presentasi materi gempa dan kegagalan teknologi.pdf
TRANSCRIPT
GEMPA BUMI DAN KEGAGALAN TEKNOLOGIMateri Kuliah S2 Arsitektur - UNSRAT
Manado, April 2011
KELOMPOK 6HENDRIK S. SURIANDJO (1023212030)DJONIJ KASEHUNG (1023212036)SAHRIF USMAN (1023212034)IIN DETUAGE (1023212006)
PENANGGUNG JAWAB MATA KULIAH :
DR. IR. LINDA TONDOBALA, DEA
R. TARORE, ST, MT
PROGRAM ALIANSI PASCASARJANAMAGISTER ARSITEKTUR
UNIV. INDONESIA – UNIV. SAM RATULANGIPADA PROGRAM PASCA SARJANA UNSRAT
2011
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB IPENDAHULUAN
• LATAR BELAKANG
• MAKSUD DAN TUJUAN
• SISTEMATIKA PENULISAN
BAB IIPEMBAHASAN
• GEMPA BUMI
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN
BAB IIIPEMBAHASAN
• KEGAGALAN TEKNOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara geografis sebagian
besar terletak pada kawasan rawan bencana alam. Sulawesi Utara sebagai bagian
dari NKRI tentunya berpotensi juga sering tertimpa bencana.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama
tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan
tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah
gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan
lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya
terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi
fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di
dalam gunung berapi.
MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
• Penulisan ini merupakan bahan materi tentang Gempa Bumi dan
Kegagalan Teknologi yang berisi masukan, azas, kriteria, dan panduan
dalam proses peristiwa gempa bumi yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterprestasikan ke dalam disiplin ilmu Magister Arsitektur.
• Dalam tugas ini diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik untuk memperoleh literatur dan materi yang
memadai.
TUJUAN
• Untuk memperoleh materi sekaligus pengetahuan tentang gempa bumi
dan kegagalan teknologi.
• Sebagai acuan mitigasi bencana dalam konteks penataan ruang.
• Bahan kajian mata kuliah dalam prodi Magister Arsitektur kerjasama UI
Jakarta dan Unsrat Manado.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
• Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
• Bab ini akan menjelaskan tentang pengertian, tipe gempa, kekuatan gempa,
mitigasi gempa, kegagalan teknologi dan hal-hal lainnya.
BAB III PEMBAHASAN
• Bab ini akan menjelaskan tentang kegagalan teknologi dan mitigasi kegagalan
teknologi dan hal-hal lainnya.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
• Bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang dapat diberikan dalam penulisan
ini
BAB II
PEMBAHASAN
(GEMPA BUMI)
PENGERTIAN GEMPA BUMI
• Gempa bumi adalah getaran/guncangan yang terjadi di permukaan
bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi). Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi
apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besaruntuk dapat ditahan.
• Gempa Bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat
dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya,
serta akan menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah
yang ditimpanya dalam waktu relatif singkat
TYPE GEMPA BUMI
TYPE GEMPA MENURUT SUMBER TERBAGI ATAS
• GEMPA BUMI VULKANIK
• GEMPA BUMI TEKTONIK
ADA JUGA YANG MENGKALSIFIKASIKAN MENURUT :
• GEMPA BUMI TUMBUKAN
• GEMPA BUMI RUNTUHAN
• GEMPA BUMI BUATAN
GEMPA BUMI VULKANIK
• Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas
magma, yang biasa terjadi sebelum gunung
api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi
maka akan menyebabkan timbulnya ledakan
yang juga akan menimbulkan terjadinya
gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
TYPE GEMPA BUMI
GEMPA BUMI TEKTONIK
• Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di
bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
• Teori dari tektonik plate (lempeng tektonik)
menjelaskan bahwa bumi terdiri dari
beberapa lapisan batuan, sebagian
besar area dari lapisan kerak itu akan
hanyut dan mengapung di lapisan seperti
salju. Lapisan tersebut begerak
perlahan sehingga berpecah-pecah dan
bertabrakan satu sama lainnya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya
gempa tektonik.
TYPE GEMPA BUMI
GEMPA BUMI TUMBUKAN
• Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang
jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi.
GEMPA BUMI RUNTUHAN
• Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
GEMPA BUMI BUATAN
• Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas
dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang
dipukulkan ke permukaan bumi.
Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan
batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk.
Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran,
kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya
bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
ENERGI DAN INTENSITAS GEMPA BUMI
Mengukur kekuatan gempa bumi dapat menggunakan pendekatan Kuantitatif
dan kualitatif. Maka berdasarkan pendekatannya skala pengukuran gempa dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Magnitudo (magnitude) yang merupakan skala kuantitatif, dan
2. Intensitas (intensity) yang merupakan skala kualitatif
MAGNITUDO GEMPA
Magnitudo gempa mengukur gempa berdasarkan energi yang dilepaskan dari
sumber gempa. Ada bermacam-macam jenis magnitudo gempa, diantaranya
adalah :
1. Magnitudo lokal ML (local magnitude)
2. Magnitudo gelombang badan MB (body- ware magnitude)
3. Magnitudo gelombang permukaan MS (surface- ware magnitude)
4. Magnitudo Momen MW (moment magnitude)
5. Magnitudo Gabungan M (unified magnitude)
ENERGI DAN INTENSITAS GEMPA BUMI
Yang paling populer adalah magnitudo lokal ML yang tak lain adalah
Magnitudo Skala Ritcher (SR).
Magnitudo ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1935 oleh seorang
seismologis Amerika, Charles E Richter, untuk mengukur kekuatan
gempa di California.
Richter mengukur magnitudo gempa berdasarkan nilai amplitudo maksimum
gerakan tanah (gelombang) pada jarak 100 Km dari episenter gempa.
Besarnya gelombang ini tercatat pada seismograf.
Seismograf dapat mendeteksi gerakan tanah mulai dari 0,00001 mm (1x1O-5 mm)
hingga 1 m. Untuk menyederhanakan rentang angka yang terlalu besar dalam
skala ini, Richter menggunakan bilangan logaritma berbasis 10. Ini berarti
setiap kenaikan I angka pada skala Richter menunjukkan amplitudo 10
kali lebih besar.
ENERGI DAN INTENSITAS GEMPA BUMI
INTENSITAS GEMPA
Intensitas adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa selain
dengan magnitude. Intensitas dapat didefinisikan sebagai suatu besarnya
kerusakan di suatu tempat akibat gempa bumi yang diukur berdasarkan
kerusakan yang terjadi seperti pada bangunan, topografi (permukaan
tanah), reaksi manusia dan hal-hal lain yang teramati sebagai dampak
dari goncangan gempa. Maka intensitas merupakan indeks angka (dalam
angka Romawi) yang menerangkan tingkat kerusakan atau pengaruh
kejadian gempa terhadap halhal tersebut diatas.
Skala intensitas pertama kali diperkenalkan pada tahun 1883 oleh seorang
seismologis Italia M.S. Rossi dan ilmuwan Swiss F. A. Forel yang dikenal
dengan skala Rossi-Forel. Skala ini kemudian dikembangkan lagi pada tahun
1902 oleh seorang seismologis Itali Giuseppe Mercalli. Lalu pada tahun
1931, seismologis Amerika, H. O. Wood dan Frank Neumanmengadaptasi standar yang telah ditetapkan Mercalli untuk kondisi di California,
dan menghasilkan skala Modified Mercalli Intensity (MMI).
ENERGI DAN INTENSITAS GEMPA BUMI
Beberapa skala intensitas gempa yang lain adalah :
1. Japan Meteorological Agency (JMA), ditemukan tahun 1951, hingga kini
digunakan untuk mengukur kekuatan gempa di Jepang.
2. Medvedev, Sponheuer, Karnik (MSK), ditemukan tahun 1960-an.
3. European Microseismic Scale (EMS), ditemukan tahun 1990-an.
Karena sifatnya yang kualitatif, skala intensitas sangat subjektif dan sangat
tergantung pada kondisi lokasi dimana gempa terjadi. Gempa dengan
magnitudo yang sama, namun terjadi di dua tempat yang berbeda
mungkin akan memberikan nilai intensitas yang berbeda. Namun demikian
antara skala magnitudo dan skala intensitas dapat dibuat
kesetaraannya, seperti contoh perbandingan skala Richter dan MMI pada Tabel
berikut :
ENERGI DAN INTENSITAS GEMPA BUMISKALA MMI SKALA RITCHER
ITidak terasa, kecuali oleh beberapa orang dalam keadaan sunyi. 2.5
Secara umum tidak terasa, tapi tercatat pada seismograf
II Sangat sedikit merasakan.
IIICukup banyak yang merasa, namun tidak menyadari sebagai gempa
3.5 Dirasakan oleh banyak orangIVDi dalam ruang terasa seperti ada truk yang menabrak gedung.
VTerasa oleh hampir setiap orang, yang tidur terjaga, pohon berayun, tiang bergoyang.
VIDirasakan oleh semua, orang-orang berlarian ke luar, perabotan bergerak, kerusakan ringan terjadi.
4.5 Kerusakan Lokal dapat terjadiVII
Dapat dirasakan oleh sopir-sopir yang sedang mengemudi mobil/kendaraan. Semua orang yang sedang berjalan kaki susah untuk berjalan dengan baik. Semua orang lari keluar, bangunan-bangunan berstruktur lemah rusak, kerusakan ringan terjadi dimana-mana.
VIIIMengemudi mobil terganggu. Bangunan-bangunan berstruktur terencana rusak, sebagian runtuh.
6.0 Menimbulkan kerusakan hebatIX
Masyarakat menjadi panik. Seluruh gedung mengalami kerusakan cukup parah, banyak yang bergeser dari pondasinya, tanah mengalami keretakan.
XSebagian besar struktur bangunan rusak parah, tanah mengalami keretakan besar. 7.5 Gempa berkekuatan besar
XIHampir seluruh struktur bangunan runtuh, jembatan patah, retak pada tanah sangat lebar.
>8.0 ke atas Gempa yang sangat dahsyatXII
Kerusakan total. Gelombang terlihat jelas ditanah, objek-objek berhamburan.
PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI
Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar
tahun lalu. Konon ia berasal dari
ledakan sebuah supernova yang
berdekatan dengan matahari.Lambat laun materi tersebut
memadat karena pengaruh
gravitasi.Pada suhu 6.000 oC, elemen-elemen
berat terutama unsur besi (ferrum)
mengumpul sebagai inti bumi.
Pada bagian dalam, bentuknya
padat karena tekanan setempat
sangat tinggi. Sebaliknya, di bagian
luarnya masih lunak
PROSES TERJADINYA GEMPA BUMIProses evolusi bumi pun terus
terjadi. Perkembangan berikutnya
adalah munculnya daratan yang
sangat luas di permukaan air.
Super continent atau Pangea
ini terbentuk sekitar 300 juta tahunyang lalu. Sedangkan samudra yang
luas dinamakan Panthalasea.Perkembangan berikutnya terjadi
pada 200 juta tahun yang lalu. Ketika
itu Pangea terbelah menjadi
dua, yakni Gondwana dan
Laurasia. Artinya proses
tektonik lempeng sudah
beroperasi sejak saat itu.
Gondwana terdiri dari Antartika,
Australia, Afrika, India dan Amerika
Latin. Sementara itu, Laurasia
meliputi Asia, Eropa dan Amerika
Utara.
PROSES TERJADINYA GEMPA BUMISekitar 50 juta tahun kemudian,
Gondwana dan Laurasia terpecah
lagi menjadi daratan-daratan kecil.
Benua Amerika Selatan misalnya
bergeser ke barat dan memisahkan
diri dengan Afrika. Benua itu lalu
bergabung dengan Amerika Utara,
yang juga sama-sama menggeser ke
barat setelah memisahkan diri dari
Eropa.
Begitu pula dengan pecahan lempeng
kontinen India yang bergerak ke
utara kemudian menabrak dan
bergabung dengan Asia. Tabrakan
antar lempeng ini mengangkat atau
membentuk pegunungan Himalaya.
Selain itu juga menekan daratan Cina
dengan sangat kuat sehingga bagian
kontinen ini terpelotot ke timur. Hal ini
yang dikenal sebagai proses tektonik
indentasi
PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI
Prosesnya dimulai dari tegangan regional yang bergerak ke batuan dan
membuatnya suatu unstrain condition. Akumulasi tegangan ini terus bertambah
sehingga terjadi suatu akumulasi tegangan tinggi. Pada saat tertentu, kerak
bumi atau batuan mengalami deformasi dan tidak kuat lagi menahan tegangan
yang sudah terakumulasi itu. Akibatnya energi dilepaskan secara mendadak
(sudden slipage) sehingga terjadi proses patahan. Berdasarkan
mekanismenya, proses terjadinya patahan sehingga menimbulkan gempa dapat
terjadi dalam bentuk dip slip dan strike slip. Dip Slip terjadi jika patahan
bergerak vertikal naik atau turun. Yang masuk kedalam jenis ini adalah
patahan naik (reverse fault) dan turun (normal fault).
A : Normal Fault
Sesar turun
B : Reverse Fault
Sesar naik
A : Strike slip Fault
Sesar horizontal
PEMBAGIAN JALUR GEMPA BUMI
JALUR GEMPA DUNIADi dunia ini, berdasarkan hasil pencatatan tentang gempa-gempa tektonik yang
terjadi, terdapat 3 (tiga) Jalur Gempa Bumi, dimana Indonesia dilalui oleh 2 (dua)
jalur tersebut.
• Jalur Sirkum Pasific ( Circum Pacific Belt ) Antara lain melalui daerah-
daerah Chili, Equador, Caribia, Amerika Tengah, Mexico, California, Columbia,
Alaska, Jepang, Taiwan, Philipina, Indonesia (Sulawesi Utara, Irian), Selandia
Baru, dan negara-negara Polinesia.
• Jalur Trans Asia ( Trans Asiatic Belt ) Antara lain melalui daerah-daerah
Azores, Mediterania, Maroko, Portugal, Italia, Rumania, Turki, Irak, Iran,
Afganistan, Himalaya, Myanmar, Indonesia (Bukit Barisan, Lepas pantai selatan
P. Jawa, Kep. Sunda Kecil, Maluku).
• Jalur Laut Atlantic ( Mid-Atlantic Oceanic Belt ) Antara lain melalui
Splitbergen, Iceland dan Atlantik Selatan.
PEMBAGIAN JALUR GEMPA BUMI
JALUR GEMPA INDONESIAWilayah Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 (enam) wilayah gempa (standar
perancangan ketahan gempa untuk struktur Gedung – SNI 03 – 1726 - 2002)
• Wilayah Gempa 1 sebesar 0,03 g, daerah dengan kemungkinan paling
kecil terjadi gempa.
• Wilayah Gempa 2 sebesar 0,10 g, daerah dengan kemungkinan kecil
terjadi gempa.
• Wilayah Gempa 3 sebesar 0,15 g, daerah dengan kemungkinan
menengah terjadi gempa.
• Wilayah Gempa 4 sebesar 0,20 g, daerah dengan kemungkinan tinggi
terjadi gempa.
• Wilayah Gempa 5 sebesar 0,25 g, daerah dengan kemungkinan lebih tinggi
terjadi gempa.
• Wilayah Gempa 6 sebesar 0,30 g, daerah dengan kemungkinan paling
tinggi terjadi gempa.
PEMBAGIAN JALUR GEMPA BUMI
SULAWESI UTARA MASUK WILAYAH 5, YANG ARTINYA
KEMUNGKINAN LEBIH TINGGI TERJADI GEMPA
Frekuensi gempa di
Indonesia
(rata-rata 450 gempa/thn)
Letak Indonesia pada kawasan
pertemuan 3 lempeng tektonik,
yang mengakibatkan rawan
bencana geologi
POTENSI GEMPA BUMI
POTENSI DI
INDONESIA
Pertemuan tiga lempeng
tektonik besar yaitu
lempeng Indo-
Australia, Eurasia dan
Pasifik sangat tidak
menguntungkan bagi
Indonesia. Betapa tidak
setiap saat gempa
menghantui warga yang
bermukim di pulau
Sumatera, Jawa, Bali,
NTB, NTT, Maluku,
Sulawesi dan Papua.
POTENSI GEMPA BUMIPOTENSI DI SULAWESIPulau Sulawesi juga tak terlepas dari hantaman gempa. Hal ini merupakan
konsekuensi dari sistem sesar mendatar Sorong yang menumbuk lengan timur
Pulau Sulawesi. Pergerakan sesar ini mengakibatkan terbentuknya zona kompresi
tektonik yang kompleks di wilayah Banggai. Selain itu ada juga Sesar Palukoro
yang melewati Kota Palu dan terus ke arah utara. Ketika Banggai dihantam
gempa berkekuatan 7,6 Mw pada tahun 2000. Banyak korban berjatuhan. Kerugian
materi tak terbilang jumlahnya. Menurut catatan, dalam waktu 200 tahun terakhir ini
terjadi empat gempa berkekuatan diatas Mw 7.
Sulawesi selatan juga sama saja, tak aman dari gempa. Kawasan ini
memiliki sumber gempa di pantai barat dan selatan Makassar.
Gempa berkekuatan Mw 6,9 pada tahun 1969 dan tahun 1984 (Mw 6,6) telah
menutup hidup ratusan orang di Kabupaten Majene dan Mamuju. Jauh
sebelumnya, tahun 1820, gempa disertai tsunami juga memporakporandakan
kawasan Ujung Pandang.
POTENSI GEMPA BUMI
POTENSI DI SULAWESI UTARASulawesi Utara juga mempunyai sumber gempa dibawah laut, yang
disebut zona subduksi Sulawesi Utara. Di zona subduksi ini tercatat
pernah terjadi kejadian gempa berkekuatan Mw 8,4 dan
menimbulkan tsunami pada tahun 1904.
POTENSI GEMPA BUMI
Informasi Daerah Rawan Gempa Bumi Merusak
Di Wilayah Sulawesi Utara
POTENSI DI SULAWESI UTARA
Daerah yang masuk zona gerakan rendah s/d menengah, hampir tersebar merata di seluruh Kabupaten/ kota
yang ada, sedangkan untuk Kategori Zona Gerakan Tanah Tinggi Meliputi : Kab. Bolaang Mongondow (Lolak dan
Dumoga), Kab. Mitra ( Ratahan ), Kab. Minahasa (Langowan, Tompaso, Kombi & Pineleng), Kota Tomohon,
Manado, Bitung dan Kab. Minut juga masuk meskipun dengan luasan yang kecil.
MITIGASI GEMPA DALAM KONTEKS
PENATAAN RUANG DAN
PERANCANGAN KOTAA. MITIGASI GEMPA
DUA TINGKATAN MANAJEMEN
YAITU :
1. MANAJEMEN RESIKO
2. MANAJEMEN KRISIS
No Manajemen Krisis Manajemen Resiko
1 Fokus utama berada pada saat terjadi bencana
Penekanan
Fokus utama berada pada analisis kerentanan dan isu bencana
2 Skenario pelakasanaan berdasarkan jenis bencanaBersifat dinamis, menangani bebagai isu bencana dan skenario yang terus berkembang
3 Tanggung jawab utama adalah merespon bencanaMembutuhkan kajian, monitoring dan update yang terus menerus untuk mengantisipasi perubahan kondisi alam
4Biasanya fix/spesifik berdasarkan kondisi lapangan di daerah kajian
Operasional
Biasanya terus diperpanjang mengalami perubahan secara regional dan lokal bergantung pada variasi bencana
5 Bertanggung jawab pada satu otoritas/badan koordinasiMelibatkan beberapa otoritas badan koordinasi, serta pihak-pihak terkait yang cukup banyak.
6Pelaksanaan kegiatan bersifat jalur komando dan perintah langsung
Fungsinya dilapangan bergantung kepada situasi dan kondisi yang berkembang dilapangan dan bersifat terbuka dalam keanggotaan.
7 Mempunyai hubungan internal yang hirarkis Hubungan internal bersifat fleksibel
8Biasanya berfokus pada penyediaan infrastruktur dan perangkat berat pada saat darurat
Bergantung kepada praktek-praktek, pengalaman dan ilmu pengetahuan.
9Bergantung kepada kemampuan dan pengalaman tenaga ahli (sukarelawan) yang diturunkan
Kemampuan tenaga ahli (sukarelawan) bergantung dan sejalan dengan sudut pandang serta prioritas publik.
10Bersifat urgen, darurat, langsung dan dalam waktu yang pendek dalam perencanaan, fokus perhatian dan fokus pemulihan
Waktu Perencanaan bersifat jangka panjang
11Sering berubah-rubah dala pelaksanaan maupun dalam jalur informasi berdasarkan dinamika lapangan sehingga menimbulkan potensi konflik
Informasi dan manajemen
Informasi yang digunakan adalah informasi yang bersifat historikal yang dipadukan dengan informasi pada saat kejadian yang bersifat mengupdate informasi yang ada.
12Pelaksanaan dilapangan bersifat tertutup (tanpa memperhatikan masukan dari luar) karena berdasarkan satu sumber informasi.
Sumber informasi bersifat terbuka, jadi pelaksanaan dilapangan bisa berubah bergantung pada opini masyarakat
13Diarahkan langsung pada pengguna langsung di lokasi kejadian
Informasi yang dihasilkan dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat dari berbagai kalangan.
14Dalam pelaksanaan, komunikasi didasari oleh sistem informasi berbasis masyarakat
Sistem informasi bersifat matriks
15 Alur informasi bersifat vertikal Alur informasi bersifat horizontal
16 Berhubungan dengan keamanan dan kenyamanan publikAspek Sosial dan
PolitikBerhubungan dengan kepentingan publik, investasi dan keamanan.
PENANGANAN DAMPAK BENCANA
Memahami kelemahan - Mengevaluasi kerugian
manusia dan fisik- Daerah rawan
kebakaran/genangan- Pengaturan dan
pengelolaan pemanfaatan lahan
- Sejarah bencana gempa dan tsunami
Memahami bencana - Karakteristik gempa dan
tsunami (pendidikan dan pelatihan)
- Ketinggian gelombang yang tertinggi
- Waktu tiba tsunami yang tersingkat
- Waktu berlangsung- Daerah jangkauan
Memahami Tindakan- Manajemen resiko- Informasi waktu nyata
dengan pengukur gempa dan tsunami
- Informasi gempa dan tsunami
- Peta hasard gempa dan tsunami
- Pengungsian spontan- Fasilitas pencegahan
bencana (perangkat keras)
No Fisik Non Fisik
1
AlamiPembuatan peta rawan bencana, peta kerentanan dan peta resiko
Terumbu karang, sand dunes, mangrove, vegetasi pantai/hutan pantai
Peraturan PerundanganSistem peringatan diniRelokasi, Tata Ruang, Zonasi, Tata Guna Lahan
2
Buatan Penyadaran MasyarakatBreakwater, tembok laut, pintu air tanggul, shelter, rumah panggung, rumah ramah/tahan bencana gempa dan tsunami
Pelatihan / PenyuluhanPengentasan kemiskinanICZMBuilding Code
PERATURAN YANG MENGATUR
MITIGASI BENCANA
•UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Pengurangan resiko bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 huruf b dilakukanuntuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul terutama dilakukan dalam situasisedang tidak terjadi bencana. Kegiatan sebagaimana dimaksud meliputi :1. Pengenalan dan pemantauan resiko bencana2. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana3. Pengembangan budaya sadar bencana4. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana5. Penerapan upaya fisik, non fisik dan pengaturan penanggulangan bencana.
Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam pasa 44 huruf c dilakukan untuk mengurangirisiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasimeliputi :1. Pelaksanaan penataan ruang2. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan3. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensionalmaupun secara modern.
PERATURAN YANG MENGATUR
MITIGASI BENCANA• UU No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Mitigasi bencana Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan dengan melibatkantanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Penyelenggaraanmitigasi bencana Wilayah Pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dilaksanakan denganmemperhatikan aspek:
1.sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat;2.kelestarian lingkungan hidup;3.kemanfaatan dan efektivitas; serta4.lingkup luas wilayah.Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan
struktur/fisik dan/atau nonstruktur/nonfisik.
PERATURAN YANG MENGATUR
MITIGASI BENCANA• UU Nomor 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana
KEBIJAKANBerbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain
a. Perlu membangun persepsi yang sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintahmaupun segenap unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedomanumum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yangbersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masingmasing.
b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkanseluruh potensi pernerintah dan masyarakat.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui pemberdayaan
masyarakat serta kampanye.
STRATEGIDitempuh dengan :
a. Pemetaanb. Pemantauanc. Penyebaran Informasid. Sosialisasi dan Penyuluhane. Pelatihan dan Pendidikanf. Peringatan Dini
MERANCANG RUMAH TAHAN GEMPA
BELAJAR DARI KEARIFAN LOKAL
Rumah adat omo hada, tahanterhadap gempa Bumi, pulaunias 28 Maret 2005
Masjid di Aceh, tahan terhadap gempa Bumi dantsunami, 26 Desember 2004
MERANCANG RUMAH TAHAN GEMPA
BELAJAR DARI KEARIFAN LOKAL
Masjid di Aceh, tahan terhadap gempa Bumi dantsunami, 26 Desember 2004
Rumah panggung di Aceh, tahan terhadapGempa bumi dan tsunami, 26 Desember2004
RUMAH ADAT OMO HADA, DIBANGUN TAHUN1715 TAHUN (300 TAHUN).
PONDASI :1. UMPAK2. TIDAK DITANAM DALAM TANAH
STRUKTUR :1. KAYU BULAT2. TIANG MENYILANG (DIWA-DIWA)3. TIDAK MENGGUNAKAN PAKU
MESJID DAN RUMAH PANGGUNGPONDASI :1. TELAPAK / TIANG PANCANG
STRUKTUR :1. RANGKA BETON BERTULANG2. KOLOM BULAT / SILINDER (HIDRODINAMIS)
MEMILIKI BIDANG BENTURAN YANG LEBIHKECIL.
3. MEMILIKI RUANG ANTARA STRUKTUR
RUANG DIANTARA STRUKTUR, AIR/GELOMBANG LAUT DAPAT LEWAT.
MERANCANG RUMAH TAHAN GEMPA
FILOSOFI BANGUNAN TAHAN GEMPA
Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakanbaik pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada komponen strukturalnya(kolom dan balok retak, pondasi amblas, dsb).
Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan padakomponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidakboleh rusak.
Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baikpada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akantetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelumbangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untukkeluar/mengungsi ketempat aman.
MERANCANG RUMAH TAHAN GEMPA
BENTUK DENAH DAN STRUKTUR BANGUNAN
MERANCANG RUMAH TAHAN GEMPA
BENTUK DENAH DAN STRUKTUR BANGUNAN
MERANCANG RUMAH TAHAN GEMPA
BENTUK DENAH DAN STRUKTUR BANGUNAN
BAB III
PEMBAHASAN
(KEGAGALAN
TEKNOLOGI)
MEKANISME KERUSAKAN
• Ledakan-ledakan yang megakibatkan kematian, luka dan kerusakan
bangunan-bangunan dan infrastruktur, kecelakaan-kecelakaan
teransportasi membunuh dan menciderai para penumpang dan krunya, dan bisa
melepaskan zat-zat polutan yang berbahaya, kebakaran-kebakaran
industri dapat mencapai temperatur yang sangat tinggi dan mempengaruhi
daerah-daerah yang luas, zat-zat berbahaya yang dilepas kedalam
udara atau air dapat menempuh jarak yang jauh dan menyebabkan
kontaminasi udara, cadangan air tanah, tanaman pangan dan ternak yang
menyebabkan daerah-daerah itu tidak bisa dihuni oleh manusia, satwa liar
musnah, dan sistim-sistim ekologi terganggu. Bencana-bencana skala
besar dapat mengancam stabilitas ekologi global.
• Salah satu bagian contoh dari kegagalan teknologi ialah Radiasi Nuklir,
seperti yang terjadi baru-baru ini ketika gempa sebesar 8,9 SR mengguncang
Jepang menyebabkan PLTN terbakar dan meledak dan menyebabkan
radiasi nuklir. Radiasi nuklir yang mengancam keselamatan warga dan
lingkungan sekitar pusat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima pasca
gempa bumi di Jepang.
MEKANISME KERUSAKAN
MEKANISME KERUSAKAN• Kuantitas zat berbahaya yang dilepas, temperatur api, tingkat kerusakan
ledakan, area kontaminasi udara, laut, air tanah, intensitas kontaminasi lokal
(bagian-bagian per juta, bekuarel/liter untuk radio aktif).
PENYEBAB
• Api, gagalnya rancangan keamanan pabrik, prosedur operasi pabrik yang salah,
gagalnya komponen-komponen pabrik, dampak kecelakaan, pembakaran yang
disengaja atau sabotase, kelalaian manusia dan gempa bumi.
PENGKAJIAN BAHAYA DAN TEKNIK-
TEKNIK PEMETAAN• Inventaris dan peta-peta dari lokasi-lokasi penyimpanan zat-zat
berbahaya/beracun dan karakteristiknya, jalur-jalur transportasi yang biasa
digunakan untuk zat-zat berbahaya itu, peta-peta dari kemungkinan zona-zona
kontaminasi dan intensitas kontaminasi pada saat terjadi pelepasan dalam
ukuran tertentu, koridor-koridor lalu lintas dan catatan-catatan sejarah
kecelakaan untuk daerah-daerah transportasi yang berbahaya.
POTENSI UNTUK MENGURANGI
BAHAYA
• Standar-standar keamanan yang diperbaiki dipabrik dan rancangan
perlengkapan, antisipasi dari kemungkinan bahaya dalam rancangan pabrik,
rancangan keamanan dan prosedur-prosedur operasi, penyebaran materi yang
berbahaya, perundang-undangan, perencanaan kesiapan.
SERANGAN DAN KEMATIAN
• Cepat (menit atau jam) atau tiba-tiba (tanpa peringatan), rancangan pabrik
industri harus menggabungkan sistem-sistim peringatan dan monitoring untuk
bahaya kebakaran, gagalnya komponen dan meningkatnya kondisi-kondisi
berbahaya, lepasnya polutan bisa cukup lambat untuk mampu memberi
peringatan dan evakuasi dari operasi pabrik dan publik, letusan-letusan dapat
diantisipasi dalam beberapa kasus.
ELEMEN-ELEMEN BERESIKO
• Pabrik industri atau kendaraan dan karyawan beserta krunya, para penumpang
atau penduduk yang berdekatan dengan tempat-tempat hunian, bangunan-
bangunan yang berdekatan, ternak/tanaman pangan disekitar pabrik (sampai
ratusan kilometer dalam kasus pelepasan skala besar dari polutan-polutan yang
terkandung dalam udara dan materi radioaktif), cadangan air regional dan
hidrologi, fauna dan flora.
MITIGASI KEGAGALAN TEKNOLOGI
• Memperbaiki daya tahan api dengan menggunakan materi-materi yang tahan api
dengan menggunakan materi-materi tahan api.
• Membangun penahan-penahan api, penyadapan asap, memperbaiki detektor-
detektor dan sistim-sistim peringatan.
• Perencanaan kesiapan memperbaiki pemadaman kebakaran dan kapabilitas
penyebaran polusi.
• Bantuan emergensi dan perencanaan evakuasi untuk karyawan pabrik dan
tempat-tempat hunian terdekat (kru dan para penumpang dalam kasus
kendaraan).
MITIGASI KEGAGALAN TEKNOLOGI
• Rencana-rencana keamanan di lokasi maupun diluar lokasi.
• Latihan-latihan bekerjasama dengan pemadaman kebakaran
setempat.
• Memperbaiki kapabilitas-kapabilitas dari pertahanan sipil dan
otoritas-otoritas emergensi.
• Membatasi atau mengurangi kapasitas penyimpanan bahan
– bahan kimia yang mudah terbakar atau berbahaya.
•
• Perlu partisipasi komunitas melalui aksi komunitas untuk memonitor
tingkat polusi, untuk memastikan pemeriksaan dan penegakan standar-standar
yang ada dan untuk memperbaiki undang-undang keamanan.
• Menyiapkan rencana-rencana evakuasi.
BELAJAR DARI PLTN FUKUSHIMA
• Ledakan yang terjadi pada reaktor nuklir PLTN Fukushima Jepangsungguh merupakan pembelajaran yang amat berharga, dimanapembuat keputusan harus sangat yakin akan kesiapan menghadirkanreaktor nuklir sebagai sumber energi, dan para ahli harus benar-benarbelajar tentang kriteria apalagi yang dibutuhkan oleh sebuahpembangkit litrik tenaga nuklir sehingga dapat menjamin keamanannuklir itu sendiri.
• Walau disadari akan kekuatiran bahaya dan resiko penggunaan nuklir,namun nuklir dalam berbagai bentuk aplikasinya diberbagai bidangkehidupan tetap akan menjadi harapan bagi kemakmuran di masa yangakan datang. Dari segi lingkungan, pilihan energi nuklir sebagai opsiyang bersih dan berkelanjutan, dengan catatan harus disiplin danmengikuti prosedur operasi yang benar. Upaya minimisasi limbah nukliratau mitigasi bencana nuklir dapat dilakukan dengan :1. Dimulai pada pemlihan desain reaktor nuklir2. Prosedur operasi reaktor3. Pemanfaatan kembali produk fisi4. Upaya penyimpanan dan pemantauan limbah nuklir sesuai waktu
paruhnya.
BAB IV
KESIMPULAN &
SARAN
GEMPA BUMI
• Dalam mitigasi bencana gempa ada dua langkah manajemen yang dapatditempuh yaitu manajemen kritis dan menajemen resiko. Dari kedua
langkah tersebut yang paling baik dilakukan adalah langkah
manajemen resiko.
• Berdasarkan pembahasan tentang mitigasi bencana, maka ada empathal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:
1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencanauntuk tiap jenis bencana;
2. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerahrawan bencana;
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta
mengetahui cara penyelamatan diri jika bencanatimbul; dan
4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencanauntuk mengurangi ancaman bencana.
GEMPA BUMI
• Strategi yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana gempa ialah :
1. Rekayasa bangunan untuk menahan kekuatan-kekuatan getaran.
2. Undang-undang bangunan gempa.
3. Kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan
dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi.
4. Konstruksi bangunan-bangunan umum harus menurut
standar tinggi dari rancangan teknik sipil.
5. Memperkuat bangunan-bangunan penting yang sudah ada
yang diketahui rentan.
6. Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di
perkotaan didaerah-daerah geologi yang diketahui dapat melipatgandakan getaran-getaran bumi.
7. Asuransi bangunan rawan gempa.
8. Penetapan zona gempa dan peraturan-peraturan tata guna tanah.
9. Partisipasi masyarakat dalam sosialisasi dan pelatihan mitigasi
gempa secara berkala dilakukan pada kawasan rawan gempa.
KEGAGALAN TEKNOLOGI
• Kegagalan teknologi memiliki hubungan erat dengan gempa bumi.Sebab, salah satu unsur pemicu kegagalan teknologi adalahgempa bumi, dimana dengan konstruksi yang tidak baik (tentunya
dengan teknologi bahan/formula, dll) yang salah ataupun tidak akurat dapat
menyebabkan ledakan dan berakibat pada gempa bumi.
• Kegagalan teknologi dapat disebabkan oleh : pembakaran,sabotase, ledakan zat berbahaya/kimia, api, kelalaianmanusia dan gempa bumi.
KEGAGALAN TEKNOLOGI
• Strategi yang dapat dilakukan dalam mitigasi kegagalan Teknologi ialah :
1. Rekayasa bangunan untuk menahan kekuatan-kekuatan getaran.2. Mengurangi atau menghilangkan bahaya dengan sarana yang terdaftar.3. Memperbaiki daya tahan api dengan menggunakan materi-materi yang
tahan api dengan menggunakan materi-materi tahan api.4. Membangun penahan-penahan api, penyadapan asap, memperbaiki
detektor-detektor dan sistim-sistim peringatan.5. Perencanaan kesiapan memperbaiki pemadaman kebakaran dan
kapabilitas penyebaran polusi.6. Bantuan emergensi dan perencanaan evakuasi untuk karyawan pabrik dan
tempat-tempat hunian terdekat (kru dan para penumpang dalam kasuskendaraan).
7. Rencana-rencana keamanan di lokasi maupun diluar lokasi.8. Latihan-latihan bekerjasama dengan pemadaman kebakaran setempat.9. Memperbaiki kapabilitas-kapabilitas dari pertahanan sipil dan otoritas-
otoritas emergensi.10.Membatasi atau mengurangi kapasitas penyimpanan kimia-kimia yang
mudah terbakar atau berbahaya.11.Perlu partisipasi komunitas melalui aksi komunitas untuk memonitor
tingkat polusi, untuk memastikan pemerikasaan dan penegakan standar-standar yang ada dan untuk memperbaiki undang-undang keamanan.
TERIMA KASIH .......