prilaku+konsumsi+islami
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
1/18
PRILAKU KONSUMSI ISLAMI1
OLEH : NURUL HUDA2
PENDAHULUAN
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan naluri manusia. Sejak
kecil, bahkan ketika baru lahir, manusia sudah menyatakan keinginan untuk memenuhi
kebutuhannya dengan berbagai cara, misalnya dengan menangis untuk menunjukkan
bahwa seorang bayi lapar dan ingin minum susu dari ibunya. Semakin besar dan akhirnya
dewasa, keinginan dan kebutuhan seorang manusia akan terus meningkat dan mencapai
puncaknya pada usia tertentu untuk seterusnya menurun hingga seseorang meninggal
dunia.Teori Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia
memilih di antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanaatkan sumberdaya
(resources) yang dimilikinya.
Teori perilaku konsumen rasional dalam paradigma ekonomi konvensional didasari
pada prinsip!prinsip dasar utilitarianisme. "iprakarsai oleh #entham yang mengatakan
bahwa secara umum tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang baik untuk
kepentingan dirinya kecuali orang itu sendiri. "engan demikian pembatasan terhadap
kebebasan individu, baik oleh individu lain maupun oleh penguasa, adalah kejahatan dan
harus ada alasan kuat untuk melakukannya. $leh pengikutnya, %ohn Stuart &ill dalam
buku $n 'iberty yang terbit pada *+, paham ini dipertajam dengan mengungkapkan
konsep reedom o action- sebagai pernyataan dari kebebasan!kebebasan dasar manusia.
&enurut &ill, campur tangan negara di dalam masyarakat manapun harus diusahakan
seminimum mungkin dan campur tangan yang merintangi kemajuan manusia merupakan
campir tangan terhadap kebebasan!kebebasan dasar manusia, dan karena itu harus
dihentikan.
'ebih jauh &ill berpendapat bahwa setiap orang di dalam masyarakat harus bebas
untuk mengejar kepentingannya dengan cara yang dipilihnya sendiri, namun kebebasan
&akalah disampaikan dalam diskusi bulanan akultas /konomi 0niversitas 1arsi tanggal 2 3opember
45524"osen Tetap akultas /konomi 0niversitas 1arsi
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
2/18
seseorang untuk bertindak itu dibatasi oleh kebebasan orang lain6 artinya kebebasan
untuk bertindak itu tidak boleh mendatangkan kerugian bagi orang lain.
"asar ilosois tersebut melatarbelakangi analisa mengenai perilaku konsumen
dalam teori ekonomi konvensional. #eberapa prinsip dasar dalam analisa perilaku
konsumen adalah7
. Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan. 8danya kelangkaan dan terbatasnya
pendapatan memaksa orang menentukan pilihan. 8gar pengeluaran senantiasa
berada di anggaran yang sudah ditetapkan, meningkatkan konsumsi suatu barang
atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi pada barang atau jasa yang
lain.
4. Konsumen mampu membandingkan biaya dengan manaat. %ika dua barang
memberi manaat yang sama, konsumen akan memilih yang biayanya lebih kecil.
"i sisi lain, bila untuk memperoleh dua jenis barang dibutuhkan biaya yang sama,
maka konsumen akan memilih barang yang memberi manaat lebih besar.
9. Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan manaat dengan tepat. Saat
membeli suatu barang, bisa jadi manaat yang diperoleh tidak sesuai dengan harga
yang harus dibayarkan7 segelas kopi Starsbuck, misalnya, ternyata terlalu pahit
untuk harga :p. ;5.555,! per cangkir. 'ebih nikmat kopi tubruk di warung kopi
yang :p. 9.555,! per gelasnya. Pengalaman tersebut akan menjadi inormasi bagikonsumen yang akan mempengaruhi keputusan konsumsinya mengenai kopi di
masa yang akan datang.
;. Setiap barang dapat disubstitusi dengan barang lain. "engan demikian konsumen
dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai cara.
*. Konsumen tunduk kepada hukum #erkurangnya Tambahan Kepuasan (the 'aw o
"iminishing &arginal 0tility). Semakin banyak jumlah barang dikonsumsi,
semakin kecil tambahan kepuasan yang dihasilkan. %ika untuk setiap tambahan
barang diperlukan biaya sebesar harga barang tersebut (P), maka konsumen akan
berhenti membeli barang tersebut manakala tambahan manaat yang diperolehnya
(&0) sama besar dengan tambahan biaya yang harus dikeluarkan. &aka jumlah
konsumsi yang optimal adalah jumlah di mana &0 < P.
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
3/18
Teori perilaku konsumen yang dibangun berdasarkan syariah =slam, memiliki
perbedaan yang mendasar dengan teori konvensional. Perbedaan ini menyagkut nilai
dasar yang menjadi ondasi teori, moti dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan
alokasi anggaran untuk berkonsumsi.
8da tiga nilai dasar yang menjadi ondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim 7
. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini mengarahkan
seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia.
&engutamakan konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi duniawi. Konsumsi
untuk ibadah merupakan uture consumption (karena terdapat balasan surga di
akherat), sedangkan konsumsi duniawi adalah present consumption.
4. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral agama=slam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas
semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan keta>waan
kepada 8llah merupakan kunci moralitas =slam. Kebajikan dan kebenaran dapat
dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanaat bagi kehidupan dan menjauhkan
diri dari kejahatan.
9. Kedudukan harta merupakan anugrah 8llah dan bukan sesuatu yang dengan
sendirinya bersiat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). ?arta
merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanaatkan
dengan benar.(@S.4.42*)
42*. "an perumpamaan orang!orang yang membelanjakan hartanya Karena mencari
keridhaan 8llah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, &aka kebun itu menghasilkan buahnya dua
kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, &aka hujan gerimis (pun memadai). dan
8llah &aha melihat apa yang kamu perbuat.
PERMASALAHAN
Tulisan ini akan membahas lebih jauh tentang bagaimana konsep teori prilaku
konsumen dalam pendekatan ekonomi mikro =slam
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
4/18
PEMBAHASAN
Prinsip Konsumsi Dalam Islam
&enurut &anan, ada * prinsip konsumsi dalam islam 7
. Prinsip Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari riAki yang
halal dan tidak dilarang hukum. irman 8llah dalam @S 7 8l!#a>arah 7 B9
B9. Sesungguhnya 8llah ?anya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain 8llahC5D. tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, &aka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya 8llah &aha Pengampun lagi &aha Penyayang.C5D ?aram juga menurut ayat =ni daging yang berasal dari sembelihan yang
menyebut nama 8llah tetapi disebut pula nama selain 8llah.
Pelarangan dilakukan karena berkaitan dengan hewan yang dimaksud berbahaya bagi
tubuh dan tentunya berbahaya bagi jiwa , terkait dengan moral dan spritual
(&empersekutukan tuhan)
4. Prinsip Keersi!an" makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
9. Prinsip Keseder!anaan"prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makan dan
minuman yang tidak berlebihan irman 8llah dalam @S 7 8l!8-raa 79
9. ?ai anak 8dam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjidC*9;D, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih!lebihanC*9*D.
Sesungguhnya 8llah tidak menyukai orang!orang yang berlebih!lebihan.
C*9;D &aksudnya7 tiap!tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawa keliling
kaEbah atau ibadat!ibadat yang lain.
C*9*D &aksudnya7 janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan
jangan pula melampaui batas!batas makanan yang dihalalkan.
;. Prinsip #emura!an !a$i" dengan mentaati perintah =slam tidak ada bahaya maupun
dosa ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhannya.
irman 8llah dalam @S 7 8l!&aidah 7 +2
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
5/18
+2. "ihalalkan bagimu binatang buruan lautC;;4D dan makanan (yang berasal) dari
lautC;;9D sebagai makanan yang leAat bagimu, dan bagi orang!orang yang dalam
perjalanan6 dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu
dalam ihram. dan bertakwalah kepada 8llah yang kepada!3yalah kamu akan
dikumpulkan.
C;;4D &aksudnya7 binatang buruan laut yang diperoleh dengan jalan usaha seperti
mengail, memukat dan sebagainya. termasuk juga dalam pengertian laut disini ialah7
sungai, danau, kolam dan sebagainya.
C;;9D &aksudnya7 ikan atau binatang laut yang diperoleh dengan mudah, Karena
Telah mati terapung atau terdampar dipantai dan sebagainya.
*. Prinsip morali$as, seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama 8llah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepadanya setelah makan
Konsep Masla!a! Dalam Prila#u Konsumen Islami
Syariah =slam menginginkan manusia mencapai dan memelihara
kesejahteraannya. =mam Shatibi menggunakan istilah maslahah-, yang maknanya lebih
luas dari sekadar utility atau kepuasan dalam terminologi ekonomi konvensional.
&aslahah merupakan tujuan hukum syara- yang paling utama.
&enurut =mam Shatibi, maslahah adalah siat atau kemampuan barang dan jasa
yang mendukung elemen!elemen dan tujuan dasar dari kehidupan manusia di muka bumi
ini (Khan dan Fhiari, ++4). 8da lima elemen dasar menurut beliau, yakni7 kehidupan
atau jiwa (al!nas), properti atau harta benda (al mal), keyakinan (al!din), intelektual (al!
a>l), dan keluarga atau keturunan (al!nasl). Semua barang dan jasa yang mendukung
tercapainya dan terpeliharanya kelima elemen tersebut di atas pada setiap individu, itulah
yang disebut maslahah. Kegiatan!kegiatan ekonomi meliputi produksi, konsumsi dan
pertukaran hyang menyangkut maslahah tersebut harus dikerjakan sebagai suatu
religious duty atau ibadah. Tujuannya bukan hanya kepuasan di dunia tapi juga
kesejahteraan di akhirat. Semua aktivitas tersebut, yang memiliki maslahah bagi umat
manusia, disebut needs- atau kebutuhan. "an semua kebutuhan ini harus dipenuhi.
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
6/18
&encukupi kebutuhan G dan bukan memenuhi kepuasanHkeinginan G adalah
tujuan dari aktivitas ekonomi =slami, dan usaha pencapaian tujuan itu adalah salah satu
kewajiban dalam beragama.
8dapun siat!siat maslahah sebagai berikut7
! &aslahah bersiat subyekti dalam arti bahwa setiap individu menjadi hakim bagi
masing!masing dalam menentukan apakah suatu perbuatan merupakan suatu
maslahah atau bukan bagi dirinya. 3amun, berbeda dengan konsep utility, kriteria
maslahah telah ditetapkan oleh syariah dan siatnya mengikat bagi semua
individu. &isalnya, bila seseorang mempertimbangkan bunga bank memberi
maslahah bagi diri dan usahanya, namun syariah telah menetapkan keharaman
bunga bank, maka penilaian individu tersebut menjadi gugur.
! &aslahah orang per seorang akan konsisten dengan maslahah orang banyak.
Konsep ini sangat berbeda dengan konsep Pareto $ptimum, yaitu keadaan
optimal di mana seseorang tidak dapat meningkatkan tingkat kepuasan atau
kesejahteraannya tanpa menyebabkan penurunan kepuasan atau kesejahteraan
orang lain.
! Konsep maslahah mendasari semua aktivitas ekonomi dalam masyarakat, baik itu
produksi, konsumsi, maupun dalam pertukaran dan distribusi.
#erdasarkan kelima elemen di atas,maslahah dapat dibagi dua jenis7 pertama,maslahah terhadap elemen!elemen yang menyangkut kehidupan dunia dan akhirat, dan
kedua7 maslahah terhadap elemen!elemen yang menyangkut hanya kehidupan akhirat.
"engan demikian seorang individu =slam akan memiliki dua jenis pilihan7
I #erapa bagian pendapatannya yang akan dialokasikan untuk maslahah jenis
pertama dan berapa untuk maslahah jenis kedua.
I #agaimana memilih di dalam maslahah jenis pertama7 berapa bagian
pendapatannya yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
dunia (dalam rangka mencapai kepuasan- di akhirat) dan berapa bagian untuk
kebutuhan akhirat.
Pada tingkat pendapatan tertentu, konsumen =slam, karena memiliki alokasi untuk
hal!hal yang menyangkut akhirat, akan mengkonsumsi barang lebih sedikit daripada non!
muslim. ?al yang membatasinya adalah konsep maslahah tersebut di atas. Tidak semua
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
7/18
barangHjasa yang memberikan kepuasanHutility mengandung maslahah di dalamnya,
sehingga tidak semua barangHjasa dapat dan layak dikonsumsi oleh umat =slam. "alam
membandingkan konsep kepuasan- dengan pemenuhan kebutuhan- (yang terkandung
di dalamnya maslahah), kita perlu membandingkan tingkatan!tingkatan tujuan hukum
syara- yakni antara daruriyyah, tahsiniyyah dan hajiyyah. Penjelasan dari masing!masing
tingkatan itu sebagai berikut7
Daruri%%a!7 Tujuan daruriyyah merupakan tujuan yang harus ada dan mendasar bagi
penciptaan kesejahteraan di dunia dan akhirat, yaitu mencakup terpeliharanya lima
elemen dasar kehidupan yakni jiwa, keyakinan atau agama, akalHintelektual, keturunan
dan keluarga serta harta benda. %ika tujuan daruriyyah diabaikan, maka tidak akan ada
kedamaian, yang timbul adalah kerusakan (asad) di dunia dan kerugian yang nyata di
akhirat.
Ha&i%%a!7 Syari-ah bertujuan memudahkan kehidupan dan menghilangkan kesempitan.
?ukum syara- dalam kategori ini tidak dimaksudkan untuk memelihara lima hal pokok
tadi melainkan menghilangkan kesempitan dan berhati!hati terhadap lima hal pokok
tersebut.
'a!sini%%a! 7 syariah menghendaki kehidupan yang indah dan nyaman di dalamnya.
Terdapat beberapa provisi dalam syariah yang dimaksudkan untuk mencapai
pemanaatan yang lebih baik, keindahan dan simpliikasi dari daruriyyah dan hajiyyah.
&isalnya dibolehkannya memakai baju yang nyaman dan indah.
"ari paparan di atas, lalu bagaimana sesungguhnya aplikasi teori perilaku konsumen
=slamiJ &arilah kita cermati nasihat sahabat 8bu #akar as!Shidi>7 Sesungguhnya aku
membenci penghuni rumah tangga yang membelanjakan atau menghabiskan bekal untuk
beberapa hari, dalam satu hari saja.L Kalau nasihat itu datang dari seorang yang miskin,
kita boleh saja mengabaikannya. 'ain halnya bila nasihat itu datang dari seorang sekaya
8bu #akar.
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
8/18
#agi sahabat &u-awiyah, kuncinya adalah bagaimana kita mengatur anggaran
pendapatan dan belanja rumah tangga. Pengaturan belanja yang baik itu merupakan
setengah usaha, dan dia dianggap sebagai setengah mata pencaharian,L katanya. 'alu
bagaimana seorang muslim mengatur anggaran rumah tangganyaJ =slam, sebagaimana
kita telah mengetahui, menganjurkan umatnya untuk bekerja dan berusaha dengan baik.
=slam juga memerintahkan agar harta dikeluarkan untuk tujuan yang baik dan bermanaat.
Pada intinya bila umat =slam dalam mencari harta sampai kemudian membelanjakannya
tetap berpedoman bahwa itu semua merupakan bagian dari ibadah, insya8llah tidak akan
terjerumus pada pembelanjaan yang ditujukan untuk keburukan yang bisa membawa
keluarga itu pada kemaksiatan.
"isadari atau tidak sesungguhnya pola konsumsi dan gaya hidup kita cenderung
merugikan diri sendiri. "imulai dari pemenuhan kebutuhan pokok (primer) seperti
makan, minum, sandang dan papan, keseluruhannya mengandung bahan!bahan yang
harus diimpor dengan mengabaikan sumber!sumber yang sesungguhnya dapat dipenuhi
dari dalam negeri. #anyak barang!barang tertentu yang semestinya belum layak
dikonsumsi oleh bangsa ini, telah diperkenalkan dan kemudian menjadi mode yang ditiru
sehingga meningkatkan impor akan barang tersebut. =ni belum ditambah dengan barang!
barang mewah yang beredar mulai dari alat!alat kecantikan sampai kepada mobil!mobil
mewah. Padahal pola hidup seperti ini hanya akan memperburuk neraca transaksiberjalan karena meningkatkan impor barang tersebut sehingga menguras devisa dan pada
gilirannya akan menekan nilai tukar mata uang dalam negeri.
=slam memberikan arahan yang sangat indah dengan memperkenalkan konsep israf
(berlebih!lebih) dalam membelanjakan harta dan tabzir. =slam memperingatkan agen
ekonomi agar jangan sampai terlena dalam berlomba!lomba mencari harta (at-takaatsur).
=slam membentuk jiwa dan pribadi yang beriman, berta>wa, bersyukur dan menerima.
Pola hidup konsumtivme seperti di atas tidak pantas dan tidak selayaknya dilakukan oleh
pribadi yang beriman dan berta>wa. Satu!satunya gaya hidup yang cocok adalah simple
living( hidup sederhana) dalam pengertian yang benar secarasyari.
=slam mengajarkan kepada kita agar pengeluaran rumah tangga muslim lebih
mengutamakan kebutuhan pokok sehingga sesuai dengan tujuan syariat. Setidaknya
terdapat tiga kebutuhan pokok7
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
9/18
Pertama adalah kebutuhan primer, yakni nakah!nakah pokok bagi manusia yang
dapat mewujudkan lima tujuan syariat (yakni memelihara jiwa, akal, agama,keturunan
dan kehormatan). Tanpa kebutuhan primer kehidupan manusia tidak akan berlangsung.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, kesehatan, rasa
aman, pengetahuan dan pernikahan.
Kedua, kebutuhan sekunder, yakni kebutuhan manusia untuk memudahkan
kehidupan, agar terhindar dari kesulitan. Kebutuhan ini tidak perlu dipenuhi sebelum
kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan inipun masih berkaitan dengan lima tujuan
syariat itu tadi.
Ketiga adalah kebutuhan pelengkap, yaitu kebutuhan yang dapat menciptakan
kebaikan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan ini
tergantung pada bagaimana pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder serta, sekali lagi,
berkaitan dengan lima tujuan syariat.
0ntuk mewujudkan lima tujuan syariat ini, ibu rumah tangga yang umumnya
merupakan manajer rumah tangga, mesti disiplin dalam menepati skala prioritas
kebutuhan tadi, sesuai dengan pendapatan yang diperoleh suaminya.
&eski satu rumah tangga sudah mampu memenuhi sampai kebutuhan ketiga atau
pelengkap, =slam tetap tidak menganjurkan, bahkan mengharamkan pengeluaran yang
berlebih!lebihan dan terkesan mewah, karena dapat mendatangkan kerusakan dankebinasaan. 8llah berirman dalam . (@S al!=sraa ayat 2)7
2. "an jika kami hendak membinasakan suatu negeri, &aka kami perintahkan kepada
orang!orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati 8llah) tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, &aka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya
perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur!hancurnya.
0ntuk mencegah agar kita tidak terlanjur ke gaya hidup mewah, =slam
mengharamkan segala pembelanjaan yang tidak mendatangkan manaat, baik manaat
material maupun spiritual. 8palagi melakukan pembelanjaan untuk barang!barang yang
bukan hanya tidak bermanaat tetapi juga dibenci 8llah, seperti7 minuman alkohol,
narkoba, dan barang haram lainnya. %uga pembelian yang mengarah pada perbuatan
bid-ah dan kebiasaan buruk.
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
10/18
3amun itu semua tidak berarti membuat kita menjadi kikir. =slam mengajarkan
kepada kita sikap pertengahan dalam mengeluarkan harta, tidak berlebihan dan tidak pula
kikir. Sikap berlebihan akan merusak jiwa, harta dan masyarakat. Sementara kikir adalah
satu sikap hidup yang dapat menahan dan membekukan harta. "alam @S al!ur>aan ayat
2B. "an orang!orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah!tengah antara yang demikian.
8tau dalam @S al!israa ayat 4+7
4+. "an janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannyaC*4D Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
C*4D &aksudnya7 jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah.
Sesungguhnya bukan hanya individu yang akan menghadapi pilihan sulit seperti
ini. &asyarakat atau negara juga sering harus menghadapi pilihan!pilihan yang tidak
mudah. Pemerintah kita misalnya menghadapi pilhan sulit antara membangun
inrastruktur untuk merangsang investasi, atau membangun pendidikan yang baik demi
dihasilkannya S"& yang berkualitas. 0ntuk itu diperlukan satu pilihan yang sangat bijak
agar kedua hal tersebut bisa dicapai secara optimal.
Sesungguhnya pembagian 8llah atas riAki hamba3ya telah ditentukan batasan,
kadar dan jenisnya. 8llah mengetahui kemampuan seorang hamba di dalam
membelanjakan dan men!tasaruffkan!kan riAki yang telah diberikan tanpa adanya sikapmelampaui batas dan tindak keborosan. 8llah mengetahui seberapa jauh kemampuan
hamba3ya untuk mengelola riAki dan kekayaan yang telah diberikan tanpa melanggar
batas!batas yang telah ditentukan (@uthb, +9+ dalam &arthon, 455;). 8llah berirman
dalam (@S 8l #a>arah ayat **).
**. "an sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah!buahan. dan berikanlah berita gembira
kepada orang!orang yang sabar.
0jian dan cobaan 8llah yang sangat beragam itu, tak lain merupakan ujian keimanan dan
kesabaran seorang hamba. Sebagai dalam ayat di atas, salah satu ujian itu bisa berupa
adanya rasa lapar, dan kekurangan atas bahan makanan pokok. Sesungguhnya kehadiran
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
11/18
manusia di muka bumi hanyalah sekadar mewujudkan kehendak Tuhan (masyiah
:abbaniyah). Sayyid @utbh dalam Saad &arthon, menjelaskan7 &asyiah :abbaniyah
adalah totalitas keinginan seorang hamba untuk pasrah dan menyerahkan seluruh jiwa
dan raga terhadap keinginan dan ketentuan Tuhan dalam segala aspek kehidupan, baik
dalam proses pembuatan barang, penelitian dan analisis kehidupan sosial, proses untuk
memberdayakan hasil bumi dan wewenang mengolah serta memakmurkan bumi yang
telah dititipkan 8llah kepada manusiaL.
8danya kelangkaan satu barang tidak hanya menghadirkan ujian keimanan dan
kesabaran seorang manusia. Kelangkaan barang juga akan menuntut seorang hamba
untuk kreati dalam menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup
sekaligus mencari jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapinya. Satu contoh bagaimana
manusia mengatasi kelangkaan sumber energi yang dalam beberapa puluh tahun ke depan
diperkirakan habis. #anyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan sumber energi
alternati. #egitulah, seorang manusia akan lebih terdorong untuk memakmurkan
kehidupan masyarakat jika menemukan kesulitan dalam kehidupan ekonomi.
Keu$u!an Dan Kein(inan
Sebagaimana kita pahami dalam pengertian ilmu ekonomi konvensional, bahwa ilmu
ekonomi pada dasarnya mempelajari upaya manusia baik sebagai individu maupunmasyarakat dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas
guna memenuhi kebutuhan (yang pada dasarnya tidak terbatas) akan barang dan jasa.
Kelangkaan akan barang dan jasa timbul bila kebutuhan (keinginan) seseorang atau
masyarakat ternyata lebih besar daripada tersedianya barang dan jasa tersebut. %adi
kelangkaan ini muncul apabila tidak cukup barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan tersebut.
=lmu ekonomi konvensional tampaknya tidak membedakan antara kebutuhan dan
keinginan. Karena keduanya memberikan eek yang sama bila tidak terpenuhi, yakni
kelangkaan. "alam kaitan ini, =mam al!FhaAali tampaknya telah membedakan dengan
jelas antara keinginan (raghbah dan syahwat) dan kebutuhan (hajat), sesuatu yang
tampaknya agak sepele tetapi memiliki konsekuensi yang amat besar dalam ilmu
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
12/18
ekonomi. "ari pemilahan antara keinginan (wants) dan kebutuhan (needs), akan sangat
terlihat betapa bedanya ilmu ekonomi =slam dengan ilmu ekonomi konvensional.
&enurut =mam al!FhaAali kebutuhan (hajat) adalah keinginan manusia untuk
mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan menjalankan ungsinya. Kita melihat misalnya dalam hal kebutuhan akan
makanan dan pakaian. Kebutuhan makanan adalah untuk menolak kelaparan dan
melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk menolak panas dan dingin. Pada
tahapan ini mungkin tidak bisa dibedakan antara keinginan (syahwat) dan kebutuhan
(hajat) dan terjadi persamaan umum antara homo economicus dan homo Islamicus.
3amun manusia harus mengetahui bahwa tujuan utama diciptakannya nasu ingin makan
adalah untuk menggerakkannya mencari makanan dalam rangka menutup kelaparan,
sehingga isik manusia tetap sehat dan mampu menjalankan ungsinya secara optimal
sebagai hamba 8llah yang beribadah kepada3ya. "i sinilah letak perbedaan mendasar
antara ilosoi yang melandasi teori permintaan =slami dan konvensional. =slam selalu
mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan tujuan utama manusia diciptakan.
&anakala manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka esensinya pada saat itu tidak
berbeda dengan binatang ternak yang makan karena lapar saja.
8nehnya, ilmu ekonomi konvensional tidak terlalu merisaukan adanya perbedaan
ini. &ereka tetap berpendirian bahwa kebutuhan adalah keinginan dan sebaliknya.Padahal konsekuensi dari penyamaan ini berakibat pada terkurasnya sumber!sumber daya
alam secara membabi buta dan menciptakan ketidakseimbangan ekologi yang gawat.
&aka tidak heran jika sekarang terjadi bermacam!macam bencana alam yang mengerikan
disebabkan karena doktrin keinginan sama dengan kebutuhan.
'ebih jauh =mam al!FhaAali menekankan pentingnya niat dalam melakukan
konsumsi sehingga tidak kosong dari makna dan steril. Konsumsi dilakukan dalam
rangka beribadah kepada 8llah SMT. "i sini tampak pula pandangan integral beliau
tentang alsaah hidup seorang &uslim. Pandangan ini tentu sangat berbeda dari dimensi
yang melekat pada konsep konsumsi konvensional. Pandangan konvensional yang
materialis melihat bahwa konsumsi merupakan ungsi dari keinginan, nasu, harga
barang, pendapatan dan lain!lain tanpa mempedulikan pada dimensi spiritual karena hal
itu dianggapnya berada di luar wilayah otoritas ilmu ekonomi. Tidak ada yang dapat
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
13/18
menghalangi perilaku homo economicus kecuali kemampuan dananya. Tidak ada
perasaan apakah konsumsi sekarang akan berpengaruh kepada masa depan dirinya sendiri
(misalnya mengkonsumsi alkohol dan merokok), masa depan umat manusia ( misalnya,
menguras minyak bumi, menebangi hutan, proses industri yang menimbulkan polusi
udara dan air) apalagi masa depan kelak di akhirat.
Pembahasan tentang tingkatan!tingkatan pemenuhan kebutuhan manusia (hajaat)
telah menarik perhatian para ulama di sepanjang Aaman. "i antara mereka ada yang lebih
menonjol dari yang lain dan secara khusus membahasanya dalam karya!karya ilmiahnya
seperti =mam al!%uwaini (w. ;B ?) dalam kitabnya al-urhan fi !sul al-"i#h, =mam al!
FhoAali dalam al-$ustasfadanIhya, al!=AA bin 8bdus Salam (w. 225 ?) dalam %owaid
al-&hkam fi $asolih al-&nam, =mam as!Syatibi (w. B+5 ?) dalam al-$uwafa#otdan =bnu
Khaldun (w. 5 ?) dalam $u#oddimah. Penyusunan tingkatan konsumsi ini menjadi
menarik karena =slam memberikan norma!norma dan batasan!batasan (constraints) pada
individu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. 3orma dan batasan ini pada
gilirannya akan membentuk gaya hidup ( lie style) dan pola perilaku konsumsi (
patterns of consumption behaviour) tertentu yang secara lahiriah akan membedakannya
dari gaya hidup yang tidak diilhami oleh ruh ajaran =slami.
"alam bukunya yang berjudul Ihya !lumiddin =mam al!FhaAali membagi tiga
tingkatan konsumsi yaitusadd ar-'am#dan ini disebut juga had ad-dhorurah, had al-ha(ahdan yang tertinggi adalah had at-tanaum.
1ang dimaksud dengan had ar-ram# atau batasan darurat adalah tingkatan
konsumsi yang paling rendah dan bila manusia berada dalam kondisi ini, ia hanya
mampu bertahan hidup dengan penuh kelemahan dan kesusahan. =mam al!FhaAali sendiri
menolak gaya hidup seperti ini karena individu tidak akan mampu melaksanakan
kewajiban agama dengan baik dan akan meruntuhkan sendi!sendi keduniaan yang pada
gilirannya juga akan meruntuhkan agama karena dunia adalah ladang akhirat (ad!"unya
&aAro-ah al!akhirah).
Tingkatan tanaum digambarkan bahwa individu pada tahapan ini melakukan
konsumsi tidak hanya didorong oleh usaha memenuhi kebutuhannya an sich, tetapi juga
bertujuan untuk bersenang!senang dan bernikma!nikmat. &enurut =mam al!FhaAali gaya
hidup bersenang!senang ini tidak cocok bagi seorang mukmin yang tujuan hidupnya
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
14/18
untuk mencapai derajat tertinggi dalam ibadah dan ketaatan. Kendatipun begitu, gaya
hidup demikian tidak seluruhnya haram. Sebagian dihalalkan, yaitu ketika individu
menikmatinya dalam kerangka menghadapi nasib di akhirat, walaupun untuk itu, ia tetap
akan diminta pertanggungjawabannya kelak. #arangkali keadaan ini dapat lebih
ditegaskan bahwa meninggalkan had tanaumtidak diwajibkan secara keseluruhan begitu
juga menikmatinya tidak dilarang semuanya.
8ntara had ad-dhorurahdengan tanaumterdapat area yang sangat luas disebut
had al-ha(ahdi mana keseluruhannya halal dan mubah. &enurut al!FhaAali area ini
memiliki dua ujung batasan yang berbeda yaitu ujung yang berdekatan dengan perbatasan
dharurah dan ini dinilainya tidak mungkin dipertahankan karena akan menimbulkan
kelemahan dan kesengsaraan dan ujung yang lain berbatasan dengan tanaumdi mana
individu yang berada di sini dianjurkan untuk ekstra waspada. ?al ini disebabkan karena
ujung perbatasan ini dapat menjerumuskannya ke dalam hal!hal yang membuatnya
terlena secara tidak sadar dan akhirnya melalaikan tugasnya dalam beribadah kepada
8llah. #eliau menasihati kita agar sedapat mungkin menetap di had al-ha(ah dengan
sedekat mungkin mendekati had ad-dharurahdalam rangka meneladani para 3abi dan
Mali.
Kajian al!FhaAali tentang tingkatan konsumsi ini banyak bersentuhan dengan apa
yang telah dikemukakan oleh =mam al!%uwaini dan itu adalah wajar karena =mam al!?aromain adalah salah satu gurunya dan al!FhaAali banyak belajar dan mengambil ilmu
dari padanya. "i samping itu kategorisasinya juga banyak persamaannya dengan para
ulama sesudahnya seperti al!=AA bin 8bdus Salam, as!Syatibi dan =bnu Khaldun.
0mumnya mereka membagi tiga kategori pemenuhan kebutuhan, hanya ada sedikit
perbedaan dalam penggunaan bahasa. Para ekonom &uslim lebih menyukai istilah dan
kategorisasi yang dikembangkan oleh =mam as!Syatibi dalam al-$uwafa#ot yaitu
dhoruriyah, ha(iyahdan tahsiniyah(kamaliyyah). Sekalipun demikian, belakangan =mam
Suyuthi ( w.+ ? ) dalam al-&sybah wan )azhoir menulis lima tingkatan yaitu
dhorurah* ha(ah* manfaah* ziinah* dan fudhul.
Pre)erensi Konsumsi
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
15/18
Preerensi konsumsi dan pemenuhannya dapat di dipetakanH mapping sebagai
berikut7
. 0tamakan 8khirat dari pada dunia
Pada tataran dasar konsumsi dilakukan bersiat duniawi (NM) dan bersiat =badah (Ni)
Keduanya bukan subtitusi yang sempurna karena perbedaan ekstrim. =badah lebih
bernilai tinggi karena orientasinya pada meraih alah yaitu pahala dari 8llah swt.
"alam 8l!@ur-an O hadits konsumsi duniawi adalah untuk masa sekarang
(present consumption) sedangkan untuk konsumsi ibadah untuk masa depan
(uture consumption), semakin besar konsumsi akhirat H ibadah semakin besar
menuju alah begitu juga sebaliknya .
terdapat hubungan positi antara pencapaian tujuan
alah dengankebutuhan konsumsi ibadah.
Semakin tinggi ujuan alah semakin di tuntut tinggi
Konsumsi kebutuhan ibadah
N =
Terdapat hubungan negati antara pencapaian
Tujuan alah dg kebutuhan konsumsi duniawi.
Semakin tinggi tujuan alah yg akan dicapai,
Semakin dituntut untuk kurangi konsumsi ke
#utuhan dunia
N M
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
16/18
Seorang muslim yang rasional yaitu yang beriman semestinya anggaran konsumsi
ibadahnya harus lebih banyak dibandingkan anggaran konsumsi duniawinya. . Karena
dengan maksimumkan alah adalah tujuannya.
Sebaliknya dengan semakin tidak rasional, maka semakin kuur sehingga semakin
besar anggaran konsumsinya untuk duniawi, yang pada akhirnya menjauhkan dari
menuju target alah.
?ubungan keimanan dengan pola #udget 'ine
Ni
(a). Semakin rasional (beriman) seorang muslim maka budget line!nya
akan semakin condong vertical (inelastis)
N w
Ni
(a). Semakin tidak rasional ( kuur) seorang muslim, maka
budget line!nya akan semakin condong horiAontal (elastis)
Nw
4. Konsisten dalam prioritas pemenuhannya
0lama telah membagi prioritas pemenuhan kebutuhan dalam tiga bagian7
a. "aruriyyah, yaitu kebutuhan tingkat dasar atau kebutuhan primer
b. ?ajjiyah , yaitu kebutuhan pelengkapH penunjang atau sekunder
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
17/18
c. Tahsiniyyah, yaitu kebutuhan akan kemewahan atau kebutuhan tersier
4. &emperhatikan etika dan norma
=slam memiliki seperangkat etika dan norma dalam berkonsumsi. "iantaranya7
kesederhanaan, keadilan, kebersihan, halalan toyyiban, keseimbangan dan lain!lain.
KESIMPULAN
#erdasarkan uraian pada bagian pembahasan maka beberapa hal yang dapat disimpulkan
. 8da lima prinsip konsumsi dalam =slam menurut &anan yaitu 7 prinsip
keadilan,kebersihan, kesederhanaan , kemurahan hati dan moralitas
4. &aslahah mempunyai makna yang lebih luas dari sekadar utility atau kepuasan
dalam terminologi ekonomi konvensional. &aslahah merupakan tujuan hukum syara-
yang paling utama.
9. Kebutuhan dan keinginan merupakan sesuatu yang berbeda, menurut =mam al!
FhaAali kebutuhan (hajat) adalah keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu
yang diperlukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
menjalankan ungsinya.
DA*'AR PUS'AKA
8nto, ?endrie. &.#(4559), Pengantar +konomika $ikro Islami, /K$3=S=8,
1ogyakarta
Karim, 8diwarman (4554), /konomi &ikro =slami, ===T=
Khan, ahim (++*),+ssay in Islamic +conomy, The =slamic oundation
&arton, Saad, Said, (455;), /konomi =slam "itengah Krisis /konomi Flobal, ikrul
?akim, %akarta
&etwally (++*) , ,eori dan model ekonomi islam. PT bangkit daya insana .
&uhammad (455;) , +konomi $ikro alam Perspektif Islam, 1ogyakarta7 #P/!
1ogyakarta
-
5/26/2018 PRILAKU+KONSUMSI+ISLAMI
18/18
3asution, &ustaa /dwin, 3urul ?uda, dkk (4552). Pengenalan +kslusif Ilmuekonomi
Islam. %akarta7 Kencana Prenada Froup.
Siddi>i, &uhammad , 3ejatullah (+2),Pemikiran +konomi Islam, %akarta7 '=PP&,