presentasi kasus dbd

26
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 IDENTIFIKASI Nama : M. Fahrul Umur : 13 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Berat Badan : 23 kg Tinggi Badan : 96 cm Agama : Islam Alamat : Simp. Pemulutan- Palembang Kebangsaan : Indonesia MRS : 3 Juli 2012 1.2 ANAMNESIS (alloanamnesis dengan ibu penderita, 4 Juli 2012) Keluhan Utama : Sakit perut dan gusi berdarah Keluhan Tambahan : Pilek, mual-muntah dan demam Riwayat Perjalanan Penyakit ± 4 hari yang lalu penderita mengalami demam mendadak tinggi terus menerus. 2 hari SMRS, penderita mulai sakit perut, dan masih demam. Oleh Ibunya penderita di bawa ke Puskesmas dan diberi obat penurun panas, namun demam tidak turun dan 1

Upload: aulia-shahnaz

Post on 01-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Kasus DBD

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTIFIKASI

Nama : M. Fahrul

Umur : 13 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Berat Badan : 23 kg

Tinggi Badan : 96 cm

Agama : Islam

Alamat : Simp. Pemulutan- Palembang

Kebangsaan : Indonesia

MRS : 3 Juli 2012

1.2 ANAMNESIS

(alloanamnesis dengan ibu penderita, 4 Juli 2012)

Keluhan Utama : Sakit perut dan gusi berdarah

Keluhan Tambahan : Pilek, mual-muntah dan demam

Riwayat Perjalanan Penyakit

± 4 hari yang lalu penderita mengalami demam mendadak tinggi terus

menerus. 2 hari SMRS, penderita mulai sakit perut, dan masih demam. Oleh

Ibunya penderita di bawa ke Puskesmas dan diberi obat penurun panas, namun

demam tidak turun dan sakit perut semakin bertambah bahkan penderita sulit

tidur saat serangan sakit perut.

± 1 hari SMRS, nafsu makan penderita berkurang, masih demam dan

mual muntah 1x dalam sehari, isi muntahan nya hanya air, jumlahnya sedikit

tidak sampai ¼ gelas. Kemudian dibawa Ibunya Ke RSUD BARI.

± 2 Jam di RSUD. BARI penderita mengalami perdarahan gusi, jumlah

perdarahannya sedikit, tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak ada riwayat

1

Page 2: Presentasi Kasus DBD

truma sebelumnya. ± 1 hari dirawat di RSUD BARI penderita mengalami hal

perdarahan gusi berulang yang aktif tetapi jumlahnya sedikit.

R/ nyeri kepala tidak ada, nyeri retro orbital tidak ada, nyeri sendi

tidak ada, nyeri otot tidak ada. BAB dan BAK dalam batas normal. R/keluarga

dan tetangga sekitar terkena DBD tidak ada. R/ berpergian ke luar kota

disangkal. Saat ini penderita dirawat di RSUD.BARI.

Riwayat Penyakit Dahulu

R/ Penderita pada umur 6 tahun pernah sakit perut yang sama dan

dilakukan operasi. Ibu penderita lupa jenis operasi yang dilakukan pada saat

itu.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa kehamilan : 37 minggu, cukup bulan

Partus : Spontan

Ditolong oleh : Dokter

Berat badan lahir : 3000 gram

Panjang badan lahir : 40 cm

Keadaan saat lahir : Langsung menangis

Riwayat Makanan

ASI : 0 – 6 bulan

Susu formula : 6 – 24 bulan

Bubur Nasi : 7 bulan

Nasi tim : 8 bulan

Nasi : 12 bulan

2

Page 3: Presentasi Kasus DBD

Riwayat Perkembangan

Tengkurap : 4 bulan

Merangkak : 5 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : 11 bulan

Jalan : 12 bulan

Riwayat Imunisasi

BCG : + Hepatitis B : +

DPT : + Campak : +

Polio : +

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal pemeriksaan: 9 Juni 2012

Keadaan Umum

Kesadaran : Kompos mentis

Nadi : 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Pernapasan : 30 x/menit

Suhu : 36,6 °C

Anemis : tidak ada

Sianosis : tidak ada

Ikterus : tidak ada

Edema umum : tidak ada

Berat Badan : 23 kg

Tinggi Badan : 96 cm

Lingkar Kepala : 43 cm

Lingkar lengan atas : 10,5 cm

Status Gizi : BB/U : 23/45 x 100% = 51,1%

TB/U : 96/155 X100% = 44,5%

BB/TB : 23/155 x 100% = 72%

3

Page 4: Presentasi Kasus DBD

Keadaan Spesifik

Kulit : tidak ada dermatosis

Kepala

Bentuk : Normosefali, simetris, UUB membonjol tidak ada

Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.

Mata : tidak cekung, Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya +/+

konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada.

Hidung : Bentuk biasa, epistaksis tidak ada, sekret ada, napas

cuping hidung tidak ada.

Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-). Gusi berdarah (+)

Tenggorokan : Faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-

Palpasi : stemfremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Thrill tidak teraba

Perkusi : Jantung dalam batas normal

Auskultasi : HR: 100 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Lemas, hepar teraba ¼-¼ kenyal rata tepi tajam, cubitan

kulit perut cepat kembali

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-)

Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-)

4

Page 5: Presentasi Kasus DBD

Capillary refill < 2 detik

Pemeriksaan Neurologis

Fungsi motorik

Pemeriksaan Tungkai

Kanan

Tungkai

Kiri

Lengan

Kanan

Lengan

Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

Klonus - -

Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal

Reflek patologis - - - -

Fungsi sensorik : Dalam batas normal

Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal

GRM : Kaku kuduk tidak ada

1.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

3 Juli 2012

Darah Rutin : Jam 12,13 Darah Rutin : Jam 18,19

Hb : 14,9 g/dl Hb : 13,3 g/dl

Ht : 43 vol% Ht : 39 v0l%

Leukosit : 7.000 /mm3 Leukosit : 5.700/mm3

Trombosit : 44.000/ul Trombosit : 41.000/ul

Dift.count : 0/2/3/48/40/7

Widal Tes : O H

Paratyphus A 1/80 1/320

Paratyphus B 1/80 1/80

Paratyphus C - 1/80

Paratyphus D - 1/80

5

Page 6: Presentasi Kasus DBD

4 Juli 2012

Darah Rutin : Jam 6,7,8 Darah Rutin: Jam 18,19,20

Hb : 12,2 g/dl Hb : 11,9 g/dl

Ht : 35 vol% Ht : 34 v0l%

Trombosit : 24.000/ul Trombosit : 35..000/ul

5 Juli 2012

Darah Rutin : Jam 6,7,8 Darah Rutin: Jam 18,19,20

Hb : 12,3 g/dl Hb : 12,1 g/dl

Ht : 37 vol% Ht : 38 v0l%

Trombosit : 73.000/ul Trombosit : 158.000/ul

1.5 DIAGNOSIS BANDING

Demam Dengue Demam Berdarah Dengue Demam thyphoid Demam Chikungunya

1.6 DIAGNOSIS KERJA

Demam Berdarah Dengue Derajat II

1.7 PENATALAKSANAAN

- IVFD RL gtt 46x/m

- Ranitidin 2 1/2 x/m

- Pct 3 x 1 ½ ct

1.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Qou ad fungtionam : bonam

BAB II

6

Page 7: Presentasi Kasus DBD

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya

memburuk setelah dua hari pertama2,4.

2. 2. ETIOLOGI

Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus

(Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae

dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN – 2 , DEN – 3, DEN – 4.

Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di

beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan

bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN – 3 merupakan serotipe yang

dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang

berat1,2.

2. 3. EPIDEMIOLOGI

Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di

Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada

tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali

oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke

seluruh Dati I di Indonesia2.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam

Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu:

(1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi

(2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali

(3) Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan

(4) Peningkatan sarana transportasi.

7

Page 8: Presentasi Kasus DBD

Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap

tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa

pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus

sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun1,2.

2. 4. CARA PENULARAN

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi

virus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan

kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes

Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini,

namun merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung

virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.

Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10

hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia

pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di

dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya

(infektif).

Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic

incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia

kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang

mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam

timbul1.

2. 5. PATOGENESIS

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi

pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat

berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe

virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary

heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa

demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue

pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re – infeksi ini akan

8

Page 9: Presentasi Kasus DBD

menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa

hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan

titik tinggi antibodi Ig G antidengue.

Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang

bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini

akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen – antibodi (virus

antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem

komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan

peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari

ruang intravascular ke ruang ekstravascular1,2.

2. 6. PATOFISIOLOGI

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya

permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan

serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat ekstravasosi cairan

intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya

hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes

selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai

puncaknya pada saat syok2.

2. 7. GEJALA UTAMA

1. Demam

Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 – 7

hari, naik turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi

sampai 40ºC dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase

kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun

dan pasien seajan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian

syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.

9

Page 10: Presentasi Kasus DBD

2. Tanda – tanda perdarahan

Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,

trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang

menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti

retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva. Retekia merupakan tanda

perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai

dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis,

perdarahan gusi, melena dan hematemesis.

3. Hepatomegali

Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari

haya sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat

hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada

daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.

4. Syok

Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang

setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan

tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini

memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma

yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum

pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau

beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 – 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi,

kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di

sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba.

Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut1.5.

10

Page 11: Presentasi Kasus DBD

2. 8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Darah

Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000)

dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting.

Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya

memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan masa perdarahan biasanya

memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX,

dan X. Pada pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia, hiponatremia, dan

hipokloremia.

2. Urine

Ditemukan albuminuria ringan

3. Sumsum Tulang

Gangguan maturasi

4. Serologi

a. Uji serologi memakai serum ganda.

Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan

antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini

pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.

b. Uji serologi memakai serum tunggal.

Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang

mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M

antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M1,2,4.

2. 9. DIAGNOSA BANDING

1. Demam thyphoid

2. Malaria

3. Morbili

4. Demam Chikungunya

5. Leptospirosis

6. Idiophatic Thrombocytopenia Purpura (ITP)1,2,4

2.10. DIAGNOSIS

11

Page 12: Presentasi Kasus DBD

Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis

menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.

A. Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama

2 – 7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :

Uji tourniquet positif

Retekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.

Hemetamesis dan atau melena.

3. Pembesaran hati

4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,

kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

B. Kriteria Laboratoris

1. Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)

2. Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih (1)

Dua kriteria pertama ditambah trombositopemia dan hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam

berdarah dengue1.

Derajat Penyakit (WHO, 1997)

Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu – satunya manifestasi ialah uji

tourniquet positif.

Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

Derajat III Didapatkan kegagalan sirekulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan

mulut, kulit dingin atau lembab dan penderita tampak gelisah.

Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur1,3.

2. 11. PENATALAKSANAAN

12

Page 13: Presentasi Kasus DBD

Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif

yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak

dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan

intravenaperlu diberikan.

Medikamentosa yang bersifat simptomatis :

Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal.

Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.

Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.

Cairan pengganti :

Larutan fisiologis NaCl

Larutan Isotonis ringer laktat

Ringer asetat

Glukosa 5% (1,2,3)

2. 12. PROGNOSIS

Kematian akibat demam berdarah dengue cukup tinggi2.

2. 13. PENCEGAHAN

Memutuskan rantai penularan dengan cara :

1. Menggunakan insektisida :

Malathion (adultisida) dengan pengasapan

Temephos (larvasida) dimasukkan ketempat penampungan air bersih.

2. Tanpa Insektisida :

Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih minimal 1x/minggu.

Menutup tempat penampungan air rapat – rapat.

Membersihkan halaman rumah dari kaleng – kaleng bekas, botol – botol pecah

dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

BAB III

13

Page 14: Presentasi Kasus DBD

ANALISA KASUS

Diagnosis Banding:

14

Anamnesis : ± 4 demam mendadak tinggi terus

menerus

2 hari SMRS, penderita mulai

sakit perut, dan masih demam.

± 1 hari SMRS, nafsu makan

penderita berkurang, masih

demam dan mual muntah.

± 2 Jam di RSUD. BARI penderita

mengalami perdarahan gusi

Pemerksaan Fisik :Ku: tampak sakit sedang

Sens : kompos mentis TD: BB: RR: PB: HR: T:36,6

KS: Kepala : Gusi berdarah Leher:dbn Toraks: Cor:dbn Pulmo:dbn Abdomen:dbn Lipat paha dan genitalia :dbn Ektermitas :dbn

Pemeriksaan Penunjang:Darah Rutin : Widal Tes : O H

Hb : 14,9 g/dl Paratyphus A 1/80 1/320

Ht : 43 vol% Paratyphus B 1/80 1/80

Leukosit : 7.000 /mm3 Paratyphus C - 1/80

Trombosit : 44.000/ul Paratyphus D - 1/80

Dift.count : 0/2/3/48/40/7 ∆ Ht : 26%, Trombosit < 100.000, widal Tes (-)

Diagnosis Banding

Demam Dengue Demam Berdarah Dengue

Demam Thypoid Demam Chykungunya

DBD derajat II

Page 15: Presentasi Kasus DBD

Gejala DD DBD Demam

Thypoid

Demam

Chykungunya

Demam + + + +

Tourniquet test (+) + + - -

Petekie + + - -

Mual muntah + + + +

Artralgia/mialgia + + + +++

Hepatomegali +/- + +/- -

Limfadenopati + + - -

Leukopeni + + - -

Trombositopenia - + - -

Renjata n - - - -

Widal Tes - - + -

Derajat DBD :

Derajat I : Demam yang disertai gejala konstitusional yang tidak khas, satu-

satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif.

Derajat II : Derajat I, disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan

yang lain.

Derajat III : Terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu denyut nadi yang

cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi, disertai kulit yang dingin,

lembab dan penderita gelisah

Derajat IV : Renjatan (syok) berat dengan nadi yang tidak dapat diraba

tekanan darah yang tidak dapat diukur.

Penatalaksanaan DBD Derajat II

15

Page 16: Presentasi Kasus DBD

BAB IV

KESIMPULAN

16

Page 17: Presentasi Kasus DBD

Dari laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak

dan dewasa dengan gejala utama demam,mual muntah, perdarahangusi,

yang biasanya memburuk pada hari kedua.

2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN

– 3, merupakan serotie yang paling banyak.

3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.

4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan,

hepatomegali dan syok.

5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua

kriteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hematokrit cukup

Untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.

6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu

mengobati gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang

hilang.

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: Presentasi Kasus DBD

1. Hadinegoro, Sri Rezeki H. Soegianto, Soegeng. Suroso, Thomas. Waryadi,

Suharyono. TATA LAKSANA DEMAM BERDARAH DENGUE DI

INDONESIA. Depkes & Kesejahteraan Sosial Dirjen Pemberantasan

Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Hidup 2001. Hal 1 – 33.

2. Hendrawanto. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Jilid I Edisi Ketiga

PERSATUAN AHLI PENYAKIT DALAM INDONESIA.1996 Hal 417 –

426.

3. Janus, Centrin net.id/ binprog.www.plasa.com.2003.

4. Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji. Savitri, Rakhmi. Wardani, Wahyu

Ika.Setiowulan, Wiwiek. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media

Aesculapius FK – UI Edisi ketiga Jilid I. 1999. Hal 428 – 433.

5. Widodo, dr.SPA (K).www. Penyakit Menular info. DEPKES. 4 Januari

2002.

18