presus ika ss pembimbing dr. bagus sulistyo budhi, spkj. mkes
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh:
Ika Srihaningsih Susanti
1102002128
Pembimbing:
dr. Bagus Sulistyo Budhi, Sp.KJ.Mkes
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2014
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat / Tanggal Lahir :Banda Aceh, 10 September 1988
Usia : 25 tahun
Suku bangsa : Batak
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMK
Pekerjaan : TNI Angkatan Darat
Alamat rumah : Jl. Medan Alur Langsa, Banda Aceh
Status Pernikahan : Belum menikah
Tanggal Masuk RSPAD : 31 Januari 2014
Diantar oleh : Kesatuan
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesa : 20 Februari 2014
Autoanamnesa : 17-18 Februari 2014
A. Keluhan Utama
Autoanamnesa:
Pasien sering tidak bisa tidur karena mendengar bisikan – bisikan yang sangat
mengganggunya.
Keluhan Tambahan
Autoanamnesa:
Pasien mengaku kepalanya sakit seperti terkena bara api dan telinga kirinya sakit.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Alloanamnesis dengan ibu pasien saat berkunjung ke pav amino pada
tanggal 20 Februari 2014, pasien sering menyendiri dan sering melamun namun
tidak pernah bercerita kepadanya apa yang sedang dirasakan.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
2
Menurut teman dari kesatuan pasien dibawa karena tidak mau makan dan
minum serta tidak merespon saaat dipanggil kadang hanya merespon dengan
menggelengkan kepala atau menjawab tidak tahu, Buang air besar ditempat tidur
dengan posisi pasien tampak kaku dan dipertahankan berjam – jam.
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014.Pasien mengaku
bahwa menurut temannya, pasien diam saja, tidak mau berbicara, setelah itu
pasien dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto oleh kesatuannya. .
Pasien mengaku sering tidak dapat tidur dan gelisah saat malam hari.
Pasien juga mengaku sering mendengar suara bisikan yang menyuruhnya pergi
dan suara yang mengatakan bahwa dia lumpuh, namun pasien tidak mengenal
suara bisikan tersebut. Suara – suara tersebut sering terdengar saat pasien berdiam
diri dan akan tiduran, namun pasien mengatakan jika pasien terbangun dan
melakukan aktivitas suara – suara tersebut tidak begitu terdengar. Pasien juga
mengaku ketakutan jika berada di keramaian dan juga merasa ada yang akan
mengeroyoknya. Pasien juga mengatakan badannya masih terasa pegal dan
terkadang masih terasa kaku.
Pasien mengaku sejak dirawat di paviliun Amino, pasien minum obat
secara teratur dan tepat waktu. Keinginan pasien saat ini adalah ingin kembali
bekerja sebagai tentara.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pertama kali pasien dirawat di paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto
pada tahun 2012 selama ± 3 minggu karena menurut temannya jika ditanya,
pasien tidak menjawab, hanya diam saja dan sering menyendiri. Saat bertugas di
Gorontalo pada tahun 2011 selama 7 bulan, pasien mulai sering
menyendiri.Salah seorang teman pasien memberitahu keluarga pasien tentang
kondisi yang dialami pasien yaitu pasien masih sering menyendiri.
Pasien pernah mendapat masalah karena temannya berkelahi dengan
penduduk di gorontalo dan pasien juga ikut di tangkap oleh polisi militer dan
dipenjara selama 11 hari sebagai saksi, namun pasien tidak mau menceritakan
masalah tersebut kepada keluarganya.Pasien kurang dekat dengan orangtuanya
namun pasien dekat dengan kakak perempuannya dan sering bercerita tentang
pengalaman selama hidupnya.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
3
Saat kedua kali dirawat di paviliun Amino pada tahun 2013 selama 2
minggu, pasien mengaku karena tidak bisa tidur dan mendengar suara – suara
ditelinganya.
2.Riwayat Medik Umum
Pasien menderita otitis media akut sinistra
3.Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien adalah perokok dan tidak mengkonsumsi alkohol atau narkotika.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien dilahirkan cukup bulan yaitu 9 bulan di rumah dan dibantu oleh
seorang dukun beranak. Pasien dilahirkan normal dengan berat badan cukup,
namun tidak didapatkan informasi akurat mengenai berat badan dan panjang
tubuh saat dilahirkan dikarenakan ibu pasien tidak mengingatnya.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien mendapatkan ASI sejak dilahirkan hingga usia 1 tahun.Pasien
mulai bisa berjalan saat usia 1 tahun. Pasien sudah bisa makan sendiri pada
usia kurang lebih 1-2 tahun sehingga tidak lagi diberikan ASI.Pasien lebih
dekat dengan kakak perempuannya.Selama masa kanak-kanak pasien tidak
pernah mengalami permasalahan.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Saat bersekolah ditingkat Dasar dan Menengah Pertama pasien bisa
mengikuti seluruh pelajaran dengan baik, pasien pernah mendapat rangking 5
saat kelas 5 SD dan juga tidak pernah tinggal kelas.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Teman pasien hanya sedikit dan pasien belum pernah memiliki seorang
kekasih dan tidak pernah ada teman perempuan yang main ke rumahnya.
5. Masa dewasa
a.Riwayat Pendidikan
Pasien lulus dan tidak pernah tinggal kelas selama sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama, pasien pernah tidak lulus saat duduk di kelas 3
STM namun tetap melanjutkan dan lulus pada tahun berikutnya, pasien
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
4
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Pendidikan Angkatan Darat
pada tahun 2007 di Banda Aceh.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang Tentara Angakatan Darat yang ditempatkan di
Bogor sejak tahun 2008 hingga tahun 2014. Pada tahun 2011 pasien pernah
ditugaskan di Gorontalo selama 7 bulan kemudian kembali bertugas di
Bogor. Pasien mengaku sangat senang dengan pekerjaannya sebagai tentara.
c. Riwayat Pernikahan / Psikoseksual.
Pasien belum menikah dan belum pernah melakukan hubungan seksual.
d. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam dan mengaku menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien pernah dipenjara selama 11 hari di Gorontalo karena untuk
menjadi saksi teman dekatnya yang terlibat perkelahian dengan penduduk
setempat.
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara, pasien memiliki
satu kakak kandung laki-laki, dua kakak kandung perempuan dan dua adik
kandung perempuan. Menurut alloanamnesis dari ibu pasien, pasien tidak dekat
dengan orangtua dan tidak pernah bercerita kepada orangtuanya, namun pasien
sering bercerita kepada kakak perempuannya.
Walaupun pasien merupakan anak yang cenderung pendiam dan tidak
banyak berbicara namun menurut ibunya, pasien adalah seorang anak yang
penurut, rajin, dan sering membantu orangtuanya. Ibu pasien mengatakan bahwa
pasien tidak mempunyai gangguan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Pasien juga tidak pernah bertengkar dengan saudara-saudaranya. Tidak ada
riwayat keluarga yang memiliki gangguan kejiwaan sebelumnya.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
5
GENOGRAM
Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
Pasien
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien sudah bisa di ajak berkomunikasi. Selama di bangsal,
pasien mengurus dirinya dengan baik. Pasien cukup merawat dirinya dengan baik.
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit.
G. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungan
Pasien merasa nyaman dilingkungan Paviliun Amino tetapi pasien ingin
segera pergi untuk bertugas kembali.
Persepsi keluarga tentang diri pasien
Menurut ibu pasien, pasien adalah seseorang yang pendiam, jarang
bercerita mengenai masalah yang dihadapinya dan cenderung memendamnya
seorang diri, pasien berteman dengan beberapa orang kerabat dekatnya namun
jarang bermain bersama-sama dalam kurun waktu yang sering. Pasien
mempunyai hubungan yang baik dengan saudara-saudaranya.
Mimpi, fantasi dan nilai-nilai
Dari autoanamnesa didapatkan pasien bercita-cita ingin menjadi tentara
dan senang karena cita-citanya tercapai. Pasien ingin sekali kembali bertugas di
Bogor.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
6
III. STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014
A. Deskripsi Umum
1.Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 25 tahun dengan penampilan
sesuai dengan usia, tinggi 165 cm, kulit berwarna sawo matang, rambut
pendek dengan kerapihan dan perawatan diri cukup. Pasien menggunakan
kaos warna kuning hijau, celana panjang berwarna biru serta memakai alas
kaki saat berjalan. Pasien berjalan dengan baik dan normal.
2. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Secara umum perilaku pasien tampak diam. Selama wawancara pasien
duduk dengan tenang. Pasien memiliki konsentrasi yang cukup saat
diwawancarai.
3. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan volume suara pelan, irama teratur dan
pengucapan jelas. Isi pembicaraan dapat dimengerti, pasien kooperatif
terhadap pemeriksa.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif saat diajukan pertanyaan dan pasien mau
menjawab pertanyaan yang diberikan.
B. Alam Perasaan
Mood dan Afek
Mood : Eutimik
Afek : Luas
Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Auditorik
D. Fungsi Intelektual
1. Inteligensi dan kemampuan informasi
Pasien dapat menjawab tahun berapa saat ini, siapa presiden RI saat
ini,wakil presiden RI saat ini serta gubernur dan wakil guberniur propinsi DKI
Jakarta saat ini.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
7
2. Orientasi
Waktu : pasien dapat membedakan waktu saat pagi, siang dan malam,
namun pasien tidak dapat mengetahui tanggal dan hari.
Tempat : baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RSPAD
Gatot Soebroto.
Orang : baik, pasien dapat mengetahui yang mana pemeriksa, perawat,
dan keluarganya di bangsalnya.
3. Daya Ingatan
Jangka panjang : baik, pasien dapat mengingat tanggal lahir dan nama-
nama kakak dan adiknya serta orang tuanya.
Jangka sedang : baik, pasien dapat mengingat aktivitas yang
dilakukannya selama berada di bangsal seminggu
terakhir.
Jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat menu makan sore
sebelum wawancara.
Jangka segera : baik, pasien dapat mengulang kata-kata yang
disebutkan pemeriksa dengan baik dan berurutan.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Pasien tidak dapat menghitung dengan benar 100-7 dan tidak dapat
menjawab pengurangan berikutnya dengan benar.
5.Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca sebuah kalimat yang ditulis oleh pemeriksa.
Pasien mau menulis nama lengkap dan alamatnya sendiri.
6.Kemampuan Visuospasial
Pasien mampu memngambarkan jam berbentuk lingkaran.
8. Kemampuan menolong diri sendiri
Pasien mampu melakukan aktifitas mandi, makan dan menganti pakain
dengan baik.
.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
8
E. Pikir
1. Proses Pikir
Koheren
2. Isi Pikir
Waham kejar
F. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, pasien dapat mengendalikan diri dengan
berperilaku baik dan sopan serta kooperatif saat dilakukan wawancara.
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial
Pasien kooperatif, sopan terhadap pemeriksa dan perawat serta teman –
temannya di bangsal.
2. Penilaian realita
Terganggu
H. Tilikan
Derajat 1 pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum, keterangan yang didapat dari autoanamnesa dan
alloanamnesa dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : kompos mentis
Tensi : 120 / 80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Frekuensi nafas : 20 x / menit
Tinggi badan :165 cm
Berat badan : 60 kg
Sietem kardiovaskular : dalam batas normal
Sistem respirasi : dalam batas normal
Sistem gastrointestinal : dalam batas normal
Sistem ekstremitas : dalam batas normal
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
9
B.Status Neurologik
GCS : E4 M6 V5
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13,3 13 – 18 g/dL
Hematokrit 40 40 – 52%
Eritrosit 4.7 4.3 – 6 juta/uL
Leukosit 13.640 4800 – 10800 /uL
Trombosit 216.000 150000 – 400000 /uL
MCV 86 80 – 96 fL
MCH 29 27 – 32 pg
MCHC 33 32 – 36 g/dL
Kimia Klinik
SGOT (AST) 33 <35 U/L
SGPT (ALT) 14 <40 U/L
Kolestrol Total 188 <200mg/dL
Trigliserida 169 < 160 mg/dL
Kolesterol HDL 46 >35 mg/dL
Kolesterol LDL 108 <100 mg/dL
Ureum 31 20 - 50 mg/dL
Kreatinin 1.0 0.5 – 1.5 mg/dL
Glukosa Darah (Puasa) 63 <140 mg/dL
VI. IKTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien, laki-laki, berinisial Tn. S berusia 25
tahun, beragama Islam, dengan pendidikan terakhir SMK, bekerja sebagai tentara
yang ditempatkan di Bogor, dengan status belum menikah, datang ke rumah sakit
diantar oleh kesatuan pada tanggal 31 Januari 2014 dengan keluhan diam saja tidak
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
10
mau berbicara dan tidak tidur pada malam hari karena sering mendengar bisikan –
bisikan.
Berdasarkan STATUS MENTAL, Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia
25 tahun dengan penampilan sesuai dengan usia, tinggi 165 cm, kulit berwarna sawo
matang, rambut pendek, dengan kerapihan dan perawatan diri cukup.
Secara umum perilaku pasien tampak normal.Selama wawancara pasien
duduk dikursi dengan tenang. Pasien menggunakan kaos warna hijau kuning, celana
panjang berwarna biru serta memakai alas kaki saat berjalan.Pasien berjalan dengan
baik dan normal.Pasien memiliki konsentrasi yang cukup saat diwawancarai.
Mood eutimik (suasana perasaan dalam rentang normal, tidak adanya mood
yang tertekan), afek luas (kondisi dimana irama emosional adalah harmonis dengan
gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai). Pembicaraan sopan, volume
suara pelan, dan artikulasi cukup. Pada persepsi pasien tidak memiliki riwayat
halusinasi visual, olfaktorik, gustatorik, dan taktil, namun memiliki halusinasi
auditorik. Proses pikir koheren dan waham kejar pada isi pikiran. Pasien memiliki
orientasi yang cukup baik.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Pada pasien ditemukan adanya pola perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan distress
(penderitaan) dan disability (hendaya) dalam beberapa fungsi psikososial dan
pekerjaan.Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan
jiwa.
Gangguan ini merupakan gangguan mental non-organik karena tidak ditemukan
adanya gangguan kesadaran dan kognitif, pasien juga tidak berada dalam pengaruh
zat psikoaktifdan alkohol, sehingga diagnosa gangguan mental organik dan gangguan
mental akibat zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Dari anamnesa dan pemeriksaan didapatkan bahwa pasien dicurigai gangguan kearah
Skizofrenia Paranoid (F20.0). Gangguan pasien telah terjadi selama 3 tahun, dengan
halusinasi auditorik, dan merasa ada yang akan mengeroyoknya, sehingga
berdasarkan PPDGJ III diagnosis untuk aksis I adalah F20.0 Skizofrenia Paranoid.
Aksis II
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
11
Belum ditemukan data yang cukup bermakna untuk menentukan suatu gangguan
kepribadian, butuh didalami lebih lanjut, oleh karena itu belum ada diagnosis untuk
Axis II.
Aksis III
Otitis Media Akut Sinistra
Aksis IV
pada pasien untuk aksis IV ditemukan adanya masalah berkaitan dengan
pekerjaannya, pernah ditangkap dan dipenjara selama 11 hari.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assesment of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ IIIdidapatkan pada Aksis V GAF pada saat ini
adalah 60-51.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : (Menurut PPDGJ III) F20.0Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Tidak ditemukan penyakit-penyakit yang dapat menimbulka gg jiwa.
Aksis IV : Masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yg pernah tersangkut kasus
hokum. Kurangngnya informasi tentang penyakit yang diderita pasien dan kepatuhan
dalam minum obat.
Aksis V : GAF saat ini 60-51
IX. DAFTAR PROBLEM
Psikologik
Mood :Eutimik
Afek :Luas
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik
Proses Pikir : Koheren
Isi pikir : Waham kejar
Tilikan : Derajat 1, RTA terganggu
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam :ad bonam
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
12
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
XI. TERAPI
a. Farmakologis
- Risperidon 2 x 2 mg
- Clozapine 2x 25 mg
b. Nonfarmakologis
Terhadap pasien:
Psikoterapi suportif: untuk membina hubungan, menunjukan empati dan
reassurance, dimana terapis ikut terlibat dan berperilaku aktif, berempati dan
memberikan perhatian pada pasien, menerima pasien tanpa menghakimi,
mensupport usaha adaptif pasien, dan menghormati pasien sebagai manusia
seutuhnya. Mengembalikan pasien pada fungsi optimal terutama dalam
kehidupan sosioekonomi, minimal pasien dapat mengendalikan emosi dan
melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
Terhadap keluarga:
Psikoedukasi mengenai :
a. Penyakit pasien
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif
mengenai penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-faktor yang
memberatkan, dan bagaimana cara pencegahan. Sehingga keluarga bisa
menerima dan mengerti keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan
mencegah kekambuhan.
b. Terapi yang diberikan
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
dimana diterangkan mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien serta
efek samping yang mungkin muncul pada pengobatan. Selain itu juga
ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur
sehingga diharapkan keluarga turut serta dan bekerja sama dalam
berjalannya program terapi.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
13
XII. DISKUSI
Pada pasien ditemukan adanya pola perilaku dan alam pikir yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability)
dalam fungsi pekerjaan dan sosial, dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan status mental pasien didapatkan
adanya gangguan sering menyendiri selama 3 tahun, adanya gejala berupa halusinasi
auditorik yaitu mendengar suara bisikan yang menyuruhnya melakukan sesuatu dan
waham kejar yaitu merasa ada yang akan mengeroyoknya. Oleh karena itu,
berdasarkan PPDGJ III, diagnosis untuk aksis I adalah F20.0, yaitu Skizofrenia
Paranoid.
Informasi klinis yang sistematis menyediakan pedoman yang pasti tentang
klasifikasi gangguan-gangguan psikotik yang terdapat pada diri pasien yaitu :
1. “Thought echo” isi pikiran dirinya sendiri yang beruang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda
2. “Delution of passivity” waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar (“dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau
anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
3. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengga,barkan maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
4. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
5. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
6. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
14
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi dan medikasi
neuroleptika.
Dalam subtipe Skizofrenia Paranoid terdapat klasifikasi seperti :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol;
Halusinasi pembauan atau pengecepan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi,
atau passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata atau tidak menonjol.
Pada pasien terdapat ciri-ciri skizofrenia seperti yang dilampirkan diatas, serta
adanya kecenderungan pada Skizofrenia Paranoid (F.20.0) dimana pasien
berhalusinasi mendengar suara bisikan yang menyuruhnya pergi yaitu adanya
halusinasi auditorik, dan merasa ada yang akan mengeroyoknya yaitu adanya waham
kejar.
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis serta hasil pemeriksaan,
kecenderungan pasien ini menderita Skizofrenia Paranoid yang dijelaskan pada
PPDGJ III F20.0.
Farmakoterapi yang diberikan untuk pasien tersebut adalah obat atipikal.
Pemberian Risperidone (derivat Benzisoxazole) yang merupakan APG II pertama
diberikan 2x1 mg yang bekerja sebagai antagonis poten dan serotonin dan dopamin,
obat ini berafinitas terhadap dopamin D2 receptor juga terdapat serotonin 5-HT2
receptor sehingga efektif terhadap gejala negatif pada pasien.
Serta tambahan Clozapin digunakan untuk mengurangi stress pada pasien dan
memberikan dukungan untuk mengurangi kekambuhan, meningkatkan adaptasi pasien
terhadap lingkungan, memfasilitasi pengurangan gejala secara terus menerus dan
meningkatkan proses penyembuhan. THP di gunakan untuk mengatasai gangguan
ekstrapiramidalis yang disebabkan oleh obat anti psikosis.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
15
Terdapat respon yang cukup baik dari pasien terhadap pengobatan yang
diberikan, yaitu dengan berkurangnya gejala gelisah dan pasien merasakan tenang
setelah meminum obat.
Selain diberikan psikofarmaka sebagai terapi utama, perlu ditambahkan
juga terapi yang lain yaitu psikoterapi suportif untuk mensupport pasien dalam masa
adaptasinya dan psikoedukasi perihal penyakit pasien serta menekankan betapa
pentingnya kepatuhan minum obat.
Dari hasil autoanamnesis terakhir dengan pasien, pasien kooperatifdan mau
bergabung bersama pasien lain dan selalu makan dan minum obat teratur. Pasien
berkeinginan untuk segera keluar dari RSPAD agar bisa melanjutkan pekerjaannya
sebagai seorang tentara.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ. Synopsis of Psychiatry, 8th edition. Lippincot Williams and
Wilkins. Philadelphia; 1996.
2. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedaman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), cetakan pertama, Jakarta; 1993.
3. Maslim, Rusdi.Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2007. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta. Edisi ketiga.
4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri, cetakan pertama, edisi
kedua, Jakarta; 2013.
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRIRSPAD GATOT SOEBROTO
17