preparasi
DESCRIPTION
BATUBARATRANSCRIPT
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB III
PREPARASI
3.1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan
mengerti dan mampu melaksanakan secara sederhana proses
preparasi sampel untuk analisa.
3.2. Dasar Teori
Preparasi sample adalah pengurangan massa dan ukuran dari
gross sample sampai pada massa dan ukuran yang cocok untuk
analisa di Laboratorium.
Adapun tahapan-tahapan preparasi sample yaitu sebagai
berikut :
1. Pengeringan Udara (Air Drying)
Pengeringan udara pada gross sample dilakukan jika
sample tersebut terlalu basah untuk diproses tanpa
menghilangnya moisture atau yang menyebabkan timbulnya
kesulitan pada crusher atau mill. Pengeringan udara dilakukan
pada suhu ambient sampai suhu maksimum yang dapat diterima
yaitu 400C. Waktu yang diperlukan untuk pengeringan ini
bervariasi tergantung dari tipe batubara yang akan di preparasi,
hanya prinsipnya batubara dijaga agar tidak mengalami
oksidasi saat pengeringan. Pengeringan udara dilakukan pada
suhu ambient sampai suhu maksimum yang dapat diterima
yaitu 400oC.
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.1.
Sketsa Proses Pengeringan Udara
2. Pengecilan Ukuran Butir (Crushing)
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengurangan
ukuran atas sample tanpa menyebabkan perubahan apapun
pada massa sample.
Beberapa aturan dalam cara memperkecil ukuran
partikel antara lain:
a. Pengecilan ukuran harus dilakukan secara mekanis
b. Tidak diperbolehkan mengayak material yang tertahan
ayakan (oversize).
c. Semua penggerus harus selalu bersih. Misalnya pada
pemakaian hammer mill yang selalu menahan batubara
setelah penggerusan, sehingga pada penggerusan selanjutnya
dapat mengotori sample yang akan digerus.
d. Memperkecil ukuran dengan tangan tidak diperbolehkan,
kecuali untuk batubara lempengan.
Contoh alat mekanis untuk melakukan pengecilan ukuran
butir adalah :
a. Jaw Crusher biasa digunakan untuk mengurangi ukuran
butir dari 50 mm sampai 11,2 mm dan merupakan mesin
peremuk yang paling umum dengan bentuk dan mekanisme
yang sederhana untuk melakukan peremukan batuan yang
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
mengandung mineral dengan cara menjepit diantara dua
buah plat (rahang tetap dan rahang ayun) atau swing jaw,
lalu dihancurkan dengan gaya tekan remuk. Alat ini
mempunyai dua jaw (rahang) yang satu dapat digerakkan
(swing jaw) dan lainnya tidak dapat digerakkan atau
diam (Ajie, 2001).
Gambar 3.2.
Sketsa Jaw Crusher
b. Roll Crusher lebih direkomendasikan untuk jumlah atau
massa sample yang besar.
Gambar 3.3.
Sketsa Roll Crusher
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Roll Crusher terbagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
1) Double roll crusher berfungsi melakukan peremukan
dengan cara menjepit benda yang hendak diremukkan
diantara satu buah roller yang dikenal dengan sebutan
crushing roll. Keunggulan double roll crusher yaitu tidak
mudah terjadi peremukan secara berlebihan, jarang
terjadi penyumbatan pada ruang peremukan, preparasi
mudah dilakukan.
2) Single roll crusher adalah double roll crusher yang
didesain mempunyai 1 roller. Kekurangannya sering
terjadi penyumbatan terhadap partikel yang mudah
melengket.
c. Swing Hammer Mill digunakan untuk menggerus sample
sampai ukuran 0,2 mm yang akan digunakan untuk sample
yang akan dianalisa di Laboratorium.
Gambar 3.4.
Sketsa Swing Hammer Mill
3. Pencampuran (Mixing)
Pencampuran yaitu proses yang dilakukan setelah
pengecilan ukuran butir pengadukan sample agar diperoleh
sample yang homogen.
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Adapun pencampuran dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu sebagai berikut :
a. Metode manual, menggunakan riffle atau dengan
membentuk dan membentuk kembali timbunan berbentuk
kerucut.
b. Metode mekanis, menggunakan Rotary Sampel Divider
(RSD).
Gambar 3.5.
Sketsa Riffle
4. Pembagian (Dividing)
Proses untuk mendapatkan sample yang representatif dari
gross sample tanpa memperkecil ukuran butir dan alat yang
digunakan untuk batubara yaitu slotted belt.
Gambar 3.6.
Sketsa Slotted Belt
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5. Pengayakan (Screening)
Pengayakan (screening) adalah kegiatan pengelompokkan
partikel dengan melewatkan melalui mata atau lubang ayakan,
mata ayakan itu sendiri dapat dibuat dari besi yang dilubangi
dengan ukuran tertentu atau dari kawat yang dianyam partikel
yang lolos dari atau melewati mata ayakan disebut bendersize
product, akibat terlalu banyak partikel berukuran kecil dalam
jumlah yang cukup besar atau banyak dicampur dengan
partikel besar yang tinggal sebagai oversize product.
Akibat selalu adanya partikel yang berukuran kecil dalam
jumlah yang cukup besar bercampur dengan partikel besar yang
tinggal sebagai oversize produk hal ini diakibatkan mekanisme
pengayakan bekerja terhadap kelompok partikel yang tidak
bersinggungan langsung dengan lapisan yang ada diatas tidak
terkena mekanisme pengayakan untuk meningkatkan efektifitas
pengayakan atau pemisahan yakni dengan memberkan getaran
yang cukup pada permukaan ayakan. Selain itu besarnya
kandungan air dipengaruhi terhadap penggumpalan dan
kelengketan butiran partikel untuk mengatasi hal tersbut,
dilakukan pemanasan dan pengeringan terlebih dahulu atau
dengan mengaliri permukaan ayakan dengan listrik hingga
panas yang biasa disebut electric heated screen, selain metode
tersebut diatas dijumpai juga metode wet screening
(pengayakan) basah yakni dengan cara menyomprotkan air
keatas batubara mentah yang diayak atau dengan melewatkan
udara ke permukaan ayakan.
Untuk menghitung efisiensi pengayakan salah satu cara
dengan membandingkan berat undersize produk hasil
pengayakan sebenarnya terhadap berat undersize prodak pada
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pengayakan sempurna atau ideal kemudian dinyatakan dalam
persen. Pengayakan ideal adalah pengayakan dengan
menggunakan ayakan uji atau ayakan baku (standart sieve atau
test sieve) dengan lubang yang sama besarnya dan dalam waktu
yang cukup lama. Screen digunakan pada sieve analysis, sampel
yang diayak adalah sampel batubara yang telah dikering-
anginkan (air dry) terlebih dahulu di atas lantai yang kering dan
rata. Adapun kegunaan ayakan (screen) untuk mendapatkan
fraksi ukuran sampel yang telah ditentukan, umumnya ukuran
screen yang digunakan dari ukuran 50 mm - 0,5 mm. Dengan
menggunkan ukuran tersebut cukup mewakili untuk analisis
yang dilakukan di laboratorium.
Gambar 3.7.
Sketsa Screen
6. Penggerusan (milling)
Proses selanjutnya adalah milling atau penggerusan. Alat
yang digunakan adalah raymond mill. Raymond mill merupakan
alat yang digunakan untuk menggiling atau menghancurkan
sampel batubara sehingga didapatkan ukuran 0,212 mm (sampel
batubara yang telah siap dianalisa di laboratorium).
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.8.
Sketsa Raymond Mill
7. Penyimpanan Sampel (Storage)
Setelah dilakukannya berbagai macam proses preparasi,
maka selanjutnya dilakukanlah penyimpanan sampel yang
disimpan di dalam botol sampel. Sebagian sampel digunakan
analisa di laboratorium dan sebagian lagi disimpan pada storage.
(Anonim, 2015)
Preparasi merupakan persiapan sebelum dilakukan proses
konsentrasi, dalam proses ini ada beberapa tahap, yaitu :
1. Kominusi
Proses mereduksi butiran sehingga menjadi lebih kecil
dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing
(peremukan) untuk proses kering.
2. Sizing
Sizing adalah tindakan untuk mengelompokkan partikel
menurut besar kecilnya ukuran. Sizing merupakan aktivitas
yang sangat penting dalam upaya penyeragaman ukuran untuk
mendapatkan kelompok partikel dengan ukuran butir yang
sesuai untuk tiap-tiap metode pemisahan atau pengolahan
mineral.
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Selain itu pengayakan (screening dan classification)
dipakai juga dalam penanganan air atau pengolahan buangan
limbah. Pengelompokan mineral yang dapat dilakukan dengan
cara screening dan classifying. Classifying adalah pemisahan
butir mineral yang berdasarkan kecepatan jatuhnya material
dalam suatu media cair atau udara. Alat yang digunakan adalah
classifier. Screening adalah kegiatan pengelompokkan partikel
dengan melewatkan melalui mata atau lubang ayakan, mata
ayakan itu sendiri dapat dibuat dari besi yang dilubangi dengan
ukuran tertentu atau dari kawat yang dianyam partikel yang
lolos dari atau melewati mata ayakan disebut bendersize
product, akibat terlalu banyak partikel berukuran kecil dalam
jumlah yang cukup besar atau banyak dicampur dengan
partikel besar yang tinggal sebagai oversize product.
(Anonim, 2015)
Preparasi sampel (American Standard Testing dan Material
D-2013) yaitu pengeringan pada udara, penggerusan (crushing),
pencampuran (mixing), dan pembagian sampel (dividing) sehingga
sampel siap dianalisis.
Berdasarkan keadaan contonya, terdapat 2 jenis preparasi
sebagai berikut :
1. Conto ruah ( bulk samples )
Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan,
pencucian, pengayakan.
2. Konsentrat
Preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan sifat
sampelnya.
(Anonim, 2015)
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.3. Alat dan Bahan
1.3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum preparasi
kali ini adalah
a. Crusher, berfungs menghancurkan atau mereduksi
ukuran material.
Gambar 3.9.
Sketsa Crusher
b. Sendok, berfungsi mengambil sampel batubara yang di
crusher.
Gambar 3.10.
Sketsa Sendok
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Sieve, digunakan untuk menyeragamkan ukuran butir.
Gambar 3.11.
Sketsa Sieve
d. Palu, berfungsi untuk mengecilkan batubara berukuran
bongkah.
Gambar 3.12.
Sketsa Palu
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
e. Kuas, berfungsi untuk membersihkan material batubara
yang ada pada saringan crusher dan juga untuk
memberikan sieve.
Gambar 3.13.
Sketsa Kuas
f. Timbangan, berfungsi menimbang hasil berat dari
sampel batubara.
Gambar 3.14.
Sketsa Timbangan
g. Toples, berfungsi menyimpan material yang sudah
dipreparasi.
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.15.
Sketsa Toples
h. Peralatan safety, berfungsi untuk melindungi diri dari
bahaya saat praktikum berlangsung.
Gambar 3.16.
Sketsa Peralatan Safety
i. Ember, berfungsi sebagai tempat sampel sementara.
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.17.
Sketsa Ember
j. Penggaris, berfungsi untuk mengukur.
Gambar 3.18.
Sketsa Penggaris
1.3.2. Bahan
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah batubara dengan kalori ± 6000 kkal/kg.
1.4. Prosedur Percobaan
1.4.1. Preparasi untuk analisa briket
Kelompok IV
Material BatubaraUkuran awal ± 5 – 10 cm
Crusher
Material BatubaraUkuran awal 1 – 3 mm
Timbang
Sampel Briket
Dimasukkan
Dihasilkan
Berat sampel ± 2 kg
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.20.
Flowchart Preparasi Briket
Langkah kerja :
a. Menyiapkan material batubara dengan ukuran 5 – 10 cm
b. Memasukkan sampel (material batubara) ke dalam crusher.
c. Menimbang sampel yang telah di crusher dengan ukuran 1
– 3 mm sebanyak ± 2 kg.
d. Menyimpan sampel pada toples yang telah diberikan label
untuk menghindari tertukarnya sampel.
e. Menutup rapat toples sampel.
f. Menganalisa sampel
1.4.2. Preparasi untuk analisa total moisture
Kelompok IV
Material BatubaraUkuran awal 1 – 3 mm
Sieve no. 60Ukuran 0,25 mm
Material batubaraUkuran sampel 0,25 mm
Timbang
Sampel Total Moisture
Dimasukkan
Ayak dengan sieve
Sebanyak ± 50 gram
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 3.21.
Flowchart Preparasi Analisa Total Moisture
Langkah kerja
a. Menyiapkan material batubara dengan ukuran 1 – 3 mm.
b. Mengayak material dengan sieve no. 60 dan ukuran 0,24
mm, amplitudo 70 Hz serta waktu 5 menit.
c. Menimbang sampel sebanyak ± 50 gram.
d. Menyimpan sampel pada toples yang telah diberi label
untuk menghindari tertukarnya sampel.
e. Menutup rapat toples sampel.
f. Menganalisa sampel.
1.5. Data Hasil Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data hasil
pengamatan sebagai berikut :
Tabel 3.2.
Data Hasil Pengamatan
No Jenis Analisa Ukuran Material Berat Material
1 Briket ± 1- 3 mm ± 2000 gram
2 Total Moisture 0,25 mm ± 50 gram
3.4. Prosedur Percobaan
3.4.1. Preparasi Sampel untuk Analisa Briket Batubara
a. M
Kelompok IV
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3.4.2. Preparasi Sampel untuk Analisis Total Moisture
3.5. Data Hasil Percobaan
Kelompok IV