potensi geologi daerah.doc
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
BAB II ISI ........................................................................................................3
BAB III PENUTUP ...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................11
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Geologi Semarang ........................................................12
Gambar 1.2 Cagar Alam Nasional Geowisata .........................................12
Gambar 1.3 Potensi Geologi Daerah Waduk Jatibarang .........................12
2
POTENSI GEOLOGI DAERAH SEMARANG
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Indonesia merupakan negara yang cukup dikenal di mata internasional
karena kekayaan alamnya yang besar. Banyak diantara kita yang menyadari akan
hal itu, namun pada kenyataanya kita masih belum bisa memanfaatkan kekayaan
alam itu dengan baik. Banyak daerah-daerah yang berpotensi, namun belum
terekploitasi secara maksimal dan benar. Semarang merupakan ibu kota propinsi
Jawa Tengah. Di semarang sebetulnya banyak sekali kekayaan alamnya, terutama
di bidang sumberdaya mineral. Menurut laporan Dinas Pertambangan Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Tahun Anggaran 1993/1994 dan Neraca
Sumberdaya Alam Spasial Metropolitan Semarang Tahun 1998, jenis sumberdaya
mineral yang terdapat di wilayah Kotamadya Semarang hanya termasuk Bahan
Galian Golongan C. Ada delapan jenis bahan galian golongan C di Semarang,
antara lain: Andesit, Basalt, Batu gamping, Pasir dan Batu (Sirtu), Tanah liat
(Lempung), Tras dan Tanah Urug. Letaknya pun tersebar di penjuru daerah
Semarang.
Di Gunungpati, daerah Semarang selatan banyak terdapat beberapa potensi
tambang, yaitu andesit, basalt, tanah liat (lempung), pasir ,dan batu. Namun hanya
sedikit yang telah terekploitasi. Bahkan banyak dari warga Semarang sendiri yang
tidak menyadari adanya potensi geologi semacam itu. Untuk itulah penulis
mengangkat tema potensi geologi yang berada di sekitar Semarang, tepatnya di
daerah Gunungpati.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan dan pergeseran masalah yang
akan dibahas dalam karya tulis ini, maka penulis memberikan batasan berupa
rumusanmasalahyaitusebagai berikut;
Seperti apa kondisi geologi di Semarang?3
Apa saja potensi yang ada di Gunung pati?
Apa saja dampak dari penambangan galian C di Gunungpati?
1.3. Maksud dan Tujuan
Penulis menguraikan tujuan dari karya tulis ini sebagai berikut;
a) Untuk menguraikan seperti apa kondisi geologi di Semarang .
b) Untuk menyebutkan apa saja potensi geologi yang ada di Gunungpati.
c) Menjabarkan apa saja dampak yang diakibatkan dari penambangan galian C
di gungungpati.
1.4. Ruang Lingkup (Spasial dan Substansial)
Adapun ruang lingkup spasial yang dipilih penulis daerah sekitar kota
Semarang. Secara geografis Semarang berada pada koordinat 6,931205o –
7,115734o LS dan 110,269152o – 110,500304o BT, dengan luas ± 373,7 km2.
Topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi.
Dibagian Utara yang merupakan pantai dan dataran rendah memiliki kemiringan
0-2% sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 meter.
Di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan, dengan kemiringan 2 –
40% dan ketinggian antara 90 – 200 meter di atas permukaan air laut
Sedangkan secara substansial, jenis tanah di Kota Semarang meliputi kelompok
mediteran coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu,
Alluvial Hidromort, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol
Kelabu Tua dan Grumosol Kelabu Tua. Jenis sumberdaya mineral yang terdapat
di wilayah Semarang hanya termasuk Bahan Galian Golongan C. Ada delapan
jenis bahan galian golongan C di Semarang, antara lain: Andesit, Basalt,
Batugamping, Pasir dan Batu (Sirtu), Tanah liat (Lempung), Tras dan Tanah
Urug. Letaknya pun tersebar di penjuru daerah Semarang.
4
BAB IIISI
2.1 Pertambangan Dan Penggalian
Merupakan bagian dari sumberdaya alam dari jenis sumberdaya mineral,
yaitu semua cadangan bahan galian yang dijumpai di muka bumi dan dapat
dipakai bagi kebutuhan manusia. Sumberdaya mineral ini dalam bentuk zat padat
yang sebagian besar terdiri dari kristal, mempunyai sifat homogen, merupakan
unsur atau senyawa kimia anorganik alamiah dengan susunan kimia yang tetap
dan terdapat di bagian kerak bumi sebagai material penyusun atau bahan
pembentuk batuan yang mempunyai nilai ekonomi. Menurut data Metropolitan
Semarang dalam Angka (1998), sumberdaya mineral ini mempunyai nilai
ekonomi dan memberikan sumbangan terhadap PDRB Metropolitan Semarang
sebesar 0,22 %. Menurut laporan Dinas Pertambangan Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah. Tahun Anggaran 1993/1994 dan Neraca Sumberdaya Alam Spasial
Metropolitan Semarang Tahun 1998, jenis sumberdaya mineral yang terdapat di
wilayah Kotamadya Semarang hanya termasuk Bahan Galian Golongan C (Nir
Strategis dan Nir Vital). Dari hasil pendataan bahan galian golongan C ini,
termasuk pada tingkat keyakinan perolehan cadangan tereka antara 20 – 30 %,
yaitu berada pada klasifikasi cadangan tereka dan dari 32 penggolongan
sumberdaya mineral bahan galian golongan C ini Kotamadya Semarang memiliki
8 jenis bahan galian golongan C, antara lain : Andesit, Basalt, Batu gamping,
Pasir dan Batu (Sirtu), Tanah liat (Lempung), Tras dan Tanah Urug.
2.1.1 Andesit
Terdapat pada lahan seluas lebih kurang 12 Ha, dengan volume cadangan
tereka sebesar 1.208.639,19 Ton, pada tahun 1998 telah dieksploitasi sebesar lebih
kurang 119.658,40 Ton. Lokasi bahan gallian ini berada di Kelurahan
Pakintelan,KecamatanGunungpati.
2.1.2 Basalt
Terdapat pada lahan seluas lebih kurang 302,00 Ha, dengan volume
cadangan tereka sebesar 105.300.000,00 Ton, sampai dengan saat sekarang
5
material ini belum dieksplitasi. Lokasi bahan galian ini berada di Kelurahan
Gunungpati, Kelurahan Plalangan, Kecamatan Gunungpati.
2.1.3 TanahLiat (Lempung)
Terdapat pada lahan seluas 122,00 Ha, dengan volume cadangan tereka
sebesar 95.332.076,73 Ton dan sampai dengan tahun 1998 telah dieksploitasi
sebesar 163.967,67 Ton. Lokasi bahan galian ini tersebar di beberapa tempat
antara lain : Kecamatan Mijen di sekitar Kelurahan Mijen, Jatisari, Karangmalang,
Polaman dan Purwosari; Kecamatan Ngaliyan di sekitar Kelurahan Wates dan
Kalipancur; Kecamatan Gunungpati di sekitar Kelurahan Gunungpati. Cepoko,
Sadeng, Pongangan, Sukorejo dan Sekaran; kemudian disekitar Kelurahan
Tinjornoyo, Kecamatan Banyumanik dan KecamatanTembalang di sekitar
Kelurahan Bulusan, Sendangmulyo dan Meteseh; di Kecamatan Pedurungan di
sekitar Kelurahan Plamongansari, Pedurungan Lor dan Penggaron Kidul.
2.1.4 Pasir dan Batu (Sirtu)
Terdapat pada lahan seluas lebih kurang 259,00 Ha, dengan volume
cadangan tereka sebesar 4.159.751,21 Ton dan pada tahun 1998 telah dieksploitasi
sebesar lebih kurang 8.936,29 Ton. Lokasi bahan galian ini tersebar di beberapa
tepmat antara lain : Kecamatan Mijen di sekitar Kelurahan Cangkiran, Purwosari
dan Karangmatang; Kecamatan Banyumanik di sekitar Kelurahan Tinjornoyo,
Kelurahan Pudakpayung dan Kelurahan Jabungan: Kecamatan Gunungpati di
sekitar Kalialang yang termasuk dalam Kelurahan Sukorejo: Kecamatan
Gajahmungkur di sekitar desa Keradenan Baru.
2.2 Metodologi
2.2.1 Alat dan Bahan
Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah dengan
kajian pustaka. Penulis melakukan kajian pustaka dengan berbagai bahan sumber
baik melalui buku, koran, jurnal, maupun internet yang berkaitan dengan masalah-
masalah yang dibahas dalam karya tulis ini.
Sedangkan alat yang digunakan dalam menunjang dalam pencarian dan
pembuatan paper adalah komputer yang tersambung dengan internet. Untuk
6
menambah bahan seperti foto lokasi penambangan, penulis juga melakukan
observasi ke lapangan dan mengambil gambar dengan bantuan alat kamera.
2.2.2 CaraKerja
Hal yang dilakukan pertama kali dalam penyusunan karya tulis ini adalah
penentuan daerah yang akan dijadikan objek dalam karya tulis ini. Lalu penulis
melakukan pengumpulan bahan yang akan dijadikan sebagai materi, seperti
kondisi lokasi objek dan potensi geologinya. Langkah yang ketiga adalah
observasi. Penulis melakukan observasi secara langsung dan tak langsung. Disini
penulis melakukan observasi secara tak langsung dengan mengambil berbagai
sumber yang telah ada dari pengumpulan bahan sebelumnya. Lalu untuk
mengambil gambar di lokasi secara langsung, penulis melakukan observasi ke
lapangan. Dari observasi itu, lalu disusun berbagai data yang sekiranya
mendukung dalam karya tulis ini. Data-data tersebut selanjutnya digunakan untuk
materi-materi yang akan disusun dalam pambahasan karya tulis. Setelah tersusun
data, penulis melakukan analisa terhadap data-data tersebut. Lalu yang terakhir
adalah penulis menarik kesimpulan dari analisa data yang sebelumnya telah
dilakukan.
2.3 Kondis Geologi Semarang
Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah secara geografis berada pada
koordinat 6,931205o – 7,115734o LS dan 110,269152o – 110,500304o BT,
dengan luas ± 373,7 km2. Berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan
lerengnya, morfologi daerah Semarang dapat dibagi menjadi lima satuan
morfologi, yaitu :
2.3.1 Dataran – Dataran Bergelombang.
Dataran bergelombang merupakan daerah dataran aluvial pantai dan
sungai, setempat di bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan,
bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng
medan antara 0 – 8%, ketinggian tempat di bagian utara antara 0 – 50 m dpl dan di
bagian selatan ketinggiannya antara 225 – 300 m dpl. Penyebarannya terdapat di
7
Mangkang, Genuk, Gayamsari, Pedurungan, Mijen, Ngaliyan, Gunung pati,
Banyumanik dan Tembalang.
2.3.2 Pebukitan Berelief Halus.
Pebukitan berelief halus adalah satuan morfologi ini umumnya merupakan
punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan
bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 8 – 15%, ketinggian tempat
antara 50 – 250 m dpl. Penyebarannya terdapat di Ngaliyan, Mijen, sekitar
Banyumanik, dan Gunungpati.
2.3.3 Pebukitan Berelief Sedang.
Daerah pebukitan berelief sedang adalah satuan morfologi yang
merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan
bergelombang landai berkemiringan lereng 15 – 25%, dan ketinggian wilayah 50
– 450 m dpl. Penyebarannya antara lain terdapat di sekitar Ngaliyan, sebelah utara
dan timur Gunungpati, Banyumanik, Tembalang, dan di bagian selatan
Gajahmungkur.
2.3.4 Pebukitan Berelief Kasar.
Pebukitan berelief kasar adalah satuan morfologi yang merupakan lereng
dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan
lereng antara 25 – 40%, ketinggian tempat antara 75 – 450 m dpl. Penyebarannya
terdapat di Candisari, utara Gajahmungkur, Siwarok, dan Watukongkong.
2.3.5 Perbukitan Berelief Sangat Kasar – Curam.
Adalah satuan morfologi yang merupakan lereng dan perbukitan dengan
lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng > 40%, ketinggian tempat antara
50 – 325 m dpl. Penyebarannya terdapat di Tambakaji dan Bringin, sebelah timur
Tembalang, sebelah timur G. Gombel, sebagian tebing Kali Garang, tebing Kali
Kripik, dan tebing Kali Kreo.
2.4 Potensi Geologi di Gunungpati
Menurut uraian di atas, Gunung pati terletak pada tiga jenis morfologi,
yaitu dataran bergelombang, perbukitan berelief halus, dan perbukitan berelief
sedang. Dengan banyaknya morfologi pada daerah ini menyebabkan banyaknya
potensi geologi di dalamnya. Di Gunungpati pun banyak terdapat pertambangan
8
galian C. Salah satunya yaitu andesit yang berlokasi di Gunung Turun Kelurahan
Mangunsari, kecamatan Gunung pati.
Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara
dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik
di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-
daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama andesit
berasal dari nama Pegunungan Andes (wikipedia, 2009)
Selain itu terdapat juga basalt, yaitu batuan beku ekstrusif yang berwarna
gelap, berbutir kristal halus; berkomposisi plagioklas, piroksin dan magnetit,
dengan atau tanpa olivine, dan mengandung SiO2 kurang dari 53 % berat.
(Wahyu, 2009) Berlokasi di Kelurahan Plalangan, Kecamatan Gunungpati dengan
luas sekitar 302,00 Ha dengan volume yang diperkirakan mencapai
105.300.000,00 ton. Namun hingga kini material ini belum tereksplitasi.
Tanah liat atau yang di kenal juga sebagai lempung juga terdapat di daerah sekitar
Kelurahan Gunungpati. Terdapat pada lahan seluas 122,00 Ha, dengan volume
cadangan diperkirakan sebesar 95.332.076,73 Ton dan sampai dengan tahun 1998
telah dieksploitasi sebesar 163.967,67 Ton.
Tanah lempung tersebut biasanya digunakan untuk reklamasi pantai di
Semarang Utara di daerah sekitar Tanah Mas dan Pelabuhan. Potensi yang
terakhir adalah batu pasir. Terdapat pada lahan seluas lebih kurang 259,00 Ha,
dengan volume cadangan tereka sebesar 4.159.751,21 Ton dan pada tahun 1998
telah dieksploitasi sebesar lebih kurang 8.936,29 Ton. Terletak di kecamatan
Gunungpati di sekitar Kalialang. Batu pasir merupakan batuan sedimen dari
Formasi Damar, terdiri atas batu pasir kompak dan batu pasir agak kompak. Batu
pasir kompak: mengandung sisipan tufa, breksi dan batu lempung, berwarna abu-
abu dan abu-abu kehitaman, lapuk ringan sampai lapuk sempurna, kompak,
tersusun oleh tufa, berukuran pasir sedang sampai pasir kasar, setempat-setempat
bersifat konglomeratan, berlapis dengan tebal antara 15 sampai 150 cm, kelulusan
rendah sampai sedang. Batu pasir agak kompak : mengandung sisipan breksi,
konglomerat dan tufa, berwarna abu-abu kecoklatan sampai coklat keabuan, lapuk
ringan sampai lapuk sedang, agak kompak, susunan mineral terdiri atas feldspar,
9
gelas volkanik dan mineral mafik, berukuran pasir halus sampai pasir kasar,
sebagian bersifat konglomeratan, struktur perlapisan kurang baik, kelulusan
sedang sampai tinggi. Daya dukung yang diijinkan adalah sedang sampai tinggi,
mudah digali dengan peralatan non mekanik. Kedalaman muka air tanah bebas
sedang sampai dalam. (anonim, 2009).
2.5 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Penambangan
Sebagai seorang yang memiliki kecintaan kepada bangsa, sudah
seharusnya kita juga menjaga dan merawat alam. Apabila ingin melakukan
eksploitasi terhadap suatu potensi, sudah seharusnya dilakukan dengan cara dan
metode yang benar agar tidak merusak keseimbangan ekosistem yang ada. Namun
hal itu sepertinya masih sedikit orang yang menyadarinya. Masih banyak orang
maupun golongan yang dengan seenaknya sendiri mengambil dengan sesukanya
potensi-potensi kekayaan alam. Mereka tidak pernah memikirkan akibat yang
ditimbulkan apabila mengeksploitasi secara berlebihan. Selain itu masih banyak
juga penambangan yang tidak berizin. Di Gunungpati pun masih banyak terdapat
penambangan-penambangan batu liar. Aktivitas penambangan galian C di RW X
dukuh Siroto, Kelurahan Gunungpati dipastikan tidak berizin. Karena di
Gunungpati hanya terdapat dua perusahaan penambangan yang berizin, selain itu
dapat dipastikan liar.
Dampak dari penambangan liar itu pun juga sudah mulai membuat warga
resah. Salah satu dampaknya adalah lahan yang dijadikan lokasi kelerengannya
menjadi bertambah curam karena kurangnya sistem yang baik dan pangelolaanya.
Pohon-pohon yang semula berada di perbukitan menjadi hilang karena ditebang.
Sehingga daerah penyerapan di Gunungpati menjadi berkurang dan ditakutkan
akan berimbas ke daerah Semarang bawah. Menurut Urip Santoso (2008) ada 10
dampak negatif akibat pertambangan jika tidak terkendali antara lain sebagai
berikut:
10
1). Kerusakan lahan bekas tambang.
2). Merusak lahan perkebunan dan pertanian.
3). Membukakawasanhutanmenjadikawasanpertambangan.
4). Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan
sangat kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya.
5). Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun,
bunyidll.
6). Kerusakan tambak dan terumbu karang dipesisir.
7). Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati.
8). Air tambang asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang
akhirnya ke laut akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut.
9). Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan.
10). Sarana dan prasarana seperti jalan dll. rusak berat.
11
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semarang merupakan kota yang memiliki berbagai jenis potensi geologi
baik positif maupun negatif. Dari sektor pertambangan, jenis sumberdaya mineral
yang terdapat di wilayah Semarang termasuk Bahan Galian Golongan C, antara
lain : Andesit, Basalt, Batugamping, Pasir dan Batu (Sirtu), Tanah liat (Lempung),
Tras dan Tanah Urug. Berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan
lerengnya, morfologi daerah Semarang dapat dibagi menjadi 5 satuan morfologi,
yaitu :
• Dataran-dataranbergelombang
• Pebukitanbereliefhalus
• Pebukitan berelief sedang
• Perbukitan berelief kasar
• Perbukitan berelief sangat kasar
Daerah Semarang selatan banyak terdapat beberapa potensi tambang
terutama di daerah Kecamatan Gunungpati, yaitu andesit, basalt, tanah liat
(lempung), pasir ,dan batu. Namun hanya sedikit yang telah terekploitasi.
Gunungpati juga terletak pada tiga jenis morfologi, yaitu dataran bergelombang,
perbukitan berelief halus, dan perbukitan berelief sedang.
Ada banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat pertambangan
yang tidak terkendali seperti rusaknya lahan, merusak hutan, terjadi pencemaran
baik tanah maupun udara, serta bencana alam seperti banjir dan longsor.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pertambangan dan Penggalian. Pemerintah Kota Semarang.
URL: http://www.semarang.go.id/ (online: 10 Oktober 2009)
Anonim. Inventarisasi Geologi Teknik Daerah Semarang Provinsi Jawa
Tengah.PemerintahDaerahJawaTengah.
URL:www.newportal.plg.esdm.go.id/index.php?option=com (online: 12 Oktober
2009)
Anonim.2009. Wikipedia Indonesia
URL:http://id.wikipedia.org/wiki/Andesit(online:12Oktober2009)
Ancol,Wahyu.2009.Basalt.
URL: http://wahyuancol.wordpress.com/2009/09/01/basalt/ (online: 12 Oktober
2009)
Santoso, Urip. 2008. Dampak Negatif Pertambangan.
URL: http://uripsantoso.wordpress.com/2008/12/17/dampak-negatif-
pertambangan/ (online: 12 Oktober 2009)
Suara Merdeka. 2009. “Besok Pencanangan Waduk Jatibarang”. 13 Oktober.
Semarang.
13
LAMPIRAN
14