ppt mklh ikhtio

14
MAKALAH IKHTIOLOGI IKAN BATAK ( Tor soro, kottelat et a l.,1993 ) Oleh : Kelompok 10 B Mindia Mardiningtyas C24110048 Santi Setyaningtyas C24110049 Rizka Sari C24110050 Dewi Maya Sari Sihombing C24110051 Humaera Hamada C24110052 Amanah Haqqul Azli C24110053 Agung Sutriansyah C24110054 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: dewi-maya-sari-sihombing

Post on 21-Jul-2015

408 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

MAKALAH IKHTIOLOGI IKAN BATAK (Tor soro, kottelat et al.,1993)

Oleh : Kelompok 10 B Mindia Mardiningtyas Santi Setyaningtyas Rizka Sari Dewi Maya Sari Sihombing Humaera Hamada Amanah Haqqul Azli Agung Sutriansyah

C24110048 C24110049 C24110050 C24110051 C24110052 C24110053 C24110054

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBumi adalah planet yang hampir 70% ditutupi oleh perairan baik laut, danau, sungai, rawa, maupun kolam. Dengan persentasi yang begitu besar tidaklah heran jika banyak hewan yang hidup di air dimana salah satunya adalah ikan. Secara ilmu iktiologi, ikan diartikan sebagai organisme vertebrata berdarah dingin yang bernafas menggunakan insang, memiliki sirip untuk bergerak dan menjaga keseimbangan serta hidup di lingkungan perairan. Para ahli memperkirakan jumlah ikan di dunia sampai 40.000 spesies. Suatu jumlah yang luar biasa, yang sekitar 24.600 spesies telah dideskripsikan secara ilmiah (Nelson, 1994). Jika dimasukkan ke sebuah persentase dan dibandingkan dengan persentase kelas mahluk hidup lainnya, maka didapatkan persentase kelas ikan sebesar 48,1%. Ikan Batak (Tor soro) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai budaya dan nilai ekonomis penting khususnya bagi masyarakat Batak, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Di danau Toba (Sumatera Utara) Tor soro serta tiga jenis ikan lainnya yaitu Neolissochilus thienemanni, N. sumatranus, N. longipinis dikenal sebagai ikan Batak. Ikan Batak mempunyai ukuran relatif besar, yang tersebar di Sumatra dan Jawa antara lain di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang (Jawa Barat) dan di Kabupaten Kediri (Jawa timur). Di Kabupaten Kuningan, ikan tersebut dipelihara di beberapa kolam tua dengan sumber air yang cukup dan dianggap keramat, dengan sebutan ikan Dewa. Ikan batak atau lebih populer disebut ihan telah lama dikenal masyarakat Batak di Sumatera Utara sebagai ikan adat. Ikan tersebut digunakan sebagai syarat pada upacara adat. Ikan Batak merupakan salah satu jenis ikan yang terdapat di Sumatera Utara yang mempunyai nilai ekonomis dan budaya yang tinggi namun populasinya sudah hampir punah (Dinas Perikanan Dati I Sumatera Utara, 1994). Dalam daftar merah jenis terancam punah yang diterbitkan oleh IUCN (International Union forConservation of Natural Resources) tahun 1990 tercantum bahwa semua jenis ikan Neolissochilus dan semua jenis Tor termasuk ikan yang harus diperhatikan karena perdagangan yang intensif atau ancaman terhadap kepunahan, terutama bagi jenis yang langka (Kottelat et al., 1993)

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil permsalahan sebagai berikut: a. Bagaimana klasifikasi dan taksonomi Ikan batak? b. Bagaimana bentuk morfologi Ikan batak dan pendistribusiannya? c. Apa aspek ekologi dan biologi Ikan batak ? d. Bagaimana potensi dan pemanfaatan Ikan batak ? 1.3 Tujuan a. Menjelaskan klasifikasi dan taksonomi Ikan batak (Tor soro). b. Menjelaskan bentuk morfologi Ikan batak (Tor soro) dan pendistribusiannya. c. Menjelaskan aspek ekologi dan biologi Ikan batak (Tor soro). d. Menjelaskan potensi dan pemanfaatan Ikan batak (Tor soro).

TAKSONOMI, KLASIFIKASI, MORFOLOGI DAN DISTRIBUSI IKAN BATAK (Tor soro) 2.1 TAKSONOMI DAN KLASIFIKASI Ikan batak (Tor soro) memiliki urutan klasifikasi sebagai berikut ( kottelat et al.,1993) Kingdom: Animalia Filulum: Chordata Subphylum: Vertebrata Superclass: Osteichthyes Class: Actinopterygii Subclass: Neopterygii Infraclass: Teleostei Superorder: Ostariophysi Order: Cypriniformes Superfamily: Cyprinoidea Family: Cyprinidae Subfamily: Cyprininae Genus: Tor Gray, 1834 Species: Tor soro, Valenciennes, 1842 Sinonim: Labeobarbus sora weber Nama umum: Mahseer ( Inggris) Nama lokal: Batak (Sumatera Utara), Dewa ( Jawa Barat)

2.2 MORFOLOGI

Gambar 1. Ikan Batak (Tor soro)

Morfologi lkan Tor soro mempunyai bentuk streamline seperti torpedo. Beberapa kerabat ikan semah selain Tordouronensis yaitu Tor soro, Tor tambradan Tor tambroides. Perbedaan pada diskripsi masing-masing species tersebut antara lain T. douronensis : TL.350 L.1. 21 - 24, cuping berukuran sedang pada bibir bawah tidak mencapai sudut mulut, bagian jari-jar iterakhir sirip punggung yang mengeras panjangnya sama dengan panjang kepala tanpa moncong. T.soro: TL 1000 L.1. 24 - 28, sirip dubur lebih pendek sirip punggung, bibir bawah tanpa celah di tengah. T.tombro: TL 1000, L. I . 22 - 24, terdapat sebuah cuping berukuran sedang pada bibir bawah tetapi tidak menyentuh ujung bibir, jari-jari sirip punggung yang mengeras lebih pendek dari pada kepala tanpa moncong. Tortambroides: TL 700 terdapat cuping dipertengahan bibir bawah yang mencapai ujung mulut.

2.3 DISTRIBUSI Distribusi ikan Sernah di DAS Musi yaitu Danau Ranau OKU, Sungai Selabung OKU, Sungai Kikim,Lahat. Ikan Batak Tor soro memiliki ciri-ciri mulut bagian atas terpisah dari bagian moncongnya, oleh satu lekukan yang jelas dan pangkal bagian atas tertutup oleh lipatan kulit moncong. Tidak ada tonjolan di ujung rahang bawah. Memiliki bibir bawah yang halus, dan bibir bawah tanpa celah di tengah. Gurat sisi tidak lengkap. Pada ikan batak terdapat jari- jari terakhir sirip dubur tidak mengeras dan sirip dubur lebih pendek dari sirip punggung ( kottelat etal.,1993). Pada umumnya ikan Batak memiliki warna tubuh kehijauan. Panjang tubuhnya dapat mencapai 1 meter, sedangkan bobotnya dapat mencapai 15 22 kg. Ikan Batak (Tor soro ) dapat ditemukan di daerah aliran sungai deras dengan pepohonan dan rumput disekitarnya. Hidup pada kisaran suhu 21- 24oC. Daerah penyebaran ikan batak didunia terdapat di Sumatera, Jawa, Malaysia, Birma, Thailand, dan Indocina ( Kottelat et al.,1993).

ASPEK EKOLOGI DAN BIOLOGI IKAN3.1 ASPEK EKOLOGI Ikan Tor soro ini hidup di perairan air tawar yang memiliki ketinggian sekitar 4m-5m. Merupakan tipikal ikan yang menyukai ekologi air yang ditandai oleh arus air yang deras, berair jernih, dasar perairan berbatu, suhu air relatif rendah, kandungan oksigen tinggi, dan lingkungan sekitar berupa hutan. Ikan kecil sampai remaja menyukai bagian sungai yang berarus dan berbatuan. Sedangkan ikan dewasa menempati lubuklubuk sungai yang dalam (Haryono, 2007). Di habitat aslinya, memiliki gerakan yang sangat agresif, baik saat mengejar mangsa maupun menghindar dari ancaman. Oleh karena itu, di Malaysia dan India, ikan batak menjadi favorit para pemancing. Begitu pula di Pegunungan Muller, Kalteng, jika ikan terperangkap jala atau pukat, mereka akan memberontak sekuat tenaga. Ikan batak termasuk aktif di malam hari, sedangkan siang hari lebih banyak sembunyi di balik batuan atau gua-gua. Namun, jika mendengar atau melihat buah jatuh ke air, mereka akan segera mengejarnya (Epro Barabes,2008).

Kualitas Air Tabel Parameter Sifat Fisika dan Kimia Air yang Cocok Untuk Pembenihan Ikan Batak (Cholik,dkk., 2005) Ikan Batak cocok dengan air yang jernih dan mengalir yang memiliki suhu relatif rendah, dengan dasar kolam berbatu-batu koral dan berpasir. Parameter sifat fisika dan kimia yang cocok untuk pembenihan ikan batak dapat dilihat pada tabel 1 yang terdapat di atas (Cholik,dkk., 2005). No Parameter 1 Oksigen terlarut (mg/l) Kisaran 6,8-7,0

23 4 5 6 7

pHSuhu (C) CO (mg/l) Kesadahan (mg/l) Debit air (liter/detik) Kecerahan air

6,021-24 2,2-4,5 12,3 6-6,3,5 >2,5

(Cholik,dkk., 2005)

3.2 BIOLOGI IKAN BATAK (Tor soro) Ikan Semah dapat memijah sepanjang tahun, matang gonad pada ukuran 40 cm, fekunditas ikan semah pada ukuran 40-80 cm berkisar antara 9.180 - 63.360 butir telur dengan gonado somatic index 5,34 - 10,78 diameter telur yang sudah matang kelamin berkisar antara 2,2 - 2,5 mm. Jumlah telur mempunyai hubungan dengan ukuran panjang yaitu F = 0,004L 3.888 ( F = fekunditas dan L panjang total). lkan semah merupakan jenis ikan yang ornnovora makanannya jenis gastopoda, pelecypoda, tanaman air. lkan Sernah yang masih kecil cenderung memakan fitoplankton dan zooplankton. Untuk budidaya ikan Semah di kolam diberi pakan pelet. Habitat ikan semah hidup diperairan hulu sungai, berair deras dan jernih , kadar oksigen lebih dari 6 mg/l, pH = 7. Induk dewasa sering tinggal di lubuk sungai, saat memijah mencari perairan yang berbatu, larva sernah sering dijumpai disela-sela batu. Sistem Reproduksi Ikan Jantan Organ reproduksi ikan jantan terdiri dari sepasang testis, seminal vesikel dan saluransaluran sperma. Dalam tubulus terdapat sel germinal dan sel sertoli, sedangkan diluar tubulus terdapat sel intertisisal dan sel leydig. Sel germinal terkumpul dalam kista-kista berupa spermatosit primer, spermatosit sekunder dan spermatid pada tingkatan yang berbeda dan dibatasi oleh sel-sel sertoli. Sel-sel sertoli merupakan sel yang berfungsi sebagai buffer dalam testikular berbentuk pipih dan irregular, saling terpisah oleh lapisan sitoplasma (Chinabut et.al, 1991 dalam Tang dan Affandi, 2001).

Sistem Reproduksi Ikan Betina Organ reproduksi ikan betina berupa ovari (sepasang organ yang memanjang di rongga tubuh). Perkembangan ovari terdiri dari oogonia, oosit yang mengelilingi sel folikel, disokong oleh sel stroma dan jaringan pembuluh darah dan syaraf. Permulaan perkembangan oosit berawal dari sel folikel yang mengganda karena adanya pertumbuhan oosit yang kemudian secara kontinu akan membentuk lapisan dalam folikel (sel granulosa). Kemudian pada lapisan luar folikel terbentuk lapisan sel theca oleh jaringan stroma. Kedua lapisan sel folikel ini dibatasi oleh membran yang jelas dan berfungsi dalam pembentukan kuning telur oosit (Tang dan Affandi, 2002). Siklus Hidup Ikan Batak (Tor soro) Telur, larva, juvenil, dan dewasa adalah beberapa tahap yang terjadi pada siklus hidup ikan. Pada tahap telur terdapat proses pembuahan yang dilakukan oleh sperma. Proses pembuahan ini menyebabkan terjadinya proses embriologis pada telur yang kemudian akan menetas menjadi larva. Tahap larva terbagi lagi menjadi tahap prolarva dan postlarva. Pada tahap prolarva ikan masih memiliki kuning telur, tubuh yang transparan, beberapa pigmen yang belum diketahui fungsinya, sirip perut yang berbentuk tonjolan, usus berupa tabung lurus. Pergerakan ikan pada tahap prolarva ini sangat lambat dan terkadang berada pada posisi terbalik. Hal ini dikarenakan kandungan lemak pada kuning telur dan ikan masih belum bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Tahap postlarva merupakan tahap akhir dari larva dimana organ luar dan dalam ikan telah sempurna sehingga memiliki bentuk tubuh yang hampir sama dengan induknya (Epro Barabes, 2008). Tahap juvenil adalah tahap dimana ikan telah melewati tahap postlarva. Pada tahap ini ikan telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan induknya. Tahap juvenil ini akan selesai setelah ikan menjadi dewasa (Epro Barabes, 2008).

POTENSI DANPEMANFAATAN Ikan semah mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi. Di Sumatera Utara ikan ini sering dipakai makan dalam upacara adat sedangkan di kuningan ikan ini dianggap keramat. Ikan batak juga merupakan ikan konsumsi bernilai tinggi dengan tekstur daging yang tebal dan lezat, sehingga banyak digemari masyarakat. diindikasikan oleh tingginya permintaan terhadap daging ikan batak dengan harga yang tinggi pula. Di kabupaten Pemalang, ikan batak dapat diperoleh dengan harga yang cukup tinggi, mencapai Rp. 200.000 - 400.000/kg. Sedangkan harga ikan batak di pedalaman Kalimantan Tengah sudah mencapai Rp. 50.000/kg yang jauh lebih tinggi daripada jenis ikan lain yang hanya Rp.15.000/kg. Sementara di Malaysia mencapai 300 RM atau setara Rp. 750.000/kg (Djajadiredja, R., S. Hatimah, & Z. Arifin, 1977). Jenis ikan ini sangat dikenal sebagai ikan konsumsi dan untuk olahraga memancing (Desai, 2003). Ikan batak dikeramatkan karena dianggap sebagai ikan dewa, dan dipercaya sebagai ikan yang akan memberikan kemujuran bagi mereka yang memuliakan dan petaka jika masyarakat umum menangkap atau mengkonsumsinya. Konon hanya Raja yang boleh mengkonsumsinya. Ikan batak dipercaya mempunyai nilai magis terhadap lingkungan sekitar, mengingat umur ikan batak yang dapat mencapai 50-60 tahun bahkan ada yang percaya seumur manusia. Historis ikan batak ini juga terpajang pada relief Candi Borobudur yang menggambarkan larangan penangkapan ikan sebagai langkah pelestarian.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan Ikan Batak (Tor soro) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai budaya dan nilai ekonomis penting khususnya bagi masyarakat Batak, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Ikan semah hidup diperairan hulusungai, berair deras dan jernih , kadaroksigen lebih dari 6 mgll, pH = 7. Indukdewasa sering tinggal cii lubuk sungai,saat memijah mencari perairan yangberbatu, larva sernah sering dijumpai disela sela batu.5.2 Saran Masalah yang timbul dari penangkapan ikan ini adalah semakin sedikitnya jumlah ikan ini di alam yang diakibatkan oleh penangkapan yang berlebihan. Kendala yang sedang dialami adalah semakin berkurangnya jumlah ikan Tor soro di habitat alaminya, karena penangkapan yang dilakukan. Selama ini ikan Tor soro diperoleh hanya berasal dari hasil tangkapan tanpa ada usaha budidaya. Untuk itu diperlukan usaha pembenihan guna kontinuitas suplai benih yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitasnya. Usaha pembenihan bertujuan untuk menghasilkan benih dalam jumlah besar, sehingga tidak tergantung pada ketersediaan di alam yang pada akhirnya dapat menunjang kegiatan usaha pembesaran dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani ikan sekaligus dapat menunjang peningkatan produksi budidayanya.

DAFTAR PUSTAKA Affandi, R. dan Tang, U.M. 2001. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru. Asih, S. 2005. Pembenihan Ikan Batak (Tor soro) secara Alami dan Buatan.Laporan Simposium Teknologi Pembenihan Ikan Batak dalam Mendukung Pelestarian dan Peluang Budidaya. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Astriani. 2008. Pemnebihan Ikan Batak (Tor soro) di Instalasi Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor Jawa Barat. Laporan Penelitian. Universitas Padjajaran.Jawa Barat. Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 146 hal. Barades, E. 2008. Pembenihan Ikan Batak (Tor soro) di Instalasi Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor Jawa Barat. Usulan Praktik Umum. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., dan Jauzi, A. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. PT. Victoria Kreasi Mandiri.Jakarta. Desai, V.R. 2003. Synopsis of Biological Data on The Tor Mahseer Tor soro (Hamilton) from River Namada. FAO Fisheries Syopsis. Djajadiredja, R., S. Hatimah, & Z. Arifin.1977. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Darat I (Jenis jenis ikan ekonomis penting) Direktorat Jenderal Perikanan Depatemen Pertanian, Jakarta. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 159 hal.

Kottelat, M.A.J. Whitten, S. N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993. Fresh Water Fishes of Westren Sulawesi. Periplus Edition (HK) Institut Pertanian Bogor. Narbuko, C. dan A. Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta. Hal. 7283. Nelson,Joseph S.2006.Fishes of the World fourth edition.Jakarta:Balai Pustaka. Subagja, J., S. Asih, dan R. Gustiano. 2006. Manajemen Induk dalam Pembenihan Ikan Tor soro. Media Akuakultur Vol 1:7-11. Sutrisna, D.H dan R. Sutarmanto. 2004. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. 135 hal. Tang, U.M. dan Affandi, R. 2002. Biologi Reproduksi. Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Universitas Riau. Pekanbaru.