ppt review

18
Review Jurnal “Penetapan Simultan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dan Klorfeniramin Maleat dalam Tablet secara Spektrofotometri”

Upload: intan-hanif

Post on 26-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

jxkj

TRANSCRIPT

Review Jurnal“Penetapan Simultan Kadar

Fenilpropanolamin Hidroklorida dan

Klorfeniramin Maleatdalam Tablet secara Spektrofotometri”

Disusun Oleh :• Inas Khairani (G1F011060)• Febriana P. T. (G1F011062)• Dina Mailana (G1F011064)• Aynita Kurniawan (G1F011066)• Intan Hanifiani (G1F011068)• Fachri Aditiya (G1F011072)

PENDAHULUAN• Saat ini banyak beredar sediaan obat dengan lebih dari dua

komponen zat aktif, contohnya sediaan anti influenza.• Campuran klorfeniramin maleat (CTM) dan fenilpropanolamin

hidroklorida merupakan salah satu jenis kombinasi dalam formula sediaan tablet anti influenza dengan berbagai merek dagang misalnya: Anaflu®, Bestocol®, Combiflu®, Fludane®, dan Mixagrip®.

• Pada jurnal ini Analisis kuantitatif klorfeniramin maleat dan fenilpropanolamin hidroklorida dilakukan dengan spektrofotometri UV. Metode spektrofotometri UV ini digunakan untuk mengembangkan metode KCKT agar dihasilkan metode yang akurat dan teliti, namun lebih sederhana dan lebih mudah dilakukan sehingga dapat diaplikasikan pada analisis mutu obat. Selain itu agar penentuan kadar dua komponen zat aktif obat dapat ditentukan secara langsung tanpa pemisahan.

• Proses penetapan kadar dengan KCKT membutuhkan proses preparasi yang lama, tingkat kemurnian sampel harus tinggi sehingga dibutuhkan proses pemurnian.

• Penetapan kadar dengan spektrofotometri memiliki ketelitian, sensitivitas dan selektivitas yang tinggi. Spektrofotometer dapat mengukur dengan mudah dan kinerjanya cepat dengan instrumen modern, serta pembacaannya otomatis.

METODE 1.Pemilihan Pelarut• Ditetapkan 4 pelarut : etanol, asam klorida 0, 1 N–etanol (1:1),

asam klorida 0, 1 N dalam etanol, dan asam klorida 0,1 N,• Fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dibuat

dalam bentuk tunggal maupun campuran dengan konsentrasi masing-masing 240 dan 32 µg/ml. • Setiap larutan dibuat dengan spektrum serapan dengan λ = 250 –

280 nm.2. Adisi baku fenilpropanolamin hidroklorida• Dilakukan karena dalam pelarut asam klorida 0,1 N, serapan

fenil propanolamin hidroklorida pada konsentrasi 240 µg/ml lebih rendah dibandingkan klorfeniramin maleat pada konsentrasi 32 µg/ml sehingga perlu ditambahkan baku pembanding 500 µg/ml.

3. Pembuatan spektrum serapan dan penetapan panjang gelombang maksimum• Untuk menentukan λ1 dan λ2 yang akan digunakan pada

pengukuran serapan fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat maupun campurannya.

• Larutan tunggal klorfeniramin maleat dibuat dengan mengencerkan larutan induk klorfeniramin maleat dalam asam klorida 0,1 N hingga konsentrasi 32 µg/ml.

• Larutan campuran fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dengan adisi fenilpropanolamin hidroklorida 500 µg/ml.

• Serapan masing-masing kedua larutan dalam bentuk tunggal dan campuran diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada λ= 220 - 280 nm.

4. Uji stabilitas serapan larutan fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat pada panjang gelombang 256,7 dan 262,6 nm• Larutan Tunggal : Kedua larutan diukur serapannya pada kedua λ

maksimum yaitu 256,7 dan 262,6 nm Diukur selama 60 menit dengan selang waktu 5 menit.

• Larutan baku : Perlakuan sama seperti larutan tunggal hanya saja ditambahkan adisi fenilpropanolamin hidroklorida 500 µg/ml.

5. Uji linearitas metode• Digunakan untuk mengetahui hubungan seberapa linear antara

konsentrasi dan serapan. • Dibuat larutan induk yang dibuat dari baku pembanding.

Masing-masing diukur serapanya pada 1 2 Dibuat kurva hubungan serapan dan konsentrasi dan penentuan persamaan garis regresi serta koefisien korelasinya.

6. Uji pengaruh bahan pembantu tablet terhadap serapan• Digunakan untuk mengetahui pengaruh bahan pembantu

tablet pada penetapan kadar fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dalam tablet.

• Bahan pembantu tablet spt amilum, talk, magnesium stearat, dan laktosa yang ditambahkan asam klorida dan diperoleh filtratnya, diukur serapanya pada 1 2 dan asam klorida 0,1 N sbg blangko.

7. Penetapan harga daya serap fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat• Daya serap fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin

maleat pada λ2 dan λ2 dihitung dengan rumus Lambert-Beer.

• Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :A = e.b.c ,Dimana : A = absorban, e = absorptivitas molar, b = tebalkuvet (cm), c = konsentrasi

8. Penetapan simultan kadar fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dalam serbuk tablet secara spektrofotometri• Dilakukan pada serbuk tablet buatan sendiri dan tablet

komersial. • Larutan diukur serapannya dengan asam klorida 0,1 N

sebagai blangko. • Diukur pula larutan baku fenil propanolamin hidroklorida

dengan konsentrasi 500 µg/ml. • Dihitung kadar fenilpropanolamin hidroklorida dan

klorfeniramin maleat menggunakan persamaan:A1= ax1 b .cx + ay(9)1: .b .cy (Persamaan 1)A2= ax2

9.Uji Perolehan Kembali• Digunakan untuk menilai ketepatan metode. • Uji perolehan kembali (recovery test, %R) yang

merupakan perbandingan nilai terukur dengan nilai target yang diperoleh dari hasil pengujian harus memenuhi batasan keberterimaan yang telah disyaratkan.

• Dilakukan dgn penambahan 25 % dan 50 % serbuk baku pembanding ke dalam zat uji, pengerjaan selanjutnya sama seperti pada penetapan kadar.

HASIL DAN PEMBAHASAN• Penetapan kadar Fenilpropanolamin hidroklorida dan

Klorfeniramin maleat sangat dipengaruhi oleh pelarut yaitu asam klorida 0,1 N yang dapat melarutkan kedua zat aktif obat tersebut karena dapat menghasilkan spektrum yang baik tidak terlalu tajam maupun terlalu landai.

• Pada awal percobaan hasil serapan maksimum fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat terjadi pada λ = 256,7 nm dan 262,6 nm. Menurut literatur λ kedua zat aktif tersebut yaitu 257nm dan 272 nm. Sehingga hasil tidak berbeda jauh dengan literatur.

• Metode adisi baku pembanding bertujuan untuk memperoleh serapan cahaya yang lebih besar.

• Dari hasil tersebut diperoleh spektrum yang baik dan tidak terlalu tajam sehingga tidak akan menyebabkan kesalahan yang fatal apabila terjadi pergeseran λ.

• Uji stabilitas dimaksudkan untuk memperoleh operating time.

• Dalam waktu 60 menit, serapan kedua analit masih stabil.

• Untuk mengetahui hubungan liniaritas, digunakan koefisien korelasi (r) pada analisis regresi linier minimum 0,98 untuk syarat sesuai dengan BPOM tahun 2001 atau minimum 0,999 untuk rekomendasi CDER (Center for Drug Evaluation and Research).

• Hubungan antara serapan dengan konsentrasi masing-masing analit dalam percobaan antara lain Fenilpropanolamin hidroklorida (λ=256,7nm) dan (λ=262,6nm) berturut-turut yaitu dengan r=0,9999 dan r=0,9998, Klorfeniramin maleat (λ=256,7nm) dan (λ=262,6nm) berturut-turut yaitu dengan r=0,9999 dan r=0,9997.

• Nilai r (recovery) dalam percobaan sesuai dengan literatur.

• Menurut Panda SK dan Sharma AK, rentang konsentrasi analit yang masih linear dengan serapan adalah 0-1000 µg/ml (fenilpropanolamin hidroklorida) dan 0-60 µg/ml (klorfeniramin maleat).

• Hasil yang diperoleh dalam percobaan juga linear dalam rentang konsentrasi 0-1248,8 µg/ml (fenilpropanolamin hidroklorida ) dan 0-53,2 µg/ml (klorfeniramin maleat).

• Uji pengaruh bahan tambahan dalam percobaan ini adalah bahan-bahan (talk, amilum, magnesium stearat, laktosa) dalam pelarut asam klorida 0,1 N tidak memberikan serapan sehingga tidak akan mengganggu serapan analit.

• Penetapan harga daya serap berdasarkan rumus Lambert-Beer diperoleh hasil yaitu fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat pada 256,7 dan 262,6 nm berturut-turut adalah 0,9024; 0,7136 dan 15,6082; 17,4061.

• Penetapan simultan kadar fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dapat ditentukan berdasarkan hasil penetapan daya serap. Dapat dirumuskan persamaan simultan : A1 – Ad1 = 0,9024 cx + 15,6082 cy A2 – Ad2 = 0,7136 cx + 17,4061 cy

• Hasil penetapan simultan fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dalam serbuk tablet buatan sendiri berturut-turut diperoleh kadar rata-rata 100,36% dengan KV 0,4603% dan kadar rata-rata 99,04% dengan KV 0,2519%.

• Hasil penetapan simultan fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dalam tablet komersial berturut-turut diperoleh kadar 100,23% dengan KV 0,2383 (bets 1), kadar 100,21% dengan KV 0,2139 (bets 2), kadar 99,87% dengan KV 0,4962 (bets 3) dan kadar 99,84% dengan KV 0,5289 (bets 1), kadar 99,59% dengan KV 0,3182 (bets 2), kadar 99,67% dengan KV 0,3250 (bets 3).

• Persyaratan KV menurut literatur adalah ≤ 2%. Sehingga hasil memenuhi kriteria.

• Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel tablet komersial dalam bets 1 dengan penambahan 25% dan 50% baku pembanding fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat.

• Persentase perolehan kembali untuk fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat berturut-turut, 99,93% ± 0,43% dan 99,76%±0,39%, dengan KV masing-masing yang kurang dari 2%, serta nilai t hitung untuk fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dari populasi data pada adisi 25% dan 50% yang lebih kecil dari nilai t tabel pada derajat kebebasan 9 dan probabilitas 0,05 (n=10)

• Hasil tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara bobot baku pembanding yang ditambahkan dengan bobot baku pembanding yang diperoleh kembali.

Kesimpulan

• Berdasarkan hasil diatas metode yang dikembangkan memiliki akurasi dan presisi yang memadai, sehingga dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran fenilpropanolamin hidroklorida dan klorfeniramin maleat dalam sediaan tablet.

TERIMAKASIH