presentasi kasus mata
DESCRIPTION
MATATRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
STRABISMUS
Disusun Oleh
Septian Christy Nugroho
0920221195
Pembimbing
Dr. Juniati Victoria Pattiasina, SpM
DEPARTEMEN PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2011
1
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas pasien
Nama : An. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Diesel No. 5A Lebak Bulus – Jakarta selatan
B. Anamnesa
Alloanamnesis ( ibu pasien) : 8 Desember 2011
Keluhan utama : Kontrol karena bola mata kanan terlihat
bergulir ke arah dalam sejak kurang lebih saat
anak berusia 3 tahun
Keluhan tambahan : pusing
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang untuk kontrol karena bola mata kanan terlihat bergulir ke
arah dalam sejak kurang lebih saat anak berusia 3 tahun . Keluhan tidak disertai
dengan mata merah. Ibunya tidak mengingat benar apakah keluhan yang dialami
pasien terjadi tiba-tiba atau perlahan, hanya saja ibunya melihat mata kanan pasien
bergulir ke arah dalam saat pasien menonton acara di televisi. Ibu pasien mengaku
keluhan yang dialami pasien hanya pada mata kanan sedangkan mata kirinya
tidak. Ibu pasien juga menyangkal keluhan yang dialami pasien terjadi didahului
oleh penyakit mata lainnya. Ibu pasien tidak mengetahui secara pasti apakah
anaknya jika melihat suatu benda menjadi dua dan ketika ditanyakan, pasien tidak
memberikan jawaban yang pasti
Sejak keluhan pasien timbul, ibu pasien tidak berusaha untuk melakukan
pengobatan sendiri melainkan membawa pasien ke Poli Mata RSPAD dan saat ini
adalah kunjungan pasien yang ketiga.
Riwayat penyakit dahulu
-
2
Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga tidak ada yang menderita juling.
C. Pemeriksaan fisik
1. Status generalis
Kondisi umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
• Tekanan darah: 110/70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Suhu : 36,7° C
• Pernafasan : 22 x/menit
Kepala : Normocephal
THT : Tidak diperiksa
Leher : Tidak diperiksa
Jantung/paru : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
2. Status ofthalmologikus
Keterangan OD OS
Visus
Tajam penglihatan 6/30 6/12
Koreksi S - 0,75, C-0,50 aksis 10
0,8 f
S - 1,50, C -0,75 aksis 150
0,8 f
Addisi Tidak ada Tidak ada
Distansia pupil 47/45 mm
Kaca mata lama Tidak dibawa
Kedudukan bola mata
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Enoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Esotropia Tidak ada
Gerakan bola mata Keterlambatan gerak ke Baik ke segala arah
3
arah temporal, atas, dan
bawah
Tes Hirschberg 15° XT Normal
Uji tutup buka mata
bergantian
Esoforia
Uji tutup mata Esotropia Normal
Uji buka mata Esotropia Esoforia
Super silia
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
Palpebra superior
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropión Tidak ada Tidak ada
Blefaropasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fisura palpebra 10 mm 10 mm
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Palpebra inferior
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropión Tidak ada Tidak ada
Blefaropasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
4
Keterangan OD OS
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fisura palpebra 10 mm 10 mm
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva tarsalis superior/inferior
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Sistem lakrimalis
Punctum lakrimalis Terbuka Terbuka
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Skelra
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
5
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 10 mm 10 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus seniles Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Konsentris konsentris
Bilik mata depan
Kedalaman Cukup dalam Cukup dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Negatif Negatif
Iris
Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
Pupil
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
6
Keterangan OD OS
Refleks cahaya langsung Positif Positif
Refleks cahaya tidak
langsung
Positif Positif
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Di tengah Di tengah
Shadow test Negatif Negatif
Badan kaca
Kejernihan Jernih Jernih
Fundus okuli
- Papil
Bentuk Bulat Bulat
Batas Tegas Tegas
Warna Kuning kemerahan Kuning kemerahan
- Makula lutea
Refleks Positif Positif
Edema Tidak ada Tidak ada
- Retina
Perdarahan Tidak ada Tidak ada
CD ratio 0,3 0,3
Ratio AV 2:3 2:3
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Massa tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi okuli Normal Normal
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7
Keterangan OD OS
Kampus visi
Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
D. Resume
Pasien anak M, 5 tahun datang dengan keluhan bola mata kanan terlihat
bergulir ke arah dalam sejak kurang lebih saat anak berusia 3 tahun. Ibu pasien
mengaku keluhan yang dialami pasien hanya pada mata kanan sedangkan mata
kirinya tidak
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tajam penglihatan okuli dekstra 6/30,
koreksi S - 0,75, C-0,50 aksis 10 0,8 f, dan okuli sinistra 6/12, koreksi S - 1,50,
C -0,75 aksis 150 0,8 f. Pergerakan bola mata, terdapat keterlambatan gerak ke
arah temporal, atas dan bawah pada okuli dekstra. Tes Hirschberg, okula dekstra
15º esotropia. Uji tutup buka mata bergantian: esoforia. Uji tutup mata esotropía
pada okuli dekstra. Uji buka mata esoforia pada okuli sinistra.
E. Diagnosa kerja
OD : Esotropia.
OS : Esoforia.
Astigmatisme miopikus kompositus.
F. Diagnosa banding
Tidak ada
G. Anjuran pemeriksaan
Maddox test.
Uji krimsky.
H. Penatalaksanaan
Menggunakan kacamata yang sesuai dengan kelainan refraksi.
Terapi ortoptik.
8
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Diagnosa pasien
Esotropia okuli dekstra dan esoforia okuli sinistra.
Hal ini berdasarkan
1. Anamnesa
- Pasien datang untuk kontrol karena bola mata kanan terlihat bergulir ke
arah dalam sejak kurang lebih saat anak berusia 3 tahun.
2. Pemeriksaan fisik
- Visus
Keterangan OD OS
Tajam penglihatan 6/30 6/12
Koreksi S - 0,75, C-0,50 aksis 10
0,8 f
S - 1,50, C -0,75 aksis 150
0,8 f
- Kedudukan bola mata
Deviasi Esotropia Normal
Gerakan bola mata Keterlambatan gerak ke
arah temporal, atas, dan
bawah
Normal
- Uji Hirschberg
Didapatkan dari pemeriksaan refleks cahaya dari senter pada pupil, terletak
di pinggir pupil maka deviasinya 15°.
- Uji tutup buka mata bergantian
Pada saat mata ditutup bergantian, terjadi pergerakan pada mata, maka
disimpulkan terdapat foria atau tropia.
- Uji tutup mata
Pada saat mata kiri ditutup, mata kanan terlihat bergerak ke luar, maka
dapat disimpulkan pada mata kanan terdapat esotropia.
9
- Uji tutup buka
Ketika mata kiri ditutup, segera setelah penutup dibuka, terlihat pergerakan
dari dalam ke tengah, maka dapat disimpulkan pada mata kiri terdapat
esoforia.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut, juga dapat disimpulkan
bahwa pada mata kanan pasien ini terdapat keterbatasan gerak bola mata, dan
deviasi. Di mana kedua hal tersebut merupakan tanda adanya strabismus
inkomitan.
Penatalaksanaan
Menggunakan kacamata yang sesuai dengan kelainan refraksi untuk
menormalkan penglihatan dan memperbaiki posisi bola mata
Terapi ortoptik
Menutup mata yang normal dengan sebuah penutup dapat memperbaiki
penglihatan pada mata yang melenceng. Dengan cara ini dicoba untuk
menghilangkan supresi dengan merangsang fovea sentralis.
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
penyimpangan abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya,
sehingga garis penglihatan tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua mata
tidak tertuju pada benda yang sama.1
B. Etiologi
Strabismus disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara otot-otot mata. Hal ini
dapat terjadi berkaitan dengan:1
• Masalah, ketidakseimbangan, atau trauma pada otot-otot penggerak mata
• Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
• Kelainan saraf
C. Klasifikasi deviasi mata
1. Menurut manifestasi
Berdasarkan manifestasinya, deviasi mata terbagi menjadi deviasi mata
bermanifestasi (heterotropia) dan laten (heteroforia). Heterotropia adalah suatu
keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata di mana kedua
penglihatan tidak berpotong pada titik fiksasi. Sedangkan heteroforia adalah
penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat diatasi
dengan reflek fusi.2,3 Berikut ini akan dibahas satu persatu.
a. Heterotropia
1). Esotropia
Esotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang
menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju arah yang
lain, yaitu hidung.4 Strabismus jenis ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu paretik (akibat paresis satu atau lebih otot ekstraokular) dan non
paretik.5
11
Gambar 1. Esotropia
(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)6
Nonparetik
a) Nonakomodatif
Infantilis
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya tidak jelas. Deviasi
konvergen telah bermanifestasi pada usia 6 bulan. Deviasinya
bersifat comitant yaitu sudut deviasi kira-kira sama dalam
semua arah pandangan dan biasanya tidak dipengaruhi oleh
akomodasi. Dengan demikian, penyebab tidak berkaitan dengan
kesalahan refraksi atau bergantung pada parese otot
ekstraokular. 5
Didapat
Jenis esotropia ini timbul pada anak, biasanya setelah usia 2
tahun.5
b) Akomodatif
Esotropia ekomodatif terjadi apabila terjadi mekanisme akomodasi
fisiologis normal disertai respon konvergensi berlebihan tetapi
divergensi fusional yang relatif insufisien untuk menahan mata
tetap lurus.5
c) Akomodatif parsial
Dapat terjadi mekanisme campuran yakni sebagian
ketidakseimbangan otot dan sebagian ketidakseimbangan
akomodasi. 5
Paretik ( incomitant )
Pada strabismus incomitant selalu terdapat satu atau lebih otot
ekstraokular yang paretik. Paresis biasanya mengenai satu atau kedua
otot rektus lateralis, biasanya akibat kelumpuhan saraf abdusen.5
Gejala dan tanda esotropia
• Juling ke dalam
• Kelainan refraksi biasanya sphere
positif, namun dapat sphere negatif bahkan emetropia.4
12
2). Eksotropia
Eksotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek
yang menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju ke
arah lain yaitu ke arah luar (eksodeviasi). Anak-anak tertentu
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya eksotropia.
Adapun yang mempunyai resiko tersebut diantaranya anak yang
mengalami gangguan perkembangan saraf, prematur atau berat lahir
rendah dan anak dengan riwayat keluarga juling serta adanya anomaly
ocular atau sistemik.4
Gejala dan tanda
• Pada kebanyakan kasus awalnya
bersifat intermiten dengan onset umumnya pada usia di bawah 3
tahun
• Deviasi menjadi manifest, terutama
saat lelah, melamun, atau sakit
• Pasien dapat menutup satu mata bila
terpapar cahaya terang sekali
• Bila bersifat intermiten jarang
ditemukan ambliopia
• Kelainan refraksi biasanya sphere
negatif
• Penglihatan ganda kadang-kadang
dikeluhkan penderita yang juling intermiten.4
3). Hipertropia
Deviasi vertikal lazimnya diberi nama sesuai mata yang tinggi, tanpa
memandang mata mana yang memiliki penglihatan lebih baik dan yang
diugunakan untuk fiksasi. Hipertropia lebih jarang dijumpai daripada
deviasi horizontal dan biasanya didapat setelah lewat masa anak-anak.5
13
Gambar 2. eksotropia (emedicine)(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)6
b. Heteroforia
Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai
kecenderungan untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi oleh
usaha otot untuk mempertahankan penglihatan binokular. Contoh:
eksoforia dan esoforia.2,5 Penyebab heteroforia dibagi menjadi penyebab
refraktif dan nonrefraktif. Penyebab refraktif, misalnya pada hipermetropia
dan miopia. Sedangkan penyebab non refraktif, foria tampak pada keadaan
neurastenia, anemia, penderita debil, infeksi lokal.2
Temuan klinis
Gejala klinis dapat berupa diplopia atau astenopia (kelelahan mata). Gejala
yang timbul pada astenopia memiliki bermacam bentuk. Dapat timbul rasa
berat, lelah atau tidak enak pada mata. Mudah lelah, penglihatan kabur,
dan diplopia, terutama setelah pemakaian mata berkepanjangan, dapat juga
terjadi.
Pemeriksaan:2,5
Cover and uncover test untuk membedakan foria dari tropia.
Kekuatan duksi untuk mengetahui letak kelainan otot.
Pemeriksaan refraksi.
2. Menurut sudut deviasi
a. Inkomitan (Paralitik)
Sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan kasus disebabkan oleh
kelumpuhan otot penggerak bola mata. Kelumpuhan otot dapat mengenai
satu otot atau beberapa otot.2
Tanda-tanda:2
Gerak mata terbatas pada daerah di mana otot yang
lumpuh bekerja.
Deviasi.
14
Gambar 3. Hipertropia(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)6
Jika mata digerakkan ke arah otot yang lumpuh bekerja, mata yang
sehat akan menjurus ke arah ini dengan baik, sedangkan mata yang
sakit tertinggal.
Diplopia terjadi pada otot yang lumpuh.
Vertigo, mual-mual.
Diagnosa berdasarkan:2
- Keterbatasan gerak
- Deviasi
- Diplopia
1). Abdusen palcy
Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma kepala,
tumor, atau peradangan dari susunan saraf serebral.
Tanda-tanda:
- Gangguan pergerakkan bola mata ke arah luar
- Diplopia homonim, yang menjadi lebih hebat bila mata digerakkan
ke arah luar.2
2). Kelumpuhan N. III
Tanda-tanda
- Ptosis
- Bola mata hampir tidak dapat bergerak atau terdapat keterbatasan
bergerak ke atas, nasal, dan sedikit ke arah bawah.
- Mata berdeviasi ke temporal, sedikit ke bawah
- Sedikit eksoftalmus
- Crossed diplopia.
Penyebab:
Kelainan dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri ke otot.
Kelainan dapat berupa eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma,
perubahan pembuluh darah. Pada umunya disebabkan oleh lues yang
dapat menyebabkan tabes, ensafelitis, infeksi akut, diabetes melitus,
penyakit sinus. Terjadinya dapat secara tiba-tiba, tetapi perjalanan
penyakitnya selalu menahun.2
b. Nonkomitan (Non paralitik)
15
Sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi, mengikuti gerak mata
yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan
yang sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan
deviasi sekunder (deviasi pada mata yang sehat).2
D. Pemeriksaan
1. Anamnesa
Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat, perlu
ditanyakan usia pasien saat ini dan usia pada saat onset strabismus, jenis
onsetnya, jenis deviasi, fiksasi dan yang tidak kalah penting yakni adanya
riwayat strabismus dalam keluarga.2,5
2. Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen.5
3. Penentuan kelainan refraksi
Perlu dilakukan penentuan kesalahan refraksi sikloplegik dengan retinoslopi.
Obat standar untuk menghasilkan sikloplegia total pada anak berusia kurang
dari dua tahun adalah atropin yang dapat diberikan sebagai tetes atau salep
mata 0,5% atau 1% dua kali sehari selama 3 hari.2,5
4. Inspeksi
Dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau intermitan,
bervariasi atau konstan. Adanya ptosis dan posisi kepala yang abnormal juga
dapat diketahui.2,5
5. Uji strabismus
a. Uji Hirschberg
Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya dengan jarak sekitar 33
cm, maka akan terlihat refleks sinar pada permukaan kornea. Pada mata
yang normal, refleks sinar terletak pada kedua mata sama-sama di tengah
pupil. Bila refleks cahaya terletak di pinggir pupil, maka deviasinya 15°.
Bila di antara pinggir pupil dan limbus, deviasinya 30°. Bila letaknya di
limbus, deviasinya 45°.2,3
16
Gambar 4. Uji Hirschberg
(Diunduh dari http://www.vision-training.com)7
b. Uji Krimsky
Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya. Sebuah prisma yang
ditempatkan didepan mata yang berdeviasi dan kekuatan prisma yang
diperlukan untuk membuat refleks cahaya terletak di tengah merupakan
ukuran sudut deviasi.3,5
c. Uji tutup mata
Uji ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan dengan
menyuruh mata berfiksasi pada satu objek. Bila telah terjadi fiksasi, mata
kiri ditutup dengan lempeng penutup. Dalam keadaan ini mungkin terjadi:
• Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai juling yang
manifest. Bila mata kanan bergulir ke nasal berarti terjadi eksotropia.
Dan sebaliknya, bila bergulir ke temporal berarti terjadi esotropia.
• Mata kanan bergoyang, mungkin terjadi ambliopia.
• Mata kanan tidak bergerak, mata dalam kondisi terfiksasi.3
d. Uji tutup mata berganti
Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata
berfiksai normal maka matayang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi
pergerakan pada mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.3
e. Uji tutup buka mata
17
Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang
ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang
berbakat juling akan menggulir.3
E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan
(misal: ambliopia), memperbaiki kedudukan bola mata, dan mendapatkan
penglihatan binokuler yang dapat dicapai dengan terapi medis atau bedah.2,5
1. Terapi medis2,5
• Terapi oklusi
Merupakan terapi ambliopia yang utama. Mata yang baik ditutup untuk
merangsang mata yang mengalami ambliopia.
• Alat optik
Kacamata yang diresepkan secara akurat merupakan alat optil terpenting
dalam pengobatan strabismus. Klarifikasi citra retina yang dihasilkan oleh
kacamata memungkinkan mata menggunakan fusi alamiah sebesar-
besarnya.
• Ortoptik
2. Terapi bedah
Prinsip operasi adalah melakukan reseksi pada otot yang terlalu lemah atau
melakukan resesi otot yang terlalu kuat.5
18