praktikum sublimasi
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMISAHAN KIMIA
Nama Praktikan : YULIANA
NIM :111810301008
Kelas/No. Urut : A
Fak./Jurusan : MIPA/KIMIA
Nama Asisten : Mazia Ulfa
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2012
PEMISAHAN ASAM LEMAK DALAM MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM
PERCOBAAN V
PEMISAHAN ASAM LEMAK DALAM MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN
METODE KROMATOGRAFI KOLOM
I. Tujuan Percobaan
1. Mempraktekkan metode pemisahan dengan kromatografi kolom
2. Memahami prinsip dasar dalam kromatografi kolom
II. Tinjauan Pustaka
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud, baik
padat, cair maupun gas. Dasar kromatografi adalah pemisahan senyawa atas komponen-
komponennya berdasarkan perbedaan distribusi masing-masing komponen diantara dua
fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Bila fasa diam berupa zat padat yang aktif, maka
disebut kromatografi adsorbsi, namun bila fasa diam berupa zat cair disebut
kromatografi partisi. Fase diam dapat berupa pembentukan kolom dimana fase gerak
dibiarkan untuk mengalir (kromatografi kolom) atau berupa pembentukan lapis tipis
dimana fase gerak dibiarkan untuk naik berdasarkan kapilaritasnya (kromatografi lapis
tipis). Pemisahan dalam kromatografi terjadi dengan memanipulasi sifat-sifat fisik
senyawa atau molekul meliputi kelarutan, adsorbsi atau daya serap, dan volatilitas atau
penguapan molekul.
Ada empat jenis kromatografi yang dapat dimasukkan dalam kromatografi
kolom, yaitu kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi, kromatografi penukaran ion,
dan kromatografi filtrasi gel. Pada kromatografi adsorbsi, komponen yang akan
dipisahkan secara selektif teradsorbsi pada permukaan adsorben yang dipakai untuk
bahan isian kolom. Pada kromatografi partisi, komponen yang akan dipisahkan secara
selektif mengalami partisi antara lapisan cairan tipis pada penyangga padat (fasa diam)
dan eluen yang bertindak sebagai fasa gerak. Kromatografi pertukaran ion memisahkan
komponen yang berbentuk ion yang komponennya terikat pada penukar ion (fasa diam)
secara selektif akan terelusi oleh fase geraknya. Pada kromatografi filtrasi gel, kolom
diisi gel permeable sebagai fasa diam. Pemisahan berlangsung seperti proses pengayakan
yang didasarkan atas ukuran molekul dari komponen yang dipisahkan.
Kromatografi kolom termasuk kromatografi serapan (adsorbsi) yang tidak boleh
larut dalam fasa gerak dan ukuran partikel fasa diam harus seragam. Prinsip kerjanya
yaitu komponen – komponen dalam campuran harus mempunyai afinitas yang berbeda
terhadap adsorben dalam kolom. Kromatografi kolom bertujuan untuk mengisolasi
komponen- komponen senyawa dari campurannya. Campuran yang akan dipisahkan
ditempatkan pada situasi dinamik dengan mengalirkan pelarut agar terjadi pelarutan,
absorbsi ataupun penguapan. Konsep penting kromatografi kolom adalah mengusahakan
volume pelarut berada antara penyerap dan detektor atau fraksinator sekecil mungkin
untuk mencegah pencampuran kembali fraksi-fraksi setelah terpisahkan.
Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas (sebagai penunjang fasa diam) yang
dilengkapi dengan kran (untuk pengatur aliran elusi) dan gelas penyaring di dalamnya.
Bagian dasar kolom berbentuk sedemikian rupa agar fasa diam tetap dalam keadaan
statis. Ukuran kolom tergantung pada banyaknya zat yang akan dipisahkan. Ukuran
partikel dari adsorben sangat berpengaruh pada bagaimana eluen bergerak melewati
kolom. Partikel yang lebih kecil digunakan untuk kromatografi kolom tekanan sedangkan
adsorben dengan ukuran partikel lebih besar digunakan untuk komatografi kolom
gravitasi. Untuk menjaga agar bahan isian tidak bergerak, bagian atas maupun bawah
dibatasi dengan glass woll atau kapas. Pengisian kolom harus dilakukan secara seragam.
Setelah adsorben dimasukkan dapat diseragamkan kepadatannya dalam kolom dengan
menggunakan vibrator atau dengan plunger. Selain itu dapat dikerjakan dengan
memasukkan adsorben kedalam bentuk larutan dan partikelnya dibiarkan mengendap.
Pengisian kolom yang tidak seragam akan menghasilkan rongga-rongga ditengah kolom
yang dapat memperburuk pemisahan.
Fasa gerak (eluen) berupa pelarut yang membawa komponen begerak,
sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut fasa diam (adsorben). Syarat eluen
yaitu harus dapat melarutkan semua komponen dan dapat mengalir (berupa cairan atau
gas inert) misalnya pelarut tunggal atau campuran seperti ester murni, alkohol 50 % atau
pelarut polar dan nonpolar. Umumnya, senyawa nonpolar dengan berat molekul lebih
tinggi cepat meninggalkan fasa diam. Adsorben dapat berupa zat padat polar (bahan
anorganik seperti Alumina, Charcoal ( arang ), Silica gel, MgCO3, CaCO3, Sukrosa, dan
serbuk pati ).
Cara kerja kromatografi kolom yaitu sampel yang akan dipisahkan dilarutkan
dalam pelarut, kemudian diletakkan di bagian atas kolom yang diisi oleh fasa diam.
Kemudian fasa gerak yang telah disiapkan dialirkan pelan – pelan secara kontinyu dan
dibiarkan mengalir melalui kolom berisi sampel yang telah diadsorpsikan oleh fase diam
sampai pelarut habis. Fasa gerak akan membawa komponen campuran ke bawah dengan
kecepatan berbeda karena daya serap padatan terhadap komponen tidak sama, sehingga di
dalam kolom terjadi kesetimbangan dinamis antara komponen teradsorbsi pada fasa diam
dengan komponen yang terlarut dalam fasa gerak.
Tingkat adsorpsi komponen tergantung pada polaritas molekul, aktivitas
adsorben, dan polaritas fasa gerak cair. Umumnya, senyawa dengan gugus fungsional
lebih polar akan teradsorp lebih kuat pada permukaan fasa padatan. Aktivitas adsorben
tergantung komposisi kimianya, ukuran partikel, dan pori-pori partikel. Urutan kenaikan
tingkat polaritas pelarut yaitu karbon tetraklorida, benzena, kloroform, dietil eter, etil
asetat, aseton, etanol, methanol, dan air. Urutan elusi senyawa meningkat dari
hidrokarbon tak jenuh, alkena, hidrokarbon aromatic, eter, aldehida, keton, ester, alkohol,
dan asam karboksilat. Pemilihan pelarut eluen tergantung pada jenis adsorben ( umum
digunakan alumina dan silica gel) dan kemurnian senyawa yang dipisahkan. Pelarut harus
mempunyai kemurnian yang tinggi, keberadaan pengganggu seperti air, alkohol, atau
asam pada pelarut yang kurang polar akan mengganggu aktivitas adsorben. Pelarut yang
mampu menjalankan elusi terlalu cepat tidak akan mampu mengadakan pemisahan yang
sempurna. Sebaliknya elusi yang terlalu lambat akan menyebabkan waktu retensi yang
terlalu lama. Sistem pelarut dengan kepolaran yang bertingkat sering juga digunakan
adalah pelarut mengelusi kolom. Pelarut yang pertama kali digunakan adalah pelarut non
polar untuk mengelusi komponen yang kurang polar kemudian pelarut yang lebih polah
ditambahkan untuk mengelusi komponen yang lebih polar juga.
Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung
bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Komponen –komponen
lainnya akan dielusi menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi
pemisahan komponen – komponen campuran tersebut. Semakin lama proses mengalir
semakin jauh jarak antar komponen, maka semakin sempurna pemisahan meskipun
diperlukan tabung panjang serta eluen dan adsorben yang banyak. Komponen satu
dengan yang lain dapat dipisahkan dengan mendorong adsorben keluar dan dipotong
berdasarkan komponennya setelah memisah, Kemudian dikumpulkan berupa fraksi
ketika keluar dari alas kolom yang disebut eluat. Eluat dimasukkan ke dalam pelarut dan
disaring untuk memisahkan adsorben sehingga didapat larutan yang mengandung satu
komponen. Dengan ini, berbagai macam- macam molekul dapat dipisahkan berdasarkan
pergerakan pada kolom.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi kolom
adalah fasa diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam), ukuran kolom (diamter
dan panjang kolom), dan kecepatan alir elusi
Pemisahan dengan kromatografi kolom baik untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar ( lebih dari 1 gram) sedangkan komponen yang jumlahnya sangat
kecil digunakan kromotografi gas atau kromatografi kinerja tinggi. Beberapa hal yang
dalam kromatografi kolom yaitu adsorben yang lebih kecil dan luas, tekanan pompa
untuk mendorong pelarut, detektor untuk analisis (kualitatif dan kuantitatif) senyawa-
senyawa yang terelusi, dan pengemasan baru adsorben dalam kolom.
Berikut ini adalah informasi bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum uni:
1. Silica gel
Silica gel mempunyai afinitas besar terhadap air dan digunakan secara luas
sebagai pengering (desikan). Silica gel digunakan sebagai adsorben penopang
padat untuk menahan air dalam kromatografi kolom karena kolom yang dibentuk
memiliki area permukaan yang sangat luas, tekstur dan struktur yang kompak dan
teratur berbentuk tetrahedral raksasa berikatan kuat dan rapat sehingga mampu
menghasilkan proses pemisahan yang lebih optimal. Permukaan silica gel
mengandung gugus silanol yang berpotensi membentuk ikatan hirogen yang kuat
dengan senyawa yang dipisahkan, terutama dengan donor H seperti alkohol,
fenol, amina, amida, dan asam. Semakin kuat ikatan hidrogennya, maka semakin
kuat tertahan oleh silica gel. Silika gel digunakan untuk identifikasi kelas-kelas
lipida. Pemisahan didasarkan pada interaksi (ikatan hidrogen, gaya van der waal,
dan ikatan ionik) antara molekul lipida dan silika gel.
Silica gel dapat menimbulkan iritasi jika kontak dengan tangan dan mata
dan berbahaya jika terhirup apalagi tertelan. Sifat fisiknya yaitu bentuk padat,
berwarna putih, tidak berbau dan rasa hambar .Sifat kimia silica gel yaitu
higroskopik, rusak pada suhu diatas 23ºC, tidak larut dalam air dingin dan etanol
tapi larut di KOH panas dan larutan NaOH, tidak stabil pada dengan HF,OF2, ClF3
dan XeF6.
2. Minyak kelapa
Minyak kelapa merupakan senyawa netral, larut dalam pelarut organik tapi
tidak larut dalam air. Minyak kelapa adalah ester dari gliserol dengan berbagai
asam monokarboksilat berantai lurus (asam lemak). Asam lemak dibedakan
menjadi dua berdasarkan strukturnya yaitu asam lemak jenuh (tidak memiliki
ikatan rangkap) dan asam lemak tidak jenuh(memiliki ikatan rangkap). Sifat tidak
larut dalam air disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon panjang dan
tidak adanya polar. Komponen utama minyak kelapa adalah asam lemak.
Hidrolisis mudah terjadi dalam asam lemak rendah yaitu asam lemak dengan
asam karbon < C 14. Minyak kelapa termasuk dalam golongan asam lemak rantai
karbon sedang, jika dihidrolisis dapat menurunkan mutu/kualitas minyak.
3. Kloroform
Kloroform sering digunakan sebagai reagen analis dan pelarut. Kloroform
bersifat karsinogenik, menyebabkan iritasi kulit dan kerusakan organ melalui
eksposur yang lama dan berulang. Sifat fisik kloroform antara lain: berbentuk
cair, tidak berwarna, baunya manis, titik lebur sekitar -63ºC, titik didih sebesar
61ºC. Sifat kimianya antara lain: kelarutan dalam air sebesar 8 g/L pada 20ºC,
hindari pemanasan kuat, Peka terhadap guncangan, beresiko meledak dengan
logam basa , logam alkali tanah, alkohol, senyawa nitro organik, amonia dan NO,
bereaksi hebat dengan logam dan senyawa hidrogen nonlogam.
4. Asam asetat
Bahaya asam asetat adalah timbul iritasi jika kontak dengan mata dan
kulit, pencernaan tidak nyaman jika tertelan serta iritasi pada saluran pernapasan
jika terhirup. Sifat fisik asam asetat antara lain: cairan tak berwarna, bau
menyengat, titik leleh 16.7ºC, titik didih 118.1ºC, dan bercampur dengan air. Sifat
kimianya yaitu hindari panas, sumber pengapian, logam, oksidator, alkali kuat,
amina, sianida, sulfida, asam kromat, asam nitrat, hidrogen peroksida, dan
karbonat.
5. NaOH
NaOH banyak digunakan dalam industri pembuatan pulp dan kertas ,
tekstil , air minum , sabun dan deterjen. Bahaya NaOH yaitu menyebabkan mata
dan kulit terbakar jika terjadi kontak langsung, iritasi saluran pernapasan parah
dengan kemungkinan luka bakar jika tertelan , pneumonitis kimia dan edema paru
jika terhirup. Sifat fisik NaOH yaitu berbentuk padatan putih, titik lebur 318 °C,
titik didih 1388 °C. Sifat kimianya antara lain: pH tinggi/ sangat basa,
higroskopis, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur, mudah larut dalam
air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter, mudah terionisasi membentuk ion
natrium dan hidroksida pada kondisi murninya. Kontak dengan logam seperti
aluminium dan seng menyebabkan pembentukan gas hidrogen mudah terbakar.
III. Metodologi Percobaan
III.1Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Kolom Kromatografi
Beaker glass
Pengaduk gelas
Neraca analitik
III.1.2 Bahan
Minyak kelapa
Silica gel 60
Kloroform
Asam asetat
Akuades
Kapas
NaOH 0,1N
Indikator pp
Campuran alkohol : benzena ( 7:3)
III.2 Skema kerja
III.2.1 Penyiapan kolom
- Disuspensi 5 gram dalam 30 mL kloroform-asam asetat
( 100:1 )
- Dimasukkan suspensi kedalam kolom gelas berdiameter 2,2
cm dan tinggi 30 cm yang bagian dasarnya telah diberi kapas
- Didiamkan selama 24 jam untuk mendapatkan distribusi
adsorben yang seragam ( tinggi adsorben 5 cm )
Silica gel 60
Hasil
III.2.2 Pemisahan dengan kromatografi kolom
- Dimasukkan sebanyak 0,1 g pada kolom
- Dielusi dengan kloroform - asetat ( 100:1 ) dengan kecepatan
alir 1 mL/menit
- Ditampung eluat yang didapat, 2 mL/fraksi
III.2.3 Identifikasi asam lemak
- Ditambah dengan larutan alkohol-benzena ( 7:3 ) sebanyak
1,5 mL
- Dipanaskan sambil diaduk sampai timbul gelembung kecil
- Diberi 3 tetes indikator pp setelah terbentuk campuran
homogen
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan
- Ditentukan jumlah asam lemak bebas
- Dilakukan duplo
Sample
Eluat
Hasil
Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil Percobaan
Keterangan V eluat V NaOHawal V NaOHakhir V NaOH yang dibutuhkan
Fraksi 1 3,5 mL 0 mL 0 mL 0,1 mL
Fraksi 2 3,5 mL 0,1 mL 0,2 mL 0,1 mL
IV.2 Pembahasan
Kromatografi kolom merupakan suatu teknik pemisahan campuran
berdasarkan adsorbsi (daya serap) komponen-komponen campuran dengan
afinitas yang berbeda-beda terhadap permukaan adsorbennya sebagai fasa diam.
Komponen campuran yang memiliki ikatan yang kuat dengan adsorben akan
cenderung bergerak lebih lambat melewati kolom dibandingkan molekul yang
berikatan lemah, sehingga masing- masing komponen dapat dipisahkan
berdasarkan pergerakan pada kolom.
Berdasarkan mekanismenya, kromatografi kolom termasuk
kromatografi adsorbsi pada kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka
karena penggunaan adsorben (padat) dan eluennya (cair). Kolom kromatografi
berupa pipa gelas (sebagai penunjang fasa diam) yang dilengkapi dengan kran
(untuk pengatur aliran elusi) dan glass woll atau kapas di dalamnya sebagai
penyaring. Bagian dasar kolom berbentuk sedemikian rupa agar fasa diam tetap
dalam keadaan statis dan labu erlenmeyer sebagai penampung eluat. Penyiapan
kolom dalam praktikum ini menggunakan cara basah yaitu adsorben (silica gel)
disuspensi menjadi bubur terlebih dahulu menggunakan pengelusi (kloroform-
asetat 100: 1) untuk fasa gerak, kemudian dimasukkan kedalam kolom melalui
dinding secara kontinyu sedikit demi sedikit, sambil kran kolom dibuka. Eluen
dialirkan hingga silika gel mapat, lalu dibiarkan mengalir sampai batas adsorben
dan kran ditutup.
Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak dan
ukurannya harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat menyebabkan
adsorbsi tidak reversible. Fasa gerak dapat berupa pelarut tunggal atau campuran
beberapa pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau non polar
dengan berat molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam. Ukuran kolom
yang digunakan tergantung banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum
ukuran kolom yang digunakan memiliki perbandingan panjang dan diameter
sebesar 8 : 1, sedangkan jumlah penyerapannya adalah 25-30 kali berat bahan
yang akan dipisahkan.
Adsorben yang digunakan dalam praktikum ini adalah silica gel. Silika
gel merupakan bentuk silika yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium
silikat (NaSiO2). Sol mirip agar – agar ini dapat didehidrasi sehingga menjadi
padatan (butiran mirip kaca) yang bersifat tidak elastis sehinga silica gel
dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis. Silica gel
yang siap digunakan berwarna biru namun setelah menyerap banyak kelembaban,
warnanya berubah menjadi pink (merah muda). Untuk itu perlu dilakukan
regenerasi dengan memanaskannya didalam oven karena panas dapat
mengeluarkan kelembaban sehingga warnanya menjadi biru dan kembali bisa
digunakan.
Pelarut yang digunakan adalah kloroform- asam asetat (100 :1) untuk
mengelusi sampel agar bergerak turun melewati kolom dan pada bagian atas
kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara adsorben, komponen campuran,
dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap jika komponen yang satu dengan yang
lain bergerak turun ke bagian kolom dengan waktu atau kecepatan yang berbeda-
beda hingga terjadi pemisahan antar komponen. Alasan penggunaan kloroform-
asam asetat sebagai fasa gerak karena persamaan sifat non polar antara eluen dan
adsorbennya sehingga terjadi reaksi kesetimbangan yang akhirnya dapat
memisahkan beberapa komponen dalam campuran.
Sampel dimasukkan ke kolom lalu ditampung fraksinya. Eluat yang
telah didapat sebanyak 3,5 mL/ fraksi, selanjutnya ditambahkan larutan alkohol-
benzena (7:3) yang berfungsi untuk menghidrolisis minyak kelapa (lemak)
menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dilakukan dengan cara pemanasan
sampai fraksi berubah warna dari kuning pucat menjadi kuning tua jernih
(homogeny) dan timbul gelembung kecil saat diaduk.
Minyak kelapa adalah minyak nabati dari daging buah kelapa (segar
maupun kopranya) yang diproses basah karena ada penambahan air untuk
mengekstraksi. Minyak kelapa merupakan lemak, senyawa netral yang larut dalam
pelarut minyak (kloroform, benzena, atau eter) namun tidak larut dalam air karena
adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya struktur polar.
Minyak kelapa adalah ester dari asam karboksilat rantai panjang dengan alkohol
(gliserol) dengan berbagai asam monokarboksilat berantai lurus (asam lemak).
Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak yang mengandung asam lemak
rendah yaitu asam lemak dengan asam karbon kurang dari < C 14 seperti minyak
kelapa yang tergolongan asam lemak rantai karbon sedang.
Asam lemak merupakan asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat
tinggi (rantai C lebih dari 6). Asam lemak mengandung C genap sekitar 18 – 20
tiap molekul, variasi jumlah C sekitar 4 – 40 dan struktur tidak bercabang.
Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Asam lemak jenuh (saturated fatty acids=SFAs) yaitu asam lemak yang
tidak memiliki ikatan rangkap. Contohnya lemak hewani, ASI (asam
laurat) dan minyak kelapa.
b. Asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acids) yaitu asam lemak yang
memiliki ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh dibedakan lagi menjadi
dua yaitu:
1. Monounsaturated fatty acids (MUFAs) hanya terdapat satu ikatan
rangkap dalam strukturnya. Contohnya lemak nabati, asam oleat.
2. Polyunsaturated fatty acids (PUFAs) terdapat lebih dari satu ikatan
rangkap dalam strukturnya. Jenis PUFAs yaitu asam lemak Omega-6
Cis dan asam lemak Omega-3 Cis (berdasarkan letak ikatan
rangkapnya pada ikatan karbon nomor dari gugus omega ). Contohnya
asam linoleat.
3. Eikosanoid yaitu senyawa yang berasal dari asam lemak
eikosapolienoat seperti prostanoid (prostaglandin, prostasiklin dan
tromboxan) dan leukotrien.
Gambar 1. Struktur asam lemak jenuh
Gambar 2. Struktur asam lemak tidak jenuh
STRUKTUR ASAM LEMAK TAK JENUH
Asam lemak merupakan asam lemah yang terdisosiasi sebagian di dalam
air. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin
panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar
larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada
asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi
dengan oksigen (mudah teroksidasi) membentuk hidrokarbon, alkanal, keton,
serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol) sehingga muncul bau tengik.
Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki
dua bentuk yaitu cis (pada asam lemak nabati) dan trans (pada sisa metabolisme
atau dibuat secara sintetis.
Lemak akan terhidrolisis jika dididihkan dengan asam atau basa.
Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan
campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol sedangkan dengan asam akan
menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya. Dalam praktikum
digunakan asam lemak sebagai pengganti trigliserida sehingga dihasilkan air
sebagai produk samping. Persamaana reaksi yang terjadi yaitu:
C18H36COOH + NaOH C18H36COONa +
H2O Asam Lemak Natrium Hidroksida Sabun Air
Selanjutnya, larutan ditambah 3 tetes indikator pp dan dititrasi
menggunakan NaOH 0,1 N. Fungsi penambahan indikator pp adalah sebagai
indikator asam basa agar titrasi dapat dihentikan saat mencapai titik akhir titrasi,
karena dalam titrasi terjadi reaksi antara asam lemah dan basa kuat. Indikator pp
memiliki trayek pH sebesar 8,0-9,6 yang dapat mendeteksi sifat basa hasil reaksi
berupa C18H36COONa sehingga berubah warna menjadi merah saat dicapai titik
ekivalennya. Dari dua fraksi yang diperoleh, membutuhkan voleme NaOH yang
sama saat titrasi sebesar 0,1 mL sehingga dapat diidentifikasi asam lemak dalam
minyak kelapa 0,1 g sebesar 2,85 x 10-3 M.
Percobaan kromatografi kolom terdapat beberapa istilah yang mirip
namun berbeda arti seperti elusi, eluen, dan eluat. Elusi merupakan proses
pengaliran zat pelarut, dimana yang dimaksud zat pelarut adalah eluen. sedangkan
zat yang dihasilkan dari proses pengaliran zat pelarut yang melewati sebuah
kolom disebut eluat.
Dari percobaan yang dilakukan terdapat beberapa hal yang meragukan
seperti saat proses titrasi menggunakan NaOH, larutan eluat 1 yang telah berubah
warna menjadi merah muda kembali menjadi kuning setelah dibiarkan beberapa
menit. Hal ini dimungkinkan karena larutan eluat masih panas tapi langsung
dititrasi sehingga basa cepat dideteksi oleh indikator PP di keadaan awal. Pada
fraksi 2, larutan eluat didinginkan lalu dititrasi. Saat mencapai titik ekivalen
titrasi, larutan berubah warna menjadi merah muda tapi bentuk larutan tidak
bercampur, tapi warna tidak hilang saat dibiarkan beberapa waktu.
V. Kesimpulan dan Saran
V.1Kesimpulan
Dari percobaan pemisahan asam lemak dalam minyak kelapa
menggunakan metode kromatografi kolom, disimpulkan bahwa prinsip pemisahan
kolom didasarkan pada adsorbsi komponen-komponen campuran dengan afinitas
yang berbeda-beda terhadap adsorbennya sehingga masing- masing komponen
mencapai dasar kolom dengan kecepatan berbeda, beberapa komponen dalam
campuran berhasil dipisahkan.
V.2Saran
Sebelum dilaksanakan praktikum, asisten dan praktikan sebaiknya
memahami terlebih dahulu materi praktikum terkait agar terjadi simulasi kerja
sama yang baik saat pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta : Penerbit ANDI
Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung : ITB
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press
Hostettmann, Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung: ITB
Jhonson, Edward dan R. Stevenson. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Bandung: ITB
Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Pemisahan Kimia. Jember : FMIPA
Universitas Jember.
Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN PERHITUNGAN
N NaOH = 0,1 N
N NaOH = M NaOH
ek
0,1 N = M NaOH
1
M NaOH = 0, 1 M
Penentuan Kadar Asam Lemak dalam Minyak Kelapa
C18H36COOH + NaOH C18H36COONa + H2O
n NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,1 M x 0,1. 10-3 L
= 1,0 . 10-5 mol (fraksi 1= fraksi 2)
n Asam Lemak = 11
x 1,0 . 10-5 mol
= 1,0. 10-5 mol
M Asam lemak = 1,0.× 10−5 mol
3,5 ×10−3 L
= 2,85 x 10-3 M
M rata2 Asam lemak = 2,85 x 10 -3 + 2,85 x 10 -3 M
2
= 5,7 x 10 -3 M
2
= 2,85 x 10-3 M