potensi kehilangan penerimaan negara bukan pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. kebijakan...

16
Vol. IV, Edisi 10, Juni 2019 Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pertambangan Batubara p. 8 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Apakah Cukai BBM Dapat Diaplikasikan di Indonesia? p. 12 Kebijakan Tak Tepat, Perbaikan Kinerja Neraca Dagang Terhambat p. 3

Upload: hacong

Post on 20-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

Vol. IV, Edisi 10, Juni 2019

Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pertambangan Batubara

p. 8

ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

Apakah Cukai BBM Dapat Diaplikasikan di Indonesia?

p. 12

Kebijakan Tak Tepat, Perbaikan Kinerja Neraca Dagang

Terhambatp. 3

Page 2: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

2 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pertambangan Batubarap.8

PENERIMAAN Negara Bukan Pajak dari pertambangan batubara berasal dari iuran tetap dan iuran produksi yang sangat bergantung dengan volume produksi batubara. Namun, volume produksi batubara saat ini belum bisa dipastikan akurasi datanya, sehingga terdapat potensi kehilangan PNBP. Ketidakakuratan data volume produksi batubara terlihat dari masih adanya perbedaan pencatatan volume produksi batubara, baik di data BPS, data ESDM, dan data lembaga internasional. Perbedaan pencatatan data volume produksi batubara ini juga ditunjukkan oleh selisih batubara yang diekspor oleh Indonesia dengan pencatatan negara penerima.

Apakah Cukai BBM Dapat Diaplikasikan di Indonesia? p.12

PENERAPAN cukai BBM dirasa oleh sebagian ekonom dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi tingginya polusi di Indonesia. Selain itu cukai BBM memberi dampak positif lainnya, antara lain mendorong pengembangan BBN, mengurangi impor BBM sebagai akibat berkurangnya konsumsi BBM, mengurangi defisit neraca perdagangan, menstabilkan nilai kurs, dan menambah pendapatan cukai. Namun demikian ada beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi seperti peningkatan harga bahan pokok, peningkatan inflasi, dan penurunan daya beli masyarakat. Pemerintah perlu mempersiapkan dengan matang dan merilis kebijakan penerapan cukai BBM pada saat yang tepat.

Kebijakan Tak Tepat, Perbaikan Kinerja Neraca Dagang Terhambat p.3

Kritik/Saran

[email protected]

Dewan RedaksiRedaktur

DahiriRatna Christianingrum

Martha CarolinaRendy Alvaro

EditorAde Nurul Aida

Marihot Nasution

LEMAHNYA kinerja neraca dagang Indonesia disebabkan oleh rendahnya kinerja sektor migas dan sektor nonmigas. Pengendalian impor yang kurang optimal disebabkan oleh kurang tepatnya kebijakan dengan akar masalah yang harus diselesaikan. Kebijakan perbaikan neraca migas telah dilakukan pemerintah. Namun, masih terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, diantaranya pengaruh faktor eksternal dan lemahnya struktur industri Indonesia.

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

M.Si.Pemimpin Redaksi

Dwi Resti Pratiwi

Page 3: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

3Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

Kebijakan Tak Tepat, Perbaikan Kinerja Neraca Dagang Terhambat

oleh Rastri Paramita*)

Defisit neraca dagang Indonesia sepanjang tahun 2018 mencapai USD8,57 miliar dan merupakan

rekor kinerja perdagangan terburuk selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu memperbaiki kinerja neraca dagang. Pada April 2019, neraca dagang kembali mengalami defisit sebesar USD2,50 miliar yang disebabkan oleh defisit sektor migas sebesar USD1,49 dan sektor nonmigas sebesar USD1,101 miliar. Apabila dibandingkan perkembangan ekspor periode Januari-April tahun 2018 dan 2019, ekspor migas menurun cukup besar yaitu 37,06 persen dan ekspor nonmigas mengalami penurunan sebesar 10,98 persen. Sedangkan perkembangan impor periode Januari-April tahun 2018 dan 2019, impor sektor migas menurun sebesar 3,99 persen dan sektor nonmigas mengalami penurunan mencapai 7,02 persen.

Buruknya kinerja neraca dagang Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kinerja sektor migas yang masih rendah serta melambatnya pertumbuhan investasi migas. Dua hal ini menyebabkan produksi migas mengalami penurunan. Selain masalah produksi migas, pencatatan hasil eksplorasi minyak yang dilakukan

Pertamina di luar negeri dan kemudian dibawa ke dalam negeri tercatat sebagai impor. Hal inilah yang turut andil melebarnya defisit neraca dagang Indonesia.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja neraca dagang yaitu rendahnya kinerja sektor nonmigas. Fluktuasi harga komoditi sangat mempengaruhi kinerja sektor nonmigas. Hal ini dikarenakan ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi oleh komoditi mentah atau barang setengah jadi. Masalah yang mendasar dari sektor nonmigas adalah masih belum optimalnya pembangunan industri manufaktur yang mampu memproduksi barang setengah jadi atau barang jadi yang berorientasi ekspor maupun substitusi impor. Akibatnya, peningkatan ekspor barang dari industri manufaktur mendorong peningkatan impor bahan baku/penolong. Kondisi inilah yang memposisikan neraca dagang Indonesia menjadi rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tulisan ini akan mencoba mengkaji ketidaktepatan antara kebijakan dan permasalahan kinerja neraca dagang yang dihadapi Indonesia sehingga masih belum memberikan hasil yang positif terhadap kinerja neraca dagang. Selain itu, tulisan ini juga akan mencoba

AbstrakLemahnya kinerja neraca dagang Indonesia disebabkan oleh rendahnya

kinerja sektor migas dan sektor nonmigas. Pengendalian impor yang kurang optimal disebabkan oleh kurang tepatnya kebijakan dengan akar masalah yang harus diselesaikan. Kebijakan perbaikan neraca migas telah dilakukan pemerintah. Namun, masih terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, diantaranya pengaruh faktor eksternal dan lemahnya struktur industri Indonesia. Untuk menghadapi tantangan dan permasalahan tersebut, dibutuhkan mitigasi risiko berupa hedging, diversifikasi penggunaan mata uang asing, menyusun blue print industri Indonesia dengan fokus kepada beberapa industri yang menjadi unggulan serta meningkatkan law enforcement terhadap peraturan perundang-undangan yang ada. Hal ini bertujuan agar kebijakan yang dilakukan pemerintah dapat berdampak positif terhadap perbaikan kinerja neraca dagang Indonesia.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

primer

Page 4: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

4 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

membahas tantangan yang dihadapi pemerintah dalam memperbaiki kinerja neraca dagang serta rekomendasinya.

Pengendalian Impor yang Kurang OptimalPengendalian impor yang diluncurkan pemerintah sejak tahun 2018 belum berdampak optimal terhadap perbaikan kinerja neraca dagang di kuartal pertama tahun 2019. Pengendalian impor yang dilakukan pemerintah bersifat jangka pendek dan tidak mengena pada akar masalah impor Indonesia. Pengendalian impor saat ini diarahkan untuk membatasi impor barang konsumsi yang persentase nilai impornya menurut golongan penggunaan barang dalam neraca dagang di bawah 10 persen. Padahal, akar permasalahan dari neraca dagang adalah tingginya impor bahan baku/penolong yang mencapai lebih dari 70 persen dari persentase nilai impor Indonesia sebagaimana terlihat dalam Gambar 1.

Tingginya impor bahan baku/penolong disebabkan oleh masih belum adanya kebijakan yang mendorong hilirisasi untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), 64 persen dari total industri Indonesia bergantung pada bahan baku/penolong dan barang modal impor. Jumlah tersebut berasal dari 9 sektor industri, yaitu permesinan dan logam, otomotif, elektronik, kimia dasar, makanan dan minuman, pakan ternak, tekstil dan produk tekstil, barang kimia

lain serta pulp dan kertas. Sekitar 64 persen industri tersebut mendominasi nilai produksi nasional sebesar 80 persen serta menyumbang penyerapan tenaga kerja sebesar 65 persen. Total impor bahan baku/penolong dari 64 persen industri nasional tersebut sebesar 67,9 persen, impor barang modalnya sekitar 24,6 persen, dan impor barang konsumsinya mencapai 7,5 persen. Akibatnya, 9 industri strategis ini cukup rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.

Pengendalian impor jangka pendek yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah membatasi kuota impor bahan baku/penolong bukan pengendalian impor di barang konsumsi saja. Dengan adanya pembatasan kuota impor bahan baku/penolong, akan memaksa pelaku usaha untuk menyediakan bahan baku/penolong di dalam negeri. Sehingga diharapkan program hilirisasi yang telah diinisiasi oleh Kemenperin akan lebih optimal hasilnya. Dengan mendorong hilirisasi juga akan berdampak pada pengurangan ekspor bahan mentah yang selama ini masih menjadi primadona ekspor Indonesia, sehingga pengaruh fluktuasi harga komoditi dapat diminimalisir terhadap kinerja neraca dagang. Dengan mengolah bahan mentah menjadi barang yang memiliki value added lebih tinggi akan menambah harga jual komoditi ekspor.

Di samping program hilirisasi, pemerintah juga telah melakukan program peningkatan produksi dalam negeri melalui Peraturan Pemerintah

Gambar 1. Perkembangan Struktur Nilai Ekspor dan Persentase Impor Januari-April 2019

Sumber: BPS, diolah

Page 5: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

5Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

Nomor 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri. Dalam PP ini mengatur peningkatan penggunaan produk dalam negeri yang bertujuan untuk memberdayakan industri dalam negeri dan memperkuat struktur industri. Kemenperin akan memprioritaskan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) industri alat kesehatan dengan nilai rata-rata sebesar 60 persen. Sektor lainnya yaitu industri alat mesin pertanian dengan rata-rata nilai TKDN mencapai 43 persen. Sedangkan industri ketenagalistrikan akan menerapkan minimal nilai TKDN antara lain pembangkit listrik sekitar 30-70 persen, jaringan transmisi sekitar 56-76 persen, dan gardu induk sebesar 17-65 persen. TKDN ketenagalistrikan memiliki rata-rata nilai mencapai 40 persen. Namun, dalam pelaksanaannya, program TKDN belum optimal mempengaruhi kinerja neraca dagang. Menurut Bappenas, hal ini disebabkan oleh belum tumbuhnya rasa saling percaya antara konsumen dan produsen dengan menggunakan konten lokal serta belum tegasnya pelaksanaan aturan TKDN sehingga pelaku usaha cenderung mudah untuk melanggarnya.

Kebijakan Perbaikan Neraca MigasDalam rangka memperbaiki kinerja neraca migas, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, diantaranya mandatory B20. Dengan mandatory B20 diharapkan akan mengurangi ketergantungan impor bahan bakar dan menyelamatkan industri kelapa sawit Indonesia. Namun, kebijakan ini masih belum mampu memperbaiki neraca migas di kuartal I 2019. Hal ini terkendala oleh penyediaan infrastruktur seperti penyediaan floating storage kapal tangki apung, dan masalah teknis penyaluran. Mandatory B20 merupakan kebijakan jangka menengah karena membutuhkan waktu untuk penyediaan infrastruktur.

Kebijakan jangka pendek untuk mengatasi defisit neraca migas yang telah dilakukan pemerintah yaitu pemanfaatan crude oil hasil eksplorasi bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di dalam negeri yang selama ini diekspor, saat ini sebagian diolah di kilang Pertamina di dalam negeri.

Dengan diterapkannya kebijakan tersebut maka dapat mengurangi impor minyak mentah.

Terkait kesalahan pencatatan minyak mentah hasil eksplorasi Pertamina di luar negeri sebagai impor migas dalam neraca perdagangan, pemerintah mengoreksi kesalahan tersebut dengan mencantumkan hasil eksplorasi tersebut ke dalam neraca pendapatan primer. Pencantuman di neraca pendapatan primer menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian akan menambah pendapatan primer minimal USD450 juta per tahun selain akan mengurangi defisit di neraca perdagangan. Kedua pencatatan tersebut sesuai dengan standar Internasional Merchandise Trade Statistic dan standar Balance of Payment Manual IMF.

Tantangan Memperbaiki Kinerja Neraca DagangFaktor eksternal seperti perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan fluktuasi harga komoditi masih menjadi tantangan utama yang harus dihadapi pemerintah. Kondisi perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat akan memengaruhi tingkat ekspor dan impor Indonesia. Saat ini, partner dagang utama untuk ekspor maupun impor Indonesia adalah Tiongkok. Apabila perang dagang mengakibatkan perlambatan perekonomian Tiongkok, maka ekspor terutama bahan bakar Indonesia ke Tiongkok akan menurun. Kondisi ini akan membuat neraca dagang migas akan kembali tertekan.

Besarnya pengaruh eksternal terhadap kinerja neraca dagang Indonesia mengindikasikan lemahnya struktur industri dalam negeri sehingga rentan terhadap perubahan global. Kurang fokusnya pemerintah dalam membangun industri manufaktur dan lemahnya koordinasi antar pihak turut andil menghambat pertumbuhan industri di Indonesia. Ketidakselarasan antara peraturan perundang-undangan antara pusat dan daerah juga membuat lambatnya pertumbuhan industri Indonesia.

Page 6: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

6 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

RekomendasiAgar program hilirisasi lebih optimal kinerjanya, pemerintah perlu membangun koordinasi yang baik antar sektor yang terlibat dalam hilirisasi ini. Koordinasi ini berguna untuk menyelaraskan kebijakan yang diambil di tiap sektor dan terjadi kesinambungan pembangunan industri hilirisasi. Program hilirisasi juga harus didukung dengan kemudahan investor dalam membangun industri yang mendukung program ini. Selain kemudahan baik berupa perizinan usaha, law enforcement juga menjadi hal yang krusial. Law enforcement yang baik mengindikasikan adanya kepastian dalam berusaha. Di samping itu, menjaga kestabilan politik, keamanan, dan ekonomi juga penting dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif.Untuk meminimalisir dampak negatif dari faktor eksternal, pemerintah perlu melakukan mitigasi risiko salah satunya berupa hedging. Dibutuhkan instrumen hedging yang lebih bervariasi untuk memudahkan eksportir memilih instrumen yang sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, pemerintah sebaiknya melakukan diversifikasi mata uang asing dalam perdagangan internasional. Semakin beragamnya mata uang asing yang digunakan, maka akan mengurangi ketergantungan terhadap USD. Penggunaan mata uang asing sesuai dengan negara tujuan dagang dapat dikomunikasikan oleh Indonesia di awal pembicaraan bilateral. Terkait dengan pembangunan struktur industri manufaktur yang kuat, dibutuhkan blue print yang jelas atas pembangunan industri tersebut. Pembangunan industri ini sebaiknya ditujukan pada industri yang potensial dan berorientasi ekspor atau substitusi impor. Blue print tersebut disosialisasikan ke pemerintah daerah agar pembangunan industri di daerah selaras dengan kebijakan pemerintah pusat. Selain itu, penentuan industri unggulan harus dilakukan agar kebijakan yang diambil pemerintah lebih fokus ke beberapa industri unggulan tersebut. Membangun koordinasi antar sektor yang terlibat pada pembangunan industri tersebut tetap sangat dibutuhkan. Selain koordinasi, evaluasi secara periodik setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah juga sebaiknya dilakukan agar kebijakan yang dibuat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha dan perkembangan dunia usaha.Untuk pelaksanaan TKDN, pemerintah perlu meningkatkan law enforcement dengan memberikan sanksi bagi pelaku usaha yang melanggarnya, berupa sanksi ringan seperti penundaan perijinan maupun sanksi berat seperti denda. Selain itu, sosialisasi pentingnya menggunakan konten lokal untuk mengurangi defisit neraca perdagangan harus senantiasa dilakukan oleh pemerintah.Dalam hal memperbaiki kinerja neraca migas, kebijakan jangka panjang yang harus segera disiapkan adalah mengembangkan energi terbarukan sebagai sumber bahan bakar alternatif. Selain pengembangan energi terbarukan, pemerintah juga harus menyesuaikan penggunaan energi tersebut sesuai dengan wilayah yang dekat dengan sumber energi. Penyesuaian ini agar dapat menekan biaya distribusi energi terbarukan.

Page 7: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

7Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

Daftar PustakaBadan Pusat Statistik. 2019. www.bps.go.id.

Kementerian Perindustrian. 2019.www.kemenperin.go.id.

Bisnis.com. 2018. Defisit Dagang Melebar, Efektivitas Kebijakan Pengendalian Impor Dipertanyakan. Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20181115/9/860227/defisit-dagang-melebar-efektivitas-kebijakan-pengendalian-impor-dipertanyakan tanggal 28-5-2019.

AA.com. 2019. Indonesia rumuskan kebijakan perbaikan defisit neraca perdagangan migas. Diakses dari https://www.aa.com.tr/id/ekonomi/indonesia-rumuskan-kebijakan-perbaikan-defisit-neraca-perdagangan-migas/1484457 tanggal 28-5-2019.

Katadata.co.id. 2019. Dampak Dua Kebijakan Migas terhadap Defisit Transaksi Berjalan. Diakases dari https://katadata.co.id/berita/2019/05/26/dampak-dua-kebijakan-migas-pemerintah-untuk-defisit-transaksi-

berjalan tanggal 29-5-2019.

Detik.com. 2019. Pemerintah Peras Otak Perbaiki Tekornya Neraca Migas. Diakses dari https://finance.detik.com/energi/d-4562106/pemerintah-peras-otak-perbaiki-tekornya-neraca-migas tanggal 29-5-2019.

Bisnis.com. 2018. Ini Kendala Pelaksanaan TKDN Versi Bappenas. Diakses dari https://finansial.bisnis.com/read/20180823/9/830697/ini-kendala-pelaksanaan-tkdn-versi-bappenas tanggal 29-5-2019.

Kontan.co.id. 2019. Pemerintah padukan kebijakan B20 dan TKDN untuk tekan defisit neraca dagang. Diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-padukan-kebijakan-b20-dan-tkdn-untuk-tekan-defisit-neraca-dagang tanggal 29-5-2019.

Kontan.co.id. 2019. Menko Perekonomian Darmin: Floating storage untuk B20 akan ada di Tuban. Diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/menko-perekonomian-darmin-floating-storage-untuk-b20-akan-ada-d-tuban tanggal 28-5-2019.

Page 8: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

8 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

Tujuan pemberlakuan Undang-Undang (UU) Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah untuk mengoptimalkan penerimaan negara. Di sektor mineral dan batubara, optimalisasi PNBP sudah mulai terlihat dengan diterbitkannya UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) melalui sistem perizinan. Namun, penerapan UU Minerba tersebut masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh perizinan batubara yang tidak terkontrol pada masa desentralisasi. Sehingga ketika memasuki rezim UU Minerba, perlu dilakukan penyesuaian dengan mengkategorikan status perizinan menjadi Clean and Clear (CnC) dan non-Clear and Clear (non-CnC) agar pengelolaan pertambangan batubara sesuai dengan UU Minerba. Namun, proses rekonsiliasi ini belum berjalan dengan baik, sehingga belum berhasil mengumpulkan data yang valid terkait dengan jumlah pengelola pengusahaan batubara (KPK, 2017).Batubara dianggap sebagai salah satu komoditas ekspor dan sumber energi nasional yang strategis untuk penerimaan negara. Indonesia merupakan negara produsen batubara kelima terbesar setelah China, Amerika

Serikat, India, dan Australia (BP Statistical Review, 2018). Produksi batubara Indonesia rata-rata mencapai lebih dari 400 juta ton per tahun sepanjang tahun 2014 sampai dengan tahun 2017. Pada tahun anggaran 2019, PNBP dari sektor mineral dan batubara diharapkan sebesar Rp190,8 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 12,77 persen dari tahun sebelumnya dan merupakan kontributor terbesar pada sektor PNBP non migas. Namun, PNBP sektor minerba saat ini masih belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari lemahnya pengawasan terhadap volume produksi batubara sehingga pendataan yang akurat terkait dengan pendapatan yang seharusnya masuk ke kas negara sulit ditelusuri serta masih maraknya Pertambangan Tanpa Izin (PETI). PETI, apabila tidak segera dilakukan penindakan yang tegas dan solusi yang tepat maka kerugian negara dari sisi penerimaan negara masih akan terus berlanjut.PNBP batubara dalam UU Minerba terdiri dari iuran produksi dan iuran tetap. Iuran produksi berasal dari volume produksi dikali dengan harga jual dan tarif yang sudah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Volume produksi batubara perlu pengawasan yang baik karena sangat berpengaruh menentukan

Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pertambangan Batubara

oleh Robby Alexander Sirait*)

Iranisa**)

AbstrakPenerimaan Negara Bukan Pajak dari pertambangan batubara berasal dari

iuran tetap dan iuran produksi yang sangat bergantung dengan volume produksi batubara. Namun, volume produksi batubara saat ini belum bisa dipastikan akurasi datanya, sehingga terdapat potensi kehilangan PNBP. Ketidakakuratan data volume produksi batubara terlihat dari masih adanya perbedaan pencatatan volume produksi batubara, baik di data BPS, data KESDM, dan data lembaga internasional. Perbedaan pencatatan data volume produksi batubara ini juga ditunjukkan oleh selisih batubara yang diekspor oleh Indonesia dengan pencatatan negara penerima. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pengawasan terkait dengan volume dan penjualan batubara serta masih maraknya Pertambangan Tanpa Izin (PETI).

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

sekunder

Page 9: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

9Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

akurasi PNBP sektor pertambangan yang akan diterima negara. Lemahnya Pengawasan Terkait dengan Volume Produksi BatubaraIndonesia Corruption Watch (ICW) dalam penelitiannya pada tahun 2017 terkait dengan tata kelola batubara di Indonesia menunjukkan bahwa selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2016 terdapat potensi kerugian negara mencapai Rp133,6 triliun yang berasal dari tidak dibayarnya iuran produksi. Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan pencatatan volume produksi batubara antara data Badan Pusat Statistik (BPS) dan data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM) yaitu terdapat selisih sekitar 49,1 juta ton dimana data KESDM lebih tinggi. Sama halnya apabila dibandingkan dengan pencatatan volume produksi dengan data lembaga internasional, seperti terlihat pada Gambar 1. Terlihat data BPS menunjukkan selisih yang cukup besar dibandingkan dengan data yang disajikan oleh KESDM, sedangkan data KESDM dan data BP Statistical Review menunjukkan angka yang sama. Total selisih pencatatan data produksi antara BPS dan KESDM dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 mencapai 77 juta ton dimana pencatatan

data produksi di KESDM lebih tinggi daripada yang dicatat di BPS. ICW juga menunjukkan hal yang sama dalam penelitiannya. Pencatatan volume ekspor batubara di Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam rentang waktu tahun 2006 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 3.421,6 juta ton, sementara pencatatan volume ekspor batubara pada negara pembeli dengan periode yang sama yaitu sebanyak 3.147,5 juta ton. Data versi Kemendag lebih tinggi dibandingkan pada negara pembeli. Penelitian ICW tersebut mengindikasikan bahwa terdapat adanya ketidakakuratan data yang disajikan.KESDM telah melakukan pengendalian produksi batubara dengan mewajibkan pengelola pengusahaan pertambangan batubara pada awal tahun untuk melakukan perencanaan kerja dan anggaran kerja (RKAB) setiap tahunnya dan melaporkan RKAB untuk disetujui oleh KESDM. Namun, pengendalian yang dilakukan oleh KESDM hanya pada saat perencanaan produksi yang akan dilakukan oleh pengelola pengusahaan pertambangan batubara di awal tahun dengan mekanisme bottom-up. Pengendalian produksi batubara ini masih belum maksimal terlihat dari lemahnya kepatuhan perusahaan untuk melaporkan realisasi atas produksi

Gambar 1. Data Produksi Batubara dari BPS, KESDM, dan BP Statistical Review

Sumber: BPS (2019); ESDM (2018); BP Statistical Review (2018), diolah

Page 10: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

10 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

dalam bentuk laporan triwulan (WYPI, 2018), sehingga produksi batubara sebenarnya tidak dapat dipastikan. Sementara itu, pengawasan pihak KESDM hanya dilakukan oleh dua personil yang berwenang, yakni inspektur tambang dan pejabat yang ditunjuk. Berdasarkan hasil kajian KPK, jumlah pengawas yang ditugaskan masih dianggap belum efektif untuk melakukan fungsi pengawasan di sektor batubara (KPK, 2017).Data produksi batubara yang tidak akurat, mengindikasikan masih lemahnya pengawasan terkait dengan produksi batubara. Data produksi batubara yang valid akan berpotensi pada keakuratan penerimaan negara dari sektor batubara menjadi lebih optimal. Oleh karena itu, optimalisasi pengawasan terkait dengan volume produksi batubara merupakan suatu hal yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah.Masih Maraknya Pertambangan Tanpa IzinTujuan pengelolaan pertambangan ialah menjamin manfaat pertambangan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup serta menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan1. Pengelola pertambangan membutuhkan izin agar dapat melakukan pertambangan di Indonesia. Pemerintah dalam UU Minerba mengeluarkan tiga jenis perizinan, yaitu Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), Izin Usaha Pertambangan (IUP), dan Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Melalui ketiga jenis perizinan tersebut maka perorangan, badan usaha, dan koperasi dapat melakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan izin usaha yang diajukan dan disetujui oleh pejabat berwenang. Tanpa izin pertambangan tersebut, setiap pengusahaan pertambangan tidak dapat dilakukan dan semua pengusahaan tersebut menjadi kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI).PETI tidak sejalan dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh Undang-

Undang Minerba. Dampak negatif yang disebabkan oleh PETI yaitu merugikan negara khususnya pemerintah daerah yang nantinya akan memperoleh dana bagi hasil pertambangan. PETI biasanya dilakukan di dalam Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) sehingga kegiatan PETI mengganggu produktivitas pemegang IUP untuk pemegang IUP. Lebih lanjut, dengan tidak tercatatnya hasil produksi PETI, maka baik daerah maupun negara tidak akan memperoleh penerimaan dari aktivitas PETI tersebut. Kebijakan yang sering berubah-ubah dan kadangkala tumpang tindih dengan sektor lain menyebabkan pengelolaan pertambangan batubara semakin rumit.Pemberlakuan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, pengelolaan sektor tambang dikembalikan lagi ke Pemerintah Pusat dan hal ini menjadi pintu masuk bagi pemerintah pusat agar dapat melakukan penataan dan tindakan terkait dengan PETI, yang sebelumnya menjadi kewenangan daerah. Namun, pengambilalihan wewenang tambang dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat sejak rezim UU Minerba pada Tahun 2009 dan UU Pemerintah Daerah Tahun 2014 masih belum optimal. Sebagai contoh, pada Kabupaten Muara Enim, PETI dilakukan di dalam wilayah IUP Batubara yang dimiliki oleh beberapa perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) namun belum dibebaskan, sehingga pemilik lahan lebih memilih untuk melakukan penambangan sendiri (Buli dkk, 2018).Dalam penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa wacana melegalkan PETI menjadi Izin Pertambangan Rakyat (IPR) terbentur dengan ketidaktersediaannya Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Hal ini dikarenakan, wilayah potensi pertambangan batubara di Kabupaten Muara Enim hampir semuanya sudah ditetapkan menjadi WUP yang diperuntukkan sebagai tambang skala besar, sementara WPR tidak boleh tumpang tindih dengan WUP dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN). Hal ini seharusnya dapat

1) Pasal 3 huruf b dan huruf f Undang-Undang No. 9 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Page 11: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

11Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

RekomendasiPotensi kehilangan penerimaan negara dari PNBP pertambangan batubara dapat diminimalisir dengan beberapa cara, diantaranya: pertama, meningkatkan pengawasan terkait dengan volume produksi dan penjualan batubara dengan cara menambah jumlah pengawas pada bagian tersebut, menerapkan sistem penerimaan secara daring dan terintegrasi dengan basis data layanan lainnya misalnya seperti dokumen RKAB, data surveyor, data bea dan cukai, data perusahaan, dan data Indonesia National Single Window (INSW). Kedua, pertambangan tanpa izin yang sudah ada perlu ditindak. Dan ketiga, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan koordinasi terkait dengan penetapan wilayah pertambangan, sehingga bisa memberikan kesempatan yang sama kepada pertambangan rakyat untuk melakukan pengelolaan pertambangan secara legal.

menjadi perhatian Pemerintah Pusat terkait dengan penyediaan WPR, sehingga pertambangan rakyat dapat dilakukan secara legal dan PETI dapat diminimalisir untuk meningkatkan penerimaan negara maupun penerimaan daerah.

Daftar PustakaBP Statistical Review. 2018. BP Statistical Review of World Energy June 2018. United State.BPS. 2018. Produksi Barang Tambang Mineral, 1996-2017. Diakses di https://www.bps.go.id/dynamictable/2016/01/28/1126/produksi-barang-tambang-mineral-1996-2015.html pada tanggal 20 Mei 2019 Buli, dkk. 2018. Kelembagaan Pertambangan Batubara di Hutan Rakyat. Jurnal Syla Lestari. Vo.6 No. 3, September 2018.ESDM. 2018. Laporan Kinerja 2017 Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Jakarta.

ICW. 2017. Tata Kelola Batubara Belum Maksimal, Kerugian Negara Diindikasikan Capai 133,6 Triliun Rupiah, Pemerintah RI dan KPK Mesti Beri Perhatian Serius. Diakses di https://antikorupsi.org/id/kajian/tata-kelola-batubara-belum-maksimal-kerugian-negara-diindikasikan-capai-1336-triliun-rupiah pada tanggal 21 Mei 2019.KPK. 2017. Penataan Izin Batubara dalam Koordinasi dan Supervisi KPK. Jakarta.What You Pay Indonesia (WYPI). 2018. Urgensi Pengendalian produksi dan Ekspor Batubara di Indonesia. diakses di https://www.slideshare.net/pwypindonesia/urgensi-pengendalian-produksi-batubara-baru pada tanggal 24 Mei 2019.

Page 12: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

12 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

Wacana cukai BBM sebenarnya sudah ada sejak 2016, namun hingga kini pemerintah belum

menerapkannya. Beberapa ekonom mendukung penerapan cukai BBM, salah satu penyebabnya karena semakin meningkatnya polusi udara di Indonesia yang dapat merusak kesehatan. Saat ini Indonesia menempati peringkat ke-11 sebagai negara paling berpolusi di dunia. Namun polusi tersebut tidak merata di semua kota. Polusi tertinggi terjadi di kota Jakarta dengan indeks kualitas udaranya pada tahun 2018 sebesar 45,3 µg/m3 (micrograms per cubic meter) di mana ini merosot dari tahun sebelumnya pada tahun 2017 yang sebesar 29,7 µg/m3.Cukai dikenakan pada barang-barang yang dapat merusak lingkungan atau kesehatan bagi masyarakat. Indonesia baru menerapkan cukai kepada tiga barang yaitu etil alkohol, tembakau dan plastik. Beberapa negara di Asia sudah menerapkan cukai pada 8-17 barang yang membahayakan kesehatan, dimana beberapa dari mereka telah mengenakan cukai pada BBM. Dalam tulisan ini akan dijabarkan implikasi positif maupun negatif cukai BBM yang mungkin dapat diterapkan di Indonesia.Dampak Positif Cukai BBMPenggunaan BBM menimbulkan polusi

sehingga menimbulkan dampak tidak aman untuk kesehatan dan lingkungan. Penerapan cukai BBM diharapkan dapat mengurangi penggunaan BBM dan juga dapat mengurangi potensi polutan-polutan yang berbahaya yang diakibatkan oleh penggunaan BBM. Pengenaan cukai BBM akan meningkatkan harga BBM itu sendiri. Hal ini dapat memicu peralihan penggunaan moda transportasi pribadi ke penggunaan moda transportasi umum. Kenaikan harga BBM akibat cukai ini dapat diatasi dengan mencari substitusi dari BBM.Indonesia saat ini sudah memiliki substitusi dari BBM yaitu BBN (Bahan Bakar Nabati) yang berasal campuran BBM dengan minyak nabati dari kelapa sawit. Indonesia sudah memproduksi BBN tersebut dan mendistribusikan sebagai B20. B20 adalah bahan bakar solar yang telah dicampur dengan minyak nabati sebesar 20 persen. Secara teknis, B20 sudah teruji dapat menggantikan BBM dengan baik. Bahkan untuk beberapa jenis mobil, B20 dapat memberikan performa lebih baik dari pada penggunaan BBM, meski ada pula jenis mobil yang perlu sedikit modifikasi agar sesuai dengan B20. Pada tahun 2018, pemerintah dapat menghemat Rp28,4 triliun karena

AbstrakPenerapan cukai BBM dirasa oleh sebagian ekonom dapat menjadi salah

satu solusi untuk mengatasi tingginya polusi di Indonesia. Selain itu cukai BBM memberi dampak positif lainnya, antara lain mendorong pengembangan BBN, mengurangi impor BBM sebagai akibat berkurangnya konsumsi BBM, mengurangi defisit neraca perdagangan, menstabilkan nilai kurs, dan menambah pendapatan cukai. Namun demikian ada beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi seperti peningkatan harga bahan pokok, peningkatan inflasi, dan penurunan daya beli masyarakat. Pemerintah perlu mempersiapkan dengan matang dan merilis kebijakan penerapan cukai BBM pada saat yang tepat.

Apakah Cukai BBM Dapat Diaplikasikan di Indonesia?

oleh Ratna Christianingrum*)

Fadilla Puti Lenggo**)

sekunder

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

Page 13: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

13Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

pengembangan dan penerapan B20. Diharapkan pada tahun 2019 penggunaan B20 akan lebih luas dan lebih maksimal. Bahkan saat ini Pemerintah ingin mengembangkan B30 yaitu pencampuran solar dengan minyak nabati sebesar 30 persen. Jika didukung dengan penerapan cukai BBM dan kebijakan BBN, Indonesia dapat mendorong perbaikan lingkungan yang berkelanjutan. Selain BBN, pemerintah juga dapat memberikan perhatian lebih terhadap energi baru terbarukan (EBT) untuk menggantikan BBM melalui penggunaan daya listrik untuk sumber energi penggerak moda transportasi.Selama ini konsumsi BBM Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun dan membuat defisit neraca berjalan Indonesia. Jika cukai BBM berhasil, maka Indonesia dapat mengurangi impor minyak mentah dunia. Terlebih lagi saat ini Indonesia sudah menjadi net importir BBM. Efek bola salju selanjutnya, jika impor telah berkurang maka neraca berjalan Indonesia bisa lebih stabil, dan stabilnya neraca berjalan ini secara jangka panjang dapat membuat kurs Indonesia ikut stabil.Selain dampak positif yang sudah disebutkan di atas, diharapkan pendapatan cukai Indonesia meningkat jika adanya cukai BBM. Penerimaan cukai yang dikumpulkan pemerintah hingga 31 Maret pada kuartal-I 2019 tercatat sebesar Rp21,35 triliun. Penerimaan cukai tersebut baru 12,9 persen dari total target yang ditetapkan sepanjang 2019, yaitu sebesar Rp165,5 triliun. Sedangkan kinerja penerimaan Kepabeanan dan Cukai pada kuartal

I-2018 sebesar Rp17,89 triliun atau tumbuh 15,84 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2017. Sejauh ini penerimaan cukai memang terus meningkat, namun Indonesia masih memerlukan pendapatan tambahan untuk memperkecil defisit pendapatan APBN.Simulasi Sederhana Jika Cukai BBM Diterapkan di IndonesiaSebelum melakukan simulasi, dapat dilihat terlebih dahulu konsumsi BBM nasional per tahunnya. Indonesia secara total terus mengalami kenaikan konsumsi BBM. Terlihat di Gambar 1 bahwa BBM terdiri dari konsumsi Jenis BBM Umum (JBU), Jenis BBM Tertentu (JBT), dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP). JBU pada tahun 2017 meningkat hingga 55,4 juta kiloliter. Konsumsi JBKP mengalami tren penurunan sejak tahun 2015. Pada tahun 2017 jumlah konsumsi JBKP hanya sebesar 7,04 juta kiloliter.JBKP yang baru ada pada tahun 2015 terus turun konsumsinya hingga pada tahun 2017 konsumsi JBKP sebesar 7,04 juta kiloliter dan untuk JBT konsumsinya berfluktuatif sejak tahun 2015, hingga pada tahun 2017 konsumsi JBT sebesar 15,03 juta kiloliter.

Direktur Eksekutif Center for Taxation Analysis (CITA), Yustinus Prastowo termasuk yang setuju jika Indonesia mulai menerapkan cukai BBM. Beliau menyatakan bahwa untuk cukai BBM di Indonesia, sebaiknya menerapkan tarif proporsional dimana besaran cukai yang harus dibayarkan akan meningkat seiring semakin banyak dengan BBM

Gambar 1. Konsumsi BBM Nasional Per Tahun (dalam kilo liter)

Sumber: BPH Migas

Page 14: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

14 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

yang dibeli. Sebagai contoh satu liter dikenakan sekitar Rp500, maka bila membeli dua liter dikenakan cukai Rp1.000, berlaku kelipatan.

Untuk membuat simulasi sederhana, dapat diambil rata-rata konsumsi BBM masyarakat Indonesia. Pada tahun 2015 sampai 2017, rata-rata total konsumsi BBM per tahun sebesar 75 juta kiloliter. Harga BBM rata-rata berkisar Rp10.000 per liternya. Untuk memperkirakan berapa persen cukai yang akan digunakan, dapat dilihat dari pengenaan cukai lain, misalnya cukai rokok. Sejak Januari 2018, tarif cukai hasil tembakau ditetapkan sebesar 57 persen (untuk memudahkan simulasi angka tersebut dibulatkan menjadi 50 persen), maka:

yang masih masif. Barang yang dibawa adalah barang manufaktur dan barang kebutuhan pokok masyarakat, sehingga jika harga BBM naik akan langsung mempengaruhi harga barang yang ada di pasar. Daya beli masyarakat dapat menurun beriringan dengan kenaikan harga BBM akibat penerapan cukai ini.

Jika dilihat dari dampak langsung kenaikan harga BBM terhadap kebutuhan pokok masyarakat, maka jelas akan berdampak terhadap inflasi Indonesia. Inflasi juga dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan memperburuk distribusi pendapatan masyarakat. Seperti yang terjadi pada Maret 2018, inflasi membengkak hingga 0,2 persen (month to month) akibat kenaikan BBM. Pembengkakan inflasi ini kemudian merambat ke beberapa sektor ekonomi mulai dari bahan pangan pokok seperti bawang merang, bawang putih, cabai merah hingga mempengaruhi harga rokok kretek. Dari sejarah yang tercatat tersebut, jelas terlihat bahwa BBM akan mempengaruhi langsung terhadap harga bahan pokok dan jika cukai BBM dikenakan tanpa perhitungan matang baik dari waktu penerapannya maupun nilai rupiah pengenaan cukainya, maka dampaknya inflasi dapat melonjak tajam dan berpotensi mengganggu perekonomian Indonesia.

Selain harga barang yang dapat terganggu, masyarakat Indonesia sendiri masih membutuhkan BBM untuk kegiatan mobilitas sehari-hari. Transportasi Indonesia masih didominasi oleh transportasi milik pribadi terutama dibandingkan dengan negara maju yang memiliki banyak pilihan transportasi umum atau bahkan masyarakatnya terbiasa menggunakan sepeda seperti negara Jepang atau Belanda. Jika cukai BBM diterapkan tanpa mempertimbangkan kebutuhan BBM sebagai kebutuhan pokok masyarakat, maka akan ada tekanan dari masyarakat terhadap keputusan pemerintah. Dengan kondisi seperti ini, Indonesia masih membutuhkan transportasi umum dengan harga terjangkau agar

Sebagai catatan, perhitungan ini akan berbeda jika yang dikenakan hanya BBM non-subsidi atau pemerintah memiliki cara lain dalam penerapan cukai BBM, misalnya cukai dikenakan pada setiap kali transaksi bukan pada jumlah liter BBM yang dibeli seperti dalam simulasi ini, atau menetapkan harga minyak secara fluktuatif seperti beberapa negara lain yang ada di Asia. Pemerintah juga dapat menerapkan persentase pengenaan cukai yang lebih kecil, kemudian secara berkala ditingkatkan seperti yang terjadi di cukai rokok Indonesia. Namun sederhananya, jika cukai BBM diterapkan, akan ada potensi pendapatan untuk menambah di pos pendapatan APBN.

Dampak Negatif Cukai BBMKendati memiliki dampak positif dalam penerapan cukai BBM, namun penerapan cukai BBM juga memiliki dampak negatif jika diterapkan di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih membutuhkan BBM dengan harga terjangkau karena transportasi barang

Page 15: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

15Buletin APBN Vol. IV. Ed. 10, Juni 2019

masyarakat memiliki pilihan jika harga BBM naik, sehingga pemerintah harus memperhatikan betul penyediaan infrastruktur yang berhubungan dengan transportasi umum baik dari tingkat kenyamanan, keamanan, dan kuantitas transportasi umum.

Daftar PustakaBPH Migas. 2018. Konsumsi BBM Nasional Per Tahun. Diakses dari http://www.bphmigas.go.id/konsumsi-bbm-nasional tanggal 22 Mei 2019

CNBC Indonesia. 2019. Penerimaan Cukai Kuartal I-2019 Mencapai Rp 21,35 T. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190423072226-4-68143/penerimaan-cukai-kuartal-i-2019-mencapai-rp-2135-t tanggal 28 Mei 2019

Humas. 2017. Ada Yang Rp625/Batang, Inilah Besaran Tarif Cukai Rokok Per 1 Januari 2018. Diakses dari https://setkab.go.id/ada-yang-rp625batang-inilah-besaran-tarif-cukai-rokok-per-1-januari-2018/ tanggal 28 Mei 2019

Kontan. 2018. Per Maret 2018, penerimaan bea cukai tumbuh 15,84%. Diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/per-maret-2018-penerimaan-bea-cukai-tumbuh-1584 tanggal 28 Mei 2019

Kontan. 2019. Pengamat nilai rencana pengenaan cukai pada BBM bisa kurangi subsidi. Diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/pengamat-nilai-rencana-pengenaan-cukai-pada-bbm-bisa-kurangi-subsidi tanggal 21 Mei 2019

RekomendasiDilihat dari implikasi penerapan cukai BBM di Indonesia, sebenarnya cukai BBM dapat diterapkan dengan baik jika pemerintah mempersiapkan diri dengan lebih matang. Beberapa persiapannya diantara lain: pertama, pemerintah harus menyediakan barang pengganti BBM, yaitu BBN atau B20 yang sudah mulai digalakkan di Indonesia, bahkan mengembangkannya menjadi B30, namun pengembangannya harus lebih masif dan stabil sehingga dapat segera menggantikan BBM. Selain BBN, Pemerintah juga dapat menggalakkan energi baru terbarukan seperti transportasi tenaga gas atau listrik dan mobil dengan tenaga matahari. Kedua, penyediaan transportasi umum yang memadai. Harapan dengan adanya penerapan cukai BBM yaitu menurunkan minat masyarakat dalam menggunakan moda milik pribadi. Perlunya penyediaan transportasi umum yang memadai dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat sebagai substitusi moda transportasinya. Ketiga, BBM di Indonesia termasuk salah satu faktor yang langsung terasa imbasnya terhadap harga manufaktur dan bahan baku di pasar, jika harga BBM naik atau turun. Pemerintah sebaiknya perlu memikirkan momentum yang tepat kapan menerapkan cukai BBM, seperti memperhatikan inflasi dan daya beli masyarakat.

Page 16: Potensi Kehilangan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari ... · selama 10 tahun terakhir. Kebijakan jangka pendek berupa pengendalian impor yang dilakukan pemerintah masih belum mampu

“Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

e-mail [email protected]