preeklamsia kk

Upload: hisyam-muhammad

Post on 17-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANPREEKLAMPSIA

NURAQIDAH, S. Kep70500112126

CI Institusi,

CI Lahan

PROGRAM PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDINMAKASSAR2013BAB IKONSEP DASAR MEDISA. PreeklampsiaPreeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema. Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :a. Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan pembengkakan, dibarengi dengan perubahan pada refleksb. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuriac. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria d. Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan e. Pre eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. B. EtiologiPreeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut the disease of theories. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya Preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.C. PatofisiologiPada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.D. Tanda Dan Gejala Biasanya tanda-tanda Preeklampsia timbul dalam urutan: pertambahan beratbadan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. PadaPreeklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada PreeklampsiaberatGejala-gejalanya adalah:1. Tekanan darah sistolik160 mmHg2. Tekanan darah diastolik110 mmHg3. Peningkatan kadar enzim hati/ ikterus4. Trombosit < 100.000/mm5. Oliguaria < 400 ml/24 jam6. Proteunaria > 3 g/liter7. Nyeri epigastrium8. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat9. Perdarahan retina10. Edema pulmonum11. KomaE. Manifestasi KlinikBiasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan F. KlasifikasiDibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :Preeklampsia Ringan1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.3. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream. Preeklampsia Berat1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.5. Terdapat edema paru dan sianosis.G. Komplikasi1. kematian ibu dan janin2. solutio plasenta3. hipofibrinogenemia4. hemolisis5. perdarahan otak6. kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)7. edem paru-paru8. nekrosis hati9. kelainan ginjal10. komplikasi lain spt lidah tergigit, trauma dan fraktur krn jatuh akibat kejang, pneumonia aspirasi11. prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterinH. PencegahanPreeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang berisiko terjadinya preeklampsia. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi angka kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.1. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan urin untuk menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian preeklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan preeklampsia :2. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin, rendah lemak. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.3. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kea rah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.4. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peraan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :1.Uji kemungkinan preeklampsia :a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannyab) Pemeriksaan tinggi fundus uteric) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edemad) Pemeriksaan protein dalam urinee) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, dan pemeriksaa retina mata.2.Penilaian kondisi janin dalam rahima) Pemeriksaan tinggi fundus uterib) Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketubanc) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi I. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari)4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.b. Penatalaksanaan pre-eklampsia beratDapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.BAB IIKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PengkajianData yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :1. Data subyektif :Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahuna) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kaburb) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DMc) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnyad) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingane) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya2. Data Obyektif :a) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jamb) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edemac) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distresd) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )e) Pemeriksaan penunjang ;1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam2) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml3) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak5) USG : untuk mengetahui keadaan janin6) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janinB. Diagnosa Keperawatan1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang 2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta3. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke placenta4. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

C. Rencana Keperawatan1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkanbersihan jalan nafas maksimalKriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas paten atau aspirasi dicegahINTERVENSIRASIONAL

1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu atau alat yang lain untumenghindari rahangmengatup jika kejang terjadi.menurunkan risiko aspirasi ataumasuknya sesuatu benda asing kefaring.

2. Letakkan pasien pada posisimiring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas.

3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dad

4. Lakukan penghisapan sesuai indikasi menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia

5. Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan.

dapat menurunkan hipoksia cerebral

2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasentaTujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin Kriteria HasilDJJ ( + ) : 12-12-12Hasil NST : NormalHasil USG : NormalINTERVENSIRASIONAL

1. Monitor DJJ sesuai indikasi

Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta

2. Kaji tentang pertumbuhan janin

Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR

3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin

4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM

Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin

5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NSTUSG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

3. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke placentaTujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin Kriteria HasilINTERVENSIRASIONAL

1. Istirahatkan ibu

dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism tubuh menurun dan peredaran darah ke placenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan O2 untuk janin dapat dipenuhi

2. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiridengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak tertekan oleh uterus yang membesar sehingga aliran darah ke placenta menjadi lancar

3. Pantau tekanan darah ibu

untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke placenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.

4. Memantau bunyi jantung ibu

dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau menurukan menandakan suplai O2 ke placenta berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.

5. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter

dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan after load jantung dengn vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke placenta menjadi adekuat.

4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilangKriteria Hasil :Ibu tampak tenangIbu kooperatif terhadap tindakan perawatanIbu dapat menerima kondisi yang dialami sekarangINTERVENSIRASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan ibu

Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa

2. Jelaskan mekanisme proses persalinan

Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif

3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif

Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif

4. Beri support system pada ibu

ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati