pph 46
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, nikmat, dan
rahmatNya, kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PPh
Pasal 46.
Selama penulisan makalah ini, kami tak lepas dari rintangan dan hambatan.
Banyak bantuan yang telah diberikan untuk membimbing kami menyelesaikan
penulisan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, kami ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada
Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya yang tak terhingga, kami diberi jalan
kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari akan kekurangan yang masih terdapat dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca akan kami terima dengan rendah hati. Semoga makalah ini dapat
memberikan menfaat bagi semua pihak dan semoga semua dukungan,
pengorbanan, serta bantuan yang diberikan dicatat sebagai amal baik oleh Sang
Pencipta dan Penguasa alam raya ini, Allah SWT.
1 Pajak Penghasilan Pasal 46
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….1
Daftar Isi………………………………………………………………………….2
Bab 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………....3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………3
1.3 Tujuan……………………………………………………………..3
Bab 2 PEMBAHASAN……………………………………………………...
…………...4
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 46....…………………………4
2.2 Objek Pajak & Subjek Pajak…………………………..………….4
2.3 Tarif Pajak…………………………………………………………5
2.4 Penghasilan Kena Pajak…………………………………...………5
2.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak ……………………………...…….6
2.6 Perhitungan PPh Pasal 46……………………………………..…...6
2.7 Penyetoran & Pelaporan PPh Pasal 46………………………..…...9
Bab 3 PENUTUP……………………………………………………………...…10
3.1 Kesimpulan………………………………………………………10
3.2 Saran…………………………………………………………...…10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....11
2 Pajak Penghasilan Pasal 46
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan sumber daya
alamnya. Pada saat ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong
pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sector demi meningkatkan
pendapatan atau kas Negara guna membiayai pembangunan dan biaya – biaya
Negara.dalam rangka menyelenggarakan perubahan tersebut, pastilah memerlukan
dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal dari APBN dan APBD, dimana
sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. Dalam hal ini menjelaskan
bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan salah satu
sumber pendapatan Negara yang ada untuk membiayai pengeluaran termasuk
pengeluan untuk meningkatkan pembangunan.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga – lembaga Negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, badan – badan tertentu yang berkenaan
dengan kegiatan Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (PP Nomor 46 tahun 2013) atau lebih dikenal
PPh atas UMKM, maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah paparan
mengenai PPh pasal 46.
3 Pajak Penghasilan Pasal 46
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 46 ?
B. Apa Objek dan Subjek PPh Pasal 46 ?
C. Apa yang dimaksud PKP dan PTKP ?
D. Bagaimana Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 46 ?
1.3 Tujuan
A. Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari pajak
penghasilan pasal 46
B. Dapat mengetahui objek dan subjek PPh pasal 46
C. Dapat mengetahui apa saja yang termaksud PKP dan PTKP
D. Dapat mengetahui tariff dan perhitungan PPh pasal 46
4 Pajak Penghasilan Pasal 46
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 46
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (PP Nomor 46 tahun 2013) atau lebih dikenal
PPh atas UMKM. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
2.2 Objek Pajak & Subjek Pajak
Objek Pajak
Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah Penghasilan dari USAHA yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak
melebihi
Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak.
Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua
gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah:
1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)
Catatan:
Usaha meliputi usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnya toko/kios/los
kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, waruing/rumah makan, salon,
dan usaha lainnya.
5 Pajak Penghasilan Pasal 46
Dan yang tidak dikenai atau disebut juga Non Objek Pajak PP 46 Tahun 2013
adalah penghasilan dari jasa sehubungan pekerjaan bebas misalnya dokter,
advokat, akuntan, notaries, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara dan
juga penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh final 4 ayat 2
misalnya sewa kamar kos, sewa rumah dan lain sebagainya yang diatur
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Bukan Objek Pajak
Objek Pajak yang tidak dikenai PPh ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas, seperti
misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek,
pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam
penjelasan PP tersebut;
b. Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti
misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi (perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang
diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri.
c. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Subjek Pajak
Yang merupakan Subjek Pajak PP 46 Tahun 2013 ini adalah Orang pribadi dan
Badan Yang omzetnya tidak melebihi 4,8 Milyar.
Dan yang bukan subjek pajak adalah orang pribadi yang kegiatan
usahanyaperdagangan yang bisa dibongkar pasang dan sarana yang digunakan
sebagian untuk kepentingan umum. Misalnya pedagang keliling, pedagang
asongan, warung tenda diarea kaki lima, dan sejenisnya dan untuk Badan yang
belum beroperasi secara komersial atau secara komersial omzetnya lebih dari 4,8
M dalam 1 Tahun.
2.3. Tarif Pajak
6 Pajak Penghasilan Pasal 46
PP 46/2013 join PMK 107/011/2013 mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2013.
Tarifnya 1% dari DPP jumlah peredaran bruto setiap bulan untuk setiap tempat
kegiatan usaha.
1% dari jumlah peredaran bruto (omzet)
Peraturan ini berlaku untuk perusahaan yang omset tahun 2012 kurang dari Rp.
4,8 Milyar. Sehingga bila omset setahun lebih dari Rp. 4,8 Milyar tidak perlu
menyetor PPh final ini.
2.4 Penghasilan Kena Pajak
Yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun
2013, adalah:
a) Orang Pribadi;
b) Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima
penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
2.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah:
a) Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa
yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan
menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum.
misalnya: pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area
kaki-lima, dan sejenisnya.
7 Pajak Penghasilan Pasal 46
b) Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto (omzet) melebihi Rp4,8 miliar.
Catatan:
Orang Pribadi atau Badan yang diterangkan di atas wajib melaksanakan ketentuan
Perpajakan sesuai dengan UU KUP maupun UU PPh secara umum.
2.6 Perhitungan PPh Pasal 46
Besarnya PPh untuk Wajib Pajak yang beromset sampai dengan Rp. 4,8 Miliar
setahun hanya 1% dari omset. “Cara menghitung PPh tahun berjalan cukup
mudah, yakni 1% dikalikan omset perbulan, disetorkan ke Bank Persepsi paling
lambat tanggal 15 bulan berikutnya, “kata Wahyu Santosa saat ditemui setelah
menyampaikan sambutan Sosialisasi.
Pada dasarnya, Pengenaan PPh Final ini didasarkan pada peredaran bruto dari
usaha dalam satu tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang
bersangkutan.
Contoh, CV Andik memiliki usaha penjualan gerabah yang berdasarkan
pembukuan atau catatan pada Tahun Pajak 2013 (Januari 2013 sampai dengan
Desember 2013), memiliki peredaran bruto sebesar Rp4.000.000.000,00. Dengan
demikian, atas penghasilan dari usaha yang diterima oleh CV Andik pada
tahun 2014 dikenai Pajak Penghasilan bersifat final sebesar 1%, karena peredaran
bruto CV Andik pada Tahun Pajak 2013 tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00.
8 Pajak Penghasilan Pasal 46
2.7 Penyetoran dan Pelaporan
Penyetoran paling lambat tgl 15 bulan berikutnya dengan menggunakan SSP
(Surat Setoran Pajak). Jika SSP sudah Validasi NTPN (Nomor Transaksi
Penerimaan Negara), Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4
ayat (2) karena dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
sesuai tanggal Validasi NTPN. Penyetoran dilakukan dengan mencantumkan kode
SSP yaitu:
Kode Akun Pajak : 411128
Kode Jenis Setoran : 420
Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP ini dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final.
9 Pajak Penghasilan Pasal 46
BAB 3
PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Saya berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada saya demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
3.1 Simpulan
PP 46 Tahun 2013 ditegaskan bahwa peredaran bruto merupakan peredaran bruto
dari usaha, termasuk dari usaha cabang, selain peredaran bruto dari usaha yang
atas penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final. Dengan demikian,
apabila penghasilan Wajib Pajak sudah dikenakan PPh Final berdasarkan
ketentuan yang lain, maka yang berlaku adalah ketentuan PPh Final yang lain
tersebut. Misalnya Wajib Pajak yang bergerak di bidang jasa konstruksi atau
persewaan tanah dan/atau bangunan.
3.2 Saran
Makalah yang berjudul PPh Pasal 46 ini merupakan karya tulis berdasarkan
himpunan material yang di ambil dari berbagai sumber. Oleh karena itu, jika ada
kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian bahan penulis sangat
mengharpakan kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kebenaran
yang kita kehendaki semua dan demi kesempurnaan penyelesaian makalah PPh
Pasal 46. Dan Makalah ini juga memaparkan hal – hal yang berkaitan dengan PPh
pasal 46, penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan
pembayaran pajak guna membantu meningkatkan APBN dan APBD khususnya
pada PPh pasal 46.
10 Pajak Penghasilan Pasal 46
DAFTAR PUSTAKA
http://masjoen.blogspot.com/2013/06/pp-nomor-46-tahun-2013-tentang
pajak.html#.VHFJIrCsVTI
https://allinpajak.wordpress.com/2013/12/27/pp-46-tahun-2013/
http://tbs-consulting.co.id/pp-46-tahun-2013/
http://www.pajak.go.id/blog-entry/kp2kpsukadana/sosialisasi-pp-nomor-
46-tahun-2013-dan-launching-spn-2013-di-lampung-timur
http://www.pajak.go.id/content/news/menghitung-pajak-lebih-mudah
http://dudiwahyudi.com/pajak/pajak-penghasilan/pajak-penghasilan-
umkm.html
11 Pajak Penghasilan Pasal 46