ppt penanganan pada trauma
TRANSCRIPT
PENANGANAN PADA TRAUMA (PRIMARY SURVEY DAN SECONDARY SURVEY)
PENANGANAN PADA TRAUMA (PRIMARY SURVEY DAN SECONDARY SURVEY)
DISUSUN OLEH:ANDI TRI SUTRISNO 1102090073
SUPERVISOR:Prof. Chairuddin Rasjad, MD.,Ph.D.
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA SUBDIVISI ORTOPEDI BAGIAN ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014CASE PERSENTATIONMEI 2014PENDAHULUANTrauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh salah satu sebab.Penyebab utama adalah kecelakaan lalu lintas, industry, olahraga dan rumah tangga.Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3.6 juta (12% dari 30 juta) membutuhkan perawatan di rumah sakit dan menghabiskan biaya sebesar 100 milyar dollar (40%) dari biaya kesehatan di AmerikaSerikat.Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu 12.000 orang per tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa trauma dapat menyebabkan:Dibutuhkan biaya perawatan yang sangat besarAngka kematian yang tinggiHilangnya waktu kerja yang banyakKecacatan sementara dan permanen
TRAUMA DAN PENANGANANNYA SECARA UMUMMelakukan survey awal dan survey lanjutanMenentukan prioritas penaggulangan kasus traumaMelakukan resusitasi dan pengobatan defentif dalam 1-2 jam pertama setelah traumaMengidentifikasi penderita yang harus dirujuk segeraMengetahui protokol penaggulangan bencanaMengerti dan dapat melakukan beberapa tindakan seperti: intubasi, torakosintesis, water sealed drainage (WSD), perikardiosentesis, peritoneal lavase, serta memasang Central Venous Catheter dan Vena Seksi
Mengidentifikasi cedera vertebra servikal dan vertebra lainnya serta mengetahui cara imobilisasinyaMengidentifikasi trauma toraks baik dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan rontgenMengetahui adanya fraktur dan dapat melakukan imobilisasi sementara
PERSIAPAN AWALTRIASESatu sistem sortase penderita serta ketersediaan sumber daya untuk memberikan pengobatan disesuaikan dengan prioritas ABC.
PRIMARY SURVEYBertujuan untuk menilai dan memberikan pengobatan sesuai dengan prioritas berdasarkan trauma yang dialami. Fungsi-fungsi vital penderita harus dinilai secara tepat dan efesien. penanganan trauma dan identifikasi keadaan yang dapat menyebabkan kematian.AIRWAY (JALAN NAFAS)Bertujuan untuk mengetahui adanya obstruksi saluran nafas seperti adanya benda asing, adanya fraktur mandibula atau kerusakan trakea/larings yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas. Dengarkan adanya bunyi atau suara tambahan seperti mendengkur (snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound, stridor)
PENANGANAN AIRWAY
Head tilt and chin lift manuver
Jaw thruts
Manuver HeimlichBack Blow/Back Slaps
Chest thrust
Oropharingeal AirwayNasopharingeal AirwayLaringeal Mask AirwayETTCricotiroidiotomyB: BREATHING (PERNAPASAN)Perlu diperhatikan dan dilihat secara keseluruhan daerah toraks untuk menilai ventilasi. Jalan nafas yang bebas bukan berarti ventilasi cukup. Gerakan nafas, simetris dada, sianosis, distensi vena leher, dan adanya jejas di dada, retraksi.Beberapa kelainan yang dapat memberikan gangguan pernafasan yaitu:Pneumotoraks tekananKontusio pulmoner dengan flail chestPneumotoraks terbukaHemotoraks massif
PENANGANAN BREATHING
C: CIRCULATION (SIRKULASI)Perdarahan merupakan sebab utama kematian yang mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya.
Penilaian Sirkulasi:Mengetahui sumber perdarahanKesadaranWarna KulitNadiPenyebab Gangguan Sirkulasi:Perdarahan intra-abdominal/intratorakalFraktur femur/panggulTrauma tembus pada arteri/venaPerdarahan keluar dari salah satu sumber
PENANGANAN SIRKULASI
Posisi SyokMenghentikan perdarahanTekan sumber perdarahan Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka.Bebat tekan pada daerah yang luka.Pasang tampon sub fasia (gauza pack).
Pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan cairan/darahCari sumber perdarahan yang tersembunyi
Resusitasi Kardiopulmonal
D: DISABILITY (Evaluasi Neurologis)Disability merupakan evaluasi neurologis secara cepat setelah satu survey awal. Dengan evaluasi ini kita dapat menilai tingkat kesadaran, besar dan reaksi pupil.
Evaluasi ini menggunakan metode AVPU, yaitu:A: Alert, SadarV: Verbal, adanya respon terhadap stimuli vocalP: Painful, adanya respon hanya pada rangsang nyeriU: Unresponsive, tidak ada respon sama sekali
E: EXPOSURE (Kontrol lingkungan)Untuk melakukan pemeriksaan secara teliti, pakaian penderita harus dilepas, selain itu perlu dihindari terjadinya hipotermi. Setalah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia.
RESUSITASISECONDARY SURVEYSecondary survey baru dilakukan setelah primary survey selesi, resusitasi dilakukan dan ABC-nya membaik.Secondary survey adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination), termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital.Pada survey sekunder ini dilakukan pemeriksaan neurologi lengkap, termasuk mencatat skor GCS bila belum dilakukan dalam survey primer. Pada secondary survey ini juga dikerjakan foto ronsen, dan pemeriksaan lab.
ANAMNESISRiwayat AMPLEA: AlergiM: Medikasi (obat yang diminum saat ini)P: Past illness (penyakit penyerta/pregnancy)L: Last mealE: Event/environment (lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian perlukaan
PEMERIKSAAN FISISPemeriksaan kepalaKelainan kulit kepala, luka, kontusio atau frakturKelainana bola mata dan cedera jaringan lunak periorbitalTelinga bagian luar dan membrana timpani
Pemeriksaan maksilo-fasialFraktur tulang wajahFraktur lamina cribrosa
Pemeriksaan leherLuka tembus leherEmfisema subkutanDeviasi tracheaVena leher yang mengembang
Pemeriksaan toraksFlail chest atau open pneumotoraksKontusio dan hematoma dinding dadaTamponade jantung atau tension pneumotoraksFraktur costaSuara napas dan jantungPemantauan ECG (bila tersedia)
Pemeriksaan rongga perut (abdomen)Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedahPasang pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali bila ada trauma wajahPeriksa dubur (rectal toucher)Pasang kateter urin jika tidak ada darah di meatus externusTemuan klinis yang meragukan dipertimbangkan diagnostic peritoneal lavage (DPL), USG Abdomen atau bila memungkinkan pemeriksaan CT abdomen dengan kontras.
Pemeriksaan perineum/rectum/vaginaPeriksa perineum untuk menilai kontusio, hematoma, laserasi dan perdarahan urethraColok dubur menilai darah dari lumen rectum, prostat letak tinggi, adanya fraktur pelvis, keutuhan dinding rectum dan tonus m.sfingter aniColok vagina menilai adanya darah dalam vagina.
Pemeriksaan musculoskeletalMenilai luka dan fraktur dengan memeriksa adanya nyeri, krepitasi atau gerakan abnormalMenilai gangguan sensasi dan atau hilangnya kemampuan kontraksi otot dapat disebabkan kerusakan saraf periferPenegakan diagnosis sebaiknya dikonfirmasi dengan pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan neurologisMenilai tingkat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran dan reaksi pupilMelakukan pemeriksaan sensorik dan motorikPenilaian rasa raba/sensasi dan refleks
TERIMA KASIH
time saving is life savingThank You