post partum

30
Pendahuluan Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus . Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta . Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak 1

Upload: calistaparamitha

Post on 30-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

post partu,

TRANSCRIPT

Page 1: post partum

Pendahuluan

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya .

Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan

perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis

antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat

kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir

setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia

kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan

saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak

daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan

yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya

bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak

bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak

seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus

selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang

secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah

plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas

sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua

persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan

yang belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau

setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan

sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk

mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan

persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka

datang untuk mendapatkan pertolongan

1

Page 2: post partum

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih

banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai

perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera

dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan

operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan

cepat dari segi medisnya sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan

janinnya.1

Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik

buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat

kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia

Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992

yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per

100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian

maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II

(Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000

kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah

perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%),

sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan

atau persalinan.

Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan

antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan

kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan,

penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan

yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak

normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini

masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia,

karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih

tinggi serta punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal

yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di RS Parkland didapatkan

2

Page 3: post partum

prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark (1985) melaporkan prevalensi plasenta

previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif menemukan 0,33%

plasenta.1,2

Plasenta Previa

Anatomi

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan

tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta

terbentuk lengkap pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion

membesar sehingga amnion tertekan kearah korion.

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding

uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena

permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat

untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta

terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada

pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk

menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang

mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada

kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.

Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan

berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak

berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya

ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih

padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih

besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast.1,2

Insidens

Insidens atau kejadian plasenta previa adalah satu dari 250 kehamilan.

3

Page 4: post partum

Insidens berganda pada kehamilan kembar seperti kembar dua atau tiga.

Wanita berumur lebih dari 30 tahun cenderung mendapat plasenta previa.3

Pengertian

Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah

rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.1-3,4,5

Klasifikasi Plasenta Previa

Klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam bentuk klinis, yaitu:

a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada

pembukaan 4 cm.

b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan

kanalis servikalis.

c) Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum.

d) Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di

sekitar pinggir ostium uteri internum.

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui

pembukaan jalan lahir :

a. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

internum.

b. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium

uteri internum.

c. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya

dan menutupi sebagian ostium uteri internum.

4

Page 5: post partum

d. Plasenta letak rendah, yaitu plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih

kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap

plasenta letak normal.

Gambar 1. Letak placenta5

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm

yaituPlasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta

menutupi seluruh ostium. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 –

5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta

5

Page 6: post partum

previa lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang,

plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan plasenta

previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi

plasenta. Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya

pembukaan, misalnya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin

akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm,

penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan

mengenai besarnya pembukaan . 1,3

3. Etiologi

Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa

pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu plasenta previa merupakan

implantasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di

fundus uteri belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis

sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi

pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten. Etiologi

plasenta previa belum diketahui pasti tetapi meningkat pada grademultipara,

primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan

leiomioma uteri.2,3

4. Faktor Risiko Plasenta Previa

4a. Faktor predisposisi

Faktor – faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah

umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35

tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas

operasi, bekas kuretage atau manual plasenta, perubahan endometrium pada

mioma uteri atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa

mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas persalianan berulang

dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun. 

6

Page 7: post partum

Faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan paritas

Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di Indonesia, plasenta

previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan

banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium

masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat Endometrium yang

hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan

berulang – ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi,

kuratage, dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena

endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia

endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda. 

4b. Faktor pendukung 

Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun

ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta

previa, diantaranya : 1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan

seperti : fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian

bedah Caesar atau aborsi). 2) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana

endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Tumor-tumor, seperti

mioma uteri, polip endometrium. Plasenta previa juga dapat terjadi pada

plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes

mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab – sebab terjadinya plasenta previa

yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase,

serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur. 

4c .Faktor pendorong

Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan

atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan

7

Page 8: post partum

dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada

perokok berat (lebih dari 20 batang sehari). 1-3

Epidemiologi

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada

usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada

kehamilan tunggal. Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta

previa totalis sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis sekitar 30% dan

plasenta previa marginalis sebesar 25-50%2,3

Patofisiologi

Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan

mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah

rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui

tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis

yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri

menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ

sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai

tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan

membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat

laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu

dari ruangan intervilus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan

pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi. Perdarahan di tempat itu

relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan

serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang

dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu

tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena teradi

pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta

8

Page 9: post partum

pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh

karena pembentukan segmen baw ah rahim itu akan berlangsung progresif

dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. 1-3

Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain. Darah

yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang

menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam

kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada

bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya,pada plasenta

previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu

mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi

cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama

sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh

kejadiannya pada umur 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan

lebih dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah

mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang

mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam

sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada

plasenta previa.1,2,7.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang

tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta

melekat lebih kuat pada dinding uterus.

6. Gambaran Klinik Plasenta Previa 

Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna

merah segar, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan

berikutnya hamper selalu lebih banyak dari sebelumnya, timbulnya penyulit

pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan

asfiksia sampai kematian janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum

9

Page 10: post partum

masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh karena

letak plasenta previa berada di bawah janin. 

7. Diagnosa Plasenta Previa 

Menurut Mochtar (1998), diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-

gejala klinis dan beberapa pemeriksaan sebagai berikut :

a. Anamnesa plasenta previa, antara lain : terjadinya perdarahan pada

kehamilan 28 minggu berlangsung tanpa nyeri , dapat berulang, tanpa alasan

terutama pada multigravida.

b. Pada inspeksi dijumpai, antara lain : perdarahan pervaginam encer sampai

bergumpal dan pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.

c. Pemeriksaan Fisik Ibu, antara lain dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan

normal sampai syok, kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik

sampai koma. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi dan

pernafasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan pernafasan

meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis.

d. Pemeriksaan Khusus Kebidanan

Pemeriksaan palpasi abdomen, antara lain : janin belum cukup bulan,

tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil, karena letak plasenta di

segmen bawah lahir, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam

rahim dan bagian terendah masih tinggi.

Denyut jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan

kematian dalam rahim.

Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja

operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan

pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosa pasti, mempersiapkan

tindakan untuk melakukan operasi persalinan, hasil pemeriksaan dalam

teraba plasenta sekitar ostium uteri internum.1-6 

10

Page 11: post partum

Diagnosis Banding

Tabel1. Perbedaan Plasenta Previa dengan Solusio Plasenta3

Plasenta Previa Solusio Plasenta

Sifat

Pendarahan

Tidak nyeri, tanpa penyebab

dan rekuren

Perdarahan selalu terlihat

Sangat nyeri, adanya

preeklampsi atau trauma

“Revealed, Concealed or

mixed”

KU dan

anemia

Sesuai dengan darah yang

hilang yang tampak

Tidak sesuai dengan darah

yang hilang yang tampak

baik itu tipe yang

terselubung maupun yang

campuran

TFU Sesuai gestasi Mungkin lebih besar pada

tipe yang terselubung

Konsistensi

Uterus

Kenyal dan lunak Mungkin Keras dan kaku

Malpresentas

i

Biasanya Malpresentasi.

Kepala masih jauh dari PAP

Tidak berhubungan, kepala

mungkin sudah masuk ke

PAP

DJJ Biasanya terdengar Biasanya pada tipe yang

terselubung tidak terdengar

(USG) Plasenta berada di Segmen

Bawah Uterus

Plasenta berada di Segmen

Atas Uterus

11

Page 12: post partum

Pemeriksaan

Vaginal

Plasenta dirasakan di segmen

bawah rahim

Plasenta tidak dirasakan di

segmen bawah tetapi

mungkin adanya bekuan

darah

Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan

a.       bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam PAP

b.      terjadi kesalahan letak janin

c.       partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks

Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus

a.       letak janin yang tidak normal menyebabkan partus akan menjadi patologik

b.      bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah dapat terjadi prolaps

funikulli

c.       sering dijumpai inersia primer

d.      perdarahan

Komplikasi Plasenta Previa

a.       prolaps tali pusat

b.      prolaps plasenta

c.       plasenta melekat

d.      perdarahan postpartum

e.      infeksi karena perdaraha yang banyak

f.        bayi premature/lahir mati

8. Komplikasi

Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Adapun

komplikasi komplikasi yang terjadi yaitu : a. Komplikasi pada ibu, antara lain

perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan inersio di depan.,

infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen

12

Page 13: post partum

bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit

diketahui. b. Komplikasi pada janin, antara lain : prematuritas dengan morbiditas

dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah,

asfiksia intrauterine sampai dengan kematian. Menurut Chalik (2002), ada tiga

komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara lain : 1) Terbentuknya

segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta dari

insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali,

penderita anemia dan syok. 2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah

rahim tipis sehingga dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam

miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian placenta

akreta dan mungkin inkerta. 3) Servik dan segmen bawah raim yangrapuh dan

kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan

yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal. 1-3

9. Penatalaksanaan Plasenta Previa

Terdapat 2 macam terapi, yaitu :

9 a. Terapi Ekspektatif

Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil

sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan

perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.

Syarat terapi ekspektatif :

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti.

Belum ada tanda inpartu

Keadaan umum ibu cukup baik ( kadar Hb dalam batas normal )

Janin masih hidup dan keadaan umumnya baik.

Baru perdarahan pertama kali

Anak prematur

Belum pernah dilakukan VT / pemeriksaan dalam

13

Page 14: post partum

Rawat inap , tirah baring dan diberikan antibiotika profilaksis

Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.

Berikan tokolitik bila ada kontraksi:

MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/hari

Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari hasil

amniosentesis.

Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferous fumarat

per oral 60 mg selama 1 bulan.

Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi.

Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih

lama, pasien dapat rawat jalan ( kecuali rumah pasien di luar kota atau

diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit ) dengan pesan

segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.

Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan risiko ibu dan

janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan

dengan terminasi kehamilan.

Jenis persalinan apa yang kita pilih, untuk pengobatan plasenta previa

dan kapan melaksanakannya bergantung pada faktor-faktor sebagai

berikut :

Perdarahan banyak atau sedikit

Keadaan ibu dan anak

Besarnya pembukaan

Tingkat plasenta previa

Paritas

14

Page 15: post partum

9b. Terapi Aktif 

Kriteria

Umur kehamilan >/ = 37 minggu

BB janin >/ = 2500 gram.

Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.

Ada tanda-tanda persalinan.

Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.

Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa

maut. Umumnya hal ini dapat terjadi pada keadaan :

Perdarahan banyak

Keadaan umum anak dan ibu jelek

Sudah syok

Anak masih preterm

Kehamilan cukup bulan

Parturien

Anak mati ( tidak selalu )

Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan

persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:

Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan Tim operasi telah siap

Kehamilan ≥37 minggu (berat badan ≥2500 gram) dan inpartu,

atau:

Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor

( misal: anensefali)

Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati

pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar). 1-3

15

Page 16: post partum

Penanganan secara terminasi / aktif dapat dilakukan dengan cara :

Cara vaginal

Bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, yang dengan

demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka ( tamponade

pada plasenta ). Cara-cara vaginal terdiri dari :

Pemecahan ketuban , dapat menghentikan perdarahan karena :

o Setelah pemecahan ketuban dengan menggunakan ½

kokcher, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak

menekan pada plasenta.

o Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat

mengikuti gerakan dinding rahim hingga tidak terjadi

pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.

Versi Braxton Hicks

o Tujuan : untuk mengadakan tamponade plasenta dengan

bokong dan untuk menghentikan perdarahan daram rangka

menyelamatkan ibu. Hanya dilakukan pada keadaan

darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada

fasilitas untuk operasi.

o Bahayanya, robekan pada serviks dan segmen bawah rahim

; sekarang sudah jarang sekali digunakan di kota besar, tapi

di daerah terpencil yang tidak bisa dilakukan seksio sesarea

dapat dipertimbangkan perasat ini.

o Syarat untuk melakukannya adalah : pembukaan yang

harus dapat dilalui oleh 2 jari supaya dapat menurunkan

kaki.

o Tehniknya adalah setelah ketuban dipecahkan atau setelah

plasenta ditembus tangan yang sepihak dengan bagian-

bagian yang kecil masuk. Setelah labia dibeberkan, satu

tangan masuk secara obstetri dan 2 jari ( telunjuk dan jari

16

Page 17: post partum

tengah ) masuk ke dalam kavum uteri. Tangan satunya

menahan fundus. Kepala anak ditolak ke samping yaitu ke

pihak punggung anak. Tangan luar mendekatkan bokong

kepada jari yang mencari kaki. Setelah kaki didapatkan

oleh tangan dalam, tangan luar menolak kepala anak ke

fundus dan kaki dibawa ke luar. Pada kaki ini digantung

timbangan yang seringan-ringannya, tetapi cukup berat

untuk menghentikan perdarahan. Jika beratnya

berlebihan ,mungkin terjadi robekan serviks. Selanjutnya

kita tunggu sampai anak lahir sendiri. Sekali-kali jangan

melakukan ekstraksi walau pembukaan sudah lengkap,

mengingat mudahnya terjadi robekan pada serviks dan

segmen bawah rahim5.

Cunam Willett Gauss

Tujuannya untuk mengadakan tamponade plasenta dengan

kepala. Kulit kepala anak dijepit dengan cunam Willett-

Gauss dan diberati dengan timbangan 500 gr. Perasat ini

hampir tidak pernah dilakukan lagi. 5

Seksio Sesarea

Mempersingkat lamanya perdarahan

Mencegah terjadinya robekan cervix dan segmen bawah rahim.

Robekan mudah terjadi, karena cervix dan segmen bawah rahim

pada placenta previa banyak mengandung pembuluh – pembuluh

darah.

Dilakukan pada placenta previa totalis dan pada placenta previa

lainnya kalau perdarahan hebat.

Indikasi Seksio Sesarea

Plasenta previa totalis.

17

Page 18: post partum

Plasenta previa pada primigravida.

Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang

Anak berharga dan fetal distress

Plasenta previa lateralis,jika didapatkan :

o Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.

o Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.

o Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).

Prognosis

Prognosis ibu dengan plasenta previa sekarang ini lebih baik jika dibandingkan

dengan dahulu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan

transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir di semua rumah sakit.

Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami penurunan, namun

masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan

maupun karena intervensi seksio cesarea.

Kesimpulan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28

minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan

kehamilan sebelum 28 minggu. Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari

seluruh persalinan. Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa,

solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Diagnosa secara tepat

sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan

motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta

previa.

Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters

kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin.

Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada

trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai

implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri (didekat cervix uteri).

18

Page 19: post partum

Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: Penerbit P.T. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2010. h. 492-513.

2. Cunningham, Leveno, bloom, Hauth, Rouse, et al.Obstetri

Williams.Jakarta:EGC .2013h:808-11.

3. Duttahiralal dan Konar.Textbook of DC Dutta’s obstetrics.2014.New Delhi:

Jaypee brothers medical publishers (P)LTD. h:240-51.

4. DeCherney AH, Nathan L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and

Therapy. McGraw-Hill, 2003; p: 693 – 9.

5. Norwitz ER dan Schorge JO.Obstetrics and gynecologyat a glance.UK: John

Wiley & Sons, Ltd.2012.p: 121.

6. T A Johnston. Placenta praevia, placenta praevia accreta and vasa praevia:

diagnosis and management. royal college of obstetricians and

gynaecologist.RCOG Green-top Guideline No. 27.2011.p:1-26

7. Mose, Johanes C. Penyulit Kehamilan; Perdarahan Antepartum; Dalam:

Obstetri Patologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC dan Padjadjaran

Medical Press. 2004. h. 91-6.

19