pranata sosial dalam islam
DESCRIPTION
pranata sosialTRANSCRIPT
PRANATA SOSIAL DALAM ISLAMPranata merupakan istilah sosiologi yang sering dihubungkan dengan kata
sosial. Oleh karena itu dalam pembahasan sosiologi pranata selalu disebut istilah
pranata sosial. Pranata sosial berasal dari istilah bahasa inggris intitution. Istilah-
istilah lain pranata sosial ialah lembaga dan bangunan sosial. Walaupun istilah
yang digunakan berbeda-beda, tetapi intitution menunjuk pada unsur-unsur yang
mengatur perilaku anggota masyarakat.
Pranata juga bersal dari bahasa lain istituere yang berarti mendirikan. Kata
bendanya adalah institution yang berarti pendirian. Dalam bahasa
Indonesia institutiondiartikan institusi (pranata) dan institut atau lembaga. Institusi
adalah sistem norma atau aturan yang ada. Institut adalah wujud nyata dari norma-
norma.
Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau
kebutuhan tertentu. Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang
terdapat dalam pranata termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan.
Pranata merupakan seperangkat aturan, bersifat abstrak. Menurut
Koentjaraningrat, istilah pranata dan lembaga sering dikacaukan pengertiannya.
Sama halnya dengan istilah institution dengan istilah institute. Padahal kedua
istilah itu memiliki makna yang berbeda.
Salah satu gagasan dasar dalam rumpun ilmu-ilmu sosial, khhususnya
dalam disiplin antropologi dan sosiologi adalah tentang institusi sosial (social
institution), sebagai salah satu aspek statis dalam kehidupan masyarakat.
Antropologi lebih menekankan pada aspek kebudayaan, sedangkan sosiologi lebih
menekankan pada aspek struktur dan proses sosial.
Selanjutnya pranata itu mengalami konkretisasi dalam struktur
masyarakat, dalam bentuk berbagai organisasi sosial sebagai wahana untuk
memenuhi kebutuhan hidup secara kolektif dan terencana.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pranata Islam dapat juga diartikan
sebagai aturan-aturan atau norma-norma seperti pranata peribadatan, pranata
kekerabatan, pranata pendidikan, pranata keilmuan, pranata politik, pranata
hukum, pranata ekonomi dan lain-lain.
STUDI PRANATA ISLAM
1. Pengertian pranata
Pranata adalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas yaitu aturan-aturan
atau norma-norma yang mengatur kehidupan sosial masyarakat dan juga berkaitan
dengan ajaran islam. Jadi, pranata dalam ajaran islam adalah nilai-nilai yang
mengatur kehidupan sosial masyarakat muslim berdasarkan syari’at Islam.
2. Faktor-faktor Pranata Sosial dalam Islam
a. Pranata Peribadatan
Pranata peribadatan merupakan norma-norma dalam memenuhi kebutuhan
manusia, sebagai hamba (‘abd), dalam melakukan hubungan dengan Allah
Swt. Secara langsung yang dilakukan dengan tata cara dan upacara tertentu,
yang dalam wacana fiqh disebut fiqh ibadah. Untuk memenuhi kebutuhan itu
dilakukan penataan, yang meliputi persyaratan, komponen (rukun) an
kaifiahnya. Komponen dan kaifiah kegiatan peribadatan antara lain shalat,
saum, haji dan umrah bersifat tetap, namun terdapat nuansa dan keragaman
dalam pelaksanaannya, menurut aliran fiqh (madzhab). Pranata peribadatan
itu sangat dekat dengan keyakinan (akidah), dan otoritas ulama madzhab
sangat dominan. Secara praktis penyelenggaraan dan sarana
peribadatan mengalami keragaman dan perkembangan.
b. Pranata Kekerabatan
Pranata kekerabatan merupakan norma-norma dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan dan pengembangan keturunan (reproduksi) , juga
untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan yang dianut secara
kolektif. Untuk memenuhi kebutuhan itu dilakukan penataan hubungan antar
individu di dalam lingkungan keluarga, sebagai organisasi sosial terkecil.
c. Pranata Pendidikan
Pranata pendidikan merupakan norma-norma dalam memenuhi kebutuhan
sosialisasi keyakinan, nilai-nilai, dan kaidah-kaidah yang dianut oleh suatu
generasi kepada generasi berikutnya. Selanjutnya, sosialisasi itu meliputi
informasi-informasi baru dan berbagai jenis keterampilan yang dibutuhkan di
dalam lingkungan keluarga (domestic affairs), sebagai pelaksanaan perintah
Allah untuk menghindarkan diri dan keluarga dari api neraka (QS. Al-tahrim:
6). Kemudian, sebagian tugas pendidikan itu diserahkan kepada masyarakat
luas (public affairs). Dan kemudian berubah orientasi, menjadi upaya
pengembangan potensi individual yang disiapkan untuk menjadi warga
masyarakat yang berkeahlian dan berguna.
d. Pranata Keilmuan
Pranata keilmuan merupakan merupakan norma-norma untuk memenuhi
kebutuhan dalam pengembangan pemahaman terhadap ayat-ayat Allah, yaitu
ayat-ayat qawliyah dan ayat-ayat kawniyah. Ayat-ayat Qur’an yang pertama
kali diterima Rasulullah Saw. (Q.S. al-‘Alaq:15) memberi petunjuk tentang
keharusan “membaca” ciptaan Allah Swt. Untuk memenuhi kebutuhan itu
dilakukan penataan tentang sumber, subtansi, metode, dan kegunaan hasil
pemahaman tersebut. Kedua jenis ayat itu dideduksi dari ayat-ayat al-Qur’an
dan teks hadis; dan diinduksi dari bebagai gejala ilmiah, perilaku manusia,
dan kebudayaan. Hasil pemahaman itu disebarluaskan dalam berbagai karya
ilmiah, di antaranya dalam kitab-kitab fiqh dalam berbagai mazhab.
Adanya berbagai mazhab fiqh, umpamanya, menunjukkan bahwa didalam
masyarakat Islam di kenal pranata keilmuan, dengan ulama’ sebagai
sentralnya. Ia merupakan pengembangan suatu kegiatan intelektual yang
dilakukan dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu secara
konsisten. Kegiatan itu berlangsung secara berkelanjutan, yang kemudian di
kalangan antropolog dikenal sebagai salah satu ciri tradisi besar (great
tradition). Pusat-pusat penelitian tumbuh dan berkembang, terutana dalam
lingkungan pesantren, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyararakat.
Ulama, sebagai kelompok elite dalam masyarakat Islam memiliki
karakteristik sendiri, serta memiliki peranan yang penting dalam
perkembangan masyarakat bangsa.
e. Pranata Penyiaran
Pranata penyiaran merupakan norma-norma dalam memenuhi kebutuhan
penyebarluasan ajaran Islam di dalam maasyarakat, yang kemudian dikenal
sebagai pranata dakwah. Kebutuhan yang bersifat normatif itu, antara lain,
mengacu pada QS. An-Nahl : 125. Untuk memenuhi kebutuhan itu, dilakukan
penataan tentang para pelaku (da’i), bahan penyiaran, kelompok sasaran,
serta metode dan medianya. Penyiapan tenaga da’i dilakukan melalui proses
kaderisasi (pendidikan, pelatihan, dan penugasan); seleksi bahan penyiaran
untuk berbagi kelompok sasaran;pembentukan berbagai sasaran; pembentuk
berbagai saluran.
f. Pranata politik
Pranata politik merupakan norma-norma dalam memenuhi kebutuhan
pengalokasian nilai-nilai dan kaidah-kaidah Islam melalui artikulasi politik di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Pranata Hukum
Pranata hukum merupakan norma-norma dalam memenuhi kebutuhan
ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat. Untuk memenuhi
kebutuhan itu dilakukan penataan kehidupan bersama yanng mengacu kepada
patokan tingkah laku yang disepakati, yaitu hukum. Patokan tersebut
dirumuskan dan ditetapkan oleh yang memiliki otoritas di dalam masyarakat.
Dalam patokan tingkah laku diatur hak dan kewajiban individual, baik dalam
hubungan antar individu maupun yang berkenaan dengan urusan yang
bersifat kolektif dan publik. Disamping itu, terdapat pengaturan mekanisme
hubungan dalam penerimaan dan penunaian hak dan kewajiban tersebut.
Apabila terjadi perilaku menyimpang, ditentukan cara-cara penyelesaiannya.
Gagasan hukum islam, terinternalisasi ke dalam istilah-istilahhukum dan
politik di Indonesia. Hal itu merupakan potensi dalam pengembangan hukum
islam melalui supra dan insfrastruktur politik, sehingga tumbuh berbagai
pranata hukum di antarannya hukum, majelis hakim, keadilan, peradilan,
mahkamah, tertib hukum, dewan hisbah, komisi fatwa, dan tahkim.
h. Pranata Ekonomi
Pranata ekonomi merupakan norma-norma dalam pemenuhan kebutuhan
barang dan jasa dalam kehidupan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan
itu dilakukan penataan berbagai akad dalam pola-pola produksi, distribusi,
dan kosumsi barang dan jasa.
Kegiatan perekonomian bagi masyarakat modern biasanya banyak terjadi
dikota terfokus pada sektor industri dan jasa. Kenyataan ini terlihat pada
tingkat keahlian dan profesionalisme pekerjaan mereka seperti dokter, pilot,
dosen, bisnismen, direktur lain sebagainya.Dalam Islam faktor ekonomi
merupakan hal sangat penting dalam membangun kesejahteraan Umat Islam.
Salah satu buktinya adalah eksistensi Bank Syari`ah dan mu`amalat di
Indonesia. Keberadaan sudah teruji dan terbukti ketika ketika Indonesia
mengalami krisis ekonomi maka bank ini tetap bertahan, sebab prinsip yang
ditanamkan adalah bagi hasil dan tidak ada yang dirugikan malah sebaliknya
sama-sama untung.
i. Pranata Kesehatan
Pranata kesehatan merupakan norma-norma dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan dan perawatan kesehatan secara individual dan kolektif. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan pengaturan tentang cara dan etika
yang digunakan. Terdapat pranata yang bersifat tradisional dan kemudian
mengarah kepada cara modern, yang menggunakan pendekatan keilmuan.
j. Pranata Perawatan Sosial
Pranata perawatan sosial merupakan norma-norma dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan sosial bagi kelompok masyarakat tertentu , yang karena
keterbatasan sumber daya, memerlukan pelayanan dan perawatan dari
kelompok masyarakat lainnya. Hal itu merupakan penjelmaan dari salah satu
solidaritas sosial dan tanggung jawab sosial (tafakul al-ijtima’i). Pranata itu
ada yang bersifat spontan (cresive) dan individual, ada pula yang
terorganisasi, terencana, dan bersifat kolektif, seperti panti asuhan bagi anak-
anak yatim dan panti perawatan orang-orang jompo. Disamping itu,
pemenuhan kebutuhan perawatan terhadap korban perang, kerusuhan, dan
bencana alam merupakan bagian dari pranata ini.
k. Pranata Kesenian
Pranata kesenian berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan kreasi dan
ekspresi kesenian. Hal itu merupakan bentuk ekspresi nilai-nilai keislaman
dalam bentuk seni.
Dari berbagai pranata sosial itu, tiga kelompok pertama, sebagaimana telah
dikemukakan di atas, sangat erat hubungannya dengan keyakinan umat Islam
karena dipertela dalam Qur’an dan Hadist Nabi. Al-Quran dan Hadis memiliki
kepekaan yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Oleh karena itu, alokasi hukum
islam, atau nilai Islam pada umumnya, terinternalisasi ke dalam pranata-pranata
itu secara maksimal, sehingga menjadi basis masyarakat Islam dalam konteks
pergaulan hidup secara global. Sedangkan perkembangan pranata-pranata tersebut
sejalan dengan perkembangan masyarakat pada umumnya. Atas perihal tersebut,
hukum keluarga ditransformasikan ke dalam peratuaran perundang-undangan di
negara-negara yang bersangkutan.
Dalam masyarakat transisi, dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat
industrial, seperti di Indonesia, perkembangan pranata sosial itu beraneka ragam.
Ada yang bersifat sederhana dan terbatas, ada pula yang bersifat kompleks dan
menyebar secara luas. Kedua gejala itu bersifat kontinum, menuju ke arah yang
kompleks. Dalam proses itu terjadi adaptasi terhadap perubahan yang muncul
karena tuntutan internal maupun eksternal. Berkenaan dengan
perubahan yang berlangsung terus-menerus maka muncul berbagai tuntutan
baru, yang mendorong pengembangan dan perluasan pranata sosial itu. Dengan
perkataan lain, pranata sosial itu mengalami perubahan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif (pertumbuhan, perkembangan, pengembangan, pembaharuan,
kemajuan, modifikasi, adaptasi, dan sejenisnya).