prak. farmako eter & kloroform

14
Penentuan perbandingan kekuatan obat anestetik u m u m Alat dan Bahan Alat : Gelas kimia 600 ml Plastik untuk menutup gelas Karet gelang Semprit tuberkulin (1 ml) sekali pakai Bahan : Eter 500 ml Kloroform 500 ml Hewan coba : 2 ekor mencit setiap rombongan mahasiswa Tujuan : 1. Mengerti kekuatan efek obat anestesi umum 2. Melakukan perbandingan kekuatan obat anestesi umum 3. Melakukan perhitungan statistik untuk mengetahui apakah perbedaan kekuatan efek obat signifikan atau tidak 4. Memahami arti suatu perhitungan statistik daiam menilai perbedaan efek dua atau lebih obat sejenis dan manfaat klinisnya Tatalaksana Untuk tiap rombongan mahasiswa disediakan dua gelas beaker ukuran 600 ml. Masukkan seekor mencit ke dalam tiap gelas

Upload: yeni-notanubun

Post on 01-Feb-2016

246 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Medicine

TRANSCRIPT

Page 1: Prak. Farmako Eter & Kloroform

Penentuan perbandingan kekuatan obat anestetik u m u m

Alat dan Bahan

Alat : Gelas kimia 600 ml

Plastik untuk menutup gelas

Karet gelang

Semprit tuberkulin (1 ml) sekali pakai

Bahan : Eter 500 ml

Kloroform 500 ml

Hewan coba : 2 ekor mencit setiap rombongan mahasiswa

T u j u a n :

1. Mengerti kekuatan efek obat anestesi umum

2. Melakukan perbandingan kekuatan obat anestesi umum

3. Melakukan perhitungan statistik untuk mengetahui apakah

perbedaan kekuatan efek obat signifikan atau tidak

4. Memahami arti suatu perhitungan statistik daiam menilai perbedaan

efek dua atau lebih obat sejenis dan manfaat klinisnya

Tatalaksana

Untuk tiap rombongan mahasiswa disediakan dua gelas beaker ukuran 600 ml.

Masukkan seekor mencit ke dalam tiap gelas beaker, kemudian gelas beaker tersebut

ditutup dengan seember plastik yang telah ditempel kapas.

Page 2: Prak. Farmako Eter & Kloroform

Tandai tiap gelas beaker sesuai dengan anestetik yang akan dipakai. Dengan interval 5

menit, suntikkan 0.2 ml anestetik tersebut di bawah ini, dengan semprit tuberkulin

menembus plastik diatas sepotong kapas di dalam gelas beaker.

Pada percobaan ini digunakan 2 macam obat, yaitu :

1. Eter

2. Kloroform

Mencit-mencit diobservasi dengan teliti. Teruskan pemberian anestetik tiap 5 menit

sampai semua hewan mati. Catatlah hasil, dan hasil seluruh kelas dalam tabel.

Kekuatan relatif obat-obat anestesi umum.

Hasil Percobaan

Kekuatan relative obat-obat anestesi umum

Anestetikum Waktu

Permulaan

Eksitasi Kematian Anestetikum

yang

dipakai ( n )

Waktu

X

Interval Waktu

X

Interval

Page 3: Prak. Farmako Eter & Kloroform

Penetapan variasi dari dosis letalis anestetik

Eter Kloroformdosis letal (ml) dosis letal (ml)

Perbandingan dosis letal rata-rata

Obat anestesi Jumlah mencit (n) Dosis letal rata-rata dalam (ml)

Page 4: Prak. Farmako Eter & Kloroform

Pembahasan ( Analisis dan Diskusi )

A. Ether

Nama obat : Aether anaestheticus

Nama generik : E t h e r

Jumlah dosis (mg/g) :

Untuk induksi : 10-20 mg% volume uap aether dalam O2 atau campuran O2 dan N2O

Untuk dosis penunjang stadium III : 5-15 % volume uap aether

Indikasi obat : Anestesi umum (stadium analgesia), khasiat analgesia dan anestetiknya

kuat dengan relaksasi otot baik.

Kontraindikasi : Obat Gangguan fungsi hati, dekonpemcatio cordis, depresi pernafasan dan

shyock

Farmakokinetik : Mulai kerjanya lambat dan recovernya disertai efek-efek tidak enak

(salivasi, pada stadium lebih dalam salivasi akan dihambat dan terjadi

depresi nafas serta mual, muntah). Aether diabsorpsi dan diekskresi

melalui paru-paru sebagian kcil diekskresi melalui urin, air susu,

keringat dan difusi melalui kringat dan difusi keringat tubuh.

Farmakodinamik : Anestesi yang sangat kuat (kadar minimal untuk anestesi 1.9 % (volume).

Sifat analgesiknya kuat sekali dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg

sudah terjadi analgesia tetapi penderita masih sadar. Pada kadar tinggi

dan sedang menimbulkan relaksasi otot.

Cara penggunaan : Inhalasi

Efek samping : Merangsang mukosa saluran pernafasan dan merangsang sekresi kelenjar

bronkus. Untuk premedikasi pada penggunaan aether digunakan morfin-

Page 5: Prak. Farmako Eter & Kloroform

skopolamin (10 mg: 0,25mg). Pada anestesi ringan , terjadi dilatasi

pembuluh darah kulit sehingga timbul kemerahan dimuka. Pada anestesi

yang lebih dalam kulit menjadi lembek, pucat, dingin dan basah. Efek

terhadap pembuluh darah ginjal, terjadi vasokonstriksi sehingga terjadi

laju filtrasi glomerolus dan produksi urin secara reversibel. Efek

terhadap pembuluh darah otak, terjadi vasodilatasi. Aktivitas saluran

cerna dihambat selama dan sesudah anestesi.

Mekanisme Kerja : Salah satu obat yang digunakan sebagai anestesi ialah eter yang biasanya

terdapat dalam bentuk diethylether. Eter berupa cairan dengan bau khas

yang sangat mudah menguap dan juga menyala, juga eksplosif. Khasiat

analgesia dan anestetisnya kuat dengan relaksasi otot baik. Eter digunakan

digunakan pada berbagai jenis pembedahan, terutama bila relaksasi otot.

Sebagian besar eter diinhalasi, dikeluarkan melalui paru-paru dan sebagian

kecil dimetabolisasikan di hati. Batas keamanannya lebar. Eter mudah

melewati plasenta. Eter memiliki efek samping dalam merangsang mukosa

saluran nafas, hingga perlu diberikan pre-medikasi berupa morfin-atropin

10-0,25 mg. berhubung dengan kelarutannya yang baik dalam darah, induksi

berjalan dengan lambat dan sering kali disertai ketegangan. Efek ludah dan

sekret bronchi, sedangkan pengeluaran urin berkurang. Pemulihannya

lambat dan disertai efek tidak enak. Biasanya digunakan campuran 6-7 %

dengan udara melalui sistem terbuka atau tertutup.

Page 6: Prak. Farmako Eter & Kloroform

Tahapan kedalaman anestesi dengan Ether

- Stadium 1 (tahap analgesi)

Mulai anestesi diberikan sampai hilangnya kesadaran

- Stadium 2 (tahap eksitasi /delirium)

Mulai hilangnya kesadaran sampai permulaan tahap pembedahan. Bisa

terjadi laryngospasme atau muntah (bahaya aspirasi)

Stadium 1 dan 2, bersama-sama disebut stadium (tahap) induksi

- Stadium 3 (Tahap pembedahan)

Akhir dari stadium 2 sampai berhentinya napas spontan (arrest napas)

Pembedahan sudah dapat dilaksanakan

Terbagi menjadi 4 bidang (plane)

Plana 1

Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan

abdominal, pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil

mengecil lagi dan refleks cahaya (+), lakrimasi akan meningkat, refleks farings

dan muntah menghilang, tonus otot menurun.

Plana 2

Ditandai dengan pernafasan yang teratur, volume tidal menurun dan frekwensi

pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir ditengah,

pupil mulai midriasis dengan refleks cahaya menurun dan refleks kornea menghilang.

Plana 3

Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih dominan daripada torakal karena

paralisis otot interkostal yang makin bertambah sehingga pada akhir plana 3

Page 7: Prak. Farmako Eter & Kloroform

terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai terjadi paralisis otot-otot diafragma,

pupil melebar dan refleks cahaya akan menghilang pada akhir plana 3 ini, lakrimasi

refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot makin menurun.

Plana 4

Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot diafragma yg

makin nyata, pada akhir plana 4, paralisis total diafragma, tonus otot makin menurun

dan akhirnya flaccid, pupil melebar dan refleks cahaya (-) , refleks sfingter ani

menghilang.

Stadium 3 plane 2: Ideal untuk pembedahan dan relaksasi

- Stadium 4 (Tahap paralisis)

Paralytic stage

Arrest napas

Arrest jantung

b. Kloroform

K loroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). K loroform

dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan

digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu

ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Senyawa kloroform adalah senyawa

haloalkana yang mengikat tiga atom halogen klor (Cl) pada rantai C-nya. Senyawa

kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa organik yang memiliki

gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C hidroksi yang

direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl2). Struktur dari kloroform yaitu CHCL3.

Page 8: Prak. Farmako Eter & Kloroform

Pada suhu dan tekanan normal, kloroform sangat mudah menguap, tidak berwarna,

dan tidak mudah terbakar.K loroform merupakan anestesi yang efektif dibandingkan

dengan nitrit oxide, eter dan alkohol bila digunakan secara inhalasi. Hal ini disebabkan

karena induksi dari kloroform bekerja secara cepat dan lancar sehingga stadium dari

anestesi lebih cepat terlampaui. Namun, praktek ini dihentikan karena menyebabkan

kematian karena pernapasan, aritmia jantung, dan gagal jantung.K loroform sangat baik

dan cepat diabsorbsi, dimetabolisme, dan dieliminasi oleh hewan mamalia ataupun

manusia baik melalui oral, inhalation, atau dermal exposure.

Metabolisme kloroform di dalam tubuh tergantung pada dosis paparannya. Pada

manusia dosis tunggal kloroform secara oral adalah 0,5 mg dan 50-52% dapat diserap

oleh tubuh dan melalui proses metabolisme diubah menjadi karbondioksida. Level

puncak dalam darah adalah hingga 1,5 jam dan memiliki waktu paruh 13 sampai dengan

90 menit.K loroform dosis tunggal secara inhalasi adalah 5 mg dan terserap dalam tubuh

hingga 80%. K loroform yang masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi akan tetap

berada di dalam tubuh dan akan di metabolisme oleh hati.K loroform bersifat lipofilik

yaitu larut dalam jaringan lemak sehingga menyebabkan transpor normal oksigen

terganggu dan lama kelamaan akan menimbulkan efek anestesi. Metabolit dari

kloroform yaitu phosgene, carbene and klorin yang mempunyai aktivitas sitotoksik.

Sebenarnya, mekanisme kerja kloroform sebagai anestesi umum belum diketahui secara

pasti. Penggunaan kloroform yang berkepanjangan dapat menyebabkan toksemia.

Paparan akut kloroform menyebabkan sakit kepala, gangguan kesadaran, kejang,

paralysis pernapasan dan gangguan sistem saraf otonom seperti mual dan muntah

Selain itu, kloroform juga dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Pada

Page 9: Prak. Farmako Eter & Kloroform

penggunaan kloroform secara kronik dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung, ginjal

dan ketidakteraturan denyut jantung. Bila dipakai sebagai anestesi, biasanya responnya

dimulai ketika terjadinya eksitasi, dan diikuti oleh hilangnya refleks, berkurangnya

sensasi, dan hilangnya kesadaran. Efek samping lain dari penggunaan kloroform, antara

lain:

a. Ingesti

Menyebabkan rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, nyeri dada dan

muntah.

b. Skin contact

Menyebabkan iritasi pada kulit seperti kemerahan dan nyeri

c. Mata

Menyebabkan iritasi pada mata, dan dapat terjadi kerusakan mata

Kesimpulan

Hasil praktikum menunjukkan bahwa obat anestesi umum yang paling cepat

menimbulkan reaksi eksitasi, anastesi dan kematian melalui jalur inhalasi adalah

kloroform. Hal ini disebabkan sifat dari kloroform yang mudah menguap

sehingga cepat berikatan dengan oksigen.

Anestesi umum memiliki empat stadium, yaitu stadium analgesia, delirium

(eksitasi), pembedahan, dan paralisis medula oblongata.

Pada eter dari stadium eksitasi ke stadium anestesi membutuhkan waktu yang

lama karena jenis anestesi umum ini akan efektif apabila digunakan melalui

intravena.

Page 10: Prak. Farmako Eter & Kloroform

P e n u t u p

Dengan melakukan sendiri kegiatan praktikum membandingkan kekuatan 2 jenis

anestesi umum serta menghitung sendiri perbedaan tadi secara statistik maka mahasiswa

dapat lebih mengerti makna dari "Statistically significant” yang dapat dijumpai bila

membaca hasil penelitian - atau jurnal kedokteran. Dan dengan mengamati stadia

anestesi u m u m yang diberikan secara demonstrasi pada anjing, mahasiswa lebih

mengerti cara kerja, cara pemberian dan kegunaan obat - obat premedikasi anestesi dan

mekanisme kerjanya, serta ciri-ciri stadia anestesi.