preformulasi
DESCRIPTION
preformulasiTRANSCRIPT
-
Solubility Principles and Practices for
Parenteral Drug Dosage Form Development
Kelompok 10
Ramadeni
Della Rosalyna Setiadi
Suraiya Rahmi
Adven-
-
Pendahuluan
Masalah yang hampir selalu dihadapi dalam merancang dan mengembangkan sediaan adalah masalah kelarutan
obat. Teori tentang kelarutan merupakan konversi dari
suatu keadaan menuju keadaan lain, dan melibatkan
fenomena kesetimbangan.
Dalam bermacam sistem farmasi, aplikasi dari model ini digunakan untuk memperkirakan kelarutan dan
menyederhanakann pengembangan formulasi, sesuatu
yagn tidak selalu mudah (apalagi untuk sediaan
parenteral).
-
Teori klasik kelarutan
- Ideal solution theory : jenis solute dan solvent yang
sejenis
ex : naftalen (nonpolar) dalam benzen (nonpolar)
- Regular solution theory: dissimilar systems of solute and
solvent
ex: low polarity spt steroid dalam pelarut hidrokarbon
- Extended regular solution theory : adanya dispersi,
interaksi ikatan hidrogen dan polar sehingga menjadi
regular solution theory
-
Kebanyakan obat mudah terion, mengandung gugus polar dan bisa membentuk ikatan hidrogen. Kosolven
yang banyak digunakan seperti propilen glikol,
polietilen glikol, etanol dan air (bisa membentuk ikatan
hidrogen)
-
Desain Formula
Mayoritas kosolven yang dapat diterima, seperti propilenglikol, etanol dan air, mampu melakukan asosiasi
sendiri melalui pembentukan ikatan hidrogen. Interaksi
tersebut dapat mengganggu struktur pelarut dan
karenanya mempengaruhi kelarutan menurut cara yang
tidak terduga sama sekali.
Cara pendekatan pertama yang lazim digunakan untuk meningkatkan kelarutan air dalam suatu obat adalah
membentuk garam larut air. Jika pembentukan garam tidak
mungkin (misalnya karena garam yang terbentuk sangat
tidak stabil,a tau tidak menghasilkan molekul yang cukup
larut misalnya indometasin natrium injeksi yang hanya
stabil selama 14 hari saja dalam bentuk larutan., maka
perlu digunakan suatu seri pendekatan formulasi.
-
Pengaturan pH mungkin digunakan untuk meningkatkan kelarutan air dari obat terionisasi. Pendekatan lainnya
adalah dengan menggunakan kosolven yagn tercampur
air, atau surfaktan (solubisasi miselar) dan agen
pengomplek (misal turunan santin dengan asam salisilat
dan benzoat: komplek inklusi dengan siklodekstrin) dan
sebagainya.
-
1. Penyesuaian PH
Menurut FDA range 2 11, tapi biasanya sesuai biokompatibilitas range 4 8
Ph larutan obat tergantung pada konsentrasi obat dan laju infusi
Konsentrasi obat rendah, infusi cepat, dapat meminimumkan presipitasi (endapan)
-
Selain itu, variabel tambahan dalam formulasi yaitu kebutuhan buffer, kapasitas buffer, dan konsentrasi
obat pengaruhi kondisi jenuh konsentrasi obat dalam sirkulasi darah bisa menimbulkan presipitat secara in vivo.
Presipitat secara in vivo bergantung pada konsentrasi obat dan laju infusi.
Kelarutan obat yang rendah dan laju infusi yang cepat akan meminimalisir terjadinya presipitasi.
Buffer yang biasa digunakan untuk sediaan injeksi: asam sitrat, asam asetat, dan asam fosfat.
-
2. Kosolven
Menurut FDA : gliserin, etanol, propilen glikol,polietilen glikol, N-N dimetillacetamid
Kosolven yang digunakan 10%
Faktor yang mendukung produk yang tepat :
- Kondisi administrasi
- total dosis
- target populasi
- durasi terapi
-
3. Penggunaan Surfaktan
Surfaktan sering diinkorporasikan kedalam sistem penghantaran obat parenteral untuk mencapai satu atau
beberapa sifat tertentu:
Meningkatkan kelaruitan obat melalui miselisasi
Mencegah pengendapan obat pada waktu diencerkan
Meningkatkan stabilitas obat melalui penjeratan dalam struktur misel
Mencegah agregasi formulasi protein karena interaksi antarmuka cair/udara atau cair/padat.
Walaupun tipe surfaktan yang sudah dikenal banyak sekali, namun hanya sejumlah kecil yang boleh
digunakan dalam sediaan parenteral
-
4. Pembentukan Kompeks
Kompleksasi obat yang tidak larut air biasanya
melibatkan penggabungan obat dengan innercor dari
zat pengompleks sehingga kelompok hidrofilik dari
bgian luar zat pengompleks berinteraksi dengan air
membuat kompleks larut
Contoh amphocil, a lipid complex formed beween amphotericin B and sodium cholesteryil sulfate.
-
Salah satu masalah terbesar dari sistem
solubilisasi adalah toksisitas sistemik atau
lokal terkait dengan cara pemberian
kerusakan langsung pada sel-sel endotel kapiler di lokasi ijeksi
Particlates, interaksi agen berbahaya dengan membran, atau ketidakseimbangan dalam lingkungan selular
berkaitan dengan PH, atau tonisitas.
kerusakan dapat menyebabkan radang, manifestasinya kemerahan, pembengkakan, nyeri dan kenaikan suhu
lokal di tempat suntikan.
-
Dalam studi hemolisis secara in vitro telah
memprediksi informasi yang berguna
mengenai screening formulasi
Ukuran lisis cel memberikan informasi tentang
1. Formulasi isotonisitas, dan panduan penyesuaian formulasi dengan tonicifiers, seperti natrium klorida atau
dextrose
2. karakter rank ordee litik formula sebelum pengujian in vivo dan
3. komponen formulasi jika flebitis telah diamati sebelumnya.
-
Hidralazin HCl
-
Farmakope Eropa 6.2
Warnanya putih atau hampir putih, berbentuk serbuk
kristal. Larut dalam air, sukar larut dalam alkohol, sangat
sukar larut dalam diklorometana. pH-nya dalam air 3.5-
4.2. harus terlindung dari cahaya.
-
USP 31
Putih sampai hampir putih, tidak berbau, berbentuk
serbuk kristal. Kelarutan dalam air 1:25 dan 1:500 dalam
alkohol, sukar larut dalam eter. pH-nya dalam air 3.5-4.2.
disimpan pada tempat yang tidak lembab pada
temperatur 25 derajat.
-
Stabilitas
Hidralazin HCl sangat mudah bereaksi dengan logam,
sehingga untuk pembuatan sediaan injeksi digunakan
filter yang non-logam dan injeksi hidralazin HCl ini harus
cepat digunakan bila telah dipasangkan jarum suntik.
-
ACIKLOVIR
Kelarutan : larut dalam asam klorida 0.1 N, agak sukar
larut dalam air, tidak larut dalam etanol
-
Stabilitas.
Larutan asiklovir na dibuat dengan natrium klorida
0,9% dan dengan dextrose 5% stabil selama 7 dan 21
hari,masing-masing bila disimpan pada 23 .
Lautan disimpan pada suhu 4 yang ditemukan
menjadi stabil selama 35 hari meskipun penyimpanan
berikutnya pada suhu kamar menghasilkan presipitat
ireversibel. Presipitat juga dapat terjadi ketika larutan
disimpan dalam lemari pendingin tapi redissolves endapan
di suhu kamar. Informasi produk AS berlisensi
merekomendasikan bahwa solusi diencerkan digunakan
dalam waktu 24 jam dari persiapan.
PH
Antara 11 dan 12.5. larutan mengandung acikclovir 50
mg/mL
-
TERIMA KASIH