pp502012-pm051996.docx

3
PERBEDAAN PERMENAKER NO. 05 TAHUN 1996 DENGAN PP. NO. 50 TAHUN 2012 No . Permenaker No. 05 Tahun 1996 PP. No. 50 Tahun 2012 1. Badan tubuh terdiri dari X bab 12 pasal Badan tubuh terdiri dari VI bab 22 pasal 2. Pasal 1: Ketentuan umum terdiri atas penjelasan istilah SMK3, tempat kerja, audit, perusahaan, direktur, Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, pengusaha, pengurus, tenaga kerja, laporan audit, sertifikat dan Menteri. Pasal 1: Ketentuan umum terdiri atas penjelasan istilah SMK3, K3, tenaga kerja, pekerja/buruh, perusahaan, pengusaha, audit SMK3 dan Menteri. 3. Pasal 2: Tujuan penerapan SMK3 semata-mata hanya untuk menciptakan sistem K3 tanpa memperhatikan efektifitasnya. Pasal 2: Tujuan penerapan SMK3 terdiri dari a. Peningkatan efektivfitas perlindungan K3, b. Pencegahan dan pengurangan KK dan PAK, c. Menciptakan tempat kerja yg aman, nyaman da efisien. 4. Pasal 3: Penerapan SMK3 tidak berdasarkan pada kebijakan nasional tentang SMK3 Pasal 3: Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3. 5. Pasal 3: Perusahaan wajib SMK3 yg mempekerjakan sebanyak seratus atau lebih dan dengan tingkat bahaya seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Pasal 5: Setiap perusahaan diwajibkan SMK3 yang mempekerjakan paling sedikit 100 pekerja/buruh atau tingkat potensi bahaya tinggi yg diatur dalam perundang-undangan lain. Perusahaan wajib SMK3 wajib berpedoman pada PP ini. 6. Pasal 4: Ketentuan- ketentuan SMK3 lebih terperinci dalam ayat tiap poinnya. Pasal 6: Ketentuan-ketentuan SMK3 lebih singkat, penjelasan terdapat di lampiran I 7. Perincian ketentuan- Pasal 7 s/d 15 perincian

Upload: onniiloo-sunny-anny

Post on 15-Feb-2015

21 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PERBANDINGAN PERATURAN SMK3

TRANSCRIPT

Page 1: PP502012-PM051996.docx

PERBEDAAN PERMENAKER NO. 05 TAHUN 1996

DENGAN PP. NO. 50 TAHUN 2012

No.

Permenaker No. 05 Tahun 1996 PP. No. 50 Tahun 2012

1. Badan tubuh terdiri dari X bab 12 pasal Badan tubuh terdiri dari VI bab 22 pasal

2.

Pasal 1: Ketentuan umum terdiri atas penjelasan istilah SMK3, tempat kerja, audit, perusahaan, direktur, Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, pengusaha, pengurus, tenaga kerja, laporan audit, sertifikat dan Menteri.

Pasal 1: Ketentuan umum terdiri atas penjelasan istilah SMK3, K3, tenaga kerja, pekerja/buruh, perusahaan, pengusaha, audit SMK3 dan Menteri.

3.

Pasal 2: Tujuan penerapan SMK3 semata-mata hanya untuk menciptakan sistem K3 tanpa memperhatikan efektifitasnya.

Pasal 2: Tujuan penerapan SMK3 terdiri daria. Peningkatan efektivfitas perlindungan

K3,b. Pencegahan dan pengurangan KK dan

PAK,c. Menciptakan tempat kerja yg aman,

nyaman da efisien.

4.Pasal 3: Penerapan SMK3 tidak berdasarkan pada kebijakan nasional tentang SMK3

Pasal 3: Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3.

5.

Pasal 3: Perusahaan wajib SMK3 yg mempekerjakan sebanyak seratus atau lebih dan dengan tingkat bahaya seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.

Pasal 5: Setiap perusahaan diwajibkan SMK3 yang mempekerjakan paling sedikit 100 pekerja/buruh atau tingkat potensi bahaya tinggi yg diatur dalam perundang-undangan lain.Perusahaan wajib SMK3 wajib berpedoman pada PP ini.

6.Pasal 4: Ketentuan-ketentuan SMK3 lebih terperinci dalam ayat tiap poinnya.

Pasal 6: Ketentuan-ketentuan SMK3 lebih singkat, penjelasan terdapat di lampiran I

7.Perincian ketentuan-ketentuan SMK3 hanya dalam pasal 4 dan penjelasan tertuang dalam lampiran I

Pasal 7 s/d 15 perincian ketentuan-ketentuan SMK3 yang penjelasan juga tertuang dalam lampiran I

8.Kebijakan K3 dimuat dalam Lampiran IProsesnya pembuatannya hanya meminta konsultasi dari wakil tenaga kerja.

Kebijakan K3 dimuat dalam pasal 7 dan lebih terperinci dalam lampiran IPengusaha harus melibatkan pekerja dan/atau serikat pekerja.

9.Kebijakan K3 disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan.

Pasal 8: Kebijakan K3 disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

10. Perencanaan K3 hanya berisi tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian

Pasal 9: Rencana K3 berisi:a. tujuan dan sasaran,b. skala prioritas,c. upaya pengendalian bahaya,

Page 2: PP502012-PM051996.docx

dan pengendalian serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3 (Lampiran I)

d. penetapan sumber daya,e. jangka waktu pelaksanaan,f. indikator pencapaian, g. sistem pertanggungjawaban.

11.Perusahaan hanya menunjuk personel yang memiliki kualifikasi yang sesuai dgn sistem yg diterapkan (Lampiran I)

Pasal 10: Pelaksanaan rencana K3 menentukan SDM yang kompeten dibuktikan dengan sertifikat dan memiliki wewenang di bidang K3.

12.

Lampiran I:Informasi K3 hanya dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan.Pelaporan dilakukan kepada pemegang saham.Tidak mendokumentasikan izin kerja (10 poin)

Pasal 13: Informasi K3 dikomunikasikan juga ke pihak terkait di luar perusahaan.Tidak terdapat pelaporan kepada pemegang saham.Terdapat tambahan pendokumentasian terhadap izin kerja (11 poin).

13.Pasal 6: Kewenangan perusahaan wajib audit ada pada direktur.

Pasal 16: Perusahaan yg memiliki potensi bahaya tinggi wajib penialain SMK3.

14.Pasal 7: Mekanisme pelaksanaan audit minimal sekali setahun.

Mekanisme pelaksanaan audit diatur dalam lampiran II, hanya dikatakan berkala dengan frekuensi berdasarkan tinjauan ulang hasil audit.

15.Pasal 8: Laporan audit dilaporkan ke Direktur dengan tembusan ke pengurus tempat kerja yang diaudit.

Pasal 17: Laporan audit dilaporkan ke Menteri dengan tembusan ke tingkat pemerinntahan terkait.

16.

Pasal 9: Sertifikat K3 diberikan kepada perusahaan sesuai dengan tingkat pencapaiannya, berlaku 3 tahun, dan dipaparkan di lampiran IV.

Tidak ada pasal yang mengatur sertifikasi K3, namun penetapan kriteria audit tiap tingkatan pencapaiannya dipaparkan dalam lampiran II.

17.

Pasal 10: Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.Ketentuan pengawasan tidak dijelaskan.

Pasal 18: Pengawasan dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannyaKetentuan pengawasan terdiri dari 9 poin.

18.Pasal 11: Pembiayaan pelaksanaan audit SMK3 dibebankan kepada perusahaan yang diaudit.

Tidak terdapat pasal yang mengatur mengenai pembiayaan pelaksanaan audit SMK3.

19.Tidak terdapat pasal yang memberikan wewenang pembina sektor untuk melakukan pengawasan SMK3.

Pasal 19: Pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan penerapan SMK3 secara terkoordinasi dengan pengawas ketenagakerjaan.

20.Tidak dijelaskan yang menjadi dasar pembinaan

Pasal 20: Hasil pengawasan dijadikan dasar dalam pembinaan.

21. Tidak terdapat ketentuan peralihan.Pasal 21: Ketentuan peralihan bagi perusahaan yg menerapkan SMK3 paling lama 1 tahun sejak berlakunya PP ini.