prak. farmako eter & kloroform
DESCRIPTION
MedicineTRANSCRIPT
Penentuan perbandingan kekuatan obat anestetik u m u m
Alat dan Bahan
Alat : Gelas kimia 600 ml
Plastik untuk menutup gelas
Karet gelang
Semprit tuberkulin (1 ml) sekali pakai
Bahan : Eter 500 ml
Kloroform 500 ml
Hewan coba : 2 ekor mencit setiap rombongan mahasiswa
T u j u a n :
1. Mengerti kekuatan efek obat anestesi umum
2. Melakukan perbandingan kekuatan obat anestesi umum
3. Melakukan perhitungan statistik untuk mengetahui apakah
perbedaan kekuatan efek obat signifikan atau tidak
4. Memahami arti suatu perhitungan statistik daiam menilai perbedaan
efek dua atau lebih obat sejenis dan manfaat klinisnya
Tatalaksana
Untuk tiap rombongan mahasiswa disediakan dua gelas beaker ukuran 600 ml.
Masukkan seekor mencit ke dalam tiap gelas beaker, kemudian gelas beaker tersebut
ditutup dengan seember plastik yang telah ditempel kapas.
Tandai tiap gelas beaker sesuai dengan anestetik yang akan dipakai. Dengan interval 5
menit, suntikkan 0.2 ml anestetik tersebut di bawah ini, dengan semprit tuberkulin
menembus plastik diatas sepotong kapas di dalam gelas beaker.
Pada percobaan ini digunakan 2 macam obat, yaitu :
1. Eter
2. Kloroform
Mencit-mencit diobservasi dengan teliti. Teruskan pemberian anestetik tiap 5 menit
sampai semua hewan mati. Catatlah hasil, dan hasil seluruh kelas dalam tabel.
Kekuatan relatif obat-obat anestesi umum.
Hasil Percobaan
Kekuatan relative obat-obat anestesi umum
Anestetikum Waktu
Permulaan
Eksitasi Kematian Anestetikum
yang
dipakai ( n )
Waktu
X
Interval Waktu
X
Interval
Penetapan variasi dari dosis letalis anestetik
Eter Kloroformdosis letal (ml) dosis letal (ml)
Perbandingan dosis letal rata-rata
Obat anestesi Jumlah mencit (n) Dosis letal rata-rata dalam (ml)
Pembahasan ( Analisis dan Diskusi )
A. Ether
Nama obat : Aether anaestheticus
Nama generik : E t h e r
Jumlah dosis (mg/g) :
Untuk induksi : 10-20 mg% volume uap aether dalam O2 atau campuran O2 dan N2O
Untuk dosis penunjang stadium III : 5-15 % volume uap aether
Indikasi obat : Anestesi umum (stadium analgesia), khasiat analgesia dan anestetiknya
kuat dengan relaksasi otot baik.
Kontraindikasi : Obat Gangguan fungsi hati, dekonpemcatio cordis, depresi pernafasan dan
shyock
Farmakokinetik : Mulai kerjanya lambat dan recovernya disertai efek-efek tidak enak
(salivasi, pada stadium lebih dalam salivasi akan dihambat dan terjadi
depresi nafas serta mual, muntah). Aether diabsorpsi dan diekskresi
melalui paru-paru sebagian kcil diekskresi melalui urin, air susu,
keringat dan difusi melalui kringat dan difusi keringat tubuh.
Farmakodinamik : Anestesi yang sangat kuat (kadar minimal untuk anestesi 1.9 % (volume).
Sifat analgesiknya kuat sekali dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg
sudah terjadi analgesia tetapi penderita masih sadar. Pada kadar tinggi
dan sedang menimbulkan relaksasi otot.
Cara penggunaan : Inhalasi
Efek samping : Merangsang mukosa saluran pernafasan dan merangsang sekresi kelenjar
bronkus. Untuk premedikasi pada penggunaan aether digunakan morfin-
skopolamin (10 mg: 0,25mg). Pada anestesi ringan , terjadi dilatasi
pembuluh darah kulit sehingga timbul kemerahan dimuka. Pada anestesi
yang lebih dalam kulit menjadi lembek, pucat, dingin dan basah. Efek
terhadap pembuluh darah ginjal, terjadi vasokonstriksi sehingga terjadi
laju filtrasi glomerolus dan produksi urin secara reversibel. Efek
terhadap pembuluh darah otak, terjadi vasodilatasi. Aktivitas saluran
cerna dihambat selama dan sesudah anestesi.
Mekanisme Kerja : Salah satu obat yang digunakan sebagai anestesi ialah eter yang biasanya
terdapat dalam bentuk diethylether. Eter berupa cairan dengan bau khas
yang sangat mudah menguap dan juga menyala, juga eksplosif. Khasiat
analgesia dan anestetisnya kuat dengan relaksasi otot baik. Eter digunakan
digunakan pada berbagai jenis pembedahan, terutama bila relaksasi otot.
Sebagian besar eter diinhalasi, dikeluarkan melalui paru-paru dan sebagian
kecil dimetabolisasikan di hati. Batas keamanannya lebar. Eter mudah
melewati plasenta. Eter memiliki efek samping dalam merangsang mukosa
saluran nafas, hingga perlu diberikan pre-medikasi berupa morfin-atropin
10-0,25 mg. berhubung dengan kelarutannya yang baik dalam darah, induksi
berjalan dengan lambat dan sering kali disertai ketegangan. Efek ludah dan
sekret bronchi, sedangkan pengeluaran urin berkurang. Pemulihannya
lambat dan disertai efek tidak enak. Biasanya digunakan campuran 6-7 %
dengan udara melalui sistem terbuka atau tertutup.
Tahapan kedalaman anestesi dengan Ether
- Stadium 1 (tahap analgesi)
Mulai anestesi diberikan sampai hilangnya kesadaran
- Stadium 2 (tahap eksitasi /delirium)
Mulai hilangnya kesadaran sampai permulaan tahap pembedahan. Bisa
terjadi laryngospasme atau muntah (bahaya aspirasi)
Stadium 1 dan 2, bersama-sama disebut stadium (tahap) induksi
- Stadium 3 (Tahap pembedahan)
Akhir dari stadium 2 sampai berhentinya napas spontan (arrest napas)
Pembedahan sudah dapat dilaksanakan
Terbagi menjadi 4 bidang (plane)
Plana 1
Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan
abdominal, pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil
mengecil lagi dan refleks cahaya (+), lakrimasi akan meningkat, refleks farings
dan muntah menghilang, tonus otot menurun.
Plana 2
Ditandai dengan pernafasan yang teratur, volume tidal menurun dan frekwensi
pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir ditengah,
pupil mulai midriasis dengan refleks cahaya menurun dan refleks kornea menghilang.
Plana 3
Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih dominan daripada torakal karena
paralisis otot interkostal yang makin bertambah sehingga pada akhir plana 3
terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai terjadi paralisis otot-otot diafragma,
pupil melebar dan refleks cahaya akan menghilang pada akhir plana 3 ini, lakrimasi
refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot makin menurun.
Plana 4
Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot diafragma yg
makin nyata, pada akhir plana 4, paralisis total diafragma, tonus otot makin menurun
dan akhirnya flaccid, pupil melebar dan refleks cahaya (-) , refleks sfingter ani
menghilang.
Stadium 3 plane 2: Ideal untuk pembedahan dan relaksasi
- Stadium 4 (Tahap paralisis)
Paralytic stage
Arrest napas
Arrest jantung
b. Kloroform
K loroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). K loroform
dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu
ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Senyawa kloroform adalah senyawa
haloalkana yang mengikat tiga atom halogen klor (Cl) pada rantai C-nya. Senyawa
kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa organik yang memiliki
gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C hidroksi yang
direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl2). Struktur dari kloroform yaitu CHCL3.
Pada suhu dan tekanan normal, kloroform sangat mudah menguap, tidak berwarna,
dan tidak mudah terbakar.K loroform merupakan anestesi yang efektif dibandingkan
dengan nitrit oxide, eter dan alkohol bila digunakan secara inhalasi. Hal ini disebabkan
karena induksi dari kloroform bekerja secara cepat dan lancar sehingga stadium dari
anestesi lebih cepat terlampaui. Namun, praktek ini dihentikan karena menyebabkan
kematian karena pernapasan, aritmia jantung, dan gagal jantung.K loroform sangat baik
dan cepat diabsorbsi, dimetabolisme, dan dieliminasi oleh hewan mamalia ataupun
manusia baik melalui oral, inhalation, atau dermal exposure.
Metabolisme kloroform di dalam tubuh tergantung pada dosis paparannya. Pada
manusia dosis tunggal kloroform secara oral adalah 0,5 mg dan 50-52% dapat diserap
oleh tubuh dan melalui proses metabolisme diubah menjadi karbondioksida. Level
puncak dalam darah adalah hingga 1,5 jam dan memiliki waktu paruh 13 sampai dengan
90 menit.K loroform dosis tunggal secara inhalasi adalah 5 mg dan terserap dalam tubuh
hingga 80%. K loroform yang masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi akan tetap
berada di dalam tubuh dan akan di metabolisme oleh hati.K loroform bersifat lipofilik
yaitu larut dalam jaringan lemak sehingga menyebabkan transpor normal oksigen
terganggu dan lama kelamaan akan menimbulkan efek anestesi. Metabolit dari
kloroform yaitu phosgene, carbene and klorin yang mempunyai aktivitas sitotoksik.
Sebenarnya, mekanisme kerja kloroform sebagai anestesi umum belum diketahui secara
pasti. Penggunaan kloroform yang berkepanjangan dapat menyebabkan toksemia.
Paparan akut kloroform menyebabkan sakit kepala, gangguan kesadaran, kejang,
paralysis pernapasan dan gangguan sistem saraf otonom seperti mual dan muntah
Selain itu, kloroform juga dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Pada
penggunaan kloroform secara kronik dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung, ginjal
dan ketidakteraturan denyut jantung. Bila dipakai sebagai anestesi, biasanya responnya
dimulai ketika terjadinya eksitasi, dan diikuti oleh hilangnya refleks, berkurangnya
sensasi, dan hilangnya kesadaran. Efek samping lain dari penggunaan kloroform, antara
lain:
a. Ingesti
Menyebabkan rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, nyeri dada dan
muntah.
b. Skin contact
Menyebabkan iritasi pada kulit seperti kemerahan dan nyeri
c. Mata
Menyebabkan iritasi pada mata, dan dapat terjadi kerusakan mata
Kesimpulan
Hasil praktikum menunjukkan bahwa obat anestesi umum yang paling cepat
menimbulkan reaksi eksitasi, anastesi dan kematian melalui jalur inhalasi adalah
kloroform. Hal ini disebabkan sifat dari kloroform yang mudah menguap
sehingga cepat berikatan dengan oksigen.
Anestesi umum memiliki empat stadium, yaitu stadium analgesia, delirium
(eksitasi), pembedahan, dan paralisis medula oblongata.
Pada eter dari stadium eksitasi ke stadium anestesi membutuhkan waktu yang
lama karena jenis anestesi umum ini akan efektif apabila digunakan melalui
intravena.
P e n u t u p
Dengan melakukan sendiri kegiatan praktikum membandingkan kekuatan 2 jenis
anestesi umum serta menghitung sendiri perbedaan tadi secara statistik maka mahasiswa
dapat lebih mengerti makna dari "Statistically significant” yang dapat dijumpai bila
membaca hasil penelitian - atau jurnal kedokteran. Dan dengan mengamati stadia
anestesi u m u m yang diberikan secara demonstrasi pada anjing, mahasiswa lebih
mengerti cara kerja, cara pemberian dan kegunaan obat - obat premedikasi anestesi dan
mekanisme kerjanya, serta ciri-ciri stadia anestesi.