portofolio i - kasus medik (peb)
DESCRIPTION
preeklamsia beratTRANSCRIPT
PORTOFOLIO
PREEKLAMPSIA BERAT
oleh:
dr. Mutiara Maharani
Pendamping:
dr. Risman Utik
RSUD KOTA PADANG PANJANG
September, 2010
0
PREEKLAMPSIA
Definisi
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatidosa.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Untuk
menegakkan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau
lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih.
Kenaikan tekanan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik
naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis
hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak
waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan
biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia.
Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap
normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklampsia.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau +2 atau 1
g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu harus dianggap sebagai
tanda yang cukup serius.
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan :
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih;
1
2) Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; +3 atau +4 pada pemeriksaan kualitatif;
3) Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam;
4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium;
5) Edema paru-paru atau sianosis.
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan penyebab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa
ini banyak dikemukakan sebagai penyebab pre-eklampsia ialah iskemia plasenta. Akan
tetapi, dengan terori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit
ini.
Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan
akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal sebagai akibat
tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah
dalam villi karena fibrosis, dan konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotik, dipercepat
prosesnya pada pre-eklampsia dan hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi
sinsitium, sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada
pembuluh darah dan stroma. Arteria spiralis mengalami konstriksi dan penyempitan,
akibat aterosis akut disertai necrotizing anteriopathy.
Ginjal. Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai ginjal dan
pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968)
menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa: 1) kelainan glomerulus; 2)
hiperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-tubulus Henle; 4) spasmus
pembuluh darah ke glomerulus.
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan perubahan-perubahan sebagai
berikut: a) sel-sel diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan mikroskop biasa bahwa
membrana basalis dinding kapiler glomerulus seolah-olah terbelah, tetapi ternyata
keadaan tersebut dengan mikroskop elektron disebabkan oleh bertambahnya matriks
2
mesangial; c) sel-sel kapiler membengkak dan lumen menyempit atau tidak ada; d)
penimbunan zat protein berupa serabut ditemukan dalam kapsel Bowman.
Sel-sel jukstaglomeruler tampak membesar dan bertambah dengan
pembengkakan sitoplasma sel dan bervakuolisasi. Epitel tubulus-tubulus Henle
berdeskuamasi hebat; tampak jelas fragmen inti sel terpecah-pecah. Pembengkakan
sitoplasma dan vakuolisasi nyata sekali. Pada tempat lain tampak regenerasi.
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang menyebabkan proteinuria dan
mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air. Sesudah persalinan
berakhir, sebagian besara perubahan yang digambarkan menghilang, hanya kadang-
kadang ditemukan sisa-sisa penambahan matriks mesangial.
Hati. Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-
tempat perdarahan yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada
tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di sekitar vena porta.
Walaupun umumnya lokasi ialah periportal, namun perubahan tersebut dapat ditemukan
di tempat-tempat lain. Dalam pada itu, rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat
penyakit dan luas perubahan pada hati.
Otak. Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri; pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
Retina. Kelainan yanag sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada
arteriola-arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena tampak lekuk pada
persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat edema pada diskus optikus dan retina.
Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik, karena
retina akan melekat lagi beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan eksudat jarang
ditemukan pada pre-eklampsia; biasanya kelainan tersebut menunjukkan adanya
hipertensi menahun.
Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan
karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-
paru.
3
Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia jantung
biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan
degenerasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan perdarahan. Sheehan (1958)
menggambarkan perdarahan subendokardial di sebelah kiri septum interventrikulare pada
kira-kira dua pertiga penderita eklampsia yang meninggal dalam 2 hari pertama setelah
timbulnya penyakit.
Kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa
perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.
Perubahan fisiologi patologik
Perubahan pokok yang didapatkan pre-eklampsia adalah spasmus
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Dengan biopsi ginjal,
Altchek dkk. (1968) menemukan spasmus yang hebat pada arteriola glomerulus.
Pada beberapa lumen arteriola demikian kecilnya, sehingga hanya dapat dilalui
oleh satu sel tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat
tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar
oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum
diketahui sebabnya. Telah diketahui bahwa pada pre-eklampsia dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan
normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur
retensi air dan natrium. Pada preeklampsia permeabilitas pembuluh darah
terhadap protein meningkat.
Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan
janin terganaggu; pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat-janin sampai
kematiannya karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan
terhadap perangsangan sering didapatkan pada pre-eklampsia dan eklampsia, sehingga
mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke
dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus mengurang. Kelainan
pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin sekali
4
juga dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air belum diketahui
benar, tetapi disangka akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi
glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal
penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi
glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan air.
Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari
clearance asam urik. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun; pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Perubahan pada retina. Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasmus
setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri; jarang terlihat perdarahan atau
eksudat.
Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vaskuler yang menahun.
Keadaan tersebut tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila terjadi atas dasar hipertensi
menahun atau penyakit ginjal.
Spasmus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya pre-eklampsia berat.
Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk
pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi
dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemukan.
Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita pre-eklampsia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Perubahan pada paru-paru. Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian
penderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh
dekompensasio kordis kiri.
Perubahan pada otak. McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah
dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada eklampsia.
Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada pre-eklampsia
tetap dalam batas normal. Pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun pada eklampsia.
Metabaolisme dan elektrolit. Hemokonsentrasi yang menyertai pre-eklampsia
dan eklampsia tidak diketahui sebabnya. Terjadi di sini pergeseran cairan dan ruang
5
intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum, dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
mengurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena
itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia.
Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit
dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan tentang berhasilnya
pengobatan.
Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-eklampsia
daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi menahun. Penderita
pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan.
Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan perubahan
yang nyata pada pre-eklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, kalsium dan klorida dalam
serum biasanya dalam batas-batas normal.Gula darah, bikarbonas, dan pH pun normal.
Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai sebagai parameter
untuk menentukan proses pre-eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal
asam urat melewati glomerulus dengan sempurna untuk diserap kembali dengan
sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh tubulus
kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomerulus menyebabkan filtrasi asam urat
mengurang, sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Akan tetapi, kadar asam urat
yang tinggi tidak selalu ditemukan. Selanjutnya, pemakaian diuretika golongan tiazid
menyebabkan kadar asam urat meningkat.
Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat, kecuali bila
terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan
tekanan osmotik plasma menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada penyakit yang berat
dengan hemokonsentrasi.
Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata. Kadar
tersebut meningkat lagi pada pre-eklampsia. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-
kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
6
Frekuensi
Frekuensi pre-eklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial-ekonomi,
perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan
frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%.
Pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan
dengan multigravida, terutama primagravida muda. Diabetes melitus, mola
hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan
obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia.
Gambaran klinik
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertambahan
berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.
Pada pre-eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada pre-
eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun meningkat
lebih tinggi, edema menjadi lebih umum, dan proteinuria bertambah banyak.
Tabel 1. Gejala dan tanda pre-eklampsia berat
1. Tekanan darah Sistolik > 160 mmHg
2. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
3. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan iketus
4. Trombosit < 100.000/mm3
5. Oliguria < 400 ml/24 jam
6. Proteinuria > 3 g/liter
7. Nyeri epigastrium
8. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
9. Perdarahan retina
10. Edema pulmonum
11. Koma
7
Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda
utama: hipertensi, edema, dan proteinuria. Adanya satu tanda harus menimbulkan
kewaspadaan, apa lagi oleh karena cepat tidaknya penyakit meningkat tidak dapat
diramalkan; dan bila eklampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin jauh lebih
buruk.
Diagnosis diferensial antara pre-eklampsia dengan hipertensi menahun atau
penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya
tekanan darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda, atau 6 bulan
postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan funduskopi juga
berguna karena perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; kelainan
tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat
timbulnya proteinuria banyak menolong; proteinuria pada pre-eklampsia jarang timbul
sebelum triwulan ke-3, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test fungsi
ginjal juga banyak berguna; pada umumnya fungsi ginjal normal pada pre-eklampsia
ringan.
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
pre-eklampsia. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Penanganan
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-
eklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum
diketahui. Tujuan utama penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat
dan eklampsia; (2) melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-
kecilnya.
8
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat
yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur
untuk hidup di luar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia, dan janin
yang sudah cukup matur lebih baik hidup di luar kandungan daripada dalam uterus.
Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan pre-eklampsia,
terutama bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan
medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklampsia di rumah sakit
ialah: (1) tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan/atau tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih; (2) proteinuria 1 + atau lebih; (3) kenaikan berat badan 1,5 kg atau
lebih dalam seminggu yang berulang; (4) penambahan edema berlebihan secara tiba-tiba.
Perlu diperhatikan bahwa apabila hanya 1 tanda ditemukan, perawatan belum seberapa
mendesak, akan tetapi pengawasan ditingkatkan, dan kepada yang bersangkutan
dianjurkan untuk segara datang jika ada keluhan. Sementara itu, ia dinasehatkan untuk
banyak beristirahat dan mengurangi pemakaian garam dalam makanan.
Tabel 2. Penilaian kondisi janin pada pre-eklampsia
1. Penilaian pertumbuhan janin
Pemanatauan pertumbuhan tinggi fundus uteri
Pemeriksaan ultrasonografi
2. Penilaian ancaman gawat janin
Pemantauan gerakan janin
Non-stress tests dan contraction stress tests.
Profil biofisik janin :
- reaksi denyut jantung janin terhadap gerakan janin;
- volume cairan ketuban;
- gerakan janin;
- tonus janin.
Pemeriksaan surfaktan dalam cairan ketuban
Pemeriksaan perfusi plasenta (uterine blood flow)
9
Pengobatan pre-eklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena
tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia
dengan bayi yang masih prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin
dapat menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat badan
rendahpun kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat lebih baik di luar
daripada di dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi
persalinan atau seksio sesarea menurut keadaan. Pada umumnya indikasi untuk
pengakhiran kehamilan ialah (1) pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih
dari cukup-bulan; (2) pre-eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria
menetap selama 10-14 hari, dan janin sudah cukup matur; (3) pre-eklampsia berat;
(4) eklampsia.
Penanganan pre-eklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke
plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada
ekstrimitas bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah. Selain itu,
juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat
biasanya tekanan darah turun dan edema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg
sehari akan menengkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Apakah restriksi garam berpengaruh nyata terhadap pre-eklampsia, masih belum
ada persesuaian faham. Ada yang menyatakan bahwa jumlah garam pada makanan
sehari-hari tidak berpengaruh banyak terhadap keadaan pre-eklampsia, penulis lain
sebaliknya menganjurkan garam dalam diet penderita.
Pada umumnya pemberian diuretika dan antihipertensiv pada pre-eklampsia
ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan
juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obat tersebut dapat
menutupi tanda dan gejala pre-eklampsia berat.
Biasanya dengan tindakan yang sederhana ini tekanan darah turun, berat badan
dan edema turun, proteinuria tidak timbul atau mengurang. Setelah keadaan menjadi
normal kembali, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus diperiksa lebih sering
daripada biasa. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi berlangsung.
10
Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita tetap tinggal di rumah sakit.
Dalam hal ini perlu diamati keadaan janin dengan pemeriksaan kadara estriol dalam air
kencing berulangkali, pemeriksaan ultrasonik, amnioskopi, dan lain-lain. Perlu
diperhatikan bahwa induksi pesalinan yang dilakukan terlalu dini akan merugikan karena
bahaya prematuritas, tetapi sebaliknya induksi yang terlambat dengan adanya insufisiensi
plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin. Bila keadaan janin mengizinkan,
ditunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai kehamilan cukup-bulan atau lebih
dari 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklampsia ringan tidak membaik dengan penanganan
konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah,
walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran
kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
Penanganan pre-eklampsia berat
Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-
gejala pre-eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi, dapat
difikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk
mencegah seterusnya bahaya eklampsia.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan:
(1) larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan intramuskulur
bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam
menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila diuresus baik,
refleks patella positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16 per menit. Obat tersebut,
selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis; (2)
klorpromazin 50 mg intramuskulus; (3) diazepam 20 mg intramuskulus.
Penggunaan obat hipotensif pada pre-eklampsia berat diperlukan karena
dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan apopleksia serebri
menjadi lebih kecil. Apabila terdapat oliguria, sebaiknya penderita diberi glukosa
20% secara intravena. Obat diuretika tidak diberikan secara rutin.
Kadang-kadang keadaan penderita dengan pengobatan tersebut di atas menjadi
lebih baik. Akan tetapi, umumnya pada pre-eklampsia berat sesudah bahaya akut berakhir
11
sebaiknya dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena dalam keadaan
demikian harapan bahwa janin hidup terus tidak benar, dan adanya janin dalam uterus
menghambat sembuhnya penderita dari penyakitnya.
Penanggulangan pre-eklampsia dalam persalinan
Rangsang untuk menimbulkan kejangan dapat berasal dari luar atau dari
penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsang yang kuat. Maka dari itu, pre-
eklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada waktu persalinan.
Untuk penderita pre-eklampsia diperlukan analgetika dan sedativa lebih banyak
dalam persalinan. Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan
dalam otak lebih besar, sehingga apabila syarat-syarat telah dipenuhi, hendaknya
persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan narkosis
umum untuk menghindarkan rangsangan pada susunan saraf pusat. Anestesia lokal dapat
diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi dan penderita masih sommolen karena
pengaruh obat.
Ergometrium menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan dapat meningkatkan
tekanan darah. Oleh karena itu, pemberian ergometrin secara rutin pada kala III tidak
dianjurkan, kecuali jika ada perdarahan postpartum karena atonia uteri. Pemberian obat
penenang diteruskan sampai 48 jam postpartum, karena ada kemungkinan setelah
persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklampsia timbul. Selanjutnya obat tersebut
dikurangi secara bertahap dalam 3 – 4 hari.
Telah diketahui bahwa pada pre-eklampsia janin diancam bahaya hipoksia, dan
pada persalinan bahaya ini makin besar. Pada gawat-janin, dalam kala I, dilakukan segera
seksio-sesarea; pada kala II dilakukan ekstraksi dengan cunam atau ekstraktor vakum.
Postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia neonatorum karena hipoksia
intrauterin, pengaruh obat penenang, atau narkosis umum, sehingga diperlukan resusitasi
dari itu, semua peralatan untuk keperluan tersebut perlu disediakan.
12
Portofolio
Nama Peserta : dr. Mutiara Maharani
Nama Wahana : RSUD Kota Padang Panjang
Topik : kasus Medis
Tanggal (Kasus) : 03 Agustus 2010
Nama Pasien : Ny. S
No. MR : 10012113
Tanggal Presentasi : 01 Oktober 2010
Nama Pendamping : dr. Risman Utik
Tempat Presentasi : ruang Konferensi RSUD Padang Panjang
Objektif Presentasi : keilmuan
Deskripsi : Perempuan, usia 33 tahun, hamil anak keempat datang ke
RSUD Padang Panjang dengan keluhan utama keluar cairan
merah dari kemaluan
Tujuan : mengetahui tatalaksana kasus medis
Bahan Bahasan : kasus
Cara Membahas : presentasi dan diskusi
13
IDENTITAS PASIEN
Nama : ny. S
Umur : 33 tahun
Alamat : Paninjauan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : Tamat SMA
1. SUBJEKTIF
Pasien wanita, 33 tahun, masuk Bangsal Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Padang Panjang tanggal 3 Agustus 2010 diantar keluarga, dengan :
Keluhan Utama : Nyeri kepala sejak jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Nyeri kepala sejak 2 jam yang lalu. Nyeri dirasakan pada kepala bagian
depan. Nyeri terasa berat, terus-menerus.
- Hamil anak keempat. Riwayat hipertensi (+) pada kehamilan anak ketiga.
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari hilang timbul (-)
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (-)
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-)
- Tidak haid sejak 8,5 bulan yang lalu. HPHT tidak ingat. TP sulit
ditentukan.
- Gerak anak dirasakan sejak 4,5 bulan yang lalu.
- USG terakhir dengan dr. spesialis kebidanan tanggal 26 Juli 2010, umur
kehamilan 35 minggu.
14
- Tidak ada keluhan mual, muntah dan perdarahan pada umur kehamilan
muda dan tua.
- Prenatal Care ke bidan dan dokter Sp. OG teratur.
- Riwayat menstruasi: menarche umur 13 tahun, siklus teratur tiap 28 hari,
lamanya 7 hari, dengan 2-3 kali ganti pembalut perhari, nyeri haid (-).
- Penglihatan kabur (-), nyeri ulu hati (-)
- Demam (-)
- BAB dan BAK biasa
Riwayat Kehamilan :
Hamil anak keempat,
Riwayat persalinan spontan pada persalinan anak pertama dan kedua, dan
riwayat hipertensi pada hamil anak ketiga, lahir melalui sectio cesarea.
2. OBJEKTIF
Keadaan Umum : sedang Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 190/110 mmHg Frekuensi Nadi : 98x/menit
Frekuensi Nafas : 21x/menit Suhu Axilla : 37°C
Fetal Heart Rate : 12-11-12
Pemeriksaan Sistemik :
Kepala : bentuk dan ukuran normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)
THT : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, tanda radang (-)
15
Tidak teraba pembesaran KGB, JVP 5-2 cm H2O
Paru : I : simetris statis dan dinamis, massa (-), tanda radang (-)
Pa : fremitus kiri=kanan
Pe : sonor kiri dan kanan
Au : suara napas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : I : iktus tidak tampak
Pa : Iktus teraba 1 jari LMCS RIC V
Pe : batas jantung dalam batas normal
Au : bunyi murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen (SO):
I : tampak membuncit sesuai usia kehamilan
Linea mediana hiperpigmentasi, striae (+), tampak bekas SC pfanensteil
Pa : L1 : TFU teraba setengah pusat – processus xyphoideus
Teraba masa besar, lunak, noduler
L2 : teraba tahanan terbesar di kanan, bagian kecil di kiri
L3 : teraba massa keras, bulat, floating
L4 : bagian terbawah janin belum masuk PAP
Pe : tympani
Au : BU (+) normal
His (-), BJA (+) 154x/menit
TFU : 30 cm, TBA : 2635 gram
Genitalia (SO): V/U tenang
16
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, oedem +/+
Pemeriksaan Laboratorium : Protein Urine ++
3. ASSESSMENT
Diagnosis : G4P3A0H3 gravid 36-37 minggu + susp. PEB + bekas SC
Janin hidup tunggal intra uterin
4. PLAN
Kontrol Ku, VS, His, BJA
Tirah baring, tidur miring kanan
Th/ Regimen SM 20cc dalam Rl 500cc, habiskan 250 cc dalam 30 menit, sisanya
habiskan dalam 2 jam kontrol urine, reflek patela, frekuensi napas dan balans
cairan.
Nifedipin oral 3x1tablet
Dopamet 3x1 tablet
Furosemid 1x0,5 tablet
Plan : Konservatif
17
Follow Up :
4 Agustus 2010: hari perawatan ke-2
S/ nyeri kepala berkurang
Tanda-tanda inpartu (-)
BAK ada, biasa
O/ Ku: sedang, Kes: CMC
TD: 150/100, Frek Napas : 18x/mnt
Abdomen dan genitalia : SO
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Urin bag : urin 500 cc dalam 6 jam, kesan : cukup
A/ G4P3A0H3 gravid 36-37 minggu + PEB dalam regimen SM dosis
maintenance + bekas SC
Janin hidup tunggal intra uterin
P/ terapi dilanjutkan
5 Agustus 2010: hari perawatan ke-3
S/ nyeri kepala (-)
Tanda-tanda inpartu (-)
BAK ada, biasa
O/ Ku: sedang, Kes: CMC
TD: 150/110, Frek Napas : 20x/mnt
Abdomen dan genitalia : SO
18
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
Urin bag : urin cukup
A/ G4P3A0H3 gravid 36-37 minggu + PEB + bekas SC
Janin hidup tunggal intra uterin
P/ terapi dilanjutkan
14 Agustus 2010 : hari perawatan ke-12
Dilakukan sectio caesarea
19
DISKUSI
Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan keluar cairan merah
dari kemaluan sejak 2 jam yang lalu. Pasien saat ini sedang hamil anak keempat
dengan riwayat hipertensi dan SC pada kehamilan ketiganya. Dari USG saat
kontrol ke dokter kandungan 1 minggu yang lalu, didapat umur kehamilan sa’at
ini 36-37 minggu. Kedaan umum pasien sedang, dengan tekanan darah
190/110mmHg. Hasil pemeriksaan urin didapatkan nilai protein +2. Dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang ditegakkan
diagnosis G4P3A0H3 gravid 36-37 minggu + PEB + bekas SC. Janin hidup
tunggal intrauterine.
Pasien segera di tatalaksana dengan pemasangan regimen SM 20cc dalam
500 cc RL. 250 cc dihabiskan dalam setengah jam, dan sisanya diberikan 28
tetes/menit. Keadaan umum, vital sign, His, BJA, reflek patela dan urine pasien
dikontrol teratur. Pasien diminta untuk tirah baring dan tidur miring kanan. Pasien
juga diberikan pengobatan nifedipin, dopamet dan furosemid untuk menurunkan
tekanan darahnya.
Pada pasien ini direncanakan pemberian regimen SM 24 jam untuk
mencegah penyakitnya berlanjut ke Eklampsia, dan pemberian terapi anti
hipertensi oral untuk mengontrol tekanan darahnya. Kehamilan diusahakan
dipertahankan hingga umur 38 minggu.
20