ppt case control i
TRANSCRIPT
Penelitian Case-Control (kasus-kontrol)
• Penelitian Kasus Kontrol adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.
• Pemilihan subjek status penyakitkemudian dilakukan pengamatan apakah?subjek menunjukkan Riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak
Contoh PengaruhAsupan Kafein terhadap Aborsi Spontan pada Trimester Pertama Kehamilan, di Swedia
POPULASIPopulasi yang ditarik: dalam penelitian ini: wanita di kota Uppsala, Swedia yang mulai hamil selama 1996-1998
KASUSPertama, mengidentifikasi kasus, dalam penelitian ini: wanita yang mengalami aborsi spontan, kehamilan 6-12 minggu, RS Uppsala
Untuk setiap kasus, menemukan satu, atau lebih, kontrol (tidak biasa untuk memiliki kontrol kurang dari kasus)
PENGUKURAN KETERPAPARAN FAKTOR RISIKOUntuk kedua kasus dan kontrol, pengukuran bersumber dari paparan faktor risiko yang diselidiki, dan faktor-faktor risiko potensial (termasuk faktor pembaur yang mungkin). Analisis menentukan apakah kasus terpapar lebih (atau kurang) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
KONTROLKontrol harus bebas dari 'penyakit', dan diambil dari populasi yang sama dimana kasus muncul. Dalam studi ini: ibu yang mengunjungi klinik antenatal yang masih hamil setelah kehamilanperiode yang sama.
Pengumpulan Data Retrospektif
Retrospektif Melihat kembali ke belakang ttg Paparan
Kita harus melihat kembali melihat ke masa lalu untuk mencari tahu tentang riwayat paparan itu, baik dengan meminta orang yang bersangkutan untuk diwawancarai, atau (jika kita beruntung) menemukan catatan yang cukup lengkap dan valid dari paparan tersebut.Pengumpulan data tentang karakteristik kasus dan kontrol, termasuk paparan faktor risiko, biasanya dilakukan setelah penyakit sudah terjadi. merupakan salah satu alasan mengapa studi kasus-kontrol lebih rentan terhadap bias daripada penelitian kohort, di mana peristiwa terjadi setelah penilaian paparan dan variabel lain (calon pengumpulan data).
Indentifikasi Kasus dan
konrol
Waktu Sekarang
survei dasar
Masa lalu
STUDI KOHORT Analisis
STUDI KASUS-KONTROL
Keterpaparan terjadidi masa lalu
Masa depan
Kasus terjadi selama tindak lanjut
PERBEDAAN STUDI RETROSPERKTIF DAN PROSPEKTIF(CASE-CONTROL DAN KOHORT)
Aplikasi Model peneltian kasus- kontrolDesain kasus-kontrol dapat digunakan dalam berbagai keadaan yang, termasuk:
• Memahami penyebab penyakit atau hasil yang menarik, misalnya, faktor risiko untuk kanker, kematian dari cedera kekerasan, aborsi spontan.
• Mengukur efek dari prosedur atau intervensi, misalnya efektivitas program skrining payudara.
• Investigasi wabah penyakit, misalnya, keracunan makanan
Manfaat yang nyata dari studi kasus-kontrol dibandingakan dengan pilihan desain lain adalah lebih
hemat dari segi biaya dan waktu.
RINGKASAN Desain kasus-kontrol dapat menyediakan bukti pengukuran yang kuat
mengenai faktor risiko atau efek dari intervensi, dan lebih praktis daripada sebuah studi kohort di mana hasilnya adalah (a) langka dan / atau (b) memiliki periode yang laten panjang .
Sebuah studi kasus-kontrol esensial mencakup:a) Identifikasi kasus; b) Pemilihan kontrol, yang dapat disesuaikan dari taraf lebih besar atau lebih kecil ; c) Pengukuran paparan faktor risiko menjadi penting, termasuk kemungkinan faktor perrancu; d) jika di Analisis ada perbedaan terhadap paparan antara kasus dan kontrol.
Pengumpulan data tentang karakteristik kasus dan kontrol, termasuk paparan faktor risiko, biasanya dilakukan setelah penyakit sudah terjadi. Hal ini dikenal sebagai pengumpulan data retrospektif, dan merupakan salah satu alasan mengapa studi kasus-kontrol lebih rentan terhadap bias daripada penelitian kohort, di mana peristiwa terjadi setelah penilaian paparan dan variabel lain (calon pengumpulan data).
Kadang ada situasi di mana penilaian dari paparan dalam penilaian kasus-kontrol dapat dilakukan secara prospektif.
Kasus aborsi spontan (1) telah diidentifikasi di Departemen Obstetri dan Ginekologi dari Rumah Sakit Universitas Uppsala (2) yang merupakan satu-satunya kota tempat untuk perawatan wanita dengan aborsi spontan. Selama periode ini, kami mengidentifikasi pasien 652 wanita yang potensial sebagai kasus dengan aborsi spontan yang disajikan di departemen di 6 sampai 12 minggu selasai kehamilan dan yang kehamilan telah dikonfirmasi oleh tes positif. Dari wanita, (86 persen) setuju untuk berpartisipasi. Di antara 293 perempuan di antaranya vili korionik diidentifikasi dalam jaringan yang diperoleh pada kuretase, karyotyping berhasil 258 (88 persen). .... Semua subjek kontrol memiliki potensi menjalani ultrasonografi vagina sebelum wawancara. Jika kehamilan intrauterin tidak layak terdeteksi, wanita direkrut sebagai anggota kelompok dengan aborsi spontan (ini terjadi pada 53 dari 562 pasien kasus)
Hal yang harus diperhatikan dlm memilih Kasus:
1. Diagnosis Penyakit (Keterpaparan )
2. Sumber Kasus (Hospital Base, Population Base)
3. Jenis Data Penyakitnya (Insiden atau prevalensi)
MEMILIH KASUS
Wanita yang telah mengalami Abortus spontan pada Trimester pertama, dan yang menghadiri Departemen Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Universitas Uppsala.
KASUS
Ketentuan untuk Kontrol:1. Dipilih dari sumber populasi yg sama2. Karakteristik kontrol = kasus dalam semua
variabel yg mungkin berperan sebagai faktor risiko (Matcing)
3. Dapat Memilih lebih dari satu kelompok kontrol
Prinsip yang paling penting dalam pemilihan kontrol adalah bahwa kontrol harus mewakili populasi kasus yang muncul, tetapi tanpa penyakit
MEMILIH KONTROL
Bias dalam Pemilihan Kontrol Bila kontrol mengidap penyakit yg berhub dng paparan, shg dapat memperbesar atau memperkecil penaksiran pengaruh paparan dan penyakit.Penanganannya : kasus dan kontrol diambil dari populasi yang sejenis
Matching (Pencocokan) Pencocokan mengatasi/mencegah variabel
pengganggu dari awal. Hal ini dilakukan dengan membuat kasus dan
kontrol yang sama sehubungan dengan faktor yang mungkin sebagai perancu.
Salah satu dampak dari pencocokan adalah menghapus kemungkinan pada suatu penelitian hubungan antara variabel cocok (misalnya usia kehamilan) dan hasil (misalnya aborsi spontan trimester pertama).
Sebuah penelitian yang belum cocok akan dilakukan analisis ketidakkecocokan. Sebuah studi yang cocok yang biasanya akan dianalisis dengan analisis kecocokan, karena hal ini lebih efisien, tetapi analisis ketidakcocokan juga dapat digunakan
BIAS DALAM PENILAIAN KETERPAPARAN
• Biasterjadi dikarenakan adanya perbedaan akurasi antara kasus dan kontrol dalam mengingat dan melaporkan paparan/peristiwa yang dialami
Recall Bias (Bias Mengingat Kembali)
• Akibat kesalahan dalam mengumpulkan, mencatat, dan menginterpretasikan informasi tentang paparan.
• Dapat diatasi dengan metode blind membatasi pengetahuan pewawancara mengenai hipotesa.
Bias Pewawanca
ra
•Periode waktu ketika penyakit tersebut diderita•Tidak mencatat informasi yang persis seperti yang dibutuhkan dalam penelitian, dan tidak lengkap, tetapi masalah tersebut kecil kemungkinannya untuk menyebabkan bias yang cukup serius.
Bias dalam Pencatatan
Ringkasan Kasus yang layak harus didefenisikan secara
jelas dan dipastikan selengkap mungkin. Kontrol harus mewakili populasi yang sama dari
mana kasus muncul, dan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
Pencocokan membantu mengatasi masalah pengganggu, tetapi tidak semua studi kasus-kontrol yang cocok. Jika pencocokan tidak dilakukan, pengganggu harus ditangani dalam analisis.
Kemungkinan ada ketidak cocokan dalam sebuah penelitian kasus-kontrol. Oleh karena itu lebih bijak dan praktis, dengan mencocokkan perancu yang menjadi kunci, efek telah dikenali, dan tidak berkaitan erat dengan faktor-faktor risiko yang berpotensial untuk diteliti.
Memperoleh informasi tentang paparan faktor risiko biasanya dilakukan secara retrospektif dalam sdalam penelitian kasus-kontrol. Hal ini membuat penelitian ini rentan terjainya Bias mengingat kembali, bias pewawancara, dan bias dari catatan yang tidakkonsisten.
Jika memungkinkan, pewawancara seharusnya tidak tahu apakah subjek adalah kasus atau kontrol, tetapi dalam prakteknya ini sering kali sulit atau tidak mungkin untuk dicapai.
Jika memungkinkan, pewawancara tidak harus mengetahui hipotesis yang sedang diselidiki, misalnya faktor risiko yang sedang diteliti sebagai penyebab yang mungkin, atau setidaknya tidak menyadari sejumlah faktor risiko adalah subyek utama dari hipotesis penelitian.