presus bblr final
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BY. NY. H UMUR 2 HARI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Laporan Kelompok Praktek Klinik Kebidanan II
Disusun oleh :
ERIKA AMBAR SRI HARYANTI ( 100200428)
BINTANG ZAHRA ARFYAN (100200429)
PROGRAM STUDI DIII ILMU KEBIDANAN
STIKES ALMA ATA YOGYAKARTA
2012
1
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BY. NY. H UMUR 2 HARI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Laporan Kelompok Praktek Klinik Kebidanan II
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Tanggal………………………..
Disusun oleh
ERIKA AMBAR SRI HARYANTI ( 100200428)
BINTANG ZAHRA ARFYAN (100200429)
Menyetujui dan Mengesahkan
Pembimbing
( Ratih Devi Alfiana, S.ST )
2
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BY. NY. H UMUR 2 HARI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Disusun oleh :
ERIKA AMBAR SRI HARYANTI ( 100200428)
BINTANG ZAHRA ARFYAN (100200429)
Telah Diseminarkan di depan penguji
Pada tanggal………………..2012
Mengetahui
Penguji 1 : Ratih Devi Alfiana, S.ST
Penguji 2 : Sri Lestari, S. Kep.,Ners
Ketua Prodi DIII Kebidanan
STIKES Alma Ata Yogyakarta
Nur Indah Rahmawati
3
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Hidayah dan
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan “ Laporan Praktik Klinik
Kebidanan II”. Semoga Laporan ini dapat menjadi pedoman dan evaluasi
Praktik Klinik Kebidanan II untuk mata kuliah Asuhan Kebidanan II.
Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Hamam Hadi, Ms., Sc., D, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta.
2. Nur Indah Rahmawati, S,ST, selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta.
3. Sri Lestari,S.Kep.,Ners , selaku Pembimbing Seminar Praktek Klinik
Kebidanan II.
4. Ratih Devi Alfiana, S.ST selaku Pembimbing Seminar Praktek Klinik
Kebidanan II.
5. Dan teman-teman yang membantu proses penulisan laporan ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya, Kemudian tidak lupa,
kami selalu mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca untuk
perbaikan laporan Praktek Klinik Kebidanan II ini.
Purworejo, Desember 2012
Penulis
4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 4
Daftar Isi 5
Bab I Pendahuluan 6
Latar Belakang Masalah 6
Tujuan 7
Bab II Tinjauan Teori 9
Pengertian 9
Klasifikasi BBLR 9
Faktor Resiko BBLR 10
Manifesti Klinik BBLR 14
Diagnosis BBLR 15
Komplikasi BBLR 15
Penatalaksanaan BBLR 22
Asuhan Kebidanan pada BBLR 25
Manajemen Menurut Varney 29
Bab III Tinjauan Kasus 34
Bab IV Pembahasan 49
Bab V Penutup 54
Daftar Pustaka 56
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal
karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
rendah.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby
dengan low birth weight baby ( Bayi dengan berat badan lahir rendah =
BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Berdasarkan hasil pengumpulan data indicator kesehatan propinsi
yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun
2000 berkisar antara 0,91 % (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah),
sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54 % (NAD) dan 6,90%
(Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi yang
sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi
yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang
ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya. (Profil Kesehatan
RI, 2004)
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi
perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalami kehamilan yang
beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar
antara 3,6 – 10,8 % di Negara berkembang berkisar antara 10,8 – 43 %
dapat dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan berkembang
adalah 1 : 4.
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih
besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi
6
menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik
maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin
rendah.
Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya
dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi
pneumonia, perdarahan intracranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini
selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi
gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan dari asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR adalah
a. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran penerapan teori dan keterampilan
yang telah dipelajari dalam teori asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan BBLR dengan praktek dilahan dan menggunakan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan varney pada bayi baru
lahir dengan BBLR.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian kasus bayi baru lahir dengan
BBLR untuk menilai keadaan bayi baru lahir dengan BBLR
secara menyeluruh.
2) Mampu mengintepretasikan data untuk mengidentifikasi
diagnosa masalah pada bayi baru lahir dengan BBLR.
3) Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada bayi baru
lahir dengan BBLR.
4) Mampu mengidentifikasi tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta berdasarkan
kondisi pada bayi baru lahir dengan BBLR.
5) Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada bayi baru lahir dengan BBLR.
7
6) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan
perencanaan.
7) Mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan.
8) Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan BBLR berdasarkan manajement varney yang
terdiri dari 7 langkah.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan
berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai
2.499 gram). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
B. Klasifikasi BBLR
Secara khusus BBLR memiliki pengelompokan sendiri. Ada beberapa
cara yang bisa dilakukan dalam mengelompokkan BBLR, yaitu (Usman,
2008 ; Proverawati, 2010) :
Menurut harapan hidup :
a. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500
gram.
b. Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBSLR), 1.000-1.500
gram.
c. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), < 1.000 gram.
Menurut masa gestasinya :
a. Prematur murni, masa gestasinya < 37 minggu dan beratnya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
b. Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intra uterin atau lebih dikenal Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.
9
C. Faktor Resiko BBLR
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
pencegahan. Namun, penyebab terbanyak bayi BBLR adalah kelahiran
premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka
pendek dan jangka panjang dapat terjadi (Proverawati, 2010).
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR
secara umum, yaitu sebagai berikut (Manuaba, 2007) :
1. Faktor Ibu
a. Usia Ibu
Usia reproduksi yang optimal bayi seorang ibu adalah 20-35
tahun karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima
kehamilan, mental sudah matang dan mampu merawat bayi dan
dirinya (Draper, 2010). Pada usia kurnag dari 20 tahun, organ-
organ reproduksi belum berfungsi secara maksimal, rahim dan
panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa sehingga
bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah
mengalami komplikasi dan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi
penurunan kesehatan reproduksi karena proses degenerative
sudah mulai muncul. Salah satu efek dari proses degenerative
adalah sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole
miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak
merata dan maksimal sehingga dapat mempengaruhi penyaluran
nutrisi dari ibu ke janin dan membuat gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (Prawirohardjo, 2008)
b. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh
seorang wanita. Paritas merupakan faktor resiko penting dalam
menentukan nasib ibu baik selama kehamilan maupun
persalinan (Mochtar, 1998). Resiko kesehatan ibu dan anak
meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya.
10
Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko
kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami
kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan dicoba
dilalui janin. Sebaliknya bila terlalu sering melahirkan rahim
akan menjadi semakin melemah karena jaringan parut uterus
akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan
tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta
tidak mendapat aliran darah yang cukup untuk menyalurkan
nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan janin terganggu (Depkes
RI, 2004).
c. Jarak dari kehamilan yang terlalu dekat atau pendek ( kurang ari
2 tahun)
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan
baik (Kliegman et al., 2007).
d. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
Riwayat BBLR berulang dapat terjadi biasanya pada kelainan
anatomis dari uterus, seperti septum uterus, biasanya septum
pada uterus avaskular dan terjadi kegagalan vaskularisasi ini
akan menyebabkan gangguan pada perkembangan plasenta.
Septum akan mengurangi kapasitas endometrium sehingga
dapat menghambat pertumbuhan janin, selain itu dapat
menyebabkan keguguran pada trimester dua dan persalinan
premature.
e. Komplikasi kehamilan
Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan seperti anemia,
perdarahan, preeklamsia/eklamsia, hipertensi, KPD dan kelainan
lainnya, keadaan tersebut mengganggu kesehatan ibu dan juga
pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan
resiko kelahiran bayi dengan berat rendah (Prawirohardjo, 2008)
11
Perdarahan antepartum perdarahan per vaginam pada kehamilan
di atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum
terjadi pada usia kehamialn lebih dari 28 minggu maka sering
disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester tiga.
Komplikasi dari perdarahan antepertum tersebut adalah
kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindar
sebagian karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan yang belum aterm (Prawirohardjo,
2008)
Anemia pada wanita hamil atau masa nifas didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 11 gr% pada trimester
pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 gr% pada trimester
kedua (Prawirohardjo, 2008). Anemia pada saat kehamilan
dapat mengakubatkan efek buruk pada bayi dan ibunya. Anemia
mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena
kurangnya kadar hemoglobin yang mengikat oksigen dan
mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi antara
lain kerentanan ibu terhadap infeksi, kematian janin, kelahiran
premature dan BBLR.
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau
lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih
tinggi terhadap bayi dan ibu karena itu memerlukan pengawasan
hamil yang lebih intensif. Pertumbuhan janin kehamilan kembar
bergantung pada faktor plasenta, apakah menjadi satu atau
bagaimana implantasi plasentanya. Kedua faktor tersebut
menyebabkan aliran darah ke janin lebih kuat dari yang lain.
Bentuk kelainan pertumbuhan tersebut secara umum
ditunjukkan dengan berat janin hamil kembar lebih rendah 700-
1000 gram dari hamil tunggal dan pertumbuhan bersaing dari
janin kembar sehingga dapat terjadi selisih berat badan sekitar
50-150 atau lebih (Manuaba, 2010)
12
f. Sebab lain
Kebiasaan ibu yang juga menjadi faktor resiko BBLR yaitu ibu
yang merokok baik aktif maupun pasif dan ibu yang
menggunakan NAZA. Asap rokok mengandung sejumlah
teratogen potensial seperti nikotin, karbon monoksida, sianida,
tar dan berbagai hidrokarbon. Zat-zat ini selain bersifat
fetotoksik juga memiliki efek vasokonstriksi pembuluh darah
dan mengurangi kadar oksigen dan gangguan pembuluh darah
sehingga membuat aliran nutrisi dari ibu ke janin terhambat dan
terganggu, akhirnya pertumbuhan janin terhambat (Cuningham
et al., 2005)
2. Faktor Janin
Trisomi 18 lebih terkenal dengan sindrom Edward terjadi pada 1
dari 8000 neonatus. Janin dan neonatus trisomi 18 biasanya
mengalami hambatan pertumbuhan dengan rata-rata berat lahir
2340 gram. (Cuningham et al., 2005).
3. Faktor Plasenta :
Faktor plasenta juga mempengaruhi pertumbuhan janin yaitu besar
dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada uterus, tempat
insersi tali pusat, kelainan plasenta. Kelainan plasenta terjadi karena
tidak berfungsinya plasenta dengan baik sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi oksigen dalam plasenta. Lepasnya sebagian
plasenta dari perlekatannya dan posisi talipusat yang tidak sesuai
dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan alirah darah plasenta ke janin
sehingga pertumbuhan janin terhambat. (Cuningham et al., 2005)
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko untuk
melahirkan BBL. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal
di dataran tinggi seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan
13
rendahnya kadar oksigen sehingga supplai oksigen terhadap janin
menjadi terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya di dataran tinggi
beresiko untuk mengalami hipoksia janin yang menyebabkan
asfeksia neonatorum. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap janin
oleh karena gangguan oksigenasi/kadar oksigen udara lebih rendah
dan dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR. (Sistiarani, 2008)
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut (Manuaba, 2007) :
BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :
- Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
- Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia atau anemia
- Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
- Malaria kronik, penyakiy kronik
- Ibu hamil merokok
BBLR tipe premature, disebabkan oleh :
- Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil masih remaja,
kehamilan kembar
- Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya
- Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah sehingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim)
- Perdarahan sebelum atau saat persalinan
- Ibu hamil sedang sakit
- Kebanyakan idiopatik
D. Manifestasi Klinik BBLR
Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut
(Manuaba, 2010) :
a. Berat kurang dari 2.500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
14
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm dan lingkar kepala kurang dari 33
cm.
d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
e. Kulit tipis, transparan, rambut lanugi banyak, lemak berkurang
f. Otot hipotonik lemah dan pernapasan tidak teratur dapat terjadi
apnea
g. Ekstermitas paha abduksi, sendi lutut fleksi
h. Pernapasan 40-50 kali per menit dan nadi 100-140 kali per menit.
E. Diagnosis BBLR
1. Anamnesa
Menanyakan pada ibu riwayat kehamilan dan faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh dengan kejadian BBLR seperti umur ibu, riwayat
HPHT, riwayat persalinan sebelumnya, komplikasi obstetric yang
didapat dan faktor lain yang berpengaruh. Gejala yang dialami
selama kehamilan seperti pembesaran uterus yang tidak sesuai
kehamilan, gerakan janin yang lambat dan pertambahan berat badan
ibu yang lambat dan tidak sesuai menurut yangs seharusnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain (Usman,
2008 ; Depkes RI, 2008) :
- Berat badan kurang dari 2.500 gram, Panjang kurang dari 45
cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm dan lingkar kepala kurang
dari 33 cm.
- Kulit tipis dan keriput, mengkilap dan lemak dibawah tubuh
sedikit.
- Tulang rawan telinga masih lunak, karena belum terbentuk
sempurna.
- Jaringan payudara belum terlihat
- Genetalia laki-laki : skrotum belum banyak lipatan dan biasanya
testis belum turun.
15
Genetalia perempuan : Labia mayor belum menutupi labia
minor
- Rajah pada 1/3 anterior telapak kaki
F. Komplikasi BBLR
1. Gangguan Pernapasan
a. Sindroma gangguan pernapasan
Sindroma gangguan pernapasan pada bayi BBLR adalah
perkembangan imatur system pernapasan atau tidak adekuatnya
surfaktan pada paru-paru. Surfaktan adalah zat endogen yang
etrdiri dari fosfolipid, neutral lipid dan protein yang membentuk
lapisan di antara permukaan didalam alveoli (Usman, 2008).
Secra garis besar, penyebab sesak napas pada neonatus dapat
dibagi menjadi dua, yaitu kelainan medic, seperti hialin
membrane disease, aspirasi mekonium, pneumonia dan kelainan
bedah seperti choana atresia, fistula trachea oesephagus,
empirisema lobaris congenital. Gejala gangguan pada system
pernapasan dapat dikenali sebagai berikut (Kliegman et al.,
2007 ; Proverawati, 2010):
- Frekuensi napas takipneu (>60 kali per menit)
- Retraksi suprasternal dan substernal
- Gerakan cuping hidung
- Sianosis sekitar mulut dan ujung jari
- Pucat dan kelelahan
- Apneu dan pernapasan tidak teratur
- Mendengkur
- Pernapasan dangkal
- Penurunan suhu tubuh
b. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi yang dapat bernapas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan meningkatkan
karbon dioksida yang dapat menimbulkan akibat buruk dalam
16
kehidupan yang lebih lanjut. Semua tipe BBLR bisa kurang,
cukup, atau lebih bulan semuanya berdampak pada proses
adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia
lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan ketampilan
resusitasi (Manuaba, 2010).
c. Aspirasi Mekonium
Ini adalah penyakit paru yang berat yang ditandai dengan
pneumonitis kimiawi dan obstruksi mekanis jalan napas.
Penyakit ini terjadi akibat inhalsi cairan amnion yang tercemar
mekonium peripartum sehingga terjadi peradangan jaringan
paru dan hipoksia. (Cuningham et al., 2005)
d. Retrolental Fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi premature dimana disebabkan
oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Pemberian oksigen
dengan konsentrasi tionggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg) maka
akan terjadi vasokonstruksi pembuluh darah retina. Kemudian
setelah bernapas dengan udara biasa lagi, pembuluh darah akan
mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan diikuti dengan
proliferasi kapiler secara tidak teratur. Stadium akut dapat
terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan
vena retina, kemudian diikuti pertumbuhan kapiler secara teratur
pada ujung vena yang terlihat seperti perdarahan dan kapiler
baru ini tumbuh kearah korpus vitreus dan lensa sehingga
menyebabkan edema retina dan retina dapat terlepas dari
dasarnya. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan tanda COA
mengecil, pupil mengecil dan tidak teratur dan visus
menghilang. Pengobatan dengan diberikan ACTH atau
kortikosteroid. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut (Cuningham et al., 2005, proverawati,
2005) :
- Oksigen yang diberikan tidak boleh lebih dari 40%
17
- Tidak menggunakan oksigen untuk pencegahan apnea dan
sianosis
- Pemberian oksigen pada bayi kurang dari 2.000 gram harus hati-
hati dan dimonitor.
2. Gangguan Metabolik
a. Hipotermia
Bayi premature dan BBLR akan dengan cepat kehilangan panas
tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas
badan belum berfungsi dengan baik, metabolism yang rendah
dan luas permukaan tubuh yang relative luas dan lemak yang
masih sedikit (Depkes, 2008 ; Manuaba, 2010)
b. Hipoglikemia
Glukosa berfungsi sebagai makanan otak pada tahun pertama
kelahiran pertumbuhan otak sangat cepat sehingga sebagian
besar glukosa dalam darah digunakan untuk metabolism di otak.
Jika aspuan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel syaraf di otak
mati dan mempengaruhi kecerdasan di masa depan. Pda BBLR
hipoglikemia terjadi karena cadangan glukosa yang rendah dan
aktivitas hormonal untuk glukoneogenesis yang belum
sempurna (Kliegman et al., 2007)
c. Masalah pemberian ASI
Masalah pemebrian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran
tubuh bayi yang kecil, kurang energy, lemah dan lambungnya
kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi dnegan BBLR sering
mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian
ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering, bayi BBLR
dengan kehamilan ≥35 minggu dna berat lahir ≥2.000 gram
umunya bisa langsung menyusu (Depkes, 2008)
3. Gangguan Imunitas
a. Gangguan Imunologik
18
Daya tahan tubuh berkurang karena rendahnya kadar
immunoglobulin G (IgG) maupun gamaglobulin. IgG pada saat
awal kelahiran sebagian besar didapat dari ibu dimulai sekitar
minggu ke 16 dan yang paling tinggi 4 minggu sebelum
kelahiran. Dengan demikian, bayi BBLR relative kurang
mendapat antibody ibu belum sanggup membentuk antibody
dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik,
karena system kekebalan tubuh bayi juga belum matang. Bayi
juga dapat terkena infeksi saat lahir. Keluarga dan tenaga
kesehatan yang merawat bayi harus melakukan tindakan
pencegahan infeksi dengan menjaga kebersihan dan cuci tangan
dengan baik. (Proverawati, 2010)
b. Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lender
dan berbagai jaringan karena tingginya zat warna empedu.
Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir. Biasanya bersifat fisiologis, tapi dapat juga
patologis, dikarenakan fungsi hati yang belum matang (imatur)
menyebabkan gangguan pemecahan bilirubin dan menyebabkan
hiperbilirubinemia. Bayi yang mengalami ikterus patologis
ditandai sebagai berikut (Manuaba, 2010) :
- Kuningnya timbul 24 jam pertama setelah lahir
- Jika dalam sehari kadar bilirubin meningkat pesat dan progresif
- Jika bayi tampak tidak aktif dan tak mau menyusu
- Cenderung banyak tidur disertai suhu tubuh yang mungkin
meningkat atau malah menurun
- Air kencing gelap seperti the
4. Gangguan System Peredaran Darah
a. Masalah perdarahan
Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena
kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi
19
pembekuan darah yang abnormal karena imaturitas sel. Sebagai
tindakan pencegahan terhadap perdarahan otak dan saluran
pencernaan bayi BBLR diberikan injeksi vit. K yang sangat
penting dalam mekanisme pembekuan darah normal.
Pemberiannya biasanya secara parenteral, 0,5-1 mg IM dengan
dosis 1 kali segera setelah lahir dilakukan pada paha kiri
(Depkes, 2008)
b. Anemia
Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi
eritropoeisis pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta
bertambah besarnya volume darah akibat pertumbuhan yang
lebih cepat. Oleh karena pada janin atau neonatus akan
memperberat anemianya (Cunningham et al., 2005)
c. Gangguan Jantung
Patent Ductus Arteriosus (PDA) sejenis masalah jantung,
biasanya dicatat dalam beberapa minggu pertama atau bulan
kelahiran. PDA yang menetap sampai bayi berumur 3 hari
sering ditemui pada bayi BBLR, terutama pada bayi dengan
penyakit membrane hialin. Defek septum ventrikel, frekuensi
kejadiannya paling tinggi pada bayi dengan berat kurang dari
2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu
dibandingkan dengan bayi lebih besar dengan masa gestasi yang
cukup (Usman, 2008; Proverawati, 2010)
d. Gangguan pada Otak
Intraventrikular hemorrhage, perdarahan inrakranial (otak) pada
neonatus. Bayi mengalami masalah neurologis, seperti
gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy), keterlambatan
perkembangan dan kejang (Cunningham et al., 2005)
5. Gangguan Cairan Elektrolit
a. Gangguan eliminasi
20
Kerja ginjal yang masih belum matang, kemampuan mengatur
pembuangan sisa metabolism dan air masih belum sempurna,
ginjal imatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi
urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup
mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan akibat
mudah terjadi edema dan asidosis metabolic (K liegman et al,
2007)
b. Distensi Abdomen
Yaitu kelainan yang berhubungan dengan usus bayi. Distensi
abdomen akibat motilitas usus berkurang, volume lambung kecil
sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak berkurang. Kerja dari
sfinger gastroesofagus yang belum sempurna memudahkan
terjadinya regurgitasi isi lambung ke esophagus dan muah
terjadi aspirasi. (Proverawati,2010)
c. Gangguan Pencernaan
Saluran cerna yang belum berfungsi sempurna membuat
penyerapan makan lemah/ kurang baik. Aktifitas otot
pencernaan masih belum sempurna, mengakibatkan
pengosongan lambung lambat. Bayi BBLR mudah kembung,
hal ini karena stenosis anorektal, atresia ileum, peritonitis
meconium ( K liegman et al,2007)
d. Gangguan Elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan
lingkungan dan penyakit bayi. Diduga kehilangan cairan melalui
tinja dari janin yang tidak mendapat makanan melalui mulut
sangat sedikit. Kebituhan akan cairan sesuai dengan kehilangan
cairan insensible, cairan yang dikeluarkan ginjal dan
pengeluaran cairan oleh sebab lainnya, kehilangan cairan
insensible meningkat ditempat udara panas, selama terapi sinar
dna pada kenaikan suhu tubuh (Proverawati,2010)
21
G. Penatalaksanaan Pada Bayi BBLR
a. Mempertahankan Suhu Badan Bayi
BAyi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas badan atau
suhu tubuh dan menjadi hipotermia karena pusat penagturan suhu
tubuh belum berfungsi dengan baik, system metabolism yang
rendah dan luas permukaan tubuh yang relative luas. Oleh karena
ibu bayi di rawat di dalam incubator, incubator dilengkapi dengan
alat pengatur suhu dan kelembaban agar bayi dapat menjaga
mempertahankan suhu tubuhnya normal, alat oksigen yang dapat
diatur, serta kelengkapan lainnya yang mengurangi kontaminasi
dengan lingkungan luar. Suhu incubator yang optimum diperlukan
agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen cukup sehingga bayi
walaupun dalam keadaan telanjang dapat mempertahankan suhu
tubuhnya sekitar 36,5-37 ºC. Tingginya suhu lingkungan ini
bergantung tingkat maturitas bayi (Manuaba, 2010)
Prosedur dapat dilakukan dengan sebelumnya incubator
dihangatkan terlebih dahulu sampai sekitar 24,9ºC, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,2ºC untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini untuk memungkinkan
pernapasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi
pakaian, observasi terhadap pernapasan lebih mudah. Pemberian
oksigen untuk mengatasi hipoksia harus hati-hati agar pemberian
tidak berlebihan yang bisa menyebabkan fibroplasias paru. Tekanan
oksigen harus dipantau terus. (Proverawati, 2010)
Perawatan Metode Kanguru (Kangoroo Mother Care /KMC) adalah
perawatan untuk BBLR dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini sangat
tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan
keselamatan BBLR.
Hampir setiap bayi keecil dapat dirawat dengan KMC. KMC pada
bayi kecil dapat dilakukan dengan 2 cara (Depkes RI, 2008):
22
- KMC intermiten : KMC tidak diberikan sepanjang waktu tetapi
hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya satu jam secara
terus menerus dalam satu hari.
- KMC kontinu : KMC yang diberikan sepanjang waktu yang
dapat dilakukan unit rawat gabung atau ruangan yang
dipergunakan untuk perawatan metode kanguru.
b. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI merupakan pilihan
pertama jika bayi mampu menghisap. ASI merupakan makanan
paling utama, sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan
untuk diberikan. Jika faktor menghisap kurang ASI dapat
ditampung dan diminumkan perlahan dengan sendok atau dengan
memasukan sonde ke lambung bila perlu. Permulaan cairan yang
diberikan 200cc/kgBB/hari. Juka ASI tidak keluar dapat digunakan
susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula
khusus BBLR (Sitohang, 2004)
Cara pemberian ASI harus hati-hati agar tidak terjadi regurgitasi.
Pada bayi dalam incubator dengan kontak minimal, kasur incubator
bayi dapat diangkat atau dinaikkan dan bayi menghadap ke sisi
kanannya. Pada bayi yang lebih besar dapat dengan dipangku. Pada
BBLR yang kecil dan kurang giat menghisap ASI dapat diberikan
melalui selang NGT (Proverawati,2010)
c. Pencegahan Infeksi
Bayi BBLR sangat rentan terhadap infeksi karena kadar
immunoglobulin yang amsih rendah, aktifitas bacterial neutrofil,
efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum
berpengalaman. Bayi akan mudah mendapatkan infeksi, terutama
disebabkan oleh infeksi nosokomial (Manuaba, 2010)
23
Infeksi local bayi dapat dengan cepat menjalar menjadi infeksi
umum. Diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada melihat
tanda infeksi pada bayi seperti malas menyusu, gelisah, letargi, suhu
tubuh meningkat, frekuensi pernapasan meningkat, muntah, diare
dan berat badan mendadak turun. (Depkes RI,2008)
Fungsi perawatan disini adalah member perlindungan terhadap bayi
BBLR terhadap potensi infeksi. Oleh karena ibu, bayi BBLR harus
dijaga agar tidak berkontak langsung dengan penderita infeksi
dalam keadaaan apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam
merawat bayi, tindakan asepsis dan antiseptic alat-alat yang
digunakan, jumlah pasien dibatasi, mengatur kunjungan,
menghindari perawatan dalam waktu yang lama dan pemberian
antibiotic yang tepat (Depkes RI, 2010)
d. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu pemantauan
dan monitoring harus dilakukan secara ketat (Depkes RI, 2005) :
150-200 gram seminggu untuk bayi < 1.500 gram (20-30
gram per hari)
200-250 gram seminggu untuk bayi 1.500-2.500 gram (30-
35 gram per hari)
e. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box.
Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa panjang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan. (Manuaba,2010)
f. Pengawasan Jalan Napas
Terhambatnya jalan napas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia
dan akhirnya kematian. Bayi BBLR memiliki resiko mengalami
24
serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat
memperoleh oksigen yang cukup seperti yang diperoleh dari
plasenta sebelumnya. Dalam kondisi ini diperlukan pembersihan
jalan napas segera setelah lahir ( aspirasi lender), dibaringkan pada
posisi miring, merangsang pernapasan, menepuk atau menjentuk
tumit. Bila tindakan ini gagal dilakukan ventilasi, intubasi
endotrakeal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama
pemberian intake dicegah terjadinya asperasi. Dengan tindakan ini
dapat dicegah sekaligus mengatasi asfeksia sehingga memperkecil
kematian bayi BBLR (DepkesRI, 2008)
H. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan
yang terfokus pada:
1. Pengkajian
2. Interpretasi data
3. Diagnosa/masalah potensial
4. Kebutuhan tindakan segera
5. Rencana asuhan kebidanan
6. Implementasi/pelaksanaan
7. Evaluasi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien secara keseluruhan. Bidan dapat
melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus
menggunakan format pengkajian yang terstandar agar
pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relevan.
25
Pengkajian data dibagi menjadi:
Data subjektif
Data objektif
a. Data subjektif
Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan
anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka
mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada keluarga pasien. Bagian penting dari
anamnesa adalah data subjektif pasien bayi baru lahir yang
meliputi: biodata/identitas bayi, ibu dan ayah pasien; riwayat
kehamilan; riwayat penyakit; kebiasaan ibu waktu hamil;
riwayat persalinan; keadaan BBL; riwayat pemberian nutrisi.
b. Data objektif
Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda–tanda vital; dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan
cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Pemeriksaan fisik meliputi: pemeriksaan keadaan umum pasien;
kesadaran pasien; tanda vital; kepala dan wajah (kepala, muka,
ubun-ubun, sutura, mata, hidung dan telinga); gigi dan mulut
(bibir, gigi dan gusi); leher; dada; abdomen; punggung;
ekstremitas (ekstremitas atas dan bawah); genetalia; anus, kulit,
neurologis, reflek, antropometri, eliminasi.
Sedangkan pemeriksaan penunjang dapat diperoleh melalui
pemeriksaan laboratorium (kadar Hb, hematokrit, leukosit,
golongan darah), rontgen dan sebagainya.
2. Interpretasi data
Interpretasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa,
masalah dan kebutuhan pasien pada bayi baru lahir berdasarkan
26
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa dapat didefinisikan, masalah tidak.
Pada langkah ini mencakup :
1. Menentukan keadaan normal.
2. Membedakan antara ketidaknyamanan dan kemungkinan
komplikasi.
3. Identifikasi tanda dan gejala kemungkinan komplikasi.
4. Identifikasi kebutuhan.
Interpretasi data meliputi:
Diagnosa kebidanan
Masalah
Kebutuhan
Diagnosis kebidanan
Diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar Nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan, yaitu :
1. Diakui dan telah di di sahkan oleh profesi.
2. Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan.
3. Memiliki ciri khas kebidanan.
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Masalah
Masalah dirumuskan bila bidan bila menemukan kesenjangan
yang terjadi pada respon bayi baru lahir. Masalah ini terjadi belum
termasuk dalam rumusan diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut
27
membutuhan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah
diagnosa. Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari
keluarga pasien, ditunjang dengan data dasar baik subjektif maupun
objektif.
8. Diagnosa/ Masalah Potensial
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi
permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada.
9. Kebutuhan Tindakan Segera
Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan bayi secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan berdasarkan kondisi klien.
10. Rencana asuhan kebidanan
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah
sebelumnya. Jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa dilengkapi.
Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin.
Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari
pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan
pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan keluarga
pasien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan
kesepakatan antara bidan dan keluarga pasien ke dalam informed
consent.
11. Implementasi
28
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
bersama–sama dengan klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan
dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang
tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.
Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
12. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
telah diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang
diidentifikasi saat merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui
keberhasilan asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara
lain: tujuan asuhan kebidanan; efektifitas tindakan untuk mengatasi
masalah; dan hasil asuhan kebidanan.
I. MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT VARNEY.
1. Pengertian
Menejemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien.
Menejemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan
yang utuh dan menyeluruh dari kepada klien nya,yang suatu proses
menejemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas mulai tahapan-tahapan dan langkah-
langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan
data,memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan
tindakan klinis yang dilakukan dengan tepat,efektif dan efisien.
29
2. Standar 7 standar langkah varney
Langkah 1: pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumberyang berkaitan dengan kondisi
klien untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
a.Anamnesa
b.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital
c.Pemeriksaan khusus
d.Pemerisaan penunjang bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan dengan dokter dalam penatalaksanaan maka bidan
perlu melakukan konsultasio dan kolaborasi dengan dokter.tahap
ini merupakan awal yang akan menentukan langkah
selanjutnya,sehingga kelengkapan data sesuai dangan kasus yang
dihadapi akan menentukan proses interpretrasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya,sehingga dalam pendekatan ini harus
yang berkonferhensip meliputi data subyektif,obyektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/masukan
klien yang sebenarnya dan valid.kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat,lengkap dan akurat.
Lankah II: merumuskan diagnosa/masalah
Pada masalah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi data yang akurat yang telah
dikulmpulkan.data yang telah sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.rumusan diagnosa dan masalah keduanya karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosan tetapi tetap membutuhkan
penangan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
30
Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah
diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Langkah III : Mengantisipasi diagnosa/ masalah kebidanan.
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/ masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan
dituntut untuk mampu menmgantisipasi masalah potensial tidak hanya
merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial
tidak terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan /
dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan. Jadi, pelaksanaan bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam
melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/ kebutuhan
yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang
perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/ masalah potensial
pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
emergency / segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya.
Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, kolabirasi atau yang bersifat rujukan.
31
Langkah V : Merencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
teridentifikasi atau diantisipai. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lenkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien
ataun dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap bayi tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi- kultural atau masalah psikologi.
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan ini harus rasional dan
benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman
dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksannaannya. Dalam kondisi dimana
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan
bersama yang menyeluruh tersebt. Pelaksanaan yang efisien akan
32
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan darin asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua
langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi.
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
BY.NY. H UMUR 2 HARI BBLR DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
Tanggal masuk : 2 Desember 2012 Jam: 01.25 WIB
No RM : 259419
I.PENGKAJIAN
A.DATA SUBYEKTIF
1.Identitas Bayi
Nama :By Ny.H
Umur : 2 Hari
Tanggal Lahir :2 Desember 2012
2.Identitas orang tua:
IBU AYAH
Nama :Ny.H Tn.H
Umur :25 Tahun 30 Tahun
Agama :Islam Islam
Pendidikan :SMP SMA
34
Pekerjaan :IRT Swasta
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat :Pituruh RT 001/RW 002,Pituruh -
Telp : - -
2.Anamnesa
a.)Riwayat kehamilan
G 2 P1 A0 AH 1
UK: 32 Minggu
b.Frekuensi ANC : 5X
c.Imunisasi TT : 1X
d.Kenaikan BB Hamil : 6 kg
e.Kejadian waktu hamil : Tidak ada
b.Riwayat penyakit :
Ibu mengatakan anak/keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti
TBC,Hepatitis ,Herpes ,Jantung ,Asma,dll
C.Kebiasaan waktu hamil:
a.)Nutrisi : Makan Minum
Frekuensi : ±2-3x/hari ±6-8x/hari
Jenis : Nasi,Sayur,Lauk Air Putih
Jumlah : 1 porsi habis 1 gelas belimbing
35
b.)Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan
apapun selama hamil.
c.)Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok selama hamil.
d.)Lain-lain : -
d.)Riwayat Persalinan :
a.Lama kala I : Tidak terkaji
b.Lama Kala II : Tidak terkaji
c.Warna air ketuban : Jernih
d.Jumlah air ketuban : Tidak dikaji
e.Jenis Persalinan : Spontan
f. Penolong : Bidan
g. Dengan Tindakan : -
h. Atas indikasi : -
i. Komplikasi : -
j. Jam/tgal lahir : 2 Desember 2012/01.25
k. Jenis Kelamin : Laki-laki
e.)Keadaan BBL
a.)BB/PB :1700 gram/41 cm
b.)Caput : -
c.) Nilai APGAR: 5/7/7
36
Kriteria 0-1 menit 1-5menit 5-10 menit
Denyut jantung 1 2 2
Pernafasan 1 2 2
Tonus otot 1 1 1
Reflek 1 1 1
Warna kulit 1 1 1
Total 5 7 7
f.)Frekuensi pemberian nutrisi
ASI/PASI : ASI
Frekuensi :Diberikan setiap 2 jam sekali dengan sonde
B.DATA OBYEKTIF
1.Pemeriksaan Umum :
KU :Lemah
Kesadaran :Compos Mentis
BB/PB :1700gr/41cm
Vital Sign :N:148 x/Menit, R:64 X/Menit, S:36,5°C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala :Mesocephal
Muka :Simetris
Ubun-ubun :Tidak bengkak,belum menutup,tidak hematom
Sutura :Terpisah
Mata :Konjungtiva merah muda,sklera putih
37
Hidung :Pernafasan cuping hidung tidak ada
Bibir :Tidak ada labiopalatokisis
Telinga :Simertis,Tanda infeksi (-)
Leher :Tidak bengkak,tidak ada benjolan
Dada :Puting (+),Bunyi nafas normal,Bunyi jantung normal,Retraksi
dada (+),palpasi Normal
Perut :Bentuk normal,penonjolan tali pusat saat menangis ( – )
Abdomen :Supel,Bising usus normal
Punggung :Tidak ada pembengkakan,tidak ada cekungan
Genetalia : Laki-laki :dua testis dalam skrotum (+) ,penis berlubang,
skrotum belum banyak lipatan, testis belum turun.
Anus : adanya anus, berlubang, terbuka
Ekstermitas : Pergerakan tidak aktif, warna kulit kemerahan,
pembengkakan/bercak hitam (-), tanda lahir tidak ada.
Neurologis : Tidak kejang, tanda meningeal tidak ada
3. Reflek
Reflek moro : (+), Bayi dapat dikagetkan.
Reflek rooting : (+), Bayi dapat mencari sumber sentuhan.
Reflek walking : (+), Bayi dapat menapak.
Reflek graps : (+), bayi dapat menggenggam.
Reflek sucking : (+ ),Reflek menghisap kurang baik
Reflek tonic neck : Tidak dikaji
38
4. Antropometri
Lingkar kepala : 29 cm
Lingkar Dada : 29 cm
Lingkar perut : 28,5 cm
5. Eliminasi
Miksi : (+)
Defekasi : (+)
II. INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa Kebidanan
By. Ny. H umur 2 hari jenis kelamin laki-laki, BBLR,KB,SMK
Data Dasar
Do :
a. KU : Lemah, Kesadaran : Compos Mentis.
b. APGAR score : 5/7
c. Vital Sign: Nadi : 148x/menit. Suhu : 36,5°C, R: 64x/menit.
d. BB : 1700 gr / PB : 41 cm
e. LK,LD /LP :29 cm/29cm/28,5cm
f. LILA : 6 cm.
g. UK : 32 mg.
DS :
a. Ibu mengatakan anaknya lahir spontan.
b Ibu mengatakan anaknya lahir pada tanggal 2 Desember 2012.
c. Ibu mengatakan bayinya prematur.
A. Masalah
Bayi baru lahir dengan BBLR spontan, KB, SMK
39
B. Kebutuhan
Perawatan pada bayi BBLR
III. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Ikterus Neonaturus
2. Infeksi Neonatus
3. Hipotermi
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
1. Melakukan HAIKAL sebagai langkah awal resusitasi.
2. Memberikan injeksi vit. K sebagai antisipasi agar tidak terjadi
perdarahan dan salep mata gentamicin 0,1% untuk pencegahan infeksi.
3. Melakukan pencegahan ikterus neonaturum dengan memberikan ASI
yang adekuat dan potensial terhadap ikterus neonaturum karena fungsi
hati belum sempurna.
4. Melakukan pencegahan infeksi neonaturum dangan cara cuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi, melakukan prosedur tindakan
secaran steril, melakukan perawatan tali pusat.
5. Melakukan pencegahan hipotermi karena semua bayi BBLR sangat
rentan terhadap lingkungan panas karena kemampuan mereka untuk
menghasilkan panas terganggu oleh imaturitas dan lemak bawah kulit
bayi masih tipis. Kondisi ini dapoat dicegah dengan pemakaikan
baju,popok, sarung tangan dan kaki, topi serta membedong bayi.
Adapun dengan memasukkan bayi ke dalam inkubator dengan suhu
350C.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi.
V. PERENCANAAN Tgl 4 Desember 2012, jam 12.00 WIB
1. Observasi KU dan TTV.
2. Melakukan KMC.
40
3. Jaga kehangatan bayi.
4. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi.
6. Pantau reflek-reflek bayi dan perawatan tali pusat
7. Observasi eliminasi
8. Melakukan pencegahan infeksi
9. Penuhin pola istirahat bayi
V. PELAKSANAAN Tgl 4 Desember 2012, jam 12.15 WIB
1. Melakukan pemeriksaan dan observasi pada bayi tiap 6 jam dengan
mengukur suhu, nadi, dan respirasi 1 menit penuh.
2. Melakukan metode KMC bertujuan untuk menghangatkan bayi dan
meningkatkan berat badan bayi.
3. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju bayi, sarung tangan
dan kaki, kemudian menaruh bayi kedalam Inkubator bayi dengan suhu
35ºC dan dirawat terpisah dengan ibunya, hal ini dilakukan karena bayi
baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya.
4. Memberikan nutrisi yang adekuat dengan memberikan ASI melalui
sonde sebanyak 1-2 cc/2 jam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi.
Memasang infuse D10% sebanyak 8 TPM
Memasang headbox 6 liter/mnt
Injeksi Vicillin 2x85 mg.
Gentamicin 1x7,5 mg
6. Memonitor reflek bayi
7. Mengobservasi BAB dan BAK bayi, konsistensi, jumlah dan warna
setiap 3 jam sekali atau setiap kali bayi menangis melakukan
pengecekkan Apakah bayi BAK atau BAB.
41
8. Melakukan pencengahan infeksi dengan cara cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, lakukan prosedur tindakan secara steril.
9. Memenuhi pola istirahat bayi di tempat yang tenang agar bayi merasa
nyaman.
VII. EVALUASI Tgl 4 Desember 2012, jam 12.30 WIB
1. KU : Lemah
TTV : Nadi: 148x/menit, Respirasi: 64x/menit, Suhu: 36,50C.
Tali pusat di tutup dengan kassa,perdarahan tali pusat(-),tanda infeksi(-)
2. KMC belum dilakukan karena KU bayi lemah dan bayi masih
terpasang infuse.
3. Kehangatan bayi telah terjaga dengan memakaikan baju bayi, sarung
tangan dan kaki, dan kemudian menaruh bayi kedalam Inkubator bayi
dengan suhu 35 ºC dan dirawat terpisah dengan ibunya.
4. Bayi telah di beri ASI setiap 2 jam.
5. Terapi telah di berikan
6. Hasil monitor Reflek:
Reflek Reflek moro : (+), Bayi dapat dikagetkan.
Reflek rooting : (+), Bayi dapat mencari sumber sentuhan.
Reflek walking : (+), Bayi dapat menapak.
Reflek graps : (+), bayi dapat menggenggam.
Reflek sucking : (+), reflek hisap bayi lemah
Reflek tonic neck : Tidak dikaji.
7. Bayi sudah BAK 2x, warna kuning jernih, jumlah normal, bau khas
urine. Bayi sudah mengeluarkan mekonium 4x.
8. Pencengahan infeksi telah dilakukan dengan cara cuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi, lakukan prosedur tindakan secara steril
9. Bayi tampak tidur tenang, kadang terbangun jika BAK atau ingin
menyusu.
42
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2
Tanggal 5 Desember 2012, jam 08.00 WIB.
S :
- Ibu mengatakan melahirkan anaknya secara spontan tgl 2 desember
2012,jam 01.25WIB.
- Ibu mengatakan melahirkan bayi Laki-laki tgl Desember 2012, jam
01.25 WIB.
O :
- KU : Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
- Vital Sign :N:151X/menit,Respirasi:72X/menit,S:36,5°C,
- Nutrisi : Bayi sudah diberi ASI/PASI
- Eliminasi : BAB 1x, BAK 4x.
- Abdomen : Tali pusat masih basah
- Kulit : turgor kulit masih buruk
A : Bayi Ny H umur 2 hari dengan BBLR.
P : : 1. Mengobservasi keadaan umum bayi
- Keadaan umum bayi lemah, nadi 148x/menit, Pernafasan
46x/menit,S:36,5°C
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
-Bayi sudah diberi ASI/PASI 1-2 cc/2 jam
3. Memantau reflek-reflek bayi
- Reflek :
43
Reflek moro : (+), Bayi dapat dikagetkan.
Reflek rooting : (+), Bayi dapat mencari sumber sentuhan.
Reflek walking : (+), Bayi dapat menapak.
Reflek graps : (+), bayi dapat menggenggam.
Reflek sucking : (+),Reflek menghisap kurang baik
Reflek tonic neck : Tidak dikaji
4. Melakukan KMC bertujuan untuk menghangatkan bayi dan
meningkatkan berat badan bayi
- KMC belum bisa dilakukan karena KU bayi masih lemah dan bayi
masih terpasang infus.
5. Memonitor tetesan infus dan berikan injeksi Vicillin 2x85 mg,
Gentamicin 1x7,5 mg
6. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju bayi, sarung tangan
dan kaki, topi,kemudian menaruh bayi kedalam Inkubator bayi dengan
suhu 35ºC dan dirawat terpisah dengan ibunya, hal ini dilakukan karena
bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya.
7. Memberikan nutrisi yang adekuat dengan memberikan ASI/PASI setiap
2 jam sekali
8. Mengobservasi BAB dan BAK bayi, konsistensi, jumlah dan warna
setiap 3 jam sekali atau setiap kali bayi menangis melakukan
pengecekkan. Apakah bayi BAK atau BAB.
9. Melakukan pencengahan infeksi dengan cara cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, lakukan prosedur tindakan secara steril.
10.Memenuhi pola istirahat bayi di tempat yang tenang agar bayi merasa
nyaman.
44
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3
Tgl 6 November 2012, jam 06.00 WIB.
S :
- Ibu mengatakan ini adalah persalinannya yang ke 1
- Ibu mengatakan melahikan anaknya secara spontan tgl 02 Desember
2012,jam 01.25WIB.
- Ibu mengatakan melahirkan bayi laki-laki tgl 02 Desember 2012, jam
01.25 WIB.
- Ibu mengatakan sudah memberikan ASI pada bayinya
O :
- KU : Lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- Nutrisi : Bayi sudah diberi ASI
- Eliminasi : BAB 3x, BAK 4x.
- Abdomen : Tali pusat masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Kulit : Turgor kulit baik
- TTV : N :152X/menit, R:77X/menit, S: 36,70C, BB:1.600 gram
- Terpasang Nasal Kanul 0,5-1 liter/menit
A : Bayi Ny H umur 3 hari dengan BBLR, KB, SMK
P : 1. Mengobservasi keadaan umum bayi
- Keadaan umum bayi lemah, nadi 152x/menit, Pernafasan
77x/menitS:36,7°C
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
3. Memantau reflek-reflek bayi.
45
- Hasil pemantauan Reflek :
Reflek moro : (+), Bayi dapat dikagetkan.
Reflek rooting : (+), Bayi dapat mencari sumber sentuhan.
Reflek walking : (+), Bayi dapat menapak.
Reflek graps : (+), bayi dapat menggenggam.
Reflek sucking : (+),Reflek menghisap kurang baik
Reflek tonic neck : Tidak dikaji
4.Melakukan KMC bertujuan untuk menghangatkan bayi dan
meningkatkan berat badan bayi.
5.Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju bayi, sarung tangan
dan kaki, todan kemudian menaruh bayi kedalam Inkubator bayi
dengan suhu 34ºC dan dirawat terpisah dengan ibunya, hal ini
dilakukan karena bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya.
6.Memonitor tetesan infus dan berikan injeksi Vicillin 2x85 mg,
Gentamicin 1x7,5 mg
7. Memberikan nutrisi yang adekuat dengan memberikan ASI
8.Mengobservasi BAB dan BAK bayi, konsistensi, jumlah dan warna
setiap 3 jam sekali atau setiap kali bayi menangis.
9. Melakukan pencengahan infeksi dengan cara cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, lakukan prosedur tindakan secara steril.
10. Memenuhi pola istirahat bayi di tempat yang tenang agar bayi merasa
nyaman.
46
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-4
Tgl 7 November 2012, jam 06.00 WIB.
S :
- Ibu mengatakan ini adalah persalinannya yang ke1
- Ibu mengatakan melahirkan anaknya secara spontan tgl 02 Desember
2012 ,jam 01.25WIB.
- Ibu mengatakan melahirkan bayi laki-laki tgl 02 Desember 2012, jam
01.25WIB.
- Ibu mengatakan sudah memberikan ASI pada bayinya
O :
- KU : Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
- Nutrisi : Bayi sudah diberi ASI
- Eliminasi : BAB 3x, BAK 4x.
- Abdomen : Tali pusat masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Kulit : turgor kulit baik
- TTV : N :140X/menit, R:40X/menit, S: 36,80c, BB:1.500 gram
- Terpasang nasal kanul 0,5-1 liter/menit.
Reflek : Reflek moro : (+), Bayi dapat dikagetkan.
Reflek rooting : (+), Bayi dapat mencari sumber sentuhan.
Reflek walking : (+), Bayi dapat menapak.
Reflek graps : (+), bayi dapat menggenggam.
Reflek sucking : (+ ),Reflek menghisap kurang baik
47
Reflek tonic neck : Tidak dikaji
A : Bayi Ny H umur 4 hari dengan BBLR, KB, SMK
P:
1. Mengobservasi keadaan umum bayi
- Keadaan umum bayi lemah, nadi 140x/menit, Pernafasan 40x/menit.
2. Melakukan KMC bertujuan untuk menghangatkan bayi dan meningkatkan
berat badan bayi.
- Bayi belum dapat dilakukan KMC karena KU masih lemah
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
4. Memantau reflek-reflek bayi
- Hasil pemantauan Reflek
Reflek : Reflek moro : (+), Bayi dapat dikagetkan.
Reflek rooting : (+), Bayi dapat mencari sumber sentuhan.
Reflek walking : (+), Bayi dapat menapak.
Reflek graps : (+), bayi dapat menggenggam.
Reflek sucking : (+ ),Reflek menghisap kurang baik
Reflek tonic neck : Tidak dikaji
5. Memonitor tetesan infus dan berikan injeksi vicilin 2x85 mg,
gentamicin 1x7,5 mg.
6. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju bayi, sarung tangan
dan kaki, kemudian menaruh bayi kedalam Inkubator bayi dengan suhu
34ºC dan dirawat terpisah dengan ibunya, hal ini dilakukan karena bayi
baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya.
48
7. Memberikan nutrisi yang adekuat dengan memberikan ASI
8. Mengobservasi BAB dan BAK bayi, konsistensi, jumlah dan warna
setiap 3 jam sekali atau setiap kali bayi menangis
9. Melakukan pencengahan infeksi dengan cara cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi, lakukan prosedur tindakan secara steril
10. Memenuhi pola istirahat bayi di tempat yang tenang agar bayi merasa
nyaman.
49
BAB 1V
PEMBAHASAN
Setelah kelompok kami melakukan asuhan kebidanan pada kasus Bayi
Baru Lahir Ny. H di ruang Perinatalogi rumah sakit Saras Husada pada bayi
baru lahir dengan BBLR preterm,penulis menemukan adanya perbedaan
maupun persamaan pada teori dan kasus yang penulis teliti dengan menerapkan
7 langkah manajement asuhan kebidanan yaitu sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian pada lagkah pertama ini dilakukan pada tanggal 4 Desember
2012 jam 12.00 WIB, dan bayi masuk ruang Perinatal pada tanggal 02
Desember 2012, jam 01.25WIB. pengkajian ini dilakukan dengan
mengumpulkan semua data yang dipelukan untuk mengevaluasi
keadaan secara lengkap yaitu biodata mencakup identitas
pasien,pemeriksaan fisik yang dilakukan penilaian terhadap usaha
bernafas,denyut jantung, warna kulit,tonus otot,reflek-reflek dengan
menggunakan skala APGAR. Pemeriksaan lanjutan dengan melakukan
penilaian secara sistematis dari kepala sampai ujung kaki untuk menilai
adanya kelainan atau cacat bawaan.
Setelah dilakukan pengkajian diRumah Sakit pada bayi Ny.H dapat
dilakukan pengkajian meliputi biodata,riwayat kesehatan,riwayat
persalinan,penilaian APGAR score serta pemeriksaan fisik.
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan dikarenakan dalam
melakukan pengkajian dilakukan secara terperinci seperti dalam teori
yang ada.
2. interpretasi Data
Pada langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi masalah dan diagnose spesifik yang sudah diidentifikasi data
50
masalah dan diagnose keduanya digunakan karena beberapa seperti
diagnosa masalah tidak dapat diselesaikan tetapi sungguh
membutuhkan penanggnan yang dibutuhkan dalam sebuah asuhan
terhadap pasien. Di lahan, pada bayi Ny H penulis menegangkan
diagnose kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR
Ds:
- ibu mengatakan melahirkan bayinya yang kedua dan belum
pernah keguguran
- Ibu mengatakan bayinya lahir spontan ditolong oleh bidan
pada tanggal 02 Desember 2012. Jam 01.25 WIB.
- Ibu mengatakan sudah memberikan nutrisi kepada bayinya
dengan ASI
- Ibu mengatakan kondisi bayinya Ny. H masih terlihat lemah
Do:
- Bayi Ny.H.umur hari dengan BBLR lahir pada tanggaL 02
Desember 2012 pukul 01.25WIB
- A/S : 5/7
- Vital Sign :
- Nadi :148x/Menit
- Respirasi :64x/Menit
- BB/PB :1700 gr/41 cm.
- LK/LD/LP:29 cm/29cm/28,5 cm
- LILA : 6 cm.
- Terdapat reflek morro [+] sedang ,rooting [+] l, sucking [+] ,
grapsing [+] , tonick neck [+], retraksi dinding dada [+] ,
lubang anus [+] turgor kulit sedang.
Setelah membandingkan antara teori dengan lahan tidak ada kesenjangan
3. Mengidentifikasi Diagnosa Potensial
51
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah dan diagnose
terbaru.Langkah ini membutuhkan antisipasi pencegahan segera agar
tidak terjadi hal-hal yang lanjut sepert ikterus neonatorum ,hiportermi
dan infeksi.
Dilahan penulis menggunakan diagosa potensial yaitu ikterus
neonatorum ,hipotermi dan infeksi atas dasar bayi dengan BBLR
biasanya mudah mengalami ikterus neonatorum karena fungsi hat
BBLR belum sempurna ,Dan juga kondisi Hipoglikemi apabila
kehangatan bayi tidak terjaga serta infeksi karena kondisi bayi yang
lemah
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan karena diagnosa
potensial penulis sesuai dengan teori yang ada
4. Antisipasi Tindakan Segera,Kolaborasi dan Konsultasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan /dokter untuk
ditangani lebih lanjut bersama dngan anggota Tim Kesehatan Yang lain
sesuai dengan kondisi pasien. Beberapa data mengidentifikasi yang
gawat bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan
jiwa ibu dan bayi. Dalam tindakan antisipasi penulis melaksanakan
kolaborasi dr.Sp.A untuk penegakan diagnose yang ada dilahan sama
dengan pemberian terapi untuk bayi.Penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dengan lahan karena dalam penegakan
diagnosa yang ada dilahan sama dengan yang ada dalam teori.
5. Perencanaan
Langkah ini merupakan kelanjutan menejement terhadap masalah atau
diagnose yang tidak diidentifikasi/antisipasi. Pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi, pada langkah
ini bidan merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
bersama klien ,kemudian membuat kesepakatan bersama klien sebelum
melaksanakannya.
Pada bayi Ny H penulis merencanakan :
1. Observasi KU dan TTV
52
2. Jaga kehangatan bayi
3. Penuhi kebutuhan nutrisi bayi
4. Pantau reflek-reflek bayi
5. Observasi eliminasi
6. Penuhi pola istirahat bayi
6. Implementasi
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Tindakan dilaksanakan berdasarkan prosedur langsung dilakukan
dengan cara efisiensi dan aman.
1. Mengobservasi KU dan TTV bayi tiap 6 jam dengan
mengukur suhu,nadi dan respirasi 1 menit penuh
2. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju bayi
hangat,sarung tangan,topi,dan menaruh bayi kedalam
inkubator bayi dengan rawat terpisah dengan ibunya, hal ini
dilakukan karena bayi baru lahir dapat kehilangan panas
tubuhnya.
3. Memberkan nutrisi yang adekuat dengan memberikan ASI
4. Memantau reflek-reflek bayi
5. Mengobservasi BAK dan BAB bayi,konsistensi, jumlah dan
warna setiap 3 jam sekali atau apabila bayi menangis
melakukan pengecekan apakah BAK atau BAB
6. Melakukan pencegahan infeksi dengan cara cuci tangan
sebelum dan sesudah megang bayi,isolasi bayi bila
perlu,lakukan prosedur tindakan secara steril
7. Memenuhi pola istirahat bayi ditempat yang tenang agar
bayi merasa nyaman
7. Evaluasi
Merupakan bagian dari proses asuhan kebidanan untuk melakukan
penelitian apakah asuhan kebidanan telah berhasil keseluruhan atau
belum sama sekali, dari hasil situasi ini menentukan sebagian rencana
asuhan kebidanan relevan diterapkan, dihentikan atau direvisi.
53
Berdasarkan evaluasi rencana asuhan kebidanan dituliskan dalam
catatan perkembangan menggunakan SOAP yang terdiri dari empat
bagian yaitu data subyektif,obyektif,assessment dan planning.
Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan diatas,evaluasi yang diperoleh
adalah:
1. Ku : Lemah
R : 46x/menit
Nadi : 148x/menit
Suhu : 36,5°C
2. Bayi sudah diberikan ASI
Reflek bayi [+] dan tali pusat dibiarkan terbuka agar
kering,perdarahan,[-],tanda infeksi [-]
Bayi sudah BAK 4x/ hari,warna kuning jernih,jumlah
normal,bau khas
Bayi tampak tidur tenang,kadang terbangun jika buang air/
ingin menyusu atau karena BAB/BAK
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selain melakukan dan melaksanakan pengkajian asuhan kebidanan pada
bayi Ny H umur 1-3 hari dengan BBLR di rumah sakit Saras Husada
Purworejo, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Pada kasus bayi Ny H .umur 25 tahun dengan BBLR dengan berat
badan 1700 gram didapat pengkajian KU sedang,menangis spontan dan
warna kulit kemerahan dan reflek pada bayi baik
2. Penyebab bayi BBLR dengan berat 1700 gram dikarenakan bayi
mengalami fetal distress
3. Penanganan yang dilakukan pada bayi Ny. H agar tidak terjadi diagnose
potensial yaitu:
Menjaga kondisi bayi tetap stabil dengan memberikan asi yang adekuat
untuk mencegah terjadinya ikterus neonatrius karena kondisi hati bayi
yang lemah, menjaga kehangatan memasukan bayi kedalam Inkubator
bayi
4. Setelah melaksanakan tindakan sesuai dengan standart asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR dan melakukan observasi,
maka hasil evaluasi yang didapat yaitu bayi Ny. H .mengalami
prerkembangan yang sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan pada terakhir
pengkajian pada bayi Ny H dalam keadaan compos mentis,reflek
baik,vital sign dalam keadaan normal.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa
Dalam melaksanakan praktek klinik kebidanan II, mahasiswa akademi
kebidanan DIII Stikes Alma Ata Yogyakarta diharapkan mampu
memberikan asuhan kebidana pada neonatus patologis maupun
55
fisiologis dengan pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan 7
langkah Varney dalam memberikan asuhan yang didasari dengan
konsep, sikap, dan keterampilan serta rasa kasih sayang.
2. Untuk pemerintah dan seluruh tenaga kesehatan
Dalam memberikan asuhan kebidanan dan keperawatan bayi baru lahir
dengan BBLR sudah baik dan komprenshif sehingga dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi akibat BBLR.
3. Untuk keluarga
Diharapkan untuk memperhatikan persiapan keluarga dalam perawatan
bayi pasca perawatan bayi di rumah sakit dapat terjaga kondisinya.
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F. Gary, et all., 2005.Obstetric Wiliam Edisi 21. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Manuaba, I.B.G, et all., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan RI, 2005, Buku Acuan Pelayanan Pelatihan,
Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Essensal Dasar, Jakarta.
4. Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
57