prinsip konseling islam
TRANSCRIPT
A. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Bimbingan diperuntukkan untuk semua individu (guidance is for all individuals).
Prinsip ini berarti bahwa semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang
bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dari pada pengembangan dan
penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
1. Bimbingan bersifat individualisasi.
Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus
sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
2. Bimbingan menekankan hal yang positif.
Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi negative terhadap bimbingan, karena
bimbingan dipandang sebagai suatu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan
tersebut, bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang posotif terhadap diri sendiri,
memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
3. Bimbingan merupakan usaha bersama.
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
sekolah. Mereka sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan.
4. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan.
Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasehat yang penting
bagi individu dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan
bimbingan memfasilitasi indvidu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan
tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan
kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
5. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
layanan bimbingan bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, social, pendidikan, dan pekerjaan.
B. Asas-asas bimbingan dan konseling
Ada beberapa asas yang harus diperhatikan :
1. Asas keselarasan dan keadilan.
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam segala segi.
Dengan kata lain, islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri maupun orang
lain, hak terhadap alam semesta, dan hak tuhan. Hadits :
“Sebaik-baik perkara itu yang ditengah-tengah.”
2. Asas pembinaan akhlaqul karimah
Manusia menurut pandangan islam mempunyai sifat-sifat yang baik (mulia dsb). Sifat-sifat yang baik
merupakan sifat yang dikembanghkan bimbingan konseling dalam islam. Bimbingan dan konseling islami
membantu klien atau yang dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan sifat-sifat yang
baik tersebut. Sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah diutus oleh Allah seperti disebutkan dalam
sebuah hadits:
sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. (H.R. Ahmad dan Tobroni)
3. Asas kasih sayang
Setiap manusia memiliki cita kasih saying dan rasa saying dari orang lain. Bimbinmgan dan konseling
islami dilakukan dengan berlandaskan kasih dan saying, sebab hanya dengan kasih dan sayanglah
bimbingan dan konseling akan berhasil.
“Tiadalah seorang beriman sampai ia mencintai saudaranya (sesama manusia) seperti mencintai dirinya
sendiri. (Mutafaqun alaihi)”
4. Asas saling menghargai dan menghormati.
Dalam bimbingan dan konseling islami kedudukan konselor dengan yang dibimbing atau klien pada
dasarnya sama atau sederajat. Perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak satu memberikan
bantuan dan pihak kedua menerima bantuan itu. Hubungan yang terjalin antara pihak pembimbing dan
pihak yang dibimbing merupakan hubungan yang saling menghormati dan menghargai sesuai dengan
kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah.
Pembimbing dipandang memberi kehormatan kepada yang dibimbing karena dirinya dianggap mapu
memberikan bantuan mengatasi kesulitannya atau untuk tidak mengalami masalah, sementara yang
dibimbing diberi kehormatan atau dihargai oleh pembimbing dengan cara yang bersangkutan
membantu atau membbimbingnya. Q.s An-Nisa : 86.
5. Asas musyawarah
Artinya antara pembimbing dengan klien atau yang dibimbing terjadi dialog yang baik satu sama lain,
tidak saling mendiktekan dan tidak ada perasaan saling tertekan dan keinginan tertekan. Al -Imron : 159.
C. Orientasi layanan bimbingan dan konseling dalam Islam
1. Orientasi individual
Pada hakekatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan i tu dapat
bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki an
sebagainya. Menurut Willer Man (1979) anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan apalagi
dibesarkan dalam lingkungan berbeda. Ini dibuktikan bahwa kondisi lingkungan juga ikut andil terjadinya
perbedaan individu. Taylor (1956) juga menyatakan kelas sosial dapat menimbulkan perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam cara berpikir, cara
berperasaan dan cara menganalisis masalah dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus
menjadi perhatian besar.
2. Orientasi perkembangan
Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Setiap usaha perkembangan yang
bersangkutan mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu. Sebagai contoh dapat dikemukakan
tugas-tugas masa remaja menurut Havighurts yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain :
a. Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki -laki
maupun perempuan
b. Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan
c. Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik
d. Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
e. Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
3. Orientasi masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada masalah yang sedang
dihadapi oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada masalah-masalah lain yang tidak
dikeluhkan oleh klien. Hal ini identik dengan ‘asas kekinian’ (Priyatno, 1985). Artinya pembahasan
masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien.
D. Kode etik bimbingan dan konseling
Etik merupakan standar tingkah laku seseorang atau sekelompok orang, yang didasarkan atas nilai -nilai
yang disepakati. Setiap kelompok profesi pada dasarnya merumuskan standar tingkah lakunya dan
dijadikan pedoman dalam menjalankan tugas dan kewajiban professional. Setiap pekerjaan professional
pada dasarnya memiliki kode etik. Setiap anggota professional harus mempelajari sekaligus melakukan
pekerjaannya sesuai dengan ketentuan yang ada pada kode etik.
Berikut dalah kode etik dalam Islam, yaitu:
1. Yang berhubungan dengan individu
Bimbingan dan konseling islami berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang seseorang
individu :
a. Merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri.
b.Individu mempunyai hak, mepunyai perbedaan individu dengan yang lainnya,fundamental potensial
professionalnya. Hadits
Bahwasanya tuhanmu mepunyai hak atasmu yang wajib engkau tunaikan, begitu juga dirimu dan ahlimu
semuanya mempunyai hak yang wajib engkau tunaikan, maka dari itu hendaknya engkau be rpuasa
sewaktu-waktu, berbuka sewaktu-waktu, berjaga malam sewaktu-waktu (untuk beribadah atau sholat
malam) dan tidur sewaktu-waktu. Dekatilah ahlimu dan berikanlah hak kepada masing-masing yang
mempunyai hak. (H.R. Bukhori)
c. mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan
2. Yang berhubungan dengan konselor
a. kemampuan keahlian (professional)
Pembimbing dalam bimbingan konseling islami sudah barabg tentu haruslah merupakan orang yang
memiliki kemampuan keahliaan atau kamampuan profesonal di bidang tersebut. Dengan kata lain orang
yamng bersangkutan merupakan orang yang “alim” dalam bidang bimbingan dan konseling islami.
Keahlian di bidang BK islami merupakan syarat mutlak, sebab apabila yang bersangkutan tidak
menguasai bidangnya, maka BK tidak akan sampai pada sasaran. Sejalan dengan bunyi hadits :
“Apabila sesuatu perkara diserahkan (penanganannya) kepada orang yang bukan ahhlinya, tunggu
sajalah saat (ketidakberhasilan atau kehancurannya). (H.R.Bukhari)”
Secara rinci dapat disebutkan kemampuan professional yang perlu dimiliki pembimbing BK islami adalah
sebagai berikut :
1) Menguasai bidang permasalahan yang dihadapi, misalnya pernikahan dan keluarga, pendidikan, social
dan sebagainya.
2) Menguasai teknik dan metode BK islami.
3) Menguasai hokum islam yang sesuai dengan bidang BK islami yang sedang dihadapi.
4) Memahami landassan filosofi BK islami.
5) Memahami landasan-landasan keilmuan BK islami yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan mengadministrasikan layanan BK islami.
7) Mampu menghimpun dan memanfaatkan data hasil penelitian yang berkaitan dengan BK islami.
b. kepribadian yang baik (akhlaqul karimah)
Sifat kepribadian yang baik dari seorang pembimbing diperlukan untuk menunjang kenerhasilannya
melakukan BK islami. Sifat-sifat iru diantaranya :
1. Siddiq ( mencintai dan membenarkan kebenaran)
2. Amanah ( bisa dipercaya)
3. Tablig ( Menyampaikan apa yang layak disampaikan)
4. Fatonah (intelejen, cerdas dan berpengetahuan)
5. Mukhlis (ikhlas dalam menjalankan tugas)
6. sabar
7. tawaduk (rendah hati)
8. Saleh (mencintai, melakukan, membina dan menyokong kebaikan)
9. adil
10. mampu mengendalikan diri.
c. kemampuan kemasyarakatan (hubungan sosial)
Pembimbing islami harus memiliki kemampuan melakukan hubungan kemanusiaan atau hubungan
social, ukhuah islamiyah yang tinggi. Hubungan social tersebut meliputi :
1) klien, orang yang dibimbing.
2) teman sejawat.
3) Orang lain selain yang tersebut di atas.
d. ketakwaan kepada Allah.
Ketakwaan merupakan syarat dari segala syarat yang harus dimiliki seorang pembimbing islami, sebab
ketakwaan merupakan sebab yang paling baik.