diungkapkan Suprhiono:

“Sebagai ketua paguyuban saya persilakan pilih sesuai kata hati,

terserah mau dari etnis mana tanpa ada perbedaan, siapapun yang

terpilih kami hanya ingin dilindungi disini sebagai masyarakat

pendatang, biar kami dapat beraktifitas dengan tenang. Kita tetap

dukung siapa pun yang kandidat yang terpilih, karena itu adalah

pilihan rakyat demi kemajuan kota Palopo”25

Keikutsertaan warga negara dalam pemilu merupakan serangkaian

kegiatan membuat keputusan, yakni apakah akan memilih atau tidak

memilih dalam pemilu. Dengan melihat pola perilaku pemilih, kita dapat

mengetahui apakah pemilih memilih berdasarkan manifesto partai atau

24

Wawancara dengan Drs. Murdiono, sebagai caleg etnis Jawa yang tidak terpilih, tanggal 6 juni

2012 25

Wawancara dengan Drs. Suprhiono, M.Si selaku ketua paguyuban Jawa, tanggal 8 juni 2012

Page 78: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

70

tertarik hanya berdasarkan emosional belaka. Seperti yang diungkapkan

Benny Wijaya:

“secara komunitas kami tidak mendukung salah satu kandidat, tapi

kalau secara pribadi pasti punya pilihan masing-masing dengan

penilaian sendiri. kami sudah cukup cerdas untuk memilih, kita

memilih bukan karena janji, tapi melihat kapasitas, dan tidak serta

merta memilih sesama etnis, kalau etnis lain yang lebih baik,

kenapa tidak memilih dia?”26

Tindakan atau keputusan politik seseorang ditentukan oleh

perilaku, sikap dan persepsi politik. Perilaku politik adalah pikiran dan

tindakan yang berkaitan dengan pemerintah. Perilaku politik ini meliputi

tanggapan-tanggapan internal seperti persepsi, sikap dan keyakinan, juga

meliputi tindakan yang nyata seperti pemberian suara, protes, lobbying,

dan lain sebagainya. Sedangkan persepsi politik berkaitan dengan

gambaran suatu objek tertentu, baik mengenai keterangan maupun

informasi dari suatu hal maupun gambaran tentang objek politik yang

bersifat fisik dan nyata. Dan sikap politik berkaitan dengan berbagai

keyakinan yang telah melekat dan mendorong seseorang untuk

menanggapi suatu objek atau situasi politik dengan suatu cara tertentu.

Terkait dengan peran masyarakat pendatang dalam pemilu tidak

terlepas dengan konsep membangun masyarakat yang berdaya oleh

pemerintah. Bahwa peran pemerintah dalam hal ini dapat ditunjukan

dengan membuka ruang-ruang publik dan informasi yang dapat diakses

oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat mampu berpartisipasi dalam

26

Wawancara dengan Benny Wijaya, selaku Ketua Bhudi Bhakti, komunitas Tionghoa di Kota Palopo, Tanggal 26 Mei 2012

Page 79: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

71

setiap kebijakan yang dibuat, melalui partisipasi harapannya adalah

masyarakat mampu menjadi mitra pemerintah tentunya partisipasi

dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara

konstruktif. Kaitannya dengan pemilu legislatif, partisipasi terwakilkan

secara baik dalam model dan sistem secara terbuka, setiap orang untuk

bisa berpartisipasi penuh dalam hal dipilih maupun memilih. Seperti yang

dikatakan Halim Ahmad, ST:

“Pemilu legislatif, adalah kesempatan kita untuk memilih dan dipilih,

tanpa memilih dengan iklhas, dan dipilih berdasarkan kualitas,

bukan semata karena kesamaan etnis”27

Sebenarnya situasi tersebut menuju kearah yang positif, yaitu

penguatan kesetaraan (egality) dalam hak-hak individu diakui. Hal ini juga

menguatkan demokratisasi yang sedang terbangun. Namun, penulis

memiliki catatan kritis dengan kondisi yang ada. Bahwa dengan

banyaknya partisipasi masyarakat yang mendaftarkan diri menjadi calon

legislatif (caleg), maka masyarakat sebagai yang memilih hanya dijadikan

sasaran untuk memenuhi hasrat kemenangan, sehingga dalam

pelaksanaanya cara apapun akan dilakukan oleh sang caleg demi meraih

kemenangan. Karena itu sudah tak aneh jika saat ini kita melihat banyak

caleg memberikan uang atau barang lainnya untuk meyakinkan

masyarakat untuk memilihnya dan parahnya masyarakat terbuai dengan

pemberian sang caleg, sehingga terbangun paradigma musim kampanye

27

Wawancara dengan Halim Ahmad,ST, Caleg terpilih (Anggota Legislatif Kota Palopo etnis

Makassar) tanggal 13 Juni 2012

Page 80: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

72

ini adalah musimnya bagi-bagi uang atau barang bukan untuk

mengagendakan perubahan.

Apabila kita lihat lebih jauh, ketimpangan antara harapan dan

kenyataan benar-benar terjadi. Masyarakat dijadikan komoditas politik

saja bukan sebagai aktor yang harusnya bersikap kritis terhadap kondisi

tersebut. Dari kenyataan tersebut dirasakan belum terjadi upaya maksimal

dari masyarakat dalam membangun pondasi politik yang kuat untuk masa

selanjutnya. Membangun sebuah masyarakat yang mandiri dan berdaya

tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan, diperlukan sebuah

keseriusan seluruh elemen yang terkait terutama dari dalam masyarakat

itu sendiri.

Strategi yang dapat dilakukan ialah masyarakat harus berani

mengintegrasikan dirinya menjadi sebuah kekuatan dalam bentuk

lembaga ataupun organisasi, sehingga memiliki daya tawar tinggi ketika

berhadapan dengan Negara. Lembaga-lembaga publik non Negara atau

disebut Civil Society Organization (CSO) seperti Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), media massa, Perguruan Tinggi sebagai lembaga

yang memiliki akses terhadap pemerintahan harus dimaksimalkan

kembali. De tecquevill mendefinisikan civil society sebagai wilayah

kehidupan sosial yang mandiri yang bercirikan kesukarelaan,

keswasembadaan, dan keswadayaan yang di dalamnya terdapat

masyarakat yang kuat ketika berhadapan dengan negara. Kekuatan

Page 81: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

73

tersebut masih dalam lingkup masyarakat mentaati norma-norma atau

aturan yang berlaku.

Kaitannya dengan mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemilu,

pengawasan terhadap setiap calon anggota legislatif mutlak harus

dilakukan oleh masyarakat yang terintegrasi dalam lembaga-lembaga non

Negara Civil Society Organization (CSO). Adapun bentuk pengawasan

yang dapat dilakukan civil society organization (CSO) dalam mewujudkan

kedaulatan masyarakat adalah lembaga-lembaga publik non Negara atau

Civil Society Organization (CSO) seperti Lembaga Swadaya Masyarakat,

media massa, Perguruan Tinggi dapat melakukan pendidikan kepada

masyarakat luas, pengawasan publik serta pembelaan (advokasi)

masyarakat. Patut disadari bahwa hampir mayoritas penduduk Indonesia

masih rendah tingkat pendidikannya, sehingga dengan adanya pendidikan

politik ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui hak-hak politiknya

secara sadar sehinga rasional dalam menentukan pilihannya kelak. Pun

juga, Setiap calon yang ada perlu dibangun komitmennya dalam bentuk

kontrak politik terhadap masyarakat, sehingga janji-janji yang diucapkan

pada saat kampanye dapat dipantau untuk diselaraskan dengan

kinerjanya.

Adapun pembelaan terhadap masyarakat dapat dilakukan sebagai

wujud pendampingan terhadap hak-hak politik masyarakat, sehingga

setiap calon yang ingin maju tidak bisa sewenang-wenang terhadap

masyarakat. Pada akhirnya dalam membangun hubungan antara

Page 82: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

74

masyarakat dengan calon anggota legislatif pada masa kampanye ini

harus dimulai dari dalam masyarakat, sehingga tercipta sinergitas antara

kebutuhan masyarakat dengan kinerja calon jika terpilih nanti. Hanya

masyarakat yang mampu mengetahui hak-hak politiknya secara sadar

nantinya memiliki posisi tawar (bargaining position) yang tinggi terhadap

sang calon, sehingga agenda perubahan yang dicita-citakan dapat

diwujudkan.

Page 83: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

75

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Beragamnya suku bangsa, adat serta agama yang dimiliki oleh

Indonesia yang masing - masing budaya memilki khasnya masing masing,

telah memunculkan perilaku politik yang berbeda-beda. Artinya, tingkah

laku politik merupakan pencerminan dari budaya politik suatu masyarakat

yang penuh dengan aneka bentuk kelompok dengan berbagai macam

tingkah lakunya. Bertemunya dua atau lebih etnis pada satu daerah

membutuhkan penyesuaian satu dengan yang lain, proses penyesuaian

dalam proses interaksi.

Salah satu kota dengan percampuran etnis sehingga tercipta suatu

multikulturalis yang harmonis yaitu kota palop. Etnis pendatang (Tionghoa,

Jawa, dan Makassar) sama-sama melakukan proses interaksi sosial

dengan masyarakat asli. Karakteristik masyarakat sosial politik pendatang

di Kota Palopo masih cenderung membuat kelompok berdasarkan ikatan

emosional ini terjadi oleh karena kesamaan yang mereka miliki, namun

proses pembauran dengan interaksi lingkungan sosial berjalan baik.

Masyarakat pendatang di Kota Palopo lebih banyak menaruh perhatian di

segi ekonomi, dari sisi politik mereka mendukung sistem politik lewat

berpartisipasi aktif dalam pemilihan legislatif di Kota Palopo. Namun

kesadaraan akan jumlah kuantitas mereka masih kalah bersaing dalam

Page 84: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

76

perebutan kursi di parlemen. Di kota Palopo yang tingkat kemajemukan

etnisnya tinggi, posisi sentra kekuasaan politik masih dipegang oleh

masyarakat asli. Namun keikutsertaan mereka baik memilih dan dipilih

memiliki peran terhadap sistem politik. Kehadiran mereka dalam politik

telah menunjukan usaha untuk dapat bersaing dan bersama masyarakat

asli memajukan Kota Palopo diberbagai aspek kehidupan.

B. Saran

Pemilihan anggota legislatif dikota Palopo merupakan salah satu

dinamika politik pada tingkat lokal, politisasi etnik yang dibangun oleh

etnis pendatang, sekiranya harus lebih beradaptasi dengan masyarakart

asli kota palopo etnis luwu, yang dimana ernis pendatang adalah sebuah

fenomena yang menarik di kota Palopo, etnis jawa, etnis tionghoa dan

etnis Makassar yang ikut menberikan sumbangsi dalam kemajuan kota

Palopo hingga saat ini. Ada beberapa saran yang penulis coba berikan :

1. Tokoh masyarakat sebagai mainstream politik lokal harusnya

bersikap pluralis, sehingga tercipta dan terbina harmoni kehidupan

masyarakat yang multikultural dan mendorong terwujudnya tatanan

nilai kearifan yang berorentasi lokal dan sesuai dengan cita-cita

demokrasi.

2. Fanatisme kesukuan ditingkat daerah yang menjadi hambatan

integrasi bangsa, semangat ini harusnya di formulasikan

Page 85: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

77

lebihdemokratis dengan nilai-nilai kearifan local sehingga anggapan

bahaya etnosentris dapat dihindari.

Page 86: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

78

DAFTAR PUSTAKA

Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004

Pustaka Eureka : Surabaya.

Bungin, Burhan, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. RajaGrafindo

Persada : Jakarta.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi, Gramedia:

Jakarta.

Barth, Fredrik. 1988. Kelompok-kelompok etnik dan batasannya.

Penerjemah Nining I. Soesilo, Universitas Indonesia (UI-Press) :

Jakarta

Faisal, Sanapiah.2005. Format-Format Penelitian Sosial, Rajawali Press:

Jakarta

Fearon, James D.2004. Ethnic Mobilization and Ethnic violence,

Departemen of Political Science Stanford University.

Isajiw, Wsovolod W. Defenision and Dimension of Ethnicity : A Theoretical

Framework. (Paper presented at ” join Canada-United States

Conference on the measurement Of Ethnicity ” Ottawa, Ontario,

Canada, April,1992)

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk ilmu-

Ilmu Sosial, Departemen Ilmu Administrasi Fisip-UI : Depok

McGlynn, Frank dan Tuden, Artur. 2000. Pendekatan Antropologi pada

Perilaku Politik, Penerjemah : Suwargono dan Nugroho. UI- Press:

Jakarta

Mubarok, Mufti M. 2005. Suksesi Pilkada : Jurus memenangkan Pilkada

Langsung. : PT. Java Pustaka Media Utama : Surabaya

Page 87: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

79

Mattulada, 1971, Kebudayaan Bugis-Makassar,Manusia dan Kebudayaan

Indonesia diredaksi oleh Koentjaraningrat .Djambatan.

Morris, Van Braam. 1991. Massenrempulu menurut catatan D.F.Van

Braam Morris. Penerjemah Mappasanda.: Depertemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Ujung Pandang

Noer, Deliar. 1965. Pengantar ke Pemikiran Politik. Dwipa: Medan.

Nursal, Adman.2004. Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu.

Gramedia. Jakarta

Pito, Andrianus, Efriza, Fasyah Kemal. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik.

Penerbit Nuansa,Bandung.

Rothschild, Joseph, 1981.Ethnopolitics : A conceptual Framework.:

Columbia Uneversity Press, New York

Rudy, May T.2003. Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran dan

Kegunaanya. Bandung : PT. Refika Aditama: Bandung.

Salossa, Daniel S. 2005. Pilakda Langsung. Media Pressindo :

Yogyakarta.

Tomagola, Tamrin Amal. 2006. Republik Kapling. Resist Book :Yogyakarta

Yusuf, Awaluddin Iwan. 2005. Media, Kematian dan Identitas Budaya

Minoritas : Refresentasi Etnik Tionghoa dalam iklan dukacita UII

Press. Yogyakarta.

Jurnal dan Makalah.

Aminah, Siti. 2005. Otonomi elitis Vs Otonomi Rakyat.Jurnal Wacana,

Edisi 21,TahunVI , Insist Press: hal. 79-104.

Mappasanda. 1989. Sejarah Terbentuknya Federasi Duri.Makalah Pada

Seminar nasional dan kebudayaan Massenrempulu: Enrekang

Page 88: Politik Etnis Masyarakat Pendatang Di Kota Palopo · Politik etnis diawali tumbuhnya kesadaran orang yang mengidentikan diri mereka ke dalam salah satu kelompok etnis tertentu, yang

80

Palisuri, Udin.1989.Sejarah Kerajaan Enrekang dan Kepemimpinan raja-

raja Enrekang hal-hal yang bersangkutan dengan Lontarak

Enrekang. Makalah pada seminar nasional sejarah dan

kebudayaan Massenrempulu. November. Enrekang.

Setyaningrum, Arie. 2005. Memetakan Lokasi bagi politik identitas dalam

wacana poskolonial.Jurnal Mandatory, Edisi 2, Tahun 2, IRE:.

Hal.31- 32.

Sarrang, Sila. 1989. Sejarah singkat kerajaan Maiwa. Makalah pada

seminar nasional dan kebudayaan Massenrempulu. Enrekang.

Surat Kabar

Surat kabar, FAJAR, Minggu, 12 Oktober 2008.Hal.2

Kesatuan Bangsa

Arsip, jadwal kampanye pemilu bupati dan wakil bupati Enrekang 2008

Arsip, rekapitulasi perolehan suara pilkada bupati dan wakil bupati

kabupaten Enrekang periode 2008-2013.