politik hukum dan hak asasi -...
TRANSCRIPT
1
POLITIK HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA DALAM UUD 1945
PASCA AMANDEMEN
Oleh Marsiyem
I. Pendahuluan
Berdirinya suatu negara tidak dapat dipisahkan dari konsep tentang
kedaulatan yang melekat pada negara yang bersangkutan. Kedaulatan merupakan
unsur yang penting dalam suatu negara. Hal ini mengingat negara adalah suatu
organisasi kekuasaan yang merupakan alat untuk mencapai tujuan bersama. Hal
ini sangat disadari oleh para pendiri negara yang sekaligus juga sebagai perumus
UUD 1945.
Bahkan konsep kedaulatan rakyat ini sudah menjadi polemik intelektual
di antara para pejuang kemerdekaan sejak 1930 – an, jauh sebelum konsep-
konsep modern seperti negara hukum (rechtstaat), Huk Asasi Manusia (HAM)
dan lain-lain diperdebatkan dalam penyusunan UUD 1945. Karena itu
pembahasan dalam perspektif historis tidak dapat dilepaskan dalam memahami
gagasan kedaulatan rakyat yang dirumuskan kedaulatan rakyat yang dirumuskan
dalam UUD 1945 sekarang.1
Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar (Pasal 1 ayat (2) perubahan ketiga UUD 1945). Negara Indonesia
adalah negara Hukum (Pasal 1 ayat (3) perubahan ketiga UUD 1945 ).
Pada waktu dibicarakan tentang hukum sebagai fenomen sosial, bukanlah
suatu lembaga yang sama sekali otonorn, melainkan berada pada kedudukan
yang kait mengkait dengan sektor-sektor kehidupan lain dalam masyarakat. Salah
sate segi dari k--eadaan yang demikian itu adalah bahwa hukum hares senantiasa
melakukan, penyesuaian terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakatnya. Dengan demikian, hukum rnempunyai dinamika. politik hukum
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika yang
demikian itu, karma dia diarahkan kepada iure
1 Jimly, Asshiddigie, Gagasan Kedaniatan Rakyat dalam Konstituti dan Pelaksanaannya di Indonesia,
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994, h. 3
2
constituendo, hukum yang seharusnya berlaku.2
Beberapa pertanyaan yang timbul dalam studi politik hukum ini adalah
1. Tujuan apakah yang hendak dicapai ? Tujuan ini bisa berupa suatu tujuan
besar yang tunggal, bisa juga dipecah-pecah ke dalam tujuan-tujuan yang
lebih kecil lagi.
2. Cara-cars apakah dan yang manakah yang paling baik untuk bisa dipakai
mencapai tujuan tersebut ? Termasuk didalamnya persoalan pemilihan antara
hukum tertulis atau tidak tertulis, antara sentralisasi dan desentralisasi.
3. Kapankah waktunya hukum itu perlu dirubah melalui cara-cara bagaimana
perubahan itu sebaiknya dilakukan
4. Dapatkah dirumuskan suatu pola yang mapan yang bisa memutuskan kita
dalam proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut ? termasuk didalamnya proses untuk memperbaharui hukum secara
efisien : dengan perubahan, total ?, dengan perubahan bagian demi bitgiaa ?
Bagian yang substansial dari politik hukum ini akan terletak di bidang
studi mengenai teknik-teknik perundang-undangan.
Dari uraian di atas kernbali tampak kebutuhan untuk melakukan studi secara
interlisipliner, seperti juga dibutuhkan oleh bidang-bidang studi disebut terdahulu.
Kecuali interdisiplinaritas dalam arti pendekatan yang dipakai, studi tentang
politik hukum ini juga membutuhkan sedikit banyak penguasaan bidang-bidang
didalam sistem hukum itu sendiri, seperti hukum pidana, perdata, dagang dan
seterusnya. Penguasaan ini terutama menyangkut azas-azas yang terdapat pada
masing-masing bidang hukum tersebut.3
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifikpun dapat mengemuka seperti
bagaimanakah pengaruh politik terhadap hukum, mengapa politik banyak
mengintervensi hukum, jenis sistem politik yang bagaimana yang dapat
melahirkan produk hukum yang berkarakter seperti apa.
Upaya untuk memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas
merupakan upaya yang sudah memasuki wilayah politik hukum. Politik Hukum
2 Satjipto Rahardjo, Emu Hukum, Alumni Bandung, 1986, h. 334
3 Ibid, h. 335
3
secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah. Mencakup pula
pengertian tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat
konfigurasi kekuatan yang ada dibelakang pembuatan dan penegakan hukum itu.
Di sini hukum tidak dapat hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat
imperatif atau keharusan-keharusan yang bersifat das sollen, melainkan harus
dipandang sebagai sub sistem yang dalam kenyataan (das sein) bukan tidak
mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materi dan pasal-
pasalnya maupun dalam implementasi dan penegakannya.4
Didalam negara hukum konstitusi merupakan unsur yang sangat mutlak,
sehingga harus ditaati dan dijalankan oleh warga negaranya. Sedangkan didalam
negara hukum salah satu unsurnya adalah pengakuan Hak Asasi Manusia (HAM).
Ide mengenai hak asasi telah timbul didunia ini. Nabi Musa ketika membebaskan
orang-orang yahudi dari cengkeraman Fir'aun adalah gerakan hak asasi. Pada
tahun 2000 sebelum Masehi Chammurabi di Babylon telah membuat hukum
yang melindungi hak-hak asasi, begitu juga pads tahun 600 sebelum Masehi di
Athena, Solon sudah mencanangkan perlindungan atas hak azasi dan keadilan
dengan pembentukan keadilan dengan pembentukan heliaea ( lembaga
peradilan ) dan accelesia (majelis rakyat)
Pericles, juga Altena, menghimbau rakyat untuk berpartisipasi dalam
accelesia itu. Kaisar romawi yang terkenal, Nairus anicius,Juslinian (327) telah
pula menciptakan sistem hukum yang kemudian menjadi pola dan sistem hukum.
di Barat ( juga di Indonesia ) sampai sekarang ini.5
Socrates yang terkenal itupun dalam pemikirannya telah meletakkan
dasar perlindungan dan jaminan diakuinya hak-hak azasi manusia dengan
konsepsinya yang menganjurkan masyarakat untuk melakukan kontrol terb,idap
pemerintah. Begitu juga Aristoteles dengan ajaran demokrasinya.
Dalam ajaran agamapun hak fithri (azasi) menjadi bagian penting yang
tak bisa dilupakan. Islam, dengan Al-Qur'an sebagai kitab sucinya menegaskan
4 Moh. Mahfud, MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta ; Pustaka LP3ES. Indonesia, 1998, h. 1-2
5 Moh. Mahfud MD, Dasar Dan struktur Ketatanegaraan Indonesia, U11 Press, Yogyakarta, 1993, h.
144
4
bahwa semua manusia berkedudukan sama dan hanya dibedakan dari sudut
ketaqwaannya; tidak ada paksaan dalam beragama; dan tidaklah dibolehkan satu
kaum menghina kaum yang lain. Nabi Muhammad bersabda pula bahwa ― Setiap
orang dilahirkan dalam keadaan suci‖.
Dari ide-ide seperti itu kemudian lahir bentuk-bentuk hukum tertulis
sebagai kristalisasi bagi jaminan atas perlindungan hak azasi di negara sehingga
perlindungan atas hak azasi memperoleh pengakuan konstitutional.6
Sebagaimana diketahui pada tahun 1215 dalam Piagam Besar (Magna
Charta), Raja John Lockland telah mengakui hak-hak rakyat secara turun
temurun:
- Hak kemerdekaan ( Kebebasan ) tidak boleh dirampas tanpa keputusan
pengadilan,
- Pemungutan pajak harus dengan persetujuan Dewan Permusyawaratan.
Terbukti dalam proses perjalanan sejarah Inggris, ketentuan Magna
Charta masih sering dilanggar, sehingga pada tahun 1679 lewat parlemen (parle
= bicara) dikeluarkan lagi, Habeas Corpus Act (Peraturan tentang hak diperiksa
dimuka hakim ).
Dalam Habeas Corpus act tersebut dijelaskan, setiap orang hanya boleh
ditahan atas dasar perintah hakim dengan mengemukakan dasar (Hukum)
penahanan tersebut. orang yang ditahan harus segera didengar penjelasannya.7
Magna Charta adalah piagam resmi pertama Inggris yang menjadi
lambang kemenangan perjuangan hak azasi manusia dalam kehidupan bernegara.
Sebelumnya, pada awal abad ke 7 di Madinah, telah pula lahir Piagam Madinah
yang juga dikenal sebagai konstitusi Madinah, yang memberikan perlindungan
terhadap semua penduduk untuk melaksanakan agama yang dianutnya.
Didalam Magna Charta ada dua prinsip yang ditekankan yaitu
a. Adanya perbatasan terhadap kekuasaan raja.
b. Adanya pengakuan bahwa hak asasi manusia lebih penting dari pada
kedaulatan raja sehingga pertimbangan untuk mengurangi hak azasi
6 Ibid, 142.
7 Mansyur Effendi, Dimensi / dinarnika Hak asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional,
c.-t. I — Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, h. 30.
5
manusia haruslah melalui prosedur hukum yang ada lebih dulu ( azas
legalitas).8
Kalau kita lihat kembali perjuangan, hak azasi manusia di Amerika Serikat,
pada tahun 1776 disusunlah Piagam Bill of Rights (Virginia). Piagam tersebut
merupakan kesepakatan 13 negara Amerika Serikat yang pertama.
Dalam Bill of Rights tersebut memuat ketentuan antara lain : semua manusia,
karena kodratnya, bebas merdeka serta memiliki hak-hak yang tidak dapat
dipisahkan (dirampas) dengan sifat kemanusiaannya. Hak tersebut antara lain; hak
hidup/kebebasan, hak memiliki, hak kebahagiaan, dan keamanan.
Kemudian hak asasi manusia dipertegas lagi lewat Declaration of
Independence, 1788, asasnya pengakuan persamaan manusia, Tuhan telah
menciptakan manusia dengan hak-hak tertentu yang tidak dapat dirampas, antara lain
hak hidup, hak kebebasan, dan hak untuk mengejar kebahagiannya.
Pengakuan hak asasi manusia dipertegas lagi oleh Presiden Franklin D.
Roosevelt yang diucapkan pada tahun 1941. Ungkapan Franklin D. Roosevelt
dikenal dengan Four Freedoms, isinya :
- Kebebasan (kemerdekaan) berbicara (Freedom to Speech )
- Kebebasan beragama (Freedom to Religion )
- Kebebasan dari kemiskinan ( Freedom from Want )
- Kebebasan dari ketakutan (freedoim from fear )
............................ sebagaimana diketahui, salah satu indikasi untuk disebut sebagai
negara hukum, antara ditegakkannya Hak Asasi Manusia, agar cepat tercapai, kata
Hans Kelsen, sebagaimana dikutip oleh M. Hatta, ―Negara hukum. (Allgemeine
Staatslehre) akan lahir, apabila sudah dekat sekali identiet der Staatsordnung mit der
rechtsordnung -identitas susunan negara dengan susunan hukum – semakin
bertambah. Keinsyafan hukum dalam masyarakat, semakin dekat kita pada
pelaksanaan negara hukum yang sempurna‖ (1977: 16). Dengan demikian, negara
hukum tanpa pengakui, menghormati, sampai melaksanakan sendi-sendi hak asasi
manusia tidak dapat dan tidak dapat untuk disebut negara hukum.9
8 Moh. Mahfud MD, loc. cit.
9 Mansyur Effendi, opt. cit., h. 31 & 32
6
Sebagai salah satu dari konstitusi modem UUD 1945 memuat pula ketentuan-
ketentuan tentang hak-hak asasi manusia.
H. Rumusan Masalah
Dengan mengambil judul paper tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah Politik Hukum ?
2. Bagaimana pelaksanaan HAM menurut UUD 1945 kaitannya dengan Politik
Hukum Pasca Amandemen ?
Latar Belakang
Setiap masyarakat yang teratur yang bisa menentukan pola-pola hubungan
yang bersifat tetap antara para anggotanya, adalah masyarakat yang mempunyai
tujuan yang sedikit banyak jelas. Politik adalah bidang dalam masyarakat yang
berhubungan dengan tujuan masyarakat tersebut. struktur politik menaruh kegiatan
kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan uan yang secara kolektif menonjol.10
Pengertian Politik
Beberapa arti dari politik adalah :
1. Policy atau. kebijakan,
2. Taktik, cars, siasat untuk memenangkan suatu gagasan
3. Struggle of Power penguatan untuk memperoleh kekuasaan.
Politik terkait dengan kekuasaan (Struggle of Power). UUD sebagai dokumen politik
mengatur tentang hubungan kekuasaan UUD 1945 menganut asas pembagian
kekuasaan (Distribution of Power ).
Kekuasaan sering dikacaukan dengan kewenangan dan wewenang. Keku,
isaan adalah inti penyelenggaraan negara agar bisa bekerja.11
Kekuasaan (Power ) adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingk, h laku
seseorang atau sekelompok orang sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan
keinginan dan tujuan negara yang dipersonifikasikan atas orang yang berkuasa.
10
Parsons, Societies ... 1966 : 13 dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, h.
334 11
Moh. Mahfud MD, Bahan Kuliah Politik dan Hukum, Program Doktor (S3), Fakultas Hukum UIL
Oktober 2004, h. 1
7
Sumber kekuasaan adalah ilmu, karisma, kekuatan fisik, dan sebagainya. Kekuasaan
mengandung dua aspek yakni aspek politik dan aspek hukum.
Kewenangan selalu hanya memiliki aspek hukum sehingga harus ada
dasarnya. Sedangkan kekuasaan tidak harus bersumber dari hukum sehingga
tindakan inkonstitusional yang bisa dipaksakan (seperti kudeta, dekrit) bisa
dikonstitusionalkan.
Kewenangan adalah bagian dari upaya dimana sumber wewenang tersebut
jelas berdasar hukum yang berasal dari kekuasaan yang telah resmi.
... Kewenangan adalah kekuasaan yang diberikan secara legal oleh UU dari
eksekutif maupun administrative yang merupakan satu urusan pemerintah tertentu
yang bulat, misalnya kewenangan pemerintahan. Sedangkan wewenang hanya
merupakan bagian tertentu dari kewenangan. Jadi di dalam, kewenangan terdapat
banyak wewenang yang bisa dipecah-pecah.12
Pengertian Hukum
Sebenarnya para sarjana, telah lama mencari suatu batasan tentang hukum
tetapi belum ada yang dapat memberikan suatu batasan atau definisi yang tepat.
Batasan-batasan yang diberikan adalah bermacam-macam, berbeda satu sama lain
dan tidak lengkap. Maka masih tepatlah ucapan Sarjana Hukum Belanda Immanuel
Kant (Tahun 1800) yang pernah mengatakan “Nock Suchen die Juristen eine
Definition Zu ihren Begriffe von Recht” yang artinya lebih kurang : Para juris masih
mencari suatu definisi mengenai pengertian tentang hukum.
Apabila ucapan tersebut dikaji, memang terkandung kebenaran karena
a. Sampai sekarang para, sarjana hukum belum ada yang memberikan definisi yang
sama, apakah mereka itu sarjana hukum dari luar maupun dari dalam negeri.
b. Dalam pemberian definisi tentang hukum, para. sarjana meninjau hukum dari
segi yang berbeda-beda seperti; segi sejarah, sosial, ekonomi, filsafat dan
sebagainya sesuai latar belakang bagi sejarah itu sendiri.
c. Hukum adalah gejala sosial yang selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan
yang ada di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh zamannya.
12
Ibid, h. 2.
8
c. Hukum merupakan pengatur dan petunjuk dalam kehidupan masyarakat
('Levensvoorschrilen') sehingga hukum selalu sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat itu sendiri.
d. Hukum selalu dipengaruhi oleh kebiasaan / adat, kesusilaan, kebudayaan, agama
dan sebagainya. Utrecht sependapat dengan anggapan Apeldoorn, bahwa untuk
memberikan suatu definisi yang tepat untuk hukum adalah tidak mungkin.
Hukum mengatur hubungan di dalam masyarakat antara orang dengan orang
atau antara anggota msyarakat yang sate dengan anggota masyaarakat yang lain.
Bentuk hubungan dapat diperinci lagi dalam bermacma-macam bentuk seperti
perkawinan, tempat kediaman, perjanjian-perjanjian dan lain sebagainya.
Sebagia gejala masyarakat / gejala sosial hukum baru ada apabila ada
masyarakat. Tanpa adanya masyarakat tidak akan ada hukum. Dan hukum akan
berkembang seirama dengan pertumbuhan masyarakat. Karena hubungan di
dalam masyarakat bermacam-macam serta mencakup banyak segi dan aspek,
maka ruang lingkup hukum sedemikian luasnya sehingga dapat dikatakan
luasnya tak terbatas dan oleh karenanya tidak mungkinlah dibuat batasan yang
tepat. Karena itulah maka untuk menjawab pertanyaan apakah hukum itu
sebaiknya diadakan pembahasan tentang:
- Arti hukum dari segi
- Definisi hukum oleh berbagi pakar.
- Hukum dalam berbagai arti.13
Arti Hukum dari Segi Etimologi
1. Hukum
Kata hukum berasal dari bahasa arab dan merupakan ber.tuk tunggal. Kata
jamaknya adalah ―Alkas‖, yang selanjutnya diambil alih dalam bahasa Indonesia
menjadi ―HUKUM‖. Di dalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian
erat dengan pengertian yang dapat melakukan paksaan.
2. Recht
Recht berasal dari ―Rechtum‖ (bahasa latin) yang mempunyai arti bimbingan
13
) Soeroso, R., Pengantar 11mu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, h. 23-24.
9
atau tuntutan, atau pemerintahan.
3. lus
Kata ius (latin) berarti hukum berasal dari bahasa latin ―lubere‖ artinya
mengatur atau memerintah perkataan mengatur dan memerintah itu mengandung dan
berpangkal pokok pada kewibawaan.
4. Lex
Kata Lex berasal dari bahasa latin dan berasal dari kata ―Lesere‖. Lesere
artinya mengumpulkan ialah mengumpulkan orang-orang untuk diberi perintah. Jadi
disini terkandung pula adanya hukum ialah wibawa atau otoritas, sehingga kata Lex
yang juga berarti hukum sangat erat hubungannya dengan perintah dan wibawa.14
Kalau kits bicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksudkan adalah
keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu
kehidupan bersama : keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlal:u dalam
suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan melaksanakannya dengan suatu
sanksi.15
...menurut Utrecht perlu adanya suatu pedoman untuk dipakai pedoman/ pegangan
tentang apa hukum itu? Pedoman yang dimaksud Utrecht, untuk dipakai sebagai
pegangan, sebagai berikut, ‖Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata
tertib suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan‖. Oleh karena pelanggaran-pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pemerintah kepada si pelanggar.16
Hukum Sebagai Keputusan Penguasa
Sebagai keputusan penguasa hukum merupakan serangkaian peraturan-
peraturan tertulis, seperti UUD, Undang-Undang, keputusan Presiden, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah. Peraturan tersebut dibuat oleh
yang berwenang, dalam hal ini legislatif misalnya Undang-undang dibuat oleh
Presiden bersama DPR, Peraturan Daerah tingkat I oleh DPRD bersama Gubernur.17
14
Ibid, h. 24 - 26 15
Sudikno Meitokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, h. 37. 16
E. Utrecht, Pengantar Dasar Hukum Indonesia dalam Soeroso R, ... op.cit. h. 35. 17
Soeroso, R., op. Cit., h. 39.
10
Perlu disadari sepenuhnya bagi pengkaji hukum di Indonesia bahwa ragam
istilah hukum yang kini dipakai dalam literatur-literatur hukum di Indonesia diadopsi
dari ragam istilah hukum yang terdapat dalam tradisi ilmu hukum Belanda seperti
hukum tata negara (Staatrecht), hukum perdata (Straafrecht), dan hukum
administrasi (administratiefrecht). Hal mans yang sama berlaku juga dengan istilah
politik hukum.18
Secara etimologis, istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
Indonesia dari istilah hukum Belanda recht politiek, yang merupakan dari dua kata
recht dan politick. Dalam bahasa Indonesia kata recht berarti hukum. Kata hukum
sendiri berasal dari bahasa Arab hukm (kata jamaknya ahkam), yang berarti putusan
(judgement, verdict, decision), ketetapan (provision), perintah (Command),
pemerintahan (government), kekuasaan (authority, power), hukuman (Sentence) dan
lain-lain.19
Berkaitan dengan istilah ini sampai sekarang belum ada kesatuan pendapat
di kalangan para teoriti hukum tentang apa batasan-batasan dan arti hukum yang
sebenarnya. Dengan kata lain, sejak dahulu hingga sekarang para ahli hukum tidak
pernah sepakat untuk mengakui sebuah definisi hukum yang berlaku secara umum
yang dapat diterima diseluruh dunia.20
)
Adapun dalam kamus bahasa Belanda yang ditulis oleh Van der Tas, kata
politiek mengandung arti Beleid. Kata beleid sendiri dalam bahasa Indonesia berarti
18
Keterpengaruhan ini disebabkan flaktor kesejarahan. Indonesia pernah dijajah sangat lama oleh
Belanda dan pemerintah penjajah ketika itu memberlakukan sistem hukum kolonial di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka sisa-sisa penjajahan itu ternyata tidak hilang. Tidak sematamata istilah tapi
juga bentuk dan struktur'keilmuannya pun hampir sepenuhnya diadopsi dari tradisi keilmuan Belanda,
termasuk dalam proses legislasi dan implementasinya. Bahkan hingga saat ini konon masih kurang
lebih 400 produk hukum Belanda yang masih eksis di bumf Indonesia. C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu
Hukum, Jilid I, cetakan IX, (Jakarta : Balai Pustaka), 1992, hal. 200; Soehino. Sejarah Ketatanegaraan
Republik Indonesia, cet. 1, (Yogyakarta : Liberty, 1984) hlm. 3; Sayuti Thalib. Politik Hukum Baru :
Mengenai Kedudukan dan Peranan Hukum Adat dan Hukum Islam Nasional, cet. I, (Bandung : Bina
Cipta, 1987) hlm. 5; Sutandyo Wigjosoebroto. Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional : Dinamika
Sosial -Politik dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, cet. I, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1994) h1m. 90. dalam Imam Syaukani, A, A~ sin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, Ed. I, cet 2,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 18. 19
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (London : Mac – Donald & Evans Ltd., 1980)
h1m. 196. 20
Imam Syaukani, A. Ahsin Thorari, op.cit. h1m. 20.
11
kebijakan (policy).21
Istilah politics dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani
polis, berarti kata dan dibatasi pada kajian tentang negara. Dalam kepustakaan ilmu
politik ternyata ada bermacam-macam definisi mengenai politik. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa politik adalah berniacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem
itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. 22)
19
)
20 )
2' )
22 ) Abdul Roshid Moten, Ilmu Politik Islam (Political Science : An Islamic
Perspective), ditedemahkan oleh Munir A. Mu'lndonesia dan Widyawati, cet. 1,
Bandung Pustaka, 2001, Hlm. 20. I?
21
S. Wojosasito, Kamus Umum Belanda – Indonesia, Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1997, hal. 66.
12
Dari penjelasan itu bisa dikatakan bahwa politik hukum secara singkat berarti
kebijakan hukum. Adapun kebijakan sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia
berarti rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.‖I
Dengan kata lain, politik hukum adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan
cara bertindak dalam bidang hukum.
Penjelasan etimolcgis tentu kurang memuaskan, sehingga dalam banyak hal
dapat merancukan pemahaman kita tentang apa itu politik hukum. Untuk itu akan
disajikan definisi-definisi politik hukum oleh beberapa ahli hukum yang selama ini
cukup Concern mengamati perkembangan disiplin ilmu ini.
Padmo Wahyono dalam -bukunya Indonesia negara berdasarkan atas hukum
mendefinisikan politik hukum sebagai kebijakan dasar yang menentukan arch,
bentuk, mampu isi dari hukum yang akan dibentuk.24)
Definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian dilengkapi dengan sebuah
artikelnya di majalah Forum Keadilan yang berjudul ― Menyelidik Proses
Terbentuknya Perundang-undangan‖ (T'orum Keadilan, No. 29 April 1991 hlm. 65).
Dalam artikel tersebut Padmo Wahyono mengatakan bahwa Politik Hukum adalah
kebijakan penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan untuk menghukumkan
sesuatu. Dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan dengan pembentukan
hukum, penerapan hukum dan penegakannya sendiri.
Adapun menurut Soedarto (Ketua Perancang Kita Undang-Undang Hukum
Pidana), Politik Hukum 4dalah kebijakan dari negara melalui badanbadan negara
yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang
23 ) Tim Penyusun Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III
Cet I, Balai Pustaka, 2001, h1m. 149. 24
) Padmo Wahyono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Cet II,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 160.
13
13
dikehendaki, yang diperkirakan akan digunakan untuk mengekspresikan apa yang
terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita- citakan. 25)
Pada bukunya yang lain berjudul ―Hukum dan Hukum Pidana‖ dijelaskan, politik
hukum adalah usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai
dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu. 26)
Menurut C.F.G. Sun aryati I-lartono dalam bukunya ―politik Hukum meniju
Satu Sistem Hukum Nusional‖ sebenarnya tidak pernah menjelaskan secar a eksplisit
pengertian politik hukum. Namun, itu bukan berarti bahwa ia tidak mempedulikan
keberadaan politik hukum dari sisi praktisnya. Dalam hal i ii, ia melihat politik
hukum sebagai sebuah alai (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan dengan
sistem hukum nasional itu diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia. 27)
Mengutip Sun
aryati Hartono, faktor-faktor yang akan menentukan politik hukum tidak seinata-
mats ditentukan oleh apa yang kits cita-citakan atau tergantung pada kehendak
pembentuk hukum, praktisi atau teorisi belaka, akan tetapi ikut ditentukan pula oleh
kenyataan Berta perkembangan hukum internasional.
Perbedaan politik hukum suatu negara tertentu dengan negara lain inilah yang
kemudian menimbulkan apa yang disebut dengan Politik Hukum Nasional.28)
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, politik hukum sebagai ―Kebijakan
dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah
berlaku, yang bersumber pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai
tujuan negara yang dicita-citakan‖. Adapun kata Nasional sendiri diartikan sebagai
berlakunya politik hukum itu. Dalam hal
2s) Soedarto, Hukum Pidana dan perkembangan Masyarakat Kajian terhadap
Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung. 1983, him. 20. 26 ) Soedarto, Hukum dan Hul.um Pidana, Alumni, Bandung, 1986, him. 151. 27
) C.F.G. Sumaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
Alumni, Bandung, 1991, him. 1. 2s) Ibid, 14
14
P
ini yang dimaksud adalah wilayah yang mencakup dalam kekuasaan Negara
Republik Indonesia. Dari pengertian tersebut yang dimaksud dengan politik hukum
nasional disini adalah kebijakan dasar penyeleng-,ara Negara, Republik Indonesia )
dalam bidang hokum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara (Republik
Indonesia) yang dicita-citakan .21
Salah satu contoh yang dapat dikemukakan disini adalah politik hukum nasional
dalam bidang Hak Asasi Manusia ( HAM ).
Hak-hak Asasi manusia sudah tertuang di dalam UUD 1945 mulai dari
pembukaan dalam alenia Pertama sampai dengan alenia ke-4, sedangkan dalam
batang tubuh. Pasal-pasal juga merupakan jaminan terhadap hak-hak asasi warga
negara, yang meliputi Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal 28, Pasal 29 ayat (2), Pasal 30,
Pasal 31 ayat (1), Pasal 33 dan Pasal 34.30)
Kemudian Deklarasi tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration
of Human Right) tahun 1948 yang terdiri dari 30 pasaL Pada tahun 1966 MPRS
mengeluarkan Keputusan tentang Piagam Hak-Hak Asasi Manusia dan Hak-hak
serta kewajiban Warga negara yang terdiri dari enarn. Bab dan 31 Pasal.31)
Dalam rangka menjabarkan dan sekaligus memasyarakatkan HAM lewat
Keputusan Presiders No. 50 tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993 telah dibentuk Komisi
Nasional Hak Asasi manusia dengan tujuan :
1. Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar'-1945 dan
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia.
2. IvIeningkatkan perlindungan Hak Asasi Manusia guns
mendukung tI-rwujudnya tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan
manusia
29 ) Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari, Op. Cit, him. 58. 3(-
) Azhary, Negara Hokum Indonesia ...Loc. Cit. 31
) Mansyur Effendi, op.cit.,
Lampiran V, h. 164
15
15
16
seatuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya (Kompas, 18 Juni V93).‖)
Selanjutnya melalui ketetapan juga diatur melalui Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/ MPR / 1998.
Dengan Ketentuan-ketentuan di dalam UUD 1945, yang mengatur Hak Asasi
Manusia; Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh PBB
serta berbagai instrumen lainnya mengenai Hak Asasi Manusia yang telah diterima
oleh negara Republik Indonesia; Keputusan MPRS tentang Piagam Hak-hak Asasi
Manusia dan Hak-hak serta kewajiban warga, negara; Keputusan Presiders No. 50
tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993 terbentuknya Komisi Nasional Hak Asasi manusia;
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memutuskan
menetapkan
Undang-Undang Tentang Hak Asasi Manusia yakni : Undang-Undang No. 39 tahun
1999.
Untuk menegakkan HAM maka dengan persetujuan bersama antara Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia memutuskan dan menetapkan : Undang-
Undang Pengadilan HAM yakni : Undang-Undang No. 26 Tahun 2000.
Dalam pelaksanaan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 dalam Pelanggaran
HAM yang berat, ... perasaan bebas dan tidak tercekam oleh rasa takut akan
merupakan ―lklim‖ yang kondusif bagi peradilan Hak Asasi Manusia ( HAM )
Indonesia yang berwibawa dan adil,3)
Maka dikeluarkan Peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan Terhadap
Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak-Hak Asasi Manusia Yang Berat.
Dari uraian tersebut, maka, untuk menjawab apakah politik hukum itu, sangat
bervariasi. Namun dengan meyakini adanya persamaan substansif antar berbagai
pengertian yang ada, studi ini mengambil pengertian bahwa
32) Ibid, h.
131.
33) Ibid, h. 94 - 95,
16
17
politik hukum adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional
oleh Pemerintah Indonesia yang meliputi : perfaina, pembangunan hukum yang
berintikan pembuatan dan pembaharuan terhadap materi-materi hukum agar dapat
sesuai dengan kebutuhan; Kedua, pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada
termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan pars penegak huk UM.34 ) Dari
pengertian tersebut terlihat politik hokum mencakup proses pembuatan dan
pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan kearah mana hukum akan
dibangun dan ditegakkan.
Politik hokum barn yang berisi upaya pembaharuan hukum menjadi
keharusan ketika pads tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia diproklamasikan sebagai
negara, merdeka dengan UUD 1945 sebagai hukum dasarnya. Proklamasi
Kemerdekaan menuntut pembaharuan atau penggantian atas hukum-hukum
peninggalan zaman penjajahan Jepang dan Belanda, sebab jika dilihat dari tats
hukum Indonesia pads idealita dan realitas hokum yang lain dari sebelumnya.35)
1H. pelaksanaan HAM Menurut UUD 1945 Kaitannya dengan politik Huku m Pasca
Amandemen
Konsep tentang Hak Asasi Manusia, ( HAM ) sesungguhnya tidak asing lagi
bagi masyarakat dan bangsa Indonesia ... sebagai bangsa yang perna i mengalami
pahit getirnya penjajahan selama ratusan tahun sudah barang tentu kita cukup
mengerti sedalam-dalamnya tentang Hak Asasi Manusia. Pada umumnya dapat
dikatakan bahwa kesadaran Bangsa:-Indonesia tentang Hak Asasi manusia dalam
kurun pergerakan Kemerdekaan timbul sebagai reaksi terhadap penindasan hak-hak
asasi manusia Indonesia oleh penjajah. Oleh karena itu wawasan nasional kita
mengenai hak asasi manusia sesungguhnya sudah mempunyai sejarah yang panjang,
karenanya konsep
34 ) Abdul Hakim Garuda Nusantara, ―Politik Hukum Nasional‖ ... dalam
Moh. Mahfud MD. Politik Hukum di Indonesia ... Op. Cit. H. 9.
3s) Moh. Koesnoe, ―Pokok Permasalahan Hokum Kita Dewasa ini‖ ... Moh.
Mahfud MD. Ibid. 17
18
sentral kenegaraan yang kits anus sebagai bangsa. Setelah Proklamasi Kemerdekaan
yaitu Pancasila dan UUD 1945 memuat dengan sarat pemulihan atas nilai-nilai luhur
Kemanusiaan itu. 36)
Pembukaan UUD 1945
Sebagai pokok kaedah negara yang fundamental pembukaan WD 1945 jika
teliti clari sudut ( HAM ), sarat dengan pernyataan ( deklarasi ) dan pengakuan yang
menjunjung tinggi harkat dan nilai-nilai Kemanusiaan yang luhur dan sangat asasi.
Antara lain ditegaskan hak setiap bangsa ( termasuk individual) akan Kemerdekaan,
berkehidupan yang bebas, tertib dan damai, hak membangun dan kesejahteraan,
kedaulatan, bermusyawarah/ berperwakilan, berkebangsaan, berperikemanusiaan,
berkeadilan dan berkeyakinan keTuhanan Yang Maha Esa.37)
Alenia pertama . Pembukaan UUD 1945 menegaskan pengakuan tentang
― Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia hares dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.‖
Pengakuan pads perikemanusiaan adalah hal yang sangat esensial dari .HAM
dan pengakuan pada perikeadilan adalah intisari pula dari prinsipprinsip negara
hokum yang merupakan salah sate kunci pokok dari sistem pemerintahan negara
Indonesia (lihat penjelasan UUD 1945, tentang Sistem Pemerintahan Negara),
Pengakuan Kemerdekaan dalam alenia pertama ini sesuai dengan Pasal 1 dari
―Universal Decluration of'Hunian Rights / UDHR) ―atau Deklarasi Universal HAM
PBB yang berbunyi : ―Sekalian Orang dilahirkan Merdeka‖.
36 ) Moerdiono, Hak Asasi Manusia dalam Alam Pikiran Kenegaraan
Indonesia, Seminar Nasional Hak Asasi manusia, ked asama Komnas Ham dan
UNDIP, Semarang 10 — 11 December 1995.
37 ) Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat Negara Hokum dan Konsitusi, Cetakan
pertama, Liberty Yogyakarta, 1999, h. 86. 18
19
P.
Pernyataan pads alenia pertama pembukaan UUD 1945 yang dihubungkan
dengan pernyataan atas proklamasi ―Kemerdekaan‖ dan ―Keinginan luhur untuk
berkehidupan kebangsaan yang bebas‖ di dalam alenia ketiga, sesuai dengan Pasal
15 (1). Deklarasi Universal HAM yang menyatakan bahwa : Setiap orang
mempunyai hak untuk mempunyai kebangsaan (kewarganegaraan). Selanjutnya
sesuai pula dengan pasal 27 (1) Deklarasi Universal HAM yang menyatakan ―Setiap
orang berhak untuk turut serta dengan bebas dalam hidup kebudayaan masyarakat‖.
Alenia ke empat, pembukaan UUD 1945 menyatakan berbagai tujuan
peml ,entukan pemerintah negara Indonesia yaitu :
Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah I-i donesia.
Untuk memajukan kesejahteraan umum.
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan. Kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Didalam pernyataan tujuan tersebut, jelas didalamnya terkandung jugs hak
sebagaimana dinyatakan dalam Deklarasi Universal HAM sebagai berikut :
Pasal 22 : ―Setiap orang sebagai anggota masyarakat berhak atas jaminan sosial dan berhak
melaksanakan dengan perantaraan dan kerjasama internasional dan sesuai dengan
susunan dan sumber-sumber kekuatan tiap negara, hak-hak ekonomi, sosial, dan
kebudayaan yang penting bagi martabatnya dan perkembangan bebas pribadinya.‖
Pasal 26 : ―Setiap orang berhak mendapatkan pengajaran dengan cumacuma, setidak-tidaknya pads
tingkatan rendah dan dasar. pengajaran rendah harus diwajlbkan.38)
―' ) /bid, h. 86 - 87
19
20
P.
Batang Tubuh UUD 1945
UUD 1945 disahkan oleh PPKI pads tanggal 18 Agustus 1945, tiga tahun
sebelum rumusan Deklarasi universal HAM diterima dalam sidang umum PBB pads
tanggal 10 Desember 1948. Oleh sebab itu jelas bahwa bagian-bagian yang berisi-
muatan materi perlindungan hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945 bukan hal
yang datang dari luar, tetapi mencen-ninkan sikap dasar bangsa Indonesia.
Kendatipun tidak semua Pasal Deklarasi Universal HAM PBB tetdapat dalam
UUD 1945, namun di dalam batang tubuh UUD 1945 jugs ditemukan Pasal-pasal
yang dapat diselaraskan dengan hak-hak asasi yang tercantum dalam Deklarasi HAM.
Jika kita meneliti UUD 1945 dari sudut pandangan Hak Asasi Manusia
( HAM ), kita akan menemukan lebih banyak di dalamnya daripada banyak orang
menduga bahwa is tidak mengandung HAM atau beberapa pasal saja yang secara
langsung mengenai HAM.‖)
Teks konstitusi Indonesia yang lebih terkenal dengan batang tubuh konstitusi
atau ―the body of the constitution‖ bahkan akan mendapat cita-cita demokrasi yang
lebih positif, antara lain dapat ditemukan pasal-pasal sebagai berikut :
a. Ketentuan Pasal 1 (2), bahwa ―Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (hasil perubahan ketiga) identik
dengan Pasal 21 (1) Deklarasi Universal HAM ― Setiap orang berhak untuk turut
masuk dalam urusan-urusan pemerintahan negaranya, langsung atau tidak langsung
lewat perantaraan wakil-wakil yang dipilih secara bebas.
b. Risal-pasal yang berhubungan dengan kewenangan DPR antara lain Pasal 11
(1) (hasil perubahan pertama) Pasal 20 (1), (2), (3), (Perubahan pxtarna), Pasal 20 A
(1), (2), (3), (4), (hasil perubahan kedua), Pasal 21
39 ) Ismail Suny, Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Konsitusi Indonesia,
dalam DaW,in Thaib, Ibid, h. 87.
21
22
20
23
(basil perubahan pertama), Pasal 22 (1), (2), (3), (asli) dan hak warga negara dalam
bidang pemerintahan (Pasal 27 (1)), adalah sesuai dengan R,sal 21 ayat (1) Universal
Deklarasi HAM.
Berikutnya akan dikemukakan Pasal-Pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945
yang secara langsung berbicara tentang HAM walaupun dalam Batang Tubuh
UUD1945 pengaturan hak asasi manusia hanya terdapat dalam beberapa pasal,
namun sebenarnya secara garis besar telah mencakup berbagai bidang tentang hak-
hak asasi manusia yang meliputi
1. Personal Right (Pasal 28 dan Pasal 29 UUD 1945 ).
2. Property Right ( Pasal 33 UUD 1945 ).
3. Right of Legal Equality ( Pasal 27 (1) UUD 1945 ).
4. Political Right ( Pasal 27 (1) dan Pasal 28 UUD 1945 ).
5. Sosial and Culture Right ( Pasal 31, 32 dan Pasal 34 UUD 1945 ).
6. Procedural Right ( Pasal 27 (1) UUD 1945 ).
Setelah amandemen menjadi sebagai berikut : Personal Right ( Pasal 28 dan 28 A s/d
28 J UUD 1945 ).40)
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menegaskan tentang perlindungan segala warga
negara bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya. Persamaan dihadapan hukum ini dilindungi oleh Pasal 7 Deklarasi
Universal HAM yang berbunyi
Sekalian orang adalah berderajat sama terhadap hukum dan berhak atas
perlindungan hukum yang sama dan tidak.ada perbedaan.‖
Pasal 27 (2) UUD 1945 menentukan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. The Right to Work,
yang juga termasuk dalam Pasal 23 Deklarasi Universal HAM yang
menegaskan :‖Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih
pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil serta menguntungkan
kepadanya dan perlindungan terhadap pengangguran.‖.
40)
Baca Jimly Asshiddigie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah
Perubahan ke empat, Pusat Studi Hokum Tata Negara Fakultas Hukurn Universitas
Indonesia, 2002, h. 2 & 18, h. 25 — 30. 21
24
Pasal. 28 UUD 1945 menyebutkan bahwa ―Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan Undang-Undang‖. Dalam hubungan ini Pasal 19 Deklarasi
Universal HAM menetapkan ―Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai
pendapat-pendapat dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima
dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara
apapun jugs dan dengan tidak memandang batas-batas.
Dan Pasal 20 Deklarasi Universal HAM menetapkan ―Setiap orang
mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan mengadakan rapat dengan tidak
mendapat gangguan, serta tidak seorangpun dapat dipaksa memasuki salah satu
perkumpulan.‖
Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menetapkan ―Negara berdasar atas keTuhanan
Yang Maha Esa dan ayat (2) ―Negara menjamin Kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan k-lpercayaannya itu‖. Pasal 18 Deklarasi Unix ersd HAM menetapkan Setiap
orang berhak atas kebebasan pikiran, kein:;yafan batin dan agama‖.
Pasal 31 UUD 1945 terdapat pengakuan bahwa ―Tiap-tiap warga, nega ra
berhak mendapat pengajaran (asli). Dalam perubahan ke empat ayat (1) ―Setiap
warga, negara berhak mendapatkan pendidikan‖ ayat (3) Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan UndangUndang‖. Sehubungan dengan Pasal 31 UUD
1945 tersebut Pasal 26 Deklarasi Universal HAM menetapkan bahwa : ―Setiap orang
berhak mendapatkan pengajaran. Pengajdran harus dengan percuma, setidak-
tidaknya dalam tingkatan sekolah rendah dan tingkat dasar. ,41)
41 ) Dahlan Thaib, op.cit. h. 89.
22
25
P
Perlindungan yang bersifat kultural dalam UUD 1945 terdapat dalam pasal
32 yang menetapkan bahwa :
― Pemerintahan memajukan kebudayaan Nasional Indonesia‖. Ketentuan Pasal 32
UUD 1945 ini sesuai dengan Pasal 27 Deklarasi universal HAM Yang menetapkan
―Setiap orang berhak untuk turut serta dengan bebas dalam hidup kebudayaan
masyarakat untuk mengecap kenikmatan kesenian dan untuk turut serta dalam
kemajuan ilmu pengetahuan serta mendapat manfoatnya.„42)
Pasal 32 UUD 1945 tersebut telah dirubah menjadi
(1) Negara memajukan kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara, dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya ( basil perubahan ke empat ).
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional ( hasil perubahan ke empat ).43)
Adapun karakteristik yang merupakan salah satu asas dalam UUD 1945, ialah
mengenai ―Economic Right‖ yang menjadi sangat terkenal dalam perundang-
undangan HAM yang modern.
Pasal 33 UUD 1945 menegaskan bahwa ―Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Cabang-cabang produksi Yang penting
bagi negara dan yang i-nenguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat‖. Penjelasan resmi UUD
1945 menjelaskan bahwa Pasal 33 mencantumkan dasar demokrasi ekonomi. Hanya
perusahaan '-Yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak ditangan orang seorang.
Pasal ini berhubungan dengan pasal 17 Deklarasi Universal HAM : ―Setiap orang
berhak mempunyai milik‖, dan Pasal 22 Deklarasi Universal I‖. ―Setiap orang
sebagai anggota masyarakat berhak atas jaminan sosial.
41 Ibid, h. 90.
43 Jimly Asshiddigie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 ... op. cit. h. 55.
23
26
P.
Pasal 34 UUD 1945 mengenai kesejahteraan sosial yakni ―Fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara‖. Pasal 33 dan 34 UUD 1945 ini tercakup
dalam Pasal 22 Deklarasi Universal HAM yang menyatakan : ―Setiap orang sebagai
anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan berhak melaksanakan dengan
perantaraan usaha-usaha nasional dan kerjasama internasional, dan sesuai dengan
organisasi-organisasi serta sumber-sumber kekayaan dari setup negara, hak-hak
ekonomi, sosial dan kebuc ayaan yang perlu guna martabatnya dan guna
perkembangan bebas pribadinya‖. 44)
... K alau ada yang beranggapan bahwa UUD 1945 tidak atau kurang menjaminhak-
hak asasi manusia, itu adalah suatu anggapan yang keliru. Sebal apabila diperhatikan
balk pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945 ternyata cukup banyak
memperhatikan hak-hak asasi. Dalampembukaan alenia pertama disebutkan ―Bahwa
sesungguhnya Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan‖. Hal ini menunjukkan adanya pengakuan
terhadap kemerdekaan bagi suatu bangsa, perikemanusiaan, perikeadilan dan tidak
ada exploitasi antara sesama manusia.
Dalam alenia ke dua kembali diulang pengakuan terhadap kemerdekaan dan
keadilan. Pada alenia ke tiga diakui adanya kehidupan kebangsaan yang bebas. Pada
alenia ke empat merupakan pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi dalam
bidang-bidang sosial, politik, ekonomi dan pendidikan.
Demikian pula apabila kits, perhatikan ke empat pokok pikiran yang terdapat dalam
pembukaan tersebut. pads pokok pikiran yang pertama, suatu ―Negara persatuan
yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖.
44) Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat Negara ... Loc. cit.
24
27
Pada pokok pikiran ke dua ―Negara hendak mewujudkan keadilan sosial‖. pada
pokok pikiran ke tiga ―Negara berkedaulatan rakyat‖. Hal ini merupakan salah satu
ciri diakuinya hak asasi karena yang memegang memiliki kekuasaan tertinggi, adalah
rakyat. Dan pada pokok pikiran ke empat. Dan pada pokok pikiran ke empat,
―Negara berdasar atas keTuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab‖. Dan ini membuktikan diakuinya agama dan moral yang tinggi di
mana harkat dan martabat manusia mendapat tempat yang layak,‖ ducluk sama
rendah berdiri sam.a. tinggi‖.'5)
Selain itu pasal-pasal yang terclapat dalam batang tubuh UUD 1945 jugs
merupakan jaminan terhadap hak-hak asasi warga negara, seperti yang sudah
diuraikan diatas.
... Kalau ada pihak yang menghendaki agar UUD 1945 memuat atau mengatur secara
terinci hak-hak asasi manusia, maka tentulah orang tersebut belurn mengkaji secara
seksarna UUD 1945. Karena seperti disebutkan dalam. penjelasan UUD 1945, kalau
ingin memahami suatu Undang-Undang Dasar suatu negara, maka tidak cukup kalau
hanya membaca teks dan penyelesaiannya saja, tetapi harus mempelajari bagaimana
terjadinya teks, harus diketahui dalam suasana bagaimana teks itu dibuat,
mengetahui latar belakang suasana kebatinan / kejiwaan (Geisilichen Hintet-grund)
UndangUndang Dasar itu. Selanjutnya dalam penjelasan UUD 1945 bagian ke IV
dikatakan : ―Maka telah cukup jikalau Undang-Undang Dasar membuat aturan-
aturan pokok, hanya membuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah
pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara
dan kesejahteraan sosial‖. Jadi Unclangundan-T Oasar 1945 hanya mengatur
masalah-masalah pokok saja, penga urannya lebih lanjut diserahkan kepacla.
Undang-Undang. Oleh sebab itu U1 JD 1945 tidak mengatur secara rinci segala
permasalahan .46) Seperti
45) Azhary, negara Hukum Indonesia – Analisis Yuridis Normatif tentang
Unsurunsurnya, I niversitas Indonesia (UI – Press) Jakarta, 1995, h. 87 – 88. 46
) Ibid., h. 90.
25
28
P. penda pat Carl Schmitt, yang disebutkan sebagai Undang-Undang Dasar yang
bersifat (berunsur) absolut, sedangkan Undang-Undang Dasar yang jugs meng itur
hal-hal yang dianggap penting di camping hak yang pokok disebut sebagai suatu
Undang-Undang dasar yang bersifat relatif.‖)
Berkaitan dengan posisi tertinggi UUD 1945 dalam tats urutan perundang-
undangan sesungguhnya tidak bisa dilepaskan sari fungsinya sebagai konstitusi
negara. Tentang pengertian konsitusi ini, Hans Kelsen dalam General Theory oj'Law
and State mengatakan sebagai berikut :
The Constitution Indonesia the formal sense is a certain solemn
document, a set of legal norms that may be changed only under the
observation of special prescriptions, the purpose of which it is to render
the change of these norms more difficult. The Constitution Indonesia
material sense consists of those rules which regulate the general legal
norms, Indonesia particural the creation of statutes.'8)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa konstitusi terdiri dari norma-norma hukum
secara umum atau sebagaimana dijelaskan Pasal 3 ayat (1) TAP.MPR. No. III/ NPR /
2000 –UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang memuat dasar dan garis
besar hukum dalam penyelenggaraan negara tempat atau sumber rujukan utarna atau
guidance bagi proses perumusan dan penetapan peraturan perundangan yang lain
(the constitution represents the highest level of positive law).49)
Posisi UUD 1945 sebagai hukum dasar itulah yang memberikan legal
consequence bahwa setiap materi yang diatur dalam peraturan perundangundangan
yang berada dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan materi-
47 Carl Schmitt, Verfassungslehre, (Berlin : Ducker & Humbolt, 1957), h. 7.
41 Hans Kelsen, General Theory of Law and State, (New York : Russel &
Russel 1973) h. 124.
49 ) Hans Kelsen, Pure Theory of Law (Refine Rechtslehre), English
Translation by Knight, (Berkely and Los Angeles, California : University of
California Press 1979), h. 222.
26
29
materi yang terdapat dalam UUD 1945 ( Pasal 4 ayat (1) Tap. MPR No. III / MPR /
2000).5‖'
Hal ini terkait dengan salah satu sebagai a politico – legal document, yakni dokumen
politik dan hukum suatu negara yang berfungsi sebagai alai untuk membentuk sistem
politik dan sistem hukum suatu negara (as a means of forming the state‖ own
political and legal system), sebagaimana diketahui menurut Hence Van Maarseveen,
konstitusi bagi suatu negara mempunyai empat fungsi pokok, yaitu : (1) a National
document, dimana konstitusi ini berfungsi untuk menunjukkan kepada dunia (having
constitution to Show to the outside world) dan menegaskan identitas negara ( to
emphasize the state's own indentity); (2) a politic - legal document, dimana
konstitusi berfungsi sebagai dokumen politik dan hukum suatu negara (as a means of
forming the state's own political and legal system; dan (3) a birh of Certificate,
dimana konstitusi berfungsi sebagai piagam kelahiran suatu bangsa ( (is s sign q1'
adulthood and independence). 51)
Selain itu, James Buchanan, menyatakan bahwa suatu konstitusi terdiri dari
pram to peraturan yang tinggi (higher-order rules) atau peraturan-peraturan
untul membuat peraturan-peraturan di bawahnya ( rules for making rules ).52)
Pengertian . dan fungsi konstitusi diatas, memberikan pemahaman
kepada kits bahwa UUD 1945 lah, yang menentukan garis batas, arch, isi, dan
bents k hukum yang akan diberlakukan di Indonesia. Dengan pemahaman
seperti ini, bahwa politik hukum nasional dalam pengertian sebagai kebijakan
dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah
berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk
so) Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Sidang
Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 7 — 18 Agustus
2000, BP. Cipta Jaya. Jakarta 2000. 51
) Sri Sumantri M., Undang-Undang Dasar 1945 : Kedudukan dan Aspek-
Aspek Perubahannya, Unpad Press, Bandung, 2002, h. 17.
52 ) John Ferejohn, Jack N. Rakove, dan Jonathan Riley, (eds.), Constitutional
Cultural and democratic Rule, (Cambridge, Mass : Cambridge university Press,
2001) h. 17.
27
30
mencapai tujuan negara yang dicita-citakan, dalam bentuk tertulis dapat ditemukan
dalam UUD 1945.
IV. Kesimpulan
Politik hukum ...> kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang
hukum yang akan sedang, dan telah berlaku yang bersumber dari nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara yang dicita-citakan. Sedangkan
Politik Hukum Nasional ...> Kebijakan dasar penyelenggara negara Indonesia dalam
bidang, hukum yang akan, sedang, dan telah berlaku di masyarakat untuk mencapai
tujuan negara Indonesia yang dicita-citakan.
Jadi politik hukum nasional ditekankan pada lima agenda
1) Masalah kebijakan nasional yang meliputi konsep dan letak.
2) Penyelenggara negara pembentuk kebijakan tersebut.
3) Materi hukum yang meliputi hukum yang akan, sedang, dan telah berlaku.
4) Proses pembentukan hukum.
5) Tujuan politik hukum nasional.
Tujuan politik hukum nasional meliputi dua aspek :
a. Sebagai alai dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
menciptakan satu sistem hukum nasional yang dikehendaki.
b. Sistem itu kemudian digunakan untuk mewujudkan cita-cita bangsa
Indonesia yang lebih besar.
Letak politik hukum nasional
Pertama [IUD, yang memberi garis besar arch, isi, dan bentuk hukum yang akan
diberlakukan oleh negara.51)
Misalnya, tentang Hak Asasi manusia, Pasal-pasal batang UUD 1945 yang berisi
tentang hak-hak asasi manusia sebagaimana dikemukakan diatas hanyalah memuat
hal-hal yang pokok saja. Dan ini sesuai dengan sifat UUD 1945 yang singkat yang
hanya mengatur al-hal pokok tentang sistem
53) MAU. MD., Hand Out Kuliah Program Doktor (S3) Ull, Yogyakarta, 2004, h. 5
—6.
28
31
Ab
pemerintahan, maupun tentang hak dan kewajiban warga negara. Karena UUD 1945
hanya mengatur hak-hal yang pokok saja, maka adalah merupakan suatu keharusan
adanya Undang-Undang yang melaksanakannya. Dalam hal Hak Asasi manusia telah
ada Undang-Undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-
Undang No. 26 tentang Peradilan Hak Asasi Manusia.
29
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim Garuda Nusantara, ―Politik Hukum Nasional‖, Makalah pads Kerja
Latihan Bantuan Hukum, LBH. Surabaya, 1985.
Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam (Political Science : An Islamic Perspective),
diterjemahkan oleh Munir A. Mu'in dan Widyawati Cet. I, Bandung : Pustaka,
2001.
Artidjo Al Kostar & M. Sholeh Amin, Pembangunan Hukum dalam Perspektif
Hukum Nasional, LBH Yogyakarta & Rajawali, Jakarta, 1986.
Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-
Unsurnya. Universitas Indonesia (UI – Press) Jakarta, 1995.
Carl Scmitt, Verfassungslehre, (Berlin : Ducker & Humbolt, 1957).
Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat Negara flukum dan Konstitusi, Cetakan Pertama,
liberty, Yogyakarta, 1999. Hans Kelsen, General Theory of Law and State (New York : Russel & Russel 1973).
, Pure Theory of Law (Refine Rechts Lehre ), English Translation by
Knight, (Berkely and Los Angeles, California : University of California press,
1979).
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arable ( London : Mac Donal & Evans
Ltd, 1980).
Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, Ed 1, cet. 2 Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaan di
Indonesia, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994.
, Konsulidasi Naskah tJUD 1945 Setelah Perubahan Ke En spat,
Pusat studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Inc onesia,
2002.
John Fer(john, Jack N. Rakave, dan Jonathan Riley, (eds), Constitutional Culture and
Democratic Rule (Cambridge, Mass : Cambridge University press, 2001).
33
34
Kansil, 2.S.T., Tengantar Ilmu Hukum, Mid I Cetakan IX, (Jakarta : Balai Pi staka),
1992.
Moh. M, hfud. MD., Politik Hukum di Indonesia, Jakarta : Pustaka LP3 ES,
Indonesia, 1998.
, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, UII Press,
Yogyakarta, 1993.
, Kuliah dan Hand Out Politik dan Hukum, Program Doktor (S3)
Fakultas Hukum. UII, Yogyakarta,
Moerdiono, Bak Asasi Manusia Dalam Alam Pikiran Kenegaraan Indonesia,
Kerjasama Kom Nas Ham dan Undip, Semarang 10 – 11 Desember 1995.
Mansyur Effendi, Dimensi / Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum
Nasional dan Internasional, Cet I, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.
Parsons, Societies Evalutionary and Comparative Perspectives, Englewood Cliffs,
N.J. : Prentice Hall, 1966.
Putusan Majelis Permusyawaratan rakyat Republik Indonesia, Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 7 – 18 Agustus 2000,
BP. Cipta Jaya, Jakarta, 2000.
Padmo Wahyono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Cet 11, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1986,
Sayuti Thalib, Politik Hukum Baru : Mengenai Kedudukan dan Peranan Hukum
Adat dan Hukum Islam Nasional cet. I, Bandung : Bina Cipta, 1987.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni Bandung, 1986.
Soeroso R., Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000,
Soehino, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, cet I, Yogyakarta Liberty,
1984.
Sri Sumantri, M., Undang-Undang Dasar 1945 : Kedudukan Aspek-Aspek
Perubahannya, Unpad Press, Bandung, 2002.
Soedarto, Hukum dan Perkembangan Masyarakat Kajian Terhadap Hukum Pidana,
Sinar Baru, Bandung, 1983. 31
35
---------------------- , Hukum dan Hukum Pidana, alumni, Bandung, 1986.
Sumaryati Hartono CFG., Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum NE sional,
Alumni, Bandung, 1991.
Sutandyo Wignjo Soebroto, Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional : Dinamika
Sosial Politik dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, cet I, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1994.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III cet. 1,
Balai Pustaka, 2001.
Utrecht E., Pengantar Dasar Hukum Indonesia, Jakarta, 1984.
Wojo Wasito, Kamus Umum Belanda — Indonesia, Jakarta : Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1972.
Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar 1945.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Pertama s/d ke Empat Sinar Grafika, Jakarta.
Declaration of human Right 1984 (Deklarasi Hak Asasi Manusia).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak-Hak
Asasi Manusia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia. 32