praktikum farmako 1(1)
TRANSCRIPT
Tujuan :
Mengatahui mula kerja ( onset of action ) analgetik dalam pemberian peroral dan
intraperitoneal. Parameter yang diukur adalah wakru (menit) mulai analgetik
diberikan sampai terjadi pengurangan rasa nyeri
Mengetahui puncak efek (peak effect) analgetik pada pemberian peroral dan
intraperitoneal. Parameter yang diukur adalah waktu (menit) terjadi pengurangan
rasa nyeri yang maksimal.
Mengetahui lama kerja obat (duration of action) analgetik pada pemberian peroral
dan intraperitoneal. Parameter yang diukur adalah waktu (menit) mulai terjadi
pengurangan rasa nyeri sampai pengurangan rasa nyeri menghilang.
Pendahuluan :
Efek farmakologik obat merupakan fungsi dari konsentrasi obat di tempat kerja
obat. Ada tiga fase yang didapatkan dari hubungan waktu dan efek obat yaitu : (1)
mula kerja (onset of action), (2) puncak efek (peak effect), (3) lama kerja obat
(duration of action).
Mula kerja obat adalah waktu yang diperlukan antara obat saat obat diberikan dan
saat pertama kali didapatkan tanda obat berespon. Fase ini lebih ditentukan oleh
kecepatan absorbsi dan distribusi daripada kecepatan eskresi. Tetapi pada prodrug,
kecepatan metabolisme juga berpengaruh besar pada proses ini.
Puncak kerja obat adalah waktu yang diperlukan mencapai intensitas maksimal
obat, dimana pada sebagian besar obat akan didapatkan ketika ketika konsentrasi obat
di tempat kerja obat mencapai konsentrasi maksimal. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai fase ini dintetukan oleh keseimbangan antara proses yang berperan pada
sampainya obat pada tempat kerja obat ( kecepatan absorbsi dan distribusi) dan pada
proses obat meninggalkan tempat kerja dan tubuh ( ikatan dengan reseptor dan
eskresi).
Lama kerja obat adalah jangka waktu dari mula kerja obat hingga respon obat
berakhir. Fase ini lebnih ditentukan oleh kecepatan eskresi obat, meskipun fase ini
juga dapat dipengaruhi adanya obsorbsi obat yang terus berlangsung.
Cara pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi absorbsi
obat. Pemberian peroral merupakan cara pemberian obat yang lebih banyak kita
jumpai daripada pemberian parenteral karena lebih aman, nyaman dan murah. Tetapi
berbeda dengan cara pemberian parenteral, pada peroral didapatklam leunikan dalam
absorbsi obat akibat pengaruh sistem GIT dan adanya pre-sistemik eliminasi (first
pass elimination).
Alat :
Analgetik meter
Spult i ml
Sonde
Stopwatch
Bahan :
Tikus 2 ekor
Obat analgetik : antalgin tablet dan metampiron vial (Xylomidon)
Prosedur Kerja :
1. Menentukan ambang nyeri kontrol (diukur sebelum pemberian obat analgetik)
Menimbang BB tikus dan mencatat (gram)
Memegang tikus sedemikian rupa sehingga tikus cukup merasa rileks.
Memposisikan bagian runcing dari analgesic meter pada sela jari kaki (antara
jari I-II)
Meletakkan beban pada analgesi meter tersebut dan menggesernya.
Menggeser sampai tikus menunjukkan respon nyeri berupa menjerit, mencicit
atau menarik kakinya. Jika dengan satu beban tikus belum menunjukkan
respon nyeri, tambah beban secara bertahap. Mencatat berat beban (gram)
yang menimbulkan nyeri (beban kontrol).
2. Pemberian analgetik
Tikus perlakuan dibagi menjadi dua. Satu tikus diberi analgetik secara peroral
dan yang lain diberi analgetik secara intraperitoneal. Menghitung dosis obat
yang diberikan dengan cara sebagai berikut :
Diketahui : xylomidon mengandung metampiron 250mg/mL
Antalgin tablet mengandung metampiron 500mg
Dosis metampiron tikus : 250 mg/kgBB/kg
Jika BB tikus 200gr, maka dosis metampiron= 250 x 0.2 kg/kali = 50 mg/tikus
Memasukkan obat
a. Peroral, dilakukan per sonde
Gerus 1 tablet antalgin 500mg, ambil 1/10 nya (bila BB tikus 200gr) ~
50mg. Tambahkan CMC dan aquades s.d 2mL (kapasitas lambung tikus
2mL) memberikannya pada tikus per sonde.
b. Per-intraperitoneal, dilakukan lewan injeksi di daerah perut.
Ambil Xylomidon 50mg dengan spuilt ~ 0,2 mL, menyuntikkannya secara
intraperitoneal.
3. menentukan efek analgetik
memegang tikus secara relaks dan memberikan beban pada tikus dengan cara
yang sama . memberikan bebas sebesar dua kali berat beban pada tikus kontrol
(Analgetik dikatakan mempunyai efek jika setelah analgetik diberikan, tikus
mampu menahan beban sebesar dua kali beban kontrol) setiap lima menit dan
mengamati adakan respon nyeri tikus (menjerit, mencicit, atau menarik kakinya).
Pengamatan dilakukan sampai menit ke-60. mencatat hasil pengamatan tersebut
pada tabel dan membuat kurva waktu-% efek. Menentukan onset dan durasinya.
Tabel Pengamatan :
cara/dosiswaktu
5' 10' 15' 20' 25' 30' 35'peroral 1 - - - - - - -peroral 2 - - - + + + +peroral 3 - - - + + + -peroral 4 - - - - - - -peroral 5 - - - - - + +peroral 6 - - - - - + +% efek 0% 0% 0% 33% 33% 67% 50%
cara/dosiswaktu
5' 10' 15' 20' 25' 30' 35'intraperitoneal 1 - - - - + + +intraperitoneal 2 - - + + + + +intraperitoneal 3 - + + + + + -intraperitoneal 4 - - - + - - -intraperitoneal 5 + + + + + + +intraperitoneal 6 + + + + - - -% efek 33% 50% 67% 83% 67% 67% 50%
Analisa Data
grafik peroral
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0 10 20 30 40
waktu (menit)
per
sen
ob
at
grafik peroral