potensi gas metana di indonesia finish

Upload: alan-rahadian-pramudana

Post on 10-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dunia kini sedang dilanda kebingungan akan krisis energi yang makin memperihatinkan. Dimana ketersediaan cadangan berbagai jenis energi mulai menipis, khususnya energi yang berbahan bakar minyak (BBM).

TRANSCRIPT

Nama:Alan Rahadian PNIM:125060700111080POTENSI GAS METANA DI INDONESIADunia kini sedang dilanda kebingungan akan krisis energi yang makin memperihatinkan. Dimana ketersediaan cadangan berbagai jenis energi mulai menipis, khususnya energi yang berbahan bakar minyak (BBM). Fakta bahwa cadangan minyak dunia hanya dapat digunakan sampai 30 tahun lagi, membuat semua stakeholder maupun lembaga-lembaga di dunia mulai dari lembaga resmi seperti negara (state), PBB, WTO maupun korporasi-korporasi internasional, sampai masyarakat dunia (civil society) kebingungan akan pemenuhan kebutuhan energinya. Sebagaimana diketahui, bahwa cadangan minyak dunia pada tahun 2007 merosot hingga 200 juta barel, cadangan terbukti minyak dunia sekarang ini diperkirakan hanya 1,2 triliun barel, sebagian besar ada di Timur Tengah. Diprediksikan, bahwa cadangan itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dunia selama 30 tahun ke depan. Sebagaimana kita ketahui pula, cadangan atau ketersediaan energi minyak Indonesia menunjukkan bahwa cadangan total minyak bumi yang meliputi cadangan terbukti dan cadangan potensial, hanya sekitar 10 milyar barel. Cadangan minyak hanya akan mampu bertahan 10 hingga 15 tahun mendatang. Sementara produksi minyak dalam negeri pada tahun 2007 saja hanya mencapai 969.000 bph dan target APBN-P 2008 produksi minyak nasional sebesar 927.000 bph. Sedangkan konsumsi minyak pada tahun 2008 mencapai 1.157.000 bph dan konsumsi energi secara nasional meningkat pesat (boros) dengan pertumbuhan rata-rata 10 % per tahun. Dan, sebagian besar masyarakat sangat tergantung pada konsumsi energi yang berbahan bakar minyak (BBM). Sementara keseluruhan jumlah konsumsi energi nasional mencapai 700 juta SBM (setara barel minyak) per tahun, minyak bumi memasok sebesar 54,4%, disusul gas bumi 26.5%, dan batu bara 14,1%, sedangkan sisanya 5% dipenuhi dari tenaga air, panas bumi, biomassa, surya dan sebagainya. Indonesia sekarang ini tidak lagi menjadi oil exporting country dalam arti nett (net exporter) yang betul-betul kita mengekspor lebih banyak. Kita sekarang sudah menjadi oil importing country (net importer). Kita mengkonsumsi sejumlah bahan bakar minyak (fuel) yang tidak sedikit. Sebagaimana diketahui, setiap aktivitas di perkotaan pasti menghasilkan buangan yang dapat berbentuk padat, cair, atau gas. Sampah didefinisikan sebagai buangan manusia atau hewan yang bersifat padat atau semi padat, yang tidak memiliki nilai guna atau nilai ekonomi, sehingga perlu dibuang (Tchobanoglous, Theisen, dan Vigil, 1993). Timbulan sampah terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Ironisnya, fasilitas pengelolaan sampah di hampir semua kota di Indonesia masih terbatas. Mengiringi diundangkannya UURI No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, pola lama pengelolaan sampah di Indonesia yang berupa pengumpulan-pengangkutan-pembuangan (P3) mulai bergeser ke pemilahan-pengolahan-pemanfaatan-pembuangan residu (P4). Pergeseran paradigma pola pengelolaan sampah tersebut berlangsung dengan cukup signifikan di beberapa kota metropolitan, seperti Surabaya dan Jakarta, di mana terdapat peran aktif dari Dinas Kebersihan, yang mendapat dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), praktisi, serta program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan industri yang bernuansa penyelamatan lingkungan.Dengan bertambahnya jumlah sampah setiap tahun yang di hasilkan masyarakat, Melalui biokonversi, limbah organik seperti tinja, sampah domestik dan limbah pertanian dapat dikonversi menjadi bioenergi. Bioenergi merupakan gas kompleks yang terdiri dari Metana, karbondioksida, Asam sulfida, dan gas-gas lainnya. Biokonversi limbah organik ini melibatkan proses fermentasi. Proses biokonversi seperti ini dikenal pula sebagai proses Pencernaan Anaerob. Proses biokonversi secara alami terjadi pula di alam, yakni dalam pembentukan gas rawa atau sebagai produk samping dari pencernaan hewan, khususnya hewan-hewan pemamah biak.Gas rawa sebenarnya merupakan gas metan yang terbentuk dari bahan-bahan organik tanaman melalui proses dekomposisi tanaman oleh bakteri. Selanjutnya, gas ini dikeluarkan dari rawa dan dalam kondisi tertentu dapat terbakar secara spontan. Gas ini secara ekonomi merupakan bahan bakar penting yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak, tetapi karena tumbuhan yang didekomposisi secara alami jumlahnya terbatas, maka perlu dicari bahan baku dan teknologi penggantinya. Pembentukan gas pada hewan pemamah biak terjadi di dalam lambung dan berlangsung bersamaan dengan proses pencernaan makanan. Di dalam lambung, bahan-bahan berselulosa dari rumput-rumputan atau bahan lain yang menjadi makanan hewan pemamah biak dengan penambahan air diubah menjadi asam organik. Asam organik ini selanjutnya diurai secara anaerob menjadi gas metan dan karbondioksida. Diperkirakan sekitar 75 jutan ton gas metan dikeluarkan oleh hewan pemamah biak setiap tahunnya.Proses pembuatan gas metan secara anaerob melibatkan interaksi kompleks dari sejumlah bakteri yang berbeda, protozoa maupun jamur. Beberapa bakteri yang terlibat adalah Bacteroides, Clostridium butyrinum, Escericia coli dan beberapa bakteri usus lainnya, Methanobacterium, dan Methanobacillus. Dua bakteri terakhir merupakan bakteri utama penghasil metan dan hidup secara anaerob. Proses pembuatan metan ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu :1. Hidrolisis secara enzimatik, bahan-bahan organik tak larut menjadi bahan-bahan organik dapat larut. Enzim utama yang terlibat adalah selulase yang menguraikan selulosa.2. Perubahan bahan-bahan organik dapat larut menjadi asam organik. Pembentukan asam organik ini terjadi dengan bantuan bakteri non methanogenik, protozoa dan jamur.3. Perubahan asam organik menjadi gas metan dan karbondioksida. Proses perubahan ini dapat terjadi karena adanya bantuan bakteri Metanogenik (Methanobacterium dan Methanobacillus).Keseluruhan reaksi perubahan bahan organik menjadi gas metan dan karbondioksida dapat dituliskan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :(C6 H10 O5)n + n H2O ------ 3n CO2 + 3n CH4Persamaan di atas berlaku bila yang menjadi substrat adalah selulosa. Untuk substrat yang berupa senyawa organik kompleks, seperti Lignin dan tanin dan senyawa Polimer Aromatik lainnya, pembentukan gas metan tidak melalui reaksi seperti di atas. Substrat yang berupa senyawa aromatik yang lebih sederhana melalui aktifitas aerobik beberapa enzim ekstraselular yang dihasilkan oleh sejumlah mikroorganisme. Senyawa-senyawa aromatik sederhana ini umumnya Benzenoid. Selanjutnya, senyawa benzenoid ini melalui aktifitas bakteri metaorganik, seperti Methanobacterium formicum dan Methanospirilum hungati, seca anaerob diubah menjadi gas metan dan karbondioksida. Proses perubahan ini terjadi melalui tahapan reaksi seperti berikut :4 C6H5 COOH + 24 H2 O ------ 12 CH3COOH + 4 HCOOH + 8 H2 12 CH3COOH ------ 12 CH4 + 12 CO2 4 COOH ------ 4 CO2 + H2 3 CO2 + 12 H2 ------ 3 CH4 + 6 H2OSecara singkat reaksi keseluruhan di atas dapat disederhanakan menjadi:4 C6H5 COOH + 18 H2 O ------ 15 CH4 + CO2Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil Mengurai dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.Berikut merupakan penerapan di lapangan mengenai nilai ekonomis yang dapat diambil dari penggunaan Pemanfaatan gas metan yang cukup terkenal dari TPA Talangagung adalah tempe yang proses pemasakannya menggunakan gas metan.Berikut ini adalah beberapa sistem pemanfaatan dari gas metan yang berasal dari timbulan sampah yang terdapat di TPA Talangagung : Flaring

Oven Kue BBG Metana Panggang Sate BBG Metana

Kompor BBG Metana

Petromak Pompa Air Ameg (Accumulator of metana gas)

Genset (menghasilkan listrik 5000 watt dan 22,5 KVA) Sistem Transmisi Distribusigas metan yang bisa dimanfaatkan oleh warga masyarakat sekitar secara gratis,Dengan melihat pernyataan-pernyataan di atas dapat dilihat bahwa dikemudian hari pengelolaan sampah secara massal dapat menjadi lahan bisnis yang menguntungkan.

Referensihttp://posyantek-kepanjen.blogspot.com/. Diakses pada 9 Maret 2014http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas. Diakses pada 9 Maret 2014http://id.wikipedia.org/wiki/Metana. Diakses pada 9 Maret 2014https://www.facebook.com/notes/biogas-bio-elektrik-dan-pupuk/biogas-bio-metan-dan-bio-elektrik-sebagai-sumber-energi-baru-terbarukan/107227539368626. Diakses pada 9 Maret 2014https://sites.google.com/site/praswilkot09/info-tpa/sistem-pemanfaatan-sampah. Diakses pada 9 Maret 2014http://news.detik.com/read/2012/06/07/093634/1934936/475/gas-metan-berasal-dari-sampah-mampu-gantikan-elpiji. Diakses pada 9 Maret 2014http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12843-Chapter1.pdf. Diakses pada 9 Maret 2014