ppt pbl skn 2

10
Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Trauma Pelvis (buli-buli) Trauma Buli-buli • Trauma pelvis (buli-buli) adalah trauma yang sering disebabkan oleh rudapaksa dari luar dan sering didapatkan bersama fraktur pelvis. Fraktur macam ini dapat menyebabkan kontusio atau ruptur kandung kemih. Pada kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urine. • Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas yang disebabkan fragmen patah tulang pelvis (90%) yang mencederai buli-buli. Trauma tumpul menyebabkan rupture buli-buli terutama bila vesica urinaria penuh atau terdapat kelainan patologik seperti tuberculosis, tumor, atau obstruksi sehingga trauma kecil sudah menyebabkan rupture.

Upload: widya-puspita

Post on 19-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ppt pbl skn 2

Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Trauma Pelvis (buli-buli)

• Trauma Buli-buli • Trauma pelvis (buli-buli) adalah trauma yang sering disebabkan oleh

rudapaksa dari luar dan sering didapatkan bersama fraktur pelvis. Fraktur macam ini dapat menyebabkan kontusio atau ruptur kandung kemih. Pada kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urine.

• Trauma kandung kemih terbanyak karena kecelakaan lalu lintas yang disebabkan fragmen patah tulang pelvis (90%) yang mencederai buli-buli. Trauma tumpul menyebabkan rupture buli-buli terutama bila vesica urinaria penuh atau terdapat kelainan patologik seperti tuberculosis, tumor, atau obstruksi sehingga trauma kecil sudah menyebabkan rupture.

Page 2: ppt pbl skn 2

• Etiologi

• 90% trauma tumpul buli-buli akibat fraktur pelvis. Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa pula terjadi akibat fragmen tulang pelvis yang merobek dindingnya.

• Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenic antara lain pada reseksi buli-buli transurethral.

• Partus yang lama/tindakan operasi didaerah pelvis dapat menyebabkan trauma iatrogenic pada buli-buli.

• Dapat pula terjadi secara spontan, biasanya terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli seperti tuberculosis, tumor buli-buli, dll

Page 3: ppt pbl skn 2

• Klasifikasi

• Kontusio buli-buli• Cedera buli-buli ekstraperitoneal• Cedera buli-buli intraperitoneal

Page 4: ppt pbl skn 2

• Menurut Tile (1988)• Tipe A: stabil

– A1: fraktur panggul tidak mengenai cincin– A2: stabil, terdapat pergeseran cincin yang minimal dari fraktur

• Tipe B: tidak stabil secara rotasional, stabil secara vertikal– B1: open book– B2: kompresi lateral ipsilateral– B3: kompresi lateral kontralateral (bucket-handle)

• Tipe C: tidak stabil secara rotasi dan vertikal– C1: unilateral– C2: bilateral– C3: disertai fraktur asetabulum

Page 5: ppt pbl skn 2

• Menurut Young-Burgess

• Kompresi Anterior-Posterior (APC)• Kompresi Lateral (LC)• Shear Vertikal (SV)•Mekanisme Kombinasi (CM)

Page 6: ppt pbl skn 2

Patofisiologi

Page 7: ppt pbl skn 2

• Manifestasi klinis

• Umumnya fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat sehingga dapat menyebabkan syok.

• Tampak jejas/hematoma pada abdomen bagian bawah. Nyeri tekan didaerahsuprapubik ditempat hematoma.

• Pada kontusio buli-buli: nyeri terutama bila ditekan didaerah suprapubik dan dapatditemukan hematurtia. Tidak terdapat rangsang peritoneum.

• Pada rupture buli-buli intraperitoneal: urin masuk ke rongga peritoneum sehingga memberi tanda cairan intraabdomen dan rangsang peritoneum. Tidak terdapat benjolan dengan perkusi pekak.

• Pada ruptur buli-buli ekstraperitoneal: infiltrat urin di rongga peritoneal yang sering menyebabkan septisemia. Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil, kadang keluar darah dari uretra. Timbul benjolan yang nyeri dan pekak pada perkusi pada daerah suprapubik.

Page 8: ppt pbl skn 2

• Diagnosis

• Anamnesis:• Keadaan dan waktu trauma• Miksi terakhir• Waktu dan jumlah makan dan minum yang terakhir• Bila penderita wanita apakah sedang hamil atau menstruasi• Trauma lainnya seperti trauma pada kepala

Page 9: ppt pbl skn 2

• Pemeriksaan klinik:• Keadaan umum

– Denyut nadi, tekanan darah dan respirasi– Lakukan survei kemungkinan trauma lainnya

• Lokal– Pemeriksaan nyeri:

– Tekanan dari samping cincin panggul– Tarikan pada cincin panggul

– Inspeksi perineum untuk mengetahui adanya perdarahan, pembengkakan dan deformitas

– Tentukan derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan palpasi pada ramus dan simfisis pubis

– Pemeriksaan colok dubur

Page 10: ppt pbl skn 2

• Berdasarkan klasifikasi Tile:• Pemeriksaan radiologis:

– Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan pemeriksaan radiologis dengan prioritas pemeriksaan rongent posisi AP.

– Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan eksterna bila keadaan umum memungkinkan.

• Pemeriksaan urologis dan lainnya:– Kateterisasi– Ureterogram– Sistogram retrograd dan postvoiding– Pielogram intravena– Aspirasi diagnostik dengan lavase peritoneal