presentasi ppn 2009
DESCRIPTION
ppnTRANSCRIPT
1
DASAR HUKUM PPN & PPn BM
UU No 8 Th 1983 Mulai berlaku 1 Apr 1985UU No 11 Th 1994 Mulai berlaku 1 Jan 1995 UU No 18 Th 2000 Mulai berlaku 1 Jan 2001 UU No 42 Th 2009 Mulai berlaku 1 Apr 2010
Mengatur
PPNDikenakan atas PertambahanNilai yg timbul akibat dipakainya faktor produksi pada setiap jalur perusahaan
PPn BMDikenakan atas Nilai Jualpada setiap perpindahan /pertukaran barang/jasa
PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN dengan tujuan untuk :1. Menegakkan keadilan dlm pembebanan pajak2. Mengurangi pola konsumsi tinggi yg tidak
produktif dalam masyarakatDikenakan atas:1. Penyerahan BKP yg tergolong mewah oleh
produksen barang mewah atau2. Impor BKP yang tergolong mewah3. Dikenakan 1 kali waktu penyerahan BKP
• PPN dan PPn BM merupakan satu kesatuan sebagai pajak atas konsumsi di dalam negeri• PPn BM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa PPN
2
KARAKTERISTIK PPN
1. Merupakan Pajak Tidak Lngsung
Pembayaran pajak dapat melimpahkan beban pajaknya kepada pihak lain (pembeli)
2. Pajak Obyektif
Timbulnya kewajiban untuk membayar pajak ditentukan oleh obyek pajak, yaitu peristiwa atau perbuatan hukum yg dapat dikenakan pajak
3. PPN adl pajak atas konsumsi dalam negeri
PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP/JKP yg dilakukan di Dalam Negeri (daerah pabean). Oleh karena itu atas komoditi impor dikenakan PPN, sebaliknya komoditi ekspor tidak dikenakan PPN
4. Netral terhadap perdagangan dalam negeri
Terhadap komoditi impor dan barang hasil produksi DN yg dikonsumsi di DN, dikenakan beban pajak yg sama, dengan demikian maka kompetisi antara komoditi impor dng barang produksi DN tidak dipengaruhi PPN, sehingga netral dalam perdagangan DN
5. Netral terhadap perdagangan luar negeri
Barang produksi DN yg diekspor tidak dikenakan PPN. Namun supaya daya saing komoditi ekspor dng produksi domestik negara pengimpor tdk dipengaruhi PPN (Netral), maka atas komoditi ekspor Indonesia dikenakan PPN dng tarif 0%. Dng dikenakan tarif 0% , maka Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP dapat dikreditkan.
6. Dikenakan secara bertingkat (multi stage)
PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi, mulai dari pabrikan s/d pedagang eceran
7. Tidak menimbulkan dampak pajak berganda
PPN hanya dikenakan atas nilai tambah. Dalam perhitungan PPN pengusaha mempunyai hak untuk mengkreditkan PPN yg telah dibayar atas perolehan BKP/JKP dng PPN yg dipungut atas penyerahan BKP/JKP. Dalam mata rantai berikutnya PPN yg telah dibayar tsb tidak dikalkulasikan ke dalam harga jual
3
Pengenaan PPN secara bertingkat pada setiap mata rantai jalur produksi dan distribusi
Pengusaha
Industri kayu
Industri mebel
Distributor
Ped. Eceran
Konsumen
Transaksi
Menyerah-kan
Beli kayuJual mebel
Beli mebelJual mebel
Beli mebelJual mebel
Beli mebel
Nilai Tambah
3.000
-2.000
-1000
-500
-
HargaJual
3.000
-5..000
-6.000
-6.500
-
PPN(10%)
300
-500
-600
-650
-
Setor ke kasnegara
300
-200
-100
-50
-
Harga yg di bayar
-
3.300-
5.500-
6.600-
7.150
• PPN disetor ke kas negara secara bertahap mulai dr industri kayu s/d pedagang eceran sebesar 300 + 200 + 100 + 50 = 650• PPn sebesar 650 adl sama dengan 10% x 6500 (jumlah nilai tambah), pada akhirnya PPN dibebankan kpd konsumen, sedangkan PKP hanya memungut dan selanjutnya menyetorkan ke kas negara• Semakin panjang mata rantai jalur produksi dan distribusi, semakin bsrat beban pajak yg dipikul konsumen• Dalam PPN tidak terjadi efek pajak berganda, krn PPN yg telah dibayar atas perolehan BKP/JKP dikreditkan dengan PPN yg dipungut atas penyerahan BKP/JKP dan tidak dikalkulasikan ke dalam harga jual.• Efek ganda hanya terjadi pada PPn BM, hal ini dimaksudkan untuk menegakkan prisnsip keasdilan dalam pembebanan pajak.
4
DAERAH PABEAN(Pasal 1 angka 1)
Wilayah Republik Indonesia (RI)
meliputi:
1. Darat dan ruang udara di atasnya
2. Perairan dan ruang udara di atasnya
3. Tempat-tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif, mis berikat, kawasan industri
4. Landas kontinen
5. Wilayah RI yang di dalamnya berlaku UU Pabean, mis Pulau Batam
(Catatan : Lihat pengertian pasal 1)
5
Barang dan Barang Kena Pajak (BKP) (Pasal 1 angka 2 UU PPN)
Barang BerwujudMeliputi :1. Barang bergerak2. Barang tdk
bergerak
Barang Tidak Berwujud:Penggunaan atas: 1. Hak merk dagang2. Hak cipta3. Hak Paten
Barang yg dikenakan PPN adalah BKP
Pada dasarnya semua barang adl BKP (kecuali ditentulan lain oleh UU)
(Catatan : Lihat pengertian pasal 1)
6
Jasa dan Jasa Kena Pajak (JKP)(Pasal 1 angka 5 UU PPN)
Kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan / perbuatan hukum
Yang menyebabkan barang / fasilitas / kemudahan / hak tersedia untuk dipakai
Jasa yg dikenakan PPN adalah JKP
Pada dasarnya semua jasa adl JKP (kecuali ditentulan lain oleh UU)
(Catatan : Lihat pengertian pasal 1)
7
Pengertian (1)Pasal 1
1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesiayang meliputi wilayah
darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.3. Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak.4. Penyerahan BKP adalah setiap kegiatan penyerahan BKP.5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
6. Jasa Kena Pajak (JKP) adalah jasa yang dikenai pajak.7. Penyerahan JKP adalah setiap kegiatan pemberian JKP.8. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.10.Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean adalah setiap kegiatan pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.11.Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan BKP Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.12.Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk kegiatan tukar-menukar barang, tanpa mengubah bentuk dan/atau
sifatnya.13.Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
8
Pengertian (2)Pasal 1
14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujuddari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
15. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai pajak
16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang daribentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru atau kegiatan mengolah sumber daya alam, termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.
17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak (FP).
19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam FP atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM
9
Pengertian (3)Pasal 1
21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan BKP dan yang membayar atau seharusnya membayar harga BKP tersebut.
22. Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan JKP dan yang membayar atau seharusnya membayar Penggantian atas JKP tersebut.
23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP.
24. Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP.
25. Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKPTidak Berwujud, dan/atau ekspor JKP.
26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
27. Pemungut PPN adalah bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah tersebut.
28. Ekspor BKP Tidak Berwujud adalah setiap kegiatan pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean.
29. Ekspor JKP adalah setiap kegiatan penyerahan JKP ke luar Daerah Pabean
10
Termasuk Pengertian Penyerahan BKP (1)Pasal 1A
1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian, meliputi jual beli, tukar menukar, jual beli angsuran, dan lainnya yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang
2. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan
hak opsi
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara dengan balas jasa tertentu atau melalui juru lelang;
4. Pemakaian sendiri (termasuk pengurus dan karyawan) dan/atau pemberian cumacuma atas BKP
5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi (dititipkan untuk dijual)
8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.
11
Termasuk Pengertian Penyerahan BKP Penjelasan (2)Pasal 1A
1. Perjanjian meliputi jual beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran,
atau perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang.
2. Pengalihan BKP karena perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah penyerahan BKP yang disebabkan oleh perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi. Penyerahan BKP karena leasing dengan hak opsi, BKP dianggap diserahkan langsung dari PKP pemasok (supplier) kepada pihak yang membutuhkan barang (lessee).
3. Pedagang perantara adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner. Juru lelang adalah juru lelang Pemerintah atau yang ditunjuk oleh Pemerintah.
4. Pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. Pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri,
seperti pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.
5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai penyerahan BKP Dikecualikan dari ketentuan diatas adalah penyerahan persediaan atau aktiva tersebut yang PM tidak dapat dikreditkan
12
Termasuk Pengertian Penyerahan BKP Penjelasan (3)Pasal 1A
6. Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan BKP antar tempat tersebut merupakan penyerahan BKP. Pusat adalah tempat tinggal atau tempat kedudukan. Cabang antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan tempat kegiatan usaha sejenisnya.
7. Dalam penyerahan secara konsinyasi, PPN yang sudah dibayar pada waktu BKP yang bersangkutan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak terjadinya penyerahan BKP yang dititipkan tersebut. Sebaliknya, jika BKP titipan tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk dikembalikan kepada pemilik BKP, pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat menggunakan ketentuan mengenai pengembalian BKP (retur).
8. Contoh Penyerahan berdasarkan prinsip syariah: Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli sebuah kendaraan bermotor dari PKP A atas pesanan nasabah bank syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, maka penyerahan kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh PKP A kepada Tuan B.
13
Tidak Termasuk Pengertian Penyerahan BKP (1)Pasal 1A.2
1. Penyerahan BKP kepada makelar sesui KUHD.
2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang
3. Penyerahan BKP dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang
4. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambi-lalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP
5. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan.
Catatan Lihat penjelasan
14
Tidak Termasuk Pengertian Penyerahan BKP Penjelasan (2)Pasal 1A.2
1. Makelar yaitu pedagang perantara yang diangkat oleh Presiden atau oleh pejabat yang oleh Presiden dinyatakan berwenang untuk itu. Mereka menyelenggarakanperusahaan mereka dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas nama orangorang lain yang dengan mereka tidak terdapat hubungan kerja.
2. Pengenaan PPN yang dipusatkan, PKP tersebut telah menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahan BKP dari satu tempat kegiatan usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusat ke cabang atau sebaliknya atau antarcabang) dianggap tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, kecuali pemindahan BKP antar tempat pajak terutang.
3. Pemecahan usaha adalah pemisahan usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perseroan terbatas.
4. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan/atau aktiva berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan.
15
Kewajiban PKPPasal 3A
1. Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP (kecuali Pengusaha Kecil yang memlih bukan PKP) dan dikukuhkan sebagai
PKP, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN & PPn BM
2. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP juga wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN & PPn BM
3. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau yang memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang yang penghitungan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
16
PRINSIP DASAR PEMUNGUTAN PPN/PPn BM(Pasal 3A & 16A UU PPN)
1. Syarat administrasi
Sebelum melakukan penyerahan BKP/JKP, pengusaha wajib melaporkan ke KPP kegiatan usaha yg dilakukan untuk dikukuhkan sebagai PKP
2. Umum
PKP yg menyerahkan BKP/JKP kepada bukan Pemungut:
a. PKP memungut PPN/PPn BM dari pembeli/penerima jasa
b. PKP menerbitkan faktur pajak
3. Khusus
Dalam hal PKP menyerahkan BKP/JKP kepada Pemungut:
a. PPN/PPn BM dipungut, disetor dan dilaporkan oleh
pemungut
b. PKP menerbitkan faktur pajak
4. Setelah akhir masa pajak:
a. Menghitung PPN/PPn BM terutang dalam suatu masa
b. Menyetorkan PPN yg kurang dibayar / PPn BM terutang
c. Melaporkan perhitungan dan penyetoran PPN/PPn BM
terutang dalam SPT Masa PPN
5. Lain-lain
Dalam hal terjadi kesalahan pemungutan yg mengakibatkan pajak yg dipungut lebih besar dari yang seharusnya atau yg tidak seharusnya dipungut dan pajak yg salah dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan, maka yg dapat meminta kembali pajak yg salah dipungut tsb adalah“pihak yg terpungut” sepanjang belum dikreditkan / dibebankan sebagai biaya (pasal 7 & PP no 143 tahaun 2000)
17
PPN dikenakan atas: (1)Pasal 4
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat2 sbb: a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya
2. Impor BKP Pajak dipungut pada saat impor BKP. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dikenakan kepada siapapun yang memasukkan BKP ke dalam Daerah Pabean, tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak
3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sbb: a. jasa yang diserahkan merupakan JKP b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Termasuk dalam pengertian penyerahan JKP adalah JKP yg dimanfaat -
kan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan secara cuma2.
4. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun dikenai PPN. Contoh: Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak menggunakan merek yang dimiliki Pengusaha B yg berkedudukan di
Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean terutang PPN 5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenai PPN. Misal: PKP C di Surabaya memanfaatkan JKP dari Pengusaha B yang berkedudukan di Singapura. Atas pemanfaatan JKP tersebut terutang PPN
18
PPN dikenakan atas: (2)Pasal 4
6. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP
7. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKPhanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP. BKP Tidak Berwujud adalah: a. Penggunaan / hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan,
kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, /bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya b. Penggunaan /hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah c. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial d. Pemberian bantuan tambahan/pelengkap sehubungan dng penggunaan hak2 atau penggunaan/hak menggunakan peralatan / perlengkapan / pemberian pengetahuan/informasi tersebut, berupa: 1) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa 2) Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar / rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa 3) Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi e. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio f. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial / hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.
8. Ekspor JKP oleh PKP Ekspor JKP adalah penyerahan JKP dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh PKP yang menghasilkan dan melakukan ekspor BKP Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
Ketentuan batasan kegiatan dan jenis JKP yang atas ekspornya dikenai PPN diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
19
Jenis Barang Yang Tidak dikenakan PPN(Pasal 4A jo PP No 144/2000)
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yg diambil langsung dari sumbernya(Minyak mentah, gas bumi, panas bumi, asbes, batu tulis /permata / kapus /apung , bentonit, dolomit, garam batu, grafit, granit, mika, mamer, nitrat, pasir dan kerikil, fosfat, tanah liat, tawas, batu bara sebelum diproses menjadi briket, biji besi / timah / emas / tembaga / nikel / perak / bauksit)
2. Barang-barang kebutuhan pokok yg sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak(Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam baik beryodium maupun tidak beryodium dan daging segar tanpa diolah atau diprroses via dikuliti / dipotong / didinginkan / dikemas / digarami / diasamkan / direbus / diawetkan, telur tidak diolah / diolah / diasinkan / dikemas, susu didinginkan / dipanaskan / dikemas / tidak dikemas, buah-buahan segar / dicuci / dikupas / dipotong / diiris / dikemas / tdak dikemas , sayr-sayuran segar / dicuci / dicacah / diawetkan )
3. Makanan dan minuman yg disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya baik dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk yg diserahkan oleh perusahaan jasa boga / catering
4. Uang, emas batangan dan surat-surat berharga5. Disamping ketentuan tsb diatas masih terdapat jenis
barang yg dikecualikan dari pengenaan PPN karena adanya fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan
20
Jenis Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN(Pasal 4A UU PPN jo PP No 144/2000)
1. Jasa pelayanan kesehatan medik (dokter umum / spesialis / gigi / hewan, bidan / dukun bayi, ahli kesehatan gigi / akupuntur / gizi / fisioterapi, para medis & perawat, jasa rumah sakit / klinik kesehatan / laboratoriun kesehatan / sabatorium, jasa psikologdan psikiater, jasa pengobatan altrnatif, termasuk paranormal)
2. Jasa pelayanan sosial (jasa panti asuhan /jompo, pemadam kebakaran, pertolongan kecelakaan, jasa rehabilitasi, jasa rumah duka / pemakaman / krematorium, jasa olahraga, kecuali yang bersifat komersial)
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko tempel / pengganti perangko4. Jasa keuangan ( jasa menghimpun dana berupa giro / deposito / tabungan
/bentuk lain, jasa menempatkan dana / meminjam / meminjamkan dengan surat / wesel / cek / sarana lain, jasa`pembiayan termasuk syariah berupa sewa guna usaha dengan hak opsi / anjak piutang, usaha kartu kredit, pembiayaan konsumen. Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai / fidusia termasuk gadai syariah, jasa penjaminan)
5. Jasa asuransi (asuransi kerugian / jiwa / reasuransi dan tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen / penialai /konsultan asuransi
6. Jasa keagamaan ( jasa pelayanan ibadah, pemberian khotbah / dakwah , penyelenggaraan kegiatan keagamaan, dan jasa lain keagamaan)
7. Jasa pendidikan (sekolah umum / kejuruan / luar biasa / kedinasan / keagamaan / akademik / profesional , dan penyelenggaran pendidikan diluar sekolah)
8. Jasa kesenian dan hiburan yg telah dikenakan pajak tontonan atau tidak bersifat komersial (pementasan kesenian tradisional dng cuma-cuma)
9. Jasa penyiaran (penyiaran radio, TV pemerintah / swasta yg bukan bersifat iklan / tidak dibiayai oleh sponsor / tidak untuk tujuan komersial)
10. Jasa angkutan umum di darat dan di air11. Jasa tenaga krerja (jasa penyediaan tenaga kerja dan jasa
penyelenggaraan latihan tenaga kerja)12. Jasa dibidang perhotelan / motel / penginapan / losmen / hostel, terdiri:
a. Jasa persewaan kamar dan fasilitas yg terkait untuk tamu yg menginapb. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan suatu acara / pertemuan
12. Jasa yg disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum (pemberian IMB, KTP, NPWP dsb)
13. Jasa penyedian tempat parkir (dengan dipungut biaya/bayaran)14. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam 0leh pemerintah /
swasta15. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos16. Jasa boga dan katering
21
Pertimbangan pengenaan PPn BMPasal 5
1. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
22
Termasuk BKP & Penghasilan yg tergolong mewahPasal 5
Termasuk BKP yang tergolong mewah: 1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status
Pengertian menghasilkan barang mewah adalah kegiatan:a. Merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu barang menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, seperti merakit mobil, barang elektronik, dan perabot rumah tanggab. Memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain maupun tidakc. Mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan satu atau lebih barang lain;d. Mengemas, yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untuk melindunginya dari kerusakan dan/atau untuk meningkatkan pemasarannyae. Membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang ditutup menurut cara tertentuf. Kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh orang atau badan lain melakukan kegiatan tersebut
23
Tarif PPN & PPn BMPasal 7 & 8
1. Tarif PPN adalah 10%2. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas: a. Ekspor BKP Berwujud b. Ekspor BKP Tidak Berwujud c. Ekspor JKP3. Tarif PPN dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% dengan PP4. Tarif PPn BM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%5. Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0%6. Ketentuan mengenai kelompok BKP yang tergolong mewah yang dikenai PPPn BM diatur dengan Peraturan Pemerintah.7. Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai PPn BM diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
24
Barang Hasil Pertanian BKP Terhitung 1 Jan 2001
(PP No.12 th 2001)
Barang Hasil Pertanian yg dipetik langsung / diambil langsung / disadap langsung dari sumbernya, termasuk hasil pemrosesannya yg dilakukan dengan cara tertentu
Diserahkan oleh:• Petani atau• Kelompok tani
Diserahkan oleh:• Petani berbentuk badan atau• Bukan petani / kelompok tani
Termasuk kelompok BKP tertentu yg bersifat strategis
Tidak termasuk kelompok BKP tertentu yg bersifat strategis
Dibebaskan dari pengenaan PPN
Dikenakan PPN
25
Subyek Pajak (PPN)
1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP/JKP atau ekspor BKP, meliputi:
a. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP
atau
b. Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP,
tetapi belum dikukuhkan
c. Pengusaha kecil yang memilih menjadi PKP
2. Bukan Pengusaha Kena Pajak, meliputi:
a. Ditjen Bea dan Cukai dalam hal impor BKP
b. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP
tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean
c. Orang pribadi / badan yang membangun sendiri
bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha /
pekerjaannya
3. Pemungut PPN sebagaimana dimaksud dalam pasal 16A UU PPN Jo Kepmen No 563/KMK.03/2003, yang melakukan pembayaran atas penyerahan BKP/JKP oleh PKP rekanan pemerintah yang dananya berasal dari APBN/APBD, meliputi:
a. Bendaharawan Pemerintah (Pusat / Daerah)
b. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
Catatan:Jadi subyek pajak adalah orang / badan yang bertanggung-
jawab atas pembayaran pajak ke kas negara
26
OBYEK PPN(Pasal 4 16C dan 16D UU PPN)
1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean oleh pengusaha
2. Impor BKP oleh siapapun (pengusaha atau bukan pengusaha)
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean oleh pengusaha
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean (pengusaha atau bukan pengusaha)
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean (pengusaha atau bukan pengusaha)
6. Ekspor BKP oleh PKP
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha / pekerjaannya
8. Penyerahan aktiva yg menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan dengan syarat PPN yg dibayar pada saat perolehan dapat dikreditkan
Yang dimaksud dengan pengusaha adalah PKP yaitu pengusaha (orang pribadi / badan), yg dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya menyerahkan BKP/JKP atau Ekspor BKP
27
Pengertian Penyerahan BKP(Pasal 1A UU PPN jo Pasal 13 PP No 143/2000 jo PP No 24/2002)
1. Penyerahan hak atas BKP kareana suatu perjanjian (jual beli, tukar menukar, jual beli secara tunai atau angsuran atau perjanjian lain yg mengakibatkan adanya penyerahan hak atas BKP)
2. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli perjanjian leasing (sewa guna usaha) dengan hak opsi (pembayaran dilakukan secara bertahap, penyerahan hak belum dilakukan, ytetapi penguasaan atas BKP telah berpindah dari penjual/leasor kepada pembeli /lessie)
3. Penyerahan BKP pada pedagang perantara atau melalui juru lelang
4. Pemakaian sendiri & pemberian cuma-cuma (meliputi baik produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri)
5. a. Persediaan BKP masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan
b. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual-belikan yg masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, sepanjang PPN atas perilehan aktiva tsb
menurut ketentuan dapat dikreditkan
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya & penyerahan BKP antar cabang tempat terutang PPN
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi
8. Penyerahan persediaan BKP dlm rangka perubahan bentuk usaha atau penggabungan usaha atau pengalihan seluruh aktiva persahaan yg diikuti dng perubahan pihak yang berhak atas BKP tsb terhitung 1 Januari 2001 terutang PPN (PPNo.143 th 2000 joPP No 24 th 2002)
28
Saat Timbulnya Penyerahan (Obyek Pajak) Yg Mengakibatkan Terutangnya Pajak
1. Jual beli secara angsuran Saat penyerahan BKPIlustrasi:PT A (distributor TV) menyerahkan beberapa unit TV kepada Ardi dengan harga rp.250.000.000,- yg pembayarannya dilakukan secara angsuran. Tanggal 8 Juni 2005 dibayar angsuran I sebesar Rp. 25.000.000,- dan TV diserahkan kepada Ardi. Disini sudah terjadi penyerahan hak, sehingga sudah terutang PPN atas seluruh harga TV
2. Perjanjian sewa beli Saat pengalihan BKPIlustrasi:PT. B (dealer truk) mengadakan perjanjian sewa beli beberapa unit truk dengan PT. C pada tgl 9 Juli 2005. PT. C membayar harga sewa I sebesar Rp.30.000.000,- dan truk diserahkan kepada PT.C. Disini belum terjadi penyerahan, yang terjadi hanya pengalihan/pemindahan penguasaan atas truk tsb dari PT.B kepada PT. C, karena bukti kepemilikan truk oleh PT.C (BPKB) belum ada, namun berdasarkan pasal 1A UU PPN penyerahan sudah terjadi pada saat adanya pengalihan BKP (truk)
3. Pedagang Perantara Saat penyerahanIlustrasi:PT.C bergerak di bidang komisioner (pedagang perantara) mengadakan perjanjian dengan PT.D untuk menjualkan kopi gingseng hasil produksi PT D. Apabila kopi gingseng tersebut telah laku dijual, sebagai imbal jasa PT.C memperoleh bagian sebesar 5% dari harga jual . Pada saat PT.D menyerahkan kopi gingseng pada PT.C, maka dissini sudah terjadi penyerahan menurut UU PPN dan terutang PPN
4. Penyerahan BKP melalui Kantor Lelang Penyerahan kepada pemenang lelangIlustrasi:PT E (Pabrik Tektil) memnjual beberapa jenis tekstil melalui kantor lelang. Pada saat PT.E menyerahkan tektil kepada juru lelang belum terjadi penyerahan. Penyerahan baru terjadi pada saat teksti tersebut diserahkan pada pemenang lelang. Sebagai pihak penjual (yang menyerahkan tektil) adalah PT.E melalui juru lelang dan dalam faktur pajak ditulis “Kantor lelang cc PT.E”. Apabila PT. E bukan PKP, maka atas penyerahan tersebut tidak terutang PPN.
29
Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP
(Pasal 1A ayat 2 UU PPN)
1. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam KUHD
2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang
3. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan antar cabang dalam hal PKP memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak, kecuali penyerahan BKP antar tempat pajak terutang (antar PKP)
30
Penyerahan Barang / Jasa yang dikenakan PPN
(Penjelasan pasal 4 UU PPN)
Apabila memenuhi syarat:1. Barang/jasa yang diserahkan adalah BKP
(berwujud / tidak berwujud) dan JKP
2. Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
3. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha / pekerjaannya (sebagai Pengusaha Kena Pajak)
Catatan:a. Ketiga persyaratan tersebut bersifat komulatif,
apabila salah satu syarat tidak dipenuhi, maka atas penyerahan BKP/JKP tersebut tidak terutang PPN
b. Menentukan saat penyerahan adalah sangat penting, karena hal tersebut berkaitan erat dengan saat timbulnya obyek pajak atau saat terutangnya pajak
31
Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP
(Pasal 3A ayat (1) UU PPN jo Kep-161/PJ/2001)
1. Yang diwajibkan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP:a. Pengusaha yang menyerahkan BKP/JKP di daerah pabean atau melakukan ekspor BKP, kecuali pengusaha kecilb. Pengusaha kecil yang memilih menjadi PKP
2. Saat pengusaha harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP:a. Bagi pengusaha yang memenuhi syarat sebagai PKP sebelum melakukan penyerahkan BKP/JKPb. Bagi pengusaha kecil:
1) Yang memilih menjadi PKP wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP2) Yang tidak memilih sebagai PKP, tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran brutonya sudah melebihi batasan sebagai pengusaha kecil pelaporan dilakukan paling lambat akhir masa
pajak berikutnya
3. Tempat pelaporan yaitu KPP wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha wajib pajak
Catatan:a. Apabila kewajiban wajib pajak tidak dilaksanakan, KPP dapat
melakukan pengukuhan PKP secara jabatanb. Tempat kegiatan yang semata-mata melakukan pembelian /
pengumpulan bahan baku untuk pabrik dan tidak melakukan penyerahan kepada pihak lain, tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP
32
Pengusaha Kecil(Kepmen No.552/KMK.04/2000 jo Kepmen No 571/KMK.03/2003)
1. Bukan PKP tidak wajib dikukuhkan menjadi PKP kecuali memilih menjadi PKP
2. Kriteria pengusaha kecil (terhitung tanggal 1 Januari 2004) yaitu pengusaha yang selama tahun buku melakukan penyerahan BKP/JKP dengan jumlah peredaran bruto / penerimaan bruto tidak lebih dari Rp.600.000.000
Contoh:Amri memiliki usaha yang bergerak di bidang usaha pabrik roti. Dalam tahun 2005 jumlah seluruh peredaran brutonya Rp.550.000.000. Oleh karena jumlah peredaran bruto tidak melebihi Rp.600.000.000. maka usaha Amri untuk tahun 2006 tergolong pengusaha kecil, sehingga tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kecuali Amri memilih menjadi PKP
Catatan:Dalam hal pengusaha kecil memilih menjadi PKP. maka segala hak dan kewajiban perpajakan bagi PKP berlaku juga terhadap pengusaha kecil tersebut
33
Kewajiban melapor bagi Pengusaha Kecil(SE-33/PJ.51/2003)
1. Pengusaha kecil yang peredaran brutonya s/d suatu masa pajak (misal Juni 2005) dalam suatu tahun buku telah melebihi batasan ketentuan sebagai pengusaha kecil (Rp.600.000.000), wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, paling lambat pada akhir bulan berikutnya
2. Apabila:a. PKP melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP, tetapi sudah melewati batas waktu yang ditetapkan (tanggal 31 Juli 2005)
b. PKP tidak melaporkan kegiatan usahanya, dan dari hasil penelitian diketahui, bahwa peredaran brutonya s/d suatu masa pajak (misal s/d Juni 2005) telah melebihi batasan ketentuan sebagai pengusaha kecil
3. Maka Saat pengukuhan sebagai PKP adalah awal bulan berikutnya “setelah” batas akhir pelaporan
(tanggal 1 Agustus 2005)
Catatan:
1. Kewajiban untuk memungut,menyetor dan melaporkan PPN / PPn BM dimulai sejak saat pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
2. Jumlah peredaran bruto, meliputi seluruh penyerahan BKP/JKP, termasuk penyerahan BKP/JKP cabang
34
Mengapa Pengusaha Kecil memilih menjadi PKP
Karena ada tuntutan untuk menjadi PKP
1. Apabila pengusaha kecil menjadi rekanan pemerintah, maka harus berstatus sebagai PKP, karena bendaharawan pemerintah / KPKN hanya akan mengadakan kontrak dengan pengusaha yang sudah berstatus sebagai PKP.Ketentuan ini tersirat dalam Kep-382/PJ/2002 sbb:
a. Pemungut PPN wajib memberitahukan kepada Kepala KPP apabila melakukan transaksi dengan rekanan yang bukan PKP
b. Pemungut PPN yang melakukan transakasi dengan rekanan yang belum berstatus sebagai PKP dan diketahui telah memenuhi syarat sebagai PKP, maka rekanan ybs diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan transaksi
2. Apabila pengusaha kecil melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pengusaha yang berstatus sebagai PKP, maka pengusaha kecil harus PKP, dengan demikian dapat menerbitkan FP. Terdapat kecenderungan dari PKP untuk membeli BKP/JKP dari pengusaha yang berstatus sebagai PKP, agar dapat mengkreditkan PM-nya
35
Pencabutan pengukuhan PKP(Kep.516/PJ/2000)
1. Dilakukan dalam hal:a. Perusahaan bubarb. PKP pindah alamat (tempat kegiatan
usaha) ke wilayah kerja KPP lainc. Tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP
2. Permohonan disampaikan ke KPP setempat
3. Keputusan pencabutan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan, kecuali:a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP
lainb. PKP yang jumlah peredaran bruto untuk
suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran bruto untuk pengusaha kecil
Catatan :Pencabutan PKP hanya ditujukan untuk kepentingan tata usaha perpajakan, tanpa menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan oleh PKP
36
Mekanisme Pengelolaan PPN (1)Pasal 9
1. Pajak Masukan (PM) dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran (PK) dalam Masa Pajak yang sama.2. Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan
penyerahan yang terutang pajak, PM atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
3. PM yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak sesuai ketentuan baik formal dan material4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, PK lebih besar daripada P M, selisihnya merupakan PPN yang harus disetor oleh PKP.5. Apabila dalam suatu Masa Pajak, PM yang dapat dikreditkan lebih besar daripada PK, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.6. Atas kelebihan PM dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku.7. Dikecualikan kompensasi dan pengembalian akhir tahun, dan atas kelebihan PM dapat diajukan permohonan pengembalian pada setiap
Masa Pajak oleh: a. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud b. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN - nya tidak dipungut d. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud e. PKP yang melakukan ekspor JKP f. PKP dalam tahap belum berproduksi8. Pengembalian kelebihan PM kepada PKP yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan dengan pengembalian pendahuluan 9. Ketentuan mengenai PKP berisiko rendah yang diberikan pengembalian pendahuluan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.10. Dirjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap PKP berisiko rendah dan menerbitkan surat ketetapan pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan11. Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas Dirjen Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan.
37
Mekanisme Pengelolaan PPN (2)Pasal 9
12. Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan
pasti dari pembukuannya, jumlah PM yang dapat dikreditkan adalah PM yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.
13. Apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang
terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
14. PM yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh PKP dalam hal PKP tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak pengkreditan PM dimulai.
15. Ketentuan mengenai penentuan waktu, penghitungan, dan tata cara pembayaran kembali diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
16. Besarnya PM yang dapat dikreditkan oleh PKP yang peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah tertentu, kecuali PKP menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM.
17. Besarnya PM yang dapat dikreditkan oleh PKP yang melakukan kegiatan
usaha tertentu dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM.
18. Ketentuan mengenai peredaran usaha kegiatan usaha tertentu dan pedoman penghitungan pengkreditan PM diatur Peraturan Menteri Keuangan.
38
Mekanisme Pengelolaan PPN (3)Pasal 9
19. Pengkreditan PM tidak dapat dikreditkan dengan PK diberlakukan bagi pengeluaran untuk: a. Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP b. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha yaitu produksi, distribisi, pemasaran dan manajemen c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP e. Perolehan BKP atau J yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan formal dan material atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP g. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan formal dan material h. Perolehan BKP atau JKP yang PM-nya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak i. Perolehan BKP atau JKP yang PM-nya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan j. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi
20. PM yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan PK pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
21. Ketentuan mengenai penghitungan dan tata cara pengembalian kelebihan PM diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
22. Dalam hal terjadi pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, PM atas BKP yang dialihkan yang belum dikreditkan oleh PKP yang mengalihkan dapat dikreditkan oleh PKP yang menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan PM tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi
39
Saat terutangnya Pajak (PPN) (Pasal 11 UU PPN jo PP no 143/2000 jo PP No 24/2002)
Catatan:1. Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan / pemanfaatan
BKP/JKP terutang pada saat pembayaran2. Penyerahan BKP dalam rangka peubahan bentuk usaha /
penggabungan usaha / pemekaran usaha / pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti perubahan pihak yang berhak atas BKP tsb, terutangnya pajak terjadi pada saat disepakati / ditetapkan sesuai hasil RUPS
3. Pentingnya menentukan saat terutangnya pajak, karena erat kaitannya dengan penentuan:a. Kapan pajak dihitung dan diperhitungkanb. Kapan pajak dibayar / dikembalikanc. Kapan penghitungan dan pembayaran dilaporkan
Penyerahan BKP/JKP kepada bukan pemungut
Saat penyerahan BKP/JKP
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut
Saat pembayaran
Impor BKP Saat BKP dimasukkan ke dalam daerah pabean
Ekspor BKP Saat BKP dikeluarkan dari daerah pabean
Kegiatan membangun sendiri
Saat mulai dilaksanakan pembangunan fisik
Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah pabean
Saat dimulainya pemanfaatan
Saat lain Ditetapkan Dirjen Pajak
40
Saat Terutangnya PPNPasal 11
Saat terutangnya PPN:a. Penyerahan BKPb. Impor BKPc. Penyerahan JKPd. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabeane. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabeanf. Ekspor BKP Berwujudg. Ekspor BKP Tidak Berwujudh. Ekspor JKP.Termasuk transaksi melalui electronic commerce
Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahanBKP atau sebelum penyerahan JKP atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.
Dirjen Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai saat terutangnya pajak dalam hal saat terutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan ketidak-adilan.
41
Contoh Perhitungan PPNPasal 8A & 9
1. PKP A menjual tunai BKP dengan Harga Jual Rp.25.000.000 PPN terutang = 10% x Rp.25.000.000 = Rp.2.500.000 PPN sebesar Rp.2.500.000 tersebut merupakan PK yang dipungut oleh PKP A.
2. PKP B melakukan penyerahan JKP dengan memperoleh Penggantian Rp.20.000.000 PPN terutang = 10% x Rp.20.000.000 = Rp.2.000.000 Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.2.000.000 tersebut merupakan PK yang dipungut oleh PKP B.
c. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor Rp.15.000.000 PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp.15.000.000 = Rp.1.500.000
d. PKP D melakukan ekspor BKP dengan Nilai Ekspor Rp.10.000.000 PPN terutang = 0% x Rp.10.000.000 = Rp. 0 PPN sebesar Rp.0,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran.
e. Masa Pajak Mei 2010 Pajak Keluaran = Rp.2.000.000 Pajak Masukan dapat dikreditkan = Rp.4.500.000 Pajak lebih dibayar = Rp.2.500.000 Pajak lebih dibayar tersebut dikompensasikan ke Masa Pajak Juni 2010. Masa Pajak Juni 2010 Pajak Keluaran = Rp.3.000.000 Pajak Masukan dapat dikreditkan = Rp.2.000.000 Pajak kurang dibayar = Rp.1.000.000 Pajak lebih dibayar dari Masa Pajak Mei 2010 dikompensasikan ke Masa Pajak Juni 2010 = Rp.2.500.000 Pajak lebih dibayar Masa Pajak Juni 2010 = Rp.1.500.000 Pajak lebih dibayar tersebut dikompensasikan ke Masa Pajak Juli 2010
42
Contoh Perhitungan SPT Masa PPNPasal 9
1. PKP melakukan beberapa macam penyerahan, yaitu: a. Penyerahan yang terutang pajak = Rp.25.000.000 Pajak Keluaran = Rp.2.500.000 b. Penyerahan yang tidak terutang PPN = Rp.5.000.000 Pajak Keluaran = nihil c. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN = Rp.5.000.000 Pajak Keluaran = nihil
Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan: a. BKP dan JKP berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak = Rp.1.500.000 b. BKP dan JKP berkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenai PPN = Rp.300.000 c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN = Rp.500.000
Menurut ketentuan ini, PM yang dapat dikreditkan dengan PK sebesar Rp.2.500.000 hanya sebesar Rp.1.500.000
2. PKP melakukan 2 (dua) macam penyerahan, yaitu: a. Penyerahan yang terutang pajak = Rp.35.000.000 Pajak Keluaran = Rp.3.500.000 b. Penyerahan yang tidak terutang pajak = Rp.15.000.000 Pajak Keluaran = nihil
PM yang dibayar atas perolehan BKP dan JKPyang berkaitan dengan keseluruhan penyerahan sebesar Rp.2.500.000 sedangkan PM yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti. PM sebesar Rp.2.500.000 tidak seluruhnya dapat dikreditkan dengan PK sebesar Rp.3.500.000. Besarnya PM yang dapat dikreditkan dihitung berdasarkan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
43
Contoh Perhitungan SPT MasaPasal 9
Dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN dilaporkan:Pajak Keluaran = Rp.10.000.000Pajak Masukan = Rp. 8.000.000Dari hasil pemeriksaan diketahui:Pajak Keluaran = Rp.15.000.000Pajak Masukan = Rp.11.000.000
Dalam hal ini, PM yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp.11.000.000, tetapi tetap sebesar Rp.8.000.000,00 sesuaidengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN.
Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaanPajak Keluaran = Rp.15.000.000Pajak Masukan = Rp. 8.000.000Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp. 7.000.000Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan = Rp. 2.000.000Masih kurang dibayar = Rp. 5.000.000
44
Saat terutangnya PPn BM atas penyerahan BKP yang tergolong mewah dari pusat ke cabang atau
sebaliknya oleh pabrikan barang mewah (Kep-428/PJ/2002)
Catatan:1. DPP PPN untuk penyerahan pusat ke cabang atau
sebaliknya atau antar cabang adalah harga jual dikurangi laba kotor
2. DPP PPN & PPn BM untuk penyerahan kepada pihak lain adalah harga jual tidak termasuk PPN / PPn BM
Pabrikan BPK yang tergolong mewah
Cabang perusahaan
Terutang PPNPPN BM belum terutang
Pihak lain
Terutang PPN dan PPn BM
Cabang perusahaan
Terutang PPNPPN BM belum terutang
45
Tempat pajak (PPN) terutang (Pasal 12 UU PPN jo PP no 143/2000)
Catatan:Pentingnya menentukan tempat pajak terutang, karena berkaitan dengan di KPP mana harus menyetorkan dan melaporkan PPN / PPn BM terutang
Penyerahan BKP/JKP DN orang pribadi
Tempat kegiatan usaha
Penyerahan BKP/JKP DN badan
Tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha
Impor BKP Tempat BKP dimasukkan ke dalam daerah pabean
Kegiatan membangun sendiri
Tempat pembangunan tersebut didirikan
Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah pabean
Tempat tinggal / kedudukan atau tempat kegiatan usaha
Tempat lain yang ditetapkan Dirjen Pajak
46
Tempat pajak (PPN) terutang bagi PKP yang mempunyai lebih dari satu tempat
pajak terutang
Pada dasarnya menganut disentralisasi, kecuali impor BKP
Terutang di KPP yang bersangkutan
PKP memilih satu tempat usaha sebagai tempat
terutangnja pajak untuk dikukuhkan sebagi PKP
Untuk memberikan kemudahan bagi PKP, maka terhadap PKP yang memenuhi syarat yang telah ditentukan dapat
diberikan ijin pemusatan / sentralisasi tempat PPN terutang
Terutang di setiap tempat kegiatan musaha
PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP do setiap wilayah KPP ybs
47
Sentralisasi tempat PPN terutang(Kep-128/PJ/2003 jo Kep-394/PJ/2003)
Sentralisasi otomatis
Paling sedikit memuata. Nama, alamat dan NPWP tempat pemusatan PPN terutangb. Rincian, nama, alamat & NPWP tempat PPN terutang yang
akan dipusatkanc. Tanggal dimulainya pemusatan
Sentralisasi dengan pemberitahuan
Sentralisasi dengan permohonan
• PKP WP besar dipusatkan di KPP WP besar• PKP WP BUMN dipusatkan di KPP yg mengelola WP BUMN (terhitung tanggal 1 Januari 2004)
PKP yang menyampaikan SPT masa PPN dengan
media elektronik (e-filling)
PKP selain yang terdaftar di KPP WP
besar & PKP yang menggunakan media
elektronik
Pengajuan ijin disampaikan ke Kanwil yang membawahi KPP tempat pemusatan PPN akan
dilakukan, dengan cara
Pemberitahuan melalui SPT PPN sejak saat
dimulainya pemasukan SPT dng media
elektronik
Permohonan tertulis paling lambat 3 bulan
sebelum dumulai pemusatan
Dilampiri: Fotocopy & memperlihatkan yang asli berita acara penyampaian SPT masa PPN melalui media elektronik dari tempat yang akan dilakukan pemusatan PPN
Dilampiri:Pernyataan PKP, bahwa sistem administrasinya telah sesuai dengan persyaratan pemusatan tempat PPN terutang
48
Pemberitahuan / Permohonan pemusatan tempat PPN terutang dikabulkan apabila memenuhi
syarat
1. PKP selain pedagang eceran & PKP dengan media elektronika Tempat PPN terutang yang dipusatkan tidak
menyelenggarakan administrasi penjualan dan pembelian
b. Fungsi tempat kegiatan usaha yang dipusatkan hanya melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pembeli atas perintah tempat pemusatan PPN
c. FP & Faktur Penjualan diterbitkan di tempat pemusatan PPN terutang
d. Tempat kegiatan usaha yang dipusatkan tidak membuat FP & Faktur Penjualan, kecuali yang dicetak berdasarkan data yang diinput secara on line dari kantor pusat atau tempat pemusatannya
e. Kantor cabang / unit yang dipusatkan hanya mengadministrasi kegiatan perolehan BKP/JKP untuk keperluan operasional kantor / unit ybs
yang dananya berasal dari kas kecil (petty cash)
2. PKP pedagang eceranKegiatan administrasi pembelian untuk jaringan penjualan yang tersebar di berbagai tempat, dipusatkan di tempat pemusatan PPN dimohon
49
Penerbitan keputusan persetujuan pemusatan tempat PPN terutang oleh Kanwil
(Kep-128/Pj/2003 jo SE-25/PJ.52/2003)
PKP dng media elektronik
Keputusan berlaku sejak tanggal pemberitahuan. Untuk masa 5
tahun dan dapat diperpanjang lagi dengan pemberitahuan
perpanjangan
Catatan1. Apabila ada penambahan tempat kegiatan usaha, PKP dapat mengajukan
pemeberitahuan . Permohonan untuk pemusatan tempat PPN terutang bagi tempat kegiatan usaha tambahan
2. Dalam hal permohonan (PKP non elektronik) ditolak, PKP dapat mengajukan permohonan kedua setelah lewat 6 bulan sejak Keputusan penolakan
3. Permohonan pemusatan tidak dapat dilakukan untuk tempat kegiatan usaha dimana pabrik terletak, kecuali PKP yang menyampaikan SPT masa PPN/PPn BM melalui media elektronik (tidak termasuk media elektronik berupa diskette, digital data storage / DDS atau digital audio type / DAT dan compact disk)
PKP non media elektronik
Keputusan berlaku sejak tanggal permohonan, untuk masa 5 tahuan &
dapat diperpanjang lagi dengan permohonan paling lambat 3 bulan sejak belum habis masa berlakunya
Paling lambat 14 hari sejak diterima pemberitahuan tanpa
melalui pemeriksaan
Paling lambat 3 bulan sejak permohonan diterima lengkap setelah
dilakukan pemeriksaan
Lewat jangka waktu , tidak ada keputusan pemberitauan PKP
dianggap telah berlaku keputusan dan harus diterbitkan paling
lambat 14 hari
Lewat jangka waktu tidak ada keputusan, permohonan PKP
dianggap telah berlaku dan keputusan harus diterbitkan paling lambat 1
bulan
50
Pencabutan keputusan pemusatan tempat PPN terutang
1. Terdapat perubahan fungsi tempat kegiatan usaha yang dipusatkan sehingga tidak memenuhi syarat pemusatan
2. PKP dengan media elektronik tidak lagi menyampaikan SPT masa PPN dengan media elektronik
Ka.Kanwil menerbitkan keputusan pencabutan pemusatan PPN paling lambat 14 hari setelah tanggal pemberitahuan
Catatan1. PKP dapat mengajukan oermohonan pencabutan ijin pemusatan tempat
PPN terutang atas seluruh atau sebagian tempat kegiatan usaha2. Ka.Kanwil menerbitkan permohonan pencabutan ijin pemusatan tempat
PPN terutang paling lambat 14 hari setelah surat permohonanditerima
Ka Kanwil menerbitkan Keputusan pencabutan pemusatan PPN paling lambat 14 hari setelah
• Berakhirnya masa pajak diketahui terjadi perubahan fungsi tempat kegiatan usaha• Tidak lagidisampaikan SPT masa • PPN dengan media elektronik
Wajib memberitahuan kepada Kanwil
Apabila PKP tidak memberitahukan kepada Kanwil
Keputusan pemusatan PPN dinyatakan tidak berlaku sejak
tanggal pemberitahuan
Keputusan pemusatan PPN dinyatakan tidak berlaku sejak
tanggal terjadinya perubahan fungsi tempat kegiatan usaha
51
Faktur Pajak (FP)Pasal 13
1. PKP wajib membuat Faktur Pajak (FP) atau Faktur Penjualan atau Dokumen lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak untuk setiap: a. Penyerahan BKP b. Penyerahan JKP c. Ekspor BKP Tidak Berwujud d. Ekspor JKP
2. Faktur Pajak harus dibuat pada: a. Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, misal penyerahan BKP dan atau JKP kepada bendahara pemerintah (Pemungut PPN)
3. Dikecualikan bagi PKP dapat membuat 1 (satu) FP meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama selama 1 (satu) bulan kalender, FP harus dibuat paling lama
pada akhir bulan penyerahan dengan FP gabungan ( termasuk untuk pembayaran lebih dulu).
4. Dirjen Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan FP, antara lain kuitansi telepon, tiket pesawat, surat setoran pajak (SSP) untuk penyerahan/ pemanfaatan BKP dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean, dukumen tertentu yang digunakan dalam hal impor atau ekspot BKP berwujud.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan FP dan tata cara pembetulan atau penggantian FP diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
6. FP harus memenuhi persyaratan formal (lengkap, jelas dan benar) dan material ( kenyataan sebenarnya atau sesungguhnya).
52
Arti dan Fungsi Faktur Pajak (FP)(Pasal 1(23) & Pasal 13 UU PPN jo Kep-87/PJ/2002)
Bukti pemungutan pajak (PPN /PPn BM)
Merupakan bukti pungutan PPN / PPn BM
CatatanOrang pribadi / badan yang tidak dikukuhkan sebagai PKP dilarang membuat FP dengan maksud untuk melindungi pembeli dari pemungutan pajak yang tidak semestinya (pasal 14 UU PPN)
a. Merupakan bukti pembayaran PPN / PPn BM
b. Sebagai sarana untuk pengkreditan pajak masukan
c. Sebagai dasar pembuatan nota retur
PKP karena penyerahan BKP/JKP atau ekspor BKP
Ditjen Bea dan Cukai karena impor BKP
B agi PKP penjual Bagi PKP pembeli / importir
Sebagai bukti pungutan pajak, maka FP harus benar, baik secara formal maupun materiil
Fungsi
Dibuat oleh
Arti
53
Jenis Faktur Pajak(Pasal 13 UU PPN)
1. FP StandarFP yang bentuk dan isinya telah ditetapkan, paling sedikit memuat keterangan yang dimaksud dalam pasal 13(5) UU PPN
2. FP GabunganFP standar yang dibuat untuk penyerahan BKP/JKP:a. Kepada pembeli yang samab. Dalam satu masa pajak
3. FP SederhanaFP yang isinya lebih sederhana dan bentuknya bebas, paling sedikit memuat keterangan dimaksud pasal 13(7) UU PPN Dihapus
4. FP KhususDokumen tertentu yang diperlakukan sebagai FP standar (ditetapkan oleh Dirjen Pajak)
Catatan:Pada prinsipnya PKP yang menyerahkan BKP/JKP wajib membuat FP standar, sedangkan FP tersebut pada butir 3 & 4 merupakan suatu pengecualian, yang hanya dibuat oleh PKP tertentu atau dalam hal-hal tertentu
54
Faktur Pajak Standar(Pasal 13 UU PPN)
FP Standar paling sedikit mencantumkan :
• Nama, alamat, NPWP, yang menyerahkan BKP/JK
• Nama, alamat, NPWP pembeli BKP/JKP
• Jenis barang / jasa, jumlah harga atau penggantian & potongan harga
• PPN yang dipungut
• PPn BM yang dopungut
• Kode, No seri & tanggal pembuatan FP
• Nama, jabatan & tanda tangan yang berhak menandatangani FP
Catatan:a. Sejak tahun 2001 dalam FP standar tidak lagi
mencantumkan:1) Nomor pengukuhan PKP2) Macam, kuantum dan harga satuan3) Tanggal penyerahan / pembayaran
b. FP standar tidak harus dibuat khusus atau berbeda dengan faktur penjualan
c. Faktur penjualan yang memuat keterangan dan pengisiannya sesuai ketentuan di atas dapat diperlakukan sebagai FP standar (PKP harus memberitahukan ke KPP setempat sekaligus melaporkan nomor seri FP yang akan digunakan)
55
Faktur Pajak Gabungan(Pasal 13 (11) UU PPN jo SE-02/PJ.52/1995))
1. FP Gabungan diperuntukkan terhadap PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang terjadi :a. Selama satu bulan takwinb. Kepada pembeli BKP / penerima JKP yang
sama
2. Dapat menggabungkan seluruh penyerahan BKP/JKP dengan dibuatkan satu FP standar
3. Didalam hal terdapat pembayaran sebelum penyerahan BKP/JKP atau terdapat pembayaran sebelum batas akhir FP gabungan dibuat, maka untuk pembayaran tersebut harus dubuat FP tersendiri
4. Tata cara pembuatan FP gabungan, sesuai dengan ketentuan pembuatan FP standar
5. Pembuatan FP gabungan ini dimaksudkan untuk meringankan beban administrasi bagi PKP
Catatan:Pembuatan FP gabungan ini dimaksudkan untuk meringankan beban administrasi bagi PKP
56
Faktur Pajak Sederhana Dihapus(Pasal 13 (7) UU PPN jo Kep-524/PJ/2000 jo Kep.425/PJ/2002)
1. FP sederhana paling sedikit mencantumkan:a. Nama, alamat, NPWP yang
menyerahkan BKP/JKPb. Jenis dan kuantumc. Jumlah harga jual / penggantian yang
sudah termasuk pajak atau besarnya
pajak dicantumkan secara terpisahd. Tanggal pembuatan FP
2. Dapat dibuat oleh PKP untuk penyerahan BKP/JKP secara langsung, kepada:a. Konsumen akhir,dan b. Pembeli BKP/JKP yang tidak
diketahui identitasnya secara jelas
Catatan:1. Contoh FP sederhana : bon kontan, faktur
prnjualan, cash register, karcis, kuitansi2. FP standar yang tidak diisi selengkapnya (cacat)
bukan merupakan FP sederhana)
57
Faktur Pajak Khusus (Dokumen tertentu yang diberlakukan sebagi FP Standar)
(PP 143/2000 jo Kep-522/PJ/2000 jo Kep-312/PJ/2001)
1. FP khusus ditetapkan dengan keputusan Dirjen Pajak, sekurang-kurangnya memuat:a. Identitas yang berwenang menerbitkan dokumenb. Nama, alamat penerima dokumenc. NPWP dalam hal penerima dokumen sebagai WP
dalam negerid. Jumlah satuan apabila adae. Dasar pengenaan pajak (DPP)f. Jumlah pajak yang terutang
2. Jenis dokumen tertentu yang diberlakuakn sebagai FP standar ( FP khusus):a. PIB (Pemberitahuan Impor Barang) dan dilampiri
SSP atau bukti pungut pajak dari DJBC b. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang telah
difiat muat oleh DJBC dan dilampiri invocec. SPPB (Surat Perintah Penyerahan Barang) dari
Bulog / Dolog untuk penyaluran gula pasir & tepung terigu
d. FNBP (Faktur Nota Bon Penyerahan) oleh Pertamina
untuk penyerahan BBM dan atau non BBMe. Tanda pembayaran atau kuitansi teleponf. Ticket, tagihan surat muatan udara (Air Way Bill) atau
Delivery Bill untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri
g. SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud atau JKP dari luar daerah pabeanh. Nota penjualan jasa pelabuhani. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik
58
Mekanisme pembuatan Faktur Pajak (Kep-549/PJ/2000 jo Kep-323/PJ/2001)
1. PKP sebelum menerbitkan FP wajib melaporkan ke KPP setempat tentang Nomor Seri FP yang akan digunakan
2. Setiap melakukan penyerahan BKP/JKP, PKP wajib memungut PPN / PPn BM dari pembelinya dan untuk itu wajib membuat FP standar
3. Untuk meringankan beban administrasi (menyimpang), PKP diperkenankan membuat satu FP standar yang meliputi penyerahan BKP/JKP selama satu bulan takwin kepada pembeli yang sama (FP gabungan)
4. Untuk menampung kegiatan penyerahan BKP/JKP secara langsung kepada konsumen akhir dan konsumen yang tidak diketahui identitasnya secara jelas, dapat dibuat FP sederhana Dihapus
Catatan:1. FP harus diisi secara lengkap, jelas, benar dan
ditandatangani2. FP dibuat dalam rangkap 2:
a. Lembar ke-1 untuk pembeli (Pajak Masukan)b. Lembar ke-2 untuk PKP penjual (Pajak Keluaran)c. Apabila dibuat lebih dari rangkap 2, harus
dinyatakan secara jelas penggunaannya3. FP yang tidak diisi selengkapnya dapat mengakibatkan:
a. Bagi PKP pembeli PPN yang tercantum didalamnya (FP standar) tidak dapat
dikreditkanb. Bagi PKP penjual dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari DPP
59
Tata cara pengisian Faktur Pajak Standar
Pengisian tentang BKP/JKP yang diserahkan:
1. Nomor urut : diisi dengan nomor urut dari BKP/JKP yang diserahkan
2. Nama BKP/JKP : dalam hal diterima uang muka atau termin atau cicilan kolom nama BKP/JKP diisi dengan keterangan , misalnya “ uang muka” atau “termin”” atau “angsuran”
3. Harga jual / penggantian / uang muka / termin : harga jual atau penggantian diisi dengan harga jual atau penggantian sebelum dikurangi uang muka atau termin.Dalam hal diterima uang muka atau termin, maka yang menjadi DPP adalah jumlah uang muka atau termin.Dalam hal pembayaran harga jual / penggantian / uang muka / termin dilakukan dengan menggunakan mata uang asing, hanya baris “dasar pengenaan pajak” dan baris “PPN = 10% x DPP” yang harus dikonversikan ke dalam mata uang rupiah dan menggunakan kurs yang berlaku menurut SK Menkeu pada saat penbuatan FP
4. Dalam hal pemakaian sendiri identitas PKP (penjual) dan pembeli diisi sama yaitu PKP yang bersangkutan (penjual)
60
Pembuatan FP dalam hal rincian BKP/JKP yang tidak tertampung dalam satu FP
(Kep-549/Pj/2000 jo Kep-323/PJ/2001 jo Kep- 433/Pj/2002)
PKP dapat membuat FP dengan cara
Pengisian harga jual / penggantian, potongan harga, uang muka yang telah diterima, DPP dan PPN cukup diisi pada lembar FP terakhir
Dibuatkan lebih dari satu FP Dibuatkan satu FP
Masing-masing FP harus diisi dengan lengkap sesuai ketentuan dan ditanda-tangani, dengan penggunakan No seri FP yang sama
1. Diisi dengan menunjuk nomor & tanggal faktur penjualan ybs
2. Faktur penjualan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan
Khusus
61
Saat (batas terakhir) pembuatan FP(Kep-549/PJ/2000 jo Kep.524/PJ/2000)
FP Standar:
1. Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP/ keseluruhan JKP, kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya, dibuat selambat-lambatnya pada sat penerimaan pembayaran
2. Pada saat pembayaran, dalam hal pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP/JKP
3. Pada saat pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan
4. Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada pemungut PPN
FP Sederhana:
1. Pada saat penyerahan BKP/JKP
2. Pada saat pembayaran dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan
Catatan:Saat pembuatan FP merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami, karena berkaiatan erat dengan saat pelaporan pajak keluaran (dilaporkan dalam SPT masa PPN pada masa pajak dibuatnya FP)
62
Penerbitan FP yang tidak tepat waktu(Kep-424/PJ/2002 & Kep-13/PJ/2010)
Catatan:PKP yang menerbitkan FP melewati batas waktu penerbitan FP dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari DPP
Sebelum Setelah
Dianggap sebagai FP standar
Tidak dianggap sebagai FP standar (dianggap tidak
menerbitkan FP)
Melewati 3 bulan sejak berakhirnya batas waktu penerbitan FP
Bagi PKP pembeli yang menerima FP
Merupakan PM yang dapat dikreditkan
Tidak dapat dikreditkan
63
Tata cara pembetulan FP yang hilang(Kep-549/PJ/2000)
Catatan:KPP tempat PKP pembeli dan tempet PKP penjual wajib melakukan openelitan SPT masa PPN ybs untuk meyakinkan bahwa FP tsb telah dikreditkan
PKP Pembeli
PKP penjual 1. KPP tempat PKP pembeli 2. KPP tempat PKP penjual
Mengajukan permohonan
PKP penjual membuat foto copy arsip FP ybs rangkap 2
Dilegalisir oleh KPP tempat PKP penjual:- Lb ke-1 : PKP pembeli melalui PKP penjual- Lb ke–2: Arsip KPP
64
Tata cara pembetulan FP rusak / cacat / salah tulis(Kep-549/PJ/2000)
Catatan:Pembetulan FP tidak diperkenankan dengan cara menghapus, mencoret atau dengan cara lain, selain dengan cara membuat FP standar penggati
PKP Penjual
• Dilaksanakan seterti membuat FP standar biasa• Diisi berdasarkan keadaan yang sebenarnya• Dilampiri FP standar yang diganti• Dibubuhi cap yang mencantumkan kode, no seri, & tanggal FP
yang diganti
Dalam SPT masa PPN, pada masa pajak yang sama dengan masa pajak dilaporkannya FP standar yang diganti
Adanya kewajiban membetulkan SPT masa PPN pada masa pajak terjadinya kesalahan pembuatan FP
• Dilakukan paling lambat 2 tahun sejak tanggal FP diterbitkan• Belum dilakukan pemeriksaan
Atas permohonan PKP pembeli atau atas kemauan sendiri
Menerbitkan FP standar pengganti
Syarat
Caranya
Dilaporkan
Mengekibatkan
65
Pengadaan formulir FP(Pasal 14 UU PPN)
1. Pengadaan formulir faktur pajak standar dilakukan oleh PKP. Sebelum mencetak formulir FP PKP wajib memberitahu Kepala KPP terkait untuk memperoleh nomor FP yang akan digunakan
2. Formulir FP dapat dicetak dalam warna putih untuk seluruh lembar, atau antara lembar ke satu, kedua dan ketiga dapat dicetak dalam warna yang berbeda
3. Apabila diinginkan, PKP dapat menyesuaikan ukuran kolom-kolom dari FP, namun tidak diperkenankan menambah atau mengurangi kolom yang ada
4. Pada ruangan-ruangan yang masih kosong dalam formulir FP atau di halaman sebaliknya dapat diisi dengan logo, nomor ijin usaha dan sebagainya, sepanjang penempatannya tidak mengubah bentuk dan susunanm FP
5. FP dapat dibuat dengan menggunakan komputer, sepanjang memenuhi syarat yang telah ditentukan
66
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) (Pasal 1 angka 17)
Dasar Pengenaan Pajak sering juga disebut Dasar Penghitungan Pajak adalah nilai berupa uang yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang, yaitu:
1. Harga Jual
2. Nilai penggantian
3. Nilai impor
4. Nilai ekspor
5. Nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
67
PengertianDPP (Pasal 1 angka 18,19,20)
1. Harga jual / nilai penggantian termasuk didalamnya semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual, karena penyerahan BKP/JKP (Misal: biaya pengiriman, pengepakan, premi asuransi)
2. Nilai impor termasuk didalamnya bea masuk dan bea masuk tambahan, ditambah pungutan lain yang dikenakan berdasarkan ketentuan UU Pabean
3. Harga jual / nilai pengganti / nilai impor diatas tidak termasuk:a. PPN yang dipungutb. Potongan harga seperti potongan
tunai, diskon & rabat dengan ketentuan:- Tercantum dalam FP- Masih dalam batas adat kebiasaan pedagang yang baik
4. Bonus, komisi, premi atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka penyerahan BKP/JKP, tidak termasuk dalam pengertian potongan harga
68
Menghitung besarnya DPP
Contoh 1PT.A (pabrik sepatu) di Bandung menyerahkan beberapa pasang sepatu kepada Rustam dengan harga Rp.30.000.000Jumlah sebesar Rp.30.000.000 yang diterima PT A dari Rustam adalah DPP.
Contoh 2PT A menyerahkan beberapa pasang sepatu kepada Rusmin di Surabaya sbb:Harga sepatu Rp.50.000.000Biaya pengiriman dan pengepakan Rp. 2.000.000
Jumlah Rp.52.000.000Potongan harga 5% (tercantum dlm FP) Rp. 2.600.000Dibayar pembeli Rp.49.000.000DPP adalah sebesar Rp.49.000.000
Contoh 3PT A mengimpor benang dari Taiwan dengan harga impor Rp.100.000.000. Disamping itu PT.A masih harus membayar bea masuk sebesar 10%, biaya administrasi sebesar Rp.500.000 dan sewa gudang sebesar Rp.2.000.000Penghitungan DPP:Harga impor Rp.100.000.000Bea Masuk 10% Rp. 10.000.000Nilai impor (DPP) Rp.110.000.000Catatan:Biaya administrasi dan sewa gudang tidak ditambahkan dalam nilai impor, karena tidak diatur dalam UU Pabean
69
DPP dengan nilai lain(KMK: No.567/KMK.04/2000, No.251/KMK.03/2002, No.83/KMK.03/2002)
DPP
1. Harga jual/penggantian tidak termasuk laba kotor
2. Perkiraan harga jual rata-rata3. Perkiraan harga rata-rata per judul
film4. Harga pasar wajar
5. Harga pasar wajar
6. 10% dari harga jual di show room
7. 10% dari jumlah tagihan / seharusnya ditagih
8. 10% dari jumlah tagihan / seharusnya ditagih
9. 5% dari jumlah imbalan yang diterima (service, provisi,diskon)
10. Harga jual / penggantian dikurangi laba kotor
11. Harga lelang
12. 20% dari jumlah penyerahan seluruh penyerahan emas perhiasan
Obyek PPN
1. Pemakaian sendiri / pemberian Cuma-cuma
2. Media rekaman/gambar3. Film cerita 4. Persediaan BKP yang
masih tersisa pada saat pembubaran
5. Aktiva yg menurut tujuan semula tidak untuk dijual-belikan yg masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tsb menurut ketentuan dapat dikreditkan
6. Kendaraan bermotor bekas
7. Jasa biro perjalanan / pariwisata
8. Jasa pengiriman paket
9. Jasa anjak piutang
10. Penyerahan BKP/JKP (barang dagangan) dari pusat ke cabang atau antar cabang
11. Pedagang perantara / juru lelang
12. Pengusaha toko emas perhiasan yang memilih menggunakan DPP dengan nilai lain
• Bagi KPK yang menyerahkan BKP/JKP tersebut pada butir 6,7,8,9 dan 12 Tidak Dapat Mengkreditkan (TDK) PM-nya
• Besarnya PPN 10% dari DPP
70
PPn BM(Pasal 5 ayat (1)
Dikenakan atas:1. Penyerahan BKP yang tergolong mewah, yang dilakukan:
a. Oleh pengusaha yang menghasilkan BKP yang tergolong mewahb. Dalam daerah pabeanc. Dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
2. Impor BKP yang tergolong mewah
Mekanisme pengenaan PPn BM(Pasal 5 ayat (2) jo pasal 10 ayat (2) & (3)
1. Dikenakan hanya sekali, yaitu pada tingkat penyerahan oleh PKP yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah atau pada waktu impor
2. Bukan merupakan PM, sehingga tidak dapat dikreditkan dengan PPN
3. Dapat ditambahkan dalam harga jual dan dibebankan sebagai biaya /dikapitalisasi
4. BKP yang tergolong mewah yang diekspor dan PPn BM yang telah dibayar pada waktu perolehan BKP tersebut dapat diminta kembali, dengan syarat PPn BM ybs belum dibebankan sebagi biaya atau dikapitalisasi
71
Penghitungan PPn BM terutang(PP No 143/2000 jo PP No 24/2002)
Contoh 1:Penyerahan oleh pabrikan atau atas impor barang mewah.Harga barang / nilai impor = Rp.25.000.000PPN terutang dapat dikreditkan = Rp. 2.500.000PPn BM terutang (tarif 20%) = Rp. 5.000.000Dibayar pembeli / importir = Rp.32.500.000
Contoh 2:Penyerahan selanjutnya (bukan pabrikan / importir)Harga beli = Rp.25.000.000PPn BM (yang telah dibayar) = Rp. 5.000.000Laba yang diinginkan = Rp. 4.000.000Harga jual (DPP) = Rp.34.000.000PPN dapat dikreditkan =Rp. 3.400.000Dibayar pembeli = Rp.37.000.000
Pada contoh 2 terjadi efek pajak berganda, karena dalam DPP sebesar RP.34.000.000 terdapat didalamnya PPn BM sebesar Rp.5.000.000.Jadi terjadi pajak ganda (pajak kena pajak) sebesar 10% x Rp.5.000.000 =Rp 500.000, halini disebabkan karena hanya dikenakan sekali saja (tidak dapat dikreditkan
72
Hubungan Istimewa Pasal 2 ayat (1) dan (2)
1. Adalah dalam hal harga jual / penggatian dipengaruhi oleh hubungan istimewa yaitu adanya ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain, sehingga pada saat penyerahan BKP/JKP dilakukan terdapat kecenderungan harga ditekan lebih rendah dari harga pasar, maka untuk menentukan DPP Dirjen Pajak mempunyai kewenangan melakukan penyesuaian harga jual dengan harga pasar wajar yang berlaku di pasaran bebas
2. Ciri-ciri adanya hubungan istimewa disebabkan: a. Faktor kepemilikan / penyertaan baik
langsung dan tidak langsung yang berupa penyertaan modal 25% atau lebih pada pengusaha lain
b. Dua atau lebih pengusaha dibawah penguasaan pengusaha yang sama baik langsung atau tidak langsung (melalui manajemen atau penggunaan teknologi)
c. Hubungan keluarga sedarah atau semenda
lurus satu derajat atau kesamping satu derajat
dan termasuk anak tiri
73
Menentukan harga jual dalam hal dipengaruhi oleh Hubungan Istimewa
Contoh:PT A memiliki 30% saham di PT. B .PT A menyerahakan barang (BKP) kepada PT B dengan harga Rp.7.500.000. Pada saat yang sama PT A juga menyerahkan barang yang sama kepada PT C (tidak ada hubungan istimewa) dengan harga Rp.10.000.000
Maka:Harga jual barang oleh PT A kepada PT B sebesar Rp.7.500.000 adalah tidak wajar karena pengaruh oleh hubungan istimewa, sedangkan harga wajar adalah harga jual kepada PT C, karena tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewaDengan demikian harga jual barang kepada PT B sebesar Rp.7.500.000, harus dikoreksi, sehingga sama dengan harga jual kepada PT C sebesar Rp.10.000.000
74
Pemakaian sendiri & Pemberian cuma-cuma(Pasal 1A huruf d & e UU PPN jo Kep-87/PJ/2002)
a. BKP bail produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri dan ataub. JKP
Untuk tujuan produktif
Catatan:Disamakan pemakaian sendiri (terutang PPN):a. Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
dan ataub. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual-
belikan, dengan syarat PPN dibayar pada saat perolehan menurut ketentuan dapat dikreditkan
Misal Pabrik ban: a. Mengunakan ban sendiri untuk truck yang dipakai untuk pabrik
tidak terutang PPNb. Pemakaian ban sendiri untuk sedan direksi terutang PPN karena
sedan termasuk konsumtifDPP diatas adalah Harga Jual - Laba (= Harga Pokok)
Khusus BKP dapat diberikan tersendiri atau menyatu dengan
barang yang dijual
Pemakaian sendiri Pemberian cuma-cuma
Pemakaian oleh pengusaha sendiri, pengurus / keluarganya &
karyawan
Pemberian kepada pihak lain, selain pengusaha, pengurus /
keluarganya & karyawan tanpa pembayaran
Bukan untuk tujuan produktif
a.Belum merupakan penyerahan BKP /JKP
b.Tidak terutang PPN / BBnBM
a.Merupakan penyerahan BKP /JKPb.Terutang PPN / PPn BM
75
Mekanisme pengenaan PPN/PPn BM atas Pemakaian Sendiri & Pemberian Cuma-Cuma
(KEP-87/2002 jo SE-04/PJ.51/2002
Catatan:1. DPP diatas adalah Harga Jual - Laba (= Harga Pokok)2. Penerbitan FP untuk transakasi diatas mulai tahun 2002 wajib
diterbitkan, sedangkan sebelum tahun 2002 tidak diterbitkan FP 3. Bilamana transaksi diatas tidak diterbitkan FP (FP cacat)
dikenakan denda 2% x harga BKP/JKP (DPP)
Pemakaian sendiri & bukan untuk tujuan produktif
Pemberian cuma-Cuma
PKP menerbitkan FP
Dalam FP identitas PKP penjual dan pembeli ditulis sama (PKP
penjual
Dalam FP identitas PKP penjual dan pembeli ditulis masing-
masing
PPN / PPn BM terutang dan dibayar sendiri oleh PKP
(perusahaan)
PPN / PPn BM terutang dan dipungut dan disetor oleh PKP
(perusahaan)
PPN yang dibayar :Bagi PKP merupakan PK sekaligus PM (tidak dapat dikreditkan)
PPN yang disetor :• PKP pemberi PK• PKP penerima- PMDapat dikreditkan
76
Contoh Pemakaian Sendiri & Pemberian Cuma-cuma
Contoh pemakaian sendiri1. Pemakaian sendiri BKP bukan untuk tujuan produktif
a. Pabrik minuman menggunakan hasil produksinya untuk konsumsi karyawan atau tamu
b. Dalam rangka promosi, pabrik sepatu membeli topi yang
sebagian topi tersebut diberikan kepada karyawan2. Pemakaian sendiri BKP untuk tujuan produktif yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usahaa. Pabrik mobil (truck) menggunakan truck hasil roduksinya
untuk kegiatan usahab. Perusahaan telepon menggunakan saluran teleponnya
untuk kegiatan operasional3. Pemakaian sendiri BKP untuk tujuan produktif yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan produksia. Pabrik minyak kelapa sawit menggunakan limbah (kulit
kelapa sawit) untuk bahan bakar boilerb. Pabrik kayu lapis menggunakan hasil produksinya untuk
pembungkus kayu lapis
Contoh pemberian cuma-cuma BKP/JKP1. Pabrik mie instan memberikan bantuan mie instan hasil
produksinya kepada korban bencana alam atau digunakan sebagai contoh
2. Pabrik shampo memberikan 1 sabun mandi untuk setiap penjualan 1 botol shampo hasil produksinya
3. Perusahaan jasa persewaan traktor memberi bantuan kepada pemerintah untuk mengatasi tanah longsor
Catatan :Pada waktu membeli PM dikenakan, maka saat jual harus juga dikenakan PK, baik menjual atau diberikan cuma-cuma
77
Penghitungan PPN atas Pemakaian Sendiri & Pemberian Cuma-cuma
Contoh penghitungan PPN atas pemakian sendiriPT A (pabrik ban mobil) memakai sendiri ban mobil hasil produksinya yang digunakan untuk:a. Mobil pribadi Direktur perusahaan = Rp.2.400.000b. Mobil box untuk kegiatan operasional = Rp.7.200.000
Jumlah = Rp.9.600.000Dalam jumlah tersebut sudajh termasuk laba sebesar 20%Penghitungan PPN;Jumlah pemakaian sendiri = Rp.9.600.000Pemakaian sendiri yang tidak terutang PPN = Rp.7.200.000Pemakaian sendiri yang terutang PPN = Rp.2.400.000DPP: 100/120 x Rp.2.400.000 = Rp.2.000.000PPN terutang 10% x Rp.2.000.000 = Rp. 200.000Catatan:Ban yang digunakan untuk mobil box termasuk pemakaian sendiri untuk tujuan produktif (tidak terutang PPN)
Contoh penghitungan PPN atas pemberian cuma-cumaPT B (pabrik shampo) menyerahkan 600 botol shampo hasil produksinya kepada PT C dengan harga per botol Rp.20.000 Setiap botol shampo, PT B memberikan 1 buah sabun mandi secara cuma-cuma. Sabun mandi tsb dibeli oleh PT B dari PT D (pabrik sabun) dengan harga Rp.500 per buahPenghitungan PPN oleh PT B:Harga shampo 600 x Rp.20.000 = Rp.12.000.000Harga sabun 600 x Rp.500 = Rp. 300.000
Jumlah (DPP) = Rp.12.300.000PPN terutang 10 x Rp.12.300.000` = Rp. 1.230.000Catatan:1. Disini pembeli hanya membayar Rp.12.000.000, maka penghitungan pajak seperti diatas, karena saat membeli sabun dapat mengkreditkan PM, maka PK sekarang harus ditambahkan dalam menghitung PPN. Jadi disini pembeli hanya membayar Rp.12.000.000 + PPN 10% = Rp.13.200.0002. PPN yang dipungut oleh PT C = Rp. 1.200.000 PPN atas pemberian cuma-cuma ditanggung PT.B = Rp. 30.000
Dibayar ke KPP = Rp. 1.230.0003. Penghitungan PPN waktu menjual kepada PT C: a. Harga jual = Rp 12.000.000 b. PPN 10% x Rp.12.000.000 = Rp. 1.200.000
Dibayar oleh PT C = Rp.13.200.000.
78
PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)(Pasal 16C UU PPN jo Kepmen 554/KMK.04/2000 jo Kepmen No
320/KMK.03/2002 jo Kep-387/PJ/2002 jp SE-45/PJ.50/2002)
1. Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha / pekerjaannya
2. Luas bangunan luas lantai 300m2 / lebih selama 2 tahun, terhitung 1 Juli 2002 (sebelumnya 400 m2)
3. Sifat permanen, yaitu kontruksi utama terdiri:
a. Tembok dan atau
b. Kayu tahan lama dan atau
C. Bahan lain yang mempunyai kekuatan sampai
20 tahun/lebih
4. Dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang diperuntukkan:
a. Untuk tempat tinggal (tidak termasuk fasilitas
olah raga atau fasilitas lain)
b. Untuk tempat usaha termasuk fasilitas yang ada
c. Untuk digunakan sendiri atau pihak lain
5. KSM yang dilakukan secara bertahap merupakan satu kegiatan sepanjang tenggang waktu antar tahapan tsb tidak lebih 2 tahun
6. Kegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan oleh kontraktor, bukan merupakan KMS sepanjang dapat dibuktikan bahwa atas kegiatan pembangunan tsb telah dipungut PPN
Syarat
79
Saat, Tempat dan Penghitungan PPN Terutang atas KMS
1. Saat terutang adalah saat dimulainya secara phisik KMS (menggali pondasi, memasang tiang pancang dll)
2. Tempat terutangnya adalah tempat bangunan tersebut didirikan
3. Penghitungan PPN dilakukan setiap bulan
4. Besarnya PPN terutang adalah 10% x DPP
5. DPP atas KMS sebesar 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan :
a. Termasuk PPN yang dibayar atas perolehan BKP/JKP untuk KMS tsb (PPN masuk sebagai harga yang dikenakan pajak)
b. Tidak termasuk harga perolehan tanah
6. PPN dibayar adalah 10% x 40% x Jumlah biaya yang dikeluarkan (termasuk PPNnya)
7. Pajak Masukan (PM )untuk perolehan semua bahan bangunan tidak dapat dikreditkan, karena:
a. Dilakukan tidak dalam rangka kegiatan usaha / penyerahan
b. dalam menentukan DPP sebesar 40% sudah diperhitungkan PM-nya
80
Penyetoran dan Pelaporan PPN atas KMS(Kep-387/PJ/2002)
1. Penyetoran menggunakan SSP tersendiri dan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaran
2. Sarana penyetoran:a. PKP SPT Masa PPNb. Non PKP SSP lembar ke-3
3. Pelaporan disampaikan ke KPP tempat bangunan didirikan dan paling lambat akhir bulan penyetoran dilakukan
4. Apabila kewajiban penyetoran dan pelaporan tidak dilaksanakan, maka Kepala KPP setempat dapat menerbitkan Surat Tegoran
5. Apabila Surat Tegoran dalam jangka waktu 14 hari sejak diterbitkan belum disetor dan dilaporkan, KPP dapat melakukan pemeriksaan pajak untuk menetapkan besarnya PPN terutang
81
KMS di Kawasan Real Estate(Kep-387/PJ/2002)
1. Memenuhi persyaratan KMS
2. Pada saat dilakukan transaksi penjualan tanah kaveling, pembeli wajib mengisi & menanda-tangani form Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar PPN atas KMS
3. Pengusaha Real Estate wajib melaporkan kepada Kepala KPP setempat atas :
a. Transaksi penjualan tanah kaveling dengan
mengirimkan tembusan form Surat
Pernyataan Kesanggupan Membayar PPN atas
KMS dari pembeli
b. Apabila kewajiban tsb pada butir a diatas tidak dilakukan, maka pendirian
bangunan di
atas tanah kaveling tsb dianggap dilakukan
oleh Pengusaha Real Estate
82
Penghitungan PPN atas KMS tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
Contoh:Bustaman adalah seorang karyawan PT.Prisma yang bertempat tinggal diJakarta pada bulan September 2005 membangun sebuah rumah tinggal di Bandung dengan luas bangunan 300 m2 dan bersifat permanen.Pembangunan rumah tersebut diperkirakan akan selesai dalam waktu 6 bulan. Bulan September 2005 telah dikeluarkan biaya untuk pembangunan sbb:1. Beli bahan bangunan dari PKP (belum termasuk PPN): a. Semen Rp. 5.000.000 b. Batu pecahan Rp. 2.000.000 c. Pasir Rp. 2.600.000 d. Batako Rp. 1.500.000 e. Paku Rp. 500.000
Jumlah Rp.11.600.0002. Upah Tukang Rp. 8.500.000
Penghitungan PPN yang harus dibayarJumlah biaya yang dikeluarkan (cost): - Harga bahan bangunan Rp.11.600.000 - PPN 10% x (Butir a, b,d & e) Rp. 900.000 - Upah tukang Rp. 8.500.000
Jumlah biaya Rp.21.000.000DPP = 40% x Rp.21.000.000Rp 8.400.000PPN yang harus dibayar 10% Rp 840.000
Catatan:1. PPN sebesar Rp.840.000 harus disetorkan ke Kas Negara paling lambat tgl 15 Oktober 2005 dan dilaporkan ke KPP Bandung tempat bangunan tersebut didirikan paling lambat tgl 20 Oktober 20052. Dalam hal Bustaman berstatus sebagai PKP, maka PPN Rp.840.000 harus disetor dengan menggunakan SSP tersendiri3. Pasir tidak kena PPN
83
Mekanisme Penghitungan PPN dalam suatu masa pajak
(Pasal 9)
1. PM dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan PK dalam masa pajak yang sama
2. Apabila PK lebih besar dari pada PM, selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar
3. Apabila PM lebih besar dari pada PK, selisihnya merupakan PPN yang lebih dibayar, yang dapat diminta kembali atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya
4. PM yang dikreditkan, harus memenuhi syarat pengkreditan dan FP-nya telah diterima
5. Apabila dalam suatu masa pajak, belum ada PK, maka PM tetap dapat dikreditkan
6. PM yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan PK pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya (masa pajak tidak sama )
Pajak Masukan (PM)PPN yg dibayar oleh PKP pada saat perolehan BKP/JKP atau impor BKP
Pajak Keluaran (PK)PPN yg dipungut oleh PKP pada saat penyerahan BKP/JKP atau eskpor BKP
Dikreditkan
Prinsip dasar
Melalui Mekanisme kredit pajak
84
Contoh Penghitungan PPN
Masa Pajak Mei 2005• Penyerahan terutang pajak = Rp.25.000.000• PK 10% x Rp.25.000.000 = Rp. 2.500.000• PM yang dapat dikreditkan = Rp. 4.500.000• Lebih bayar = Rp. 2.000.000
Diminta dikompensasikan pada masa pajak Juni 2005
Masa Pajak Juni 2005• Penyerahan terutang pajak = Rp.50.000.000• PK 10% x Rp.50.000.000 = Rp. 5.000.000• PM yang dapat dikreditkan = Rp. 1.500.000• Kurang bayar = Rp. 3.500.000• Kompensasi PPN bulan lalu (Mei) = Rp. 2.000.000• Kurang bayar masa pajak Juni 2005 = Rp. 1.500.000
PPN kurang bayar sebesar Rp.1.500.000 harus dibayar oleh PKP paling lambat tanggal 15 Juli 2005
85
Syarat PM yang dapat dikreditkan
(Pasal 9 (5) & (8 h) jo Kep-424/PJ/2002)
1. Mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha (Produksi, Distribusi, Pemasaran, Manajemen)
2. Berkaitan dengan penyerahan yang terutang PPN3. PM masukan yang dapat dikreditkan harus memenuhi
syarat:a. Bentuk FP standar atau dokumen tertentu yang
diperlakukan sebagai FP standarb. Pengisian FP harus lengkap, benar dan
ditandatangani (tidak cacat)c. Pembuatan FP tidak melampaui 3 bulan setelah
batas akhir pembuatan FP ( 4 bulan setelah transaksi/ penyerahan)
4. Tidak dibebankan sebagai biaya / dikapitalisasi
Tempat Pengkreditan PM (PP No.143/2000)
1. Tempat PKP dikukuhkan2. Tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak baik atas permohonan tertulis dari PKP atau karena jabatan
86
PM yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan PK pada
masa yang sama(Pasal 9 (9)
• Dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya (masa pajak tidak sama), dengan syarat:a. PM tersebut dapat dikreditkanb. Belum dibebankan sebagai biaya atau belum
dikapitalisasic. Belum dilakukan pemeriksaand. Paling lambat 3 bulan setelah masa pajak ybs
(setelah 3 bulan setelah FP harus dibuat)
• Apabila jangka waktu 3 bulan dilampaui, pengkreditan PM dapat dilakukan melalui pembetulan SPT masa PPN untuk masa pajak ybs, dengan syarat:a. PM tersebut dapat dikreditkanb. Belum dibebankan sebagai biaya atau belum
dikapitalisasic. Belum dilakukan pemeriksaan
d. Maksimal 2 tahun setelah FP yang
diperkenankan dibuat
87
ContohPengkreditkan PM dalam Masa pajak
Tidak Sama (MTS)
PKP A bulan Juni 2005 menerbitkan FP dengan PPN keluaran sbb:• Untuk penyerahan Mei 2005 PPN = Rp.10.000.000• Untuk penyerahan Juni 2005 PPN = Rp .5.000.000• Jumlah PK = Rp.15.000.000Pada bulan yang sama PKP A menerima FP (masukan) sbb:• Masa pajak Juni 2005 PPN = Rp. 6.000.000• Masa pajak Maret 2005 = Rp. 4.000.000• Masa pajak Februari 2005 = Rp. 2.000.000• Jumlah pajak masukan = Rp.12.000.000
Penghitungan PPN masa pajak Juni 2005 PKP A:a. Jumlah PK = Rp.15.000.000b. Jumlah PM yang dapat dikreditkan:
- Masa pajak sama (Juni 2005) = Rp. 6.000.000- Masa pajak tidak sama (Maret 2005) = Rp. 4.000.000Jumlah yang dapat dikreditkan = Rp.10.000.000
PPN yang kurang bayar = Rp. 5.000.000
Catatan:1. PM masa pajak Februari 2005 sebesar Rp. 2.000.000 tidak dapat
dikreditkan dengan PK masa pajak Juni 2005, karena sudah lewat 3 bulan, namun masih dapat dikreditkan melalui pembetulan SPT masa PPN masa pajak Februari 2005 sepanjang belum dibebankan sebagai biaya atau diperiksa
2. Jadi:Penyerahan Juni 2005 FP paling lambat Juli 2005Pembayaran Juni 2005 FP paling lambat Juni 2005Pembayaran Juli 2005 FP paling lambat Juli 2005Juli 2005 belum bayar FP paling lambat Juli 2005
88
PM yang tidak dapat dikreditkan(Pasal 9 ayat (8) jo PP No 24/2002 jo Kep-424/PJ/2002)
PM atas pengeluaran untuk:1. Perolehan BKP/JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
PKP (tanggal berlakunya tanggal pengukuhan)2. Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha3. Perolehan dan Pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep,
station wagon, van & combi, kecuali barang dagangan / disewakan
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
5. Perolehan BKP/JKP yang FP-nya berupa FP sederhana6. Perolehan BKP/JKP yang FP-nya tidak diisi secara lengkap
(cacat)7. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari
luar daerah pabean yang FP-nya tidak diisi secara lengkap (cacat)
8. Perolehan BKP/JKP yang PM-nya diterbitkan setelah lewat 3 bulan sejak berakhirnya batas waktu penerbitan FP
9. Perolehan BKP/JKP yang PM-nya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
10. Perolehan BKP/JKP yang PM-nya tidak dilaporkan dalam SPT masa pajak yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan, kecuali atas perolehan BKP/JKP tersebut telah dicatat dalam pembukuan, namun FP-nya belum / terlambat diterima, dapat dikreditkan paling lambat 3 bulan (pasal 12 jo PP 24/2002)
11. Perolehan BKP/JKP yang atas penyerahannya dibebaskan dari PPN (pasal 16 b (3)
89
Beberapa Contoh
1. PM atas perolehan BKP/JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP tidak dapat dikreditkan
Keputusan pengukuhan PKP mulai berlaku sejak tanggal 7 September 2005. PM atas perolehan BKP/JKP sebelum tanggal 7 September 2005 tidak dapat dikreditkan
2. PM atas perolehan BKP/JKP yang PM-nya ditagih dengan ketetapan pajak tidak dapat dikreditkan
Dalam rangka meningkatkan usahanya PT A (PKP) membeli satu unit mesin pabrik. Pada waktu dilakukan pemeriksaan, PT A tidak dapat menunjukkan bukti pelunasan PPN. Disamping itu PT A juga tidak dapat menunjukkan identitas PKP penjual secara jelas, sehingga PPN terutang tidak dapat ditagih kepada PKP penjual. Berdasarkan pasal 33 UU KUP PT A bertanggung-jawab secara renteng atas pembayaran PPN. Untuk menagih PPN terutang tersebut, KPP dapat menerbitkan SKP terhadap PT A, sedangkan PPN yang telah dibayar oleh PT A atas SKP tersebut tidak dapat dikreditkan
3. PM atas perolehan BKP/JKP yang FP-nya diterbitkan setelah lewat 3 bulan sejak berakhirnya batas waktu penerbitan FP
Penyerahan BKP/JKP dilakukan tanggal 8 Juni 2005, sehingga batas waktu terakhirnya bagi PKP menerbitkan FP adalah tanggal 31 Juli 2005.Apabila PKP menerbitkan FP tanggal 2 Nopember 2005 (lewat 3 bulan). Maka bagi PKP (pembeli) PPN yang tercantum didalamnya tidak dapat dikreditkan
90
Pengkreditan PM oleh PKP yg melakukan penyerahan yg terutang PPN dan tidak terutang PPN (Pasal 9 ayat 5):
a. Untuk penyerahan yg terutang PPN dapat diketahui dengan pasti
Hanya dapat mengkreditkan PM yg berkenaan dengan penyerahan yang terutang PPN
CONTOH
Penyerahan:a. Yang terutang PPN = 25.000.000 Pajak Keluaran = 2.500.000b.Tidak kena PPN = 5.000.000c.Dibebaskan PPN = 3.000.000 Pajak Keluaran = NIHIL
PM atas perolehan BKP/JKP:a. Penyerahan terutang PPN = 1.500.000b.Penyerahan tidak kena PPN = 900.000c.Penyerahan bebas PPN = 600.000
PM yang dapat dikreditkan dengan PK sebesar Rp.2.500.000 hanya sebesar Rp 1.500.000
91
Pengkreditan PM oleh PKP yg melakukan penyerahan yg terutang PPN dan tidak terutang PPN (Pasal 9 ayat 6 jo Kepmen 575/2000):
b.. Untuk penyerahan yg terutang PPN tidak dapat diketahui dengan pasti
Besarny PM yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang PPN yaitu : Dihitung berdasarkan pedoman yang diatur dengan Kepmen No. 575/KMK.04/2000, dimaksudkan untuk memberi kemudahan & kepastian bagi PKP
CONTOH: 1. PKP menggunakan barang modal untuk kegiatan usaha yang
terutang PPN dan kegiatan lain yg tidak terutang PPN / dibebaskan PPNMisal : Generator yg digunakan unt pabrik sepatu (terutang
PPN) dan unt perumahan karyawan (tidak terutang PPN)
2. PKP melakukan usaha terpadu (integrated)Misal : PKP yang bergerak di bidang usaha pertanian jagung
(bukan PKP) dan pabrik minyak goreng (BKP)
3. PKP melakukan usaha jasa yang terutang PPN dan tidak terutang PPNMisal : PKP yang bergerak di bidang perhotelan (tidak terutang
PPN) juga melakukan jasa persewaan ruangan untuk tempat usaha (terutang PPN)
4. PKP melakukan penyerahan barang dan jasa yang atas penyerahannya terutang PPN dan tidak terutang PPNMisal : PKP yang bergerak di bidang usaha pabrik roti (terutang
PPN) dan usaha jasa angkutan (tidak terutang PPN)
5. PKP melakukan kegiatan yang atas penyerahannya terutang PPN dan dibebaskan dari PPN
Misal : Pengusaha yang bergerak di bidang usaha real estate yang menyerahkan rumah mewah (terutang PPN) dan rumah sederhana (tidak terutang PPN)
92
Pengkreditan PM atas perolehan barang modal yang digunakan untuk kegiatan usaha yang menghasilakan BKP/JKP yang
penyerahannya terutang PPN dan penyerahan lain yang tidak terutang PPN / dibebaskan PPN (Pasal 9 ayat 6 jo Kepmen
No.575/KMK.04/2000):
Catatan:1. Ketentuan ini juga berlaku dlm hal terjadi perubahan penggunaan barang
modal yg atas perolehannya mendapat fasilitas PPN ditangguhkan2. Sebaliknya ketentuan ini tidak berlaku bagi KPK yang baginya ditetapkan
pedoman pengkreditan PM
Penyerahan yg terutang PPN tidak dapat diketahui dengan pasti
Pengkreditan PM dilakukan dengan cara sbb:
Dikreditkan sebanding dng % penggunaan barang modal
Tahap awal dapat dikreditkan seluruhnya terlebih dahulu
Setelah akhir tahun buku paling lambat bulan ke-3
PM unt kegiatan lain yg tidak terutang PPN / dibebaskan, PPN dihitung kembali
dengan rumus P’ x PM T
Hasil penghitungan tsb diperhitungkan dng PM yg dapat dikreditkan dalam masa pajak dilakukan penghitungan kembali melului SPT Masa PPN
P’ : % rata-rata penggunaan barang modal dlm satu tahun bukuT : Masa manfaat (standar) barang modal : Bangunan : 10 tahun Bukan bangunan : 5 tahunPM: Pajak Masukan yang telah dikreditkan
93
ContohPenghitungan kembali PM atas barang modal yang digunakan
untuk kegiatan yang terutang PPN dan tidak terutang PPN (Pasal 9 ayat 6 jo Kepmen No.575/KMK.04/2000):
• Untuk tahun-tahun selanjutnya dipakai rumus diatas, dengan penyesuaian atas P’ sampai dengan habis masa manfaat (5 tahun)
• Waktu disesuaikan dengan bulan kapan diperhitungkan pembebanannya, maka bisa Januari atau Februari atau Maret untuk setiap tahunnya
• Generator listrik untuk pabrik dibeli Januari 2003• Harga generator =Rp.50.000.000• PPN (Masukan) = Rp. 5.000.000• Masa manfaat = 8 tahun
PM telah dikreditkan dalam Masa Pajak Januari 2003
a. Januari s/d Juni 2003 : - 30% untuk rumah karyawan - 70% untuk pabrik
b. Juli s/d Desember 2003 : - 20% untuk rumah makan - 80 % untuk pabrik
Setelah tahun buku berakhir paling lambat bulan ke- 3 PM yang telah dikreditkan untuk kegiatan yang tidak terutang PPN dihitung kembali
• Rata-rata penggunaan generator diluar usaha = (30% + 20%) : 2 = 25%• Masa manfaat 8 tahun, ditetapkan 5 tahun ( bukan bangunan 5 th standar)• PM yang tidak dapat dikreditkan = 25% x Rp. 5.000.000/5 = Rp.250.000
PM sebesar Rp.250.000 diperhitungkan dengan PM yang dapat dikreditkan pada SPT Masa PPN masa pajak dilakukan penghitungan kembali
Pemakaian
94
Pengkreditan PM oleh PKP yang melakukan kegiatan usaha terpadu atau usaha campuran yang atas penyerahannya terutang PPN dan tidak terutang PPN / dibebaskan PPN (Pasal 9 ayat 6 jo
Kepmen No.575/KMK.04/2000):
Hasil penghitungan diperhitungkan dengan PM yg dapat dikreditkan dalam masa pajak dilakukan penghitungan kembali melalui SPT Masa PPN
Pengkreditan PM dilakukan dengan cara sbb
PM yg nyata2 digunakan unt
kegiatan yg penyerahannya terutang PPN
Setelah akhir tahun buku paling lambat bulan ke-3 dihitung kembali dengan rumus:BarangMmodal : X/Y x PM/TBukan Barang Modal : X/Y x PM
X : Jumlah peredaran / penyerahan yg tidak terutang / dibebaskan PPN dalam satu tahun bukuY : Jumlah seluruh peredaranT : Masa manfaat barang modal : Bangunan : 10 tahun Bukan bangunan : 5 tahunPM: Pajak Masukan yang telah dikreditkan seluruhnya
PM yg nyata2 digunakan unt
kegiatan yg penyerahannya tdk
terutang / dibebaskan PPN
PM yg digunakan unt kegiatan yg atas
penyerahannya terutang PPN dan tdk terutang / dibebaskan
PPN
Dapat dikreditkan
Tidak dapat dikreditkan
Dikreditkan sebanding dng
jumlah peredaran yg terutang PPN thd
penyerahan seluruhnya
Dapat dikreditkan
seluruhnya lebih dahulu
95
ContohPenghitungan kembali PM oleh PKP yang melakukan
kegiatan usaha terpadu
Barang Modal
PM atas perolehan truck yang digunakan untuk perkebunan jagung ( bukan PKP / di kecualikan PPN karena merupakan bahan pokok) & pabrik minyak jagung (sebagai PKP)• PM bulan Januari 2005 (sudah dikreditkan Jan 2005) =Rp.200.000.000• Omzet tahun 2005 : - Penjualan minyak jagung =Rp. 54.000.000.000 - Penjualan jagung (X) =Rp. 6.000.000.000
Total omzet (Y) =Rp. 60.000.000.000• Masa manfaat barang modal 4 tahun ditetapkan 5 tahun (standar)• PM atas truck yang harus dibayar kembali: 6.000.000.000/60.000.000.000 x 200.000.000/5 = 4.000.000
Bukan Barang Modal
PM atas perolehan solar untuk truck-truck yang digunakan untuk perkebunan jagung ( bukan PKP / di kecualiakan PPN karena merupakan bahan pokok) & pabrik minyak jagung (sebagai PKP)• PM bulanMaret 2005 (sudah dikreditkan Maret 2005) =Rp.50.000.000• Omzet tahu 2005 : - Penjualan minyak jagung =Rp. 54.000.000.000 - Penjualan jagung (X) =Rp. 6.000.000.000
Total omzet (Y) =Rp. 60.000.000.000• Masa manfaat barang modal 4 tahun ditetapkan 5 tahun (standar)• PM atas truck yang harus dibayar kembali: 6.000.000.000/60.000.000.000 x 50.000.000 = 5.000.000
96
Pengkreditan PM bagi PKP yang PPh-nya dihitung dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (Kepmen
No.553/KMK.04/2000 jo Kepmen No.252/KMK.03/2002)
• Apabila dalam suatu masa pajak PKP tidak lagi memenuhi syarat dikenakan PPh dengan norma penghitungan penghasilan neto. Maka mulai permulan tahun buku berikutnya tidak boleh lagi menggunakan pedoman pengkreditan diatas, bahkan tidak boleh menggunakan norma penghitungan untuk bulan berikutnya
• Pedagang eceran dimaksud adalah harus semata-mata pedagang eceran, maka kalau disamping menjual secara eceran juga menjual secara grosir, maka dimasukkan sebagai selain pedagang eceran
• Jadi PKP yang PPh-nya dihitung dengan norma penghitungan, maka PPN-nya juga harus dihitung dengan norma
WP orang pribadi yang peredaran brutonya kurang dari Rp.600 juta setahun yaitu tergolong sebagai Pengusaha Kecil, apabila WP:
Dalam menghitung PPh, memilih menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto
Dalam menghitung PPN dalam suatu masa pajak
Digunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM
• Besarnya PM yang dapat dikreditkan: a. Penyerahan BKP - Pedagang eceran : 80% x Pajak Keluaran - Selain pedagang eceran : 70% x Pajak Keluaran b. Penyerahan JKP : 40% x Pajak Keluaran• PM atas perolehan BKP/JKP tidak dapat dikreditkan
Memilih menjadi PKP
PPh PPN
Memberitahu ke KPP setempat
Wajib
97
ContohPenghitungan PPN bagi yang PPh-nya dihitung dengan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Akbar adalah pemilik sebuah bengkel mobil merk Berkah disamping itu ia juga menjual suku cadang mobil. Akbar telah dikukuhkan sebagai PKP oleh KPP setempat .Tahun 2005 PPh-nya dihitung dengan menggunakan norma penghasilan neto. Dalam bulan Agustus 2005 Akbar melakukan penyerahan sbb:• Jasa bengkel = Rp. 40.000.000• Suku cadang = Rp. 25.000.000
Bulan Agustus 2005 diterima FP standar atas perolehan BKP/JKP (Pajak Masukan) dengan nilai PPN sebesar Rp.3.000.000
Penghitungan PPN Masa Pajak Agustus 2005
Pajak Keluaran:• Jasa bengkel 10% x Rp. 40.000.000 = Rp. 4.000.000• Suku cadang 10% x Rp.25.000.000 = Rp. 2.500.000
Jumlah = Rp. 6.500.000Pajak Masukan yang dikreditkan:
Jasa bengkel 40% x Rp.4.000.000 = Rp.1.600.000 Suku cadang 80% x Rp.2.500.000 = Rp.2.000.000
Jumlah = Rp.3.600.000 PPN disetor ke Kas Negara = Rp.2.900.000
PM atas perolehan BKP/JKP sebesar Rp.3.000.000 tidak dapat dikreditkan
98
Mekanisme Penghitungan PPN atas PKP pedagang eceran (Kepmen No.553/KMK.04/2000 jo Kepmen
No.252/KMK.03/2002)
WP orang pribadi yang peredaran brutonya kurang dari Rp.600 juta setahun dalam menghitung PPh dapat memilih
Menggunakan norma penghitungan penghasilan neto
Dalam menghitung PPN
Menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan
PM
PPN yang dibayar ke Kas Negara
Menyelenggarakan pembukuan
Menggunakan mekanisme pengkreditan PM tsb psl 9 UU PPN
• Seluruh WP Badan• WP orang pribadi yang peredaran brutonya Rp.600 juta atau lebih setahun
Pajak Keluaran dikurangi PM sebesar 80% dari PK
Pajak Keluaran dikurangi PM yang dapat dikreditkan
99
Pemungut PPN / PPn BM(Pasal 16A UU PPN jo Kepmen No 563/KMK.03/2003)
1. Pihak yang ditetapkan sebagai pemungut PPN (terhitung 1 Januari 2004) adalah:
a. Bendaharawan pemerintah (pusat / daerah)
b. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
(Jadi mulai 1 Januari 2004 BUMN / BUMD bukan pemungut PPN)
2. Bendaharawan / KPKN dalam hal melakukan pembayaran atas penyerahan BKP / JKP oleh rekanan pemerintah yang dananya berasal dari APBN /APBD
3. Bendaharawan / KPKN wajib memungut, menyetor dan melapor PPN / PPn BM yang terutang oleh PKP atas penyerahan BKP / JKP kepada pemungut PPN
Catatan:a. PPN terutang pada saat pembayaran b. Tidak diperlukan surat keputusan khusus penunjukan
sebagai pemungut PPN
c. Kondisi ini (pemungutan PPN / PPn BM) berarti menyimpang dari ketentuan umum, karena pembeli memungut PPN yaitu memungut PPN dari dirinya sendiri
100
Ruang lingkup pemungutan PPN / PPn BM oleh pemungut dan dasar pemungutan
(Kepmen No 563/KMK.03/2003 jo Kep-382/Pj/2002)
1. Ruang lingkup pemungutan PPn / PPn BMa. Penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh PKP rekananb. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabeanc. PPn BM hanya dipungut dalam hal PKP rekanan adalah
pabrikan dari BKP yang tergolong mewahd. Pemungut PPN tidak perlu memungut PPN / PPn BM
atas penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh bukan PKP
2. Dasar Pemungutan PPN /PPn BMa. Jumlah pembayaran dalam bentuk uang muka,
pembayaran sebagian atau seluruhnya yang dilakukan pemungut PPN kepada PKP rekanan
b. Dalam jumlah pembayaran sudah termasuk PPN / PPn BM
Catatan :a. Pemungut PPN wajib memberitahukan kepada Kepala KPP,
apabila terjadi transaksi dengan rekanan yang bukan PKP, dalam bentuk daftar yang berisi nama, alamat, NPWP, nilai transaksi, nomor dan tanggal FP atau dokumen yang sejenis. Daftar terserbut dilampirkan pada SPT masa bagi pemungut PPN
b. Dalam hal pemungut melakukan transaksi dengan rekanan yang belum bestatus sebagai PKP, dan diketahui telah memenuhi syarat sebagai PKP, maka rekanan ybs diwajibkan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan transaksi
c. Apabila pemungut PPN tidak melaksanakan kewajibannya, maka Kepala KPP dapat menerbitkan surat tagihan pajak (STP) atau surat ketetapan pajak (SKP)
101
Pembayaran yang tidak dipungut PPN / PPn BM(Kepmen No 548/KMK.04/2003 jo Kepmen No 5498/KMK.04/2003 jo
Kep-382/Pj/2002)
1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000 (termasuk PPN / PPn BM), dan tidak merupakan pembayaran yang dipecah-pecah. Dalam hal ini tidak dipungut PPN / PPn BM dan berlaku ketentuan umum, maka pembeli harus membayar ke penjual. Jadi PPN masih ada dan pembeli membayar harga + PPN 10% . Misal harga jual Rp.800.000 dan PPn 10%, maka Pemerintah mebayar Rp.880.000
2. Pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas penyerahan tanah oleh real estate atau industrial estate
3. Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP, yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut /dibebaskan
4. Pembayaran untuk penyerahan BBM/ non BBM oleh PT Pertamina (Persero)
5. Pembayaran atas rekening telepon kepada PT. Telkom maupun kepada perusahaan telekomunikasi lainnya
6. Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan
7. Pembayaran untuk penyerahan barang / jasa yang menurut ketentuan perundanga-undangan tidak dikenakan PPN
Catatan :Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000, PPN / PPn BM dipungut dan disetor oleh PKP rekanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum
102
Tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporan PP /PPn BM oleh Pemungut PPN
A. Pemungutan PPn / PPn BM1. PKP rekanan menyampaikan nota tagihan kepada pemungut
PPN, baik untuk sebagian maupun seluruh pembayaran dengan
dilampiri:a. FP standar (rangkap 3)b. SSP (rangkap 5)
2. Pemungutan dilakukan dengan cara pemotongan langsung dari tagihan KPK rekanan
B. Penyetoran PPN / PPn BMa. Penyetoran dilakukan dengan menggunakan SSP paling
lambat 7 hari setelah bulan dilakukan pemungutanb. Khusus KPKN dilakukan dengan cara mencantumkan no &
tanggal advis surat perintah membayar (SPM) pada SSP & FPc. Pemungut PPn wajib membub uhkan cap “Disetor tanggal
…….” pada setiap lembar FP dan menada-tangani. Khusus KPKN adalah sbb:- Pada setiap lembar FP dicantumkan nomor dan tanggal advis SPM
- Membubuhkan cap “ telah dibukukan” pada SSP lembar ke-1 & 2d. Pemungut PPN wajib mengembalikan SSP lembar ke-1 dan lembar ke-3
serta FP lembar ke-2 yang telah dibubuhi cap dimaksud kepada PKP
rekanan
C. Pelaporan PPn / PPn BMa. Pelaporan dilakukan setiap bulan dengan menggunakan “SPT masa
Bagi Pemungut PPN” (form 1101PUT) dibuat rangkap 3.Khusus KPKN pelaporan dilakukan dengan menggunakan “
surat pengantar” dilampiri FP lembar ke-3
b. Pelaporan disampaikan ke KPP paling lambat:- Bendaharawan pemerintah : 14 hari setelah bulan penagihan- KPKN : setiap hari
103
Pembuatan FP dan SSP serta peruntukannya atas penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN
A. Faktur Pajak (FP)1. FP standar dibuat rangkap 3 masing-masing untuk:
- Lembat ke-1 : Pemungut PPN- Lembar ke-2 : PKP rekanan- Lembar ke-3 : KPP melalui pemungut PPN
2. FP diterbitkan paling lambat bersamaan dengan penerbitan nota tagihan
B. Surat Setor pajak (SSP)1. SSP dibuat rangkap 5, masing-masing untuk:
- Lembar ke-1 : PKP rekanan- Lembar ke-2 : KPP melalui KPKN- Lembar ke-3 : PKP rekanan (dilampirkan dalam
SPT)- Lembar ke-4 : Bank persepsi / Kantor pos- Lembar ke-5 : Pemungut PPN (arsip)
2. SSP diisi dengan identitas PKP rekanan, tetapi penanda-tanganan sebagai penyetor dilakukan
oleh pemungut PPN atas nama PKP rekanan
Catatan:a. Dalam hal pemungut PPN adalah KPKN, SSP dibuat rangkap
4, lembar ke-4 untuk pemungut (KPKN) sedangkan untuk bank persepsi / kantor pos tidak ada, karena tidak ada penyetoran PPN dan atau PPn BM
b. Penyetoran PPN & PPn BM dilakukan dengan menggunakan SSP sendiri-sendiri
104
Penghitungan PPN / PPn BM oleh KPKN / Bendaharawan Pemerintah
Contoh 1 : Penyerahan BKP/JKP hanya terutang PPN a. PPN yang dipungut : (Tarif PPN) / (100% + Tarif PPN) x
Jumlah Pembayaranb. Contoh:
- Jumlah pembayaran = Rp.11.000.000- PPN yang dipungut 10/110 x 11.000.000 = Rp. 1.000.000- Dibayarkan kepada PKP rekanan = Rp.10.000.000
Contoh 2 : Penyerahan BKP terutang PPN dan PPn BM
a. PPN dipungut : (Tarif PPN) / (100% + Tarif PPN + Tarif PPn BM) x Jumlah Pembayaran
b. PPn Bm dipungut : (Tarif PPn BM) / (100% + Tarif PPN + Tarif PPn BM) x Jumlah Pembayaran
c. Contoh:Penyerahan BKP tergolong mewah terutang PPN dan PPn BM (20%)- Jumlah pembayaran = Rp.13.000.000- PPN yang dipungut: 10/130 x Rp.13.000.000 = Rp. 1.000.000- PPn BM yang dipungut: 20/130 x Rp.13.000.000 = Rp. 2.000.000- Dibayarkan kepada PKP rekanan = Rp. 10.000.000
Catatan:Dalam pembayaran sudah termasuk disalamnya PPN / PPn BM
105
Penghitungan PPN / PPn BM oleh Pemungut dalam hal jumlah pembayaran kurang dari Rp.1.000.000 dan
pembayaran yang dipecah-pecah
Contoh 1 : Harga jual = Rp. 800.000.PPN: 10% x Rp.800.000 = Rp. 80.000PPn BM (mis 10%): 10% x Rp.800.000 = Rp. 80.000Jumlah yang dibayar pemungut = Rp 960.000
Karena jumlah yang dibayar termasuk PPN dan PPn BM Rp.960.000 (kurang dari Rp.1.000.000). Maka PPN dan PPn BM terutang harus dipungut oleh rekanan Pemerintah tidak dipungut Bendaharawan / KPKN)
Contoh 2 : Harga BKP termasuk PPN Rp. 1.650.000. Pembayaran dilakukan secara bertahap, yaitu tahap I sebesar Rp.770.000 dan tahap II sebesar Rp.880.000
Perhitungan PPN:Tahap I : Jumlah pembayaran = Rp. 770.000
PPN : 10/110 x Rp.770.000 = Rp. 70.000 Dibayar kepada PKP rakanan = Rp. 700.000
Tahap II : Jumlah pembayaran = Rp. 880.000 PPN : 10/110 x Rp.880.000 = Rp. 80.000 Dibayar kepada PKP rakanan = Rp. 800.000
Catatan:Meskipun jumlah pembayaran tahap I dan II masing-masing kurang dari Rp.1.000.000, tetapi karena merupakan pembayaran yang dipecah (dari jumlah seluruhnya Rp.1.650.000) , maka PPN terutang tetap dipungut oleh Bendaharawan / KPKN
106
Tata cara pembetulan FP standar oleh pemungut, sehubungan pembayaran
dalam bentuk valas(Kep-549/PJ/2000 jo Kep-323/Pj/2001)
Catatan:
Kurs yang digunakan adalah menurut SK Menteri
Keuangan
PKP rekanan membuat FP standar pada saat melakukanpenagihan
Menggunakan kurs yang berlaku pada saat pembuatan FP
Besarnya PPN terutang harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat dilakukan pembayaran
Apabila kurs yang tercantum dalam FP berbeda dengan kurs pada saat dilakukan pembayaran
Pemungut membetulkan FP dengan menyesuaikan jumlah rupiah, bank DPP maupun PPN / PPn BM terutang dengan cara mencoret angka yang diperbaiki dan mencantumkan angka yang seharusnya dan membubuhkan paraf disamping angka yang diperbaiki ( tidak boleh dihapus / di tipp-ex)
107
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh PKP dalam hal penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN
1. FP dibuat saat penyampaian tagihan kepada pemungut PPN baik untuk sebagian maupun keseluruhan pembayaran
2. Apabila pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum penyerahan BKP/JKP , maka FP diterbitkan pada saat pembayaran diterima
3. Atas pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000 sepanjang terutang PPN tetap harus dibuatkan FP oleh PKP rekanan
4. Bendaharawan wajib membubuhkan cap “disetor tgl ….” dan menandatangani pada setiap lembar FP
5. KPKN wajib mencantumkan nomor dan tanggal advis SPM (Surat Perintah Membayar) dan cap “ telah dibukukan” pada setiap lembar FP dan SSP
6. Apabila penyerahan BKP/JKP dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau pinjaman luar negeri, pada FP wajib dibubuhi cap “PPN dan PPn BM tidak dipungut”
7. SSP dibuat atas nama, alamat dan NPWP PKP rekanan, sedangkan yang menandatangani adalah pemungut PPN sebagai penyetor atas nama PKP rekanan
8. Penyerahan JKP kepada instansi pemerintah yang berkedudukan sebagai PKP kepada instansi pemerintah lainnya tidak dipungut PPN, sepanjang instansi pemerintah yang menyerahkan JKP memasukkan pembayaran yang diterima kedalam mata anggaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari instansi pemerintah tersebut
108
Pelaporan PKP rekanan atas penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN
1. Atas penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN , PKP rekanan tetap berkewajiban untuk melaporkan PPN / PPn BM yang dipungut oleh pemungut PPN
2. Pelaporan dilakukan oleh PKP rekanan dalam SPT Masa PPN pada masa pajak diterimanya pembayaran dari pemungut PPN dengan melampirkan SSP lembar ke-3. Apabila SSP belum diterima, pelaporan tetap dilakukan pada saat diterima pembayaran (tanpa lampiran SSP). Apabila kemudian hari SSP ybs diterima, cukup mengisi form 1195-J.9 pada SPT Masa PPN, pada masa pajak diterimanya SSP tersebut
3. Dalam hal pemungut PPN adalah KPKN, maka PPN tersebut dilaporkan dalam masa pajak sesuai dengan bulan yang tercantum dalam “cash register” KPKN
109
Penghitungan PPN oleh PKP rekanan pemerintah dalam suatu masa pajak
CONTOH
PT.A (PKP) bulan Juli 2005 melakukan kegiatan sbb:a. Melakukan penyerahan BKP sbb:
- Kepada Pemkot Bandung (Pemungut) Rp.50.000.000- Kepada Bukan pemungut Rp.75.000.000Atas penyerahan BKP telah diterbitkan FP
b. Menerima pembayaran dari KPKN (pemungut) sebesar Rp.33.000.000 (termasuk PPN)
c. PPN (masukan) yang telah diterima dan dapat dikreditkan Rp.5.000.000
Penghitungan PPN1. Jumlah Pajak Keluaran (PK):
a.Bukan pemungut 10% x 75.000.000 = 7.500.000b.Pemungut (KPKN) 10/110 x 33.000.000 = 3.000.000
Jumlah = 10.500.0002. PK yang dipungut oleh pemungut = 3.000.0003. PK yang dipungut sendiri = 7.500.0004. Pajak Masukan (PM) yg dapat dikreditkan = 5.000.000
Kurang bayar = 2.500.000
Catatan: Penyerahan kepada Pemkot Bandung sebesar
Rp.50.000.000 tidak diperhitungkan, karena belum diterima pembayaran (belum terutang PPN)
110
Penghitungan PPN oleh PKP (Bukan Pedagang Eceran) rekanan pemerintah yang menghitung PPN dng
menggunakan Pedoman Pengkreditan
CONTOH - 1
Penyerahan kpd pemungut (Mei 2005) = 50.000.000PPN terutang 10% x 50.000.000 = 5.000.000PPN dipungut pemungut (SSP terlampir)= 5.000.000PPN yang dipungut sendiri = NIHILPM yang dapat dikreditkan: 70% x 10% x 50.000.000 = 3.500.000PPN yang lebih dibayar = 3.500.000
CONTOH - 2
Penyerahan kpd pemungut (Juli 2005) a. SSP terlampir = 75.000.000 b. SSP belum terlampir = 50.000.000
Jumlah = 125.000.000 Penyerahan kepada bukan pemungut = 25.000.000 Jumlah seluruh penyerahan = 150.000.000
Penghitungan PPNJumlah seluruh penyerahan = 150.000.000PPN terutang 10% x 150.000.000 = 15.000.000PPN yg dipungut oleh pemungut:
10% x 125.000.000 = 12.500.000PPN yang dipungut sendiri = 2.500.000PM yang dapat dikreditkan:
70% x 10% x 150.000.000 = 10.500.000Kelebihan pembayaran PM = 8.000.000
111
Kreteria WP/PKP tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
(Kepmen No.544/KMK.04/2000 jo No.235/KMk.03/2003 jo Kep-550/PJ/2000)
Memenuhi syarat:1. Tepat waktu menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam dua tahun terakhir2. Dalam tahun terakhir menyampaikan SPT masa yang terlambat
tidak lebih dari 3 masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut
3. Tidak mempunyai tunggakan pajak, kecuali:a. Telah ada ijin mengangsur /menunda pembayaranb. Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan
STP yang diterbitkan untuk 2 masa pajak terakhir4. Tidak pernah dujatuhi hukuman, karena melakukan tindak
pidana pajak dalam waktu 10 tahun terakhir5. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh AP/BPKP:
a. Harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi
laba/rugi fiskal b. Laporan audit harus disusun dalam bentuk panjang (long
form report)c. Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskald. Dilakukan oleh AP yang tidak sedang dikenakan sanksi
6. Dalam hal laporan keuangan tidak diaudit oleh AP:WP mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai WP kreteria tertentu paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku berakhir, dengan ketentuan:a. Memenuhi persyaratan tsb pada angka 1 s/d 4b. Dalam 2 tahun pajak terakhir menyelenggarakan
pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 KUPc. Apabila dalam 2 tahun terakhir WP diperiksa, maka
koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak tidak lebih dari 10%
112
Penyetoran dan PelaporanPasal 15A
1. Penyetoran PPN oleh PKPharus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.
2. Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Pajak terutang tidak dipungut atau dibebaskanPasal 16B
1. Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya dalam arti diberikan kemudahan dengan memberikan fasilitas pepajakan untuk: a. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentudi dalam Daerah Pabean b. Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu c. Impor BKP tertentu d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean e. Pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. PM yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau perolehan JKP yang atas penyerahannya tidak dipungut PPN dapat dikreditkan.Disini ada perlakuan khusus yaitu PPN tetap terutang tetapi tidak dipungut
3. PM yang dibayar untuk perolehan BKP dan/atau perolehan JKP yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN yang tidak dapat dikreditkan. Disini ada perlakuan khusus berupa pembebasan pengenaan PPN, mengakibatkan tidak ada PK, sehingga PM yang berkaitan dengan penyerahan BKP dan /atau JKP memperoleh pembebasan pajak tidak dapat dikreditkan
113
Pemberian Fasilitas PerpajakanPasal 16B
Tujuan dan maksud memberikan fasilitas perpajakan untuk berhasilnya sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar pembangunan nasional.Kemudahan (fasilitas) perpajakan ini diberikan terbatas untuk:a. Mendorong ekspor yang merupakan prioritas nasional di Tempat Penimbunan Berikat dalam Daerah Pabean yang dibentuk khusus b. Menampung perjanjian dng negara lain dalam bidang perdagangan dan investasi, konvensi internasional, serta kelaziman internasional lainnyac. Mendorong peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengadaan vaksin yang diperlukan dalam rangka program imunisasi nasionald. Menjamin tersedianya peralatan TNI/POLRI yang memadai untuk melindungi wilayah RI dari ancaman eksternal maupun internale. Menjamin tersedianya data batas dan foto udara wilayah RI yang dilakukan oleh TNI untuk mendukung pertahanan nasionalf. Meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa dengan membantu tersedianya buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran agama dengan harga yang relatif terjangkau masyarakatg. Mendorong pembangunan tempat ibadahh. Menjamin tersedianya perumahan yang harganya terjangkau masyarakat lapisan bawah, yaitu rumah sederhana, rumah sangat sederhana, dan rumah susun sederhanai. Mendorong pengembangan armada nasional bd angkutan darat, air & udaraj. Mendorong pembangunan nasional dengan membantu tersedianya barang yang bersifat strategis, seperti bahan baku kerajinan perakk. Menjamin terlaksananya proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah dan/atau dana pinjaman luar negeril. Mengakomodasi kelaziman internasional dalam importasi BKP tertentu yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk m. Membantu tersedianya BKP dan/atau JKP yang diperlukan dalam rangka penanganan bencana alam nasionaln. Menjamin tersedianya air bersih dan listrik yang dibutuhkan masyarakato. Menjamin tersedianya angkutan umum di udara untuk mendorong kelancaran arus barang & orang di daerah tertentu yang tidak tersedia sarana transportasi lain yg memadai
114
PPN & PPn BM atas Pemegang Paspor LNPasal 16E & 16F
• PPN & PPn BM yang sudah dibayar atas pembelian BKP yang dibawa ke luar Daerah Pabean oleh orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapat diminta kembali, dengan syarat: a. Nilai PPN paling sedikit Rp500.000 dan dapat disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah b. Pembelian BKP dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan ke luar Daerah Pabean c. Faktur Pajak memenuhi ketentuan yang berlaku, kecuali pada kolom NPWP dan alamat pembeli diisi dengan nomor paspor dan alamat lengkap di negara yang menerbitkan paspor atas penjualan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri yang tidak mempunyai NPWP
2. Permintaan kembali PPN & PPn BM dilakukan pada saat orang pribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkan Indonesia dan disampaikan kepada Dirjen Pajak melalui Kantor Direktorat Jenderal Pajak di bandar udara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
3. Dokumen yang harus ditunjukkan pada saat meminta kembali PPN & PPn BM adalah: a. Paspor b. Pas naik (boarding pass) untuk keberangkatan orang pribadi ke luar Daerah Pabean c. Faktur Pajak
4. Ketentuan mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian permintaan kembali PPPN & PPn BM diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Pembeli BKP atau penerima JKP bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajaktelah dibayar.
115
Fasilitas PPN dan PPn BM(Pasal 16B UU PPN)
Dibebaskan dan tidak dipungut PPN / PPn BM, terbatas untuk:
1. Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean
2. Penyerahan BKP/JKP tertentu
3. Impor BKP tertentu
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud tertentu dari luar daerah pabean
5. Pemanfaatan JKP teretntu dari luar daerah pabean
116
Dibebaskan dari pengenaan PPn(PP No 146/2000 jo PP No 38/2003 jp Kep-48/JP/2001)
A. Impor dan penyerahan BKP tertentu (Hankam, Angkutan, Kesehatan, dan Buku)
1. Senjata, amunisi, alat angkutan di air / di bawah air / di udara / di darat, kendaraan lapis baja / patroli / khusus, serta suku cadang yang diimpor oleh Dep Pertahanan / TNI / POLRI / pihak yang ditunjuk dan komponen / bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh PT PINDAD yang digunakan untuk pembuatan senjata / amunisi untuk Dep Pertahanan / TNI / POLRI
2. Vaksin volio dalam rangka program pekan imunisasi nasional (PIN)3. Buku pelajaran umum / agama & kitab suci4. Kapal laut, kapal angkutan sungai / danau / penyeberangan, kapal pandu /
tunda / tongkang / penangkap ikan dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran / manusia yang diimpor dan digunakan oleh perusahaan pelayaran niaga nasional / penangkapan ikan nasional / jasa pelabuhan nasional / angkutan sungai, danau dan penyeberangan nasional sesuai dengan kegiatan usahanya
5. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan / manusia, peralatan untuk perbaikan / pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan / pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak lain yang ditunjuk
6. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan / pemeliharaan, serta prasarana yang diimpor dan digunakan untuk PT KAI dan komponen / bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk
7. Peralatan serta suku cadang yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah negara RI yang diimpor oleh Hankam / TNI / Pihak yang ditunjuk
B. Penyerahan BKP (Rumah & Asrama sederhana)Rumah sederhana / sangat sederhana / susu sederhana, pondok boro. asrama mahasiswa / pelajar serta perumahan lain yang batasannya ditetapkan oleh MENKEU
Catatan1. Untuk “A” diperlukan Surat Keputusan Bebas (SKB), permohonan
dilakukan:a. Dirjen Pajak QQ Dir PPN/PTLL untuk angka 1,2,3 &4b. Dirjen Pajak QQKa.KPP tempat [emohon terdaftar untuk angka 5,6 &7
2. Untuk “B” tidak diperlukan SKB PPN
117
BKP tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari PPN
(PP No 12/2001 jo PP No 43/2002 jp PP No 46/2003 Kepmen No 155/KMK.04/2001 jo Kepmen No 363/KMK.03/2002 jo Kepmen No 371/KMK.03/2003)
A. Impor dan penyerahan BKP1. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik (yang tidak
terpisahkan dan merupakan satu kesatuan untuk mengoperasikan pabrik) yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan BKP, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang (berlaku sejak tanggal 13 Agustus 2003)
2. Makanan ternak, unggas, ikan atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan
3. Bibit atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran atau perikanan
B. Khusus penyerahan BKP1. Barang hasil pertanian yang dipetik langsung / diambil langsung /
disadap langsung dari sumbernya termasuk hasil pemrosesannya yang dilakukan dengan cara tertentu yang diserahkan oleh petani atau kelompok tani
2. Air bersih yang dialirkan melalui pipa atau dialirkan dengan cara lain baik oleh PAM milik pemerintah maupun swasta
3. Listrik, kecuaai untuk perumahan dengan daya diatas 6.600 watt
Catatan1. Importir atau yang menerima penyerahan BKP tersebut pada:
a. Butir A,1 : diwajibkan mempunyai SKB PPN yang diterbitkan Dirjen Pajakb. Butir A,2,3 & B.1,2,3 tidak diwajibkan mempunyai SKB PPN
2. Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP tersebut pada butir A, wajib dikukuhkan sebagai PKP, sedangkan pada butir B tidak diwajibkan
3. Apabila dalam waktu 5 tahun sejak impor / perolehan barang modal tersebut pada butir A.1, ternyata digunakan tidak sesuai tujuan semula atau dipindah-tangankan sebagian / seluruhnya, maka PPN yang dibebaskan tersebut harus dibayar kembali dalam jangka waktu 1 bulan
118
Penyerahan BKP yang dibebaskan dari pengenaan PPN(PP No 146/2000 jo PP No 38/2003
1. Jasa yang diterima oleh perusahaan angkutan laut nasional / penangkapan ikan nasional / penyelenggara jasa pelabuhan nasional / penyelenggara jasa angkutan sungai, danau dan penyeberangan nasional meliputia. Jasa persewaan kapalb. Jasa kepelabuhan, meliputi jasa tunda, pandu,
tambat / labuhc. Jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal
2. Jasa yang diterima oleh perusahaan angkutan udara niaga nasional, meliputia. Jasa persewaan pesawat udarab. Jasa perawatan dan reparasi pesawat udara
3 Jasa perawatan atau reparasi KA yang diterima oleh PT KAI
4. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan:a. Rumah sederhana / sangat sederhana / susun
sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa / pelajar dan perumahan lain yang batasannya ditetapkan Menkeu
b. pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah
5. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana & rumah sangat sederhana
6. Jasa yang diterima oleh Dep. Pertahanan / TNI yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah RI untuk mendukung pertahanan
Catatan: Tidak diperlukan SKB PPN
119
PPN atas penyerahan rumah sederhana(PP No 146/2000 jo KMK No-524/KMK.03/2001 jo KMK No-248/KMK.03/2002 jo SE-
26/PJ.51/2002)
1. Rumah dengan jenis /type T-21, T-27, T-362. Dibayar melalui KPR bersubsidi maupun tidak bersubsidi3. Harga jual tidak melebihi batasan maksimam harga RS type 36
Catatan1. Tidak diperlukan SKB2. Pembebasan PPN tidak berlaku dalam hal penyerahan RS / RSS melalui
penjualan tunai atau melalui penyerahan cicilan bertahap yang disediakan pengembang / pihak lain
Rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa / pelajar dan perumahan sejenis lainnya
Penyerahan jasa kontraktor untuk pemborongan RS /
RSS / sejenisnya
Penyerahan RS / RSS dari pengembang kepada
konsumen
Pembangunan memenuhi syarat teknis sesuai Kepmen pemukiman prasarana
wilayah
Dibebaskan dari pengenaan PPN
Termasuk
Syarat
120
Fasilitas PPN tidak dipungut atas impor / Penyerahan / pemanfaatan BKP/JKP
Dilakukan :
1. Kawasan berikat dan EPTE (Enterport Produksi untuk Tujuan Ekspor), misal Kawasan Pulau Gadung, Kawasan Cikarang, Kawasan Cimareme
2. Kawasan Pengembang Ekonomi Terpadu (KAPET), misal Pulau Batam
3. Atas pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah / pinjaman luar negeri
4. Impor kantong darah
5. Impor suku cadang pesawat VVIP TNI AU yang digunakan untuk perjalanan Presiden dan Wakil Presiden
6. Impor BKP tertentu sebagi mana dimaksud dalam KEPMEN No.231/KMK.03/2001Melaporkan PPN & PPn BM terutang dalam SPT Masa PPN
121
Fasilitas PPN & PPn BM tidak dipungut untuk kegiatan usaha di Kawasan Berikat (KB) Tujuan Eksport
(PP No 39/1998 jo PP No 40/2002 jo SE-08/PJ.52/2000)
1. Penyerahan BKP (termasuk barang modal) dan atau JKP yang digunakan menghasilkan BKP yang diekspor
2. Penyerahan BKP antar pengusaha di KB yang sama untuk menghasilkan BKP yang diekspor
3. Penyerahan BKP antar pengusaha dari KB yang berbeda, untuk menghasilkan BKP yang diekspor
4. Penyerahan BKP dari PKP EPTE atau sebaliknya untuk menghasilkan BKP yang diekspor
5. Impor BKP oleh pengusaha yang digunakan untuk menghasilkan BKP yang diekspor
6. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean untuk menghasilkan BKP yang diekspor
Catatan:a. Impor BKP, penyerahan BKP/JKP, pemanfaatan BKP
tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean di KB yang tidak digunakan untuk menghasilkan BKP yang diekspor terutang PPN / PPn BM
b. Pengeluaran BKP dari KB kepada orang / badan di Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL) terutang PPN / PPn BM, kecuali yang bersangkutan memperoleh fasilitas pembebasan PPN / PPn BM
122
Fasilitas PPN & PPn BM tidak dipungut untuk kegiatan usaha di Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) (PP No 20/2000 jo KMK No 200/KMK.04/2000 jo KMK No
11/KMK.04/2001 jo KEP-229/PJ/2001)
1. Impor barang modal atau peralatan untuk pembangunan / kontruksi perluasan KB dan peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai oleh Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB)
2. Impor barang modal / peralatan lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi Pengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) yang semata-mata dipakai di PDKB
3. Impor BKP untuk diolah di PDKB4. Pemasukan BKP dari DPIL untuk diolah di PDKB5. Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lain
untuk diolah lebih lanjut6. Penyerahan barang dan atau bahan dari PDKB ke
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangka sub kontrak
7. Penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan sub kontrak oleh PKP di DPIL atau PDKB lainnya kepada PKP PDKB asal
8. Peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka sub kontrak dari PDKB kepada perusahaan industri DPIL atau PDKB lainnya dan pengembaliannya kepada PDKB asal
123
Fasilitas bagi PKP EPTE (Keppres No 96/1993 jo KMK No 855/KMK.01/1993 jo KMK No
293/KMK.01/1994 jo KMK No 43/KMK.01/1996)
PPN / PPn BM terutang tidak dipungut terhadap:1. Penyerahan BKP untuk diolah lebih lanjut:
a. Oleh PKP dari DPIL kepada PKP EPTEb. Oleh PKP dari KB kepada PKP EPTE atau
sebaliknya2. Penyerahan BKP oleh EPTE dalam rangka
mensubkontrakkan sebagian dari kegiatan pengolahan kepda perusahan industri di KB atau di DPIL atau kepada PKP EPTE lainnya (harus selesai dalam jangka waktu 60 hari)
3. Penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan PKP sub kontrak tersebut pada butir 2 kepada PKP EPTE
4. Peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dari PKP EPTE kepada perusahaan industri / sub kontrak untuk membuat barang yang dipesannya (diijinkan untuk janka waktu 12 bulan)
5. Penyerahan BKP antar PKP EPTE
Catatan:a. Penyerahan BKP produksen di DPIL kepada
perusahaan berstatus EPTE diperlakukan sama dengan ekspor
b. PKP yang melakukan penyerahan tersebut pada butir 2 dan 4 diatas wajib membuat FP standar (rangkap 3) dengan dibubuhi cap “tidak dipungut PPN/PPn BM eks Keppres No.96 tahun 1993”
124
PPN atas proyek pemerintah yang dananya dibiayai dari hibah /pinjaman luar negeri
(PP no 42/1995 jo KMK No 239/KMK.01/1996)
Catatan:a. Atas perolehan BKP/JKP di Dalam Negeri oleh kontraktor utama dari
sub kontraktor / pihak lain terutang PPN, bagi kontraktor utama PPN yang dibayar merupakan PM yang dapat dikreditkan
b. Dalam hal proyek pemerintah dikerjakan oleh perusahaan dengan status kerja sama operasi (KSO), maka untuk penyerahan BKP/JKP oleh KSO kepada pemilik proyek tidak dipungut PPN, sedangkan penyerahan BKP/JKP oleh anggota KSO kepada KSO tetap dipungut PPN
Impor BKPPemanfaatan BKP tidak
berwujud & JKP dari luar daerah pabean
Penyerahan BKP/JKP kepada pemilik proyek
Oleh Kontraktor Utama
Dibayar dari dana hibah / pinjaman luar negeri
Dibayar dari dana pendamping (APBN/APBD/Lainnya)
a. PPN/PPn BM tidak dipungut
b. Dibuat FP dengan dibubuhi cap “PPN / PPn BM tidak dipungut sesuai PP 42 tahun 1995”
c. SSP tidak perlu dibuat
a. PPN / PPn BM dipungut
b. Dibuat FP
c. Dibuatkan SSP
125
Perlakuan PM atas penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya tidak
dipungut / dibebaskan (Pasal 16 ayat (2) & (3) UU PPN)
PPN terutang tidak dipungut
PPN terutang dibebaskan
Dapat dikreditkan Tidak dapat dikreditkan
Dalam fasilitas ini PPN tetap terutang , tetapi
tidak dipungut (PK-nya nihil)
Fasilitas ini mengakibatkan PPN
menjadi tidak terutang (tidak ada PK)
126
Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual-belikan
(Pasal 16D UU PPN jo Kepmen No 251/KMK.03/2002)
a. Penyerahan dilakukan oleh PKPb. PPN yang dibayar pada saat perolehan aktiva menurut ketentuan
dapat dikreditkan. Termasuk PPN yang tidak dapat dikreditkan karena todak memenuhi persyaratan administrasi (FP-nya cacat)Catatan:Kata “dapat” tersebut pada pasal 16D UU PPN mengandung makna, bahwa apakah PPN yang dibayar atas perolehan aktiva tersebut sudah dikreditkan atau belum, bukan faktor yg relevan
a. DPP-nya dalam harga pasar wajarb. PPN yang terutang disetor seluruhnya dengan menggunakan
SSP tersendiric. Dilaporkan dalam SPT masa PPN (Kode I2) masa pajak
terjadinya penyerahan (tidak dilaporkan dalam form 1195 A1)
d. Penyerahan aktiva perusahaan yang tidak memenuhi syarat tersebut pasal 16D UU PPN, tidak terutang PPN, tetapi tetap dilaporkan dalam SPT masa PPN (form 1195 kolom B.2.1)
Kedua persyaratan dimaksuid bersifat komulatif, sehingga apabila salah satu syarat tidak dipenuhi, maka atas penyerahan aktiva
tersebut tidak dikenakan PPN
Terutang PPN
Syarat
127
Penghitungan PPN atas penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual-
belikan
Contoh 1PT A menjual aktivanya berupa sebuah mobil truck kepada PT B dengan harga Rp.50.000.000 Antara PT A dan PT B terjadi hubungan istimewa. Harga di pasaran mobil tersebut adalah Rp.100.000.000
Penghitungan PPN:PPN terutang 10% x 100.000.000 = Rp.10.000.000
Catatan:Harga jual kepada PT B sebesar Rp.50.000.000 adalah harga tidak wajar, karena dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka harga yang diakui secara fiskal adalah harga pasar wajar yaitu Rp.100.000.000
Contoh 2PT C menjual aktivanya berupa sebuah mesin pabrik kepada PT D dengan harga Rp.300.000.000. Antara PT C dan Pt D tidak ada hubungan istimewa. Harga wajar di pasaran bebas mesin tersebut adalah Rp.400.000.000
Penghitungan PPN:PPN terutang 10% x Rp.400.000.000 = Rp.40.000.000
Catatan:Harga yang diterima oleh PT C dari PT D sebesar Rp.300.000.000 adalah harga wajar, karena tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa, tetapi ini bukan harga di pasaran. Harga yang diakui secara fiskal adalah harga pasar wajar yaitu Rp.400.000.000
128
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean
(Pasal 3A (4) UU PPN jo Kepmen No 568/KMK.04/2000)
Pemungutan dilakukan pada saat dimulainya pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean
a. Sarana Pelaporan:- PKP : Melalui SPT masa PPN (form 1195 – J11) - Bukan PKP : Lembar Ke-3 SSP
b. Saat pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan penyetoran
Penyetoran PPN dilaksanakan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya pemungutan
Dipungut oleh orang pribadi / badan yang memanfaatkanBKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah
pabean
Saat
Pemungut
Disetor
Pelaporan
Catatan :Bukti setor PPN berupa SSP diperlakukan sebagai FP standar, sehingga PPN yang tercantum didalamnya bagi PKP yang memanfaatkan BKP tidak berwujud atau JKP merupakan PM yang dapat dikreditkan
129
Retur BKP & JKP(Pasal 5A UU PPN jo Kepmen No 596/KMK.04/1994)
PKP penjual
a. PM : PM dapat dikreditkanb. Biaya/harta : PM tidak dapat
dikreditkan
a. Pada masa pajak yang sama dengan masa pajak dibuatnya nota retur, atau
b. Pada masa pajak diterimanya nota retur
Pada masa pajak dibuatnya nota retur
a. Nota retur yang tidak diisi secara lengkap, tidak diperlakukan sebagai nota retur
b. Apabila BKP yang dikembalikan diganti dengan BKP yang sama baik jumlah fisik, jenis maupun harganya, maka tidak perlu dibuat nota retur
c. Pengembalian BKP yang terjadi masih dalam masa pajak yang sama dengan terjadinya penyerahan, tidak harus dibuatkan nota retur tetapi dapat melalui pembatalan / perbaikan FP, apabila dibuatkan nota retur, maka baik penyerahan maupun pengembalian BKP harus dilaporkan dalam SPT masa PPN
a. Telah dilaporkan dalam SPT masa PPN, baik oleh PKP penjual, maupun PKP Pembeli
b. Nota retur diisi secara lengkapc. Ada BKP & JKP yang dikembalikan
PKP pembeli wajib menerbitkan retur rangkap 2
a. Pajak keluaranb. PPn BM
PKP pembeli
Lembar 1 Lembar 2
Mengurangi Mengurangi
Syarat Syarat
130
Bentuk dan isi nota retur( Kepmen No 596/KMK.04/1994)
1. Bentuk nota retur dibuat sesuai dengan kebutuhan administrasi pembeli
2. Wajib mencantumkan keterangan:a. Nomor urutb. Nomor dan tanggal FP dari BKP yang dikembalikanc. Nama, alamat, dan NPWP pembelid. Nama, alamat, NPWP, tanggal pembukuan PKP
yang menerbitkan FPe. Macam, jenis, kwantum, harga jual BKP yang
dikembalikanf. PPN atas BKP yang dikembalikang. PPn BM atas BKP yang tergolong mewah yang
dikembalikanh. Tanggal pembuatan nota returi. Tanda tangan pembeli
Catatan.
a. Nota retur yang tidak diisi secara lengkap bukan nota retur, sehingga PPN / PPn BM yang tercantum didalamnya tidak dapat dikurangkan
b. Sejak tahun 2001 dalam FP tidak lagi mencantumkan:1) Nomor pengukuhan PKP2) Macam, kuantum dan harga satuan, sihingga
bentuk dan isi nota retur oerlu disesuaikan
131
Contoh penghitungan nota retur
1. PT A menerbitkan nota retur no 045 tanggal 30 April 2005 dengan PPN Rp.500.000 atas pembelian BKP yang tercantum dalam FP ABCDE-424-0008644 tanggal 5 Januari 2005 dan PM-nya telah dikreditkan
2. PT B tanggal 16 Mei 2005 menerima nota retur dari PT A
Perhitungan PT A yaitu dikurangkan dengan PM masa pajak April 2005:
Pajak keluaran = Rp.3.000.000Pajak masukan = Rp.8.000.000Retur pembelian = Rp. 500.000
PM yang dapat dikreditkan = Rp.7.500.000Lebih bayar = Rp.4.000.000
Penghitungan PT B yaitu dikurangkan dengan PK masa pajak Mei 2005
Pajak keluaran = Rp.9.000.000Dikurangi retur penjualan = Rp. 500.000
Rp.8.500.000Dikurangi pajak masukan = Rp.7.500.000Kurang bayar = Rp.1.000.000
132
Restitusi PPN yaitu terjadi kelebihan pembayaran
Disebabkan:
1. Jumlah PM yang dapat dikreditkan lebih besar dari pada jumlah PK dalam suatu masa pajak, karena:a. PM atas perolehan BKP/JKP sebelum PKP
berproduksi atau melakukan penyerahanb. PKP melakukan kegiatan ekspor BKPc. PKP melakukan penyerahan BKP/JKP
kepada pemungut PPNd. PKP melakukan penyerahan BKP/JKP yang
memperoleh fasilitas PPN tidak dipungut
2. Terjadi kesalahan dalam pemungutan PPN
Catatan:Pelaksanaan restitusi:a. Dapat dilakukan setiap masa pajakb. Dapat dilakukan lebih dahulu melalui penelitian,
sedangkan pemeriksaan dilakukan kemudian
133
Pengelompokan Restitusi PPN
1. PKP yang melakukan kegiatan tertentu (pasal 17B KUP) :a. Kegiatan eksporb. Penyerahan kepada pemungut
2. PKP dengan kreteria tertentu (pasal 17C KUP) yaitu harus memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan dalam Kepmen No.544/KMK.04/2000 jo Kepmen No 235/KMk.03/2003 jo Kep-550/PJ/2000
3. PKP lainnya yaitu selain PKP yang melakukan kegiatan tertentu dan PKP dengan kreteria tertentu (butir 1 & 2 diatas)
134
Tatacara Restitusi PPN
Mengajukan permohonan dengan dilampiri
1. Penyerahan dalam negeri
FP (masukan)FP (Keluaran)
3. Ekspor BKP
2. Impor BKP
a. PIB (Pemberitahuan Impor Barang) atau
b. SSP / Bukti pungutan pajak oleh DJBC atau
c. LPS (Laporan Pemeriksaan Surveyor
a. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) atau
b. B/L (Bill of Lading) / Airway Bill atau
c. Wesel ekspor / Bukti tranfer
4. Penyerahan kepada pemungut
Kontrak / SPK dan Surat Setoran Pajak
5. Khusus bagi PKP kriteria ternetu
Tidak wajib dilampirkan
Permohonan yang meliputi kelebihan pembayaran sebagai akibat kompensasi, sebelum PKP ditetapkan sebagai PKP dengan kriteria tertentu
kecuali
135
Jangka waktu penyelesaian permohonan Restitusi PPN
( Kepmen No 544/KMK.04/2000 jo No 235/KMK.03/2003)
A. PKP yang melakukanm kegiatan tertentu (pasal 17B KUP), dan PKP lain, selain PKP kriteria tertentu:a. 2 bulan sejak diterima permohonan lengkap,
kecuali dilakukan pemeriksaan untuk semua jenis
pajak b. 12 bulan sejak diterima permohonan lengkap,
untuk penyelesaian restitusi melalui pemeriksaan
semua jenis pajak
c. Penyelesaian lewat jangka waktu, permohonan
restitusi dianggap diterima dan surat ketetapan pajak lebih bayar (SKBLB) harus diterbitkan
paling lambat 1 bulan
B. PKP dengan kriteria terntentu (pasal 17C KUP):a. PKP menghendaki diterbitkan SKP PKP:
1) 1 bulan sejak diterima permohonan lengkap2) KPP harus menerbitkan SKP PKP paling
lambat 7 hari kerja setelah lewat jangka waktu butir
1) diatas3) KPP dapat melakukan pemeriksaan
kemudian dan menerbitkan SKP apabila terjadi
kurang bayar diterbitkan SKBKB ditambah sanksi kenaikan sebesar 100%
b. PKP tidak menghendaki diterbitkan SKP PKP:1). Menyampaikan surat pernyataan tersendiri dilampirkan SPT masa PPN2) Restitusi diproses sesuai pada butir A
diatas
136
Pelaporan SPT Masa PPN
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengisi SPT Masa PPN (Form 1107):1. Form SPT masa PPN disediakan secara cuma-cuma oleh
Ditjen Pajak atau dapat difotocopy atau dicetak sendiri oleh PKP sepanjang bentuk, ukuran dan isi sesuai
2. Jumlah rupiah dihitung dalam rupiah penuh3. Dalam hal jumlah rupiah nihil (tidak ada) supaya diisi dengan
tanda (-) atau nihil4. SPT Masa PPN disi setiap masa pajak (setiap bulan takwin
atau jangka waktu tertentu dengan persetujuan Fiskus)5. SPT masa PPN harus disampaikan dengan lengkap, artinya
semua unsur yang tercantum dala SPT induk dan semua lampiran yang disyaratkan telah diisi dengan lengkap dan ditanda-tangani
6. Yang wajib menanda-tangani SPT masa adalah:a. Badan : Pengurus atau direksib. Orang pribadi : PKP yang namanya tercantum
dalam kartu NPWP7. Dalam hal ditanda-tangani oleh orang lain harus dilampirkan
surat kuasa khusus8. Dalam hal SPT masa PPN menunjukkan lebih bayar dan
diminta untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi), maka SPT Masa PPN dapat berfungsi sebagai surat permohonan kompensasi atau restitusi dengan memberi tanda “X” pada butir II Fomulir 1107
9. Penghapusan piutang tidak mengakibatkan dilakukan penyesuaian pajak yang telah dilaporkan oleh PKP penjual / pemberi jasa, dan tidak mengakibatkan dilakukan penyesuaian pajak yang telah dikreditkan
10. BKP yang musnah/rusak sehingga tidak dapat digunakan, tidak mengakibatkan dilakukan penyesuaian pajak yang telah dikreditkan (pasal 7 PP No 143/2000)
137
Pelaporan PPN & PPn BM terutang dalam SPT(Pasal 3 KUP jo Kep-12/PJ/1995 jo KEP-386/PJ/2002)
Semua Lampiran wajib dilampirkan pada SPT Masa PPN
Diwajibkan kepada
Pengusaha kena pajak Pemungut PPN
SPT Masa PPN(Form-1107)
SPT Masa Bagi Pemungut PPN
(Form-1107 PUT)
Form 1107 : Induk SPT) Form-1107 PUT: Induk SPT
1. Lamp.I (Form 1107 PUT 1) Daftar PPN & PPn BM yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah2. Lamp.II (Form 1107 PUT 2) Daftar PPN & PPn BM yang dipungut oleh Selain Bendaharawan Pemerintah
1. Lamp.I (Form 1107 A) Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM
2. Lamp.II (Form 1107 B) Daftar Pajak Masukan dan PPn BM
Sarana Sarana
Terjadi Terjadi
Dilampiri Dilampiri
138
Masa Pelaporan PK terutang dan tempat pelaporannya dalam SPT Masa PPN (Form 1107 A)
Jenis ekspor /penyerahan
MasaPelaporan
Tempat Pela-poran dlm SPT
1.Ekspor dengan LCSesuai bulan fiat yang dimuat pada PEB atau B/L oleh DJBC
1107 A : I (1)
2.Ekspor tanpa LCDalam masa pajak dibuatnya FP 1107 A : I (1)
3.Penyerahan dng fa- silitas tdk dipungut
Dalam masa pajak dibuatnya FP
1107 A : II (4)
4.Penyerahan kepada pemungut PPN
Dalam masa pajak diterimanya pembayaran (SSP sdh/blm diterima)
Dalam masa pajak dan disertai SKB (tidak perlu SKB)
1107 A : II (3)
1107 A : II (5)
6.Penyerahan kepada bkn pemungut PPN
Dalam masa pajak dibuatnya FP
1107 A : II (2)
7.Pemakaian sendiri / bonus kpd karyawan (konsumtif)
Dalam masa pajak dibuatnya FP atas nama perusahan
1107 A : II (2)1107 B : II
8.Pemberian cuma- cuma
Dalam masa pajak dibuatnya FP
1107 A : II (2)
9.Retur penjualanDalam masa pajak diterimanya nota retur
1107 A : II (2)
10.Penyerahan tidak terutang PPN
Dalam masa pajak terjadinya penyerahan
1107 A : II (2)
11.Penyerahan aktiva (pasal 16D UU PPN)
Dalam masa pajak terjadinya penyerahan
1107 A : II (2)
5.Penyerahan yang dibebaskan pengena- an PPN & PPn BM
139
Masa Pelaporan PM dan tempat pelaporannya dalam SPT Masa PPN (Form 1107 B)
Jenis PM MasaPelaporan
Tempat Pela-poran dlm SPT
1.PM Impor (masa sama)
Sesuai bulan pembayaran / bukti pungut DJBC
DK : 1107 B : I . 1 . ATDK : 1107 B: II
2. PM dalam negeri (masa sama/tidak)
Sesuai bln dibuatnya FP (pl lambat 3 bln)
3. PM Impor /DN (masa tidak sama)
Paling lambat bulan ke-3 setelah berakhirnya masa pajak
DK : 1107 B : I . 1 . ATDK : 1107 B : II
4.Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah pabean
Sesuai bulan pembayaran yang tercantum dalam SSP
DK : 1107 B : I . 1 . B TDK : 1107 B : II
5.Retur pembelian Sesuai bulan dibuatnya nota retur
DK : 1107 B : I . 1 . BTDK : 1107 B : II
6.PM yg enggunakan pedoman pengkre- ditan PM
Sesuai dengan bulan penyerahan BKP/JKP 1107 B : I . 2
7.Kompensasi kelebih- an / pembetulan bulan lalu
Sesuai dng masa pajak yang diminta untuk kompensasi
1107 B : I . 3 . A/B
8.Pembayaran pendahuluan dari Bapeksta Keuangan
Sesuai dng bulan diterbitkan SK Bapeksta Keuangan
1107 B : I . 3 .C1107 B : I . 1. A/B
9.Hasil penghitungan kembali PM yg telah dikreditkan
Sesuai bulan dilakukan perhitungan kembali
1107 B : I . 3. C
10.Kegiatan memba- ngun sendiri (Pasal 16C UU PPN)
Sesuai bulan pengeluaran untuk biaya
1107 : III (PPN KMS)1107 B : II (PPN dari Rekanan)
DK : 1107 B : I . 1 . BTDK : 1107 B: II
140
Kewajiban PKP
1. Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP
3. Memungut PPN & PPn BM yang terutang
4. Menerbitkan FP dalam hal melakukan penyerahan BKP/JKP
5. Menyetorkan PPN yang kurang dibayar dan PPn BM yang terutang
6. Melaporkan PPN & PPn BM terutang dalam SPT Masa PPN