potensi pengembangan edu-ekowisata … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan...
TRANSCRIPT
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
403
POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA BERDASARKAN
TIPE EKOSISTEM DI PANTAI TANJUNG LAYAR SAWARNA
KABUPATEN LEBAK – BANTEN
POTENCY OF EDU-ECOTOURISM DEVELOPMENT BASED ON
ECOSYSTEM TYPES IN TANJUNG LAYAR BEACH OF SAWARNA
LEBAK DISTRICT– BANTEN
Muhlisin
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten
Jl. Syeh Nawawi Al-Bantani, KP3B Palima Serang – Banten 42171
Telp.: +62254 267053-267052. Hp.: +6281906132274; [email protected]
ABSTRACT
Tourism development tends to activities that are recreative and not much that is
educative. Although today's tourism development paradigm has begun to change
towards sustainable tourism, which supports environmental conservation efforts (nature
and culture) and enhances community participation in its management, it has yet to
make tourism as a means and source of learning. Ecosystem is a learning resource that
is easy to find and cheap which when developed into tourist destinations will provide
added value tourism. Therefore, the application of edu-ecotourism concept in tourism
development is important. This research was conducted in August - November 2016 in
Tanjung Layar Beach of Sawarna, Bayah Sub-district, Lebak District, using qualitative
descriptive method through direct observation, interview, and literature study. The
results of the study note that the type of ecosystem in the coastal area of Sawarna
consists of natural ecosystems: forest, beach and river; and the artificial ecosystem
consists of beaches, taluns / gardens, and fields. Tanjung Layar Beach include to the
intermediate category in ecotourism spectrum, which means it is possible to be
developed into ecotourism and with the characteristics of the visitors allowing it to be
developed into edu-ecotourism. The types of ecosystems can be developed into edu-
agrotourism, home industry, and nature tourism as a means and learning resources in
the fields of biology, geology, geography, and others.
Keywords: edu-ecotourism, Sawarna beach, ecosystem types, nature tourism.
ABSTRAK
Pengembangan pariwisata pada umumnya cenderung pada kegiatan yang bersifat rekreatif
dan belum banyak yang bersifat edukatif. Walaupun dewasa ini paradigma pengembangan
pariwisata sudah mulai berubah menuju pariwisata berkelanjutan, yang mendukung upaya-
upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak menjadikan pariwisata sebagai
sarana dan sumber belajar. Ekosistem merupakan sumber belajar yang mudah dijumpai dan
murah yang bila dikembangkan menjadi destinasi wisata akan memberikan nilai tambah
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
404
pariwisata. Oleh karena itu penerapan konsep edu-ekowisata dalam pengembangan
pariwisata adalah penting dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus –
November 2016 di pantai Tanjung Layar Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak,
menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui pengamatan langsung, wawancara, dan
studi pustaka. Hasil studi diketahui bahwa tipe ekosistem di wilayah pantai Sawarna terdiri
dari ekosistem alami yaitu: hutan, pantai dan sungai; dan ekosistem buatan terdiri dari
pantai, talun/kebun, dan ladang. Pantai tanjung layar termasuk katagori spekttrum
ekowisata intermediate, yang berarti memungkinkan untuk dikembangkan menjadi
ekowisata dan dengan karakteristik pengunjung memungkinkan dikembangkan menjadi
edu-ekowisata. Tipe-tipe ekosistem tersebut dapat dikembangkan menjadi wisata pendidikn
agribisnis, home industry, dan wisata alam sebagai sarana dan sumber belajar di bidang
biologi, geologi, geografi, dan lain-lain.
Kata kunci: edu-ekowisata, pantai Tanjung Layar Sawarna, tipe ekosistem, sumber belajar.
PENDAHULUN Pembangunan sektor pariwisata pada satu sisi dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat, tetapi pada sisi lain memberikan dampak negatif pada kerusakan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan salah satu solusi dalam
upaya mereduksi dampak negatif dari pembangunan pariwisata. Pembangunan
berkelanjutan adalah upaya mencukupi kebutuhan generasi sekarang, tetapi tidak boleh
mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri (Hardjosoemantri, 2000). Pariwisata dapat dikatakan mendukung pembangunan
berkelanjutan apabila aktivitasnya tetap memperhatikan keseimbangan alam, lingkungan,
budaya dan ekonomi yang pengelolaannya dapat memberikan keuntungan secara ekonomi
bagi seluruh pihak terkait baik itu pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat setempat.
Untuk mendukung pariwisata berkelanjutan, tujuan pariwisata bukan hanya untuk rekreasi,
tetapi untuk mendapatkan pengalaman yang lebih agar mendapat wawasan dan
pengembangan pengetahuan bagi dirinya. Wisatawan harus memiliki sikap bertanggung
jawab dalam menjaga alam sehingga tidak mengakibatkan kerusakan alam dan budaya pada
daerah yang dikunjunginya; dan menghormati adat istiadat dan budaya penduduk daerah
tujuan wisata.
Ekowisata merupakan salah satu upaya pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam
dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, sehingga
selain memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat, juga berupaya mendorong
pelestarian lingkungan dan menjadi sarana pendidikan lingkungan. Walaupun ekowisata di
dalamnya sudah memberikan sentuhan terhadap kegiatan wisata pendidikan, tetapi masih
minim. Untuk itu konsep wisata pendidikan lingkungan (edu-ekowisata) perlu
dikembangkan. Melalui edu-ekowisata, selain dapat mengembangkan wisata lingkungan,
juga dapat mengembangkan wisata dangan tujuan pendidikan baik formal maupun
informal. Pengembangan edu-ekowisata akan menjadaikan destinasi wisata sebagai sumber
belajar bagi peserta didik mulai dari Pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Oleh akrena itu, pengembangan edu-ekowisata sangat
memperhatikan isi kurikulum dari tiap-tiap satuan pendidikan.
Pantai Tanjung Layar Sawarna berada di kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak,
Banten Selatan. Beberapa destinati wisata di desa Sawarna adalah: Pantai Karang
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
405
Songsong, Karang Taraje, Pulau Manuk, Pasir Putih Ciantir – Legon Pare, Pantai Sawarna,
Ujung Bokor, dan Tanjung Layar. Salah satu ikon wisata pantai yang ada di desa Sawarna
adalah Pantai Tanjung Layar. Ciri khas dari pantai ini adalah dua batu karang yang tegak
berdiri menjulang tinggi di tengah laut. Bentuk kedua batu ini terlihat seperti sebuah layar
pada perahu. Itu sebabnya pantai ini dijuluki Pantai Tanjung Layar.
Di sekitar pantai tanjung layar memiliki beberapa ekosistem baik alami maupun
buatan yang dapat melengkapi keindahan pantai tersebut bila dikelola dengan baik,
diantaranya adalah: ekosistem hutan, sawah, kebun/talun, sungai dan lain-lain.
Keanekaragaman ekosistem yang ada di sekitar pantai dapat memberikan alternatif wisata
selain batu layar. Potensi tipe-tipe ekosistem tersebut akan menjadi lebih banyak
manfaatnya bila dikelola dengan edu-ekowisata. Produk wisata yang ditawarkan dengan
konsep edu-ekowisata menjadi lebih luas diantaranya: 1) pemandangan dan atraksi
lingkungan dan budaya; 2) manfaat lansekap; 3) akomodasi; 4) peralatan dan perlengkapan;
5) pendidikan dan ketrampilan; dan 6) penghargaan, yakni prestasi di dalam upaya
konservasi. (Manurung, 2002).
Karakteristik Pengunjung obyek wisata alam di Kecamatan Bayah berdasarkan hasil
penelitian Puspitasari (2011) sebagian besar adalah pelajar SMP dan SMA (60%) dan 40%
mahasiswa. Sementara itu, tujuan kunjungan ke pantai Sawarna sebagian besar baru
sekadar rekreasi dan liburan (39 – 40%). Di sisi lain, pengunjung menyukai obyek wisata
hutan (1%), pantai (79%), dan gua (20%). Karakterisitik pengunjung dengan didominasi
oleh pelajar dan mahasiswa memberikan peluang pengembangan wisata pendidikan
lingkungan hidup. Oleh karena itu pengembangan pariwisata pantai Tanjung Layar
Sawarna menjadi Edu-ekowisata penting untuk meningkatkan potensi ekosistem di pantai
Tanjung Layar pantai Sawarna secara optimal.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – November 2016 di pantai Tanjung
Layar Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak-Provinsi Banten yang
berada pada titik koordinat 6o 58’ 48,08” LS dan 106
o 18’ 26,21” BT.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Data
dikumpulkan melalui pengamatan langsung (observasi lapangan), wawancara, dan studi
pustaka. Analisis pengembangan edu-ekowisata pantai Sawarna dengan memberikan
tiga pilihan menurut Boyd dan Buttler (1996): hard ecoturism, intermediate, dan soft
ecoturism. Pilihan spektrum ekowisata akan memberikan pijakan dalam pengembangan
edu-ekowisata. Tipe-tipe ekosistem yang ada kemudian dianalasis pengembangannya
menjadi edu-ekowisata berdasarkan potensi sumber belajar dan atraksi wisata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
406
Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Pantai Sawarna terletak di wilayah Kampung Gendol, Desa Sawarna, Kecamatan
Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Lokasi tersebut terletak pada garis lintang 6o 58’
52,88” LS dan 106o 18’ 26,21” BT. Desa Sawarna secara administrasi berbatasan dengan
desa Lebak Tipar di sebelah Utara, desa Darmasari di sebelah Barat, Samudera Hindia di
sebelah Selatan, dan Desa Sawarna Timur di sebelah Timur. Luas wilayah Desa Sawarna
2.800 Ha dengan jumlah penduduknya 4.366 jiwa, terdiri dari laki-laki 2.250 jiwa dan
perempuan 2.116 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 1.207 KK (BPS, 2016).
Fisiografi daratan di desa Sawarna terdiri dari bukit lipatan dan vulkanis. Jenis
tanah terdiri dari enam golongan yang terdiri dari tanah liat, pasir, batu kapur, vulkanis,
abu pasir dan batu liat (gabungan dari seluruh jenis tanah). dari jenis tanah tersebut
terdiri dari podolsik merah kuning, latosol, aluvial, andosol dan regosol. Ketinggian
Desa Sawarna 2 – 90 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1200
mm/tahun dengan luas dataran terdiri dari 800 Ha dan perbukitan 700 Ha Penggolongan
iklim menurut Schimidt Ferguson termasuk dalam iklim B (tanpa musim kering) dengan
curah hujan rata-rata per tahun 1.300 – 2.100 mm serta suhu rata-ratanya bekisar antara
25˚C – 30˚ C (BPS, 2016).
Desa Sawarna merupakan desa wisata binaan dengan destinasi wisata terdiri dari:
1) wisata alam: pantai Ciantir, Pulo Manuk, Legon Pari, Tanjung Layar, Sikabayan
2) Wisata Goa: Goa langir, lalay, sikadir, dan camaul
3) Wisata Ziarah: Wisata ziarah Lawang Saketeng dan Ziarah Tumenggung (Gambar 1).
Pantai Tanjung Layar Sawarna adalah pantai yang dikelilingi oeh gugus batu karang
yang menghadap ke Samudera Hindia. Disebut tanjung layar karena terdapat bongkahan
batu yang merupakan sisa abrasi gelombang laut yang nampak menonjol seperti layar yang
proses pembentukannya merupakan proses alam yang terjadi selama jutaan tahun. Ciri khas
pantai di Sawarna adalah dijumpainya tonjolan batuan batu pasir, dan intrusi batuan diorit-
andesit dan konglomerat. Selain itu juga terdapat pantai landai, yakni berupa sedimen pasir
(Setiady & Darlan 2012). Pantai ini memiliki air yang jernih dengan ombak yang tidak
terlalu besar, pemandangannya indah dan begitu unik dengan deburan ombak bersahutan
seakan pecah ketika menabrak kedua karang tersebut.
Tipe-Tipe Ekosistem di Pantai Sawarna
Berdasarkan hasil observasi Tipe-tipe ekosistem yang terdapat di pantai Sawarna
terdiri dari ekosistem alami dan buatan. Ekosistem alami terdiri dari pantai, sungai,
Gambar 1. Peta Wisata Pantai Sawarna Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
qPMlIRFLfXc/VrA9ckZWx2I/ AAAAAAAAE08/
PwnDdl0huzg/s400/Peta%2BWisata%2BSawarna.jpg
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
407
muara, rawa-rawa, dan hutan. Sedangkan untuk ekosistem buatan terdiri dari: sawah,
kebun/huma, talun/ladang. Sebaran tipe-tipe ekosistem tersebut ditunjukkan oleh gambar
2 berikut (Susilowati 2017).
Ekosistem Sawah
Sawah adalah areal pertanian yang digenangi air atau diberi air baik dengan
teknologi pengairan, tadah hujan, lebak atau pasang surut yang dicirikan oleh pola
pematang, dengan ditanami jenis tanaman pangan berumur pendek, yaitu padi (BSN,
2010). Ekosistem sawah di Pantai Tanjung Layar Sawarna berlokasi di tepat pintu
masuk pantai pada kordinat 6o 59’ 01,34” LS dan 106
o 18’ 34,69” BT. Luas sawah yang
membentang dari barat daya ke arah Tenggara tersebut adalah kurang lebih 500 m2.
Ekosistem sawah ini menjadi suguhan pertama ketika akan memasuki pantai tanjung
layar.
Vegetasi ekosistem sawah didominasi oleh tanaman padi (Oryza sativa L.).
Selain itu juga ditemukan genjer (Limnocaris flava), kiambang (Salvinia minima), mata
lele (Azolla pinnata), rumput jaring (Paspalum commersonii), rumput grintingan
(Cynodon dactylon), rumput (Dactyloctenium aegyptium), rumput teki (Eleocharis
acicularis), dan kremah (Alternanthera sessilis). Sementara itu fauna yang ditemukan di
ekosistem sawah adalah: keong sawah (Pila ampullacea), katak (Fejervarya
cancrivora), dan belalang hijau (Atractomorpha crenulata)
Ekosistem Kebun/Talun
Talun (tegal pekarangan) adalah salah satu sistem agroforestry yang khas,
ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman
Gambar 2. Sebaran tipe ekosistem di Pantai Sawarna Keterangan: (1) Ekosistem sungai; (2) Ekosistem Sawah; (3)
Ekosistem Talun/Kebun; (4) Ekosistem Ladang; (5) Ekosistem
Hutan; (6) Ekosistem Pantai (Sumber: Google Earth (2017)
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
408
(annual) yang berupa tanaman pertanian. Strukturnya menyerupai hutan, secara umum
ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman yang
berfungsi produksi. (Kosuke et al. 2013; Soemarwoto,1995)
Dilihat dari aspek perawakannya, dalam ekosistem talun biasanya ditemukan
jenis tanaman budidaya maupun tumbuhan liar, baik yang berupa pohon, semak,
maupun terna. Adanya berbagai jenis tumbuhan dari berbagai perawakan yang berbeda
tersebut, menyebabkan struktur vegetasi talun memiliki stratifikasi yang mirip dengan
ekosistem hutan. Dengan demikian, talun mempunyai peranan ekologis yang cukup
penting terutama dalam rangka konservasi tanah, air, dan tumbuhan. Dan sekarang,
manfaat yang semula tidak terukur dalam menghasilkan udara bersih dan penyerapan
karbon mulai mendapatkan tempat dengan munculnya isu pemanasan global dimana
talun seperti layaknya hutan sangat diharapkan untuk secara konkrit dalam mengurangi
pemanasan global.
Ekosistem kebun/talun di pantai Sawarna termasuk ke dalam kebun campuran,
sehingga kanopi tidak rapat. Kebun/talun tersebut terletak pada koordinat 6o 59’ 05,38”
LS dan 106o 18’ 34,54” BT dengan luas mencapai lebih dari 1000 m
2. Berada tepat di
belakang pantai dengan jarak antara 200-300 m dari garis pantai. Vegetasi yang terdapat
di kebun/talun di wilayah Pantai Sawarna adalah sebagai berikut: serai (Dymbogon
citratus (DC) Stapt.), lengkuas (Alpinia galanga), pisang (Musa parasidiaca), jambu
biji (Psidium guajava L.), kelapa (Cocos nucifera), pepaya (Carica papaya L.), talas
(Cocolasio esculenta), jambu air (Syzygium aqueum), dan nanas (Ananas comosus). Di
antara vegetasi tersebut yang mendominasi adalah tanaman kelapa dan pisang. Pisang
seblot (apu madu) sawarna tterkenal dari produknya yaitu sale pisang yang menjadi
makanan khas oleh-oleh pantai Sawarna.
Penampilan kompleks vegetasi talun memungkinkannya mempunyai berbagai
fungsi, baik fungsi ekologi maupun fungsi sosial ekonomi. Fungsi ekologi talun antara
lain adalah memberikan perlindungan terhadap plasma nutfah, sebagai habitat seperti
jenis burung dan serangga penyerbuk, memberi perlindungan terhadap tanah dari
bahaya erosi, dan sebagai penghasil seresah dan humus. Sedangkan fungsi sosial
ekonominya antara lain adalah memberikan manfaat ekonomi dari hasil produksinya
yang dapat dijual atau yang didapat dimanfaatkan secara langsung seperti kayu bakar,
bahan bangunan, dan buah-buahan (Abdoellah dan Iskandar, 2013).
Menurut Soemarwoto (1984), fungsi talun dapat dibedakan menjadi 4 bagian,
yaitu: produksi subsisten (pemanfaatan hasil talun untuk kebutuhan sehari-hari);
produksi komersil (bambu, buah-buahan danlain-lain); sumber daya nutfah dan
konservasi tanah; dan fungsi sosial sebagai sumber kayu bakar.
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
409
Gambar 1. Tipe-tipe ekosistem di area pantai Tanjung Layar Sawarna
(a) Sawah; (b) Kebun-Talun; (c) ladang; (d) sungai; (e) hutan;
dan (f) pantai.
Ekosistem Ladang
Ladang, tegal, atau huma Area yang digunakan untuk kegiatan pertanian dengan
jenis tanaman semusim di lahan kering (BSN, 2010). Ladang adalah Tanah yang
diusahakan dan ditanami karena mengandung sumber daya alam. Ladang masuk ke
dalam ekosistem buatan karena keberadaan ladang dibuat oleh manusia sebagai
pemenuh kebutuhan hidup akan makanan. Manusia berperan penting dalam ekosistem
ladang, baik dalam pembentukan struktur, komponen, dan pengaturan ladang.
Ekosistem ladang biasanya perlu perhatian agar terjaga keseimbangannya karena jika
mengalami ketimpangan dapat menyebabkan peledakan suatu populasi yang dapat
merugikan manusia, sebagai contoh jika peledakan populasi belalang maka dapat
menjadi ancaman bagi petani. Karena belalang bisa menjadi hama yang dapat merusak
tanaman ladang yang berimbas kepada menurunya penghasilan petani.
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
410
Jenis-jenis tanaman yang ada di ladang si sekitar pantai Sawarna adalah sebagai
berikut: singkong (Manihot esculenta L.), jagung (Zea mays L.), kacang tanah (Arachis
hypogea L.), dan kacang hijau (Phaseolus radiatus L).
Ekosistem Sungai
Sungai di sekitar Pantai Sawarna berasal dari hulu sungai yang ada di desa
Lebak Tipar dan bermuara di pantai Sawarna. Oleh karena pantai di Sawarna disabuki
oleh sungai yang berkelok-kelok, sehingga akses menuju ke pantai harus menyeberangi
sungai menggunakan jembatan.
Kondisi fisik sungai memiliki kecerahan yang rendah, terutama kalau musim
penghujan, karena air sungai menghanyutkan partikel-parteikel tanah dari hulu ke hilir.
Akibatnya tumbuhan air tidak banyak ditemukan, kecuali pada beberapa badan air yang
alirannya lambat, banyak ditumbuhi eceng gondok (Eichornia crassipes) dan di sisi
sungai yang ditumbuhi rerumputan yang kadang terendam air sungai.
Di bantaran sungai, banyak berdiri bangunan penginapan-penginapan milik
masyarakat, tetapi sungai tersebut menjadi tujuan utama aliran limbah rumah tangga,
sehingga bila airnya surut, sungai nampak dalam kondisi kotor.
Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai Tanjung Layar Sawarna terdiri dari pantai yang berkarang.
Komponen biotik yang terdapat di pantai sawarna adalah: beberapa kelompok Alga,
Mollusca dan Arthropoda seperti: udang kecil, kepiting, dan lain-lain.
Sementara itu, komponen biotik yang berada di sekitar ekosistem pantai tanjung
layar sawarna adalah: Pandan (Pandanus tecorius), ketapang (Terminalia katappai),
Bintangur (Ipomoea pesceprae), Nyamplung (Callophyllum inophyllum), Keben
(Barringtonia asiatica), Waru (Hibiscus tiliaceus)
Pengembangan Edu-ekowisata berdasarkan Tipe Ekosistem di Pantai Sawarna
Pada awal tahun 1990 The International Ecotourism Society (TIES)
menyempurnakan konsep ekowisata, yaitu "Ecotourism is responsible travel to natural
areas which conserved the environment and improvesthe welfare of local people."
Berdasarkan acuan tersebut Page dan Dowling (2000) meringkas konsep dasar
ekowisata menjadi lima prinsip inti, yaitu ekowisata yang berbasis alam (Nature based),
berkelanjutan secara ekologis (Ecologically sustainable), lingkungan edukatif
(Environmentally educative), dan lokal wisatawan bermanfaat (Locally beneficial) dan
menghasilkan kepuasan (Generates tourist satisfaction).
Spektrum kegiatan ekowisata disajikan pada tabel 2 berikut. Analisis
pengembangan edu-ekowisata pantai Sawarna diberikan tiga pilihan: hard ecoturism,
intermediate, dan soft ecoturism (Soedigdo & Priono, 2013). Ketiga pilihan tersebut
digunakan utuk menetapkan pengembangan mana yang mungkin digunakan untuk tipe-
tipe ekosistem yang tersedia. Analisis pengembangan edu-ekowisata diuraiakn pada tabel
3 berikut.
Tabel 3 Analisa Pengembangan Edu-ekowisata Pantai Tanjung Layar Sawarna
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
411
Variabel Parameter Spektrum
Atraksi Berbasis alam namun masih memfokuskan diri pada
urban aspek
Intermediate
Tingkat kesulitan sedang dan bersifat petualangan
Memberikan pendidikan lingkungan namun masih
terbatas
Hanya dengan kelompoknya, berwisata dengan
kelompok kecil.
Amenitas Memberikan pelaanan dengan tingkat kenyamanan
sedang (homestay
Intermediate Fasilitas relatif lengkap
Masyarakat terlibat dalam jasa layanan makanan,
souvenir (secara pasif)
Aksesibilitas Agak sulit untuk dikunjungi dan dicapai, dengan
kendaraan bermotor
Intermediate
Memiliki sarana prasarana yang relatif lengkap dan
terus melakukan pengembangan
Melalui operator pariwisata lokal, publikasi media.
Sumber: Hasil pengolahan data primer
Berdasarkan analisis spektrum edu-ekowisata, pantai tanjung layar Sawarna
termasuk dalam katagori intermediate. Spektrum intermediate ini memungkinkan
pengembangan eduekowisata yang lebih baik dibandingkan dengan soft ecotourism.
Pengembangan potensi tipe ekosistem menjadi edu-ekowisata di Pantai Sawarna
menggunakan konsep ekowisata dan pendidikan yang meliputi: berbasis alam,
berkelanjutan secara ekologis, pendidikan Lingkungan, bermanfaat bagi masyarakat
lokal, dan menghasilkan kepuasan wisatawan. Analisis pengembangan edu-ekowisata
berbasis tipe ekosistem disajikan pada tabel 4 berikut.
Tabel 4 Pengembangan Edu-ekowisata berbasis tipe ekosistem di pantai Tanjung Layar
No Tipe ekosistem Potensi Sumber
Belajar Atraksi Wisata
Model Pengembangan Edu-
ekowisata
1. Sawah Ekologi
Agronomi
Ekonomi
Ilmu Tanah
Wisata menanam
padi, membajak
sawah dengan
kerbau, Kuliner
pinggir sawah
Pengatahuan dan praktik
bertani, ekologi, dan simulasi
ekonomi pertanian.
2. Talun/Kebun Ekologi
Biosistematika
Agronomi
Ekonomi
Biofarmaka
Agrowisata,
home industri
Pengetahuan, praktik, dan
siulasi produksi minyak kelapa,
produksi gula kelapa, dan
produksi sale pisang
3. Ladang Ekologi
Agronomi
Ekonomi
Agrowisata
Wisata Kuliner
Pengetahuan budidaya dan
panen hasil ladang melalui
wisata kuliner hasil kebun: petik
jagung, cabut singkong, cabut
kacang tanah, kuliner,
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
412
No Tipe ekosistem Potensi Sumber
Belajar Atraksi Wisata
Model Pengembangan Edu-
ekowisata
5. Pantai Ekologi,
Biodiversitas,
Geologi,
Oceanologi,
Geografi
Wisata alam Pengetahuan dan praktik
ekologi, biodiversitas, geologi,
oceanologi, geografi, dll.
6. Sungai Ekologi,
limnologi,
biodiversitas
Wisata alam Pengetahuan dan observasi
melalui Susur sungai, mandikan
kerbau, kuliner river side.
Secara terperinci pengembangan edu-ekowisata berbasis tipe ekosistem
dijelaskan sebagai berikut.
Pengembangan edu-ekowisata ekosistem sawah
Beras merupakan makanan pokok yang sangat umum di Indonesia, walaupun demikian
masih banyak masyarakat umum terutama pelajar yang belum mengetahui dan
memahami bagaimana proses menanam padi sampai kemudian menjadi beras. Oleh
karena itu, wisata pertanian tersebut diberi tema “Agrowisata Oryza” yang berarti
wisata pertanian padi, seperti yang dilakukan di Bali untuk wisata Subak (Herawati
2015).
Tahapan wisata agro dimulai dengan proses pengolahan tanah melalui
pembajakan, penanaman padi dari benih yang sudah tersedia, panen, menumbuk padi,
dan menanak nasi “nasi liwet’. Agar proses kegiatan tersebut tidak tergantung dari
musim, maka perlu disediakan petak-petak sawah yang memenuhi tahapan tersebut,
yaitu: 1) Membajak Sawah: atraksi membajak sawah menggunakan kerbau, naik kerbau,
dan bermain lumpur yang bernuansa pedesaan. Sisi pendidikan lingkungan yang
diharapkan adalah peduli terhadap lingkungan, peduli terhadap petani; 2) Menanam
Padi; menanam benih padi untuk menumbuhkan budaya konservasi; 3) Memanen Padi;
dilakukan pada musim panen dengan menggunakan ketam (ani-ani); 4) Menumbuk
Padi; menyuguhkan kesenian “bendring lesung”; 5) Menanak Nasi Liwet; menanak nasi
liwet secara tradisional menggunakan kayu bakar.
Pengembangan edu-ekowisata ekosistem talun/kebun
Ekosistem talun/kebun di pantai sawarna didominasi oleh tanaman kelapa. Oleh
karena itu untuk mengembangkan wisata berdasarkan ekosistem tersebut melalui wisata
edukasi home industri pembuatan gula kelapa dan minyak kelapa secara tradisional.
Wisatawan diajak berpartisipaasi dalam proses pembuatan produk tersebut. Kuliner
yang disajikan adalah kelapa muda plus gula kelapa dan mencicipi produk sampingan
pembuatan minyak yaitu “galendo”.
Pengembangan edu-ekowisata ekosistem ladang.
Produk pertanian dari ladang di sekitar pantai Sawarna adalah jagung, kacang
tanah, singkong, dan kacang hijau.. Wisata pascapanen akan memberikan pengalaman
tersendiri bagi wisatawan. Mencabut kacang tanah, mencabut singkong, dan memetik
jagung yang kemudian diproses dengan direbus atau dibakar akan memberikan sensasi
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
413
tersendiri. Di samping wisatawan dapat mengenal tanaan yang sebelumnya belum
dketahui, wisatawan juga dapat meinkmati makanan khas ladang.
Pengembangan edu-ekowisata ekosistem pantai
Wisata pantai selama ini menjadi andalan pantai tanjung layar Sawarna.
Aktivitas yang umum dilakukan adalah menikmati panorama tanjung layar dan pantai
pasir putih dengan selfie, atau fotografi panorama. Mandi di pantai masih sedikit
peminat karena pantai berkarang dan yang kurang nyaman.
Agar sisi pendidikan lingkungan bisa muncul perlu disiapkan properti yang
mendukung, seperti tempat sampah yang mencukup, baner tentang pendidikan
lingkungan dan penjelasan mengenai ekologi, biodiversitas, dan geologi pantai sawarna.
Pengembangan edu-ekowisata ekosistem sungai
Wisata susur sungai merupakan alternatif untuk menghantarkan wisatwan
menuju pantai Sawarna melalui stasiun khusus di tepi sungai hingga ke muara pantai
sawarna. Selama perjalanan, melalui guide wisatawan disuguhkan pemandangan indah
dan masukan-masukan sis pendidikan lingkungan hidup. Selain itu pula, pada bagian
sungai yang dangkal wisata memandikan kerbau juga perlu dilakukan, akan tetapi perlu
dianalisis apakah air sungai yang digunakan layak pakai alias tidak terpolusi.
Disamping kelembagaan pemerintah, peran kelembagaan legislatif, masyarakat
/LSM, serta dunia usaha adalah penting dan harus terlibat dalam pengelolaan, utamanya
pada tataran perencanaan dan monitoring/evaluate usaha yang menuju ke luasi. Dengan
demikian akan rcipta suatu pengelolaan terpadu yang melibatkan pemerintah, masyarakat
dan dunia e arah pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan hal tersebut tantangan dalam pengembangan edu-ekowisata adalah
visi pemerintah daerah yang harus sejalan dengan konep pengembangan wisata
berkelnjutan, budaya masyarakat yang juga berwawasan lingkungan, sarana prasarana
yang menduung, dan kesadaran wisatawan.
KESIMPULAN Pantai Tanjung Layar adalah salah satu ikon wisata pantai yang ada di desa
Sawarna. Ciri khas dari pantai ini adalah dua batu karang yang tegak berdiri menjulang
tinggi di tengah laut yang berentuk seperti sebuah layar pada perahu. Daya tarik wisata
pantai tanjung layar masih sebatas pada keindahan pantai sehingga perlu mencari
alternatif atraksi lain untuk keberlanjutan wisata di pantai tersebut.
Ekosistem di sekitar pantai tanjung layar menjadi alternatif untuk meningkatkan
daya tarik wisata. Tipe-tipe ekosistem yang ada di wilayah pantai Sawarna terdiri dari
ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami terdairi dari pantai dan sungai,
sedangkan ekosistem buatan terdiri dari sawah, talun/kebun, dan ladang. Ekosistem
yang paling luas adalah ekosistem pantai dan ekosistem talun/kebun.
Berdasarkan spektrum ekowisata, pantai tanjung layar termasuk katagori
intermediate, yang berarti memungkinkan untuk dikembangkan menjadi ekowisata dan
dengan karakteristik pengunjung memungkinkan dikembangkan menjadi edu-ekowisata.
Ekosistem di pantai tanjung layar sawarna dapat menjadi sumber belajar baik pelajar
maupun mahasiswa di bidang biologi, geografi, geologi, dan lain-lain. Pengembangan
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....
414
wisaata edukasi lingkungan tersebut diarahkan pada pengembangan aspek kognitif dengan
pengembangan pengetahuan, afektif untuk meningkatkan kepedulian lingkungan, dan
psikomotor melalui pengembangan skill tertentu.
Tipe-tipe ekosistem dikembangkan menjadi edu-ekowisata agribisnis, home
industry, dan wisata alam sesuai dengan karakteristik masing-masing ekosistem. Ekosistem
sawah dikembangkan menggunakan konsep “agrowisata Oryza, ekosistem talun/kebun
menggunakan konsep Wisata home industry, ekosistem ladang menggunakan konsep
Wisata Petani Desa, ekosistem sungai menggunakan konsep Susur Sungai, dan ekosistem
pantai dengan menambahkan konsep pendidikan lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-P., Heddy Shri; A. Sujito, W. Trisnadi., 2000., Pengembangan Model
Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan. Puspar-
UGM,Yogyakarta.
BPS Kabupaten Lebak. 2016. Statistik Kecamatan Bayah. BPS
Boyd, S.W. & R.W. Buttler. 1996. Development of an Ecotourism Opportunity
Spectrum (ECOS) for Sites Identified Using GIS in Northern Ontario. Ontario:
Publications Services Natural Resources Canada Canadian Forest Service-Sault.
Herawati, N., 2015. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Subak sebagai
Bagian Warisan Budaya Dunia UNESCO di Desa Mangesta Kabupaten Tabanan.
Jumpa, 2(1), pp.79–103.
Kosuke, M., Mugniesyah, S.S. & Herianto, A.S., 2013. Talun-Huma , Swidden Agriculture
, and Rural Economy in West Java , Indonesia. Southeast Asian Studies, 2(2), pp.351–
381. Available at: https://www.jstage.jst.go.jp/article/seas/2/2/2_KJ00008625659/_pdf.
Soemarwoto, O., L. Cristanty, Henky, Y.H. Herri, J.Iskandar, dan Hadyana, 1995. The
Talun-Kebun: A Man-made Forest Fitted to Family Needs. Household food
Production: Comparative Perspectives, 7(3), pp.48–51.
Puspitasari, D., 2011. Strategi Pemasaran Wisata Alam Di Kecamatan Bayah, Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten. INSTITUT PERTANIAN BOGOR.
Setiady, D. & Darlan, Y., 2012. Coastal Characteristics in Determination Sediment
Provonence along Bayah Coastal, District of Lebak, Banten. , 10(3), pp.147–156.
Soedigdo, D. & ; Priono, Y., 2013. Peran Ekowisata Dalam Konsep Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat Pada Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling,
Kalimantan Tengah. , 8(2), pp.1–8.
Soemarwoto, O., 1984. The talun-kebun system, a modified shifting cultivation, in West
Java. The Environmentalist, 4(7 Supplement), pp.96–98.
Susilowati, M.H.D., 2017. Potensi Wilayah Sekitar Pantai Selatan Kabupaten Lebak Provinsi
Banten dalam Mendukung Pembangunan Pariwisata. JURNAL PENDIDIKAN
GEOGRAFI, 22(2), pp.1–15. Available at: http://journal2.um.ac.id/index.php/jpg/.