prinsip penggunaan antibiotik profilaksis
TRANSCRIPT
Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
1. Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi bersih kontaminasi (lihat
tabel 1), yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar 10,1% Dengan pemberian
antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO dapat diturunkan menjadi1,3% .
2. Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda dengan obat yang
digunakan untuk tujuan terapi. Pada umumnya dipilih antibiotik dengan spektrum sempit,
generasi yang lebih tua dibandingkan antibiotik untuk tujuan terapi.
3. Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar didalam sirkulasi dan
didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory concentration)
antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi.Untuk itu kadang diperlukan
loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal. Dosis yang kurang adekwat, tidak hanya
tidak mampu menghambat pertumbuhan kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi
kuman.
Antibiotik
Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dalam
konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain.
Setiap antibiotik mempunyai aktivitas penghambatan hanya terhadap golongan kuman
spesifik, yang disebut spektrum penghambat.
Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 3000 antibiotik, namun hanya sedikit
saja yang diproduksi secara komersil. Beberapa antibiotik telah dapat diproduksi dengan
kombinasi sintetis mikroorganisme dan modifikasi kimia, antara lain golongan penisilin,
sefalosporin, dihidrostreptomisin, klindamisin, tetrasiklin dan rifampisin. Bahkan ada yang
dibuat secara kimia penuh, misalnya kloramfenikol dan pirolnitrin.
Mikroorganisme penghasil antibiotik meliputi golongan bakteri, aktinomisetes,
fungi, dan beberapa mikroba lainnya. Kira–kira 70 % antibiotik dihasilkan oleh
aktinomisetes, 20 % fungi dan 10 % oleh bakteri. Streptomyces merupakan penghasil
antibiotik yang paling besar jumlahnya. Bakteri juga banyak yang menghasilkan antibiotik
terutana bacillus. Namun kebanyakan antibiotik yang dihasilkan bakteri adalah polipeptid
yang terbukti kurang stabil, toksik dan sukar dimurnikan. Antibiotik yang dihasilkan fungi
padsa umumnya juga toksik, kecuali golongan penisilin.
Pada siklus hidupnya yang normal, organisme akan tumbuh dalam medium yang
sesuai dan menghasilkan jumlah sel maximum, setelah itu berhenti pertumbuhannya, dan
memasuki fase stasioner, akhirnya diikuti oleh kematian sel vegetatif atau pembentukan
spora. Pada stedium ini, setelah sel-sel berhenti mambelah, metabolit sekunder mulai
diproduksi. Metabolit sekunder mulai di produksi dalam jumlah besar dan kebanyakan
disekresikan kedalam medium biakan. Kebanyakan antibiotik merupakan metabolit sekunder,
tetapi ada antibiotik merupakan antibiotik primer, sehingga antibiotik terbentuk selama
pertumbuhan organisme, misal populasi golongan ini paling aktif melakikan transformasi
kimia. Populasinya biasanya jarang, tetapi akan tumbuh subur bila ditambah nutrien organik.
Organisme ini melakukan fermentasi dengan cepat dan persediaan makanan cepat habis.
Populasi organisme ini tetap besar bila persediaan nutrien masih ada dan cepat turun bila
sumber makanan berkurang.
TETRASIKLIN
Tetrasiklin pertama kali ditemukan ole Lloyd Conover. Berita tentang tetrasiklin
yang dipatenkan pertama kali pada tahun 1955. tetrasiklin merupakan antibiotika yang
memberi harapan dan sudh terbukti menjadi salah stu penemuan antibiotik penting.
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan
dri streptomyces aureofciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari streptomyces rimosus
tetrasiklin sendiri dibuat secara sintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dpat diperoleh dari
spesies streptomyces lain.
1. Mekanisme Kerja Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan
bekerja dengan jaln menghambatsintetis protein kuman. Golongan tetrasiklin
menghmbat sintetis proten bakteripada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses
dalammasuknya antibioika tetrasiklin ke dalam robosom bekteri grm negatif pertama
yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedu ialah sistem tranformasi aktif
Setelah nibiotika tetrasiklin masuk ke dalam robosom bakteri, maka
antibiotika tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya
komplek tRNA-sam amino pada lokasi asamamino, sehingga bakteri tidak dapat
berkembang biak
Pada umumnya efek mikroba antibiotik golongan tetrasiklin sama (sebab
kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktifitas masing-masing
derivat terhadap kuman tertentu hanya mikroba yang cept membelah yang dipengaruhi
antibiotaka tetrasiklin.
2. Efek Samping dan Interksi Obat Tetrasiklin
Iritasi lambung pada pemberian oral.tromboflebitis pada pemberian injeksi
(IV). Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk
kompleks. Pertumbyhan tulng kan terhambat sementara pada janin anak tiga tahun. Pada
gigi susu atau tetap, tetrasiklin dapat berubah warna secara permnen dan cenderung
mengalami karies.dapat menimbulkan suoerinfeksi oleh kumn resisten dn jamur, dengan
gejala adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus. Absorsi
tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, koloidal bismuth, fenobarbital, fenitoin dan
karbmazepin sehingga mengurngi kadar daladarah karena metabolismenya dipercepat.
3. Penggunaan Klinik Tetrasiklin
§ Tetrasiklin
Tetrasiklin terutam digunakan untuk pengobatan acn vulgaris dan
rosacea. Tetrasiklin juga dapat digunakan untuk pengobatn infeksi pada saluran
pernafasan, sinus, telinga bagian tngah, saluran kemih, usus dua belas jari dan
gonore.
§ Dosisiklin
Kegunaan doksiklin selain seperti tetrasiklin juga digunkan untuk
pencegahan pada infeksi antraks. Dan digunakan untuk pengobatn dan pencegahan
malaria, serta perawatan infeksi kaki gajah.
§ Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin brgun dalam pengobatan infeksi karena ricketsia dan
klamidia, pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jringan lunak dan infeksi
karena hubungan kelamin.
§ Minosiklin
Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti
Pneumonia dan infeksi saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan
saluran kemih. Minosiklin jaga dapat membunuh bakteri dari hidung dan
tenggorokan anda yang dapat menyebabkan meningitis.
4. Sediaan Antibiotik Tetrasiklin Di Pasaran
§ Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg.
juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengiritasi
lambung.
§ Doksiisklin
Doksisiklin di pasran tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul dengan
kandungan 50 mg dan 100 mg.
§ Oksitetrsiklin
Oksitetrasiklin dipasaran tersedia dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg
dan 100 mg.
VANKOMISIN
Antibiotik glikopeptida dihasilkan oleh streptomyces orientalis (1955). Berkhasiat
bakterisid terhadap kumab gram-positif aerob dan anaerob, termasuk Stafilokok yang
resisten terhadap metisilin (MRSA). Daya kerjanya berdasarkan penghindaran pembentukan
peptidoglikan. Penting sekali sebagai antibiotikum terakhir pada infeksi parah oleh kuman-
kuman tersebut jika obat lain tidak ampuh (lagi)! Cbat ini juga digunakan bila terdapat alergi
untuk penisilin/sefalosporin. Penggunaan lainnya adalah pada colitis tretentu akibat terapi
dengan antibiotika (antara lain linkomisin dan klindamisin) dan pada radang mukosa usus
(enteritis) akibat stilokok. Di AS sering kali ditambahkan pada makanan ternak guna
menstimulasi pertumbuhannya dengan akibat timbulnya benyak kasus resistensi pada manusia
(N Engl J Med 1999;340:556-7).
Resorpsi dari usus sehat sangat buruk, pada enteritis lebih baik. Kadar terapeutis
dicapai dalan a.l cairan pleura (selaput dada), urat sendi (synovia) dan kemih. Plasma-t½nya
5-11 jam. Ekskresinya berlangsung 80% melalui kemih.
Efek sampingnya berupa gangguan fungsi ginjal, terutama pada penggunaan lama
dengan dosis tinggi, juga neuropati perifer, reaksi alergi kulit, mual dan demam.
Kombinasinya dengan aminoglikosida meningkatkan resiko nefro dan ototoksisitas.
Kehamilan dan laktasi. Tidak terdapat cukup data untuk penggunaan selama
kehamilan. Vankomisin mencapai air susu ibu.
Dosis: infeksi darah i.v (infus)1 gr dalam 200 ml larutan NaCl 0,9% (atau glukosa 5%) setiap
12 jam dengan jangka waktu minimal 2 jam. Oral pada colitis pseudomembr. 4 dd 125-500
mg selama 7-10 hari, pada enteritis 4 dd 500 mg selama 3-5 hari.
Vancomysin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri.
Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa bagian tubuh. Kadangkala
digabung dengan antibiotik lain. Vancomycin juga digunakan untuk penderita dengan
gangguan hati (mis demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati yang alergi dengan
penisilin. Dengan kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat digunakan mencegah endocarditis
pada pasian yang telah melakukan operasi gigi atau operasi saluran napas atas (hidung atau
tenggorokan).
Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain
tidak berguna. Walaaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping
yang serius, termasuk merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi
pada pasien berumur lanjut.
STREPTOMISIN (F.I)
Streptomisin, suatu aminoglikosida, diperoleh dari streptomyces griseus(1944),
sedangkan kanamisin dari Str. Kanamyceticus. Senyawa ini berkhasiat bakterisid terhadap
banyak kuman gram-negatif dan gram-positif, termasuk M. tubercolosis dan beberapa M.
Atipis. Streptomisin khusus aktif terhadap mykobakteria ekstraseluler yang sedang membelah
aktif dan pesat (misalnya di dalam caverne). Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan
sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal. Kedua antibiotika ini
toksis untuk pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena ini sebaiknya jangan digunakan
untuk jangka waktu lama, karena efek neurotoksis terhadap saraf cranial ke-8 dapat
menimbulkan ketulian permanen.
Resorpsinya di usus buruk sekali, maka hanya diberikan sebagai injeksi i.m. sejak
adanya obat-obatan ampuh lain, penggunaan streptomisin terhadap TBC paru telah jauh
berkurang. Obat ini masih digunakan bersama dengan tiga obat lainya untuk TBC otak yang
sangat parah (meningitis).
Dosis: i.m. 1 dd 0,5-1 g tergantung dari usia (garam sulfat) selama maksimal 2
bulan.
v Kanamisin (kanoxin) adalah derivat (1958) dengan khasiat dan sifat yang sama dengan
streptomisin. Obat ini jarang digunakan lagi pada TBC.
Dosis: i.m/ i.v 15 mg / kgdalam 2-3 kali (garam sulfat) setiap hari atau 2-4 × seminggu,
maksimal 1 gr sehari.
Streptomisin diperoleh dari streptomyces griseus oleh Waksman (1943) dan segera
digunakan sebagai obat tuberkolosid. Penggunaannya pada terapi TBC sebagai obat pilihan
sudah lam terdesak oleh obat-obat primer lainnya berhubung toksisitasnya. Hanya bila
terdapat resistensi atau intoleransi bagi obat-obat tersebut, streptomisin masih digunakan.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, distribusinya ke jaringan dan CCS buruk, tetapi
dapat melintasi plasenta. PP-nya k.i 1,35%, plasma-t½nya 2-3 jam, ekskresinya lewat ginjal
rata-rata 60% dalam bentuk utuh.
Efek sampingnya terhadap ginjal dan organ pendengaran merupakan hambatan
serius, ketulian sering kali tidak reversible pada anak-anak kecil dan orang di atas usia 40
tahun.
Dois: TBC, i.m tergantung dari usia 1 dd 0,5 -1 gr selama maksimal 2 bulan, selalu
dikombinasi dengan obat-obat lain. Pada sampar (pest/plague, disebabkan oleh yersinia
pestis) i.m. 1 dd 1-2 gr.
Pemerian:Zat padat warna putih atai hampir putih,tidak berbau atau
Berbau lemah.rasa agak pahit.
Sediaan :Streptomycini Sulfatis Injectio
RIFAMPISIN
Antinbiotik ini adalah derivat semi-sintetis dari rifampisin B (1965) yang
dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei, suatu jamur tanah yang berasal dari Perancis
selatan. Zat yang berwarna merah-bata ini bermolekul besar dengan banyak cincin
(makrosiklis). Rifampisin berkhasiat bakterisid luas fase pertumbuhan M. tuberkulosae dan
M. leprae, baik yang berada diluar maupun di dalam sel. Juga mematikan kuman yang
“dormant” selama fase pembelahannya yang singkat. Maka sangat penting untuk membasmi
senua basil guna mencegah kambuhnya TBC.
Rifampisin juga aktif terhadap kuman gram-positif lain dan kuman Gram-negatif
(a.l. E. colli, Klebsiella, suku-suku proteus dan Pseudomonas), terutama terhadap stafilokok,
termasuk yang resisten terhadap penisilin. Terhadap kuman yang terakhir, aktivitasnya agak
lemah. Mekanisme kerjanya nerdasarkan pelintang spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-
polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.
Penggunaannya pada terapi TBC pun sangat dibatasi oleh harganya yang cukup
mahal. Manfaat utamanya terletak pada terapi yang dapat dipersingkat dari k.l. 2 tahun hingga
6 – 12 bulan. Rifampisin juga merupakan obat pilihan pertama terhadap lepra dan sebagai
obat pencegah infeksi menigococci pada orang yang berhubungan dengan pasien meningitis.
Begitu pula sangat efektif terhadap gonore (lebih kurang 90%).
Resorpsinya di usus sangat tinggi; distribusinya ke jaringan dan cairan tubuh juga
baik, termasuk CCS. Hal ini nyata sekali pada pewarnaan jingga/merah dari air seni, tinja,
ludah, keringat dan air mata. Lensa kontak (lunak) juga dapat berwarna permanen. Plasma-
t½-nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam dan meningkat bila ada gangguan fungsi hati. Di lain
pihak masa paruh ini akan turun pada pasien yang bersamaan waktu menggunaan INH. Di
hati terjadi desasetilasi dengan kegiatan antibakteriil. Ekskresinya khusus melalui empedu,
sedangkan lewat ginjal berlangsung secara fakultatif.
Efek sampingnya yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah penyakit kuning
(icterus), terutama bila dikombinasi dengan INH yang juga agak toksis bagi hati. Pada
penggunaan lama dianjurkan untuk memantau fungsi hati secara periodik. Obat ini agak
sering juga menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang
perut dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi.
Interaksi. Rifampisin mempercepat perombakan obat lain bila diberikan bersamaan
waktu dengan jalan induksi enzim (sistem-mikrosomal P450) dalam hati. Akibatnya BA
diturunkan, misalnya dari klaritromisin dan penghambat protease (obat AIDS). Kadar darah
dari obat-obat ini dapat menurun sampai 80%, yang dapat mengakibatkan pembentukan
resistensi cepat dari HIV. Obat lain yang dipercepat metabolismenya adalah antikoagulansia,
sehingga harus dinaikkan dosisnya. Pil anti hamil menjadi tidak terjamin lagi efeknya, karena
rifampisin mempercepat katabolisme dari berbagai zat steroid. Resistensi dapat terjadi dengan
agak cepat.
Kehamilan. Pada umumnya rifampisin dapat diberikan pada wanita hamil.
Penggunaan pada minggu-minggu terakhir kehamilan dapat menimbulkan perdarahan
postnatal pada ibu dan bayi. Untuk pencegahannya dapat diberikan fitomenadion (vitamin K).
rifampisin mencapai air susu ibu, namun ibu diperbolehkan menyusui bayinya.
Dosis pada TBC oral 1 dd 450-600 mg sekaligus pagi hari sebelum makan, karena
kecepatan dan kadar resorpsi dihambat oleh isi lambung. Selalu diberikan dalam kombinasi
dengan INH 300 mg dan untuk 2 bulan pertama ditambah pula dengan 1,5 – 2 g pirazinamida
setiap hari. Pada gonore oral 1 dd 900 mg sekaligus selama 2 – 3 hari; pada infeksi lain 2 dd
300 mg a.c. Profilaksis pada meningitis 2 dd 10 mg/kg/hari selama 2 hari.
· Rimactazial 225/200 = rifampisin 225 + INH 200 mg
· Rimactazid 450/300 = rifampisin 450 + INH 300 mg
· Rimcure 3-FDC = rifampisin 150 + INH 75 + pirazinamida 400 mg
· Rimstar 4-FDC = rifampisin 150 + INH 75 + pirazinamida 400 + etambutol 275 mg
Rifabutin (Mycobutin) adalah derivat (1995) dengan khasiat dan sifat mirip
rifampisin. Obat ini terutama digunakan bila ada (multi) resistensi terhadap obat lain pada
pasien HIV-positif dan selalu terkombinasi dengan minimal 2 obat TBC lainnya. Dengan
rifampisin terhadap resistensi-silang. Rifabutin digunakan untuk profilaksis dan terapi dari
infeksi M. avium complex (MAC) pada pasien dengan sistem-iimun menurun, misalnya pada
penderita AIDS. Ternyata yang efektif sebagai profilaksis MAC adalah kombinasi rifabutin +
azitromisin, dan kombinasi rifabutin + etambutol + klaritromisin.
Efek sampingnya yang paling sering terjadi mirip rifampisin dan berupa gangguan
lambung-usus, reaksi kulit, kelainan darah dan hati, ada kalanya gejala influenza (demam,
nyeri otot). Berlainan dengan rifampisin, rifabutin dapat menimbulkan artritis dan artralgia.
Kombinasi rifabutin/rifampisin dengan klaritromisin dan penghambat protease (indinavir,
ritonavir, saquinavir) sangat meningkatkan kadar rifabutin/rifamisin di dalam darah dengan
peningkatan toksisitasnya. Oleh karena itu, dosis rifabutin (c.q. rifampisin) harus diparuh.
Dosis : TBC MAC oral 1 dd 300 – 600 mg dalam kombinasi dengan 2 dd
klaritromisin 0,5 g dan etambutol 1 dd 150 mg. Profilaksis MAC : 1 dd 300 mg.
TETRASIKLIN HIDROKLORIDA
Tetrasiklin hidroklorida merupakan bahan antimikroba yang mempunyai spektrum
luas selain sebagai antimikroba tetrasiklin mempunyai sifat antikollagenase dan dapat
menghilangkan lapisan smir pada permukaan akar sehingga membantu terjadinya perlekatan
jaringan ikat baru.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan larutan tetrasiklin
hidroklorida dengan konsentrasi yang dapat menghilangkan lapisan smir pada permukaan
akar.Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris.Bahan penelitian utama
adalah larutan tetresiklin hidroklorida 0,5%/A10%,permukaan akar yang telah di scaling dan
root planting.Hasil penelitian uji hilangnya lapisan smir pada permukaan akar,menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna antara penberian larutan tetrasiklin dengan berbagai
konsentrasi terhadap hilangnya lapisan smir(P<0.05).didapatkan>
Tetrasiklin adalah kelompok antibiotik berspektrim luas yang telah digunakan pada perawatan
penyakit periodontal,dan tetrasiklin yang diletakkan langsung pada periodontal pocket efektif
dalam menurunkan black pigmented bacteroides pads adult periodontitis(Goodson 1983).
POLYMYXINI B SULFAS
Polimiksina B sulfat adalah campuran garam sulfat anti mikroba yang dihasilkan
oleh biakan pilihan Bacillus polymixa (familia Bacillaceae),atau yang dibuat dengan cara
lain.
Pemerian :Serbuk warna putih sampai kuning gading,tidak berbau atau berbau
khas lemah.
Kelarutan mudah laru dalam air; sukar larut dalam etanol (95 %) P. identifikasi A.
kocok campuran empat bagian volume butanol P. 1 bagian volume asam asetat glasial P dan
lima bagian volume air, biarkan memisah, pindahkan lapisan bawah kedalam cawan, letakan
cawan dalam ruang kedap udara. Jika ruang telah penuh dengan uap, gantungkan sebuah pita
kertas sarimg, panjang lebih kurang lima cm yang telah ditetesi 5 ul larutan zat uji 1 % b/v.
Eluasi kertas dengan lapisan atas campuran selama lebih kurang 12 jam, keringkan
pada suhu kamar.semprot dengan larutan ninhidrina P 0,1 % b/v dalam butanol P jenuh air,
panaskan pada suhu 90º selam 5 menit; pada kertas hanya tampak satu bercak yang letaknya
sesuai dengan bercak polimiksimi B sulfat PK yang dikerjakan dengan cara yang sama.
B. larutkan 5 mg dalam campuran 0,5 ml asam klorida P dan 0,5 ml air, panaskan
pada suhu 125º dalam tabung tertutup kedap selama 2,5 jam; uapkan diatas tangas air hingga
kering, lanjutkan pemanasan hingga bau asam klorida hilang, larukan sisa dalam 0,5 ml air.
Pada sebuah pita kertas saring, panjang lebih kurang 55 cm totolkan 5 ul larutan yang
mengandung leusina PK. Lakukan kromatografi menurut cara yang tertera pada identifikasi
A.
Kromatogram zat uji yang telah terhidrolisa menunjukan bercak yang sesuai
dengan bercak leusina, feniflamina dan treonina, tetapi tidak menunjukan bercak yang sesuai
dengan bercak serina; terdapat juga bercak asam 1,3 diamino butirat yang mempunyai harga
Rf 0,03.
C menunjukan reaksi sulfat yang tertera pada reaksi identifikasi. Keasam
kebasaan Ph larutan 2,0 % b/v 5,0 sampai 7,0. Susut pengeringan tidak lebih dari 8,0 %;
pengeringan dilakukan dalam hampa udara pada suhu 60º selama 3 jam. Sisa pemijaran tidak
lebih dari 1,0 %.
Penetapan potensi lakukan penetapan menurut cara yang tertera pada penetapan
hayati antibiotika. Batas keyakinan tidak kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 105 % dari
potensi yang diperoleh pada penetapan.
Potensi minimum potensi yang diperoleh pada batas keyakinan tertinggi tidak
kurang dari 6000 UI per mg, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Potensi pada etiket potensi yang tertera pada etiket harus terletak antara potensi
yang diperoleh pada batas keyakinan. Jika dimaksudkan untuk injeksi harus memenuhi syarat
tambahan berikut:
Toksisitas abnormal memenuhi uji toksisitas abnormal yang tertera pada uji
keamanan hayati. Sebagai dosis uji digunakan larutan 0,5 ml dalam larutan natrium klorida P
yang mengandung zat uji yang setera dengan 1200 UI per ml.
Pirogen memenuhi uji pirogenitas yang tertera pada uji keamanan hayati. Sebagai
dosis uji digunakan sejumlah zat uji yang mengandung tidak kurang dari 20.000 UI kg bobot
kelinci yang dilarutkan dalam 1 ml larutan natrium klorida P.
Sterilitas memenuhi uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, jika dimaksudkan untuk
injeksi, disimpan dalam wadah steril tertutup kedap.
Penandaan pada etiket harus juga tertera; 1. Jumlah UI per mg dalam wadah. 2.
Untuk injeksi atau tidak. 3. Daluwarsa. Khasiat dan panggunaan Antibiotikum.
Diperoleh drii bacillus polymyx dan sering kali dikombinasikan dengan tetrasiklin,
neomisin, dan basitrasin dalam salep (0,2%), tetes telinga tu mata Aktiviotasnya masih
dinyatakan dalam kesatuan, karea belum dapat diisolasi secara murni: 1 mg polimiksin
B=10.000 U.I.
v Otosporin adlahtetes kuping yang mengandung polimiksin-sulfas10.000U, neomisin sulfas
3.400 U dan hidrokokrtison 10 mg per ml.
v Kolistin (polimiksin E colistine)berasal dari bakteri aerobacillus colistinus (Jepag, 1957).
Obat ini jarang digunakan per oral pada infeksi usus dengan kuman gram-negatif untuk
terapi setemapt. Nefrotoksisitasnya lebih ringan dripadapolimiksin Dosis: Oral 3-4 dd 1-
2 tb dari 1,5M (juta U.I).
VIOMYCINI SULFAt
Viomisina sulfat adalah garam sulfat antimikroba yang dihasilkan streptomyces griseus
varpurpureus atau dengan cara lain yang cocok.
Pemerian serbuk putih atau hampir putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa sedikit
pahit. Agak higroskopis.
Kelarutan sangat mudah larut dalam air; sukar laru dalam etanol (95 %) P; hampir tidak larut
dalam eter P.
Identifikasi A. serapan-1 cm larutan 0,0015 % b/v menunjukan maksimum pada lebih kurang
268,5 nm.
Lakukan kromatografi lapis tipis yang tertera pada kromatografi menggunakan selulosa
serbuk sangat halus P sebagai zat serap dan campuran 60 bagian volume isopropanol P, 15
bagian volume etilmetilketon P dan 25 bagian volume asam klorida 1 N sebagai fase
bergerak. Totolkan terpisah masing-masing 5 ul larutan berikut: Larutan (1) larutkan 5 mg zat
uji dalam campuran 0,5 ml asam klorida P dan 0,5 ml air, panaskan dalam tabung tertutup
rapat pada suhu 100º selama 16 jam, uapkan di tangas air hingga kering, lanjutkan pemanasan
hingga bau asam klorida hilang, larutkan sisa dalam 1,0 ml air. Larutkan (2) buat menurut
cara yang tertera pada larutan (1) menggunakan Viomisina sulpat PK.
Angkat lempeng, keringkan selama 15 menit dengan aliran udara dingin, kemudian selama 15
menit pada suhu 100º. Biarkan dingin, semprot dengan larutan kadmium dan nihdirin P,
panaskan pada suhu 100º selam 30 menit. Bercak yang diperoleh dari larutan (1) sama dengan
bercak yang diperoleh dari larutan (2).
Larutkan 50 mg dalam 10 ml air. Pada 5,0 ml tambahkan 1,5 ml larutan natrium hidroksida P,
5 ml larutan 1-nafthol P 0,1 % b/v dalam larutan natrium hidroksida P 0,5 % b/v dan 3 ml
larutan natrium hopoklorid encer P; segera terjadi warna merah. Pada 5 ml yang lain
tambahkan 1,5 ml larutan natrium hidroksida P dan larutan tembaga ( I ) sulfat P 0,5 % b/v
tetes demi tetes, aduk tiap kali penambahan; terjadi warna violet pucat.
Menunjukan reaksi sulfat yang terkena pada reaksi identifikasi. Keasaman kebasaan dan
kejernihan larutan PH, larutan kadar 100.000 UI per ml 4,5 – 7,0; larutan jernih.
Zat hipotensif memenuhi uji daya hipotensif yang tertera pada uji keamanan hayati; pengujian
dilakukan menggunakan larutan kadar 3000 UI per ml.
Pirogen memenuhi uji pirogenitas yang tertera pada uji keamanan hayati, menggunakan zat
uji 1000 UI per kg bobot kelinci yang dilarutkan dalam tidak lebih dari 5 ml air untuk injeksi.
Sterilitas memenuhi uji sterilitas yang tertera pada uji keaman hayati. Toksisitas abnormal
memenuhi uji toksisitas abnormal yang tertera pada uji keamanan hayati, pengujian dilakukan
menggunakan 1000 UI. Susut pengeringan tidak lebih dari 5,0 %; pengeringan dilakukan
dalam hampa udara pada suhu 60º.
Penetapan kadar lakukan penetapan menurut cara yng tertera pada penetapan hayati
antibiotika. Batas keyakinan tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105 % dari potensi
yang diperoleh pada penetapan. Potensi minimum potensi yang diperoleh pada batas
keyakinan tertinggi tidak kurang dari 700 UI per mg, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Potensi pada etiket potensi yang tertera pada etiket harus terletak antara potensi
yang diperoleh pada batas keyakinan.
Penyimpanan dalam wadah steril tertutup kedap. Penandaan pada etiket harus juga tertera :
1. Jumlah UI per mg dalam wadah.
2. Untuk injeksi
3. Daluwarsa
Khasiat dan penggunaan antibiotikum.
BAB II.
STUDI PUSTAKA
A. DEFINISI
kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu-anti (melawan) dan-biotikos (cocok
untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan
semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat
antibiotik sinetis. Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis
mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa,
anti virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan
antibiotik dalam membunuh bakteri Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya
adalah bakteri. Maka dari itu antibiotik bersinosim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbeda
dengan istilahdisinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dari antibiotik adalah cenderung
bersifat Toksisitas Selektif dalam arti dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
B. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK
Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas antibiotik, aktivitas
dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat antibiotik tersebut. Berdasarkan luasnya
aktivitas, antibiotik dibagi menjadi antibiotik spektrum luas dan spektum sempit. Istilah luas
mengandung arti bahwa antibiotik ini dapat membunuh banyak jenis bakteri sedangkan
sebaliknya, istilah sempit hanya digunakan untuk membunuh bakteri yang spesifik yang telah
diketahui secara pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila identifikasi kuman
penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula bakteri flora normal
dalam tubuh.
Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi Bactericidal dan
Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat bakterisidal membunuh bakteri target dan
cenderung lebih efektif serta tidak perlu menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat
perlu digunakan pada pasien dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk baterisidal
adalah β-lactam, aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja menghambat
pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host obat bakteriostatik yang khas
adalah tetracyclin e,sulfonamide,tetracyclin e, dan clindamycin
Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
A. Penghambatan sintetis dinding bakteri
B. Penghambat membran sel
C. Penghambatan sintetis protein di ribosom
D. Penghambatan sintetis asam nukleat
E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)
Dari masing-masing golongan terdapat mekanisme kerja, farmakokintetik, farmakodinamik,
serta aktivitas antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan
kegunaan di dalam klinik Karena perbedaan ini juga maka mekanisme resisistensi dari
masing-masing golongan juga mengalami perbedaan.
C. RESISTENSI OBAT ANTIBIOTIK
Resistensi obat antibiotik oleh mikroba dapat dibagai menjadi berikut.
1. Mikroba menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat.
Misal : Stapilokokus yang resisten terhadap penicillin menghasilkan β-lactamase yang
merusak obat-obat β-lactam
2. Mikroba merngubah permeabilitas terhadap obat.
perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat Misal : Berubahnya strukutr protein reseptor
pada ribosom 30S menyebabkan mikroba resisten terhadap golongan aminoglikan
4. Mikroba mengembangkan perubahan jalur metabolitk yang dihambat
Misal : Bakteri yang resisten Sulfonamides tidak memerlukan PAB ekstraseluler dimana
awalnya bakteri ini sangat membutuhkannya
5. Mikroba mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi
metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat.
Asal resistensi-resistensi di atas dapat bersifat genetik maupun non genetik. Yang non
genetik dapat berasal dari berubahnya bentuk suatu mikroba menjadi inaktif sehingga resisten
terhadap obat-obat yang kerjanya pada proses replikasi bakteri. Sedangkan genetik dapat
diturunkan dari mikroba satu ke keturunannya melalui mutasi kromosom atau dari satu
mikroba ke mikroba lain melalui plasmid.
Resistensi silang saja terjadi dari satu jenis antibiotik ke jenis lain. Misal suatu
mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik dapat resisten terhadap jenis yang lain. Reaksi
silang ini dapat terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan sacara kimia maupun tidak.
D. GOLONGAN INHIBITOR SINTETIS DINDING BAKTERI
B
akteri mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut dinding sel. Dinding sel terdapat pada
baik bakteri yang gram (+) maupun bakteri gram (-). Dinding ini berfungsi mempertahankan
bentuk sel dari perbedaan tekanan osmotic internal dan eksternal yang sangat tinggi. Pada
kedua bakteri mempunyai suatu lapisan yang bernamaPeptidoglycan. Lapisan ini berfungsi
mensintetis dinding bakteri melalui reaksi yang disebut TRANSPEPTIDASI. Lapisan ini
lebih tebal pada bekteri gram (+) dan pada gram (-) di antara peptidoglycan dan dinding
terdapat lapisan membran lemak sehingga terdapat gambaran membran bilayer.
Preoses penghambatan sintetis dinding bakteri dapat melalui 2 jalur. Jalur pertama berasal
dari penghambatan proses transpeptidasi. Semua obatβ-lactam dapat menghambat proses ini.
Yang termasuk dalam antibiotikβ-lactam adalah golongan Penicillin, Cephalosporins,
Carbapemems, dan Monobactam. Jalur berikutnya melalui penghambatan sintetis
peptidoglycan. Yang termasuk jalur kedua ini adalahVancomycin danBacitracin. Pembagian
kelompok ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
PENICILLIN
penicillin yang paling terkenal dan pertama ditemukan adlahpenicil lin- G yang ditemukan
oleh Flamming pada 1929. Senyawa ini dihasilkan dari pembenihan spesies Penisillium
notatum. Sifat daripenicil lin- G adalah kepekaannya terhadap penghacuran cincinβ-lactam
oleh senyawaβ-lactamase dan tidak aktif secara relative terhadap kebanyakan bakteri gram
negatif. Pengembangan terhadap Penicillin menghasilkan turunan-turunan penicillin yang
lebih stabil terhadap asam dan aktif terhadap bakteri gram (-) maupun gram (+).