presus psoriasis
DESCRIPTION
kasus kulit kelamin, psoriasisTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
PSORIASIS
Disusun oleh :
Alvinia Hayulani GIA210001
Dokter Pembimbing :
Dr. Ismiralda Oke, Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD Prof.Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2012
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
PSORIASIS
Diajukan untuk memenuhi syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik
Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto
Telah disetujui dan dipresentasikan
Pada tanggal May 2012
Disusun oleh :
Alvinia Hayulani
Purwokerto, May 2012
Dokter Pembimbing,
Dr. Ismiralda Oke, Sp.KK
I. STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. FY
Usia : 9 tahun
Alamat ` : Pamijan RT. 01/03, Purwokerto
No. RM : 750451
Tanggal Periksa : 2 may 2012
B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS dan ALLOANAMNESIS) Keluhan utama : gatal di lipatan lengan kanan dan tungkai bawah
kanan
Keluhan tambahan : timbul sisik kasar di kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien seorang anak perempuan datang dengan keluhan utama gatal di
lipatan lengan kanan dan tungkai bawah kanan sejak 3 bulan yang lalu.
Awalnya keluhan tersebut hanya ditandai dengan muncul bintik-bintik
kemerahan. tetapi makin lama makin melebar menjadi bercak-bercak
kemerahan lalu bersisik kasar. Muncul bercak-bercak merah yang disertai
dengan sisik kasar menyebar sampai ke bagian kepala pasien yang
ditunjukkan sebagai ketombe. Pasien belum pernah melakukan pengobatan
sebelumnya untuk keluhannya tersebut, hanya memberikan bedak tabur
pada daerah yang gatal, namun tidak membaik. Gatal terutama dirasakan
saat malam hari. Pasien mengaku telah menggaruk daerah yang terasa gatal
hingga berdarah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Pasien menyangkal adanya penyakit darah tinggi, kencing manis dan alergi
makanan maupun obat.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien menderita keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan satu orang kakaknya yang
berusia 12 tahun dalam satu rumah.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : Tekanan darah : 110/80
Nadi : 80 kali per menit
Respiratory rate : 16 kali permenit
Suhu : 36.8oC
BB : 32 kg
TB : 138 cm
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva dekstra et sinistra tidak anemis
sklera dekstra et sinistra tidak ikterus
Hidung : discharge tidak ada
Telinga : discharge tidak ada
Mulut : tidak sianosis
Leher : tidak ada pembesaran limfonodi regio servikal
Thoraks : cor et pulmo dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Status regionalis :
Region cubitalis anterior dextra, cruralis anterior dektra dan capitis
Efloresensi : macula eritema dengan squama berlapis-lapis serta kasar di
atasnya, krusta, ekskoriasi
Resume
Anamnesis
Pasien anak perempuan usia 9 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSMS tanggal 2 may 2012 dengan keluhan gatal di lipatan lengan kanan,
tungkai bawah kanan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya ditandai dengan
bercak-bercak kemerahan lalu timbul sisik kasar yang menyebar sampai ke
kepala yang terasa gatal dan digaruk oleh pasien hingga berdarah. Pasien
mengaku baru kali ini mengalami keluhan seperti ini. Gatal terutama
dirasaan saat malam hari. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan
ataupun obat. Ibu pasien memiliki keluhan yang sama.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : Tekanan darah : 110/80
Nadi : 80 kali permenit
Respiratory rate : 16 kali permenit
Suhu : 36.8oC
Status generalis : dalam batas normal
Status lokalis :
Regio : cubitalis anterior dekstra, cruralis anterior dextra dan capitis
Efloresensi : macula eritema dengan squama berlapis-lapis serta kasar di
atasnya, krusta, ekskoriasi
D. Diagnosis
Psoriasis
E. Differential Diagnosis
Pitiaris rosea
Dermatitis seboroik
F. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada ususlan pemeriksaan penunjang pada pasien ini
G. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Metil prednisolon 4 mg 2x1/2
Interhistin 2x1/2
Clobesan cream 2x/hr
Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya
Menjelaskan prognosis penyakit
Menghindari faktor-faktor kekambuhan penyakit.
Menjelaskan pasien agar teratur dalam mengkonsumsi obat dan
pemakaian obat salep
II. TINJAUAN PUSTAKAA
Definisi
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas
berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal
berlapis-lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen
tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui, tetapi yang pasti
pembentukan epidermis dipercepat, dimana proses pergantian kulit pada pasien
psoriasis berlangsung secara cepatyaitu sekitar 2-4 hari, sedangkan pada orang
normal berlangsung 3-4 minggu.
Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tidak menular, tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan kualitas hidup, gangguan
psikologis (mental), sosial, dan finansial.
Epidemiologi
Psoriasis ditemukan di mana-mana di dunia, tetapi catatan prevalensi di
daerah yang berbeda bervariasi kurang dari 1% hingga mencapai 3% dari
populasi.2,5 Insiden pada orang kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang kulit berwarna.Di United States, psoriasis dijumpai sebanyak 2%
dari populasi, dengan rata-rata 150.000kasus baru pertahun. Psoriasis jarang
ditemukan di Afrika Barat dan Amerika Utara. Insiden penyakit ini juga rendah
pada bangsa Jepang dan Eskimo, serta populasi kulit hitam.Insiden psoriasis
pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis dapat terjadi pada
semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa muda. Onset penyakit ini
umumnya kurang pada usia yang sangat muda dan orang tua.2,5 Dua kelompok
usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 – 30 tahun dan yang lebih
sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun.Psoriasis lebih banyak dijumpai pada
daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musimhujan.
Etiologi
Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi
genetik tetapi secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya
merupakan suatu penyakit keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan
kekebalan dan respon peradangan Diketahui faktor utama yang menunjang
penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis.Penyelidikan sel kinetik
menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasisel-sel
epidermis serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada
kulit normal. Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan
turn over time epidermis normalnya adalah 28-56 hari
Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang tuanya tidak
menderita psoriasis, resikountuk mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah
seorang orang tuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39 %. Hal
lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan
dengan HLA.
Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe :Psoriasis tipe I dengan
awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17,Bw57,
dan Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial
dan berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa
berkorelasi dengan HLA-B27. Psoriasis merupakan kelainan multifaktorial
dimana faktor genetik dan lingkungan memegang peranan penting.Ada
beberapa faktor – faktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu:
• Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat
menimbulkan psoriasis.
• Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi
psoriasis dalam 2-3minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas.
Infeksi fokal yang mempunyaihubungan erat dengan salah satu bentuk
psoriasis ialah Psoriasis Gutata, sedangkan hubungannya dengan
Psoriasis Vulgaris tidak jelas dan pernah di laporkan kasus-kasus
Psoriasis Gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi.
Streptococcus pyogenes telah diisolasi sebanyak 26 % pada Psoriasis
Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis Plak, dan 16 % pada pasien
Psoriasis Kronik.
• Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi
perburukan olehkarena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan
psoriasis dan cepat menjalar bilakondisi pasien tidak stabil. Pada anak-
anak, eksaserbasi yang dihubungkan denganstres terjadi lebih dari 90 %.
Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.2,12 Tidak ditemukan
gangguan kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan
bahwa stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan
menerimaterapi dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus
berat.
• Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat
psoriasis tetapi pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini
muncul berdasarkan observasi pecandu alkohol yang menderita
psoriasis. Peminum berat yang telah sampai padalevel yang
membayakan kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat
laki-laki dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol
yang berlebihandapat mengurangi kemampuan pengobatan dan juga
adanya gejala stres menyebabkan parahnya penyakit kulit.
• Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan
menopause. Padawaktu kehamilanumumnya membaik, sedangkan pada
masa pasca partus memburuk.
• Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi
Patogenesis Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas
berbagai gen yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan
alel HLA-CW-6. The HumanGenom Project akan membantu mengidentifikasi
major histocompatibility Complex (MHC)dan gen non MHC yang terlibat pada
psoriasis. Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis
percaya bahwa penyakitini merupakan autoimun murni dan sel T mediated.
Beberapa penemuan mendukungautoimun ini seperti histokompatibiliti
kompleks mayor (MHC) antigen, akumulasi sel Tterutama memori, serta
adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit antibodi nukleus.
Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis
menekankan bahwaterdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit.
Lesi psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis
yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik
dalam epidermis.
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah.
Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi
epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun
endogen oleh sel Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level
pada epidermis psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada
psoriasis meliputi :Konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim
protein nuklear pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn over sel
meningkat.
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik
nukleotida terutama AMPsiklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga
dilaporkan terjadinya kenaikan yangmenyolok dari level siklik GMP (cGMP)
dalam epidermis. Walaupun demikian peningkatancGMP yang menyebabkan
peningkatan kecepatan proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat ini. cAMP
epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik meningkat dalam
epidermis
Bentuk Klinis Psoriasis
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:
1. Psoriasis Vulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe psoriasis plak yang secara
ilmiah disebut juga psoriasis vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesi-
lesinya umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah
diterangkan di atas.
2. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak
dan diseminata,umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian
atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda.
Selain itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun
viral, pada stres, luka pada kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta
bloker)
3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor
sesuai dengan namanya,misalnya pada daerah aksilla, pangkal pahadi bawah
payudara, lipatan-lipatan kulit diseklitas kemalua dan panggul.
4. Psoriasis Pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap
sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat
dua bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk
lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palm plantar (barber) yang menyerang
telapak tangan dan kaki serta ujung jari. Sedangkan bentuk generalisata,
contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) jika pustule
timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik
berupa panas / rasa terbakar.
5. Psoriasis Eritroderma
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu
kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Bentuk ini dapat juga
ditimbulkan oleh infeksi,hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian
kortikosterid, baik topikal maupun sistemik. Biasanya lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal.
Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa
dan kulitnya lebih meninggi.
Diagnosis Psoriasis
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi
putih pada goresan,seperti lilin yang digores disebabkan oleh berubahnya
indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan pingir gelas alas.
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebakan oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-
lapis itu dikerok, bisa dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis,
maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan
tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata.
Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit
penderita psoriasis,misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama
dengan kelainan psoriasis.
Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama
juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai
berupa pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan
miliar. Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau
sebagian kuku darimatriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian distalnya
terangkat karena terdapat lapisantanduk di bawahnya), oil spots subungual, dan
koilonikia ( spooning of nail plate).
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini
dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-
30 % pasien psoriasis berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang
menyebabkan radang pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat
predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50
tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.
Gambaran Histopatologi Psoriasis
Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan
(akantosis) reteridges dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis,
lapisan sel granuler menghilang, parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan
netrofil leukosit polimorfonuklear yangmenyerupai pustul spongiform kecil)
dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler epidermis (menyebabkan tanda
Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan pembuluh darah berkelok-kelok,
infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila
dermisatas.
Laboratorium Psoriasis
Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis
tanpa terkecuali pada psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis dan
pada plak serta psoriasis gutata.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan menganalisis
penyebab psoriasis, seperti pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah,
kolesterol, dan asam urat. Bila penyakit tersebar luas, pada 50 % pasien
dijumpai peningkatan asam urat, dimana hal ini berhubungan dengan luasnya
lesi dan aktifnya penyakit. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya artritis gout.
Laju endapan eritrosit dapat meningkat terutama terjadi pada fase aktif. Dapat
juga ditemukan peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin.Pada
psoriasis berat, psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan
nitrogen terganggu terutama penurunan serum albumin. Protein C reaktif,
makroglobulin, level IgA serum dan kompleks imun IgA meningkat, dimana
sampai saat ini peranan pada psoriasis tidak diketahui.
Diagnosis Banding Psoriasis
a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema
dapat terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya
adalah skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya
central healing, keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan
langsung ditemukan jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan
sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes
serologik untuk sifilis), terdapat riwayat senggama (coitus suspectus), dan
pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta alopesia areata.
c. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga
sternum dan fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama
lutut dan siku serta kepala. Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap,
sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya.
Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah bintik
perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan pada
dermatitis seboroik.
d. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha,
bentuk oval, distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara),
skuama sedikit tidak berlapis-lapis dan didahului oleh herald patch
Penatalaksaan Psoriasis
Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan
simtomatis sambil berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus :
A. Topikal
a. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya
adalah anti radang. Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
• Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
takhifilaksis olehkarena pemakaian pada lesi luas.
• Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal
kurang bijaksana.
• Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit
sistemik.
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal
dari :• Fosil, misalnya iktiol
.• Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
.• Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara
lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi
juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter
yang beasal dari batubara, sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu.
Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5 %. Untuk mempercepat, ter
dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-5 %.
b. Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang
peranan dansteroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk
kebanyakan kasus psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus
digunakan pada fase akut dan sebagai pengobatan maintenance.
Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta
ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping.
Efek samping berupa atrofi,erupsi akneiformis, striae, telangiektasis di muka,
dapat terjadi pada pemakaian topikal potensi kuat, terutama bila digunakan
under occlusion. Kadang-kadang pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi
hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan
level serum kortisol.
c. Ditranol (antralin)
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat,
menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus.
Obat ini dikatakan efektif pada psoriasis Gutata. Kekurangannya adalah
mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 02-0,8
persen dalam pasta, salep, atau krim.1,2 Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam
sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3 minggu.
d. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat
proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal
keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya berupa salep
atau krim 50 mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan
tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan hilang
setelah beberapa hari obat dihentikan.
e. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat
petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam
bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05% dan 0,1%. Bila dikombinasikan
dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat
penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa
gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30% kasus, juga bersifat fotosensitif
.
f. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan
bahan dasar vaselin 1-2kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat
meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai
efek antipsoriasis.
B. Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada
Psoriasis Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe
Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosisr endah 30-60 mg (1-2
mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah membaik, dosis
diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian
obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi
Psoriasis Pustulosa Generalisata.
b. Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX).
Indikasinya ialah untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan
lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis
2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup. Dapat dicoba dengan
dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya.
Dapat pula diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada
tiap minggu berikutnya.Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA
dengan cara menghambat dihidrofolatreduktase dan dengan demikian
menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan in vitro akhir-
akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat
proliferasisel-sel limfoid.
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik,
kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum,
kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala,
alopesia, kerusakan kromosom, aktivasituberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap
saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna
berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jikahebat dapat
terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang
berakibattimbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada
hepar dapat terjadifibrosis portal dan sirosis hepatik.
c. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis
Pustulosa tipe Barber dengan dosis 2×100 mg/hari. Efek sampingnya ialah
anemia hemolitik,methemoglobinemia, dan agranulositosis.
d. Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan
bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan
untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid yaitu mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium
hiperproliferasi.
Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada
lesi psoriasis dan kulit normal. Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi
seperti menghambat netrofil. Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama
diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan
menjadi 1½ mg/kgbb/hari.
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada
mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri
tulang dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar
(peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan hendaknya
tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.
e. Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai
monoterapi sangat efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.
Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat.
Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari, dibandingkandengan
etretinat yang lebih dari 100-120 hari.
Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih menjanjikan untuk penderita
anak-anak dan wanita usia produktif.
f. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional.
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat nefrotoksik
dan hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi
gingiva, serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah
obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
g. Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis
netrofil dan biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi
streptokokus dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur tenggorokan.
C. Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan
maka akan memperparah psoriasis .Karena itu, digunakan sinar ulraviolet
artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat
digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-
metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan
preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif
pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang
lain.Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek
sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran
ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan.
Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing
dan sakit kepala.Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap
sebagai resiko PUVA masih kontroversial.
III. PEMBAHASAN
Gatal merupakan keluhan utama dari pasien penyakit kulit secara
umum. Namun, untuk menentukan diagnosis dari berbagai jenis penyakit kulit
yang ada harus didasarkan dari anamnesis yang mendalam dan pemeriksaan
klinis. Setiap penyakit kulit memiliki ke khasan nya masing-masing dilihat dari
bentuk efloresensinya. Penyakit kulit tersebut dapat bersifat akut atau kronik,
dapat hilang seterusnya bila diobati secara adekuat bahkan ada yang bersifat
residitif. Etiologi nya pun bervariasi dapat karena adanya infeksi bakteri, virus
atau jamur, penyakit alergi dan autoimun.
Pasien anak perempuan usia 9 tahun pada datang keluhan gatal di
lipatan lengan kanan, tungkai bawah kanan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya
ditandai dengan bercak-bercak kemerahan lalu timbul sisik kasar yang
menyebar sampai ke kepala yang terasa gatal dan digaruk oleh pasien hingga
berdarah. Pasien mengaku baru kali ini mengalami keluhan seperti ini. Gatal
terutama dirasaan saat malam hari. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
makanan ataupun obat. Ibu pasien memiliki keluhan yang sama. Pemeriksaan
klinis pada kulit pasien menunjukkan efloresensi berupa macula eritema dengan
squama berlapis-lapis serta kasar di atasnya, krusta, ekskoriasi.
Pada kasus ini di diagnosis psoriasis berdasarkan anamnesis dan
gambaran klinis yang terdapat pada pasien. Riwayat dan gejala klinis psoriasis
ditemukan pada kasus ini. Dari anamnesis didapatkan keluhan terdapat bercak
merah kasar terasa gatal yang kemudian digaruk jadi mengelupas, berwarna
putih seperti serpihan ketombe, tampak bersisik dan makin menebal. Hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan penyakit kulit yang diderita merupakan
penyakit golongan dermatosis eritroskuamosa.
Terdapat faktor genetik yang mempengaruhi kejadian psoriasis. Pada
kasus ini, ibu pasien memiliki riwayat keluhan yang sama seperti yang dialami
oleh pasien. Menurut pustaka, bahwa psoriasis yang terjadi pada usia lebih dini
(masa anak-anak) menunjukkan adanya penyakit genetik yang diturunkan dari
kedua orangtuanya. Kasus psoriasis yang ditemukan pada kedua orang tuanya,
presentase resiko mengalami psoriasis pada anak-anaknya mencapai 30-39%,
sedangkan bila kedua orangtuanya tidak mengalami psoriasis, resiko psoriasis
mencapai 12%.
Penyingkiran diagnosis banding
Pitiriasis Rosea
Merupakan penyakit kulit golongan dermatosis eritroskuamosa yang
penyebabnya belum diketahui. Lesi berupa eritema dan skuama yang halus.
Pada pitiriasis Rosea, prdileksi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval,
distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit
tidak berlapis-lapis dan didahului oleh herald patch. Diagnosis ini dapat
disingkirkan karena skuama pada pitiariasis halus, sedangkan pada pasien ini
diatas plak eritema terdapat skuama yang kasar.
Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga
sternum dan fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama
lutut dan siku serta kepala. Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap,
sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya.
Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah bintik
perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan pada
dermatitis seboroik.
Penatalaksanaan
Pada kasus ini diberikan terapi berupa metil prednisolon 4 mg 2x1/2
Interhistin 2x1/2 dan clobesan cream 2x/hr. metal prednisolon dan clobesan
merupakan obat dari golongan kortikosteroid yang berkerja dengan cara
vasokonstriksi untuk mengurangi eritema, menurunkan turnover sel dengan
memperlambat proliferasi seluler dan mempunyai efek anti inflamasi, dimana
diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan steroid topikal dapat
menurunkan inflamasi.
Pemberian interhistin merupakan antihistamin yang pada kasus ini
diindikasikan karena gatal sebagai keluhan utama pasien. Obat ini bekerja
dengan menghambat mediator histamine 1 di perifer yang terbentuk dari reaksi
imunologi.
Selain medicamentosa, pemberian edukasi psoriasis sebagai
penatalaksaan juga cukup penting. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
bahwa penyakit ini tidak menyebabkan kematian dan tidak menular, tetapi
karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan kualitas hidup, gangguan
psikologis (mental), sosial, dan finansial
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://www.psoriasisindonesia.org
Adhi, Djuanda: psoriasis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketiga,
BalaiPenerbit FKUI, Jakarta, 2000
Benny effendi wiryadi: psoriasis penatalaksanaan dalam metode diagnostik
dan penatalaksanaan psoriasis dan dermatitis seboroik. BP FKUI, Jakarta,
2003
Emmy S, Sri linuwih, M. wisnu: psoriasis dalam penyakit kulit yang umum
diIndonesia sebuah panduan bergambar. MMI, Jakarta, 2005
National Institutes of Health|Department of Health & Human Services
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.html
Siregar R.S: psoriasis dalam atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi
kedua, EGC,Jakarta, 2005
Yayasan Psoriasis Indonesia. Pusat Informasi Online Penyakit Kulit
Psoriasis.http://www.psoriasis.or.id/psoriasis.php