pp 46 2013

Upload: nafi-kurnia-putri

Post on 10-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PP 46 2013

TRANSCRIPT

  • PERPAJAKAN*PENGANTAR

  • Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.PAJAK

  • Fungsi Pajaka. Fungsi budgetair (sumber dana dalam pembiayaan negara)b. Fungsi regulerend (mengatur) yaitu sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,

  • Syarat Pemungutan PajakSyarat Keadilan artinya pemungutan pajak harus adil, Syarat Yuridis berdasarkan UUSyarat Ekonomis pemungutan pajak tidak mengganggu kelancaran kegiatan ekonomi, sehingga tidak menimbulkan kelesuan ekonomi masyarakat.Syarat Finansial efisien dalam biaya pemungutannya Syarat Sederhana sistem pemungutan pajak harus sesederhana mungkin sehingga memudahkan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya.

  • Teori Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak Teori asuransi; asumsi bahwa negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak hak rakyatnya, oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut,Teori Kepentingan; pajak yang dibebankan kepada rakyat tesebut berdasarkan kepentingan masing masing orang kepada negara, Teori Gaya Pikul; beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak yang dibayar harus sesuai daya pikul masing masing orang.Teori Bakti; pemungutan pajak didasarkan pada hubungan antara rakyat dengan negaranya, sebagai warga yang berbakti maka rakyat harus selalu menyadari bahwa membayar pajak adalah suatu kewajiban,Teori Asas Daya Beli; artinya bahwa memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara yang selanjutnya negara akan menyalurkan kembali dalam bentuk pemeliharaan kesejah-teraan masyarakat.

  • 1. Pengelompokan Pajak Menurut Golongannyaa. Pajak langsung yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain (contohnya Pajak Penghasilan, PBB),b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpah-kan kepada orang lain, contohnya Pajak Pertambahan Nilai

  • 2. Penggolongan Pajak Menurut Sifatnyaa. Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya (orangnya) yaitu memperhatikan keadaan Wajib Pajak, contoh : Pajak Penghasilan (PPh)b. Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal dan menitikberatkan pada obyeknya dan lebih tidak memperhatikan subyeknya. Contoh Pajak Bumi dan Bangunan, PPN.

  • 3. Pengelompokan Pajak Menurut Lembaga Pemungutnyaa. Pajak Pusat/Pajak Negara; yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, contoh: PPh, PPN dan PPnBM, Bea Materaib. Pajak Daerah; yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, dibagi menjadi dua yaitu pajak Propinsi seperti pajak kendaraan bermotor, dan pajak Kabupaten/Kota seperti pajak resto-ran, pajak hotel dll.

  • Tata Cara Pemungutan Pajak1. Stelsel Pajaka. Stelsel nyata (riel stelsel); baru dapat diketahui setelah akhir suatu periode (akhir tahun) setelah penghasilan tersebut sesungguhnya dapat diketahui.b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel); yaitu pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan atau perkiraan yang diatur de-ngan undang undang.c. Stelsel campuran; artinya pada awal tahun menggunakan anggapan tetapi setelah akhir tahun dihitung kembali sesuai yang sebenar-nya (nyata).

  • Tata Cara Pemungutan Pajak2. Asas Pemungutan Pajak a. Asas Domisili (tempat tinggal); pemungutan pajak didasarkan pada tempat tinggal Wajib Pajak terhadap seluruh penghasilan di mana pun diperolehnya walaupun dari luar negeri,b. Asas Sumber; artinya negara berhak memungut pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayah-nya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajakc. Asas Kebangsaan; bahwa pemungutan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

  • Sistem Pemungutan PajakSistem pemungutan pajak dibagi menjadi :Official assessment systemSemi Self assessment systemSelf assessment systemWithholding system

  • Official assessment systemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.Dengan sistem ini WP bersifat pasif dan menunggu dikeluarkanya suatu ketetapan pajak oleh fiskus. Besarnya utang pajak baru diketahui setelah adanya surat ketetapan pajak.

  • Self assessment systemSistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada WP untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.Dalam sistem ini WP yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang seseorang, kecuali WP yang melanggar ketentuan yang berlaku.

  • SEMI SELF ASSESSMENTAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada fiskus dan WP untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutangSistem ini setiap awal tahun pajak WP menen-tukan sendiri besarnya pajak yang terutang un-tuk tahun berjalan yng merupakan angsuran bagi WP yang harus disetor sendiri. Baru pada akhir tahun pajak Fiskus menentukan besarnya utang pajak yang terutang sesungguhnya ber-dasarkan data yang dilaporkan oleh WP.

  • Withholding systemSistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang pada pihak ketiga untuk memo-tong dan memungut besarnya pajak yang ter-utang. Pihak ketiga yang telah ditunjuk kemu-dian menyetorkan dan melaporkan kepada Fiskus.Pada sistem ini Fiskus dan WP tidak aktif. Fis-kus hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemotongan pajak yang dilakukan pihak ke-tiga.

  • PAJAK PUSATPPh, PPN & PPnBM,Bea Meterai

    PAJAK DAERAHPKB, BBN,PHR, PPJU,Pjk Reklame, PBB Pedesaan/Perkotaan, BPHTB, Dll.

    Official AssessmentSistem Pemungutan Sebagian BesarSelf Assessment

  • KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAKPajak Pusat di bidang:PPh (Baik sebagai WP Badan/OP yang ter-kena pajak atas Penghasilan yang diterima-nya maupun sebagai Pemotong/pemungut pajak bagi penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain)PPN & PPnBM (sebagai pemungut/terpungut)Bea MeteraiCukai dan Pajak-pajak Ekspor (untuk industri/ bidang tertentu)

  • KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAKPajak DaerahPajak ReklamePajak Kendaraan Bermotor (PKB)BBNKBPajak ParkirPBB Pedesaan/Perkotaan & BPHTBDll. yang mungkin terkait dengan usaha.

  • KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAKKewajiban-kewajiban di atas meliputi: MenghitungMemotong/memungutMemperhitungkanMenyetor Melapor dan kewajiban lainnya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan seperti :penyelenggaraan pembukuan atau pencatatanpembuatan atau penerbitan serta penyimpanan dokumen.

  • HUKUM PAJAKPasal 23A ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-Undang

    Hukum Pajak merupakan suatu bagian dari Hukum Tata Usaha Negara

  • Kedudukan Hukum Pajak1. Hukum Perdata; yaitu mengatur hubungan antara satu individu dengan individu yang lain,2. Hukum Publik; yaitu mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya, dan dibagi lagi menjadi :Hukum Tata NegaraHukum Tata Usaha (Hukum Administrasi)Hukum PajakHukum PidanaSehingga hukum pajak masuk dalam hukum publik.

  • Jenis Hukum PajakHukum Pajak Materiil; yaitu memuat norma norma yang menerangkan tentang keadaan, perbuatan, obyek pajak, subyek pajak. Contoh :Undang Undang Nomor : 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Undang Undang Nomor : 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan,Undang Undang Nomor : 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Undang Undang Nomor : 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,Undang Undang Nomor : 12 Tahun 1985 sebagaimana diubah dengan Undang Undang Nomor : 12 Tahun 2000 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan,Hukum Pajak Formil; yaitu memuat tata cara bagaimana hukum materiil tersebut dilaksanakan. Contoh : UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana Diubah Terakhir Dengan UU Nomor 28 Tahun 2007Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

  • PAJAK PENGHASILAN(PPh)UMUM

  • PAJAK PENGHASILAN( PPh )Pasal 1A D A L A HPAJAK YANG DIKENAKAN TERHADAP SUBJEK PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYADALAM TAHUN PAJAK

  • SUBJEK PAJAKSUBJEK PAJAKDALAM NEGERI - ORANG PRIBADI YANG BER TEMPAT TINGGAL ATAU BER ADA DI INDONESIA L EBIH DARI 183 HARI DLM 12 BL - ORANG PRIBADI YANG DLM TAHUN PAJAK BERADA DI INDONESIA DAN PUNYA NIAT BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA b. BADAN YANG DIDIRIKAN ATAU BERKEDUDUKAN DI INDONESIAc. WARISAN YANG BELUM TERBAGI SEBAGAI SATU KESATUANMENGGANTIKAN MEREKA YGBERHAK SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI ORANG PRIBADI YANG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL ATAU BERADA DI INDONESIA LEBIH DARI 183 HARI DALAM 12 BULAN

    a.YANG MENJALANKAN USAHA/KEGIATANMELALUI BUT DI INDONESIA. BADAN YANG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA b.YANG DAPAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA TIDAK DARI MENJALANKAN USAHA ATAU MELA KUKAN KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA PASAL 2 Ayat (2),(3),dan (4)

  • BENTUK USAHA TETAPPasal 2 ayat ( 5 ) BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEHORANG PRIBADISEBAGAISUBJEK PAJAK LNBADAN SEBAGAISUBJEK PAJAK LN UNTUK MENJALANKANUSAHA ATAU KEGIATANDI INDONESIA

  • BENTUK USAHATETAPPasal 2 ayat (5)DAPAT BERUPA Tempat kedudukan manajemen Cabang perusahaan Kantor Perwakilan Gedung kantor Pabrik Bengkel Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran untuk pertambangan Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan Proyek konstruksi/instalasi/perakitan Pemberian jasa yg dilakukan lebih dari 60 hari dlm jangka waktu 12 bulan Agen yang kedudukannya tidak bebas Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima premi atau menanggung risiko di Indonesia

  • OBJEK PAJAKPasal 4 ayat (1)PENGHASILANSETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG: Diterima atau diperoleh Wajib Pajak, Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak DENGAN NAMA DAN DALAMBENTUK APAPUN

  • MEKANISME/SIKLUS PENYELESAIAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DALAM BADAN USAHA SELAMA SATU TAHUN

    Penyetoran pajak yg terkait dengan transaksi usaha dg media SSP, SSB, atau lainnya seperti : penyetoran PPh 21, 22, 23, 25, 26, PPN & PPnBM, PBB, BPHTB, Pajak DaerahPelaporan pajak yg terkait dengan transaksi, dengan media SPM PPh 21, SPM PPh 22, SPM PPh 23, SPM PPN & PPnBMHarus dilaksanakan oleh WP setiap bulan/masa dlm satu tahun pajakDicatat dalam buku JurnalDiposting ke Buku BesarBuku PembantuRekonsiliasi ke LKFiskal (Koreksi Fiskal)Laporan KeuanganFiskalPPh Terutang;PPh Ps 28A/29SPT TahunanPPh Badan/OPIdentifikasi;Penghitungan; dptg/diput & atau memtg/ memungut pajak-pajak yg terkait dg transaksi usaha(Bukti) Transaksi usaha dalam satu tahun pajak 20XXNeraca Saldo/LajurLaporan KeuanganKomersial

  • WPPemotong/ Pemungut PPhTerpotong/Terpungut PPh oleh pihak lainMembayar sendiri PPh pd tahun berjalanPPh pasal 4 (2)/FinalPPh pasal 21/26PPh pasal 22PPh pasal 23/26Setiap BulanSetorkan; media SSPLaporkan; media SPT MasaPPh pasal 4 (2)/FinalPPh pasal 21PPh pasal 22PPh pasal 23PPh pasal 24Penghitungan PPh akhir tahunLap. Keu (Fiskal)Pajak Kini (PPh Terutang)PPh pasal 25

    STP PPh 25Di-kreditkanPPh KB/LB/NihilPPh 29/28A/NihilPKP Penjual BKP/JKPPPN KeluaranPKP Pembeli BKP/JKP

    PPN MasukanPPN KB/LB/NihilSetiap BulanPBB & BPHTBBea MeteraiPajak2 DaerahPajak2LainSPT Tahunan PPh OP/Badan

  • PP Nomor 46 Tahun 2013PPh Final 1% untuk UMKMMemberatkan Entitas yang Tingkat Marginnya Rendah

  • Peran serta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk ikut serta dalam menanggung beban pajak sangat diharap-kan oleh Pemerintah.Termasuk dalam pengertian UMKM tersebut adalah koperasi.Dalam tahun 2013 Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan tentang hal tersebut di atas dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 dan dipertegas dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013.

  • Wajib Pajak Orang Pribadi/Perseorangan:

    Orang Pribadi yang penghasilannya dari pekerjaan.Orang Pribadi yang memberikan jasa sebagai pekerja bebas.Orang Pribadi yang menjalankan usaha.

  • Orang Pribadi yang pengha-silannya dari pekerjaan:

    Orang Pribadi yang terikat dengan hubungan kerja seperti, karyawan, direktur, komisaris, pengawas, pengurus, dlsb. Setiap bulan akan dipotong PPh 21 oleh pemberi kerja. SPT di akhir tahun umumnya nihil apabila penghasilan hanya dari satu sumber.

  • Orang Pribadi yang membe-rikan jasa sebagai pekerja bebas:

    Contoh: Tenaga ahli seperti: Pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;

  • Olahragawan;Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;Pengarang, peneliti, dan penerjemah;Agen iklan;Pengawas atau pengelola proyek;Perantara;Petugas penjaja barang dagangan;Agen asuransi; danDistributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

  • Orang Pribadi yang memberikan jasa sebagai pekerja bebas:

    Penghitungan Pajak Penghasilannya dihitung berdasarkan pembukuan (Laba/Rugi) atau menggunakan norma penghitungan Penghasilan Neto.Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak bersifat final yang artinya di akhir tahun SPT Tahunannya masih dimungkinkan adanya PPh Kurang Bayar/Lebih Bayar.

  • Orang Pribadi yang menja-lankan usaha:

    orang pribadi yang menjalankan usaha sendiri (usaha perorangan). Seperti : usaha dagang, home industry, peternakan, katering, dlsb. Penghitungan Pajak Penghasilannya berdasarkan Pembukuan/Norma. PPh yang dibayar bersifat tidak final.

  • Badan:

    Menurut UU PPh adalah Badan usaha termasuk di dalamnya Badan Hukum, misal:Firma, CV, koperasi, yayasan, kongsi, PT, BUMN/BUMD, Dana Pensiun, dlsb

  • Badan:

    Penghitungan Pajak Penghasilannya berdasarkan pembukuan atau Laba Rugi usaha (tidak bersifat final).

  • PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NO 107/PMK.011/2013

    Mengatur tentang apa?Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

  • PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NO 107/PMK.011/2013

    Maksudnya untuk apa?Memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan;Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi;Mengedukasi masyarakat untuk transparansi;Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

  • PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NO 107/PMK.011/2013

    Tujuannya apa?Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan;Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat;Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

  • PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NO 107/PMK.011/2013

    Siapa?Yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013, adalah:Orang Pribadi;Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT);yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak..

  • PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NO 107/PMK.011/2013

    Siapa?Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013, adalah:Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. Mis.: pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki lima, dan sejenisnya.;

  • PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NO 107/PMK.011/2013

    Siapa?

    Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto (omzet) melebihi Rp4,8 miliar Orang pribadi yang memberikan jasa sebagai pekerja bebas.

  • PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN PMK NO 107/PMK.011/2013

    Berapa besarnya PPh dan Sifatnya?Besarnya Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah:

    Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 bersifat FINAL. Sehingga di akhir tahun tidak ada PPh kurang bayar/lebih bayar. Tatacara penyetoran pajak final tersebut dilakukan setiap bulan berdasarkan jumlah omzet atau peredaran bruto per bulan1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)

  • Contoh PerhitunganPada tahun 2014 koperasi ABC memperoleh omzet/ peredaran bruto/pendapatan atas penjualan kotor Rp. 1.000.000.000,00, Tingkat margin (laba) yang diperoleh sebesar 5% atau Rp. 50.000.000,00. (asumsi laba komersial = laba fiskal) Apabila PPh dihitung dengan PP 46/2013, maka pajak penghasilannya sebesar: 1% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp 10.000.000,00

    Apabila dihitung dengan aturan lama tarif Pasal 17 UU PPh, Pajak penghasilannya: 12,5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 6.250.000,00

  • Contoh PerhitunganContoh yang sama dengan contoh nomor 1 diatas tetapi tingkat margin (laba) yang diperoleh 10% atau sebesar Rp. 100.000.000,00.

    Apabila PPh dihitung dengan PP 46/2013, maka pajak penghasilannya sebesar: 1% x Rp. 1.000.000.000,00 = Rp 10.000.000,00

    Apabila dihitung dengan aturan lama tarif Pasal 17 UU PPh, Pajak penghasilannya: 12,5% x Rp 100.000.000,00 = Rp 12.500.000,00

  • SIMPULAN:

    Tata cara Perhitungan PPh berdasarkan PP 46 Tahun 2013 yang wajib bagi Wajib Pajak orang pribadi usahawan dan badan (termasuk koperasi) yang beromzet sampai dengan Rp. 4,8 miliar dalam 1 tahun. Ternyata ada beberapa kelebihan dan kelemahannya.

  • A. Kelebihan:

    Perhitungan PPh menjadi lebih sederhana karena Wajib Pajak cukup mencatat omzet bulanan sebagai dasar perhitungan pajak Penghasilan.Bersifat final sebagai Wajib Pajak tidak perlu lagi menghitung PPh akhir tahun (SPT cukup dilaporkan Nihil) dan tidak ada PPh kurang bayar/lebih bayar. Apabila tingkat laba tinggi ( diatas 5% ) maka jumlah PPh akan kecil bila dibandingkan dengan cara perhitungan lama. (lihat contoh perhitungan nomor 2)

  • B. Kekurangan:

    Apabila tingkat laba rendah maka Peraturan baru tersebut (PP 46/2013) ternyata lebih memberatkan Wajib Pajak, bila dibanding dengan Perhitungan PPh dengan cara lama. (lihat contoh perhitungan nomor 1).Pengenaan PPh final tersebut, telah mengingkari penerapan self assessment system dengan kata lain kita kembali ke official assessment system.PP 46 tahun 2013 terkesan hanya mengejar fungsi Budgetair.Dalam kondisi rugi pun UMKM tetap dikenai pajak.