praktek3_kuliah4-5

8
@Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015 Modul Praktikum 4 Pengolahan Citra 1. Judul: Penapisan Spasial – Peningkatan Citra 2. Tujuan Percobaan Memahami konsep penapisan spasial untuk peningkatan citra. Memahami tapis turunan pertama dan kedua untuk deteksi tepi. 3. Teori Singkat Modul 2 membahas penapisan spasial untuk denoising. Pada bagian ini proses penapisan digunakan untuk mempertajam citra yang blur (kabur). Citra yang kabur adalah citra yang kehilangan bagian frekuensi tingginya, yaitu yang berhubungan dengan komponen detail citra. Blur sangat terlihat pada tepian objek yang ada pada citra. Karena itu penajaman citra berhubungan dengan deteksi tepi. Metode deteksi tepi paling sederhana adalah menghitung perbedaan antara dua nilai piksel yang berturutan. Beda ini dirumuskan oleh persamaan beda (difference equation); ingat persamaan diferensial (differential equation untuk kasus analog). Persamaan beda (difference equation) tingkat pertama dan kedua berturut-turut dirumuskan sebagai berikut, ( ) () (4.1)

Upload: rahmat-wali-nanggroe

Post on 02-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

praktek PCD 3

TRANSCRIPT

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    Modul Praktikum 4

    Pengolahan Citra

    1. Judul: Penapisan Spasial Peningkatan Citra

    2. Tujuan Percobaan

    Memahami konsep penapisan spasial untuk

    peningkatan citra.

    Memahami tapis turunan pertama dan kedua

    untuk deteksi tepi.

    3. Teori Singkat

    Modul 2 membahas penapisan spasial untuk denoising.

    Pada bagian ini proses penapisan digunakan untuk

    mempertajam citra yang blur (kabur). Citra yang kabur

    adalah citra yang kehilangan bagian frekuensi

    tingginya, yaitu yang berhubungan dengan komponen

    detail citra. Blur sangat terlihat pada tepian objek yang

    ada pada citra. Karena itu penajaman citra berhubungan

    dengan deteksi tepi.

    Metode deteksi tepi paling sederhana adalah

    menghitung perbedaan antara dua nilai piksel yang

    berturutan. Beda ini dirumuskan oleh persamaan beda

    (difference equation); ingat persamaan diferensial

    (differential equation untuk kasus analog). Persamaan

    beda (difference equation) tingkat pertama dan kedua

    berturut-turut dirumuskan sebagai berikut,

    ( ) ( ) (4.1)

    [email protected] BoxModul 3

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    Gambar 4.1 Deteksi tepi menggunakan beda antara dua piksel yang berturutan.

    ( ) ( ) ( ( ) (4.2)

    Apabila beda antara dua piksel berturutan jauh, maka

    kemungkinan terdapat tepi pada lokasi tersebut. Hal ini

    diilustrasikan pada Gambar 4 .1 untuk kasus 1-D. Baris

    pertama adalah suatu sinyal. Baris kedua dan ketiga berturut-

    turut adalah beda tingkat pertama (PB-I) dan beda tingkat

    kedua (PB-II) dari nilai-nilai sinyal yang berturutan.

    Pada kasus ini, PB-I ekivalen dengan mengkonvolusikan sinyal

    dengan tapis yang koefisiennya (1, 1) pada arah horizontal

    dan vertikal. Sementara PB-II ekivalen dengan

    mengkonvolusikan sinyal dengan tapis yang koefisiennya (1, -

    2, 1) pada arah horizontal dan vertikal.

    Hasil deteksi tepi dengan PB-II dibandingkan PB-I, karena

    dapat mendeteksi detail citra lebih baik. Karena itu, metode

    deteksi tepi banyak yang selanjutnya dikembangkan

    berdasarkan PB-II. Salah satunya adalah operator deteksi tepi

    Laplacian (DT-Laplacian).

    3.1 Penajaman Menggunakan Turunan Order Pertama

    Penajaman citra menggunakan turunan order pertama

    diperoleh dengan menghitung besar gradien dari dua piksel

    yang berturutan, baik pada arah x dan y. Untuk fungsi f (x, y),

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    gradiennya pada koordinat (x, y) dan didefinisikan sebagai

    vektor kolom 2 dimensi,

    ( ) ( ) (

    ) (4.3)

    Besar (magnitude/panjang) dari vektor f pada posisi (x,y) dinotasikan dengan B(x,y) didefinisikan sebagai,

    (a)

    (b) (c)

    Gambar 4.2 Tapis Sobel (a). Posisi piksel yang berada di bawah tapis 3 3 (b) dan (c) Tapis sobel horizontal dan

    vertical

    ( ) ( ) (4.4)

    B adalah citra yang besarnya sama dengan citra asal dan sering dinamai sebagai citra gradien.

    Berdasarkan persamaan 4 .1 dan 4 .3, persamaan 4 .4 dapat dituliskan kembali sebagai,

    ( ) ( ) ( ( ) ( )) ( ( ) ( )) (4.5)

    B(x, y) dapat juga dihitung dengan persamaan berikut,

    B(x, y) |gx| + |gy | (4.6)

    a b c

    d e f

    g h i

    -1 -2 -1

    0 0 0

    1 2 1

    -1 0 1

    -2 0 2

    -1 0 1

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    Tapis yang besarnya genap kurang praktis, karena tidak ada pusat simetrinya. Tapis terkecil yang banyak digunakan adalah tapis dengan besar 33. Rujuk Gambar 4.2 sebagai bantuan untuk menurunkan persamaan 4.1. Pada kasus ini, beda nilai piksel pada posisi e ke arah x dan y diperoleh dari,

    ( ) ( ) (4.7)

    dan

    ( ) ( ) (4.8)

    Kedua persamaan ini dapat diimplementasikan dengan tapis pada gambar 4.2 (b) dan (c) yang dikenal dengan tapis Sobel. Setelah menghitung persamaan beda partial masing-masing ke arah x dan y, selanjutnya B (x, y) dapat dihitung menggunakan persamaan 4.5 atau 4.6.

    3.2 Penajaman dengan LaplacianTurunan Kedua

    Laplacian adalah operator turunan isotropik, yang untuk fungsi 2-D f (x,y) (citra) didefinisikan sebagai,

    (4.9)

    Bentuk diskrit dari persamaan 4 .9 diturunkan menggunakan definisi pada persamaan 4.2. Ingatlah kita akan menurunkannya terhadap x dan y. Turunan pada arah x dapat dituliskan sebagai,

    ( ) ( ) ( ) (4.10)

    sementara pada arah y,

    ( ) ( ) ( ) (4.11)

    Jika kita subsitusi persamaan 4.10 dan 4.11 ke persamaan 4.9, kita peroleh:

    2f (x,y) = f (x+1,y) + f (x1,y) + f (x, y+1)f (x,y1) 4f (x,y) (4 .12)

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    Persamaan ini bisa diimplementasikan menggunakan filter dengan koefisien seperti yang ditunjukkan Gambar 4.3(a). Tapis pada bagian (b), (c) dan (d) adalah tapis Laplacian lain yang biasa digunakan dalam praktek.

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 4.3 Tapis Laplacian (a). Implementasi dari

    persamaan 4.12. Tapis pada (b), (c) dan (d) adalah modifikasi

    dari tapis (a).

    4. Alat dan Bahan

    PC dengan system operasi Windows dan Aplikasi Matlab

    5. Prosedur Percobaan

    Berikut adalah dua program Matlab untuk deteksi tepi

    (selanjutnya untuk meningkatkan citra) dengan metode

    turunan pertama dan kedua.

    -1 0 1

    -2 0 2

    -1 0 1

    -1 -2 -1

    0 0 0

    1 2 1

    -1 0 1

    -2 0 2

    -1 0 1

    -1 -2 -1

    0 0 0

    1 2 1

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    5.1 Metode Turunan Pertama

    % METODE TURUNAN PERTAMA

    clear; close all; clc;

    %Program ini mendeteksi tepi suatu citra menggunakan

    metode turunan pertama. Tapis yang digunakan adalah

    tapis sobel.

    A = double(imread('tmu blur.jpg'));

    [m, n] = size(A);

    d = 3;

    M = zeros((2*(d-2)+m), (2*(d-2) + n));

    %Proses pading

    M (2 : m + 1, 2 : n + 1) = A;

    M (1, 2 : n + 1) = A(1, :);

    M (m + 2, 2 : n + 1) = A(m, :);

    M (:, 1) = M (:, 2);

    M (:, n + 2) = M (:, n + 1);

    tapissobelh = [-1 -2 -1; 0 0 0; 1 2 1];% Tapis sobel

    horizontal.

    tapissobelv = [-101; -202; -101];% Tapis sobel

    vertikal.

    % Proses penapisan horizontal

    H = zeros(m, n);

    for i = 1 : m

    for j = 1 : n

    H (i, j) = sum(sum(M (i : i + 2, j : j + 2).*

    tapissobelh));

    end

    end

    % Proses penapisan vertikal

    K = zeros(m, n);

    for i = 1 : m

    for j = 1 : n

    K (i, j) = sum(sum(M (i : i + 2, j : j + 2).*

    tapissobelv));

    end

    end

    citratajam1 = abs(H ) + abs(K );

    % Menghitung tepian dengan persamaan (3.6)

    citratajam1 = citratajam1 + A;

    % Menjumlahkan tepi dengan citra blur

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    citratajam2 = sqrt(H.^2 + K.^2);

    % Menghitung tepian dengan persamaan (3.5)

    citratajam2 = citratajam2 + A;

    % Menjumlahkan tepian dengan citra blur

    figure(1); imshow(uint8(A));

    figure(2); imshow(uint8(citratajam1));

    figure(2); imshow(uint8(citratajam2));

    Penjelasan

    Dari baris pertama sampai dengan proses padding,

    semuanya sama dengan program smoothing dan tapis

    median.

    Variabel tapissobelh adalah tapis 3 3 yang isinya

    koefisien tapis sobel horizontal.

    Variabel tapissobelv adalah tapis 3 3 yang isinya

    koefisien tapis sobel vertikal.

    Proses penapisan horizontal dan vertikal adalah proses

    penapisan spasial sesuai Gambar 2.1. Proses ini mirip

    dengan proses smoothing dan penapisan median.

    Variabel citratajam1 adalah variabel yang memuat

    tepian yang dihitung dengan persamaan 3.6.

    Variabel citratajam2 adalah variabel yang memuat

    tepian yang dihitung dengan persamaan 3.5.

    5.2 Metode Turunan Kedua

    % METODE TURUNAN KEDUA

    .

    .

    %Tapis Laplacian

    tapislaplacian1 = [010; 1 - 41; 010];

    H = zeros(m, n);

    for i = 1 : m

    for j = 1 : n

    H (i, j) = sum(sum(M (i : i + 2, j : j +

    2).*tapislaplacian1));

    end

    end

    citratajam = A - H ;

  • @Fitri Arnia - Universitas Syiah Kuala 2015

    Penjelasan

    Dari baris pertama sampai proses padding, prosesnya

    sama dengan metode turunan pertama.

    Variabel tapislaplacian1 adalah tapis yang berisi

    koefisien tapis laplacian (4.3(a)).

    Proses penapisan dilakukan hanya sekali jalan. Tidak ada

    tapis horizontal dan vertikal seperti pada penapisan sobel.

    Variabel citratajam diperoleh dengan menjumlahkan

    /mengurangkan citra asal (A) dengan citra hasil

    penapisan Laplace (H). Jika nilai tapis pada posisi tengah

    adalah negatif, maka dilakukan pengurangan, yaitu:

    citratajam = A - H. Jika nilai tapis pada posisi tengah

    positif; citratajam = A + H.

    6. Tugas

    Soal 1

    Pergunakan kode Matlab metode turunan pertama

    untuk memperbaiki citra blur.....

    Simpan citra hasil simulasi (2 citra) untuk kebutuhan

    praktikum berikutnya.

    Soal 2

    Pergunakan kode Matlab turunan kedua untuk

    memperbaiki citra blur....

    Rubah tapisnya sesuai tapis Laplacian pada Gambar 4.3

    Bandingkan citra-citra hasil simulasi (4 citra). Menurut

    anda, tapis manakah yang paling bagus untuk

    mempertajam tepian?

    Bandingkan hasil penapisan Laplacian (turunan kedua)

    dengan hasil tapis sobel. Manakah yang lebih bagus?

    Semua citranya disertakan dalam Laporan Praktikum